skripsi bb ii

87
BAB II PERSPEKTIF TENTANG PENGANGGURAN. A. Pengangguran dan jenisnya Soeroto menyatakan bahwa pengangguran adalah sebagian dari angkatan kerja yang sedang tidak mempunyai pekerjaan, sedangkan angkatan kerja adalah bagian dari penduduk yang mampu untuk bekerja. 21 Jika dilihat berdasarkan kemauan, maka pengagguran itu sendiri, terdiri dari pengangguran terpaksa dan pengangguran sukarela. 22 Pengangguran terpaksa merupakan pengangguran yang tidak dapat memperoleh pekerjaan, walaupun orang tersebut bersedia untuk bekerja dalam bidang pekerjaan yang upah kerjanya rendah sekalipun. Sedangkan pengangguran sukarela adalah pengangguran yang lebih memilih untuk menganggur dari pada bekerja dengan upah yang rendah dari upah yang diharapkan. Pada pihak lain, terdapat juga orang-orang yang sedang tidak mempunyai pekerjaan, tetapi tidak mencari pekerjaan

Upload: edwin-themuvha

Post on 26-Jun-2015

292 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi BB II

BAB II

PERSPEKTIF TENTANG PENGANGGURAN.

A. Pengangguran dan jenisnya

Soeroto menyatakan bahwa pengangguran adalah sebagian dari angkatan

kerja yang sedang tidak mempunyai pekerjaan, sedangkan angkatan kerja adalah

bagian dari penduduk yang mampu untuk bekerja. 21

Jika dilihat berdasarkan kemauan, maka pengagguran itu sendiri, terdiri dari

pengangguran terpaksa dan pengangguran sukarela.22 Pengangguran terpaksa

merupakan pengangguran yang tidak dapat memperoleh pekerjaan, walaupun orang

tersebut bersedia untuk bekerja dalam bidang pekerjaan yang upah kerjanya rendah

sekalipun. Sedangkan pengangguran sukarela adalah pengangguran yang lebih

memilih untuk menganggur dari pada bekerja dengan upah yang rendah dari upah

yang diharapkan.

Pada pihak lain, terdapat juga orang-orang yang sedang tidak mempunyai pekerjaan,

tetapi tidak mencari pekerjaan karena mengangap bahwa tidak ada kesempatan kerja

yang tersedia baginya. Orang-orang ini biasanya disebut dengan “discourage

worker” pengangguran putus asa. 23

21 Seoroto, Strategi Pembangunan Dan Perencanaan Tenaga Kerja, 1222 Ibid, 17223 Ibid, 15

Page 2: skripsi BB II

Irawan dan M. Suparmoko dalam buku mereka “ Ekonomi Pembangunan”

mengolongkan pengangguran dalam tiga jenis, yaitu : 24

1. Pengangguran yang kelihatan( visible under empeloyment).

Pengagguran ini merupakan dengan jumlah waktu kerja yang sungguh-

sungguh digunakan lebih sedikit dari pada yang tersedia. Pengangguran yang

kelihatan ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu pengangguran kronis, yang

jumlah waktu kerja potensialnya jauh lebih besar daripada yang dipakainya,

bahkan mungakin tidak terpakai sama sekali. Dan pengangguran musiman.

2. Pengangguran tak kentara ( invisible under empeloyment )

Pengangguran tak kentara merupakan pengangguran yang menggunakan

waktu kerjanya penuh dalam dalam suatu bidang pekerjaan. Padahal

sebenarnya waktu kerja yang mereka miliki tidak seluruhnya untuk bekerja

3. Pengangguran potensial ( Potential under empeloyment)

Pengangguran potensial merupakan angkatan kerja yang dapat ditarik kedalam

bidang pekerjaan lain, tanpa mengurangi hasil dari pekerjaan pertama. Tetapi

harus disertai dengan metode-metode pruduksi bagi mereka yang mendukung

dalam kegiatan-kegiatan produktif.

Berdasarkan factor-faktor penyebabnya, maka pengangguran itu sendiri terbagi

atas beberapa jenis, antara lain.25

24 Irawan dan M Suparmoko, Ekonomi pembangunan (yogyakarta : BPFE-yogyakarta, edisi ke-3 1979) 92-94

25 Soeroto, Strategi pembangunan dan perencanaan kerja, 172-18.1 Pengangguran peralihan (frictional unemempeloyment)

Page 3: skripsi BB II

Umumnya pengangguran ini bersifat sementara dan akan bekerja kembali.

Pengangguran ini disebabkan oleh terjadinya perpindahan kerja kepekerjaan

lain.26 waktu dalam proses perpindahan tersebutlah yang membuat orang yang

bersangkutan tergolong dalam pengangguran.

2. Pengangguran Musiman.

Pengangguran ini disebabkan oleh kegiatan kerja yang dipengaruhi oleh

musim.27 baik itu iklim maupun kebiasaan masyarakat.

3. Pengangguran konjungtoral

Pengangguran konjungtoral timbul karena terjadi penurunan kegiatan

ekonomi, sehingga dilakukan pengurangan dalam penggunaan tenaga kerja.

Pengangguran ini ada selama masih terjadi pengurangan kegiatan pruduksi

sampai kegiatan ekonomi hidup kembali. Umumnya para pegawai

dirumahkan untuk sementara waktu dan kurun waktu ini biasanya terjadi

selama 1-2 tahun

4. Pengangguran teknologis

Jenis ini disebabkan adanya perubahan teknologi produksi.28 Perubahan ini

menyangkut proses peekerjaan jenis bahan yang digunakan ataupun tingkat

produktivitas kerjanya. Sehingga terjadi penggantian tenaga manusia dengan

tenaga mesin.

26 Simon dan Chiristofer danes, moral social actual, 11727 Ibid 11728 Kenneth J. Neubeck, Sosial Problem: A Critical Approach 161

5. Pengangguran Struktural.

Page 4: skripsi BB II

Pengangguran ini dikenal dalam dua macam, yang pertama pengangguran

struktural yang diakibatkan perubahan struktural pasar barang. Ini dapat terjadi

apabila barang atau jasa yang pada awalnya memiliki pasaran yang baik

menjadi tidak laku atau usaha tersebut cocok dilakukan ditempat lain. Sehingga

usaha atau kegiatan produksi yang sudah ada terpaksa ditutup, yang

menyebabkan PHK.29 Yang kedua pengangguran stuktural yang ditimbulkan

oleh struktur perekonomian yang kurang yang belum maju dan belum mampu

menciptakan lapangan kerja yang produktif bagi semua angkatan kerjanya.

6. Pengangguran Wanita.

Jumlah angkatan kerja wanita pada umumnya diseluruh dunia lebih kecil

dibandingkan jumlah angkatan kerja laki-laki, sehingga tingkat pengangguran

wanita lebih tinggi dari pada laki-laki. Karena kaum wanita yang sebenarnya

sudah masuk dalam angkatan kerja, umumnya tidak mengambil bagian dalam

suatu bidang pekerjaan, dapat juga terjadi karena adanya diskriminasi. 30

7 Pengangguran karena isolasi geografis

Wilayah yang jauh terpencil dari pusat kegiatan ekonomi atau pasar kerja akan

mempengaruhi pengalaman maupun kemampuan seseorang yang dapat

menimbulkan kesulitan dalam memperoleh pekerjaan.

29 Simon dan Christoper Danes, Moral Sosial Aktual, 11730 Kenneth J. Neubeck, Sosial Problem : A Critical Approach , 167

8. Pengangguran Muda.

Page 5: skripsi BB II

Pengangguran muda ini dapat terjadi karena kurangnya ketrampilan ataupun

pengalaman kerja,lingkungan ataupun factor-faktor lain. Bisa juga terjadi

karena adanya diskriminasi.31

Terkait dengan penjelasan diatas, Rufinus Lahur dan J. Babari mengemukan bahwa

pangangguran muda yang berusia 15-30 tahun merupakan kelompok yang terbesar

dibandingankan pengangguran lain di Indonesia. 32 Pengangguran muda ini juga

biasanya termasuk dalam jenis-jenis pengangguran seperti yang tersebut diatas.

Adapun kriteria dari pengangguran itu sendiri dilihat pada hasil, bahan dan sarana

serta jam kerja. Berbagai keadaan dari pengangguran tersebut akhirnya akan

semakin mempertinggi tingkat pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka

merupakan pengangguran yang tidak sekedar diakibatkan oleh rendahnya kualitas

pendidikan, namun lebih disebabkan oleh lapangan kerja yang tidak sesuai

kemampuan.33 Akibat dari situasi ini maka tidak hanya mereka yang tidak

berpandidikan tinggi yang akan berpeluang menjadi pengangguran terbuka, tetapi

juga sumber daya manusia berpendidikan tinggi memiliki peluang menjadi

pengangguran terbuka. Karena kecendrungan yang terjadi adalah mereka yang

berpendidikan tinggi lebih memilih pekerjan yang sesuai tingkat pendidikanya.

Sementara itu, soeroto mengemukan bahwa rintangan pokok yang menghalangi

alokasi persediaan tenaga kerja yang sehat adalah kesempatan kurang dibadingkan

dengan tenaga kerja dan arus informasi yang kurang lancar.34

31 Ibid 16732 Rufinus Lahur dan J Babari, Pemuda dan Masa Depan(Jakarta:CSIS,198

33 Saiful Arif,Menolak Pembangunanisme, (Yogyakarta: 2000) 30434 Soeroto, Strategi Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja, 101

Page 6: skripsi BB II

Kurangnya kesempatan kerja dibandingkan tenaga kerja, sama artinya kurang

penawaran kerja. Akibat kurangnya penawaran kerja ini, maka yang sering terjadi

adalah berlakunya praktek nepotisme dan praktek uang.

Sedangkan mengenai arus informasi yang kurang lancar, hal ini

disebabkan oleh media informasi tentang kerja tidak luas dan factor tempat

geografis si pencari kerja. Semua keadaan ini menjadi factor pendukung yang

menghalangi pengurangan tingkat pengangguran. Selain itu tingkat pengangguran

secara statistik akan terlihat semakin tinggi apabila jumlah dan tingkat orang-

orang yang masuk menjadi angkatan kerja lebih banyak di banding dengan orang-

orang yang bekarja. Karena semakin kecil daya serap kesempatan kerja semakin

besar peluang kerja maka semakin sedikit pengangguran.35

B. Pengangguran Sebagai Masalah Sosial

Jika melihat gambaran manusia menurut Pancasila, maka manusia

merupakan makhluk yang monopluralis, makhluk serba dimensi tetapi merupakan

satu kesatuan yang utuh.36 Dalam hal ini yang dimaksud dengan mahluk serba

dimensi adalah sebagai makhluk Tuhan, manusia juga sebagai satu pribadi dan

sebagai mahluk sosial yang terlibat dalam kehidupan sosial.

Kehidupan sosial itu sendiri merupakan kehidupan dalam masyarakat,

yang adalah kehidupan manusia secara bersama disatu wilayah dan waktu

tertentu,

35 Rufinus Lahur dan J Babari, Pemuda dan Masa Depan, 74.36 Dick Hartoko, Memanusiakan Manusia Muda, (Yogyakarta : Kanisius, 1985), 21.37 Mohammad Nur Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,

(Surabaya : Usaha Nasional, 1986), 184.

