pr dokter juliana

23
Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK Williem Angga 406147032 Koas Untar 1. Therapy farmakologi pada Bacterial Vaginosis untuk kondisi khusus? a. Pada wanita hamil i. Metronidazole 500 mg 2x1 selama 7 hari atau Metronidazole 250 mg 3x1 selama 7 hari atau Clindamycin 300 mg 2x1 selama 7 hari b. Pada Anak remaja i. Metronidazole 500 mg 2x1 selama 7 hari c. Pada Anak dengan berat badan <45kg, dengan keluhan pre- pubertas Bacterial Vaginitis i. Metronidazole 15 mg/kg/hari oral dibagi dalam 2 kali pemberian/hari selama 7 hari Dosis maximum: 1 g/hari 2. Vaksin untuk Herpes Zoster a. Vaksin Herpes Zoster disebut dengan Zostavax, yaitu vaksin dengan virus hidup yang dilemahkan. Diberikan untuk mengurangi resiko timbulnya Herpes Zoster dan mengurangi timbulny post-herpetic neuralgia akibat herpes zoster. b. Pada tahun 2006 Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) menganjurkan pemberian vaksin kepada orang dengan umur diatas 60 tahun. Meski demikian orang yang sudah terjangkit penyakit herpes zoster tetap

Upload: william-ang

Post on 22-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

PR Dokter JulianaPR Dokter JulianaPR Dokter JulianaPR Dokter JulianaPR Dokter JulianaPR Dokter JulianaPR Dokter JulianaPR Dokter JulianaPR Dokter Juliana

TRANSCRIPT

Page 1: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

Williem Angga

406147032

Koas Untar

1. Therapy farmakologi pada Bacterial Vaginosis untuk kondisi khusus?a. Pada wanita hamil

i. Metronidazole 500 mg 2x1 selama 7 hariatauMetronidazole 250 mg 3x1 selama 7 hariatauClindamycin 300 mg 2x1 selama 7 hari

b. Pada Anak remajai. Metronidazole 500 mg 2x1 selama 7 hari

c. Pada Anak dengan berat badan <45kg, dengan keluhan pre-pubertas Bacterial Vaginitis

i. Metronidazole 15 mg/kg/hari oral dibagi dalam 2 kali pemberian/hari selama 7 hariDosis maximum: 1 g/hari

2. Vaksin untuk Herpes Zoster

a. Vaksin Herpes Zoster disebut dengan Zostavax, yaitu vaksin dengan virus hidup yang dilemahkan. Diberikan untuk mengurangi resiko timbulnya Herpes Zoster dan mengurangi timbulny post-herpetic neuralgia akibat herpes zoster.

b. Pada tahun 2006 Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) menganjurkan pemberian vaksin kepada orang dengan umur diatas 60 tahun. Meski demikian orang yang sudah terjangkit penyakit herpes zoster tetap diperbolehkan mendapatkan vaksin, dengan alas an untuk mengurangi kekambuhan di masa yang akan datang.

c. Vaksin ini disetujui oleh FDA untuk diberikan kepada orang berumur 50 tahun ke atas. Walaupun CDC tidak menganjurkan untuk pemberian vaksin ini secara rutin kepada orang dengan umur 50-59 tahun

d. Uji coba klinis menunjukan bahwa zostavax mengurangi resiko timbulnya Herpes zoster sebanyak 51% dan mengurangi resiko timbulnya post herpetic neuralgia sebanyak 67%

e. Efek sampingnya adalahi. Kemarahan

ii. Nyeri di tempat penyuntikan

Page 2: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

iii. Bengkak atau gatal di tempat penyuntikaniv. Sakit kepala

f. Orang orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin ini adalah:i. Orang yang pernah mengalami reaksi alergi yang hebat dan mengancam

nyawa, terhadap gelatin, Antibiotik neomycin dan produk lain dalam vaksin herpes zoster ini

ii. Orang yang memiliki system imun yang lemah oleh karena1. HIV/AIDS2. Penggunaan steroid jangka panjang3. Pengobatan Kanker dengan radiasi/kemoterapi4. Orang dengan Limfoma atau leukimia

iii. Wanita hamilg. Dosis

i. 0.65 ml Single Dose. Secara subcutaneous di daerah deltoid

3. Jenis Jenis Virus Herpeviridaea. Herpes simplex viruses 1 b. Herpes simplex viruses 2c. varicella-zoster virusd. EBV (Epstein-Barr virus) e. human cytomegalovirusf. human herpesvirus 6g. human herpesvirus 7h. Kaposi's sarcoma-associated herpesvirus

Page 3: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

HAND, FOOT, AND MOUTH DISEASE

PENDAHULUAN

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit infeksi virus akut yang bersifat self-limiting disease yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang ditandai dengan adanya vesikel pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral. Penyebab tersering disebabkan oleh coxsackievirus A16 dan human enterovirus 71Hand, foot, and mouth disease merupakan infeksi enteroviral yang mudah menular terutama pada anak-anak. Hand, foot, and mouth disease biasanya lebih sering menyerang anak-anak usia 2 sampai 10 tahun, tapi dapat juga terjadi pada orang dewasa. Infeksi hand, foot, and mouth disease dimulai dengan adanya demam dan sakit tenggorokan lalu timbul lesi di mukosa oral dan lesi kutaneus berupa makula dan vesikel. Penyakit ini merupakan salah satu infeksi virus yang beberapa kasus dapat sembuh sendiri dalam waktu tujuh sampai sepuluh hari.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

