skripsi bab 2.docx

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori A. Pengertian Kredit Dalam arti yang luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Menurut Moh. Tjoekam dalam Tangkilisan (2003) kata “kredit” berasal dari bahasa Latin yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust. Sedangkan menurut Thomas Suyatno (2003 : 12), istilah “kredit” berasal dari bahasa Yunani yaitu credere juga yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Maksud dari percaya dari si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi si penerima, kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu.

Upload: nugraha-suganda

Post on 03-Jan-2016

106 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

wowwwwwwww

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Bab 2.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori

A. Pengertian Kredit

Dalam arti yang luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Menurut

Moh. Tjoekam dalam Tangkilisan (2003) kata “kredit” berasal dari bahasa Latin

yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust. Sedangkan

menurut Thomas Suyatno (2003 : 12), istilah “kredit” berasal dari bahasa Yunani

yaitu credere juga yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Maksud dari

percaya dari si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit

bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan

perjanjian. Sedangkan bagi si penerima, kredit merupakan penerimaan

kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan

jangka waktu.

Dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit (seperti kalimat

diatas) oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan

usaha berlandaskan kepercayaan. Seseorang atau suatu badan atau lembaga

keuangan yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit dimasa

mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik

Page 2: Skripsi Bab 2.docx

berupa barang, uang ataupun jasa. Oleh sebab itu, karakter pemohon kredit

merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh pemberi kredit dalam

pengambilan keputusan kredit (Djinarto, 2000).

Ada beberapa pengertian kredit secara universal menurut undang-

undang perbankan Indonesia, yaitu diantaranya: “Menurut Undang-undang

Perbankan No. 7 / 1992, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,

imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian kredit diatas

dapatlah dijelaskan bahwa kredit adalah pemberian pinjaman (kredit) dalam

jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan. Debitur menyelesaikan

pinjamannya kepada perusahaan dengan cara mengembalikan uang pinjaman

dan membawa sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Semua hal tersebut yang berkaitan dengan kredit harus dapat

dikelola dengan baik sehingga meminimalkan risiko yang mungkin akan terjadi.

Pengelolaan kredit tersebut dapat dikenal dengan istilah manajemen kredit.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen kredit adalah

bagaimana mengelola pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan

sampai dengan kredit tersebut lunas.

Page 3: Skripsi Bab 2.docx

B. Jenis Kredit

Menurut Kasmir (2004), jenis kredit yang di salurkan oleh bank dapat

dilihat dari berbagai segi yaitu :

1. Segi Kegunaan

a. Kredit Investasi : Kredit yang digunakan untuk keperluan perlusan usaha

atau membangun proyek / pabrik baru dengan masa pemakaian relatif

lama dan untuk kegunaan kegiatan utama suatu perusahaan.

b. Kredit Modal Kerja : Kredit yang digunakan untuk keperluan

meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja

merupakan kredit pendukung kredit investasi yang sudah ada.

2. Segi Tujuan Kredit

a. Kredit Produktif: Kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha,

produksi, atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang

atau jasa.

b. Kredit Konsumtif: Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai

secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada penambahan barang atau jasa

yang dihasilkan.

c. Kredit Perdagangan : Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan

dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya

diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini

Page 4: Skripsi Bab 2.docx

sering diberikan kepada supplier atau agen perdagangan yang akan

membeli barang dagangan dalam jumlah tertentu.

3. Segi Jangka Waktu

a. Kredit jangka pendek: Kredit yang memberikan jangka waktu maksimum

satu tahun, biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja dan

musiman.

b. Kredit jangka menengah: Kredit yang jangka waktu kreditnya antara 1

tahun sampai dengan 3 tahun. Beberapa Bank mengklasifikasikan kredit

ini menjadi kredit jangka panjang.

c. Kredit jangka panjang : Kredit yang masa pengembaliannya diatas 3

tahun atau 5 tahun. Digunakan untuk investasi jangka panjang seperti

perkebunan karet, manufaktur, kredit perumahan.