Page 7: skripsi BB II

dengan pola kehidupan yang terbentuk karena hubungan dan interaksi antar

warganya.37 Akibat dalam kehidupan bersama ini terbentuklah hubungan yang

saling mempengaruhi antara satu sama lain. Karena itu, Cooley mengatakan

bahwa masyarakat dan individu bukanlah dua realitas yang berdiri sendiri secara

terpisah, melainkan dua sisi atau segi dari realitas yang satu atau sama.38

Didalam masyarakat ini juga tidak dapat dipungkiri akan adanya sejumlah

orang yang tidak bekerja/pengangguran. Pengangguran merupakan satu dari

sekian banyak masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Masalah ini dapat

menimbulkan ancaman bagi masyarakat, baik yang berhubungan dengan

kemiskinan, kesejangan maupun tingkat tindak kejahatan yang dapat menganggu

kesejahteraaan, keamanan dan kestabilan masyarakat.

Pada saat mereka menganggur, maka mereka akan mengalami kesulitan

dalam memenuhi segala keperluan hidup mereka. Sehingga akan muncul berbagai

masalah dari keadaan ini, yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Secara khusus, hal pengangguran ini juga berhubungan dengan kelangsungan

hidup manusia itu sendiri.

Akibat dari keadaan menganggur ini pertama-tama adalah secara

psikologis, seperti terbentuknya kemandekan.39 Sehingga orang yang

bersangkutan tidak mampu menuangkan kreativasnya dengan baik dalam bentuk

kerja yang nyata.

38 Dr. H. R. Riyadi Soeprapto, Interaksionisme Simbolik, (Malang : Averroes Press, 2002), 112

Page 8: skripsi BB II

39 Simon dan Cristoper Danes, Moral Sosial Aktual, 118

Karena sudah terbiasa tidak banyak berpikir dan bekerja. Keadaan menganggur

ini juga dapat menimbulkan dehumanisasi.40 Dehumanisasi ini merupakan

keadaan merosotnya harkat dan martabat manusia, yang akan menimbulkan

penderita bagi manusia itu sendiri. Menurut William Temple, kondisi penderita

itu terjelma dalam tiga hal, salah satunya adalah pengangguran, yang merupakan

orang-orang yang tidak bisa terlibat dalam proses produksi.41

Sedangkan bagi mereka yag terbiasa dengan rutinitas kerja, ketika tiba-

tiba mereka menganggur maka mereka akan cepat merasakan kebosanan.42

Akibatnya orang yang bersangkutan akan berusaha mencari kesibukan, walaupun

hal tersebut belum tentu berguna baginya. Situasi ini juga dapat melibatkan

mereka pada pemakaian obat-obatan terlarang dan alcohol/minuman keras.43

Selain itu, orang-orang yang menganggur/pengangguran umumnya mudah

terganggu emosinya. Ini diakibatkan karena mereka cenderung merasa bahwa

dirinya bukan bagian dari apapun, mereka sering kali merasa tidak berguna dan

tidak diperhatikan, bahkan sering kali merasa bahwa harga dirinya mereka

direndahkan. Sehingga cenderung emosional, ketegangan dan konflik dalam

kehidupan keluarga, depresi dan pesimisme.44 Keinginan dan semangat mereka

untuk berjuang serta harapan mereka akan masa depan menjadi menurun.

Akhirnya ketik mereka semakin terdesak dengan segala keperluan maupun

tuntutan hidup, mereka tidak mampu memikirkan dan melakukan apa yang

sekitarnya baik bagi kehidupan mereka.

40 John Stott, Isu-isu Global, (Jakarta : YKBK / OMF, 1984, 230.41 Yusak B. Setiawan, Majalah Gema : Misiologi, (Yogyakarta, no. 43, th 1992), 45-46.

Page 9: skripsi BB II

42 Simon dan Cristoper Danes, Moral Sosial Aktual, 118.43 Kenneth J. Neubeck, Social Problems : A Critical Approach, 169.44 John Stott, Isu-isu Global, 230.Ditambah lagi dengan keadaan yang mungkin tidak mendukung, baik itu dari segi

materil, minimnya keterampilan/keahlian maupun keadaan-keadan lain yang tidak

memungkinkan bagi mereka. Semua keadaan tersebut, disertai dengan tuntutan

yang ada selanjutnya akan semakin menekan dan membebani mereka.

Sehingga yang cenderung terjadi adalah pengambilan jalan pintas, yang

seringkali membuka peluang untuk timbulnya masalah-masalah yang bersifat

sosial dan kompleks, seperti masalah kriminalitas maupun masalah moralitas.45

Disamping itu, akan muncul juga masalah-masalah lain, seperti yang

berhubungan dengan kesejahteraaan rakyat dan berkaitan dengan masalah

C. Kaum Muda Pengangguran dan Pembangunan Nasional

Dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 25 Tahun 1997

tentang ketenagakerjaan, dinyatakan Bahwa :

“ Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruh untuk

mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materiil

maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 “.46

Sedangkan tema pembangunan itu sendiri adalah untuk membangun

kuakitas manusia Indonesia. Kualitas yang diharapkan dapat dibentuk dalam

pembangunan itu adalah kualitas masyarakat yang sesuai dengan apa yang telah

termuat dalam GBHN, yang juga merupakan pencerminan dari manusia

Pancasila.

Page 10: skripsi BB II

45 Lihat Bab I, A. Latar Belakang, hal 1.46 Undang-undang Ketenagakerjaan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2001, 1.47 Sofyan Effendi, dkk, Membangun Martabat Manusia, (Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press, 1993), 40.Adapun tujuan pembangunan yang termuat dalam GBHN itu sendiri adalah “

Terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat yang maju.47 Dengan

demikian pembangunan manusia Indonesai mempunyai posisi strategis sebagai

tujuan akhir dari proses pembangunan itu sendiri.

Maka dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang sedang berlangsung

ini, pihak yang selanjutnya memiliki peranan yang besar, sebagai pelaku dan

tujuan pembangunan adalah tenaga kerja. Karena itu diperlukan sumberdaya

manusia yang kreatif dan pruduktf, yang akan mengembangkan potensinya

melalui berbagai talenta yang ia miliki baik secara fisik maupun

intelektualitasnya.

Namun kreativitas dan pruduktivitas dinegara-negara yang sedang

berkembang termasuk Indonesia ternyata masih rendah, akibatnya tingkat

pengangguran yang ada tidak kunjung menurun juga. Masalah pengangguran ini

jugalah yang menjadi salah satu realita yang merupakan penghambat besar

pembangunan dinegara-negara Asia yang sedang berkembang ini khususnya di

Indonesia.48 Sehinnga diberbagai media massa pun masalah pengangguran ini

merupakan salah satu bahasan yang menjadi pokok perhatian.

Padahal pemerintah dalam undang-undang ketenagakerjaan bab IV pasal 8

ayat 2 telah menetapkan untuk mengadakan perencanaan tenaga kerja yang salah

satunya meliputi kesempatan kerja.49 Namun dengan berbagai krisis yang terjadi,

permasalahan ini masih sulit untuk di tindak lanjuti.

Page 11: skripsi BB II

48 Irawan dan M. Suparmoko, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta, Edisi ke-5, 1995) 72.

49 Dr. A. M Tambunan, SH, Pembangunan Sosial Dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Jakarta : BPK, 1970), 153.

Ditambah lagi masalah pengangguran ini nampaknya memang masih kurang

mendapat perhatian dari pihak pemerintah walaupun sudah ada peraturan yang

dibuat untuk itu.

Selain itu dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 telah tercantum bahwa: “

Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusian”.50 Hal ini berarti juga bahwa kerja maupun hak asasi setiap orang

yang merupakan tanda dari harkat dan martabatnya. Sehingga ketika seseorang

tidak bekerja atau menjadi pengangguran, maka pada saat itu haknya telah

dirampas dan merusak harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Terlebih lagi jika melihat pada kelompok mayoritas dalam pengangguran

yang ada di Indonesia yang adalah kaum muda.51 Bagaimanapun juga mereka

adalah pihak-pihak yang mempunyai hak yang sangt besar untuk terlibat dalam

pembangunan, ditambah lagi mereka mereka merupakan tenaga-tenaga yang

potensial dalam pembangunan itu sendiri. Karena pengangguran muda ini sama

seperti kaum muda yang lain, secara fisik dan mental pada dasarnya mereka

merupakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Sehingga dalam keadaan

idealnya kaum muda ini seharusnya memilikipekerjaan.

Dengan demikian, kaum muda pengangguran ini pada dasarnya memiliki

kewajiban dalaam memperhatikan kesejahteraan umum dan memberikan

sumbangsih bagi negara.52

Page 12: skripsi BB II

50 Undang-undang Ketenagakerjaan, 10.51 Depdikbud, UUD 1945 – GBHN 1983, 7.52 Lihat hal. 5Tentunya semua itu harus didukung dengan kemampuan dari kaum muda itu

sendiri dan sesuai juga dengan kebutuhan dalam konteks pambangunan. Hal ini

bersesuai dengan apa yang ditandaskan dalam deklarasi universal mengenai hak

asasi manusia oleh PBB, bahwa setiap orang memiliki kewajiban terhadap

masyarakat dan disitulah ia dapat mengembangkan dirinya secara merdeka dan

penuh.53

53 Dick Hartoko, Memanusiakan Manusia Muda, 24.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Kecamatan Maliku Baru

A. 1. Letak, Kondisi Geografis dan Topologis 54

Page 13: skripsi BB II

Secara adminitratif Maliku merupakan sebuah kecamatan dengan luas

wilayah 17, 12 KM, yang meliputi 12 desa, yaitu : Gandang, Garantung,

Badirih,Tahai Jaya, Tahai Baru, Kanamit, Purwodadi, Wonoagung, Sei Tewu

Baru, Sidodadi, dan Kanamit Jaya.

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Maliku adalah :

- Di sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Kahayan

- Di sebelah Selatan berbatasan dengan Pandih Batu

- Di sebelah Timur berbatasan dengan Bontui

- Di sebelah Barat berbatasan dengan Pangkoh V

Maliku termasuk daerah beriklim tropis, yang ditandai dengan adanya

musim penghujan dan musim kemarau. Secara garis besar jenis tanahnya

adalah jenis tanah gambut, keadaan hutan dan alamnya masih hijau, dan

ditumbuhi pohon-pohon besar dan mempunyai banyak sungai, diantaranya

sungai Mambulu dan sungai Batarap.

Di Kecamatan ini juga ada lahan-lahan untuk bercocok tanam, tetapi

umumnya berada diluar kecamatan.

54 Bagian ini merupakan data yang diolah dari buku Profil Kecamatan Maliku Tahun 2010.Lahan-lahan yang ada antara lain lahan untuk sawah tadah hujan

dengan luas sebesar 202, 25 Ha, lahan pasang surut seluas 705, 25 Ha dan

ladang yang luasnya sekitar 3, 25 Ha. Disamping itu ada lahan-lahan lain

yang tidak dimanfaatkan yaitu lahan terlantar yang memiliki luas sekitar 5, 25

Ha, rawa seluas 205, 25 Ha dan padang ilalang 40 Ha.

Page 14: skripsi BB II

A. 2. Keadaan Penduduk 55

Berdasarkan statistik Kecamatan Maliku bahwa penduduk yang ada di

Maliku berjumlah 2.932 jiwa dengan 781 kepala keluarga, yang terdiri dari

1.538 jiwa laki-laki dan 1.394 jiwa perempuan. Mayoritas penduduk yang ada

di Kecamatan Maliku adalah suku dayak ngaju, disamping ada suku-suku lain

seperti Banjar, Jawa, Batak, Bali, Madura, dan Cina keturunan.