HFMD adalah penyakit yang disebabkan oleh enterovirus non polio seperti coxsackievirus A5, A7, A9, A10, A16, B1, B2, B3, B5, echovirus, dan enterovirus lainnya. Penyebab tersering dari penyakit ini adalah virus coxsackievirus A-16 dan enterovirus 71. Enterovirus termasuk dalam famili Pikornaviridae yang artinya virus RNA yang kecil. Subkelompok enterovirus yaitu coxsackievirus, ekovirus, dan poliovirus. Penamaan Coxsakie karena sewaktu ditemukan, virus ini berasal dari sampel tinja yang normal dari orang di daerah Coxsakie, New York. Coxsakievirus termasuk virus kecil tanpa envelope dengan single stranded, panjangnya 7400 nukleotida. Infeksi Coxsackievirus merupakan infeksi yang sangat menular. Masa inkubasi enterovirus dan coxsackievirus rata-rata 3-6 hari. Transmisi terjadi melalui kontak langsung melalui droplet, sekresi oral atau feses dalam rute fekal-oral atau oral-oral. Implantasi enterovirus terjadi pada faring dan saluran cerna bagian bawah. Enterovirus menginvasi dan membelah diri (replikasi) pada saluran cerna. Dalam 24 jam infeksi menyebar ke nodus limfa regional. Pada sekitar hari ke 3 terjadi viremia minor yang melibatkan banyak tempat-tempat sekunder. Multiplikasi virus di tempat ini terjadi bersama dengan mulainya gejala klinis. Penyakit dapat bervariasi dari ringan ke infeksi yang mematikan. Viremia mayor terjadi selama periode multiplikasi pada tempat-tempat sekunder, biasanya berakhir pada hari ke 3-7 infeksi.11 Selama 7 hari, kadar neutralizing antibody akan meningkat dan virus akan dieliminasi dari tubuh.

MANIFESTASI KLINIS

Setelah masa inkubasi penyakit HFMD yaitu sekitar 3 sampai 6 hari timbul gejala prodromal selama 12 sampai 24 jam berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri abdominal atau gejala respiratorik lainnya. Dua puluh lima persen pasien dapat mengalami limfadenopati submandibular dan atau servikal.Gejala klinis ditandai dengan adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut yang sangat pedih sehingga menyebabkan anak tidak mau makan. Lesi di mulut berupa makula yang dapat

Page 4: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

berkembang menjadi vesikel, dengan daerah tersering timbul yaitu di palatum, lidah, serta mukosa pipi (buccal). Lesi mukokutaneus yang terjadi berupa timbul makula sampai papula yang berkembang cepat menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar yang kemerahan (eritem). Vesikel cepat mengalami erosi yang dikelilingi halo yang kemerahan. Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.

FASE ERUPSI Lesi pada mulut terjadi pada sekitar 90% kasus yang merupakan tanda khusus penyakit ini. Sekitar sepuluh atau lebih Aphtae-like erosi dapat terlihat di kavitas oral. Lesi kutaneus pada dua pertiga pasien terlihat kurang dari 24 jam setelah enanthem. Lesi berukuran 3-7 mm, timbul makula yang cepat berubah warna menjadi kepucatan dan timbul vesikel. Vesikel timbul di telapak tangan, kaki, bagian dorsal jari dan ibu kaki, dan dapat menyebar ke wajah, pantat, dan tungkai. Gejala ini dapat hilang kisaran 7 hari, biasanya tanpa meninggalkan jaringan parut atau krusta. Lesi kutaneus perifer terjadi pada sekitar dua per tiga kasus dan timbul segera setelah timbul lesi oral. Lesi paling sering timbul pada telapak tangan, telapak kaki, bokong, genitalia eksterna, muka, dan kaki. Lesi ini berkembang sama seperti lesi oral yaitu dimulai timbulnya makula merah yang berkembang cepat menjadi vesikel berbentuk oval, elips (berbentuk seperti bola kaki). Setelah vesikel pecah dan membentuk krusta, lesi akan sembuh dalam waktu 7 sampai 10 hari.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Secara umum, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk HFMD. Jumlah leukosit berjumlah 4000-16000/μL, terkadang dapat terjadi limfositosis.10 Jika dicurigai terjadi suatu epidemi atau wabah, dapat dilakukan biakan dari feses atau dahak. Isolasi virus dilakukan dengan menggunakan apusan dari cairan vesikel atau dari spesimen feses dan kemudian dilakukan biakan. Neutralizing antibodies menghilang secara cepat tapi dapat terdeteksi hanya pada fase akut. Kadar yang tinggi dari antibodi komplemen dapat muncul pada fase konvalesen. Beberapa penelitian menunjukkan kegunaan pemeriksaan molekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction untuk mendiagnosis secara tepat dan spesifik untuk membedakan penyebab HFMD apakah coxsackievirus A16 atau enterovirus 71. Pemeriksaan laboratorium yang lain yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan histopatologi, serologi, tes Tzank, dan biakan virus. Hal ini sangat membantu evaluasi secara retrospektif dari seroprevalens penyakit ini di dalam suatu komunitas.Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan adanya degenerasi retikular epidermis yang menyebabkan terjadinya vesikel intraepidermal yang berisi netrofil, sel mononuklear, dan eosinofilik. Pemeriksaan serologi dilakukan untuk mendeteksi adanya neutralizing antibodies. Pada fase akut, neutralizing antibodies dapat terdeteksi tapi menghilang secara cepat. Pada fase konvalesens, terdapat peningkatan titer komplemen-antibodi. Pada pemeriksaan Tzank tidak ditemukan multinucleated giant cell dan inclusion bodies. Biakan virus dilakukan dengan mengisolasi virus di vesikel, dahak, ataupun feses.Feses, dahak, cairan vesikel dapat digunakan sebagai bahan biakan. Feses dianggap sebagai sampel yang paling tepat karena kemampuannya untuk menjaga virus untuk tetap hidup dalam waktu yang lebih lama. Biakan organisme ini memungkinkan identifikasi spesifikasi virus melalui observasi efek cytopathic dalam sel atau pembentuk plak pada sel monolayer (plaque assay).

Page 5: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

OBAT ANTIJA MUR

MEKANISME KERJAMekanisme kerja obat antijamur adalah dengan mempengaruhi sterol membran plasma

sel jamur, sintesis asam nukleat jamur, dan dinding sel jamur yaitu kitin, β glukan, dan mannooprotein.

