npc 2.docx

35
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, di sebelah do sal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koan Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut kualitas suarayang dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakanronggayang mempunyai batas-batas sebagai berikut : Atas : Basis kranii . Bawah :Palatum mole Belakang :Vertebra servikalis Depan :Koane Lateral :Ostium tuba Eustachius, torus tubarius, fossa rosenmuler, resesus fa Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila farin Nasopharing karsinomaadalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosanasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Nasopharing karsi merupakan karsinoma yang paling banyak di THT. Sebagian besar kien THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut .Didapatkan lebih banyak pada pria dari pada wanita, dengan perbandingan 3 : 1 pada usia/umur rata-rata 30-50 ta 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan nasopharing carsinoma? 2. Apa saja etiologi dari nasopharing carsinoma? 3. Apa saja manifestasi klinis dari nasopharing carsinoma? 4. Bagaimana patofisiologi nasopharing carsinoma? 5. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari nasopharing carsinoma? 6. Apa saja penatalaksanaan dari nasopharing carsinoma? 7. Bagaimana WOC nasopharing carsinoma? 8. Bagaimana asuhan keperawatan pasien nasopharing carsinoma?

Upload: zweetyvirgo

Post on 21-Jul-2015

277 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di sebelah do sal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane. Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut : Atas : Basis kranii . Bawah :Palatum mole Belakang :Vertebra servikalis Depan :Koane Lateral :Ostium tuba Eustachius, torus tubarius, fossa rosenmuler, resesus faringeus Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faring. Nasopharing karsinoma adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosanasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Nasopharing karsinoma merupakan karsinoma yang paling banyak di THT. Sebagian besar kien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut.Didapatkan lebih banyak pada pria dari pada wanita, dengan perbandingan 3 : 1 pada usia/umur rata-rata 30-50 tahun.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan nasopharing carsinoma? 2. Apa saja etiologi dari nasopharing carsinoma? 3. Apa saja manifestasi klinis dari nasopharing carsinoma? 4. Bagaimana patofisiologi nasopharing carsinoma? 5. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari nasopharing carsinoma? 6. Apa saja penatalaksanaan dari nasopharing carsinoma? 7. Bagaimana WOC nasopharing carsinoma? 8. Bagaimana asuhan keperawatan pasien nasopharing carsinoma?

1

1.3 Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari nasopharing carsinoma 2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja etiologi dari nasopharing carsinoma 3. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja manifestasi klinis dari nasopharing carsinoma 4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana patofisiologi nasopharing carsinoma 5. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dari nasopharing carsinoma 6. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja penatalaksanaan dari nasopharing carsinoma 7. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana WOC nasopharing carsinoma 8. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien nasopharing carsinoma

2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Nasopharing adalah bagian dari tenggorokan paling atas, tepatnya di belakang rongga hidung, berbentuk kubus. Bagian depan nasopharing berbatasan dengan rongga hidung, bagian atas berbatasan dengan dasar tengkorak, serta bagian bawah merupakan langit-langit dan rongga mulut, didaerah nasopharing terdapat muara saluran yang menghubungkan tenggorokan dan telinga (tuba eustachius) dan adenoid yaitu jaringan limfoid yang sering membesar pada anak. Beberapa jaringan saraf yang mengatur fungsi mata dan menelan serta lidah terdapat di sekitar nasopharing, carsinoma nasopharing merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasopharing dengan prediksi di fossa rossenmuller dan atap nasopharing. Nasopharing carsinoma merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher ditemukan di Indonesia. (Efiaty dan Nurbaiti, 2001). Nasopharing carsinoma merupakan kanker yang terdapat pada nasopharing, berada di antara belakang hidung dan esophagus, kanker ini merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia, hampir 60% tumor ganas daerah kepala dan leher merupakan kanker nasopharing, kemudian diikuti oleh tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipopharing dalam prosentase rendah. Pada banyak kasus, nasopharing carsinoma banyak terdapat di negara mongoloid, khususnya China Selatan, namuh tidak menutup kemungkinan terdapat di negara lain. Seperti di Yunani, Afrika bagian utara seperti Aljazair dan Tunisia, orang eskimo. Di Indonesia kanker ini lebih banyak menyerang keturunan Tionghoa dibanding suku lainnya, kanker ini lebih banyak dijumpai pada pria daripada wanita.