Agama-agama yang tersebar di kecamatan ini adalah Islam dengan

1.702 penganut, Kristen Protestan 1.160 Penganut, Kristen Katholik 45

penganut, Hindu 25 penganut.

Hubungan sosial antar agama terjalin dengan sangat baik. Hal ini

terlihat dalam kehidupan sehari masyarakatnya yang saling tolong menolong

dan saling bekerjasama dalam berbagai kegiatan seperti : pelaksanaan

upacara perkawinan, kematian, perayaan hari besar keagamaan dan

pembangunan rumah. Disini terlihat bahwa dalam segala hal mereka selalu

bergotong royong, saling menolong, menghormati dan bersilatuhrahmi.

Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Maliku secara

umum memiliki tingkat pendidikan umum SD 20 %, SLTP 23 %, SLTA 17

%, SR 13 %, lulusan diploma Stratum S1 17 %, lainnya adalah mereka yang

memiliki pendidikan tidak tamat SD, SLTP (23,29 %), belum sekolah 9,67 %.

Disamping pendidikan umum yang dimiliki sebagian penduduk memiliki

pendudukan khusus seperti pasantren dan madrasah.

Mengenai pemahaman ketatanegaraan, umumnya masyarakat bisa

dikatakan masih awam dalam pemahaman tentang politik. Hal ini terlihat

Page 15: skripsi BB II

jelas melalui keikutsertaan mereka dalam partai-partai politik dan dikuatkan

kembali dengan informasi yang dikemukakan oleh Kepala Desa Maliku “

Kebanyakan masyarakat masih kurang informasi tentang peraturan-peraturan

dalam partai-partai politik yang ada. Akibatnya, kebanyakan dari masyarakat

memiliki keanggotaan dalam lebih dari satu partai politik. Ditambah lagi

dalam hal ini disebabkan oleh ketertarikan mereka pada partai-partai yang

menjanjikan keuntungan bagi mereka, sehingga keanggotaan dalam suatu

partai politik tidak dipermasalahkan. “56

A. 3. Fasilitas Desa

Kecamatan Maliku yang dibagi atas 9 RT ini memiliki beberapa

fasilitas 2 buah bangunan TK,5 buah bangunan SD dan 1 buah bangunan

SLTP,1 buah bangunan SLTA,5 buah fasilitas tempat ibadah yaitu 3 Gereja

dan 2 Mesjid, 1 buah bangunan kantor pos, 1 buah bangunan kantor polisi, 1

buah bangunan puskesmas. Fasilitas yang lain berupa 1 kantor kecamatan,1

balai pertemuan, 1 buah bangunan bank BRI Unit, 9 buah pos kamling

disetiap RT,2 lapangan volly,2 lapangan sepak bola.57

55 Merupakan data dari buku Profil Kecamatan Maliku Tahun 201056 Hasil wawancara dengan Ihak (Kepala Desa Maliku, Tanggal, 3 September 2010,pukul

16.11 wib).

Di Kecamatan Maliku ini juga ada 3 bengkel motor,2 dermaga, 3

penggilingan padi, serta sebuah pasar desa yang diadakan pada setiap hari

minggu. Fasilitas lain yaitu jalan lintas yang sudah merupakan jalan aspal

sehingga dapat dilalui oleh berbagai kendaraan.57

A. 4. Perekonomian

Page 16: skripsi BB II

A. 4. 1. Mata Pencaharian 58

Pekerjaan penduduk di Kecamatan Maliku ini antara lain

petani, guru, pegawai sipil, ABRI, POLRI, perawat, bidan, tukang

kayu, tukang jahit, tukang cukur, tukang getek, penganyam rotan,

pengrajin getah, penjual sayur keliling, tukang bangunan, penjual

babi potong, penjual kue, montir serta pedagang. Juga kreditor yang

memberi pinjaman uang bagi penduduk dengan bunga 10 %/bulan

serta berbagai bidang pekerjaan swasta lainnya.59

Mayoritas mata pencahrian masyarakat adalah sebagai

petani, baik sebagai penggarap tanah milik pribadi maupun sebagai

buruh tani.60

A. 4. 2. Sistem Upah

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang sistem upah dalam

bidang pekerjaan tertentu. Pada lahan pertanian, upah yang diberikan

tergantung pada pekerjaan yang dilakukan.61

58 Merupakan data dari buku Profil Kecamatan Maliku Tahun 201059 Hasil observasi tanggal, 5 september 201060 Wawancara dengan Ihak (Kepala Desa Maliku, Tanggal 7 september 2010.pukul 17.12

wib61 Merupakan data dari buku Profil Kecamatan Maliku tahun 2010

Bila melakukan pekerjaan memotong rumput, upah yang diberikan adalah Rp.

20.000,- s/d Rp. 25.000,-/borongan. Untuk membersihkan dan mengangkat

rumput yang sudah dipotong ini upahnya adalah Rp. 15.000,-/borongan.

Kemudian untuk menanam padi sebesar Rp. 30.000,-/borongan dan pada waktu

panen upah berkisar antara Rp. 40.000,-/hari.62

Page 17: skripsi BB II

Pekerjaan menganyam rotan63 adalah seperti diungkapkan oleh

seorang pekerja anyaman rotan. Untuk tikar cina (2m) upahnya adalah Rp.

2.000,-/jalan dan dalam 2 m ini ada 24 jalan. Tikar yang panjangnya 3 m, per

jalannya adalah Rp. 2.500,- dan panjangnya 4 m upahnya adalah Rp.

3.000,-/jallan. Kemudian untuk anyaman seperti jenis tas, upah yang diberikan

Rp. 3.500,- untuk model polos dan Rp. 3.000,- untuk model bermotif. Biasanya

pengrajin anyaman rotan ini menjual hasil pekerjaan mereka ke tangan ke dua

dengan harga Rp. 8.500,- s/d Rp. 15.000,-

Untuk kerajinan getah nyatu,64 dituturkan oleh seorang pengrajin

bahwa cara kerja yang berlangsung adalah pengrajin mengambil dahulu getah

dari agen minimal 5 kg, yang harga 1 kg nya adalah Rp. 50.000,-. Harga untuk

untuk setiap kerajinan getah nyatu berkisar antara Rp. 10.000,- s/d Rp.

100.000,- tergantung bentuk yang dibuat.

621 borongan = panjang 17 m x lebar 17 m = 289 m kuadrat.63Kerajinan anyaman rotan biasanya di jual kepelanggan atau ketangan

kedua.Tetapi untuk lansung menjual sendiri di pasaran, tidak pernah/jarang64Kerajinan getah nyatu juga tidak langsung dijual sendiri.Karena mereka

umumnya mereka tidak memiliki modal cukup.Getah nyatu bahan dasar diperoleh dari agen.Selanjutnya pengrajin menjual kembali hasil kerajinannya tersebut kepada

agen dengan harga di atas dan dipotong utang getah.65

Dalam pekerjaan di penggilingan padi, sistem upah yang dipakai

adalah bagi hasil. Menurut seorang pekerja penggilingan, sistem bagi hasil

yang digunakan adalah sistem bagi tiga, untuk beras dan bagi dua untuk

Page 18: skripsi BB II

dedak.Upah yang diberikan tergantung pada pendapatan yang diperoleh dan

sistem pembayarannya menggunakan perhari untuk beras dan untuk dedak

tergantung pada penjualan, sehingga upah bisa diberikan perhari atau

ditabung dahulu sampai hasilnya cukup banyak.66

Dalam bidang pertukangan, upah yang biasanya berlaku adalah

tergantung pada sistem kerjanya. Apabila pekerjaan tersebut dilakukan

perhari, maka standar upah yang berlaku adalah Rp. 30.000,- s/d Rp.

50.000,-/orang. Kepala tukang biasanya mendapatkan bagian yang lebih besar

dan kepala tukang inilah yang berhak untuk membagikan dan menentukan

besar atau kecilnya upah. Bila pekerjaan yang dilakukan tukang hanyalah

merangkai, maka per M2 (meter kuadrat) adalah Rp. 50.000,-. Sedangkan bila

suatu bangunan dikerjakan sampai selesai, upah yang diberikan tergantung

pada ukuran bangunan yaitu Rp. 50.000,- s/d Rp. 100.000/M2.

Kontan. Dalam 1 kg getah nyatu bisa dihasilkan 3 – 8 buah perahu dan untuk sandungdalam 1 kg nya bisa dihasilkan7 buah sandung

65 Wawancara dengan undat( ketua Rt 8, Tanggal, 11 September 2010. Pukul 08.13 wib).67 Menurut penjelasan bapaSiga (pekerja penggilingan padi dalam wawancara tanggal,13 september 2010.pukul 09.00 wib )

Kalaupun sistem yang dipakai adalah perborongan maka

perhitungannya pun tetap menggunakann meter kuadrat.67

A. 4. 3 Pendapatan Rata-rata Per Kepala Keluarga68

Karena bidang pekerjaan yang digeluti penduduk di

Kecamatan Maliku ini ada bermacam-macam dan tidak mengerjakan

satu bidang pekerjaan saja, maka pendapatan pun berbeda-beda.

Page 19: skripsi BB II

Tetapi berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Maliku,

pendapatan rata-rata per KK dapat diperkirakan dengan melihat pada

pekerjaan mayoritas penduduk yaitu petani dan pekerjaan yang

pendapatan per bulannya tetap yaitu pegawai negeri.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak kecamatan,

pendapatan rata-rata petani per KK dalam tahun 2010 ini adalah

350.000/ bulannya. Jumlah perhitungan ini didapat dari berdasarkan

pada hasil panen padi petani yang mengalami penurunan dalam

tahun ini. Adapun untuk pegawai negeri, pendapatan yang mereka

peroleh tergantung dengan golongan yang mereka miliki dan masa

kerja yang sudah mereka jalani. Umumnya pendapatan pegawai

negeri di kecamatan Maliku berkisar antara 1.200.000-1.500.000/

bulannya.

68 Dikemukan oleh Ihak( Kepala Desa Maliku dalam wawancara, Tanggal, 8 September 2010.pukul 08.00 wib )

A.5. Kondisi Budaya

Budaya yang masih kuat di kecamatan Maliku ini adalah budaya “

handep” atau gotong royong.69 Gotong royong yang biasa dilakukan adalah

gotong royong dalam rangka kerja bakti dan secara khusus gotong royong

dalam upacara kematian, perkawinan dan lain-lain.

Page 20: skripsi BB II

Selain itu berdasarkan pengamatan penulis ada juga beberapa budaya

lain yang sifatnya negatif yaitu budaya berjudi dan mengutang. Memang

semua orang tidak dapat disamaratakan dalam hal ini. Tetapi secara

persentase lebih banyak orang yang terlibat dalam kegiatan judi dan

mengutang dari pada yang tidak. Dalam permainan judi ada berbagai jenis

permainan yang dipakai yaitu dengan menggunakan kartu, kupon putih dan

trombol,bliar. Permaiana itupun tersedia di tempat tertentu.

Dalam perbincangan dengan beberapa orang pedagang, diketahui

dalam hal mengutang biasanya seseorang mengambil dahulu barang-barang

yang ia inginkan/perlukan diwarung dalam jumlah sedikit atau banyak..

Utang ini akan dibayar setelah gajihan atau pada saat orang tersebut memiliki

uang. Bila yang ingin dipinjam adalah uang (dalam jumlah yang cukup

besar), maka mereka biasanya akan meminjam pada kreditor.

