skripsi cit 1.docx

83
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Lima kebutuhan dasar manusia yang paling penting meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Setiap orang memerlukan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal (1) . Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan oleh jumlah jam tidur (kuantitas tidur) dan kedalaman tidur (kualitas tidur). Setiap manusia membutuhkan waktu tidur kurang lebih sekitar sepertiga waktu hidupnya atau sekitar 6-8 jam sehari, dengan waktu tidur yang cukup maka kita akan merasa segar bugar ketika bangun pagi dan siap melakukan berbagai aktifitas sepanjang hari. Kualitas tidur dikatakan baik jika tidur nyenyak, tidak sering terbangun di tengah malam dan tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti. Sedangkan kualitas tidur yang buruk sering terbangun di tengah 1

Upload: ika

Post on 10-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi cit 1.docx

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Lima kebutuhan dasar manusia yang paling

penting meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan,

kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan

aktualisasi diri. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Setiap orang memerlukan tidur yang

cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur,

tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga

berada dalam kondisi yang optimal (1).

Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan oleh jumlah jam tidur (kuantitas

tidur) dan kedalaman tidur (kualitas tidur). Setiap manusia membutuhkan waktu

tidur kurang lebih sekitar sepertiga waktu hidupnya atau sekitar 6-8 jam sehari,

dengan waktu tidur yang cukup maka kita akan merasa segar bugar ketika bangun

pagi dan siap melakukan berbagai aktifitas sepanjang hari. Kualitas tidur

dikatakan baik jika tidur nyenyak, tidak sering terbangun di tengah malam dan

tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti. Sedangkan kualitas tidur yang

buruk sering terbangun di tengah malam dan sulit untuk kembali tertidur. Kualitas

tidur buruk dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi (2).

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Prevalensi yang terus

meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas,

aktifitas fisik, alkohol, asupan garam berlebih dan stres psikososial (3). Hipertensi

atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang

tinggi. Hipertensi sering disebut the silent killer karena gangguan ini pada tahap

awal tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali. Apabila penyakit ini tidak

terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan

jantung, stroke, dan gangguan ginjal (4).

1

Page 2: skripsi cit 1.docx

2

Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskuler yang

cenderung banyak ditemui di masyarakat. Hampir 1 miliar orang di seluruh dunia

menderita hipertensi (5). Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa

menderita hipertensi (6). American Heart Association (AHA) 2012 dikutip dalam

Lubis 2013 (7) mengemukakan bahwa total biaya untuk mengobati hipertensi di

Amerika diperkirakan akan mencapai 245,2 milyar pada tahun 2030.

Data World Health Organization (WHO) dikutip dalam Kamaluddin 2010 (8)

menyebutkan, jumlah penderita hipertensi di India tahun 2000 berjumlah 60,4 juta

dan diperkirakan akan mencapai 107,3 juta pada tahun 2025 (terjadi kenaikan

sebesar 56%). Sedangkan di Cina penderita hipertensi tahun 2000 berjumlah 98,5

juta diperkirakan akan mencapai 151,7 juta pada tahun 2025 (kenaikan sebesar

65%). Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi masih menjadi ancaman bagi

masyarakat dunia.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 (9), menyebutkan prevalensi

hipertensi di Indonesia tercatat mencapai 31,7% dari populasi penduduk Indonesia

pada usia 18 tahun ke atas. Dan dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi akan

menderita stroke, selebihnya akan mengalami gangguan jantung, gagal ginjal dan

kebutaan (10). Selanjutnya, diperkirakan prevalensi hipertensi akan terus meningkat

menjadi 37% pada tahun 2015 dan akan menjadi 42% pada tahun 2025 (11).

Berdasarkan Riskerdas tahun 2007 (9), prevalensi hipertensi di provinsi Aceh

tercatat mencapai 30,2% dari 4 juta jiwa penduduk Aceh pada usia 18 tahun ke

atas.

Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi.

Menurut Javaheri 2008 dikutip dalam Angkat 2009 (12), kualitas tidur yang buruk

berhubungan dengan meningkatnya resiko hipertensi, dan dengan demikian akan

meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular. Menurut Susan (2008) dikutip

dalam Angkat 2009 (12), mengatakan bahwa dokter ahli jantung perlu memberikan

perhatian khusus terhadap pasien yang mengalami gangguan tidur, karena

gangguan tidur dianggap sebagai salah satu faktor risiko hipertensi, baik pada

pasien dewasa maupun pada pasien anak dan remaja. Kualitas tidur dapat

mempengaruhi proses homeostasis dan bila proses ini terganggu, dapat menjadi

salah satu faktor meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular.

Page 3: skripsi cit 1.docx

3

Penelitian yang dilakukan oleh Kristen et al (2009) (13), mengatakan bahwa

kurangnya jam tidur dapat meningkatkan resiko hipertensi. Penelitian ini

melibatkan 578 orang dewasa dengan usia 33 hingga 45 tahun. Para peneliti

mengecek tekanan darah para objek studi tersebut. Para peneliti lalu memonitor

pola tidur dengan menggunakan sensor yang diletakkan pada setiap pergelangan

tangan objek studi agar mengetahui aktifitas dan istirahat mereka. Sebelumnya

dilakukan pengecekan tekanan darah kembali. Dari penelitian Kristen et al

(2009) (13). didapatkan bahwa seseorang yang jam tidurnya kurang dari 6 jam per

hari meningkatkan resiko terjadinya hipertensi sebesar 37 persen. Kehilangan

waktu tidur dapat berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Ini karena

kekurangan waktu tidur membuat sistem saraf berada pada keadaan hiperaktif,

yang kemudian mempengaruhi sistem seluruh tubuh, termasuk jantung dan

pembuluh darah.

Mengamati bahwa prevalensi hipertensi semakin meningkat, maka peneliti ingin

melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian

hipertensi pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah “adakah pengaruh kualitas tidur

terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam

BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi pada

pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh.

Page 4: skripsi cit 1.docx

4

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah dalam ilmu pengetahuan mengenai pengaruh kualitas

tidur terhadap kejadian hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi masukan bagi rumah sakit untuk memberikan edukasi akan

pentingnya kualitas tidur untuk mencegah hipertensi.

1.5 Hipotesis

Ada pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat

jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Page 5: skripsi cit 1.docx

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur2.1.1 Definisi Tidur

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi

individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan

dengan indra atau rangsangan yang cukup (14). Tidur berfungsi untuk

memperbaiki kembali organ – organ tubuh setelah seharian beraktivitas,

mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan

dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari (15).

2.1.2 Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya

hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan

menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur

ini diatur oleh sistem aktivasi retikularis (SAR) berlokasi pada batang otak

teratas. SAR terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan

terjaga. Selain itu, SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri,

dan taktil serta aktivitas korteks serebral seperti rangsangan emosi dan

berpikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam SAR akan melepaskan

katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,

kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus

yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing

Regional (BSR). Sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls

yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem

pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah

SAR dan BSR (16).

Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai

dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan

rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama

sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian

Page 6: skripsi cit 1.docx

6

susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada

substansia ventrikulo retikularis medulo oblongata yang disebut sebagai

pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan

sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata

disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state (17).

Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat

perkembangannya. Seorang bayi baru lahir total tidur yang dibutuhkan

mencapai 16-20 jam/hari. Pada anak-anak total tidur dibutuhkan mencapai

16-20 jam/hari. Sedangkan dewasa normal rata-rata membutuhkan waktu

tidur antara 7 – 7,5 jam/hari. Pada orang yang berusia diatas 60 tahun,

kebutuhan tidurnya akan berkurang 6 jam dalam seharinya (17). Tidur yang

berkualitas tinggi adalah tidur yang nyenyak, tidak terlalu sering terbangun

di tengah malam, dan apabila terbangun akan mudah untuk tertidur kembali

serta tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti (18).

2.1.3 Tahapan Tidur

Fase awal tidur didahului oleh fase Non Rapid Eye Movement

(NREM) yang terdiri dari 4 stadium, selanjutnya diikuti oleh fase Rapid Eye

Movement (REM). Normalnya fase NREM dan REM terjadi secara

bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Tidur dibagi menjadi dua tahap

secara garis besarnya yaitu:

2.1.3.1 Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)

Non Rapid Eye Movement merupakan keadaan aktif yang

terjadi melalui osilasi antara talamus dan korteks. Tiga sistem

utama osilasi adalah kumparan tidur, delta osilasi, dan osilasi

kortikal lambat. Kumparan tidur merupakan sebuah ciri tahap tidur

NREM yang dihasilkan dari hiperpolarisasi neuron gamma-

aminobutyric acid (GABAnergic) dalam nukleus retikulotalamus.

Hiperpolarisasi ini menghambat proyeksi neuron kortikotalamus.

Sebagai penyebaran diferensiasi proyeksi kortikotalamus akan

kembali ke sinkronisasi talamus. Gelombang delta dihasilkan oleh

interaksi dari retikulotalamus dan sumber piramidokortikal

Page 7: skripsi cit 1.docx

7

sedangkan osilasi kortikal lambat dihasilkan di jaringan neokorteks

oleh siklus hiperpolarisasi dan depolarisasi (15).