1. Sterol membran plasma : ergosterol dan sintesis ergosterol Ergosterol adalah komponen penting yang menjaga integritas membran sel jamur

dengan cara mengatur fluiditas dan keseimbangan dinding membran sel jamur. Kerja obat antijamur secara langsung (golongan polien) adalah menghambat sintesis ergosterol dimana obat ini mengikat secara langsung ergosterol dan channel ion di membran sel jamur, hal ini menyebabkan gangguan permeabilitas berupa kebocoran ion kalium dan menyebabkan kematian sel. Sedangkan kerja antijamur secara tidak langsung (golongan azol) adalah mengganggu biosintesis ergosterol dengan cara mengganggu demetilasi ergosterol pada jalur sitokrom P450 (demetilasi prekursor ergosterol).1

2. Sintesis asam nukleatKerja obat antijamur yang mengganggu sintesis asam nukleat adalah dengan cara

menterminasi secara dini rantai RNA dan menginterupsi sintesis DNA. Sebagai contoh obat antijamur yang mengganggu sintesis asam nukleat adalah 5 flusitosin (5 FC), dimana 5 FC masuk ke dalam inti sel jamur melalui sitosin permease. Di dalam sel jamur 5 FC diubah menjadi 5 fluoro uridin trifosfat yang menyebabkan terminasi dini rantai RNA. Trifosfat ini juga akan berubah menjadi 5 fuoro deoksiuridin monofosfat yang akan menghambat timidilat sintetase sehingga memutus sintesis DNA.1

3. Unsur utama dinding sel jamur : glukansDinding sel jamur memiliki keunikan karena tersusun atas mannoproteins, kitin, dan

α dan β glukan yang menyelenggarakan berbagai fungsi, diantaranya menjaga rigiditas dan bentuk sel, metabolisme, pertukaran ion pada membran sel. Sebagai unsur penyangga adalah β glukan. Obat antijamur seperti golongan ekinokandin menghambat pembentukan β1,3 glukan tetapi tidak secara kompetitif. Sehingga apabila β glukan tidak terbentuk, integritas struktural dan morfologi sel jamur akan mengalami lisis.1

OBAT ANTIJAMUR SISTEMIK GOLONGAN AZOL

Kelompok azol dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jumlah nitrogen pada cincin azol. Kelompok imidazol (ketokonazol, mikonazol, dan klotrimazol) terdiri dari dua nitrogen dan kelompok triazol (itrakonazol, flukonazol, varikonazol, dan posakonazol) mengandung tiga nitrogen.2,3 Kedua kelompok ini memiliki spektrum dan mekanisme aksi yang sama. Triazol dimetabolisme lebih lambat dan efek samping yang sedikit dibandingkan imidazol, karena keuntungan itulah para peneliti berusaha mengembangkan golongan triazol daripada imidazol.4

Pada umumnya golongan azol bekerja menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan sterol utama untuk mempertahankan integritas membran sel jamur. Bekerja dengan cara menginhibisi enzim sitokrom P 450, C-14-α-demethylase yang bertanggung jawab merubah lanosterol menjadi ergosterol, hal ini mengakibatkan dinding sel jamur menjadi permeabel dan terjadi penghancuran jamur.5,6

1. Ketokonazol

Page 6: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

Ketokonazol mempunyai spektrum yang luas dan efektif terhadap Blastomyces dermatitidis, Candida species, Coccidiodes immitis, Histoplasma capsulatum, Malasezzia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis. Ketokonazol juga efektif terhadap dermatofit tetapi tidak efektif terhadap Aspergillus spesies dan Zygomycetes.7

Dosis ketokonazol yang diberikan pada dewasa 400 mg/hari sedangkan dosis untuk anak-anak 3,3-6,6 mg/kgBB dosis tunggal. Lama pengobatan untuk tinea korporis dan tinea kruris selama 2-4 minggu, 5 hari untuk kandida vulvovaginitis, 2 minggu untuk kandida esofagitis, tinea versikolor selama 5-10 hari, 6-12 bulan untuk mikosis dalam.7

Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering dijumpai terjadi pada 20% pasien yang mendapat dosis 400 mg/hari. Pemberian pada saat menjelang tidur atau dalam dosis terbagi dapat mengatasi keadaan ini. Alergi dapat terjadi pada 4% pasien, dan gatal tanpa rash terjadi sekitar 2% pada pasien yang diterapi ketokonazol.7

Ketokonazol dapat menginhibisi biosintesis steroid, seperti halnya pada jamur. Peninggian transaminase sementara dapat terjadi pada 5-10% pasien. Untuk pengobatan jangka waktu yang lama, dianjurkan dilakukan pemeriksaan fungsi hati. Hepatitis drug induced dapat terjadi pada beberapa hari pemberian terapi atau dapat terjadi berbulan-bulan setelah pemberian terapi ketokonazol. Ketokonazol dosis tinggi (>800 mg/hari) dapat menghambat human adrenal synthetase dan testicular steroid yang dapat menimbulkan alopesia, ginekomastia dan impoten.7

2. ItrakonazolItrakonazol mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap Aspergillosis sp.,

Blastomyces dermatidis, Candida sp., Cossidiodes immitis, Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, Malassezia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis, Scedosporium apiospermum dan Sporothrix schenckii. Itrakonazol juga efektif terhadap dematiaceous mould dan dermatofita tetapi tidak efektif terhadap Zygomycetes.7

Itrakonazol dosis kontinyu sama efektif dengan dosis pulse. Pada onikomikosis kuku tangan, pulse terapi diberikan selama 2 bulan, sedangkan onikomikosis kuku kaki selama 3 bulan. Itrakonazol merupakan obat kategori C, sehingga tidak direkomendasikan untuk wanita hamil dan menyusui, karena dieksresikan di air susu. Itrakonazol tersedia juga dalam bentuk kapsul 100 mg. Bentuk kapsul diberikan dalam kondisi lambung penuh untuk absorpsi maksimal, karena cyclodextrin yang terdapat dalam bentuk ini sering menimbulkan keluhan gastrointestinal.4,8

Tabel 1. Rejimen dosis itrakonazol5

Dewasa Anak-anakOnikomikosis Kuku tangan : 200 mg

2xsehari 1 minggu/bulan , 2 dosis pulseKuku kaki : 200 mg/harix12 mingguAtau200 mg 2xsehari x 1minggu/bulan, 3 dosis pulse

Kuku tangan : 5 mg/kg/hari x 1 minggu/bulan, 2 dosis pulsea

Kuku kaki : 5 mg/kg/hari x 1 minggu/bulan, 3 dosis pulse

Tinea kapitis 250 mg/hari x 2-8 minggu Infeksi Trichophyton : 5 mg/kg/hari x 2-4 minggu

Page 7: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

Infeksi Mikrosporum : 5 mg/kg/hari x 4-8 minggu

Tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis

200 mg 2xseharix1 minggu Dosis berdasarkan berat x 1-4 minggu

Pitiriasis versikolor 200 mg/hari x 5-7 hari, untuk pencegahan rekuren dengan 200 mg 2xsehari dosis tunggal/bulan

Tidak ada penelitian

a Dosis pediatrik berdasarkan berat badan : 100 mg/hari (15-30 mg), 100 mg/hari dapat diganti dengan 200 mg/hari (30-40 kg), 200mg/hari (> 50 kg)

Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti mual, nyeri abdomen dan konstipasi. Efek samping lain seperti sakit kepala, pruritus, dan ruam alergi.