69 Wawancara dengan Ihak (Kepala Desa Maliku, Tanggal 10 September 2010 jam 16.15

wib)

Dalam hal pandangan hidup, dari apa yang peneliti amati Nampak

bahwa ada berbagai pandangan yang dipegang. Sebagian penduduk yang

berpandangan bahwa pekerjaan apa saja bisa dilakukan, walaupun hasilnya

kecil asalkan bisa menghasilkan uang. Sebagian lagi berpandangan bahwa

Page 21: skripsi BB II

tidak perlu susah-susah bekerja karena segala sesuatu bisa didapat dari alam.

Ada juga yang berpandangan bahwa lebih baik tidak bekerja darp pada

bekerja tapi upah yang diperoleh kecil. Sedangkan sebagain lain lagi

nampaknya berpandangan bahwa bekerja sebagai pegawai negeri lebih

terjamin karena menerima gaji setiap bulanya.

A.6. Hubungan Sosial Masyarakat

Dalam hubungan sosial masyarakat, seperti hubungan antar suku

terlihat adanya suatu keharmonisan. Adapun hubungan antar agama berupaya

memelihara suasana dan sikap fanatisme agama tidak terlalu menonjol.

Karena pemeluk agama pada umumnya tidak enggan untuk mengikuti acara

yang diadakan oleh agama lain, terlebih lagi masih ada hubungan

kekerabatan. Berdasarkan informasi yang diperolah peneliti dari

beberapa orang penduduk, masyarakat yang adaa di kecamatan ini tidak

mempermasalahkan tentang status sosial. Karena disini tidak adaa standar

yang menjadi tolak ukur penilaian atas status sosial seseorang. Demikian juga

halnya tidak ada orang yang dihormati oleh masyarakat karena orang tersebut

keturunan bangsawan. Dengan kata lain bahwa setiap orang adalah sama.

B. Aspek-aspek Pemicu Pengangguran

Dalam bagian ini akan dipaparkan tentang keadaan kaum muda

pengangguran di Kecamatan Maliku yang menjadi karakteristiknya berdasarkan hasil

penelitian. Paparan ini digabung juga dengan beberapa teori dan analisis.

Page 22: skripsi BB II

B. 1. Pendidikan

Sumitro Djojohadikusuma mengungkapkan bahwa pendidikan

merupakan prasyarat untuk mempertahankan martabat manusia.70 Karena

melalui pendidikan inilah manusia bisa memiliki kesempatan untuk

mengembangkan kemampuan yang ada padanya, agar orang tersebut mampu

membina kehidupan dalam masyarakat.

Namun pendidikan yang berlangsung selama ini lebih cenderung

pada peningkatan jumlah dari pada mutu.71 Pendidikan yang ada ternyata

belum memberikan pelajaran yang benar-benar efektif bagi para murid, yang

mampu mengarahkannya menuju pasar kerja.

Sedangkan untuk terlibat dalam ruang lingkup kerja, menurut

Mitchell seseorang harus memiliki kemampuan (Ability) dan motivasi.72 Ini

berarti juga bahwa untuk memperoleh pekerjaan seseorang harus memiliki

mutu secara personal yang tentunya harus dipupuk dan dibentuk sejak awal

dalam proses pendidikan. Namun pendidikan, khususnya pendidikan formal

cenderung kurang memperhatikan keperluan pasar kerja.

70 S.Djojohadikusuma, Indonesia Dalam Perkembangan Dunia, (Jakarta : LP3ES, 1989), 35.71 C. E. Beeby, Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : LP3ES, 1981), 124.72 Sofyan effendi, dkk, Membangun Martabat Manusia, 522.

Akhirnya terjadilah kelangkaan tenaga kerja terampil dan

profesional di dalam pasar kerja.73 Sehingga ketika ada penawaran kerja,

lowongan tersebut tidak dapat diisi karena bidang ilmu yang dikuasai tenaga

kerja tidak sesuai dengan permintaan pasar kerja.

Page 23: skripsi BB II

Seperti halnya yang terjadi dengan kaum muda pengangguran di

Kecamatan Maliku. Berdasarkan hasil wawancara, didapat bahwa kaum muda

pengangguran di Kecamatan Maliku ini memiliki beberapa latar belakang

pendidikan seperti : SLTA 41 orang dan setingkat SLTA, yaitu SMK

berjumlah 5 orang, SMEA 4 orang dan STM 2 orang, Pendidikan SLTP

berjumlah 9 orang, SD ada 3 orang dan TK 1 orang serta diploma yang

meliputi D1 dalam bidang kursus komputer berjumlah 3 orang, D2 PGSD 1

orang dan D3 teknik sipil berjumlah 1 orang.

Dari hasil tersebut ternyata mayoritas dari mereka memiliki jenis

pendidikan yang umum (SLTA) dan hanya 16 orang yang memiliki jenis

pendidikan kursus (SMK, SMEA, STM, kursus komputer, PGSD dan teknik

sipil), sedangkan selebihnya lagi berada pada tingkat pendidikan yang masih

rendah. Sehingga spesifikasi bidang pendidikan mereka, berarti juga

spesifikasi bidang keahlian mereka yang mampu mendukung untuk masuk ke

pasar kerja sangat minim. Dengan demikian, pendidikan mereka pada

umumnya tidak mengarah kepada kebutuhan yang sesuai dengan konteks

zaman mau pun bidang interest dalam pasar kerja pada saat ini.

73 H. Soeharsono Sagir, Mambangun Manusia Karya, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1989), 177.

B. 2 Ekonomi

Dalam analisis ekonomi ini akan diperhatikan tentang sistem upah,

pekerjaan dan pendapatan rata-rata per KK. Kecuali pegawai negeri yang

berpenghasilan Rp. 1.200.000,- s/d Rp. 1.800.000,-/bulannya, bidang

Page 24: skripsi BB II

pekerjaan penduduk yang mayoritas sebagai petani, pendapatannya berkisar

antara Rp. 350.000,- s/d Rp. 450.000,- (jika panen baik). Juga anyaman rotan

yang dalam 2 meternya hanya menghasilkan Rp. 48.000,- dan 3 meternya Rp.

75.000,- serta 4 meternya yang menghasilkan Rp. 120.000,- yang umumnya

mereka hanya mengambil upah dan pekerjaan ini tidak dapat diselesaikan

dalam waktu yang singkat.

Sama halnya dengan kerajinan getah nyatu, yang proses awal

pembersihan sampai terbentuk berbagai kerajinan memakan waktu selama

berbulan-bulan ditambah lagi dengan pemotongan harga dari utang getah

mentah serta keperluan untuk minyak tanah serta bahan-bahan pewarna.

Sementara itu, apabila anyaman rotan dan getah nyatu ini berada pada tangan

kedua, maka harga yang dipakai untuk penjualan di pasaran dapat mencapai

lebih dari dua kali lipat harga dari pengrajin.

Demikian juga dipenggilingan padi, bagain buruh hanya 20 % ,

sedangkan pemilik penggilingan 80 % walaupun ada berbagai pembagian

tetapi tetap saja masuk ke kantong pemilik usaha. Bidang pertukangan,

tukang biasa hanya mendapatkan setengah dari bagian kepala tukang,

misalnya tukang biasa mendapat Rp. 30.000,- /hari maka kepala tukang

mendapatkan Rp. 50.000,- /harinya.

Melihat pada bidang pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat dan

sistem upah yang dipakai, Nampak sekali bahwa keadaan tersebut cukup

merugikan tenaga kerja dan sangat menguntungkan pihak pemilik

modal/usaha maupun pimpinan kerja. Akibatnya pendapatan yang diperoleh

Page 25: skripsi BB II

masyarakat tidak mengalami perkembangan malahan cenderung minus,

padahal kebutuhan hidup semakin bertambah dan mahal.

Disamping itu, penduduk yang hidupnya sebagian besar berasal dari

sektor pertanian, biasanya mengkonsumsi hampir semua penghasilan yang

didapatnya, sehingga tidak ada sisa untuk disimpan. Dengan kata lain,

pendapatan yang mereka peroleh sebenarnya tidak dapat mencukupi semua

keperluan hidup mereka. Memang dalam hal fasilitas hidup, pada umumnya

penduduk menepati rumah mereka sendiri, dalam bentuk yang sangat

sederhana atau pun yang sudah baik. Sedangkan barang mewah hanya berupa

kendaraan bermotor roda dua saja.

Smith mengatakan bahwa jika tingkat upah tinggi maka jumlah

tenaga kerja akan besar dan tingkat upah rendah maka jumlah pencari kerja

menciut.74 Karena menurut Keynes, para pekerja bagaimana pun keadaannya

tidak mau menolak terjadinya penurunan upah, walau pun harus

mempertaruhkan pekerjaan mereka. Yang berarti bahwa mereka lebih rela

menganggur dari pada harus mengalami penurunan upah, walaupun di lain

pihak pada upah yang sangat rendah sekali pun terdapat juga pencari kerja

yang tidak mendapatkan pekerjaan.

74 Robert L. Heilbroner, Tokoh-Tokoh Besar Pemikir Ekonomi, (Jakarta : Universitas Indonesia, 1972), 79.

Pada kasus pengangguran muda di Kecamatan Maliku ini, masalah

upah yang rendah nampaknya turut mempengaruhi, sehingga apa pun

pekerjaan penduduk yang dilihat maupun yang dilakukan juga oleh kaum

muda pengangguran ini ketika tidak memberikan hasil yang baik, yang sesuai

dengan jerih payah dan keinginan mereka, wajar sekali jika hal ini kemudian

Page 26: skripsi BB II

akan mempengaruhi mereka.75 Mempengaruhi dalam artian membuat mereka

berpikir bahwa pekerjaan tersebut tidak layak untuk dilakukan karena banyak

membuang banyak tenaga tetapi tidak sesuai dengan upah. Seperti “Terai ah,

tatap te baka te ih, jatun kalabih ah kea, kauyuh ah maka” (Lebih baik tidak

usah, toh tidak ada perubahannya juga, tidak ada lebihnya juga, tidak

seimbang dengan lelahnya), atau “dia belai kuh ah, amun ji pandinu baya-

baya ih” (tidak mau, kalau upahnya pas-pasan).76 Akibatnya mereka lebih

memilih untuk menganggur dari pada harus melakukan pekerjaan yang

hasilnya tidak memadai bagi mereka.

B. 3. Sosial Budaya

Dalam interaksi sosial, penulis mengamati bahwa kaum muda

pengangguran ini cenderung berbaur dengan masyarakat, mereka ini mudah

diajak bicara. Sehingga pergaulan di masyarakatpun luas. Mereka seringkali

ada di tempat dimana ada keramaian. Suka ikut-ikutan bila diajak teman-

temannya untuk melakukan sesuatu hal dan cenderung “hatatiring” (saling

mengajak).

75 George Soule, Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), 162.

76 Hasil wawancara dengan kaum muda pengangguran di Kecamatan Maliku ( tanggal 16 september 2010,pukul 17.00 wib).

Sehingga kegiatan mereka cenderung juga kearah yang negatif,seperti judi

maupun minuman keras. Solidaritas antar sesama pengangguran ini pun

tinggi, walaupun kadang terjadi bentrok antar kelompok hulu dan hilir, karena

masalah minuman keras/mabuk.77

Dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat mereka ini merupakan pihak

yang paling aktif, tetapi masyarakat mereka ini nampaknya dianggap tidak

Page 27: skripsi BB II

terlalu cakap untuk dipercayakan dalam suatu bidang tugas, paling banter

mereka ini masuk dalam bidang perlengkapan dan keamanan.