NREM terbagi atas 4 tahap,masing-masing tahapan tersebut

mempunyai tingkat kedalaman tidur dengan karakter yang berbeda-

beda. Adapun tahapan-tahapan periode NREM adalah sebagai

berikut:

1. Tahap I (5% NREM)

Tahap ini berlangsung beberapa menit, pengurangan aktivitas

fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital

dan metabolisme, mata mulai menutup, perasaan lebih rileks, pikiran

hilang timbul, dan merasa seperti melayang. Pada tahap ini individu

dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara, ketika

terbangun merasa seperti sedang bermimpi (19).

2. Tahap II (45% NREM)

Tahap ini berlangsung 10-20 menit, ditandai dengan gerakan

mata yang mulai berkurang, keadaan yang lebih rileks, terbangun

masih relatif mudah (19).

3. Tahap III (12% NREM)

Tahap ini meliputi tahap awal dari tidur yang dalam, orang

yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak, otot-otot dalam

keadaan sangat rileks disertai penurunan tanda-tanda vital tapi tetap

teratur. Tahap ini berakhir 15 hingga 30 menit (19).

4. Tahap IV (13% NREM)

Tahap ini merupakan tahap tidur yang lebih dalam, sangat

sulit untuk membangunkan orang yang tidur, disertai penurunan

tanda-tanda vital, otot sangat rileks. Tahap ini berakhir kurang lebih

15 hingga 30 menit pada tahap ini dapat mengalami tidur sambil

berjalan dan ketidakmampuan untuk menahan kencing (19).

2.1.3.2 Tidur Rapid Eye Movement (REM)

Tidur REM merupakan 20-25 % dari total siklus tidur (20).

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung

selama 5-30 menit, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap

Page 8: skripsi cit 1.docx

8

ini. Otak cenderung aktif selama tidur REM dan metabolismenya

meningkat hingga 20%. Tahap ini individu menjadi sulit untuk

dibangunkan, tonus otot terdepresi, dan frekuensi jantung dan

pernapasan sering kali tidak teratur (19).

2.2 Kualitas Tidur

2.2.1 Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk

mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM

dan NREM yang pantas (21). Kurang tidur yang berkepanjangan dapat

mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan

menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh

menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis,

kurang tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan,

sehingga penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan, dan

sulit berkonsentrasi (22).

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur diantaranya adalah

penyakit, lingkungan, stimulan dan alkohol, merokok, dan medikasi (23).

2.2.2.1 Penyakit

Penyakit dapat menyebabkan nyeri yang dapat

menyebabkan gangguan tidur. Pada orang yang sedang sakit

membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dari pada biasanya.

Kemudian pada orang sakit juga mengalami gangguan siklus

bangun-tidur.

2.2.2.2 Lingkungan

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat

proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus

yang asing dapat menghambat upaya tidur. Contoh, temperatur

yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi

tidur seseorang.

Page 9: skripsi cit 1.docx

9

2.2.2.3 Stimulan dan alkohol

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat

merangsang sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu pola

tidur. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus

tidur REM. Pengaruh alkohol yang telah hilang dapat

menyebabkan individu sering kali mengalami mimpi buruk.

2.2.2.4 Merokok

Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek

stimulasi pada tubuh. Perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan

mudah terbangun di malam hari.

2.2.2.5 Medikasi

Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur

seseorang. betablocker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi

buruk, sedangkan narkotik (misalnya: meperidin hidroklorida dan

morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan

seringnya terjaga di malam hari.

2.2.3 Gangguan Tidur

2.2.3.1 Insomnia

Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan

kesulitan untuk tidur atau mempertahankan tidur pada malam hari.

Penderita insomnia sering memiliki gejala di siang hari yang

terkait dengan kurang tidur, seperti kantuk di siang hari, kelelahan,

dan mengalami masalah dengan daya konsentrasi atau ingatan.

Insomnia dapat berlangsung dalam jangka pendek (insomnia akut)

atau dapat juga bertahan lama (insomnia kronis).  Insomnia akut

dapat berlangsung selama satu malam sampai beberapa minggu.

Sedangkan insomnia kronis berlangsung setidaknya tiga malam

seminggu selama satu bulan atau lebih. Insomnia juga dapat

diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder. Insomnia primer

adalah gangguan yang tidak dapat dikaitkan dengan kondisi atau

gangguan lain. Insomnia sekunder dapat ditelusuri ke sumber lain

Page 10: skripsi cit 1.docx

10

yang mungkin adalah kondisi medis, penggunaan obat-obatan,

alkohol atau zat lain (22).

2.2.3.2 Hipersomnia

Hipersomnia adalah sebuah gejala gangguan tidur yang

membuat penderitanya mengalami rasa kantuk berlebihan

meskipun sudah tidur cukup. Hipersomnia ditandai dengan

Excessive Daytime Sleepiness (EDS) atau kantuk yang berlebihan

pada siang hari. gejala-gejala yang sering muncul pada

hipersomnia antara lain kecemasan, lambat dalam berpikir, lambat

dalam berbicara, gelisah, dan sulit untuk mengingat (24).

2.2.3.3 Sleep apneu

Sleep apneu adalah gangguan tidur yang disebabkan adanya

gangguan aliran udara dalam saluran pernafasan yang dapat

mengakibatkan seseorang terbangun saat tidur, sehingga membuat

tidur terputus-putus dan tidak berkualitas (20). Ada 3 tipe sleep

apneu : obstruktif, sentral dan mixed complex (24). Obstructive

Sleep Apneu (OSA) adalah henti nafas saat tidur dengan gejala

utama mendengkur. OSA menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia,

fluktuasi tekanan intratorakal, reoksigenasi dan terbangun tiba-tiba,

hal ini berhubungan dengan mekanisme timbulnya penyakit

kardiovaskular mengakibatkan aktivasi simpatis (vasokonstriksi

pembuluh darah, peningkatan akut tekanan darah ) (25).

2.2.3.4 Narkolepsi

Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat

dihindari pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit

atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali

dan terulang kembali 2-3 jam berikutnya. Gambaran tidurnya

menunjukkan penurunan fase REM 30-70%. Pada serangan tidur

dimulai dengan fase REM (17).

2.2.3.5 Parasomnia

Gangguan tidur yang ditandai dengan adanya gerakan

abnormal dan perilaku yang tidak menyenangkan yang terjadi pada

Page 11: skripsi cit 1.docx

11

awal periode tidur, selama tidur dan sewaktu bangun tidur.

Gangguan tidur yang termasuk parasomnia satu diantaranya adalah

somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur). Somnambulisme ini

dapat menyebabkan cedera (20).

2.2.4 Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

PSQI adalah suatu alat yang dirancang untuk mengukur kualitas

tidur yang bersifat reliabel, valid dan terstandardisasi yang membedakan

antara kualitas tidur yang baik dan kualitas yang buruk dengan pemeriksaan

7 komponen yang terdiri dari latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur,

efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan

gangguan fungsi tubuh di siang hari (19). Pengukuran yang dilakukan

berdasarkan kualitas tidur selama sebulan terakhir yang terdiri atas 19

pertanyaan yang mencakup 7 komponen. Masing-masing komponen

memiliki rentang nilai antara 0 sampai 3 dan penjumlahan tiap-tiap nilai

komponen adalah dari 0 hingga 21 (26).

2.3 Hipertensi

2.3.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi, tekanan tersebut dihasilkan

oleh kekuatan jantung ketika memompa darah sehingga hipertensi ini

berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Standar

hipertensi adalah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg (27).

Definisi lain menyatakan hipertensi adalah tekanan darah sistolik

lebih atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih atau

sama dengan 90 mmHg atau mengkonsumsi obat antihipertensi atau telah

dinyatakan mengalami tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan setelah

melakukan pemeriksaan minimal sebanyak dua kali (7).

Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer . Orang yang

akan diukur tekanan darahnya berbaring, atau duduk, pengukuran tekanan

darah dilakukan dengan memasang manset di lengan atas, kira-kira 4 cm di

atas lipatan siku. Kemudian stetoskop diletakkan pada arteri brakhialis yang

berada pada lipatan siku. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan di

Page 12: skripsi cit 1.docx

12

dalam tensimeter dinaikkan dengan cara memompa sampai denyut nadi

tidak terdengar lagi, kemudian tekanan di dalam tensimeter pelan-pelan

diturunkan. Pada saat denyut nadi mulai terdengar lagi, baca tekanan yang

terdapat pada batas atau permukaan air raksa yang terdapat pada tensimeter,

maka tekanan inilah yang disebut tekanan sistolik. Pada proses pengukuran,

tekanan di dalam tensimeter tetap diturunkan. Suara denyut nadi akan

terdengar lebih jelas sampai suatu saat suara denyutan terdengar melemah

dan akhirnya menghilang. Saat denyut terdengar melemah, kembali dilihat

tekanan dalam tensimeter, maka tekanan inilah yang disebut tekanan

diastolik (28).