4. Segi Jaminan

a. Kredit dengan jaminan; Kredit diberikan dengan jaminan tertentu, dapat

berupa barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang

di keluarkan akan dilindungi senilai dengan jaminan yang diberikan calon

debitur. Jaminan yang dimaksud diatas dapat berupa barang, surat

berharga, orang atau perusahaan, asuransi, dan lain – lain.

b. Kredit tanpa jaminan : Kredit ini diberikan tanpa jaminan barang atau

benda tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,

Page 5: Skripsi Bab 2.docx

karakter, serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank.

Biasanya kredit ini sudah diperhitungkan tidak akan merugikan kreditur

jika ternyata debitur tidak mampu mengembalikan pinjamannya.

5. Segi Sektor Usaha

Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda – beda, oleh

sebab itu pemberian fasilitas kredit pun berbeda-beda pula. Jenis kredit yang

dilihat dari sektor usaha yaitu :

a. Kredit pertanian

b. Kredit peternakan

c. Kredit industry

d. Kredit pertambangan

e. Kredit pendidikan

f. Kredit profesi

g. Kredit perumahan

h. Kredit sektor usaha lain

C. Tujuan Kredit

Tujuan pemberian kredit tidak akan terlepas dari misi suatu Bank

didirikan. Tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain:

Page 6: Skripsi Bab 2.docx

a. Mencari keuntungan ; Keuntungan terutama dalam bentuk bunga yang

penting untuk kelangsungan hidup bank.

b. Membantu usaha debitur ; Membantu debitur yang memerlukan dana

investasi atau modal.

c. Membantu pemerintah ; Semakin banyak kredit yang disalurkan bank berarti

ada peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

D. Analisa Kredit

Menurut Sutan Remy.S. dalam Tangkilisan (2003) bank dalam

memberikan kredit harus berdasarkan analisis pemberian kredit yang memadai,

agar kredit yang diberikan tidak menjadi kredit macet. Bila kredit yang diberikan

bank mengalami kemacetan, maka kemampuan bank untuk memenuhi

kewajiban terhadap para penyimpan dananya akan menurun.

Menurut Siamat dalam Muljono (2001), analisa kredit adalah proses

menganalisa dan menilai prospek calon debitur guna memperoleh indikasi

kemungkinan terjadinya default (kegagalan debitur membayar kembali kredit

yang diterimanya) oleh calon debitur. Menurut Muljono (2001), langkah yang

tepat untuk mengambil keputusan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses

pemberian kredit adalah melakukan teknik analisa pemberian kredit.

Page 7: Skripsi Bab 2.docx

Sebelum melaksanakan kegiatan menganalisa kredit, Menurut

Muljono (2001) ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu:

Pemilihan pendekatan yang akan dipakai dalam melaksanakan analisa

kredit. Pendekatan yang dimaksud yaitu :

a. Pendekatan jaminan (collateral approach) Kredit akan diberikan apabila

jaminan yang diberikan cukup memadai baik ditinjau dari nilai ekonomis

maupun yuridis. Jadi dalam analisa ini yang dipentingkan adalah faktor

pengaman dari uang (kredit) yang akan dilepaskan oleh bank kepada

calon debiturnya.

b. Pendekatan karakter (character approach) Proses pemberian kredit

didasarkan atas kepercayaan reputasi karakter bisnis calon debiturnya.

c. Pendekatan kemampuan pelunasan atas kredit yang diberikan

(repayment approach) Intinya pada pendekatan ini bank mendasarkan

diri pada kemampuan pelunasan utang dari debitur, dan tidak

mendasarkan dari karakternya ataupun feasibility dari proyeknya

tersebut. Penilaian kemampuan pelunasan tersebut tidak terbatas pada

sumber-sumber dana yang diciptakan oleh kegiatan usaha debitur untuk

melunasi kreditnya. Sumber dana untuk pelunasan kredit dapat diambil

juga dari sumber dana pihak ketiga lainnya atau dari likuidasi barang-

barang jaminan yang diserahkan oleh pihak debitur, jadi kemampuan

Page 8: Skripsi Bab 2.docx

pelunasan benar-benar telah diperhitungkan oleh bank. Dalam

pendekatan ini kepentingan bank sebagai business body lebih di

utamakan, persoalan debitur akan bangkrut habis-habisan tidak menjadi

masalah asal kredit yang diberikan dapat dilunasi.