Dari hasil angket dan wawancara, didapat kegiatan tentang kegiatan

mereka sehari-hari, membantu orang tua mereka disawah, tidak punya

kegiatan sama sekali atau hanya berkumpul dengan teman-teman saja, jalan-

jalan/bermain. Kemudian ada yang hanya memancing, memelihara ternak dan

menganyam rotan tetapi tidak rutin dikerjakan.78 Ada juga yang membantu

orang tuanya bertukang, tetapi ia bukan tukang hanya sekedar membantu,79

dan ada juga yang membuat kerajinan getah nyatu tetapi sifatnya kadang

dikerjakan kadang tidak.80 Dengan lain perkataan, kegiatan mereka lebih

banyak santai dan bergaul. Disamping itu banyak dari kaum muda

pengangguran ini yang tidak menguasai kerajinan tangan diatas.

77 Wawancara dengan kaum muda pengangguran di Kecamatan Maliku tanggal 19 septembar 2010. Pukul 17.20 wib )

78 Wawancara dengan Angga(23)( salah satu pemuda dikec. Maliku.tanggal 15 september 2010.pukul 16.15 wib )

79 Wawancara dengan Edwin(26) ( Salah satu pemuda dikec. Maliku tanggal 19 Septembar 16.21 wib)

80 Wawancara dengan Nunui(29)( salah satu pemuda di kec. Maliku tanggal 20 september 2010.Pukul 8.00 wib)

Dalam percakapan dengan kaum muda pengangguran ini, diperoleh

informasi mengenai pendapat mereka tentang pengangguran.81 Pengangguran

adalah orang yang tidak bekerja dan orang yang tidak memiliki pekerjaan

tetap. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa pekerjaan itu tidak selalu

harus pekerjaan tetap. Namun mereka juga menyatakan bahwa mereka sendiri

berada dalam keadaan menganggur itu.

Page 28: skripsi BB II

Lamanya waktu kaum muda pengangguran ini tidak bekerja,

berdasarkan hasil angket berkisar antara 1-6 tahun. Sebagian dari mereka ini

sudah pernah bekerja, yang waktu kerja mereka antara setengah bulan sampai

delapan tahun. Kemudian berhenti karena sulit menyesuaikan diri dengan

ritme kerja atau karena upah tidak sesuai pekerjaan, karena kesehatan, karena

penciutan usaha, bangkrut atau PHK. Sebagian lagi ingin berhenti karena

perasaan bosan atau masalah khusus. Sedangkan yang lainnya lagi memang

tidak pernah bekerja sebelumnya.82

Berdasarkan data yang dikumpulkan, diketahui bahwa kaum muda

pengangguran ini ada yang tidak pernah bekerja atau pun mencari pekerjaan

karena tidak ada dorongan dari keluarga/orang tua. Ada juga yang tidak

pernah mencari pekerjaaan walaupun dituntut untuk bekerja dan ada juga

yang memang tidak pernah bekerja karena tidak ada tuntutan untuk itu, tetapi

pernah mencari pekerjaan.83

81 Menurut Rinto ( 28) (salah satu pemuda yang ada di kec. Maliku dalam wawancara tanggal 18 september 2010.pukul 19.00 wib )

82 Wawancara dengan kaum muda pangangguran di Kecamatan Maliku( Tanggal 20 september 2010,pukul 17.15 wib)

83 Dituturkan oleh kaum muda pengangguran dikecamatan Maliku (Tanggal 21 Sep 2010)Di samping itu pada pihak yang pernah bekerja, ada yang berusaha

mencari pekerjaan lagi karena diharuskan untuk itu tetapi ada juga yang

diharuskan untuk mencari pekerjaan namun tidak mau mencari pekerjaan

serta ada yang tidak mencari pekerjaan lagi karena memang tidak dituntut

untuk itu. Namun pada umumnya mereka ini pernah bekerja dan dituntut

Page 29: skripsi BB II

untuk bekerja agar dapat meringankan beban orang tua mereka, tetapi tidak

bekerja juga.

Dari sini ada kesan bahwa dalam ruang lingkup keluarga, kaum

muda pengangguran ini cenderung keras hati dan egoismenya tinggi. Karena

walaupun mereka berusaha mencari pekerjaan, hal itu nampaknya tidak

dilakukan dengan sungguh-sungguh. Ini dapat dilihat dari tidak adanya

pekerjaan yang maju mereka geluti selama mereka menganggur, padahal jika

mereka memang mau bekerja, ada banyak pekerjaan yang bisa mereka

lakukan. Akibatnya, walaupun orang tua mereka menuntut mereka untuk

bekerja, semua itu kemudian diserahkan kepada sang anak untuk memilih dan

menentukan apa yang ia inginkan. Dalam hal ini orang tua mereka tidak dapat

memaksakan kehendak mereka kepada anaknya, sebab jika dipaksakan maka

mereka akan berontak.84

Menurut kaum muda pengangguran ini, hal-hal yang menjadi

halangan bagi mereka dalam mendapatkan pekerjaan adalah mereka merasa

tidak ada/terbatasnya lowongan pekerjaan bagi mereka.85

84 Wawancara dengan beberapa orang tua kaum muda pengangguran di Kecamatan Maliku

85 Wawancara dengan kaum muda pengangguran di Kecamatan MalikuJuga karena faktor gaji yang tidak sesuai dengan pekerjaan, tidak ada uang

pelicin dan modal. Selain itu karena terbatasnya kemampuan/keahlian,

banyaknya saingan dan tidak adanya pengalaman kerja serta minimnya

penawaran pekerjaan yang sesuai dengan keinginan mereka.

Page 30: skripsi BB II

Adapun dalam hal pekerjaan, sebagian mereka mengatakan bahwa

pekerjaan yang mereka inginkan adalah pekerjaan yang sederhana dan tidak

merugikan orang lain (halal),86 juga pekerjaan yang ringan serta gajinya

besar. Selain itu juga pekerjaan yang sesuai bidang keahlian/kemampuan

mereka, juga jenis pekerjaan seperti pegawai negeri, pemborong bangunan,

usaha sendiri/wiraswasta/pengusaha yang dapat memberikan penghasilan

besar bagi mereka.87

Alfred Schutz dalam teori sosialnya mengatakan bahwa : “Manusia

merupakan mahluk sosial. Akibatnya kesadaran akan kehidupan sehari-hari adalah

sebuah kesadaran sosial. Yang berlangsung dalam dua cara yaitu kesadaran dalam

mengendalikan begitu saja adanya dan kegiatan orang lain sebagai penghuni dunia

yang dialami bersama dan kesadaran memakai tipe-tipe yang diciptakan dan

dikomunikasikan oleh kelompok individu-individu dalam dunia” 88

Dalam interaksi sosial maupun kegiatan kaum muda pengangguran

ini, mereka mengikuti tipe-tipe yang sudah tanpa adanya paksaan dan

didukung oleh keadaan-keadaan yang memungkinkan bagi kegiatan mereka,

seperti pergaulan. Melalui pergaulan, mereka mempelajari dan terlibat dengan

berbagai hal dalam masyarakat termasuk keadaan menganggur

(pengangguran itu sendiri).

86 Wawancara dengan pendi87 Wawancara dengan kaum muda pengangguran di Kecamatan Maliku88 H. R. Riyadi Soeprapto, Interaksionalisme Simbolis, 54

Ketika mereka mengambil tindakan yang sama, itu mereka lihat bukan

sebagai masalah tetapi sesuatu yang wajar. Karena pengangguran sudah ada

dalam masyarakat.

Page 31: skripsi BB II

Padahal jika melihat pada keaadaan di Kecamatan Maliku, yang

merupakan desa transisi dan letak geografisnya yang strategis, serta luasnya

lahan-lahan yang tidak terpakai, apabila penduduk memiliki lahan sendiri.

Seharusnya semua itu dapat membuat mereka terlibat aktif dalam kegiatan

usaha khususnya bagi kaum muda pengangguran itu.

C.Kluckhohn dan Kroeber mengatakan bahwa hal yang paling hakiki

dari kebudayaan adalah ide-ide tradisional dan khususnya nilai-nilai yang

mengikatkan mereka.89 Sehingga ini berhubungan juga dengan pikiran yang

oleh Geertz merupakan sebuah sistem yang tersusun dari disposisi-disposisi

yang menemukan pengejawantahannya di dalam beberapa tindakan.90

Ini terlihat jelas dari pandangan hidup yang nampaknya dipegang

juga oleh kaum pengangguran ini, yaitu tentang segala sesuatu yang bisa

didapat di alam.91 Ketika mereka melihat bahwa kekayaan yang ada di alam

itu cukup, mereka lalu melihat bahwa pekerjaan itu bukan sebagai sesuatu

yang mutlak untuk dilakukan. Sehingga hal ini terpola dalam alam pikiran

mereka dan membudaya, bagaimanapun juga akan menjadi pembimbing yang

potensial untuk tingkah laku manusia.

89 JWM. Bakker, Filsafat Kebudayaan, (Yogyakarta : Kanisius, 1984), 18.90 Clifford Geertz, Tafsir Kebudayaan, (Yogyakaarta : Kanisius, 1992), 7291 Wawancara dengan kaum muda pengangguran di Kecamatan MalikuDisamping itu, ketergantungan pada orang tua juga menjadi

pendukung bagi mereka. Seperti “narai kare uyuh-uyuh bagawi, jatun

tanggungan kea, sika tatap kuman kea melai huma” (untuk apa susah-susah

Page 32: skripsi BB II

bekerja,tidak ada tanggungan juga, toh tetap makan juga dirumah). Ini

mengakibatkan mereka manja, karena keperluan jasmani mereka tetap

tersedia dari orang tua. Tanpa mereka harus bekerja keras untuk

memperolehnya. Kalaupun mereka harus mencarinya, mereka dapat

memperolehnya dengan memancing.

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya timbul nilai yang

dianggap penting oleh masyarkat yaitu keuntungan diri sendiri (uang).

Akibatnya nilai-nilai kebersamaan seperti gotong royong mulai

dikebelakangkan.92 Sehingga kebersamaan dengan itu, tumbuhlah mentalitas

menerabas, yang ingin cepat mencapai tujuan/hasil tanpa mau banyak

berusaha keras. Ini dapat terlihat dari maraknya kegiatan judi dan pandangan

kaum muda pengangguran tentang pekerjaan.93 Adapun mentalitas itu sendiri

menurut Koentjraningrat merupakan keseluruhan dari isi serta kemampuan

alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam menangapi lingkungannya.94

Tetapi ketika imbalan yang ada tidak menarik minat mereka, maka

mereka lebih memilih untuk menganggur. Di samping itu sudah tidak

berlakunya lagi tentang pandangan status sosial dalam masyarakat,

menyebabkan kaum muda pengangguran ini enggan untuk bersaing.

92 Wawancara dengan kaum muda pengangguran di Kecamatan Maliku dan Kepala Desa.

93 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta : PT. Gramedia, 1981), 46.

Sehingga mereka tidak berani mengambil tindakan ataupun resiko

karena takut gagal, malahan mereka merasa aman dalam keadaan mereka

tersebut. Akibatnya pemikiran mereka kurang berorientasi ke depan yang

Page 33: skripsi BB II

menyebabkan kurang mampu juga melihat dan merencanakan masa depannya

dengan baik.