2.3.2 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,

yaitu:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya.

Terdapat sekitar 90% kasus. Hipertensi esensial kemungkinan

disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah

kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

2. Hipertensi sekunder yang telah diketahui penyebabnya.

Terdapat sekitar 5-10% kasus. Pada sekitar 1-2% penyebabnya

adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu. Beberapa

penyebab terjadinya hipertensi sekunder yaitu kelainan ginjal, sumbatan

pada arteri ginjal, hipertiroidisme, hipotiroidisme, aldosteronisme,

penggunaan obat-obatan (29).

2.3.3 Faktor Resiko

Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor resiko

hipertensi terdiri atas dua, yaitu( 30):

a.       Faktor yang tidak dapat dikontrol, antara lain:

Page 13: skripsi cit 1.docx

13

1)      Keturunan

Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat

hipertensi. Di dalam keluarga, apabila riwayat hipertensi didapatkan pada

kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.

2)    Jenis kelamin

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum lelaki daripada perempuan.

Hal itu mungkin karena  laki-laki memiliki banyak faktor pendorong

terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan dan makan tidak terkontrol.

Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan resiko terjadi setelah masa

menopause.

3)    Umur

Semakin bertambahnya umur, semakin besar resiko terkena tekanan

darah tinggi, terutama sistolik. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh  

arteriosklerosis.

b.      Faktor yang dapat dikontrol, antara lain (31):

1)     Obesitas

Obesitas adalah meningkatnya massa tubuh karena jaringan lemak

yang berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsumsi

oksigen secara menyeluruh, akibatnya curah jantung bertambah.

2)     Konsumsi garam berlebih

Konsumsi garam yang berlebih menyebabkan kadar natrium didalam

cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya kembali, cairan

intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler

meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut

menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada

timbulnya hipertensi.

3)   Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung

mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah

obesitas. berolahraga secara teratur merupakan intervensi pertama untuk

mengendalikan berbagai penyakit degeneratif (tidak menular). Olahraga

Page 14: skripsi cit 1.docx

14

isotonik, seperti bersepeda dan aerobik yang teratur dapat memperlancar

peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

4)    Merokok dan konsumsi alkohol

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok

yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat

meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu,

nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding

pembuluh darah. Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang hipetensi

karena adanya peningkatan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar

dapat memicu kenaikan tekanan darah. Rokok menyebabkan peningkatan

denyut jantung, tekanan darah, dan juga menyebabkan pengapuran sehingga

volume plasma darah berkurang karena tercemar nikotin, akibatnya

viskositas darah meningkat sehingga timbul hipertensi.

2.3.4 Patofisiologi

Tekanan darah merupakan suatu sistem yang komplek yang

ditentukan oleh beberapa faktor genetik, lingkungan dan demografi yang

mempengaruhi dua variabel hemodinamik yaitu curah jantung dan resistensi

perifer total. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa ke dalam

aorta oleh jantung setiap menit dan jumlah darah yang mengalir melalui

sirkulasi. Hal ini setara dengan hasil kali antara heart rate dan stroke

volume. Resisten perifer total terutama ditentukan ditingkat arteriol dan

bergantung pada efek pengaruh saraf otonom dan hormon (32).

Faktor yang berhubungan dengan mekanisme penyebab hipertensi

adalah sebagai berikut:

1. Sistem Renin-Angiotensin.

Mekanisme terjadinya hipertensi tidak terlepas dari sistem renin

angiotensin. Renin adalah protein kecil yang disimpan dan sintesis dalam

bentuk inaktif yang disebut prorenin dalam sel-sel jukstaglomerular pada

ginjal dan akan dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri sangat rendah,

renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain yaitu suatu globulin

yang disebut bahan renin (angiotensinogen). Darah yang mengandung

Page 15: skripsi cit 1.docx

15

angiotensinogen selanjutnya oleh hormon renin yang diproduksi oleh ginjal

akan diubah menjadi angiotensin I. angiotensin I diubah menjadi

angiotensin II oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang berada

diparu. Angiotensin II inilah yang berperan dalam menaikkan tekanan darah

melalui dua cara, cara pertama meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH), ADH diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk

mengatur osmolalitas dan volume urin. Peningkatan ADH dan sedikitnya

urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin pekat dan

tinggi osmolalitasnya. Volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan

dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler untuk pengeceran yang

berakibat pada peningkatan volume darah dan tekanan darah (32,33). Cara

kedua adalah stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal yang memiliki

peranan penting pada ginjal untuk mengatur volume cairan ekstraseluler.

Aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCL dengan cara mereabsorpsi dari

tubulus ginjal. Peningkatan konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali

dengan cara meningkatnya volume cairan ekstraseluler akan meningkatkan

volume dan tekanan darah (32). Lebih jelasnya secara detil dapat dilihat pada

gambar 2.1.

Page 16: skripsi cit 1.docx

16

Gambar 2.1 Skema Patofisiologi Hipertensi (32,33).

ekskresi NaCl (garam) ↓ denganmereabsorpsinya di tubulus ginjal

Stimulasi sekresi aldosteron darikorteks adrenal

Angiotensin II

Sekresi hormone ADH ↑

konsentrasi NaCl ↑ dipembuluh darah

Urin sedikit pekat & osmolaritas ↑

Tekanan Darah ↑ (33).

Volume darah ↑

Menarik cairan intraseluler ekstraseluler

Viskositas darah ↑

Tekanan Darah ↑ (32).

Volume darah ↑

Diencerkan dengan volume ekstraseluler ↑

Angiotensin I

Renin

ACE

Page 17: skripsi cit 1.docx

17

2.3.5 Klasifikasi

Menurut The Seventh Report  of The Joint National Committee on

Prevention (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi

menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat satu dan

dua(34).

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)Normal <120 <80Prehipertensi 120-139 80-89Hipertensi Derajat I 140-159 90-99Hipertensi Derajat II ≥ 160 ≥100

2.3.6 Komplikasi

Komplikasi hipertensi dapat berupa (35):

1. Serangan jantung

Disebut juga myocardial infarction (MI), terjadi bila pembuluh

darah yang memasok darah dan oksigen ke otot jantung menjadi tersumbat.

Gejala yang dapat timbul adalah angina (nyeri dada). Jika nyeri dada terjadi

dan tekanan darah tidak terkontrol, ada resiko serangan jantung dan

kematian.

2. Gagal jantung kongestif (CHF)

Berarti bahwa cairan tidak dieliminasi dari tubuh, dan kelebihan

cairan berakhir di paru-paru dan di sekitar jantung. Sehingga jantung harus

bekerja ekstra keras, sesak nafas, nafas menjadi pendek(terputus-putus),

kadang-kadang dengan batuk, jantung membesar karena harus bekerja lebih

keras, cairan dipertahankan  di sekitar pergelangan kaki, orang menjadi

lemah, dan jika ada sesuatu yang tidak dilakukan secara medis, jantung akan

berhenti bekerja. Secara perlahan otot jantung kehilangan elastisitas,

membesar dan menjadi lemah.

Page 18: skripsi cit 1.docx

18

3. Stroke

Terjadi ketika pembuluh darah di otak tersumbat. Tanpa darah, dan

oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, maka jaringan otak mati dan

fungsi yang dikendalikan oleh bagian otak hilang. Stroke juga dapat

mengakibatkan banyaknya tekanan dalam pembuluh darah yang pecah dan

perdarahan otak. Konsekuensi atau dampak jangka panjang dari stroke dapat

berupa kelumpuhan pada satu sisi tubuh, termasuk wajah, mata dan mulut,

kesulitan bicara, makan atau mengelola kegiatan sederhana hidup sehari-

hari untuk kelumpuhan total, kesulitan bernafas, dan kematian.

4. Gagal ginjal

Terjadi ketika pembuluh kecil di ginjal tersumbat. Ginjal menyusut

dan menjadi tidak teratur, sehingga tidak bisa lagi membersihkan zat sisa

dalam tubuh. Seiring dengan peningkatan keparahan gagal ginjal, tubuh

secara perlahan diracuni.

2.3.7 Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi

1. Menurut Wendy (2007) dikutip dalam Angkat 2009 (12). Tekanan darah

dipengaruhi oleh system otonom, yakni simpatis dan parasimpatis.

Pada orang yang kualitas tidurnya buruk, didapatkan peningkatan

aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis.

2. Sedangkan menurut Javaleri (2008) dikutip dalam Angkat 2009 (12).

Selain modifikasi gaya hidup (pengaturan diet dan olahraga), kualitas

tidur sangatlah penting dalam mempertahankan kesehatan. Pencegahan

hipertensi di masa yang akan datang bukan hanya terbatas pada

program olahraga dan pengaturan berat badan, namun juga

optimalisasi jam tidur. Sangatlah penting untuk memantau kualitas

tidur pada anak, sebagai bagian dalam meningkatkan kesehatan

masyarakat.