d. Pendekatan tingkat keterlaksanaan proyek usaha calon debitur

(feasibility approach). Melaksanakan studi kelayakan bisnis (feasibility

study) dimana bank harus menelaah dan menilai sejauh mana usaha

bisnis calon debitur dapat melunasi kewajibannya. Dalam pendekatan ini

pihak bank sudah tidak memusatkan kepentingannya seratus persen

kepada dirinya sendiri, namun bank sudah membagi risiko dengan calon

debiturnya. Bank tidak lagi mengandalkan jaminan tapi semata-mata

mengandalkan pada kelayakan keterlaksanaan dari proyek yang dibiayai

dengan kredit tersebut. Jadi secara otomatis Bank sudah ikut

melaksanakan fungsi moneternya secara tidak langsung dalam

mengembangkan suatu jenis sektor perekonomian. Pendekatan ini sudah

banyak digunakan oleh bank-bank komersil karena semakin ketatnya

persaingan dengan bank-bank itu sendiri sehingga orientasi pemberian

kredit berubah dari ”Bank-oriented” menjadi ”Customer-oriented”.

e. Pendekatan bank pembangunan (development bank approach). Dalam

pemberian kredit bank melakukan misi ganda yaitu mencari laba

Page 9: Skripsi Bab 2.docx

“business body” sekaligus aktif sebagai bank pembangunan “agent of

development”. Sehingga kegiatan pemberian kredit dalam pendekatan ini

akan berupa:

1. Identifikasi dan pengembangan proyek yang dianggap berpotensi

secara ekonomis.

2. Pengembangan kewiraswastaan dari para pengelolanya.

3. Pengorganisasian proyek tersebut dari awal sampai kreditnya

dilunasi.

4. Proses pengumpulan informasi yang lengkap yang akan diperlukan

dalam kegiatan suatu analisa kredit.

5. Penerapan titik kritis suatu proyek. Critical point tiap proyek berbeda-

beda, karena itu seorang credit analist harus berwawasan bisnis yang

luas.

E. Risiko

Menurut Djohanputro (2004), risiko adalah suatu keadaan dimana

terdapatnya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya dapat diukur secara

kuantitatif jika memiliki informasi atau data pendukung mengenai kemungkinan

kejadian. Risiko merupakan ukuran kuantitas atau ukuran empiris yang dapat

mengukur kemungkinan nilai dari suatu kejadian dengan fluktuasinya.

Page 10: Skripsi Bab 2.docx

Tampubolon (2005) mendefinisikan risiko sebagai suatu rentang

(continuum) yang dapat bergerak kearah ancaman dengan dampak negatif, yaitu

tidak tercapainya tujuan. Risiko juga dapat bergerak kearah ancaman dengan

dampak positif yaitu tercapainnya tujuan yang ditetapkan disertai dengan

berbagai tingkat kemungkinan terjadinya ancaman maupun peluang tersebut.

F. Klasifikasi Risiko

Djohanputro (2004) mengklasifikasikan risiko korporat menjadi 4

kategori yaitu :

1. Risiko Keuangan adalah fluktuasi target keuangan/ukuran moneter

perusahaan karena gejolak variabel makro. Risiko keuangan terdiri atas risiko

likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan, risiko pasar. Risiko pasar terdiri

atas risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko ekuitas.

2. Risiko Operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan

karena tidak berfungsinya suatu sistem. Risiko operasional dibagi menjadi

lima kategori risiko, yaitu risiko produktivitas, risiko teknologi, risiko inovasi,

risiko sistem, dan risiko proses.

3. Risiko Strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi exposure korporat

dan exposure strategis (terutama exposure keuangan). Risiko strategis

kemudian dibagi menjadi tiga jenis risiko yaitu risiko usaha, risiko transaksi

strategis, risiko hubungan investor.