Motivasi untuk bekerja pun sanggat kurang, yang lebih mereka

inginkan adalah sebuah pekerjaan dengan gaji besar, tidak terlalu berat dan

sesuai dengan kemampuan mereka. Padahal pihak Dinas Tenaga Kerja dan

Sosial menurut keterangan Kepala Desa Maliku selalu memberikan bantuan

untuk pelatihan kaum muda pengangguran ini melalui Karang Taruna. Tetapi

karena tidak adanya pengkoordinator kegiatan maka dalam waktu dekat lebih

kurang satu bulan kegiatan tersebut terhenti dan barang-barang bantuan pun

raib entah kemana.

94 Ibid, 26.BAB IV

MISI GEREJA DALAM MEMBERDAYAKAN KAUM MUDA

PENGANGGURAN DI KECAMATAN MALIKU

Page 34: skripsi BB II

A. Tanggung Jawab Misi Terhadap Pengangguran sebagai Masalah Sosial

Gereja ada dan hadir di tengah-tengah dunia dalam segala konteks

zamannya. Sehingga gereja juga ada bukan untuk dirinya sendiri, tetapi ia diutus

untuk gelar karya ditengah dunia.95 Ini berarti bahwa gereja harus mampu

menyesuaikan perannya dengan tuntutan zaman dan dapat hadir sebagai pihak yang

mampu mengupayakan suatu solusi atas apa yang terjadi. Sebab gereja akan benar-

benar menjadi gereja apabila gereja menyadari bahwa ia merupakan bagian dari

dunia yang Allah kasihi dan yang kepadanya juga Allah menyatakan Kasih-Nya.

Persoalan tentang keadaan-keadaan dunia sekarang ini adalah misi gereja.

Dengan adanya misi, gereja dapat berdiri pada posisi yang seharusnya dan dengan

misi ini jugalah gereja benar-benar ada di dalam dunia. Seperti yang diungkapkan

juga oleh Choan Seng Song Bahwa : “Gereja itu bukan hanya berada dalam misi,

melainkan gereja itu adalah misi”.

Dengan demikian,misi dan gereja bukan merupakan dua hal yang

terpisahakan melainkan merupakan dua hal yang bertalian satu sama lain. Karena itu

dalam misinya gereja harus sungguh-sungguh memahami bahwa karya Allah tidak

hanya sampai pada ruang lingkup gereja saja, tetapi seluruh manusia.

95 Weinata Sairih, MTh, Iman Kristen dan Pergumulan Kekinian, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996), 3.

Ini juga berarti bahwa gereja ditempatkan oleh Tuhan sendiri untuk

melaksanakan tugas panggilannya dalam konteks sosial , politik, ekonomi, dan

budaya tertentu. Sebab dalam kegiatan misinya gereja juga diajak untuk tidak

mengabaikan kesejahteraan manusia, dengan menjalankan karya-karya sosialnya. 96

Page 35: skripsi BB II

Akibatnya gereja juga terlibat dalam menanggulangi masalah sosial dan

turut bertanggung jawab dalam upaya perubahanya. Tanggung jawab sosial ini dapat

dilihat dalam rangka tidakan Allah dalam sejarah. Menurut Vinay Samuel, tindakan

Allah mengambil tempat dalam sejarah ada dalam bentuk kehidupan sosial manusia.

sTindakan Allah berlangsung dalam hidup seluruh manusia dari dahulu sampai

sekarang, yang nyata juga dalam kehidupan manusia.

Dalam pelaksanaanya sendiri, misi gereja harus relevan dan berhadapan

dengan situasi dunia, agar misi gereja menjadi misi yang mampu memberikan

keadilan dan pembebasan. Salah satu bentuk misi yang dilaksanakan gereja adalah

member prioritas pada penyiapan akan sumber daya manusia untuk meningkatkan

kualitasnya, khususnya yang berhubungan dengan masalah pengangguran

Dengan peberdayaan sumber manusia ini, setiap orang dapat menyalurkan

hal-hal positif yang mereka miliki dan menekan munculnya sikap negatif mereka.

Sehingga manusia dapat hadir sebagai manusia yang seutuhnya dengan pikiran yang

sehat, rasional dan positif, yang memberikan masukan-masukan yang berarti dalam

kehidupan masyarakat dan dengan demikian mengangkat harkat dan martabat

manusia itu sendiri. Yang dalam hal ini, gereja juga terpanggil secara aktif dan

kreatif untuk mengambil bagian dalam usaha yang mencegah segala yang

merongrong dan merendahkan harkat dan martabat manusia

Karena pengangguran merupakan masalah sosial, dan karya misi juga

meliputi kehadiran gereja dalam keadaan-keadaan sosial, maka gereja juga memiliki

andil dalam menghadapi masalah pengangguran ini.Hal ini bersesuaian dengan titik

Page 36: skripsi BB II

pijak dalam peran serta gereja terhadap pembangunan nasional, yaitu keterlibatan

gereja dalam partisipasi dan pelayananya dibidang ketenagakerja.

B. Misi Yang Holistik

Istilah “misi” berasal dari bahasa latin “ mission” yang berarti “perutusan”21

jadi kata perutusan ini mengarah juga pada maksud adanya tugas dan tanggung

jawab. Yang oleh W.D. Conterius dituliskan bahwa misi merupakan suatu perutusan

dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan atau dengan tugas khusus

untuk dilaksanakan.22

Didalam lingkungan gereja, istilah misi dapat digunakan baik untuk

menunjuk kegiatan yang lebih luas dan umum untuk yaitu semua kegiatan

gerejawi,maupun untuk menunjuk pada karya pewartaan.23 Menurut Arie De Kuiper

dalam bukunya” missiologi”, misi merupakan pengutusan yang adalah karya Allah

atau juga tugas yang diberikan oleh Allah. Yang meliputi seluruh aktivitas gereja

dimanapun ia berada.24

Dengan demikian misi gereja lebih dilihat sebagai karya misi yang holistik.

Misi yang dimengerti secara kontekstual, sebagai hidup dan karya gereja ditempat

dimana gereja ada, yang dengan cara ini misi mendapatkan arti yang sebenarnya

sebagai aspek keterbukaan gereja terhadap dunia.25 Sehingga misi bukan hanya

ditujukan kepada orang yang menjadikan mereka Kristen, melainkan menjadikan

mereka juga ada dalam keadaan seperti yang ingin Allah wujudkan didunia ini.

Misi dipandang sebagai suatu gerakan dari Allah kepada dunia.26 Jadi dunia

merupakan ruang gerak dari seluruh aktivitas Allah dan dunia adalah ladang misi itu

Page 37: skripsi BB II

sendiri. Ini berarti juga bahwa misi itu ditujukan pada setiap manusia dalam segala

keadaannya. Sehingga misi merupakan Missio Dei.Missio Dei adalah kegiatan Allah

yang merangkul baik gereja maupun dunia.27 Missio Dei merupakan murni aktivitas

Allah yang datang kedunia untuk menyampaikan Diri-Nya agar kehadiran-Nya

ditengah dunia mempunyai dampak bagi manusia.28 Dengan demikian misi gereja

dapat dimengerti sebagai partisipasi aktif gereja pada Missio Dei yang disertai

tindakan gereja.

Choan-Seng Song menyatakan bahwa misi adalah tindakan Allah dalam

menjawab teriakan manusia.29Sehingga Missio Dei ini ada dalam rangka kasih yang

Allah nyatakan kepada manusia. Tindak nyata dari kasih Allah itu adalah Yesus

Kristus, Yang didalam-Nya Allah rela datang kedunia bukan sebagai Allah, tetapi

manusia biasa, bahkan sebagai seorang hamba yang menderita sampai mati dikayu

salib. Ia hadir bagi manusia dan sebagai manusia. Mengambil bagian dalam dunia

sekaligus menentang nilai yang bersifat menindas dan merendahkan martabat

manusia. 30Sehingga melalui ini, ia membuat kehadiran Allah menjadi nyata.

Missio Dei ini juga merupakan pernyataan cara Allah untuk melaksanakan

rencana penyelamatan-Nya yang universal bagi manusia. Keselamatan yang Allah

rencanakan bagi manusia bukan hanya keselamatan jiwa yang diperoleh pada akhir

zaman, tetapi keselamatan seluruh manusia baik rohani maupun jasmani. Hal ini

melibatkan juga nilai-nilai yang menjamin dan mempertahankan kehidupan manusia

dan membuat manusia menjadi lebih manusiawi dalam segala hal segi dan dimensi

hidupnya.31

Page 38: skripsi BB II

Dalam hal ini, gereja terlibat untuk mewartakan kabar gembira kehadiran

dan tindakan Allah didunia dan dalam sejarah manusia, untuk mendukung

pemerintahan Allah yang penuh syallom. Pemerintahan Allah ini memeluk semua

orang yang berkehendak baik, yang berkomitmen untuk membangun umat manusia

yang baru.32

Dimana Allah menyertai, hadir dan aktif, memelihara dan menyelamatkan

namun dituntut juga usaha dari manusia itu sendiri. Karena itu gereja harus

menyatakan keprihatinan dan solidaritasnya terhadap penderitaan manusia dan

berpartisipasi dalam pembangunan.33 Gereja harus turut berupaya dalam

memperjuangkan pembebasan untuk mencapai keadilan dan kebenaran yang

menghapuskan segala belenggu. Dengan lain perkataan, pembebasan seluruh umat

manusia adalah untuk mendapatkan suatu masa depan dan pengharapan.34

C. Pandangan Alkitab Tentang Misi Holistik

Dalam PL maupun PB, karya misi dilihat sebagai karya Allah, Allah yang

telah mengutus Diri-Nya sendiri kedalam dunia untuk menyelamatkan dunia dan

manusia.

a. Menurut PL

Dalam PL, misi dilihat secara menyeluruh dari perutusan Diri Allah

kepada dunia. Perutusan ini nyata dalam kehadiran Allah bersama umat-Nya.

Allah diperlihatkan memiliki peran yang universal, yaitu sebagai pencipta dunia

(Kej 1; Maz 8,19) dan Tuan atas sejarah (Kej 12; Kel 1; Ul 2; Am 9:7) serta

Page 39: skripsi BB II

penyelamat segala bangsa. Ia menyingkapkan Diri-Nya sebagai Allah yang aktif

didalam sejarah yang lampau dan ia juga akan menjadi Allah dimasa depan.

Allah menjangkau semua bangsa (Yun 4), salah satunya nyata dalam

pemeliharaan Israel. Tetapi perhatian yang dialami oleh bangsa Israel bukanlah

satu-satunya perhatian Allah kepada umat manusia. Israel hanyalah sebagai tanda

bagi dunia, agar dunia melihat dan menyadari perutusan Diri Allah yang benar

untuk menyelamatkan manusia. Sehingga “misionaris” didalam PL, adalah Allah

sendiri.