3. Seseorang yang menderita sleep apnea atau gangguan napas saat tidur

berisiko terkena penyakit kardiovaskuler. Obstructive Sleep Apnea

(OSA) merupakan bentuk gangguan napas dalam tidur yang paling

sering dijumpai, Penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan

Page 19: skripsi cit 1.docx

19

OSA adalah hipertensi, gagal jantung, sindroma koroner akut, aritmia,

dan stroke(25).

2.4 Kerangka Teoritis

Faktor yang tidak dapat dikontrol:

Faktor yang dapat dikontrol :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Teoritis (34).

Jenis Kelamin (34).

Simpatis ↑, vasokontriksi pembuluh darah

Agregasi trombosit ↑ dan peningkatan viskositas darah

HIPERTENSI

Umur (34).

Kualitas Tidur (34).

Aktivitas Fisik ↓ (34).

Obesitas (34).

Merokok (34).

Keturunan (34). Kadar sodium intraseluler ↑

Asupan garam ↑(34).

Simpatis↑ , kontraktilitas↑, curah jantung↑

Alkohol (34).

Kekakuan pembuluh darah, tahanan perifer ↑

Retensi natrium, curah jantung ↑

Degenerasi atau penebalan dinding arteri

Tahanan perifer, Cardiac output ↑

Wanita : estrogen ↓, kadar HDL ↓Laki-laki : Merokok ↑ dan alkohol

Page 20: skripsi cit 1.docx

20

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang

bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang suatu keadaan secara objektif serta

mencari hubungan yang signifikan antara variabel dependen dan independen.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional survey yaitu pengumpulan data

variabel dependen dan variabel independen dilakukan pada satu saat (point time

approach) (36).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Badan Layanan

Umum Daerah RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan

pada bulan Januari-Februari 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (36). Populasi pada

penelitian ini adalah semua pasien yang berobat ke Poliklinik Penyakit

Dalam BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dimulai sejak Januari-

Desember 2013 berjumlah 2950 pasien.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari pasien hipertensi

yang diteliti atau sebagian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (37).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive

sampling yaitu caranya adalah setiap anggota populasi sumber yang

memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi eksklusi akan dipilih sebagai

sampel sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (38).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 (9). Di

provinsi Aceh prevalensi hipertensi adalah 30,2%(9). Maka besar sampel

Page 21: skripsi cit 1.docx

21

pada penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Lameshow (36):

n=Z α2 PQd2

Keterangan :

n = Besar sampel

Zα = Derajat kemaknaan 5% ( Zα = 1,96 )

P = Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (dari pustaka ) = 0,3

Q = adalah 1-P=1-0,3= 0,7

d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir= 10%

n=1 , 96² x0,3 x 0,70 , 1²

=80,67 81

Dalam penentuan sampel pada penelitian ini, terdapat dua kriteria

yang harus dipenuhi yaitu :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pasien hipertensi yang sudah didiagnosa oleh dokter di Poliklinik

Penyakit Dalam BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

b. Pasien yang bersedia menjadi responden.

c. Pasien dewasa pria dan wanita (usia 20-60 tahun)

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

a.Data rekam medik yang tidak lengkap.

b.Kondisi medis berat.

c.Penggunaan obat-obatan untuk tidur.

Page 22: skripsi cit 1.docx

22

3.4 Kerangka Konsep dan Variabel Penelitian

Variable Independen Variable Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (39). Pasien yang sudah didiagnosa

hipertensi dilakukan pengukuran tekanan darah. Pengukuran tekanan darah

dilakukan oleh dokter setelah pasien dibiarkan istirahat 5-10 menit. Alat

yang dipakai dalam pengukuran tekanan darah adalah sphygmomanometer

dan stetoskop. Hasil ukur pada variabel ini adalah hipertensi derajat I, jika

tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99 mmHg.

Hipertensi derajat II, jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik

≥ 100 mmHg. Skala ukur adalah skala ordinal.

3.5.2 Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan tiap individu untuk

mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM

dan NREM yang pas (21). Cara pengukurannya dengan wawancara terstruktur

pada responden. Alat pengukuran yang digunakan adalah kuesioner

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil pengukuran yang didapat bila

nilai total ≤5 dikategorikan kualitas tidur baik. Bila nilai total > 5

dikategorikan kualitas tidur buruk. Skala pengukuran skala ordinal.

Untuk nilai spesifisitas dari PSQI adalah 86,5 % dan sensitivitasnya

89,6%. Sedangkan nilai validitasnya yaitu 0,83 (Cronbach alpha) untuk

Kualitas Tidur

Derajat II

Baik Derajat I

Hipertensi

Buruk

Page 23: skripsi cit 1.docx

23

semua komponen penilaian. Hal tersebut menunjukkan penggunaan

kuesioner ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan tepat terhadap

terjadinya gangguan tidur. Skala yang di gunakan adalah ordinal, untuk

mengetahui kualitas tidur responden baik atau buruk (12).

3.6 Alat/Instrumen Penelitian

Alat/instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rekam Medik untuk melihat status pasien yang sudah didiagnosa hipertensi

oleh dokter di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh.

2. Kuesioner data demografis responden

3. Kuesioner untuk menilai kualitas tidur pasien, Pittsburgh sleep quality index

(PSQI) yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur responden.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer yang didapat dari pasien dengan cara wawancara oleh

peneliti sendiri.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data rekam medik pasien yang sudah

didiagnosa hipertensi oleh dokter di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD

RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Page 24: skripsi cit 1.docx

24

3.8 Prosedur Penelitian

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

3.9 Metode pengolahan Data Penelitian

Setelah kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti, kemudian dilakukan

pengolahan data dan analisa data. Langkah-langkah dalam pengolahan data adalah

sebagai berikut:

1. Coding, peneliti memberikan kode pada koesioner yang diberikan kepada

responden.

2. Editing, peneliti memeriksa kuesioner yang meliputi kelengkapan identitas

dan jawaban yang diberikan responden.

3. Transfering, Selanjutnya, data yang telah diberi kode disusun secara

berurutan mulai dari responden pertama hingga responden terakhir untuk

dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variable yang telah diteliti

kemudian dihitung frekuensinya.

4. Tabulating, data yang sudah dimasukkan kedalam tabel dilakukan kalkulasi

dengan menghitung jumlah nilai total pada setiap kolomnya.

Pasien kriteria inklusi & Eksklusi

Pengumpulan data

Analisa data

Hasil penelitian

Wawancara terstrukturData sekunder

Page 25: skripsi cit 1.docx

25

3.10 Analisis Data

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dari

masing-masing variabel, baik variabel independen maupun dependen

dengan rumus sebagai berikut:

p= Fn

x100 %

Keterangan :

p : Persentase

F : Frekuensi

n : Jumlah Sampel

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan melihat hubungan variabel independen dengan

variabel dependen. Analisis bivariat menggunakan Chi-Square (X²), dengan

rumus sebagai berikut:

X2=∑ ¿¿¿

Keterangan :

X2 : Chi Kuadrat

O : Nilai Hasil Pengamatan

E : Nilai Ekspektasi

Page 26: skripsi cit 1.docx

26

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pengambilan data dilakukan sejak tanggal 9 Januari sampai 9 Februari 2014

di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Metode pengambilan sampel adalah dengan consecutive sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 81 orang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang

digunakan adalah data primer menggunakan kuesioner Pittsburgh sleep quality

index (PSQI) yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur responden dengan

wawancara terpimpin yang berpedoman pada kuesioner. Dikatakan kualitas tidur

baik bila nilainya ≤5 dan kualitas tidur buruk bila skornya >5. Dan data sekunder

yaitu menggunakan rekam medik untuk melihat status pasien yang sudah

didiagnosa hipertensi oleh dokter di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Hasil penelitian yang didapatkan adalah data

karakteristik responden dan data analitik pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian

hipertensi pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

4.2 Analisis Univariat4.2.1 Karakteristik Responden

Data Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis

kelamin, pekerjaan, kualitas tidur dan hipertensi berdasarkan derajatnya.

Karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi

karakteristik responden berikut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)UsiaUsia (20-40 ) 5 6,2Usia (41-60 ) 76 93,8Jenis KelaminLaki-laki 32 39,5Perempuan 49 60,5

Total 81 100

Page 27: skripsi cit 1.docx

27

PekerjaanIRT 32 39,5Wiraswasta 6 7,4P.swasta 15 18,5PNS 20 24,7

Petani/Nelayan 8 9,9Kualitas TidurBaik 28 34,6Buruk 53 65,4

Derajat Hipertensi

Hipertensi Derajat I 50 61,7

Hipertensi Derajat II 31 38,3

Total 81 100

Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas, karakteristik responden lebih

banyak terdapat kategori usia dewasa 41-60 tahun sebanyak 76 responden

(93,8%), berdasarkan jenis kelamin responden, jenis kelamin perempuan lebih

banyak daripada laki-laki yaitu berjumlah 49 orang (60,5%) dan berdasarkan

pekerjaan, responden terbanyak menderita hipertensi yaitu IRT yaitu sebanyak 32

responden (39,5%). Berdasarkan Kualitas tidur, responden lebih banyak yang

memiliki kualitas tidur buruk yaitu 53 responden (65,4%). Dan hipertensi

berdasarkan derajatnya, yang paling banyak diderita oleh responden adalah

hipertensi derajat I yang berjumlah 50 responden (61,7%).