2.2 Etiologi Urutan tertinggi penderita nasopharing carsinoma adalah suku Mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun, diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamine. Insiden nasopharing carsinoma yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, kuman dan virus Epsteinbarr, karena pada semua pasien nasopharing didapatkan liter anti virus EEB uyang cukup tinggi. (Efiaty dan Nurbaiti, 2001).3

Pada umumnya kanker disebabkan karena adanya pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol, kanker juga dapat timbul karena adanya faktor keturunan (genetik), lingkungan dan juga virus, nasopharing karsinoma disebabkan karena adanya perkembangan sel kanker yang tidak terkontrol di bagian nasopharing. Namun banyak kasus nasopharing karsinoma disebabkan karena adanyan faktor keturunan (genetik). Adapun faktor resiko penyebab adanya nasopharing karsinoma antara lain : 1. Makan makanan asin Pada banyak kasus di Cina, nasopharing karsinoma disebabkan dari makan ikan asin, juga dari bumbu masak tertentu dan makan makanan yang terlalu panas. 2. Virus Beberapa virus menimbulkan tanda dan gejala seperti demam. Beberapa virus memiliki kemungkinan akan timbulnya nasopharing karsinoma. EBV-virus biasanya yang menyebabkan kanker. 3. Keturunan Dalam keluarga dengan riwayat tkena kanker terutama nasopharing karsinoma besar selain nitrosamine, faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nasopharing karsinoma adalah keadaan sosial ekonomi, lingkungan dan kebiasaan hidup yang rendah, udara yang penuh asap di rumah yang kurang baik ventilasinya misalnya pembakaran dupa, obat nyamuk, meningkatkan insiden nasopharing karsinoma. Demikian juga kontak dengan bahan kimia seperti gas kimia, asap industri dan asap kayu. Penyebab lain adalah radang kronis (menahun) di daerah nasopharing, peradangan menyebabkan selaput lendir nasopharing lebih rentan terhadap karsinogen. 2.3 Manifestasi Klinis Gejala nasopharing karsinoma dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, antara lain : 1) Gejala nasopharing Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung terkadang gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat di bawah mukosa (creeping tumor) 2) Gangguan pada telinga Merupakan gejala dini kerena tempat asal tumor dekat muara Eustachius (Fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinnitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia) 3) Gangguan mata dan syaraf

4

Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui Foramenia Laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV,VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik. Nasopharing karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui Foramen Jugularis yang sering disebut syndrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut syndrom unilateral. Prognosis jelek bila sudah disertai dekstruksi tulang tengkorak. 4) Metastase ke kelenjar leher Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoideus yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat. Suatu kelainan nasopharing yang disebut Lesi Hiperplastik nasopharing atau LNH telah diteliti di China yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasopharing seperti pembesaran adenoide pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat pada daerah nasopharing. Kelainan ini bila diikuti bertahun-tahun akan menjadi nasopharing karsinoma.(Efiaty dan Nurbaiti, 2001) Adapun tingkatan dari kanker ini adalah : 1. Stadium 0 : sel-sel kanker masih berada dalam batas nasopharing, biasa disebut dengan nasopharing insitu. 2. Stadium I : sel kanker menyebar pada bagian nasopharing. 3. Stadium II : sel kanker sudah meyebar lebih luas pada nasopharing menuju rongga hidung, atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher. 4. Stadium III : kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening pada semua sisi leher. 5. Stadium IV : kanker ini sudah menyebar pada saraf sekitar wajah. Dari tingkatan-tingkatan inilah dokter dapat menentukan jenis pengobatan yang tepat bagi penderita. 2.4 Patofisiologi Virus Epstein-barr adalah virus yang berperan penting dalam timbulnya nasopharing karsinoma.Virus yang hidup bebas di udara ini bisa masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di nasopharing tanpa menimbulkan gejala, nasopharing karsinoma sebenarnya sudah dipicu oleh zat nitrosamine yang ada dalam daging ikan asin. Zat ini mampu mengaktifkan Virus Epstein-barr yang masuk ke dalam tubuh ikan asin, tetapi juga terdapat dalam makanan yang diawetkan seperti daging, sayuran dan difermentasi (asinan) seperti taoco.

5

2.5 Pemeriksaan Diagnostik 1) Biopsy nasopharing Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsy nasopharing dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dari hidung dan mulut dilakukan dengan anastesi topcal dengan Xylocain 10% 2) CT-Scan Pemeriksaan CT-scan daerah kepala dan keher untuk mengetahui keadaan tumor sehingga tumor primer yang tersenbunyi akan ditemukan. 3) Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IoA anti VGA untuk mengetahui infeksi virus E-B 4) Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasopharing dalam narcosis (Efiaty dan Nurbaiti, 2001) Untuk menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan getah bening (palpasi:terasa membengkak) bebarapa tanda dan gejala dari kanker ini memang tidak terlalu spesifik, pemeriksaan ini mungkin akan berlangsung selama beberapa bulan, jika dicurigai terjadi kanker dilakukan inspeksi menggunakan endoskopi juntuk melihat nasopharing yang abnormal tersebut dalam penggunaannya dilakukan anastesi lokal. Setelah itu, diambil biopsi (sampel) yang kemudian diuji apakah merupakan kanker. Kemudian akan ditentukan stadium kanker itu dengan cara : 1. MRI, membantu meliohat kanker yang menyebar disekitar kepala. 2. Pengambilan biopsi ini digunakan untuk melihat kanker yang berada di kelenjar getah bening. 3. Sinar X, melihat kanker yang menyebar di paru-paru. 2.6 Penatalaksanaan 1. Radioterapi merupakan pengobatan utama. 2. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher (benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dahulu diperiksa dengan radiologik dan serologik), pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferan, kemoterapi, vaksin dan anti virus. Beberapa macam pengobatan untuk penderita nasopharing carsinoma antara lain : 1. Terapi radiasi Terapi ini dapat merusak dengan cepat sel-sel kanker yang tumbuh. Terapi ini dilakukan selama 5-7 minggu. Terapi ini digunakan untuk kanker pada tingkatan awal. Efek samping dari terapi ini memperbesar resiko kehilangan

