skenario ii laporan
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
SKENARIO II
Ibu Julaekah 41 tahun datang ke praktik drg. Wahyu ingin dilakukan
perawatan gigi tiruan tetap untuk menggantikan gigi depannya yang hilang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan intraoral, diketahui gigi 21 dan 22 hilang dan gigi
11,13,21, dan 23 dapat diindikasik sebagai gigi penyangga. Konstruksi retainer
gigi 11,13,21,23 adalah tipe extracoronal retainer dengan menggunakan
porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 21 dan 22 menggunakan ridge lap
pontic dengan desain porcelain fused to metal. Perawatan dimulai dengan
melakukan pencetakan diagnostic dan dilanjutkan dengan preparasi pada gigi
11,13,21, dan 23 dengan akhiran preparasi berbentuk chamfer. Setelah pencetakan
fungsional pada gigi penyangga akan dilakukan pemasangan temporary bridge.
Selanjutnya dilakukan penyesuaian warna gigi dan pasien diharapkan kontrol
kembali untuk dilakukan pemasangan percobaan gigi tiruan. Pada akhirnya
dilakukan insersi gigi tiruan tetap.
1
STEP I
IDENTIFIKASI KATA-KATA SULIT
1. Chamfer : bentukan akhir pada servikal yang tidak menyudut,
baik digunakan pada restorasi logam karena
kekuatan yang diterima gigi penyangga lebih kecil
sehingga dapat menghindari fraktur.
2. Temporary bridge : gigi tiruan tetap sementara yang dipasang pada
pasien sebelum gigi tiruan tetap dipasangkan,
berfungsi untuk melindungi pulpa gigi yang sudah
di preparasi.
3. Pencetakan fungsional : pencetakan rahang dengan bahan elastomer yang
meliputi batas-batas fungsional dari jaringan
anatomis yang membatasinya untuk menghasilkan
model kerja.
4. Pencetakan diagnostic : pencetakan rahang dengan bahan irreversible
hidrocoloid (Alginat) untuk menghasilkan
bentukan negatif dari jaringan rongga mulut sesuai
bentuk anatominya dan menghasilkan model
anatomis/model diagnosa/model studi untuk
mendukung diagnosa dan recana perawatan.
5. Insersi : proses pemasangan gigi tiruan tetap ke dalam
rongga mulut pasien.
6. Ridge lap pontik : pontik dimana bagian lingual/palatal berkontak
dengan ridge namun tidak seluas tipe sadle.
2
STEP II
RUMUSAN MASALAH
1. Apa dasar pertimbangan penentuan desain pada skenario?
2. Apakah ada bahan dan desain lain yang memungkinkan untuk skenario, apa
dasar pertimbangannya?
3. Bagaimana prinsip preparasi untuk kasus di skenario?
4. Bagaimana prosedur pembuatan gigi tiruan tetap?
5. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses insersi gigi tiruan tetap?
3
STEP III
BRAINSTORMING
1. Dasar pertimbangan penentuan desain pada skenario
Permintaan pasien untuk dibuatkan gigi tiruan yang tetap, tidak bisa
dilepas pasang oleh pasien.
Hasil pemeriksaan intraoral, gigi 11,13,21,23 dapat diindikasikan
sebagai gigi penyangga.
Umur pasien dewasa (41 tahun), berkaitan dengan sensitifitas pulpa
pada saat dilakukan preparasi. Struktur anatomis enamel pada orang
dewasa lebih tebal, dan ruang pulpa sudah terbentuk sempurna.
Sehingga sensitifitas pulpa lebih rendah jika dibandingkan dengan umur
muda.
Aspek estetik pada kasus kehilangan gigi anterior akan lebih
dipertimbangkan sehingga berhubungan dengan pemilihan retainer
(extracoronal retainer) dan pemilihan bahan restorasi yaitu
menggunakan porcelain fused to metal.
Extracoronal retainer lebih retentif dan dapat memberikan warna yang
sama dengan pontik.
Porcelain fused to metal lebih estetis karena menyerupai gigi, lebih
kuat karena mengandung metal sehingga tahan terhadap fraktur.