4.3 Analisis Bivariat

Hasil analisa data mengenai pengaruh kualitas tidur dan hipertensi dapat

dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Pengaruh Kualitas Tidur Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

No Kualitas tidur

HipertensiTotal p valueHipertensi

Derajat IHipertensi Derajat II

n % n % n %1 Baik 21 75 7 25 28 100

0,072 Buruk 29 54,7 24 45,3 53 100

Page 28: skripsi cit 1.docx

28

Dari tabel 4.2 Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa dari 28 pasien yang

memiliki kualitas tidur baik terdapat 21 responden menderita hipertensi derajat I

(75%) dan 7 responden menderita hipertensi derajat II (25%). Sedangkan dari 53

pasien yang memiliki kualitas tidur buruk terdapat 29 responden menderita

hipertensi derajat I (54,7%) dan 24 responden menderita hipertensi derajat II

(45,3%).

Dari hasil analisis menggunakan uji chi-square didapatkan p value 0,07

( p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kualitas tidur

terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam

BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

4.4 Pembahasan4.4.1 Analisis Univariat

Berdasarkan karakteristik responden, secara persentase didapatkan usia

terbanyak penderita hipertensi yang berobat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam

BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yaitu usia 41-60 tahun sebanyak 76

responden (93,8%), yaitu 31 responden laki-laki dan 45 responden perempuan.

Insiden hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur, hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Oktora 2007 (40) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

tahun 2005, melaporkan bahwa penderita hipertensi meningkat secara nyata pada

kelompok umur ≥45 tahun, yaitu sebesar 55,55%. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami

penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga

pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (33).

Penelitian lainnya dilakukan oleh Gusmira 2012 (41) menggunakan metode

nonprobability sampling di puskesmas wilayah Depok didapatkan bahwa

kelompok usia terbanyak adalah 50-59 tahun (37,8%). Penelitian yang dilakukan

Apriany dan Mulyati 2012 (11) juga memaparkan bahwa penderita hipertensi di

RSUD Tugureji Semarang meningkat pada umur >56 tahun, yaitu sebesar 39,5%.

Penelitian Rasmaliah et al 2004 (42) Melaporkan proporsi penderita hipertensi di

puskesmas pekan labuhan kota medan meningkat pada umur 45-60 tahun, yaitu

sebesar (38,8%). Pada penelitian yang dilakukan Suryati 2005 (43) di Rumah Sakit

Islam Jakarta, melaporkan bahwa penderita hipertensi umumnya berusia antara

Page 29: skripsi cit 1.docx

29

36-50 tahun yaitu 56,7%. Penelitian Anggraini et al (2008) (34) menyebutkan

kelompok usia terbanyak adalah ≥45 tahun (89,1%).

Berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil bahwa perempuan lebih

banyak mengalami hipertensi daripada laki-laki yaitu sebanyak 49 responden

(60,5%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pratiwi 2011 (44) dengan

metode pre-exsperimental di Poliklinik Khusus Hipertensi RSUP. Dr. M. Djamil

Padang, didapatkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami hipertensi yaitu

sebanyak 30 responden (60%). Penelitian Gusmira (2012) (41) menggunakan

metode nonprobability sampling di Puskesmas wilayah Depok tahun 2010 juga

memaparkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami hipertensi yaitu 53

pasien (71,6%).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kurnia 2007 (45) menggunakan metode

case series di rumah sakit umum kota padang panjang juga menunjukan bahwa

perempuan lebih banyak mengalami hipertensi yaitu 115 orang (61,2%). Dari

hasil penelitian Anggraini et al (2008) (34) didapatkan hasil lebih dari setengah

penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%, sedangkan penelitian

Apriany dan Mulyati 2012 (11) menunjukkan perempuan lebih sering mengalami

hipertensi yaitu sebanyak 26 responden, yaitu sebanyak 60,5%. Menurut Cortas

2008 (32) prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang

belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan

dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan

faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Sedangkan

menurut Julianty (2001) dikutip dalam Rayhani 2005 (46) didapatkan responden

wanita mempunyai risiko 1,53 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan pria.

Pada distribusi responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa

kelompok pekerjaan yang paling banyak menderita hipertensi adalah IRT yaitu 32

orang (39,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusmira

2012 (41) menggunakan metode nonprobability sampling di puskesmas wilayah

depok tahun 2010 yang menyebutkan bahwa kelompok pekerjaan yang terbanyak

mengalami hipertensi yaitu IRT sebanyak 55 orang (74,3%) dan penelitian

Sigalingging 2011 (47) menggunakan metode cross-sectional di Rumah Sakit

Page 30: skripsi cit 1.docx

30

Umum Herna Medan tahun 2011 didapatkan kelompok pekerjaan tebanyak

mengalami hipertensi adalah kelompok IRT yaitu sebanyak 40 orang (50%).

Penelitian Andriani 2004 (48) juga memaparkan bahwa proporsi IRT yang

menderita hipertensi lebih tinggi 46,5% dibandng pekerjaan yang lainnya.

Penelitian Apriany dan Mulyati 2012 (11) jenis pekerjaan pda subjek penelitian

sebagian besar adalah IRT (46,7%). Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga juga erat

kaitannya dengan kurangnya aktifitas fisik. Hal ini yang dapat meningkatkan

risiko IRT menderita hipertensi.

Berdasarkan data distribusi frekuensi kualitas tidur dari hasil penelitian

terhadap 81 pasien hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53

orang memiliki kualitas tidur buruk (65,4%), yaitu 23 responden laki-laki dan 30

responden perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Umami dan Priyanto 2013 (49) terhadap 70 responden didapatkan

juga bahwa sebagian besar responden memiliki kualitas tidur buruk yaitu

sebanyak 47 responden (67,1) dan responden yang memiliki kualitas tidur baik

sebanyak 17 orang (24,3). Buruknya kualitas tidur disebabkan oleh meningkatnya

latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur dan terbangun lebih awal karena proses

penuaan. Proses penuaan tersebut menyebabkan penurunan fungsi

neurontransmiter yang ditandai dengan menurunnya distribusi norepinefrin. Hal

itu menyebabkan perubahan irama sirkadian, dimana terjadi perubahan tidur pada

fase NREM 3 dan 4. Sehingga lansia hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur

dalam. Selain itu gangguan tidur menjadi lebih sering dialami seiring dengan

bertambahnya usia sehingga sering mengalami tidur yang tidak berkualitas (50) .

Berdasarkan data distribusi frekuensi derajat hipertensi dari hasil

penelitian terhadap 81 pasien hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD

RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan bahwa sebagian besar

responden mengalami hipertensi derajat I yang berjumlah 50 responden (61,7%),

yaitu 18 responden laki-laki dan 32 responden perempuan. Hal ini sejalan dengan

penelitian Kurnia 2007 (45) menunjukkan bahwa pada derajat hipertensi I proporsi

yang paling tinggi yaitu 96,20 %. Hal yang sama juga seperti penelitian Wahyuni

2004 (51) di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura yang memperoleh proporsi

Page 31: skripsi cit 1.docx

31

penderita hipertensi I yaitu sebesar 55,0%. Peningkatan tekanan darah atau

hipertensi lebih cenderung terjadi pada orang-orang yang kurang tidur, karena jika

kurang tidur mengakibatkan tekanan darah naik dan meningkatkan resiko

serangan jantung, diabetes melitus dan penyakit lainya. Faktor kurang tidur tidak

saja menjadi penyebab adanya hubungan dengan perubahan tekanan darah, tetapi

ada faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah yaitu faktor

umur, jenis kelamin dan genetik, serta faktor- faktor lainnya seperti merokok,

obesitas, alkohol, aktivitas fisik.

4.4.2 Analisis Bivariat

Berdasarkan dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 53 pasien yang

memiliki kualitas tidur buruk terdapat 29 responden menderita hipertensi (54,7%).

Sedangkan dari 28 pasien yang memiliki kualitas tidur baik terdapat 21 responden

menderita hipertensi (75%), dari hasil uji chi-square didapatkan bahwa tidak ada

pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi dengan p value 0,07 ( p >

0,05). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Angkat

2009 (12) menggunakan metode cross-sectional yang melaporkan bahwa kualitas

tidur yang buruk tidak mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Penelitian

lainnya yang dilakukan Noviani et al 2011 (50) menggunakan metode korelasi

kuantitatif juga melaporkan bahwa tidak ada pengaruh antara kualitas tidur

dengan hipertensi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rong et al 2012 (52) menggunakan metode

cross-sectional juga melaporkan tidak adanya pengaruh antara kualitas tidur yang

buruk dengan kejadian hipertensi, baik dalam skor kualitas tidur, latensi tidur, dan

persentase efisiensi tidur dan kualitas tidur yang buruk dengan hipertensi.