6

pendengaran dan terapi ini memperbesar resiko timbulnya kanker pada lidah dan kanker tulang. 2. Kemoterapi Merupakan terapi dengan menggunakan bantuan obat-obatan. ,terapi ini bekerja dengan cara mereduksi sel-sel kanker yang ada, namun ada kalanya sel-sel yang sehat (tidak terkena kanker) juga tereduksi. Efek samping dari terapi ini adalah rambut rontok, mual, lemas (seperti kehilangan tenaga) dan efek samping yang timbul tergantung pada jenis obat yang diberikan. 3. Pembedahan Tujuan dari pembedahan ini adalah untuk mengambil kelenjar getah bening yang terkena kanker.

7

2.7 WOC

8

2.8 Asuhan Keperawatan 2.8.1 pengkajian 1. Aktivitas/istirahat Gejala : - Kelemahan dan keletihan - Perubahan pola istirhat dan jam kebiassan tidur malam hari,adanya factor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya:nyeri,ansietas,berkeringat pada mlam hari. - Pekerjaan/profesi dengan pemajanan konsinogen lingkungan,tingkat stress tinggi. 2. Sirkulasi Gejala : Palpitasi,nyeri dada,pada penyerahan kerja Kebiasaan : Perubahan TD 3. Integritas Ego Gejala : Faktor stress (keuangan,pekerjaan,perubahan peran) dan cara mengatasi stress (misal:merokok,minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan/religious/spiritual) Masalah perubahan dalam penampilan Menyangkal diagnosis,perasaan tak berdaya,putus asa,tidak mampu,tak bermakna,rasa bersalah,kehilangan control,depresi. Tanda : Menyangkal,menarik diri,marah 4. Eliminasi Gejala : Perubahan pada defekasi konstipsi/diare,perubahan eliminasi urin,perubahan bising usus,distensi abdomen. Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit,edema 5. Neurosensori Gejala : sakit kepala,tuli,juling,eksoftalmus 6. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Rasa tidak nyaman ditelinga sampai rasa nyeri telinga (atalgia),rasa kaku didaerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran. 7. Pernapasan Gejala : Merokok (tembakau,mariyuana,hidup dengan seseorang yang merokok)9

8. Seksualitas Gejala : Masalah seksualitas,missal : dampak hubungan pada tingkat kepuasan 9. Interaksi Gejala : - Ketidak adekuatan/kelemahan system pendukung - Riwayat perkawinan (berkenan dengan kepuasan dirumah,dukungan/bantuan) - Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran 10. Penyuluhan/Pembelajaran Gejala : Riwayat kanker pada keluarga Misal : Ibu/bibi dengan kanker payudara Penyakit Metastasis : Sisi tambahan yang terlibat,bila tidak ada riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastasis Riwayat Pengobatan : Pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan penbobatan yang diberikan 2.8.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf Tujuan : Rasa nyeri teratasi atau terkontrol Kriteria Hasil: Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri Intervensi : - Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi,frekuensi,durasi - Dorong penggunaan ketrampilan managemen nyeri - Evaluasi penghilangan nyeri atau control - Kolaborasi Analgetik (morfin,metadon,atau campuran narkotik) 2. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan status organ sekunder metastase tumor Tujuan : Mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori persepsi Kriteria hasil: Mengenal gangguan dan berkompetensi terhadap perubahan Intervensi : - Tentukan ketajaman penglihatan - Orientasikan pasien terhadap perubahan - Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi - Perhatikan tentang suram/penglihatan kabur - Bicara dengan gerak mulut yang jelas - Bicara pada sisi telinga yang sehat

10

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d konsekuensi kemoterapi Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi kriteria hasil : - Mendemonstrasikan BB stabil,penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium - Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat - Menunjukan tugor kulit normal dan membrane mukosa yang lembab - Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat Intervensi : - Pantau masukan makanan setiap hari - Dorong pasien untuk akan diet tinggi kalori kaya nutrient dengan masukan cairan adekuat - Control factor lingkungan (mis:bau kuat/tidak sedap/kebisingan). Hindari terlalu makanan manis berlemak/makanan pedas - Dorong penggunaan tekhnik relaksasi,visualisasi,latihan sedang sebelum makan - Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi - Dorong komunikasi terbuka masalah anoreksia - Evaluasi keefektifan antimetik - Berikan antiemietrik,sedative,dan kortikostirod yang diresepkan 4. Resiko tinggi perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasi Tujuan : tidak terganggu pada membrane mukosa Kriteria hasil : - Menunjukkan mukosa oral yang berih dan utuh - Tidak menujukkan adanya infeksi pada rongga mulut - Melaporkan tidak adanya nyeri,kesulitan menelan,dan dehidrasi Intervensi : - Kaji kesehatan gigi dan hygiene oral pada penerimaan dan secara periodic - Dorong masukkan nutrisi sesuai toleransi individu - Pantau dan jelaskan tanda-tanda pasien tentang superinfeksi oral - Instruksikan mengenai perubahan diet,missal : hindari makanan panas atau pedas,anjurkan penggunaan sedotan,mencerna makanan lembut atau diblender 5. Resiko tinggi kekurangan integritas kulit b/d penurunan imun efek radiasi kemoterapi Tujuan : Integritas kulit tetap terjaga Kriteria hasil :