3. FlukonazolMenurut FDA flukonazol efektif untuk mengatasi kandidiasis oral atau esophageal,

criptococcal meningitis dan pada penelitian lain dinyatakan efektif pada sporotrikosis (limfokutaneus dan visceral).4

Flukonazol digunakan sebagai lini pertama terapi kandidiasis mukotan.5 Pada pediatrik digunakan untuk terapi tinea kapitis yang disebabkan Tinea tonsurans dengan dosis 6 mg/kg/hr selama 20 hari, dan 5 mg/kg/hr selama 30 hari. Tetapi diberikan lebih lama pada infeksi Mycoplasma canis.8

Flukonazol tersedia sediaan tablet 50 mg, 100 mg, 150 mg, dan 200mg; sediaan oral solusio 10 mg/ml dan 40 mg/ml dan dalam bentuk sediaan intravena. Direkomendasikan pada anak-anak <6 bulan.8

Penggunaan untuk orang dewasa dan kandidiasis vagina adalah 150 mg dosis tunggal. Pada kandidiasis vulvovaginal rekuren 150 mg tiap minggu selama 6 bulan atau lebih. Tinea pedis dengan 150 mg tiap minggu selama 3-4 minggu, dengan 75% perbaikan pada minggu ke-4. Pada terapi onikomikosis, terbinafin 250 mg sehari selama 12 minggu lebih utama dibandingkan flukonazol 150 mg tiap minggu selama 24 minggu. Pada pitiriasis versikolor digunakan 400 mg dosis tunggal. Pada suatu penelitian open label randomized meneliti pitiriasis versikolor yang diterapi dengan 400 mg flukonazol dosis tunggal dibandingkan dengan 400 mg itrakonazol, ternyata flukonazol lebih efektif dibandingkan itrakonazol dengan dosis sama.8

Flukonazol ditoleransi baik oleh geriatrik kecuali dengan gangguan ginjal. Obat ini termasuk kategori C, sehingga tidak direkomendasikan untuk wanita hamil dan menyusui.8

Efek samping yang sering adalah masalah gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, nyeri abdomen dan juga sakit kepala. Selain itu hipersensitivitas, agranulositosis, sindroma Stevens Johnsons, hepatotoksik, trombositopenia dan efek pada sistem saraf pusat.8

4. VarikonazolVarikonazol mempunyai spektrum yang luas terhadap Aspergillus sp., Blastomyces

dermatitidis, Candida sp, Candida spp flukonazol resistant., Cryptococcus neoforams, Fusarium sp., Histoplasma capsulatum, dan Scedosporium apospermum. Tidak efektif terhadap Zygomycetes.1

Pemberian pada kandidiasis esofageal dimulai dengan dosis oral 200 mg setiap 12 jam untuk berat badan > 40 kg dan 100 mg setiap 12 jam untuk berat badan < 40 kg. Untuk

Page 8: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

aspergilosis invasif dan penyakit jamur, lainnya yang disebabkan Scedosporium asiospermum dan Fussarium spp, direkomendasikan loading dose 6 mg/kg IV setiap 12 jam untuk 24 jam pertama, diikuti dengan dosis pemeliharaan 4 mg/kgBB setiap 12 jam dengan pemberian intravena atau 200 mg setiap 12 jam per oral.9

Vorikonazol dapat ditoleransi baik oleh manusia. Efek toksik vorikonazol yang sering ditemukan adalah gangguan penglihatan transien (30%). Meski dapat ditoleransi dengan baik, pada 10-15% kasus ditemukan adanya abnormalitas fungsi hepar sehingga dalam pemberian vorikonazol perlu dilakukan monitor fungsi hepar. Vorikonazol bersifat teratogenik pada hewan dan kontraindikasi pada wanita hamil.7,10

5. PosakonazolPosakonazol memiliki kemampuan antijamur terluas saat ini. Tidak ditemukan resistensi

silang posakonazol dengan flukonazol. Posakonazol merupakan satu-satunya golongan azol yang dapat menghambat jamur golongan Zygomycetes. Posakonazol juga dapat digunakan dalam pengobatan aspergilosis dan fusariosis.11,12

Posakonazol hanya tersedia dalam bentuk suspensi oral, dapat diberikan dengan rentang dosis 50-800 mg. Pemberian awal posakonazol dibagi menjadi empat dosis guna mencapai level plasma adekuat. Pemberian posakonazol dapat juga diberikan dua kali sehari pada keadaan tidak membahayakan jiwa. Absorbsi posakonazol lebih baik bila diberikan bersama dengan makanan atau suplemen nutrisi.16

GOLONGAN ALILAMINTerbinafin

Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. Efektif terhadap dermatofit yang bersifat fungisidal dan fungistatik untuk Candida albican, s tetapi bersifat fungisidal terhadap Candida parapsilosis. Terbinafin juga efektif terhadap Aspergillosis sp., Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Sporothrix schenxkii dan beberapa dermatiaceous moulds.8

Pada onikomikosis kuku tangan dan kaki dewasa yang disebabkan dermatofita, pemberian terbinafin kontinyu lebih efektif daripada itrakonazol dosis pulse.4,7,8

Oral terbinafin efektif untuk pengobatan dermatofitosis pada kulit dan kuku. Dosis terbinafin oral untuk dewasa yaitu 250 mg/hari, tetapi pada pasien dengan gangguan hepar atau fungsi ginjal (kreatinin klirens < 50 ml/menit atau konsentrasi serum kreatinin > 300 µmol/ml) dosis harus diberikan setengah dari dosis tersebut. Pengobatan tinea pedis selama 2 minggu, tinea korporis dan kruris selama 1-2 minggu, sedangkan infeksi pada kuku tangan selama 3 bulan dan kuku kaki selama 6 bulan atau lebih.7,8