Ridge lap pontic lebih estetik, dan higienis karena tidak ada celah
antara pontik dengan ridge sehingga makanan tidak mudah masuk,
cocok untuk orang dengan oral hygiene baik maupun kurang baik.
2. Desain lain yang memungkinkan untuk kasus di skenario dan dasar
pertimbangan
Jenis gigi tiruan: gigi tiruan tetap konvensional
Jenis retainer : extracoronal retainer dengan bahan mahkota porcelain
Jenis pontik : ovate pontic atau modified ridge lap
Konektor : fixed rigid
4
Jenis gigi tiruan : gigi tiruan konvensional cantilever bridge
Gigi penyangga : gigi 21 dan gigi 11
Jenis pontik : ridge lap pontic, modified ridge lap, atau ovate pontic.
Konektor : fixed rigid
Dasar pertimbangan :
Bahan mahkota porcelain : estetik sangat baik.
Ovate pontik : estetik sangat baik karena dapat menampilkan jaringan
pendukung gigi seolah-olah muncul atau tumbuh dari dalam ridge
karena bentuk ridge dibuat cekung, dan lebih higienis.
Modified ridge lap pontic : dipertimbangkan untuk pasien dengan oral
hygiene yang buruk sehingga bagian palatal mudah dibersihkan dan
estetik cukup baik.
Cantilever bridge : gigi 13, dan 23 masih vital, tidak ada kelainan.
Sedangkan gigi 21 dan 11 sudah cukup dijadikan gigi penyangga.
Sehingga gigi 13 dan 23 bisa dipertahankan untuk tidak diikutkan
dalam preparasi.
3. Prinsip preparasi untuk kasus di skenario
Aspek mekanik
Pengasahan gigi harus mendapatkan retensi dan resistensi dari mahkota
Aspek biologis
Pengasahan gigi tidak boleh membahayakan pulpa sebagai jarigan vital
gigi. Jika pengasahan terlalu dalam dan teknik pengasahan kurang tepat
akan menyebabkan sensitifitas pulpa.
Aspek estetik
Pengasahan gigi harus memberikan ruang yang cukup untuk
membangun bidang restorasinya sehingga estetika terpenuhi. Ketebalan
reduksi untuk porcelain fused to metal adalah 1,5-2 mm. Pengurangan
insisal harus mengikuti bentuk anatomi gigi, lingual dan palatal
dibentuk lancip. Reduksi di bawah gingival crest agar tidak
menimbulkan umbrella effect. 1/3 servikal sejajar sumbu gigi dan 2/3
5
insisal mengikuti permukaan gigi. Sudut preparasi idealnya 50-70 jika
terlalu konus akan mengganggu vitalitas pulpa, dan jika terlalu lurus
akan sulit pada saat insersi. Tepi preparasi harus dibulatkan, karena jika
sudut tajam akan mengurangi retensi dan menyebabkan stress/tegangan
bahkan bisa menyebabkan fraktur. Akhiran servikal dibuat chamfer/
tidak menyudut pada bagian palatal dan shoulder pada bagian labial
untuk menghindari distorsi, menambah retensi dan kekuatan restorasi.
Aspek higienis
Preparasi tidak mudah menjadi tempat akumulasi plak, dan tidak
mengganggu self cleansing.
4. Prosedur pembuatan gigi tiruan
1. Perawatan pendahuluan
2. Pencetakan diagnosa untuk menghasilkan model study
3. Preparasi gigi penyangga
4. Membuat cetakan fungsional
5. Pemilihan warna
6. Pemasangan temporary bridge
7. Insersi gigi tiruan tetap tetap
8. Pengiriman model kerja ke laboratorium dental
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses insersi gigi tiruan tetap
Keadaan estetik : bentuk gigi tiruan, kontak proksimal, kontak oklusal
Path of insertion : garis imajiner dan arah pemasangan
Bahan semen gigi tiruan sementara bisa menggunakan ZnOE
Bahan semen gigi tiruan tetap bisa menggunakan ZnPO4
Stabilisasi : pada saat mastikasi
Retensi
Pengecekan oklusi : untuk menghindari traumatic occlusion
menggunakam articulating paper.