11

- Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari trama pada area kulit yang sakit Intervensi : - Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker - Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan - Hindari menggosok atau menggaruk area - Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun,bedak,salep,apapun kecuali diijinkan dokter - Hindari pakaian yang ketat pada area tersebut - Oleskan Vit.A dan D pada daerah tersebut - Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi 6. Resiko tinggi perubahan membrane mukosa oral b/d efek samping dengan kemoterapi radiasi Tujuan : Tidak terjadi gangguan membrane mukosa Kriteria hasil : - Menunjukkan mukosa oral yang bersih dan utuh - Tidak menunjukkan adanya ulserasi atau infeksi pada rongga mulut - Melaporkan tidak adanya nyeri,kesulitan menelan dan dehidrasi Intervensi : - Kaji kesehatan gigi dan hygiene oral secara periodic - Kaji rongga mulut tiap hari,perhatikan perubahan pada integritas membrane mukosa oral - Instruksikan mengenai perubahan diet misalnya hindari makanan panas atau pedas. Anjurkan pengunaan sedotan. Mencerna makanan lembut atau diblender - Pantau dan jelaskan tanda-tanda tentang superinteraksi oral - Mulai program higene oral:gunakan pencuci mulut dari salin hangat larutan pelarut dari hydrogen peroksida,sikat dengan sikat gigi/benang gigi,pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir. 7. Gangguan harga diri b/d efek samping radioterapi,kehilangan rambut Tujuan : Gangguan harga diri teratasi Kriteria hasil : - Mengungkapkan perubahan gaya hidup tentang perasaan tidak berdaya,putus asa Intervensi : - Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu - Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker - Akui kesulitan yang mungkin dialami - Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien/orang terdekat

12

- Beri dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostic dan fase pengobatan - gunakan sentuhan selama interaksi 8. Konstipasi/diare b/d iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi Tujuan : Gangguan defekasi tidak terjadi Kriteria Hasil : - Mempertahankan konsistensi atau defekasi umum Intervensi : - Kaji bising usus,gerakan usus termasuk frekuensi,konsistensi - Pantau,masukan dan keluaran serta BB - Dorong masukan cairan adekuat,peingkatan serta diet latihan - Pastikan diet yang tepat : hindai makanan tinggi lemak,makanan serat tinggi,kafein tinggi - Periksa infeksi bila tidak defekasi selama 3 hari atau distensi abdomen - Berikan cairan IV,agen antidiare,Laksatif 9. Resiko terhadap perdarahan b/d system hematopoetil Tujuan : Perdarahan dapat teratasi Criteria Hasil : - Tanda dan gejala perdarahan teridentifikasi - Tidak menunjukkan adanya darah feses - Tidak menunjukkan perdarahan gusi Intervensi : - Kaji terhadap potensial perdarahan:pantau jumlah trombosit - Kaji terhadap perdarahan:petekhie,penurunan Hb Ht,perdarahan dari orifisium tubuh - Instruksikan cara-cara meminimalkan perdarahan:gunakan sikat gigi halus. Hindari cairan pembilas mulut komersial,hindari makanan yang sulit dikunyah - Lakukan tindakan meminimalkan perdarahan,hindari mengukur suhu rectal,hindari suntikan IM,lembabkan bibir dengan petrolatum,mempertahankan masukan cairan - Gunakan pelunak feses atau tingkatkan serat dalam diet.

13

BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian 1. Identitas pasien adalah seorang laki-laki berusia 42 tahun, beragama Islam, suku/bangsa Jawa/Indonesia, pendidikan SMA, pekerjaan TNI AL, bertempat tinggal di Surabaya. Pasien MRS tanggal 10 Maret , jam 10.00. 2. b. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1. Keluhan Utama Nyeri pada benjolan di bawah telinga 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pada tanggal 10 Maret 2012 pasien datang ke UGD rumkital Dr.Ramelan Surabaya dengan keluhan merasakan ada benjolan dibawah telinga kanan. Pasien merasakan ada nyeri telan lalu oleh dokter UGD disarankan untuk rawat inap di ruang C2 dan dipindahkan k ruang C2 jam 10.30. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pada tahun 2006, pasien pertama kali merasakan ada benjolan dibawah telinga kanan saja. Beberapa waktu kemudian benjolan muncul dibawah telinga kanan dan kiri. Dan pertama kali didiagnosa dokter menderitaNasopharing Carsinoma. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga DM (-), Hipertensi