Penelitian Bruno et al 2013 (53) juga memaparkan bahwa tidak ada pengaruh

antara kualitas tidur yang buruk dengan hipertensi pada pasien yang berobat ke

Unit Rawat Jalan. Tidak adanya pengaruh tersebut disebabkan oleh karena

hipertensi dapat disebabkan oleh multifaktorial bukan hanya kualitas tidur yang

buruk melainkan karena faktor usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan

hipertensi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hipertensi adalah asupan garam,

obesitas, aktivitas fisik, merokok, stress, minuman beralkohol dan obat-obatan.

Masing-masing faktor memiliki peran dalam menaikan tekanan darah (34).

Page 32: skripsi cit 1.docx

32

Hal yang berbeda dilaporkan oleh Cappuccio et al 2007 (54) menunjukkan

adanya pengaruh antara kualitas tidur dan tekanan darah. Penelitian mengaitkan

kualitas tidur yang buruk terhadap peningkatan risiko tekanan darah tinggi.

Kehilangan waktu tidur dapat berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Ini

karena kekurangan waktu tidur membuat sistem saraf berada pada keadaan

hiperaktif, yang kemudian mempengaruhi sistem seluruh tubuh, termasuk jantung

dan pembuluh darah. Penelitian Gottlieb et al (2006) (55) memaparkan bahwa

kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat mengubah mekanisme

pengaturan tekanan darah dan dapat meningkatkan risiko hipertensi. Hal serupa

juga dilaporkan Suraj et al 2008 (56) yang memaparkan bahwa durasi tidur yang

berkurang secara signifikan meningkatkan resiko hipertensi.

Hal yang sama juga dilaporkan oleh Gangwisch et al 2006 (57) yang

menunjukkan hubungan nyata terkait durasi waktu tidur dan potensi mengalami

tekanan darah tinggi.  Tidur akan membuat denyut jantung menjadi lebih lambat

dan menurunkan tekanan darah secara signifikan. Sehingga seseorang yang durasi

tidurnya tergolong kurang akan membuat tekanan darah dan denyut jantung naik.

Penelitian Wang et al 2012 (58), yang menyatakan durasi tidur yang pendek, selain

dapat meningkatkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung, juga

meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik sehingga bisa mengakibatkan

hipertensi berkelanjutan. Selain itu, gangguan pada ritme sikardian akibat durasi

tidur pendek juga merupakan salah satu faktor potensial dalam mekanisme ini.

bahwa penurunan durasi tidur mengakibatkan gangguan metabolik dan endokrin

yang sangat berpengaruh mengatur regulasi tekanan darah sehingga apabila terjadi

gangguan akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Penjelasan tersebut

juga mendukung kepada hasil penelitian Javaheri 2008 dikutip dalam Angkat

2009 (12) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan

tekanan darah, yakni kualitas tidur yang buruk menyebabkan peningkatan tekanan

darah (hipertensi).

Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan meningkatnya resiko

hipertensi, dan dengan demikian akan meningkatkan resiko penyakit

kardiovaskular. Begitu juga sebaliknya, orang yang menderita hipertensi akan

memiliki resiko mendapatkan kualitas tidur yang buruk (59). Penderita hipertensi

Page 33: skripsi cit 1.docx

33

biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mulai tertidur (60). Tidak

seperti orang normal yang biasanya tertidur dalam waktu 20 menit. Selain itu,

gejala-gejala yang biasa dialami penderita hipertensi seperti pusing, rasa tidak

nyaman, sulit bernafas, sulit tidur dan mudah lelah dapat membangunkan

penderita dari tidurnya sehingga penderita tidak mendapatkan tidur yang cukup

yang nantinya akan berdampak pada aktivitas di keesokan harinya (59).

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan sebuah penelitian adalah kelemahan atau hambatan dalam

penelitian yang dihadapi oleh peneliti. Keterbatasan–keterbatasan dalam

penelitian ini adalah:

1. Keterbatasan dalam berkomunikasi dengan para responden yang sedang

dalam keadaan terburu-buru.

2. Masih terdapat faktor lain seperti aktifitas fisik, pola makan, obesitas, stress

serta faktor-faktor lainnya yang turut mempengaruhi terjadinya hipertensi dan

belum dapat dikendalikan dengan baik oleh peneliti dan membutuhkan

penelitian lebih lanjut.

3. Proses pengumpulan data dengan teknik wawancara membutuhkan waktu

yang lama untuk setiap responden dan terkadang proses wawancara terganggu

dengan kondisi sekitar.

4. Dalam proses pengambilan data kemungkinan sampel penelitian menjawab

pertanyaan dari peneliti tidak jujur sepenuhnya.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

Page 34: skripsi cit 1.docx

34

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang sudah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kualitas tidur

terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam

BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

5.2 Saran

1. Diharapkan bagi petugas kesehatan di BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh khususnya yang bertugas di Poliklinik Penyakit Dalam untuk dapat

memberikan informasi tambahan tentang kesehatan kepada pasien yang datang

berobat khususnya tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

hipertensi, sehingga menurunkan angka kecacatan dan angka kematian akibat

hipertensi dan komplikasinya.

2. Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan mengatur pola makan, olahraga

secara teratur, pengaturan berat badan, tidak merokok dan konsumsi alkohol,

mengurangi konsumsi garam, istirahat yang cukup serta memeriksa tekanan

darah secara teratur.

3. Kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan

lebih baik tentang pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi dengan

menggunakan desain penelitian yang lebih baik dan menggunakan sampel yang

lebih besar serta memperhatikan faktor-faktor resiko lain yang mungkin

mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti faktor aktifitas fisik, pola makan,

obesitas, dan stress. Serta penelitian dilakukan dengan tingkat pembuktian

yang lebih tinggi mengenai kualitas tidur dengan hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dariyo, A. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo; 2008:

Page 35: skripsi cit 1.docx

35

p.123-124.2. Lanywati, D. Insomnia: Gangguan Sulit Tidur. Yogyakarta: Kanisius; 2001:

p. 11-12.

3. Brashers, V.L. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan Manajemen. Ed.2. Kuncara H.Y, Yulianti D, editors. Jakarta: EGC; 2007: p. 1-2.

4. Baradero, M; Dayrit M.W; Siswadi, Y. Gangguan Kardiovaskular : Seri Asuhan Keperawatan. Ester M, editor. Jakarta: EGC; 2008: p. 49-51.

5. Pinzon, R dan Asanti, L. Awas Stroke! Pengertian,Gejala,Tindakan,Perawatan dan Pencegahan. ed.1. Yogyakarta: ANDI; 2010: p. 7-8.

6. Rahajeng, E dan Tuminah, SS. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya Di Indonesia. maj kedokt indon. 2009 Desember: p. 580-587.

7. Lubis, YA. Pengaruh Obsitas Terhadap Kejadian Hipertensi. skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, Fakultas Kedokteran; 2013: p. 1.

8. Kamaluddin, R. Pertimbangan dan Alasan Pasien Hipertensi Mengalami Terapi Altrnatif Komplementer Bekam di Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman. 2010: 5(2): 95-104.

9. Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2007: p.110-113.

10. Prasetyorini, H.T dan Prawesti, D. Stress Pada Penyakit Terhadap Kejadian Komplikasi Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Jurnal STIKES. 2012: 5(1): 61-70 .

11. Apriany, REA dan Mulyati, T. Asupan Protein, Lemak Jenuh, Natrium, Serat dan IMT Terkai dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang. Journal of Nutrition College. 2012:1(1):21-29.

12. Angkat, DNS. Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada Remaja Usia 15-17 Tahun Di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran; 2009: p. 12-19..

13. Kristen, K. Cauter, E.V, Rathouz, P.J, Hulley S.B, Liu, K, Lauderdale, D.S, et al. Association between sleep and blood pressure in mid life: The CARDIA Sleep Study. Archives of Internal Medicine. 2009: 169(11):1055-1061

14. Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien Jakarta: Salemba Medika; 2008: p. 133-135.

15. Arifin, AR; Ratnawati; Burhan E. Fisiologi Tidur dan Pernapasan. Jurnal Respirologi Indonesia. 2010;30(1):1-12.

16. Hidayat, AA. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008: p. 111-113.

17. Japardi, I. Gangguan Tidur. Sumatera Utara : Bagian Bedah FK USU. 2002.p.1-11

18.Alawiyah, T. Gambaran Gangguan Pola Tidur Pada Perawat Di RS. Syarif

Page 36: skripsi cit 1.docx

36

Hidayatullah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; 2009: p.6-7.

19.Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Asdie AH, Editor. Jakarta : EGC ; 2000: p.190-194.

20.Arifin, Z. Analisis Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Depok: Universitas Indonesia, Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Medikal Bedah; 2011: p.35-41.

21.Khasanah, K dan Hidayati, W. Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial "Mandiri" Semarang. Jurnal Nursing Studies. 2012: 1(1):189-196.

22.Sulistiyani, C. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012:1 (2):280 – 92.

23.Rafknowledge. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2004: p. 9-13.