Tabel 2. Terbinafin dosis rejimen8

Dewasa Anak-anakOnikomikosis Kuku tangan : 250 mg/hr x 6

mingguKuku kaki : 250 mg/hr x 12 minggu

3-6 mg/khg/hr x 6-12 minggua

Tinea kapitis 250 mg/hr x 2-8 minggu Infeksi Trichophyton : 3-6 mg/kg/hr x 2-4 minggua

Infeksi Microsporum : 3-6

Page 9: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

mg/kg/hr x 6-8 minggua

Tinea korporis, tinea kruris 250 mg/hr x 1-2 minggu 3-6 mg/kg/hr x 1-2 mingguTinea pedis (mokasin) 250 mg/hr x 2 minggu b

Dermatitis seboroik 250 mg/hr x 4-6 minggu b

a Dosis anak berdasarkan berat badan : 62,5 mg/hr (10-20 kg), 125 mg/hr (20-40 kg), 250 mg/hr (>40 kg). Catatan : tingkat kesembuhan tinggi dicapai dengan dosis 4,5 mg/hr atau lebih.b Tidak ada penelitian.

Efek samping pada gastrointestinal seperti diare, dispepsia, dan nyeri abdomen. Terbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit hepar kronik atau aktif.7

GOLONGAN POLIEN1. Amfoterisin B

Amfoterisin B mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap Aspergillus sp., Mucorales sp., Blastomyces dermatitidid, candida sp., Coccidiodiodes immitis, Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, paracoccidioides brasiliensis, Penicillium marneffei.

Sedangkan untuk Aspergillus tereus, Fussarium sp., Malassezia furfur, Scedosporium sp., dan Trichosporon asahii biasanya resisten.7

Kebanyakan pasien dengan infeksi mikosis dalam diberikan dosis 1-2 gr amfoterisin B deoksikolat selama 6-10 minggu. Orang dewasa dengan fungsi ginjal yang normal diberikan dosis 0,6-1,0 mg/kg BB. Sebelum pemberian obat, terlebih dahulu dites dengan dosis 1 mg amfoterisin B di dalam 50 ml cairan dextrose dan diberikan selama 1-2 jam (anak-anak dengan berat badan kurang dari 30 kg diberikan dosis 0,5 mg) kemudian diobservasi dan dimonitor suhu, denyut jantung dan tekanan darah setiap 30 menit oleh karena pada beberapa pasien dapat timbul reaksi hipotensi berat atau reaksi anafilaksis. Dosis obat dapat ditingkatkan > 1mg/kgBB, tetapi tidak melebihi 50 mg. Setelah 2 minggu pengobatan, konsentrasi di dalam darah akan stabil dan kadar obat di jaringan makin bertambah dan memungkinkan obat diberikan pada interval 48 atau 72 jam.4

Pemberian liposomal amfoterisin B biasanya dimulai dengan dosis 1,0 mg/kg BB dapat ditingkatkan menjadi 3,0-5,0 mg.kgBB atau lebih. Formula ini harus diberikan intravena dalam waktu 2 jam, jika ditoleransi baik maka waktu pemberian dapat dipersingkat menjadi 1 jam. Obat ini berikan pada individu selama 3 bulan dengan dosis kumulatif 15 g tanpa efek samping toksik yang signifikan. Dosis yang dianjurkan adalah 3 mg/kbBB/hari.13

Dosis yang direkomendasikan untuk pemberian amfoterisin B lipid kompleks yaitu 5 mg/kgBB dan diberikan intravena dengan rata-rata 2,5 mg/kbBB/jam. Obat ini pernah diberikan pada individu selama 11 bulan dengan dosis kumulatif 50 g tanpa efek samping toksik yang signifikan.13

Dosis awal amfoterisin B dispersi koloid yaitu 1,0 mg/kgBB diberikan intravena dengan rata-rata 1 mg/kgBB/jam dan jika dibutuhkan dosis dapat ditingkatkan menjadi 3,0-4,0 mg/kgBB. Obat ini pernah diberikan pada individu dengan dosis kumulatif 3 g tanpa efek samping toksik yang signifikan.4,13

Pemberian formula konvensional dengan cara intravena dapat segera menimbulkan efek samping seperti demam, menggigil dan badan menjadi kaku. Biasanya timbul setelah 1-3 jam pemberian obat. Mual dan muntah dapat juga dijumpai tetapi jarang, sedangkan efek lokal flebitis sering juga dijumpai. Efek samping toksik yang paling serius adalah kerusakan tubulus ginjal. Kebanyakan pasien yang mendapat formula konvensional sering menderita kerusakan fungsi ginjal terutama pada pasien yang mendapat dosis lebih dari 0,5/kgBb/hari. Formula

Page 10: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

konvensional dapat juga menyebabkan hilangnya potasium dan magnesium. Pasien yang mendapat pengobatan lebih dari 2 minggu, dapat timbul anemia normokromik dan normositik sedang.7,13

2. NistatinNistatin merupakan antibotik yang digunakan sebagai antijamur, diisolasi dari

Streptomyces nourse pada tahun 1951. Untuk pengobatan kandidiasis oral, nistatin diberikan tablet nistatin 500.000 unit setiap 6 jam. Suspensi nistatin oral terdiri dari 100.000 unit/ml yang diberikan 4 kali sehari dengan dosis pada bayi baru lahir 1 ml, infant 2 ml dan dewasa 5 ml.7

GOLONGAN EKINOKANDIN1. Kaspofungin

Kaspofungin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas. Kaspofungin efektif terhadap Aspergillus fumigates, Aspergillus flavus dan Aspergillus terreus. Kaspofungin mempunyai aktifitas yang berubah-ubah terhadap Coccidioides immitis, Histoplasma capsulatum dan dermatiaceous molds. Kaspofungin juga efektif terhadap sebagian besar Candida sp., dengan efek fungisidal yang tinggi, tetapi dengan Candida parpsilosis dan Candida krusei kurang efektif, dan resisten terhadap Cryptococcus neoformans.9