6
GIGI HILANG
GIGI TIRUAN TETAP
DESAIN
Dasar Pertimbangan
PROSEDUR
KLINIK LAB
INSERSI
STEP IV
MAPPING
STEP V
LEARNING OBJECTIVES
1. Memahami dan menjelaskan prosedur pembuatan gigi tiruan tetap (Klinik dan
Lab)
2. Memahami dan menjelaskan prosedur insersi gigi tiruan tetap
7
BAB V
PEMBAHASAN
LO. 1 PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN TETAP
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dokter gigi sebelum melakukan
pembuatan gigi tiruan tetap antara lain :
1. Melakukan diagnosa untuk menentukan rencana perawatan yang akan
dilakukan
2. Melihat keadaan rongga mulut pasien serta hal-hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan tetap seperti:
Keadaan rongga mulut. Pada pasien dengan kondisi rongga mulut
yang kurang baik yang akan menimbulkan masalah setelah dibuatkan
gigi tiruan tetap. Biasanya dokter gigi akan melakukan DHE terlebih
dahulu kepada pasien yang mempunyai OH buruk. Faktor kebersihan
mulut dengan restorasi gigi tiruan tetap berkaitan dengan adanya plak,
karies dibawah restorasi dan adanya kelainan periodontal
3. Melakukan foto rontgen periapikal untuk melihat perbandingan antara
crown dan root ratio pada gigi yang digunakan sebagai abutment.
Prosedur Klinik I pada Pembuatan Gigi Tiruan Tetap
1) Pencetakan diagnostik untuk mendapatkan model studi
Untuk mendapatkan model studi, bahan yang dibutuhkan untuk
mencetak adalah alginat (irreversible hidrocolloid) dengan alat sendok
cetak. Model diagnostik merupakan hasil tiruan yang akurat dari gigi
dan batas-batas jaringan. Jadi dalam model studi harus tercetak semua
anatomical landmark sehingga dapat membatu dalam diagnosa dan
rencana perawatan. Adapun tujuan dari pencetakan diagnostik adalah
sebagai berikut :
- Untuk menentukan diagnosa dari pasien
- Untuk mendapatkan model studi
8
- Untuk pemeriksaan oral yang meliputi oklusi, derajat overclosure
dan besarnya ruang interoklusal yang ada
- Untuk survei lengkung rahang pada pembuatan gigi tiruan
- Untuk menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan
- Untuk pemilihan gigi penyangga serta preparasi yang akan
dilakukan
- Untuk melihat gigi geligi yang perlu diasah
- Untuk menentukan arah pasang dari gigi tiruan
- Untuk pembuatan sendok cetak perorangan/ individual tray
2) Preparasi gigi penyangga
Dalam prinsip preparasi gigi penyangga, hendaknya juga
memperhatikan hal sebagai berikut :
a) Bahan restorasi
Jenis bahan restorasi juga harus diperhatikan, apabila yang
digunakan porcelain fused to metal maka reduksi gigi penyangga
sebesar 1,5 – 2 mm, karena membutuhkan ketebalan lebih untuk
mencapai resistensi dan retensi dari porcelain fused to metal yang
merupakan gabungan dari dua bahan.
b) Path of Insertion
Path of insertion merupakan arah pasang dari gigi tiruan cekat yang
akan diinsersikan pada pasien. Path of insertion masuk dalam
tahapan preparasi atau prosedur klinis 1 oleh karena preparasi yang
dilakukan pada tahapan ini harus mempertimbangkan arah pasang
dari gigi tiruan cekat yang akat dibuat. Hal ini berhubungan dengan
kesejajaran dari preparasi antara gigi penyangga satu dengan gigi
penyangga dua. Preparasi dari keduanya harus sejajar sehingga
arah pasang dari gigi tiruan cekat akan mudah dalam insersi dan
tidak menimbulkan trauma pada pasien.