Allah memulai tindakan penyelamatan-Nya dengan memperbaharui

dunia pada suatu tempat tertentu dan bangsa yang tertentu pula (Kej 12:1-3),

yaitu Israel. Dengan demikian Israel mengemban tugas missioner juga untuk

menghadirkan cinta Allah yang universal kepada bangsa-bangsa lain yang ada

disekitarnya. Yang dimengerti sebagai tugas perwujudnyataan universalitas

keselamatan yang dari Allah, yaitu dengan menjadi terang bagi bangsa-bangsa

lain (Yes 49:6;8-9).

b. Menurut PB

Pada dasarnya pelayan holistic dalam masa perjanjian baru tetap

mengacu pada perjanjian lama yaitu hadirnya shalom ditengah-tengah

masyarakat. Hadirnya shalom adalah suatu kerinduan bangsa Israel pada saat itu,

karena mereka sedang dijajah oleh bangsa Romawi, mereka tertindas dengan

peraturan-peraturan yang memberatkan mereka dan kewajiban untuk membayar

pajak kepada kaisar, dalam shalom dalam arti keamanan dan kemerdekaan sangat

mereka nantikan dalam keadaan seperti itu. Mereka sangat menanti-nantikan

Page 40: skripsi BB II

Mesias yang diharapkan oleh mereka dapat memimpin dan melepaskan mereka

dari tangan penjajahan bangsa Romawi, sama seperti ketika Musa melepaskan

bangsaIsrael dari tangan Mesir. Pada situasi demikianlah maka Yesus muncul

sebagai tokoh yang memberi harapan bagi bangsa Israel. Hal yang harus

dipahami dari misi Yesus adalah kesadaran-Nya sebagai orang yang diutus, yang

menghayati suatu keyakinan yang mendasar bahwa ia diutus Allah. Sehingga

kehadiran-Nya sama sekali tidak sekedar bersifat lahiriah belaka, tetapi Ia ada

dan hadir bagi manusia sebagai manusia dan mewujudkan kehadiran yang Ilahi

itu.

Pelayana Kristen yang merupakan kelanjutan pelayanan Yesus mau tidak

mau harus merupakan pelayanan yang holoistik, karena Yesus telah memberikan

teladan itu kepada kita. Bukan hanya pelayanan-Nya saja tetapi Yesuspun adalah

teladan manusia yang holoistik. Kepekaan Yesus adalah terhadap apa yang

dibutuhkan oleh manusia dan bukan apa yang diinginkan manusia. Yesus amat

peka terhadap kebutuhan holistik manusia. Contoh yang paling gamblang adalah

yang terdapat dalam Yohanes 6:1-15, setelah Yesus member makan secara

rohani kepada orang-orang yang haus akan Firman Tuhan maka Yesus member

makan jasmani berupa roti dan ikan kepada lebih dari lima ribu orang.

D. Misi Gereja Sebagai Pemberdaya

Menganggur merupakan suatu keadaan terbelenggu, dimana kaum muda

pengangguran ini tidak dapat menyalurkan bakat maupun potensi yang mereka

miliki. Sebab mereka terkurung dalam keadaan menganggur tersebut. Yang berarti

Page 41: skripsi BB II

juga pada saat mereka menjadi pengangguran, mereka tidak memiliki kebebasan

untuk berkarya, sehingga mereka harus dibebaskan dari keadaan tersebut.

Karena misi gereja itu sendiri harus relavan dan berhadapan dengan situasi

yang ada, maka ketika misi gereja diperhadapkan dengan pemuda pengangguran ini,

gereja harus mengupayakan adanya solusi atas keadaan tersebut, walaupun tidak

dapat menghapuskan pengangguran, tetapi setidaknya dapat mengurangi tingkat

pengangguran itu. Pemberdaya adalah kata kunci yang ditawarkan penulis bagi misi

gereja.

Kata “Pemberdayaan” ini berasal dari kata “Daya” yang artinya adalah

kemampuan untuk melakukan sesuatu/kemampuan untuk bertindak. Daya ini juga

dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam dan diperkuat oleh unsur-unsur

penguatan yang diserap dari luar. Jadi pemberdaya dapat dimengerti juga sebagai

upaya untuk kemampuan/menguatkan orang yang terkena penggunaan daya tersebut.

Sehingga pemberdayaan ini mengaju pada terjadinya peningkatan kesejahteraan,

membuka peluang untuk masuk dalam berbagai sumber daya dan kritis, mampu dan

bersikap dan berpikir. Pemberdayaan itu dapat dilakukan dengan menyatakan

keberadaan mereka (kaum muda pengangguran), sehingga mereka memiliki apa yang

dinamakan dengan daya seperti tersebut di atas. Yang memberi kemungkinan bagi

mereka untuk dapat memperbaiki kehidupan mereka sendiri, di atas kekuatan mereka

sendiri. Yang juga membuat mereka menjadi mampu untuk menentukan dan

mengelola kehidupan mereka sendiri. Inilah yang menjadi konsep dari

“Pemberdayaan” ini.

Page 42: skripsi BB II

Dengan demikian, pemberdayaan harus melihat pada tiga sisi. Pertama,

diciptakan suasana/keadaan yang memungkinkan untuk berkembangnya potensi

kaum muda pengangguran muda yang titik tolaknya adalah pemahaman bahwa setiap

manusia memiliki potensi untuk dikembangkan. Sehingga pemberdayaan ini,

merupakan upaya untuk membangun dan mengembangkan daya yang dimilki kaum

muda pengangguran ini.

Kedua, memberdayakan untuk memperkuat potensi/daya yang dimiliki oleh

kaum muda penganguran ini. Melalui tindak nyata yang dapat membuat mereka

semakin berdaya. Ketiga, memberdayakan ini mencakup juga pengertian melindungi.

Melindungi dalam artian mencegah agar mereka yang lemah tidak menjadi semakin

lemah. Seperti kaum muda pengangguran ini, kegiatan pemberdayaan akan

melindungi mereka dari segala penyudutan atas keadaan mereka. Sehingga dalam

pemberdayaan, kaum muda pengangguran ini menjadi subjek dalam upaya

penggunaan daya tersebut.

Dengan ini kaum muda pengangguran akan mampu turut serta dalam

partisipasi terhadap pembangunan bangsa, yang dihargai dan dijunjung harkat dan

martabatnya sebagai manusia karya. Melalui pemberdayaan ini juga mereka

diharapkan mampu mengenal dan mengembangkan potensi-potensi diri mereka, agar

menjadi manusia yang sendiri dan dewasa.

1. Pusat Pemberdayaan Adalah Kerja

Karena kaum muda pengangguran ini adalah angkatan kerja yang sedang

tidak mempunyai pekerjaan. Maka ketika berbicara tentang pengangguran, ini

Page 43: skripsi BB II

akan selalu berhubungan dengan kerja. Sehingga pemberdayaan kaum muda

pengangguran ini adalah diarahkan dalam hal bekerja.

Pengangguran adalah pelanggaran atas hakikat manusia. Karena manusia

adalah pekerja, dimanapun manusia itu ada, maka disana juga ada kerja. Dalam

kerja yang manusia lakukan, maka manusia secara sadar menggunakan berbagai

kemampuan yang ada padanya untuk mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, setiap

orang perlu untuk bekerja, bukan saja supaya orang tersebut memperoleh nafkah

untuk hidupnya tetapi juga untuk keutuhan jiwanya. Dalam bekerja, manusia

memenuhi mandat atau tugas luhur dari Allah sendiri. Sehingga bekerja juga

bukan sekedar kewajiban bagi manusia, tetapi adalah hak manusia yang

merupakan bagian dari hakekat manusia.

Dengan demikian, gereja dalam keterlibatannya harus solider dengan

mereka, dekat dengan mereka, membuka hati dan tangan bagi mereka. Yang

menunjukan bahwa gereja berusaha meneruskan keselamatan Allah bagi mereka

dengan membantu mereka bebas dari kedaan mereka, dengan melakukan

pemberdayaan. Ini berarti bahwa gereja harus mampu menempatkan diri sebagai

teman bagi mereka dan menggali daya yang tidak ternilai harganya untuk di

kembangkan dalam kerja.

Dalam PL, kerja Allah nyata dalam rangka penciptaan dunia dan didunia.

Allah juga menciptakan manusia yang segambar dengan diri-Nya. Kejadian 1

menampilkan Allah sebagai seorang pekerja, sehingga manusia juga adalah

pekerja, sama seperti Dia. Ini berarti juga bahwa manusia wajib untuk bekerja.

Karena kerja merupakan bagian yang utuh dari kehidupan manusia.

Page 44: skripsi BB II

Dalam kej 2:15, hal pertama yang diberikan Allah bagi manusia adalah

tugas/kerja, sehingga kerja merupakan bagian dari rencana Allah. Setiap orang

harus bekerja ( kel 34: 21) dan kerja ini merupakan perintah, bukan pilihan,

manusia tidak boleh menjauhi kerja melainkan dipuaskan oleh hasil kerja tangan

atau pikirannya ( Ams 18:9 ;14:23 ; 19:15 ; Pkh 3:22 )

Dalam PB kerja merupakan tanggung jawab yang besar dan Yesus sendiri juga

bekerja.

Dalam 1 Tim 5:8, setiap orang harus bertanggung jawab untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya yaitu dengan bekerja. Jika seseorang tidak bekerja,

janganlah ia makan ( II Tes 3:10). Dengan bekerja manusia memuliakan Allah,

mencukupi kebutuhan keluarga dan menampilkan reputasi yang baik bagi

lingkungan ( I Tes 4:11-12)

Alkitab menyaksikan bahwa kerja merupakan karunia Tuhan, dalam kerja

juga manusia bisa terlibat dalam hubungan kerjasama dengan Allah dan dengan

manusia, juga dalam hubungan tolong-menolong dengan sesama. Kerja juga

perlu untuk pemenuhan diri manusia yang hakekatnya adalah seorang pekerja

dengan bakat khas pada setiap orang untuk berdaya cipta.

2. Pemberdayaan dan Tahapanya

Penulis menawarkan beberapa tahapan pemberdayaan, tetapi ini juga tidak

dimaksudkan untuk menunjukan adanya atau satu kesatuan yang tidak

terpisahkan, karena setiap tahapan ini merupakan bagian-bagian yang selalu

berhubungan satu sama lain.

1. Penyadaran.

Page 45: skripsi BB II

Dalam proses ini,kaum muda pengangguran diajak untuk menyadari

bahwa keadaan menganggur merupakan suatu keadaan keterbelengguan,

tanpa harus mengklaim mereka sebagai masalah. Penyadaran ini

dimaksudkan juga untuk menyadarkan mereka bahwa mereka sendiri cukup

sanggup untuk mengatasi keadaan mereka asalkan ada kemauan dari diri

mereka sendiri dan tentu juga diperlukan adanya bantuan dari pihak lain.

Dalam pelaksanakan penyadaran harus pula diberi kesempatan bagi

mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka sehubungan dengan hal ini,

baik itu alasan maupun keluhan-keluhan mereka. Sehingga diperlukan

dialog/komunikasi dan pelayanan pastoral/penggembalaan bagi kaum muda

pengangguran ini.

Tetapi kegiatan-kegiatan itu tidak perlu dilakukan terang-terangan,

karena akan hanya menimbulkan perasaan rendah diri mereka. Metode dalam

penyadaran ini sebaiknya dilakukan seperti melalui, percakapan santai,

sharing, konseling, perkunjungan rumah tangga maupun menggunakan

metode “ warung kopi “, yaitu berada ditempat kaum muda pengangguran ini

seringkali berkumpul, untuk berbincang-bincang dengan mereka.

Sehingga dengan metode-metode tersebut, maka dalam pelaksanaanya

dapat diangkat topik pembicaraan yang berhubungan dengan masalah

pemahaman mereka yang sudah membudaya. Memang tidak dapat

dipungkiri, bahwa segala sesuatu yang sudah membudaya akan sulit untuk

dihilangkan, tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk setidaknya

dikurangi. Karena itu dalam dialog maupun pastoral yang dilakukan, harus

Page 46: skripsi BB II

benar-benar mengajak mereka berpikir bahwa mereka tidak seharusnya tetap

berada dalam keadaan mereka tersebut dan mereka juga harus berpikir

tentang masa depan mereka.