3.1.3 Pola Fungsi Kesehatan 1. Persepsi Terhadap Kesehatan ( keyakinan terhadap kesehatan dan sakitnya ) Pasien mengikuti semua prosedur pengobatan dan terapi dengan baik.Pasien selalu semangat mengikuti visite dokter dan selalu menanyakan perkembangan status penyakitnya. 2. Pola Aktivitas dan Latihan

14

a. Kemampuan perawatan diri

AKTIVITASMandi Berpakaian/berdandan Eliminasi/toileting Mobilitas di tempat tidur Berpindah Berjalan Naik tangga Berbelanja

MemasakSkor : 0 = mandiri 1 = alat bantu 2 = dibantu orang lain

0

SMRS 1 2 3

4

0

MRS 1 2 3

4

3 = dibantu orang lain tanpa alat 4 = tergantung/tidak mampu a. Kebersihan diri Sebelum sakit pasien dirumah mandi 2x /hari, gosok gigi 3x /hari, keramas 2x /minggu, potong kuku 1x /minggu. Setelah sakit pasien mandi 1x /hari, gosok gigi 1x /hari, keramas (-), potong kuku (-). 3. Pola Istirahat dan Tidur Sebelum sakit pasien tidur dirumah 8 jam / hari, setelah sakit pasien tidur dengan frekuensi yang sama, sekitar 8 jam /hari, dengan kualitas tidur baik.

15

4. Pola Nutrisi Metabolik (a) Pola Makan Sebelum sakit pasien makan 3x sehari satu porsi dihabiskan. Setelah sakit pasien dirumah sakit makan 2x sehari dengan porsi 5 sendok makan, nafsu makan pasien di rumah sakit berkurang. (b) Pola Minum Sebelum sakit pasien dirumah minum air putih 15 gelas / hari 2000 cc. Saat sakit pasien minum air putih dengan frekuensi dan jumlah yang sama, sekitar 15 gelas / hari 2000 cc. 5) Pola Eliminasi (a) Buang air besar Sebelum sakit pasien BAB 2x sehari, dengan konsistensi lunak warna kuning. Saat masuk rumah sakit pasien belum BAB sama sekali. (b) Buang air kecil Sebelum sakit pasien BAK 5x sehari, dengan konsistensi cair dan banyak warna kuning, saat pasien sakit di rumah sakit jumlah, konsistensi dan warna sama, yaitu 5x sehari, dengan konsistensi cair dan banyak warna kuning. 2. Pola Kognitif Perseptual Pasien menggunakan bahasa sehari-hari Indonesia dan berbicara normal Kemampuan interaksi : sesuai () Vertigo Nyeri Bila ya : P = adanya benjolan dibawah telinga kanan Q = nyeri seperti ditusuk-tusuk R = dibawah telinga kanan dan tenggorokan S = skala nyeri 7 T = nyeri hilang kemudian timbul lagi : ya () : ya () tidak () tidak () tidak ()

16

3. Pola Konsep Diri Identitas diri : pasien seorang anggota TNI-AL Ideal diri : pasien berharap cepat sembuh Citra diri : sebelum sakit pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya Peran : pasien sebagai kepala kluarga dan ingin beraktuvitas seperti biasa Harga diri : pasien pasrah dengan penyakit yang dideritanya 4. Pola Koping Selama dirumah sakit pasien tidak ada masalah tentang biaya rumah sakit, karena pasien seorang anggota TNI AL dan dibiayai oleh ASKES.Dan pasien tampak menyendiri dan kurang berinteraksi dengan orang sekitar. 5. Pola Peran Hubungan Pasien seorang anggota TNI AL dan mempunyai hubungan kurang baik dengan lingkungan sekitarnya. 6. Pola Nilai Kepercayaan Pasien beragama Islam selama dirumah sakit pasien tidak pernah terlihat beribadah. 3.2 Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum Pasien lemah dan tidak berenergi, kesadaran : compos mentis GCS : 456 2. TTV Tekanan darah : 110/80 mmHg Suhu : 36,5 C Nadi : 80x/menit Pernapasan : 18x/menit 3. Pernapasan (B1 : breathing) a. Irama napas : reguler 18x/menit b. Suara napas : vesikuler c. Pergerakan : simetris 4. Kardiovaskuler (B2 : blood) a. Irama jantung : reguler b. Tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi 80x/menit c. Akral : hangat

17

5. Persarafan (B3 : brain) a. Kesadaran : compos mentis GCS : 456 b. Mata Sklera : normal Conjungtiva : merah muda Pupil : normal Visus : kabur c. Leher : terdapat benjolan di sisi kanan, dan terdapat nyeri telan d. Penciuman : normal e. Pendengaran : normal 6. Perkemihan (B4 : bladder) a. Eliminasi urin SMRS : 5-6x/hari +/- 1500 cc, warna : kuning b. Eliminasi urin MRS : 5-6x/hari +/- 1500 cc, warna : kuning teh 7. Pencernaan (B5 : bowel) a. Bibir normal, mukosa bibir lembab, gusi tidak berdarah b. Diit makan dan SMRS : nasi, lauk, sayur ; porsi : 1 porsi c. Diit di RS : nasi, lauk, sayur ; porsi : 5 sendok makan d. BB SMRS : 60 kg, BB MRS : 58 kg e. Mual : +, muntah : 8. Muskuloskeletal (B6 : bone) a. Warna kulit : coklat b. Fraktur : tidak ada c. Kekuatan otot : 5555 5555 5555 5555