Pada pasien aspergilosis, dosis yang dianjurkan 70 mg pada hari pertama dan 50 mg/hari untuk hari selanjutnya. Setiap dosis harus diberikan intravena melalui infus dalam periode 1 jam. Pasien dengan kerusakan hepar sedang, direkomendasikan dosis kaspofungin diturunkan menjadi 35 mg.4

Efek samping yang sering dijumpai yaitu demam, adanya ruam kulit, mual, muntah.5,13

2. MikafunginPada tahun 2005, mikafungin disetujui FDA untuk terapi esofagitis kandida pada pasien

HIV.3

Pettengell et al. melaporkan pemberian mikafungin 50-100 mg/hari menyebabkan respon total atau parsial pada 35 dari 36 pasien kandidiasis esophagus (97,2%) dan insiden efek simpang hanya 2,8% (1 dari 36 pasien). Mikafungin juga bermanfaat untuk terapi aspergilosis invasif.10

Penelitian juga telah dilakukan untuk membandingkan efektifitas mikafungin dengan flukonazol sebagai antijamur profilaksis pada 882 pasien yang menjalani transplantasi stem sel hemopoietik. Mikafungin diberikan 50 mg/hari atau flukonazol 400 mg/hari secara acak selama enam minggu. Hasil penelitian menunjukkan respon mikafungin sebagai antijamur profilaksis lebih baik dibanding flukonazol (80% dibanding 73.5%; p = 0.025). Hasil ini konsisten terhadap semua subgroup termasuk anak dan orang tua, pasien dengan netropenia persisten dan resipien transplantasi alogenik dan autolog.4

3. AnindulafunginAnindulafungin merupakan kelompok ekinokandin yang telah disetujui FDA tahun 2006

untuk penatalaksanaan kandidiasis esophagus, peritonitis dan abses intraabdomen disebabkan kandida.3

Suatu penelitian terhadap 123 pasien kandidiasis invasif diacak untuk menerima sediaan 50, 75, atau 100 mg anindulafungin sekali sehari.

GOLONGAN ANTIJAMUR LAIN

Page 11: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

1. FlusitosinFlusitosin efektif terhadap Candida sp., Cryptococcus neoformans, Cladophialophora

carrionii, Fonsecaea sp., Phialophora verrucosa.7

Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal yang normal, pemberian flusitosin diawali dengan dosis 100 mg/kg BB perhari, dibagi dalam 4 dosis dengan interval 6 jam namun jika terdapat gangguan ginjal pemberian flusitosin diawali dengan dosis 25 mg/kgBB.7

Efek samping yang sering dijumpai yaitu mual,muntah dan diare. Trombositopenia dan leukopenia dapat terjadi jika konsentrasi obat di dalam darah meninggi, menetap (>100 mg/L) dan dapat juga dijumpai jika obat dihentikan. Peninggian kadar transaminase dapat juga dijumpai pada beberapa pasien tetapi dapat kembali normal setelah obat dihentikan.7

2. GriseofulvinGriseofulvin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas hanya untuk spesies

Epidermophyton flocossum, Microsporum sp., dan Trichophyton sp., yang merupakan penyebab infeksi jamur pada kulit, rambut kuku. Griseofulvin tidak efektif terhadap kandidiasis kutaneus dan pitiriasis versikolor.7

Griseofulvin terdiri atas 2 bentuk yaitu microsize (mikrochryristallin) dan ultramicrosize (ultramicrochrystallin). Bentuk ultramicrosize penyerapannya pada saluran pencernaan 1,5 kali dibandingkan dengan bentuk microsize.8

Pada saat ini, griseofulvin lebih sering digunakan untuk pengobatan tinea kapitis. Tinea kapitis lebih sering dijumpai pada anak-anak disebabkan oleh Trychopyton tonsurans. Dosis pada anak-anak 20-25 mg/kg/hari (mikrosize), atau 15-20 mg/kg/hari (ultrasize) selama 6-8 minggu.8

Dosis griseofulvin (pemberian secara oral) yaitu dewasa 500-1000 mg/ hari (microsize) dosis tunggal atau terbagi dan 330-375 mg/hari (ultramicrosize) dosis tunggal atau terbagi.10

Lama pengobatan untuk tinea korporis dan kruris selama 2-4 minggu, untuk tinea kapitis paling sedikit selama 4-6 minggu, untuk tinea pedis selama 4-8 minggu dan untuk tinea unguium selama 3-6 bulan.7,8

Efek samping griseofulvin biasanya ringan berupa sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri abdomen. Timbulnya reaksi urtikaria dan erupsi kulit dapat terjadi pada sebagian pasien.8

ANTI JAMUR TOPIKAL GOLONGAN AZOL-IMIDAZOL

1. KlotrimazolKlotrimazol dapat digunakan untuk pengobatan dermatifitosis, kandidiasis oral, kutaneus

dan genital. Untuk pengobatan oral kandidiasis, diberikan oral troches (10 mg) 5 kali sehari selama 2 minggu atau lebih. Untuk pengobatan kandidiasis vaginalis diberikan dosis 500 mg pada hari ke-1, 200 mg hari ke-2, atau 100 mg hari ke-6 yang dimasukkan ke dalam vagina. Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan krim klotrimazol 1% dosis dan lamanya pengobatan tergantung kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.

2. EkonazolEkonazol dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan kandidiasis oral,

kutaneus dan genital. Untuk pengobatan kandidiasis vaginalis diberikan dosis 150 mg yang dimasukkan ke dalam vagina selama 3 hari berurut-turut. Untuk pengobatan infeksi jamur pada

Page 12: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

kulit digunakan ekonazol krim 1 %, dosis dan lamanya tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari. Ekonazol penetrasi dengan cepat di stratum korneum. Kurang dari 1% diabsorpsi ke dalam darah. Sekitar 3% pasien mengalami eritema lokal, sensasi terbakar, tersengat, atau gatal. 7

3. MikonazolMikonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis versikolor, serta

kandidiasis oral, kutaneus dan genital. Mikonazol cepat berpenetrasi pada stratum korneum dan bertahan lebih dari 4 hari setelah pengolesan. Kurang dari 1% diabsorpsi dalam darah. Absorpsi kurang dari 1,3% di vagina. Pengobatan kandidiasis vaginalis diberikan dosis 200 selama 7 hari atau 100 mg selama 14 hari yang dimasukkan ke dalam vagina. Pengobatan kandidiasis oral, diberikan oral gel (25 mg) 4 kali sehari. Pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan mikonazol krim 2%, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.