Page 11: Skripsi Bab 2.docx

4. Risiko Eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada exposure

korporat dan strategis. Risiko eksternalitas dapat dibagi menjadi empat jenis

risiko yaitu risiko reputasi, risiko lingkungan, risiko sosial, dan risiko hukum.

Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan klasifikasi risiko secara lengkap

pada Lampiran 1.

G. Risiko Kredit

1. Definisi Risiko Kredit

Lam dalam Efendi, R (2007) mendefinisikan risiko kredit sebagai

kerugian ekonomis yang diderita akibat gagal bayar peminjam atau pihak mitra

dalam kesepakatan. Gagal bayar tidak selalu berarti kebangkrutan pihak lain

secara hukum tapi juga kegagalan untuk memenuhi kewajiban kontraktual tepat

waktu, akibat ketidakmampuan atau keengganan.

Menurut Tampubolon (2004) risiko kredit adalah exposure yang

timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (Counterparty) memenuhi

kewajibannya. Risiko kredit juga didefinisikan sebagai exposure yang ada atau

potensial mengancam penghasilan dan modal perusahaan, yang timbul karena

kegagalan debitur (obligor) untuk memenuhi syarat yang tertuang dalam kontrak

perjanjian.

2. Dimensi Risiko Kredit

Page 12: Skripsi Bab 2.docx

Menurut Djohanputro (2004), besarnya risiko kredit terdiri dari dua

faktor : besarnya exposure kredit dan kualitas exposure kredit. Semakin besar

pinjaman, semakin besar juga tingkat exposure kredit. Semakin rendah kualitas

jaminan, maka semakin rendah kualitas kredit, semakin tinggi risiko kredit. Pada

Gambar 3 dapat dilihat bagan dimensi risiko kuantitas dan risiko kualitas :

Gambar 3. Dimensi Risiko : Kuantitas dan Kualitas

Kuantitas dan kualitas risiko kredit tercermin dalam kerangka risiko

kredit. Penyebab gagal bayar pada risiko kredit yaitu kebangkrutan debitur dan

kesulitan keuangan yang dihadapi debitur. Apabila debitur berada pada ambang

batas criteria kesehatan tidak terpenuhi maka memiliki potensi gagal bayar dan

menurunkan peringkat debitur. Penurunan peringkat debitur disebabkan

penurunan kinerja debitur. Kelemahan kontrak kredit menyebabkan pelanggaran

kontrak kredit dan berpotensi dalam meningkatkan risiko kredit.

Page 13: Skripsi Bab 2.docx

3. Bentuk Risiko Kredit

Tiga bentuk risiko kredit menurut Djohanputro (2004) yaitu :

a. Risiko Gagal Bayar

Untuk mengukurnya, perusahaan dapat melakukan pemeringkatan

(rating). Setiap perusahaan memiliki model pemeringkatan yang berbeda–beda.

Namun umumnya terdapat lima faktor yang sering digunakan yaitu 5C ( menurut

Weston dan Brigham). Gambar 4 memberikan penjelasan singkat tentang dinilai

dari setiap C dari 5C.

1. Character, berkaitan dengan perilaku calon debitur atau pembeli secara

kredit mengenai keinginan untuk membayar dan memenuhi kewajiban.

Perusahaan menggunakan data masa lalu mengenai track record calon

debitur. Karakter dapat dikaitkan dengan pelanggaran moral yaitu

kecendrungan seseorang dengan sengaja menyimpangkan wewenang dan

kemampuan untuk kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan

orang lain dan menggunakan kemampuan atau kekayaan orang lain.

2. Capacity, menunjukkan kemampuan calon debitur atau pembeli secara

kredit untuk membayar pinjaman. Potensi pembayaran kewajiban debitur

dapat dilihat dari laporan keuangan historis dan kinerja berupa proforma

arus kas, neraca, dan laba rugi. Rasio lancar, rasio kas dan rasio efisiensi

dapat menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban.