18

PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil laboratorium tanggal 10 maret 2012 WBC : 6,4 x 10/ uL (N : 4,0-10,0) Limfosit : 1,3 x 10/ uL (N : 1,4-3,0) Monosit : 0,4 x 10/ uL (N : 0,1-0,7) HBG : 11,2 g/dl (N : 13,0-17,0) PLT : 248 x 10/ uL (N : 150-400) PENATALAKSANAAN Tanggal 12 Maret 2012 pasien mendapat terapi kemoterapi, berupa : 1. Corboplan 450 2. 5 fu 1000 mg/hari selama 4 hari 3. Injeksi Ondancentron 2x8 mg 4. Injeksi dexa 2x2 mg 5. Infus NaCl 6. Injeksi Ikaneuron 1x1 / IM (14 Maret 2012)

19

3.3 Analisa Data NO 1. DATA PENYEBAB DS : pasien mengatakan terdapat Penekanan jaringan nyeri tekan pada benjolan di saraf oleh sel-sel bawah telinga P : benjolan di kanker. bawah telinga, Q : cekot-cekot, R : di bawah telinga kanan, S : 6 (dari 1-10) T : nyeri terasa terusmenerus. DO : klien gelisah dan kesakitan. Efek kemoterapi. DS : pasien mengatakan sering merasa mula dan tidak ada nafsu makan. DO : BB SMRS : 60 kg, BB MRS : 58 kg. Pasien menghabiskan 5 sendok makan diit di rumah sakit. Perubahan lingkungan. DS: klien mengatakan selama di rumah sakit tidak bisa tidur dikarenakan terlalu banyak pengunjung pasien lain. DO : klien tampak tidak dapat tidur karena suasana tidak kondusif. MASALAH Gangguan rasa nyaman nyeri.

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3.

Gangguan tidur

pola

20

3.4 Diagnosa Keperawatan NO 1. MASALAH TANGGAL KEPERAWATAN DITEMUKAN Gangguan rasa nyaman 12 Maret 2012 nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan saraf oleh sel-sel kanker. 12 Maret 2012 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi. 12 Maret 2012 Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan. PARAF PERAWAT

TERATASI

2.

3.

3.5 Rencana Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan saraf oleh sel-sel kanker. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang/hilang. Kriteria hasil : 1. Skala nyeri berkurang 2. pasien tidak merasakan nyeri pada benjolan di bawah telinga NO INTERVENSI RASIONAL 1. Bina hubungan dengan Agar tercipta rasa saling percaya dan terbuka pasien dan keluarga. antara pasien dan perawat. 2. Kaji faktor meningkatkan yang Nyeri pasien tidak selalu ada, bila ada harus atau dibandingkan dengan skala nyeri sebelumnya

21

mengurangi nyeri. 3.

untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan.

Ajarkan teknik manajemen Untuk mengurangi ketegangan yang dirasakan nyeri. oleh pasien.

2. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi. Kriteria hasil : 1. Pasien tidak merasa mual 2. Nafsu makan pasien normal kembali NO INTERVENSI RASIONAL 1. Kolaborasi dengan dokter dalam Pemberian injeksi anti mual dapat pemberian injeksi anti mual. mengurangi rasa mual pasien. 2. Anjurkan makan sedikit tapi sering. Makanan memiliki efek penetralisir asam, makan sedikit tapi sering dapat mencegah distensi dan haluaran gaster.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan baru. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan tidur pasien dapat terpenuhi. Kriteria hasil : 1. Pasien dapat tidur dengan nyaman 2. Pasien tidak merasa kesulitan untuk tidur

22

NO INTERVENSI RASIONAL 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman Lingkungan yang nyaman dapat dengan membatasi pengunjung. membantu memenuhi kebutuhan tidur pasien. 2. Ajarkan distraksi. teknik relaksasi dan Untuk mengalihkan perhatian pasien dan mengurangi ketegangan yang dirasakan pasien.

3.6 Implementasi TANGGAL/JAM 12 Maret 2012 15.00 NO DIAGNOSA 1 TINDAKAN 1. Membina hubungan dengan pasien agar terjadi komunikasi terapeutik dengan cara : Memperkenalkan diri Melakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga 2. Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan atau mengurangi nyeri cara : Melakukan pemeriksaan pada benjolan di bawah telinga Menanyakan pada pasien benjolan tersa nyeri bila pasien melakukan aktivitas apa PARAF PERAWAT

16.30

1

23

12 Maret 2012 18.00

1

3. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajeman nyeri dengan cara : Memberikan posisi yang nyaman Menganjurkan pasien untuk mendengarkan lagu agar tidak terfokus pada nyeri yang dirasakan

13 Maret 2012 16.00

1

1. Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan atau mengurangi nyeri dengan cara : Menanyakan pada pasien apakah nyeri berkurang atau bertambah (skala 1-10)