Efek samping pemakaian topikal vagina adalah rasa terbakar, gatal atau iritasi 7% kadang-kadang terjadi kram di daerah pelvis (0,2%), sakit kepala, urtika, atau skin rash. Iritasi, rasa terbakar dan maserasi jarang terjadi pada pemakaian kutaneus. Mikonazol aman digunakan pada wanita hamil, meskipun beberapa ahli menghindari pemakaian pada kehamilan trimester pertama.7

4. KetokonazolKetokonazol mempunyai ikatan yang kuat dengan keratin dan mencapai keratin dalam

waktu 2 jam melalui kelenjar keringat ekrin. Penghantaran akan menjadi lebih lambat ketika mencapai lapisan basal epidermis dalam waktu 3-4 minggu. Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai, minimal 10 hari setelah obat dihentikan.14

Ketokonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis versikolor, kutaneus kandidiasis dan dapat juga untuk pengobatan dermatitis seboroik. Pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan krim ketokonazol 1%, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan sekali sehari sedangkan pengobatan dermatitis seboroik dioleskan 2 kali sehari. Pengobatan pitiriasis versikolor menggunakan ketokonazol 2% dalam bentuk shampoo sebanyak 2 kali seminggu selama 8 minggu.14

5. SulkonazolSulkonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan kandidiasis kutaneus.

Pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan sulkonazol krim 1%. Dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya untuk pengobatan tinea korporis , tinea kruris ataupun pitiriasis versikolor dioleskan 1 atau 2 kali sehari selama 3 minggu dan untuk tinea pedis dioleskan 2 kali sehari selama 4 minggu.14

6. Terkonazol Terkonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan kandidiasis kutaneus dan

genital. Pengobatan kandidiasis vaginalis yang disebabkan Candida albicans, digunakan terkonazol krim vagina 0,4% (20 gr terkonazol) yang dimasukkan ke dalam vagina menggunakan aplikator sebelum waktu tidur, 1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut dan vaginal supositoria dengan dosis 80 mg terkonazol, dimasukkan ke dalam vagina, 1 kali sehari sebelum waktu tidur selama 3 hari berturut-turut.15

7. TiokonazolTiokonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis serta kandidiasis kutaneus dan

genital. Untuk pengobatan kandidiasis vaginalis diberikan dosis tunggal sebanyak 300 mg

Page 13: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

dimasukkan ke dalam vagina. Untuk infeksi pada kulit digunakan tiokonazol krim 1%, dosis dan lamanya pengobatan tergantung kondisi pasien, biasanya untuk pengobatan tinea korporis dan kandidiasis kutaneus biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari. Untuk tinea pedis dioleskan 2 kali sehari selama 6 minggu, untuk tinea kruris dioleskan 2 kali sehari selama 2 minggu dan untuk pitirisis versikolor dioleskan 2 kali sehari selama 1-4 minggu.15

8. SertakonazolSertakonazol dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan candida sp,

digunakan sertakonazol krim 2%, dioleskan 1-2 kali sehari selama 4 minggu.15

GOLONGAN ALILAMIN/BENZILAMIN1. Naftifin

Naftifin dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan Candida sp., Untuk pengobatan digunakan krim naftifin hidroklorida krim 1% dioleskan 1 kali sehari selama 1 minggu.8

2. TerbinafinTerbinafin dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis versikolor dan

kandidiasis kutaneus. Digunakan terbinafin krim 1% yang dioleskan 1 atau 2 kali sehari. Untuk pengobatan tinea korporis dan tinea kruris digunakan selama 1-2 minggu, untuk tinea pedis selama 2-4 minggu, untuk kandidiasis kutaneus selama 1-2 minggu dan untuk pitiriasis versikolor selama 2 minggu.7

3. ButenafinButenafin merupakan golongan benzilamin aktifitas antijamurnya sama dengan golongan

alilamin. Butenafin bersifat fungisidal terhadap dermatofita dan dapat digunakan untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris dan tinea pedis, dioleskan 1 kali sehari selama 4 minggu.4

GOLONGAN POLIEN1. Nistatin

Pengobatan kandidiasis kutis dapat digunakan nistatin topikal pada kulit atau membrane mukosa (rongga mulut, vagina). Nistatin biasanya tidak bersifat toksik tetapi kadang-kadabng dapat timbul mual, muntah dan diare jika diberikan dengan dosis tinggi.

Untuk pengobatan kandidiasis vaginalis diberikan 1 atau 2 vaginal suppossitoria (100.000 setiap unitnya) yang diberikan selama kurang lebih 14 hari.

ANTIJAMUR GOLONGAN LAIN1. Asam Undesilenat

Asam undesilenat bersifat fungistatik, dapat juga bersifat fungisidal apabila terpapar lama dengan konsentrasi yang tinggi pada agen jamur. Tersedia dalam bentuk salep, krim, bedak spray powder, sabun, dan cairan. Salap asam undesilenat mengandung 5% asam undesilenat dan 20% zinc undesilenat. Zinc bersifat astringent yang menekan inflamasi. Preparat ini digunakan untuk mengatasi dermatomikosis, khususnya tinea pedis. Efektifitas masih lebih rendah dari imidazol, haloprogin atau tolnaftat. Preparat ini juga dapat digunakan pada ruam popok, dan tinea kruris.7

Page 14: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

2. Salep WhitefieldPada tahun 1970, Arthur Whitefield membuat preparat salep yang mengandung 12%

asam benzoate dan 6% asam salisilat. Kombinasi ini dikenal dengan salep Whitefield. Asam benzoat bekerja sebagai fungistatik, dan asam salisilat sebagai keratolitik sehingga menyebabkan deskuamasi keratin yang mengandung jamur. Preparat nini sering menyebabkan iritasi khususnya jika dipakai pada permukaan kulit yang luas. Selain itu absorpsi secara sistemik dapat terjadi, dan menyebabkan toksisitas asam salisilat, khususnya pada pasien yang mengalami gagal ginjal. Digunakan untuk mengatasi tinea pedis, dan tinea kruris. 7