Page 14: Skripsi Bab 2.docx

3. Capital, ditunjukkan oleh perbandingan antara pinjaman dan modal sendiri

(ekuitas).

4. Collateral, merupakan piranti pengaman pinjaman yang terakhir. Jaminan

akan dieksekusi apabila debitur atau pembeli secara kredit menyatakan tidak

dapat membayar dan pinjaman tidak mungkin di restrukturisasi. Perusahaan

kreditur perlu memperhatikan prinsip kehati – hatian dalam menerapkan

kredit karena faktor status hukum jaminan, nilai jaminan terhadap

kewajiban, kemudahan likuidasi jaminan.

5. Condition, mengacu pada kondisi eksternal perusahaan yang mempengaruhi

kelangsungan perusahaan. Kondisi perusahaan berupa kondisi makro

(ekonomi, politik, selera konsumen, dan lingkungan) dan intervensi pihak

berkepentingan (stakeholders).

b. Risiko Exposure

Risiko exposure merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit

yang menghadapi risiko gagal bayar. Lima status kredit yang berimplikasi pada

berbedanya eksposur yaitu:

a. Revocable, jika perusahaan mengidentifikasi adanya risiko gagal bayar dari

lawan bisnis, maka pembatalan perlu segera di lakukan.

b. Irrevocable, ialah kesepakatan yang transaksinya tidak dapat dibatalkan,

kecuali ada kesepakatan kedua pihak.

Page 15: Skripsi Bab 2.docx

c. Status transaksi dan kredit dalam kondisi ketidakpastian,

d. Status Settled, status terselesaikan terjadi apabila uang pembayaran telah

masuk ke rekening perusahaan.

e. Status Failed (gagal), saat ditetapkan bahwa lawan bisnis dinyatakan gagal

bayar.

f. Recovery yaitu sejauh mana perusahaan dapat tetap mengupayakan supaya

nilai kredit yang gagal bayar bisa diperoleh.

H. Pemberian Kredit UKM

1. Pengertian UKM

Menurut BPS yang masuk kategori usaha mikro adalah jika jumlah

karyawannya kurang dari 5 orang, termasuk kategori usaha kecil adalah jika

jumlah karyawan 5-19 orang, dan yang termasuk kategori usaha menengah

adalah jika jumlah karyawan 20-99 orang.

Menurut Undang-Undang kriteria UKM yaitu :

a. Usaha Kecil

Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha

produktif yang berskala kecil dan memenuhi criteria kekayaan bersih paling

besar Rp.200 juta atau memiliki hasil penjualan mencapai Rp. 1 miliar pertahun

dan menerima kredit antara Rp. 50-500 juta.

Page 16: Skripsi Bab 2.docx

b. Usaha Menengah

Menurut Inpres no.10 tahun 1998, usaha menengah adalah usaha

produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih diatas Rp. 200 juta –

Rp.10 miliar serta dapat menerima kredit dari bank antara Rp. 500 juta – Rp.5

miliar.

2. Karakteristik UKM

Menurut Gadeke dan Tootelian dalam Tangkilisan (2003) karakteristik

UKM yaitu :

1. UKM dimiliki oleh individu atau keluarga. Selain pemilik usaha mereka juga

bertindak sebagai pengelola usaha tersebut.

2. Operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan modal.

3. Wilayah operasi terbatas pada lingkungan sekitar, meskipun pemasaran

dapat melampaui wilayah lokalnya.

4. Ukuran perusahaan kecil dalam hal jumlah pekerja, atau satuan lainnya yang

signifikan.

3. Permasalahan UKM

Menurut Tangkilisan (2003) masalah utama bagi sebagian besar

pengusaha kecil yaitu pemenuhan modal awal untuk memulai siklus kegiatan

ekonomi. Karena itu pemberian kredit dengan tujuan peningkatan produksi yang

Page 17: Skripsi Bab 2.docx

diikuti peningkatan pemasaran dan penciptaan surplus dapat menjadi tabungan

sebagai awal dari pembentukan modal secara mandiri.