14 Maret 2012 17.30

1

1. Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan atau mengurangi nyeri dengan cara : Menanyakan pada pasien adakah perubahan pada nyeri yang dirasakan (skala 1-10)

12 Maret 2012 15.30

2

1. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian injeksi anti mual dengan cara :24

Mengikuti visite dokter Menganjurkan untuk memberikan injeksi anti mual Ondancentron 2x8 mg

12 Maret 2012 18.30

2

2. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering untuk mengurangi rasa mual

13 Maret 2012 16.00

2

1. Melaksanakan hasil kolaborasi dengan dokter dalam pemberian injeksi anti mual Ondancentron 2x8 mg

3.6 Evaluasi TANGGAL/JAM NO DIAGNOSA 13 Maret 2012 14.30 1 EVALUASI PARAF PERAWAT

S : pasien mengatakan belum ada Perubahan pada nyeri yang dirasakan skala 6 O : pasien gelisah dan kesakitan A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan 2

25

14 Maret 2012 14.30

1

S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang 4 O : pasien tampak kesakitan tapi sedikit lebih tenang dari hari sebelumnya A : masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan 2

15 Maret 2012 08.00

1

S : pasien mengatakan nyeri hanya terasa sedikit skala 2 O : pasien tenang dan dapat tidur pulas A : masalah teratasi P : intervensi dipertahankan

13 Maret 2012 14.30

2

S : pasien mengatakan masih sedikit mual O : pasien menghabiskan porsi diit yang diberikan A : masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan 2

14 Maret 2012 14.30

2 S : pasien mengatakan sudah tidak merasa mual O : pasien menghabiskan 1 porsi diit yang diberikan A : masalah teratasi P : intervensi dipertahankan

26

BAB 4 PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjad antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan Nasopharing Carsinoma di ruang Paviliun C2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 4.1 Pengkajian Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sehingga pasien dan keluarga terbuka dan mengerti serta kooperatif. 1. Riwayat sakit dan keluarga a. Keluhan utama Pada tinjauan pustaka : adanya nyeri di bagian benjolan telinga. Pada kasus pasien mengeluh nyeri di benjolan bawah telinga kanan. Tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. b. Riwayat Penyakit Dahulu Pada tinjauan pustaka : gejala dini pasti dirasakan oleh pasien untuk mendiagnosa penyakitnya. Pada beberapa tahun yang lalu, pasien di diagnosa dokter menderita Nasopharing Carsinoma. Tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. c. Riwayat Penyakit Keluarga Pada tinjauan pustaka : pada etiologi Nasopharing Carsinoma dapat disebabkan oleh faktor genetik, biasanya ada salah satu anggota keluarga menderita penyakit yang sama. Pada kasus : dari keluarga pasien tidak terdapat yang menderita penyakit Nasopharing Carsinoma. Ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, karena pada keluarga pasien tidak ada yang menderita Nasopharing Carsinoma.

27

2. Pemeriksaan fisik a. Sistem pernapasan Pada tinjauan pustaka : adanya sesak nafas, nyeri dada, sputum. Pada kasus : pasien tidak sesak nafas, tidak nyeri dada, dan tidak ada sputum. Ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus karena pasien sudah mampu mengatasi masalah tersebut dengan perawatan dan minum obat sebelumnya. b. Sistem Kardiovaskuler Irama jantung reguler, tekanan darah normal, nadinormal. Tidak ada kesenjangan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. c. Sistem Gastrointestinal Pada tinjauan pustaka : perubahan berat badan. Pada tinjauan kasus : berat badan pasien menurun. Tidak ada kesenjangan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. d. Sistem urinary Frekuensi kencing, warna, dan konsistensi normal. Tidak ada kesenjangan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. e. Sistem Muskuloskeletal Tidak ada kelemahan otot pada kaki dan tangan. Tidak ada kesenjangan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

4.2 Analisa Data Analisa data pada tinajaun pustaka hanya menguraikan teori saja, sedangkan pada kasus nyata disesuaikan dengan keluhan yang dialami oleh pasien, karena penulis menghadapi pasien secara langsung. 4.3 Diagnosa Keperawatan Kesenjangan lainnya yaitu tentang diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka ada sembilan yaitu : 1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf28

2. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan status organ sekunder metastase tumor 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d konsekuensi kemoterapi 4. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasi 5. Resiko tinggi kekurangan integritas kulit berhubungan dengan penurunan efek radiasi kemoterapi 6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping kemoterapi radiasi 7. Gangguan harga diri b/d efek samping radioterapi,kehilangan rambut 8. Konstipasi/diare b/d iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi 9. Resiko terhadap perdarahan b/d system hematopoetil

Dari sembilan diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka tidak semua ada pada tinjauan kasus. Diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yaitu : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan saraf oleh sel-sel kanker. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan baru.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada kasus nyata tetap pada tinjauan pustaka, yaitu : 1. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan status organ sekunder metastase tumor 2. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasi 3. Resiko tinggi kekurangan integritas kulit berhubungan dengan penurunan efek radiasi kemoterapi

29

4. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping kemoterapi radiasi 5. Gangguan harga diri b/d efek samping radioterapi,kehilangan rambut 6. Konstipasi/diare b/d iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi 7. Resiko terhadap perdarahan b/d system hematopoetil

Tidak semua diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka muncul pada tinjauan pustaka pada kasus nyata karena diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka merupakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Nasopharing Carsinoma secara umum. Sedangkan pada kasus nyata diagnosa keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien secara langsung.