24.Agustin D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pekerja SHIFT Di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan; 2012: p.21-23.

25.Febriani, D dan Yunus, F. Hubungan Obstructive Sleep Apnea dengan Kardiovaskular. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2011; 32(1):45-52.

26.Sanningtyas, A. Studi Kualitas Tidur Pegawai Institut Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Departemen Biologi; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam; 2013. p. 1-8.

27.Sugiharto, A. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II. tesis. semarang: Universitas Diponegoro, Program Studi Magister Epidemiologi ; 2007: p. 21-22.

28.Gunawan, L. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius; 2007 : p. 21-28.

29.Wilms, J.L; Schneiderman, H; Algranati, PS. Diagnosis Fisik : Evaluasi Diagnosis dan Fungsi di Bangsal. Ed.1. Widjaja AC, Sadikin V, Setio M, editors. Jakarta: EGC; 2003. P.53-61.

30.Rahayu, H. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat RW 01 Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. Skripsi. Depok: UI, Fakultas Ilmu Keperawatan ; 2012 :P. 11-12.

31.Sarasaty, RF. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah , Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; 2011: p. 27-33.

32.Cortas, K. Hypertension Last Update May 2008. Available from: http://emedicine.com. [Diakses 8 Juli 2013]. p. 394-402.

33.Kumar, V. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders; 2005. p. 528-29.

34.Anggraini, A.D; Waren, A; Situmorang, E; Asputra H; Siahaan, SS. Faktor-

Page 37: skripsi cit 1.docx

37

Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkingan Periode Januari Sampai Juni 2008. Riau: UNRI, Fakultas Kedokteran; 2008: p. 9-10.

35.Dalimartha, S dan Purnama, B. Care your Self Hipertensi Jakarta; 2008: p. 13-15.

36.Notoatmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan jakarta: PT Rineka Cipta; 2010: p.118-130.

37.Nursalam . Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed.2. Jakarta: Salemba Medika; 2008: p. 93.

38.Sastroasmoro, S dan Ismael, S. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Ed.4. Jakarta: sagung seto; 2011: p. 94.

39.The National Heart Lung and Blood Institute. 2004. Reference Card From the Seventh of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure(JNC 7). Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/phycard.pdf. (Diakses 8 juli 2013): p. 1-8.

40.Oktora, R. Gambaran Penderita Hipertensi yang Di Rawat Inap Di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekan Baru. Skripsi. Riau: FK UNRI; 2007: p. 41-42.

41.Gusmira, S. Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional dan Konvensional Bahan Alam Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Wilayah Depok. Jurnal Makara Kesehatan. 2012: 16(2): p. 77-83

42.Rasmaliah; Siregar FA; Jumadi. Gambaran Epidemiologi Penyakit Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Info Kesehatan Masyarakat. 2004: 9(2): p. 101-108.

43.Suryati, A. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Essensial Di RS Islam. Jakarta: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan; 2005:1(2): p.183-192.

44.Pratiwi, D. Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Poliklinik Khusus RSUP DR. M. Djamil. Tesis. Padang. Universitas Andalas; 2011 : p. 11-12

45.Kurnia, R. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Di Rawat Inap Di Bagian Penyakit Dalam RSU Kota Padang Panjang Sumatera Barat. Skripsi. Sumatera Barat : Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat; 2007: p. 34.

46.Rayhani F. Epidemiologi Penderita Hipertensi Esensial yang Dirawat di Bagian Penyakit Dalam Perjan RS DR. M. Djamil Padang Periode 1 Januari 2002 - 31 Desember 2003. Skripsi. Padang: 2005. p. 32.

47.Sigalingging, G. Karakteristik Penderita Hipertensi Di RSU Herna. Skripsi. Medan: Universitas Darma Agung, Fakultas Ilmu Keperawatan; 2011: p. 4-6.

48.Andriyani. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Di Rawat Inap Di RS Tingkat Daerah II Militer Bukit Barisan Medan Tahun 2002-2003. Skripsi.

Page 38: skripsi cit 1.docx

38

Sumatera Utara: Universittas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat; 2004: p. 105-106

49.Umami, R. Dan Priyanto, S. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Fungsi Kognitif dan Tekanan Darah Lansia Di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang : Jurnal Universitas Muhammadiyah Magelang, Fakultas Ilmu Kerperawatan; 2013 : p. 5-6.

50.Noviani, O; Handoyo; Safrudin. Hubungan Lama Tidur Dengan Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Posyandu Lansia Desa Karang Aren. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 2011; 7(2): p. 66-67.

51.Wahyuni, S. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura tahun 2002-2003. Skripsi. FKM USU; 2004; p. 60-61.

52.Rong, JY. Hui, W. Quan, HC. Rong, DB. Association between sleep quality and arterial blood pressure among Chinese nonagenarians/centenarians: Med Sci Monit 2012;18(3): p. 36-42.

53.Bruno, RM. Palagini, L. Gemignani, A . Virdis, A. Giulio, A., Ghiadoni. Et al. Poor sleep quality and resistant hypertension. Sleep Med US National Library of Medicine National Institutes of Health. 2013 14(11): p. 1157-1163.

54.Cappuccio FP, Stranges S, Kandala NB, Miller MA, Taggart FM, Kumari M, et al. Gender-specific associations of short sleep duration with prevalent and incident hypertension: The whitehall ii study. Hypertension 2007; 50: p. 693–700. 

55.Gottlieb DJ, Redline S, Nieto FJ, Baldwin CM, Newman AB, Resnick HE, et al. Association of usual sleep duration with hypertension: the sleep heart health study. Sleep 2006; 29: p. 1009–1014

56.Suraj K, Fatima H. Sert K, Virend K. Somers. Sleep Apnea and Hypertension: Interactions and Implications for Management. Hypertension 2008;51: p. 605-608.

57.Gangwisch JE, Heymsfield SB, Boden-Albala B, Buijs RM, Kreier F, Pickering TG, et al. Short sleep duration as a risk factor for hypertension: analyses of the first national health and nutrition examination survey. Hypertension 2006; 47: p. 833–839. 

58.Wang Q, Xi B, Liu M, Zhang Y, Fu M. Short sleep duration is associated with hypertension risk among adults: A systematic review and meta-analysis. Hypertens Res 2012; 35: p. 1012–1018. 

59.Potter, P.A dan Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC; 2005: p. 189-196.

60Mansoor, G. A. (2000). Poor Sleep Quality among Hypertensive Patients May cause a Nondipper Circadian Blood Pressure Profile. American Journal of Hypertension. http://www.nature.com/ajh/journal/v13/n2s/abs/ajh2000784a.html. diakses 24 Februari 2014. p. 224-225.

Page 39: skripsi cit 1.docx

39

Lampiran 1

Jadwal Penelitian

NKegiatan

Bulan (Tahun 2013 – 2014)    o 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

1 StudiKepustakaan                

2 Seminar Proposal    

3 Pengambilan Data          

4 Pengolahan Data      

5 PembuatanSkripsi      

6 SidangSkripsi                  

Page 40: skripsi cit 1.docx

40

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Kepada Yth :

Calon Responden Penelitian

di –

Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dian Ramadhana

NIM : 1007101010026

Alamat: Kampung Jawa Banda Aceh

Adalah mahasiswi program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Syiah Kuala yang akan mengadakan penelitian untuk menyusun skripsi

Page 41: skripsi cit 1.docx

41

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran. Adapun

penelitian ini berjudul : “Pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi pada

pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RS Zainoel Abidin Banda

Aceh”.

Penelitian ini tidak menggunakan spesimen dari tubuh saudara, seperti darah

dan urine, serta tidak berbahaya bagi kesehatan saudara. Semua data yang saudara

berikan, akan kami jamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk penelitian ini.

Setelah saudara mengikuti penelitian ini, saudara akan mengetahui pengaruh

kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi. Demikianlah penjelasan saya tentang

penelitian ini, semoga bermanfaat. Terimakasih.

Banda Aceh, 2014

Hormat saya

(Dian Ramadhana)

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Setelah membaca inform consent yang diberikan yang diberikan, dengan

ini saya menyatakan bersedia/tidak bersedia untuk ikut dalam penelitian yang

berjudul “Pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat

jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RS Zainoel Abidin Banda Aceh” yang

dilakukan oleh saudari Dian Ramadhana, mahasiswi Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Universitas Syiah Kuala.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan

paksaan dari siapapun.

Page 42: skripsi cit 1.docx

42

Banda Aceh, 2014

Tanda Tangan Responden

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian

PENGARUH KUALITAS TIDUR TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

BLUD RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Tanggal :

No. Responden :

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Alamat :

Page 43: skripsi cit 1.docx

43

Pekerjaan :

Jenis Kelamin : 1.Pria 2.Wanita

B. Tekanan Darah

C. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

Petunjuk Pengisian Kuesioner :

Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan kebiasaan tidur

Bapak/Ibu selama satu bulan yang lalu. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan adalah

jawaban yang mayoritas Bapak/Ibu alami dan lakukan selama satu bulan yang

lalu. Untuk pertanyaan nomor 1-4 jawaban dengan angka sedangkan untuk

jawaban nomor 5-9 cukup dengan memberi tanda (√) pada salah satu kolom

pilihan jawaban yang ada. Silahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah

ini.