Sebab jika mereka hanya berharap untuk mengambil dari alam atau

menunggu nasib, semua itu juga nantinya tidak akan mampu memberi seperti

yang mereka inginkan. Dan bila mereka hanya menunggu pekerjaan yang

sesuai dengan keinginan mereka, sedangakan pekerjaan mereka seperti itu

sangat tidak pasti, bisa-bisa mereka akan menjadi pengangguran seumur

hidup.

Dalam tahapan ini gereja harus benar-benar bertukar pikiran dengan

mereka agar memahami arah pikiran mereka dan agar mampu member ide-

ide baru untuk membuka pemahaman baru mereka. Tetapi semua ini harus

dilakukan dalam suasana yang harus benar-benar akrab, tanpa harus

menggurui mereka. Sebab sikap menggurui hanya akan membuat mereka

tersinggung.

Berdasarkan analisa pada gambaran umum, maka dalam hal ini

gereja harus melakukan pendekatan secara pribadi atau orang per orang.

Karena bila satu orang dapat dirangkul oleh gereja, maka lainnya pun akan

dengan mudah diajak oleh geraja. Untuk yang baru menjadi pengangguran

mungkin lebih mudah pendekatannya, karena pikirannya masih berupaya

mencari-cari apa yang harus ia lakukan. Sedangkan mereka yang sudah lama

menganggur, pikirannya sudah mulai dipenuhi oleh pesimisme maupun tidak

percaya diri. Sehingga untuk mereka ini pendekatannya harus lebih intensif.

Page 47: skripsi BB II

Dalam hal ini mereka harus dibebaskan dari rasa tidak percaya diri atau pun

pesimisme dan rasa nyaman dalam keadaan menganggur tersebut. Dengan

mengarahkan mereka pada pemikiran tentang bagaimana jika mereka

menopang hidup keluarga mereka tidak ada, bagaimana kehidupan mereka

selanjutnya dan apa yang akan terjadi pada diri mereka serta mengenai

adanya potensi yang dimiliki setiap orang sejak dilahirkan, termasuk juga

mereka sendiri.

2. Pembinaan

Pembinaan adalah mendidik, mendewasakan, menuntun,

memotivasi, membaharui, membangun, membimbing, memelihara dan

memimpin. Dalam hal ini, gereja bisa menjadi apa saja bagi mereka, baik

sebagai teman atau pun sebagai pihak yang membantu mereka mencari jalan

keluar atas keadaan mereka.

Dalam hal ini mereka diberi dorongan dan diajak berpikir serta

berdiskusi untuk melihat bahwa ada banyak potensi yang mereka miliki, yang

dapat membuat keadaan mereka menjadi lebih baik dari yang sekarang.

Khususnya kaum muda pengangguran ini memiliki kebebasan untuk

bergerak/pergi kemanapun mereka mau tanpa adanya larangan, keadaan ini

bisa dimanfaatkan dalam kegiatan pembinaan untuk menghimpun mereka dan

mengajak mereka berbicara tentang apa yang harus mereka lakukan agar

mereka dapat bekerja.

Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan mudah apabila dalam

penyadaran suasana yang akrab telah terwujud. Karena pada umumnya

Page 48: skripsi BB II

pemuda Maliku ini mudah untuk diajak berbicara dan suka ikut-ikutan.

Kegiatan ini dapat dilakukan melalui saresahan, seminat dan saling berdiskusi

baik dalam kerangka formal dan informal. Topik yang dapat diangkat dalam

kegiatan ini dapat berhubungan dengan minat mereka terhadap pekerjaan

yang ada di Kecamatan Maliku ini, apa yang bisa membuat mereka tertarik,

keterampilan apa yang cocok dikembangkan dan apa yang membuat mereka

tidak tertarik.

3. Pelatihan

Seiring dengan pembinaan sebaiknya dilakukan pelatihan agar kaum

muda pengangguran ini dapat memberikan respons mereka secara langsung

dalam bentuk tindakan yang tidak nyata. Pelatihan ini dapat diprakarsai oleh

gereja sendiri maupun mengadakan kerjasama dengan pihak lain, misalnya

Dinas Tenaga Kerja dan Sosial yang selalu memberikan bantuan berupa

barang-barang untuk pelatihan kerja dan juga kerjasama dengan kelompok

karang taruna.

Pelatihan ini dapat dilakukan dengan metode workshop yang

merupakan pelatihan keterampilan dalam bidang tertentu, ataupun kursus

pendek, dapat juga dilakukan kegiatan lokakarya, yang tidak hanya

mendengar ataupun mendiskusikan saja tetapi juga mempraktekkannya.

Di Kecamatan Maliku ini tidak terdapat usaha-usaha yang menonjol

dari pada usaha lain, dalam artian usaha-usaha tersebut berjalan apa adanya

saja. Karena itu pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan di

Kecamatan Maliku seperti perbengkelan, kerajinan getah, anyaman rotan dan

Page 49: skripsi BB II

menjahit. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk diupayakannya

pelatihan dibidang wiraswasta lain, yang sekiranya mampu untuk membuat

kaum muda pengangguran ini lebih berdaya agar dapat mengelola hidupnya

sendiri kelak.

4. Penyediaan Fasilitas

Tidak dapat dipungkiri bahwa gereja tidak mempunyai cukup dana

untuk ini, karena itu diperlukan juga bantuan dan kerjasama dari dari koperasi

dalam hal pinjaman uang dan dari dinas tenaga kerja dan sosial berupa

peralatan mekanika dan peralatan pertanian. Juga upaya untuk menyediakan

bahan produksi seperti getah nyatu, dengan harga yang tidak terlalu tinggi

untuk mereka dan melalui koperasi, membantu mengupayakan penjualan

dengan harga yang sesuai dengan harga dipasaranya, atau hasil pekerjaan

mereka. Ini didukung juga oleh keadaan fasilitas desa yang memungkinkan

untuk lancarnya arus keluar masuk barang.

Disamping itu dalam kerjasama dengan dinas Tenaga Kerja dan Sosial,

tidak ada salahnya juga bagi gereja untuk mengupayakan bantuan bagi

mereka dalaam memperoleh “kartu kuning”. Untuk menyediakan kesempatan

bagi mereka yang mungkin berpikiran untuk masuk ke bidang pekerjaan lain.

Karena jika mereka mengikuti tes-tes penerimaan tenaga kerja, mereka selalu

dimintai kartu kuning tersebut yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan

Sosial sebagai bukti mempunyai pengalaman kerja. Karena itu gereja perlu

mengupayakan agar mereka yang terlibat dalam pemberdayaan ini, dapat

Page 50: skripsi BB II

memperoleh tanda bukti tersebut dari Dinas Tenaga Kerja dan sosial, agar

mereka dapat memiliki akses ke pasar kerja.

BAB V

PENUTUP

Page 51: skripsi BB II

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada paparan dalam bab-bab terdahulu maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengangguran merupakan angkatan kerja yang sedang tidak mempuyai

pekerjaan. Ukuran untuk menentukan pengangguran atau tidak adalah dari

hasil kerja ( barang atau jasa dan upah), adanya bahan yang di olah dengan

sarana masing-masing dan jam kerja ( 14 jam dalam seminggu) .

Pengangguran terjadi oleh berbagai hal seperti budaya, rendahnya kualitas

pendidikan, kurangnya keterampilan, tidak sesuainya lapangan kerja dengan

keinginan pencari kerja, perkembangan teknologi, geografis, diskriminasi,

perpindahan kerja, PHK , kerja tidak tetap dan tidak ingin bekerja, yang dapaat

menimbulkan masalah sosial dan menghambat pembangunan.

2. Misi adalah pengutusan, yang adalah karya Allah, sebagai tugas bagi gereja

dimanapun ia berada. Misi adalah aktivitas Allah sendiri karena itu misi

adalah Missio Dei. Misi ditujukan kepada seluruh manusia dalam segala

keadaaannya, sehingga misi gereja meliputi seluruh bidang kehidupan

manusia, termasuk masalah pengangguran muda di Kecamatan Maliku ini.

3. Kaum muda pengangguran di Kecamatan Maliku ini tergolong dalam

pengangguran terpaksa, sukarela, putus asa, pengangguran yang kelihatan dan

pengangguran yang terbuka. Terjadinya pengangguran muda di Kecamatan

Maliku ini dipangaruhi oleh beberapa hal seperti masalah kualitas pendidikan,

sistem upah, budaya/pemahaman dan keadaan sosial.

Page 52: skripsi BB II

4. Memberdayakan berasal dari kata daya/kemampuan sehingga memberdayakan

dimengerti sebagai upaya memampukan orang yang terkena gangguan daya

tersebut. Tujuannya adalah utuk terjadinya peningkatan kesejahteraan, akses

keberbagai peluang kerja, mampu bersikap dan berpikir kritis untuk

menentukan dan mengelola kehidupan sendiri. Pemberdayaan ini dapat

dilakukan melalui penyadaran, pembinaan, pelatihan dan penyediaan fasilitas,

yang pendekatanya dilakukan dengan memperhatikan keadaan mereka.

B. Usulan

Tulisan ini, penulis sadari penuh dengan kekurangan dan terbuka pada

berbagai kemungkinan kekeliruan. Karena tulisan ini masih hanya berupa upaya

dari seorang maahasiswi dalam memberikan sumbangsih pikiranya, karena itu

penulis mengharapkan agar :

1. Agar penentu kebijakan gereja, khususnya GKE memperhatikan tugas

panggilan gereja yang relevan dan kontesktual terhadap masalah sosial,

khususnya pengangguran muda.

2. Agar gereja terlibat secara aktif dan kreatif dalam upaya memberdayakan kaum

muda pengangguran ini untuk terlibat dalam pembangunan masyarakat dan

khususnya gereja sendiri.

3. Agar kaum muda pengangguran ini menyadari bahwa mereka memiliki

kemampuan yang dapat membuat mereka lebih berdaya, untuk memperoleh

masa depan yang lebih baik.

Page 53: skripsi BB II

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku-buku

Arif, Saiful, Menolak Pembangunanisme, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000).

Artanto, Widi, Menjadi Gereja Misioner, (Yogyakarta : Kanisius, 19970).

Bakker, JWM, Filsafat Kebudayaan, (Yogyakarta : Kanisius, 1984).

Beeby, C. E, Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : LP3ES, 1981).

Bosch, David J, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997).

Brownlee, Malcolm, hai, pemuda Pilihlah !, (Jakarta : BPK Gunung Mulia 2002).

Page 54: skripsi BB II

Conterius, Wilhelm Djulei, Misiologi Dan Misi Gereja Milenium Baru, (Ende : Nusa

Indah, 2001).

Djojohadikusuma, Sumitro, Indonesia Dalam Perkembangan Dunia, (Jakarta : LP3ES,

1989).

Effendi, Sofyan, Membangun Martabat Manusia, (Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press, 1993).

Faisal, Sanafiah, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2001).

Geertz, Clifford, Tafsir Kebudayaan, (Yogyakarta : Kanisius, 1992).

Georg kircchberger, SVD, dan john Mansford Prior, SVD, Mendengarkan Dan

Mewartakan, (Ende : Nusa Indah, 2003).

Hartoko, Dick, memanusiakan Manusia Muda, (Yogyakarta : kanisius, 1985).

Heilbroner, Robert L, Tokoh-tokoh Besar Pemikir Ekonomi, (Jakarta : Universitas

Indonesia, 1972).

Irawan dan M. Suparmoko, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta : BPFE, Edisi ke-3,

1979).

Page 55: skripsi BB II
Page 56: skripsi BB II