4.4 Perencanaan Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat sedikit kesenjangan. Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan. Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan sasaran, dalam intervensinya dengan alasan penulis ingin berupaya memandirikan pasien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan. Pada pasien perencanaan berdasarkan pada 2 diagnosa yang ditemukan, yaitu : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan saraf oleh sel-sel kanker. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan baru. Perencanaan yang dilakukan pada pasien sama dengan perencanaan sesuai diagnosa pada tinjauan pustaka yaitu : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan saraf oleh sel-sel kanker ditinjauan pustaka

perencanaannya ada 3 dan pada tinjauan kasus telah dilakukan semua; 2. Perubahan

30

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi ditinjaukan pustaka perencanaannya ada 3 dan pada tinjauan kasus telah dilakukan semua. 4.5 Pelaksanaan Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama pada tinjauan pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan pasien yang sebenarnya. Pelaksanaan intervensi pada pasien dengan Nasopharing Carsinoma sesuai dengan diagnosa yang diangkat, yaitu : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan saraf oleh sel-sel kanker. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi. Proses pelaksanaan pada pasien, pada diagnosa pertama intervensi telah dilaksanakan sesuai standart operasional. Pada diagnosa kedua semua intervensi telah dilakukan sesuai standart operasional dan pasien sangat kooperatif dalam pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan keperawatan perawat tidak mengalami hambatan, karena pasien mematuhi dan pasrah untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan keadaannya dan demi kesembuhannya. 4.6 Evaluasi Pada tinjauan evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan kasus semu. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan. Karena dapat diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung. Pada diagnosa pertama gangguan rasa nyaman nyeri berubungan dengan penekanan jaringan saraf oleh sel-sel kanker. Dilakukan perencanaan, yaitu : 1) bina hubungan saling percaya perawat dengan pasien dengan rasional meningkatkan rasa

31

saling percaya dengan pasien dan keluarga. 2) Kaji tingkat frekuensi dan reaksi nyeri yang dialami pasien dengan rasional nyeri tidak selalu ada, dan bila ada harus dibandingkan dengan skala nyeri sebelumnya untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan. 3) Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen nyeri dengan rasional dapat digunakan untuk mengatasi ketegangan dan pasien dapat beristirahat dengan tenang. Pada diagnosa kedua perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi. Dilakukan perencanaan, yaitu : 1) Bina hubungan saling percaya perawat dengan pasien dengan rasional meningkatkan rasa saling percaya dengan pasien dan keluarga. 2) Berkolabarasi dengan dokter dalam pemberian injeksi anti mual dengan rasional pemberian injeksi anti mual dapat mengurangi anti mual. 3) Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dengan rasional makanan memiliki efek penetralisir asam makan sedikit tapi sering dapat mencegah distensi dan haluaran gaster. Pada waktu dilakukan evaluasi gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi dalam waktu 3x24 jam, karena disesuaikan dengan kondisi pasien saat ini. Demikian juga, pada diagnosa perubahan nutrisi dapat teratasi dalam waktu 2x24 jam, sehingga hasil evaluasi perubahan nutrisi pada pasien dapat teratasi.

32

BAB 5 PENUTUP Setelah melakukan pengamatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasus medis Nasopharing Carsinoma di ruang Paviliun C2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu keperawatan pasien dengan Nasopharing Carsinoma. 5.1 Kesimpulan Dari hasil uraian yang telah menguraikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Nasopharing Carsinoma, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Nasopharing carsinoma merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel permukaan (mukosa) nasofaring atau kelenjar yang terdapat pada nasofaring. Telah di ketahui bahwa faktor genetik, lingkungan dan infeksi virus menjadi penyebab utama terjadi karsinoma nasofaring. 2. Pada pasien dengan Nasopharing Carsinoma akan mengalami masalah baik fisik, psikologis, maupun sosial. Masalah asuhan keperawatan yang timbul pada pasien adalah nyeri di benjolan bawah telinga, perubahan nutrisi pada pasien. 3. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, penulis melibatkan pasien dan keluarga secara aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat, pasien dan keluarga.

5.2 Saran Bertolak pada kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan baik antara pasien, keluarga, dan perawat sehingga timbul rasa saling percaya akan menimbulkan kerjasama dalam pemberian asuhan keperawatan.

33

2. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional alangkah baiknya diadakan seminar dalam bidang keperawatan. 3. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara komprehensif dengan harapan perawat mempunyai respon yang tinggi terhadap keluhan pasien sehingga intervensi yang diberikan dapat membantu menyelesaikan masalah.

34

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Jual.1999. Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi: 8. Jakarta: EGC. Doenges,Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC, 1999 Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011 / editor, T. Heather Herdman ; alih bahasa, Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar ; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta : EGC, 2010.

35