3. AmorolfinAmorolfin merupakan phenylpropylpiperidine. Bekerja dengan cara menghambat

biosintesis ergosterol jamur. Aktifitas spektrumnya luas, dapat digunakan untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis dan onikomikosis. Untuk infeksi jamur pada kulit amorolfin dioleskan satu kali sehari selama 2-3 minggu sedangkan untuk tinea pedis selama 6 bulan. Amorolfin 5% nail lacquaer diberikan sebagai monoterapi pada onikomikosis ringan tanpa adanya keterlibatan matriks. Diberikan satu atau dua kali seminggu selama 6-12 bulan. Pemakaian amorolfin 5% pada pengobatan jamur memiliki angka kesembuhan 60-76% dengan pemakaian satu atau dua kali seminggu. Kuku tangan dioleskan satu atau dua kali setiap minggu selama 6 bulan sedangkan kuku kaki harus digunakan selama 9-12 bulan.5

4. Siklopiroks olaminSiklopiroks olamin adalah antijamur sintetik hydroxypyridone, bersifat fungisidal,

sporisida dan memiliki penetrasi yang baik pada kulit dan kuku. Siklopiroks efektif untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis, onikomikosis, kandidiasis kutaneus dan pitiriasis versikolor.15

Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit harus dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu sedangkan untuk pengobatan onikomikosis digunakan siklopiroks nail lacquer 8%. Setelah dioleskan pada permukaan kuku yang sakit, larutan tersebut akan mengering dalam waktu 30-45 detik, zat aktif akan segera dibebaskan dari pembawa berdifusi menembus lapisan lempeng kuku hingga ke dasar kuku (nail bed) dalam beberapa jam sudah mencapai kedalaman 0,4 mm dan secara penuh akan dicapai setelah 24-48 jam pemakaian. Kadar obat akan mencapai kadar fungisida dalam waktu 7 hari sebesar 0,89 ±0,25 mikrogram tiap milligram material kuku. Kadar obat akan meningkat terus hingga 30-45 hari setelah pemakaian dan selanjutnya konsentrasi akan menetap yakni sebesar 50 kali konsentrasi obat minimal yang berefek fungisidal. Konsentrasi obat yang berefek fungisidal ditemukan di setiap lapisan kuku.7

Sebelum pemakaian cat kuku siklopiroks, terlebih dahulu bagian kuku yang terinfeksi diangkat atau dibuang, kuku yang tersisa dibuat kasar kemudian dioleskan membentuk lapisan tipis. Dilakukan setiap 2 hari sekali selama bulan pertama, setiap 3 hari sekali pada bulan kedua dan seminggu sekali pada bulan ketiga hingga bulan keenam pengobatan. Pemakaian cat kuku dianjurkan tidak lebih dari 6 bulan.5,15

5. HaloproginHaloprogin merupakan halogenated phenolic, efektif untuk pengobatan tinea korporis,

tinea kruris, tinea pedis dan pitiriasis versikolor, dengan konsentrasi 1% dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.7

Page 15: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

6. TimolTimol adalah antiseptik yang larut dalam alkohol efektif dalam bentuk tingtur untuk

mengobati onikolisis. Timol bekerja sebagai antiseptik membunuh organisme pada saat alkohol menguap. Tidak tersedia preparat komersil; ahli farmakologi mencampur 2-4% timol ke dalam larutan dasar seperti etanol 95% dan mengendap di dasar botol. Pemakaiannya jari ditegakkan vertikal lalu diteteskan solusio sampai menyentuh hiponikium, gaya gravitasi dan tekanan permukaan secara cepat mendistribusikan timol ke bagian terdalam dari ruang subungual. Penggunaan timol beresiko iritasi, dan memiliki bau yang tidak menyenangkan. 14

7. Castellani’s paintCastellani’s paint (carbol fuchsin paint) memiliki aktifitas antijamur dan antibacterial.

Digunakan sebagai terapi tinea pedis, dermatitis seboroik, tinea imbrikata. Efek sampingnya adalah iritasi dan reaksi toksik terhadap fenol. 15

8. Alumunium ChlorideAlumunium Chloride 30% memiliki efikasi mirip dengan Castellani’s paint pada terapi

tinea pedis.15

9. Gentian VioletGentian violet adalah triphenylmethane (rosaniline) dye. Produk yang dipasarkan

mengandung 4% tetramethyl dan pentamethyl congeners campuran ini membentuk kristal violet. Solusio gentian violet dengan konsentrasi 0,5-2% digunakan pada infeksi jamur mukosa. Gentian violet memiliki efek antijamur dan antibaterial.15

10. Potassium PermanganatPotassium permanganat tidak memiliki aktifitas antijamur. Pada pengenceran 1:5000

sering digunakan untuk meredakan inflamasi akibat kandidiasi intertriginosa.15

11. Selenium SulphideLosio 2,5% selenium sulphide untuk terapi pitiriasis versikolor dan dermatitis seboroik.

Pengguinaan losio selama 10 menit satu kali sehari selama pemakaian 7 hari, tidak terjadi absorpsi perkutaneus yang signifikan. Selenium sulphide 2,5% dalam bentuk sampo dapat menyebabkan iritasi pada kulit kepala atau perubahan warna rambut. Losio selenium sulphide juga digunakan sebagai sampo pada tinea kapitis yang telah diberikan terapi oral griseofulvin.15

12. Zinc PyrithioneZinc pyrithione adalah antijamur dan antibakteri yang digunakan mengatasi pitiriasis sika.

Sampo zinc pyrithione 1% efektif pada terapi pitiriasis versikolor yang dioleskan setiap hari selama 2 minggu.15

13. Sodium Thiosulfate dan Salicylic AcidSolusio 25% sodium thiosulfate dikombinasi dengan 1% salicylic acid tersedia preparat

komersial dan digunakan pada tinea versikolor.15

14. Prophylen Glycol

Page 16: PR Dokter Juliana

Tugas dr.Juliana,MH.Kes.SpKK

Prophylen glycol (50% dalam air) telah digunakan untuk mengatasi pitiriasis versikolor. Prophylen glycol 4-6% sebagai agen keratolitik, yang secara in vitro bersifat fungistatik terhadap Malassezia furfur kompleks (bentuk dari Pityrosporum spp). Solusio propylene glycol-urea- asam laktat juga telah digunakan untuk onikomikosis.15