Pelayanan kredit pada intinya harus menciptakan surplus usaha yang

dikelola secara tertib dan terbuka yang berprinsip:

a. Acceptable, mudah diterima dan didayagunakan

b. Accountable, terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Profitable, memberikan pendapatan dan mendidik masyarakat untuk

mengelola kegiatan secara ekonomis.

d. Sustainable, hasilnya dapat dilestarikan masyarakat sendiri.

e. Replicable, pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dilakukan dan

dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkungan yang lebih luas.

Selain itu, masalah yang dihadapi UMKM menurut yaitu masalah

pemasaran, teknologi, dan manajemen keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa

pangsa pasar yang dijangkau para penguasaha kecil belum meluas, teknologi

yang digunakan masih sederhana, manajemen keuangan tidak menggunakan

pencatatan keuangan dan hanya menggunakan perhitungan sederhana.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Iqbal (2007) melakukan penelitian mengenai analisis risiko kredit

pembiayaan syariah dengan menggunakan metode Creditrisk+ pada BMT Prima

Page 18: Skripsi Bab 2.docx

Dinar Cabang Tawangmangu, kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah. Metode

kredit Creditrisk+ (MCR+) dapat dijadikan alat perhitungan alternative dalam

mengestimasi risiko pembiayaan. Hasil perhitungan dengan metode MCR+

portofolio dapat menjadi informasi yang berguna sebagai evaluasi apakah risiko

pembiayaan mampu ditanggung oleh keadaan keuangan perusahaan dan

sebagai estimasi potensi kerugian yang akan dihadapi periode berikutnya.

Efendi (2007) meneliti penerapan metode MCR+ dalam pengkuran

risiko kredit pada perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor (studi kasus PT.

PQR Finance). MCR+ sesuai untuk mengukur risiko kredit pada perusahaan

pembiayaan tersebut serta cukup efektif dan praktis dalam penerapannya

karena hanya memerlukan data internal berupa jumlah unit kendaraan, jumlah

exposure, kolektabilitas, dan recovery rate. Tahapan - tahapan MCR+ yaitu

pengumpulan data debitur, penyusunan band, penyusunan exposure default

perband, pemgukuran recovery rate, pengukuran severity loss, pengukuran

economic capital, back testing, pengujian validitas.

Sulistyo pada tahun 2006 yang berjudul analisis keuangan debitur untuk

mengukur tingkat kelayakan dalam pemberian kredit pada Bank Jatim Cabang

Blitar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginterprestasikan analisis keuangan

yang digunakan Bank Jatim Cabang Blitar dalam mengukur tingkat kelayakan

kredit terhadap laporan keuangan debitur. Alat analisis yang dipakai yaitu

Page 19: Skripsi Bab 2.docx

berupa analisis rasio keuangan, analisis sumber dan penggunaan dana serta

analisis kebutuhan modal kerja. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan

bahwa UD ABC layak untuk mendapatkan kredit dari Bank Jatim Cabang Blitar

maksimal Rp 30.000.000,00.Persamaan peneliti yang dilakukan Sulistyo dengan

peneliti sekarang adalah sama-sama meneliti tentang kelayakan pemberian

kredit kepada debitur. Perbedaan peneliti sekarang dengan terdahulu adalah

peneliti terdahulu menggunakan analisis rasio keuangan, analisis sumber dan

penggunaan dana serta analisis kebutuhan modal kerja sedangkan peneliti

sekarang menggunakan metode analisis berbasis 5C.

2.3. Kerangka Pemikiran

Analisis kelayakan pemberian kredit merupakan suatu penilaian dimana

suatu debitur apakah pantas atau tidak untuk menerima pinjaman dari bank.

Proses keputusan layak atau tidak debitur diberi kredit, dapat dijelaskan

dengan kerangka pemikiran gambar 2 :

Gambar 2 : Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor penilaian kredit 5C : Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition

Uji StatistikFaktor-faktor penilaian kredit 5C : Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition

Implementasi 5C sudah dilakukan dengan tepat