Selama satu bulan yang lalu,

1. Jam berapa biasanya Bapak/Ibu tidur malam? ………

2. Berapa menit biasanya Bapak/Ibu mulai tertidur setiap malam?……...

3. Jam berapa Bapak/Ibu biasanya bangun setiap pagi? ………

Tekanan Darah

(mmHg)

Status

Derajat I Derajat II

Page 44: skripsi cit 1.docx

44

4. Berapa jam biasanya Bapak/Ibu tidur malam? ………

Untuk pertanyaan berikut, pilih salah satu jawaban yang sesuai.

5. Selama satu bulan yang lalu, seberapa sering Bapak/Ibu mengalami hal seperti dibawah ini.a. kesulitan dalam memulai tidur (Tidak dapat tertidur dalam waktu 30

menit)

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

b. Bangun di tengah malam untuk makan atau minum.

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

c. Harus bangun untuk ke kamar mandi pada malam hari (untuk pipis)

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

d. Sesak nafas pada saat malam hari hingga tidur Anda terganggu

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

e. Batuk lebih dari 3 x semalam hingga tidur Anda terganggu

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

f. Merasa kedinginan di malam hari( bukan karena pendingin ruangan)

Tidak pernah

Page 45: skripsi cit 1.docx

45

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

g. Merasa kepanasan di malam hari (bukan karena alat elektronik, seperti

AC mati)

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

h. Mimpi buruk saat tidur malam

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

i. Merasa nyeri badan

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

j. Penyebab yang lain (jelaskan) :

…………………………………………………………………………

Seberapa sering hal tersebut Bapak/Ibu rasakan?

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

6. Selama sebulan yang lalu, berapa sering Bapak/Ibu mengkonsumsi obat-

obat yang khusus diberikan oleh dokter untuk membantu tidur? (bukan

obat penenang)

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Page 46: skripsi cit 1.docx

46

Tiga atau lebih dalam seminggu

7. Selama satu bulan yang lalu, Apakah Bapak/Ibu sering mengantuk di pagi,

siang dan sore hari akibat kurang tidur pada malam hari?

Tidak pernah

Sekali dalam satu minggu

Dua kali dalam seminggu

Tiga atau lebih dalam seminggu

8. Selama satu bulan yang lalu, Seberapa besar keinginan Bapak/Ibu untuk

menyelesaikan berbagai masalah yang Anda hadapi?

Tidak ingin menyelesaikan masalah

Kecil

Sedang

Besar

9. Selama satu bulan yang lalu, Bagaimana rata-rata kualitas tidur

Bapak/Ibu?

Sangat baik

Baik

Buruk

Sangat buruk

Lampiran 4

Perhitungan nilai PSQI

Gunakan skor ini untuk menilai :

KOMPONEN 1 :

Kualitas tidur subyektif Selama sebulan yang lalu, Bagaimana rata-rata kualitas tidur Bapak/Ibu ?

Sangat baik = 0Baik = 1Kurang = 2Sangat kurang = 3

KOMPONEN 2 :

Latensi tidur atau kesulitan memulai tidur

Selama sebulan yang lalu, Berapa menit biasanya Bapak/Ibu mulai tertidur setiap malam ?

≤15 menit = 016-30 menit = 131-60 menit = 2>60 menit = 3

Page 47: skripsi cit 1.docx

47

Tidak dapat tidur selama 30 menit

Kemudian menjumlahkan hasil nilai kedua pertanyaan tersebut. Jumlah 0 0 1-2 1 3-4 2 5-6 3

Tidak pernah = 0

Sekali dalam satu minggu = 1

Dua kali dalam seminggu = 2

Tiga atau lebih dalam seminggu = 3

KOMPONEN 3 :

Lama tidur Selama sebulan yang lalu, berapa jam biasanya Bapak/Ibu tidur malam?

>7 jam = 06-7 jam = 15-6 = 2<5 = 3

KOMPONEN 4 :

Efisiensi tidur ¿ Lama tidurlama ditempat tidur

x 100%

Lama tidur = didapatkan dari pertanyaan nomor 4

Lama di tempat tidur = didapatkan berdasarkan kalkulasi pertanyaan nomor 1 dan nomor 3

≥85% = 075%-84% = 165%-74% = 2<65% = 3

KOMPONEN 5 :

Gangguan tidur Jumlah 5b s/d 5j = _____ 0 01-9 110-18 219-27 3

KOMPONEN 6 :

Pemakaian obat tidur Selama sebulan yang lalu, berapa sering

Page 48: skripsi cit 1.docx

48

Bapak/Ibu mengkonsumsi obat-obat untuk membantu tidur? (bukan obat penenang)

Tidak pernah = 0

Sekali dalam satu minggu = 1

Dua kali dalam seminggu = 2

Tiga atau lebih dalam seminggu = 3

KOMPONEN 7 :

Disfungsi siang hariJumlah

Selama sebulan yang lalu, seberapa sering Bapak/Ibu mengantuk di pagi,siang dan sore hari?

Selama sebulan yang lalu, seberapa besar keinginan Bapak/Ibu untuk menyelesaikan masalah yang anda hadapi?

Kemudian menjumlahkan hasil nilai kedua pertanyaan tersebut.

Jumlah 0 0 1-2 1 3-4 2 5-6 3

Tidak pernah = 0

Sekali dalam satu minggu = 1

Dua kali dalam seminggu = 2

Tiga atau lebih dalam seminggu = 3

Tidak Antusias = 0

Kecil = 1

Sedang = 2

Besar = 3

PSQI

Page 49: skripsi cit 1.docx

49

Page 50: skripsi cit 1.docx

50

Page 51: skripsi cit 1.docx

51

Page 52: skripsi cit 1.docx

52

Lampiran 6OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

Frequency Table

Jenis Kelamin

32 39,5 39,5 39,5

49 60,5 60,5 100,0

81 100,0 100,0

Laki-laki

Perempuan

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 20-40 tahun 5 6.2 6.2 6.2

41-60 tahun 76 93.8 93.8 100.0

Total 81 100.0 100.0

Page 53: skripsi cit 1.docx

53

Pekerjaan

32 39,5 39,5 39,5

6 7,4 7,4 46,9

15 18,5 18,5 65,4

20 24,7 24,7 90,1

8 9,9 9,9 100,0

81 100,0 100,0

IRT

Wiraswasta

P.Swasta

PNS

Petani/Nelayan

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Kualitas Tidur

28 34,6 34,6 34,6

53 65,4 65,4 100,0

81 100,0 100,0

Baik

Buruk

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Derajat Hipertensi

50 61,7 61,7 61,7

31 38,3 38,3 100,0

81 100,0 100,0

Derajat I

Derajat II

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Crosstabs

Kualitas Tidur * Derajat Hipertensi

Page 54: skripsi cit 1.docx

54

Crosstab

21 7 28

17,3 10,7 28,0

75,0% 25,0% 100,0%

42,0% 22,6% 34,6%

29 24 53

32,7 20,3 53,0

54,7% 45,3% 100,0%

58,0% 77,4% 65,4%

50 31 81

50,0 31,0 81,0

61,7% 38,3% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

Count

Expected Count

% within Kualitas Tidur

% within DerajatHipertensi

Count

Expected Count

% within Kualitas Tidur

% within DerajatHipertensi

Count

Expected Count

% within Kualitas Tidur

% within DerajatHipertensi

Baik

Buruk

KualitasTidur

Total

Derajat I Derajat II

Derajat Hipertensi

Total

Chi-Square Tests

3,190b 1 ,074

2,390 1 ,122

3,299 1 ,069

,095 ,060

3,151 1 ,076

81

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-LinearAssociation

N of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is10,72.

b.

Symmetric Measures

,195 ,074

81

Contingency CoefficientNominal by Nominal

N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Lampiran 7

Page 55: skripsi cit 1.docx

55

Page 56: skripsi cit 1.docx

56

Lampiran 9

Dokumentasi selama melakukan penelitian

Page 57: skripsi cit 1.docx

57

Gambar peneliti sedang melakukan wawancara kepada responden.

Gambar responden sedang menandatangani informed consent.

BIODATA PENELITI

Page 58: skripsi cit 1.docx

58

Nama : Dian Ramadhana

Tempat,tanggal lahir : Banda Aceh, 11 Maret 1992

Pekerjaan : Mahasiswi

Fakultas : Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Riwayat Pendidikan : 1. TK Perwanida Banda Aceh

2. MIN Jeuram Kab. Nagan Raya

3. SMPN 1 Seunagan Kab. Nagan Raya

4. SMAN 1 Seunagan Kab. Nagan Raya

Hobi : Membaca, jalan-jalan.

Motto : Hidup akan terasa lebih bermakna jika dapat

bermanfaat bagi orang lain.

Agama : Islam

Alamat : Kp. Jawa

Nomor HP : 082360130155

E-Mail : [email protected]