c) Retensi
9
Pada tahapan preparasi perlu diperhatikan dari segi retensi hasil
preparasi. Dimana retensi didapat dari konverginitas dinding-
dinding preparasi yaitu antara 3-5 derajat. Apabila melebihi maka
retensi akan minimal, selain itu juga kekuatan rekat dari semen
yang digunakan tidak optimal sehingga retensi berkurang.
d) Dimensi Cervico-Insisal atau Cervico-Oklusal
Dimana bidang preparasi yang tinggi akan mempunyai permukaan
yang lebih luas sehingga menjadi lebih retentive dan resisten.
Prosedur Preparasi
1. Preparasi Permukaan Incisal Dan Oklusal
Membuat pedoman preparasi dengan garis atau groove pada
permukaan labial, sejajar dan berjarak 1,5 mm dari tepi incisal.
Permukaan incisal diambil sesuai pedoman preparasi.
Pengambilan bersudut 45° terhadap bidang horisontal ke arah
palatal dan dilakukan 2 tahap, pertama sebagian mesial dan
kemudian sebagian distalnya
ALAT : Diamond wheel bur.
Cylindrical diamond stone bur.
10
2. Preparasi Permukaan Proksimal
Pada permukaan mesial dan distal yang sejajar dengan sumbu
gigi yang normal atau membentuk sudut 5° konvergen kearah
incisal atau oklusal.
Dimulai dari gingival margin dan berjarak 1-1,5 mm dari titik
kontak.
Membuat pedoman berupa garis atau groove pada permukaan
labial.
Permukaan proksimal diambil dengan edge cutting disc,
kemudian dibentuk atau diratakan dengan safe side separating
disc, atau tappered cylindrical diamond stone.
3. Preparasi Permukaan Labial/Bukal
Pengambilan permukaan labial/bukal sebanyak 1-1,5 mm:
a. 1/3 bag cervical preparasi sejajar terhadap sumbu gigi (untuk
menghilangkan undercut).
11
b. 2/3 bag incisal mengikuti anatomi permukaan labial gigi.
Batas pengambilan permukaan labial adalah gingival crest.
12
Pembuatan groove dilakukan dengan cylindrical diamond stone
yang mempunyai diameter 1-1,5 mm.
Alat :
a. Diamond wheel dan cylindrical diamond stone untuk 2/3
incisal.
b. Tappered cylindrical diamond stone untuk 1/3 cervical.
4. Preparasi Permukaan Lingual/Palatal
Pengambilan permukaan lingual dan palatal 1- 1,5 mm
13
1/3 bagian cervical sejajar sumbu gigi
2/3 bagian incisal mengikuti anatomi permukaan labial gigi
Preparasi permukaan
labial pada gigi anterior
Preparasi dibagi 2 tahap:
Bagian singulum ke incisal: Pengambilan sejajar dengan
anatomi permukaan gigi.
Bagian singulum ke cervical gigi: Pengambilan sejajar dengan
permukaan gigi. Sedangkan 1/3 cervical dibuat sejajar dengan
sumbu gigi.
Alat : Dari Cingulum Ke Incisal:
- Wheel Diamond Stone.
- Cylindrical Diamond Stone.
Dari Cingulum Ke Cervical:
- Wheel Diamond Stone.
- Tappered Cylindrical Diamond Stone
6. Finishing
Hal yang harus diperhatikan pada saat finishing adalah :
a. Seluruh permukaan dan margin yang telah dipreparasi halus dan
rata
b. Semua line angle dibuat membulat
c. Shoulder membentuk sudut 90o pada cavosurface atau bisa juga
dibevel shoulder.
Tujuan:
a. Agar tidak terjadi fraktur pada bagian yang tajam.
b. Untuk mendapatkan restorasi yang baik (fit)
14
Alat:
Tappered cylindrical diamond stone yang halus atau dengan
sand paper disc yang halus.
3. Pembuatan GTT sementara
Setelah gigi di preparasi, tahapan selanjutnya adalah pembuatan
gigi tiruan tetap atau mahkkota sementara yang terbuat dari akrilik.
Fungsi dari pembuatan gigi tiruan sementara adalah sebagai proteksi
terhadap pulpa gigi penyangga untuk mencegah iritasi termal,kimia,dan
toksik. GTT sementara juga berfungsi sebagai stabilisasi posisi agar
gigi yang telah di preparasi tidak miring, memenuhi kepentingan
estetik, dan mengembalikan fungsi mastikasi. Cara pembuatan gigi
tiruan tetap sementara dapat dilakukan secara direct maupun indirect.
Pembuatan GTT sementara secara direct :
a. Self curing akrilik putih.
Cara kerja:
- Cetak gigi yang akan dipreparasi dengan bahan alginat.
- Setelah itu, preparasi gigi penyangga atau gigi yang akan
dipasangkan GTT.
- Lalu olesi gigi yang telah dipreparasi dengan vaselin.
- Isi cetakan alginat dengan self curing akrilik di bagian gigi
yang dipreparasi.
- Cetakan dikembalikan ke mulut pasien pada posisi semula.
- Kelebihan akrilik diambil dengan bur hingga mahkota
sementara sesuai dengan bentuk gigi sebelum dipreparasi.
- Lalu lekatkan atau pasang mahkota atau tetap sementara
tersebut pada gigi yang telah dipreparasi dengan semen atau
fletcher.
b. Mahkota sementara siap pakai (buatan pabrik).
15
Mahkota buatan pabrik memiliki bentuk dan ukuran bermacam-
macam. Biasanya untuk bagian anterior terbuat dari akrilik dan
untuk bagian posterior terbuat dari logam.
Cara kerja:
- Cari bentuk dan ukuran yang sesuai.
- Preparasi gigi.
- Olesi gigi yang akan dipasangkan mahkota dengan vaselin.
- Mahkota sementara diisi dengan self curing akrilik lalu dorong
perlahan-lahan pada posisinya.
- Ambi kelebihan akrilik.
- Bagian palatal/oklusal diambil agar tidak mengganggu
oklusi/artikulasi.
- Poles bagian yang kasar.
Pembuatan GTT sementara secara indirect
- Sediakan model gigi pasien yang belum dipreparasi (model
diagnostik) model A.
- Sediakan model gigi pasien yang sudah dipreparasi oleskan
vaselin pada gigi penyangga model B.
- Susun gigi pada daerah pontik pada model A anasir gigi tiruan
dan pola malam.
- Cetak model A dengan sendok cetak setengah rahang dengan bahan
alginat.
- Buka cetakan hasil cetakan harus mencakup semua gigi
penyangga.
- Aduk akrilik swapolimerisasi panas yang berwarna putih.
- Tempatkan adonan akrilik ke sendok cetak hasil cetakan alginat.
- Cetak kembali ke model B (model gigi yang sudah dipreparasi)
tunggu sampai polimerisasi hampir sempurna.
- Lepaskan sendok cetak dari model B, rapikan sisa akrilik mahkota
pada model B.
16
- Setelah polimerisasi sempurna, lepaskan mahkota sementara dari
model B.
- Rapikan mahkota sementara dengan menggunakan bur frasser.
- Poles mahkota sementara.
- Mahkota sementara siap dipasang pada pasien sementasi dengan
semen sementara.
4) Pencetakan fungsional untuk mendapatkan model kerja
a) Sebelum proses pencetakan gigi dimulai, terlebih dahulu dilakukan
pembongkaran mahkota sementara dan pembersihan menyeluruh
pada kavitas. Semua partikel kotoran dibersihkan dengan
semprotan udara dan air, lalu dikeringkan.
b) Proses pencetakan dilakukan dengan teknik mencetak double
impression. Tahap pencetakan dilakukan 2 kali yaitu dengan
menekan sendok cetak yang telah diberi bahan cetak pada gigi.
Cetakan kavitas dan lengkung gigi (RA) dibuat dengan
menggunakan bahan cetak elastomer, sedangkan cetakan dari
rahang antagonisnya (RB) dicetak dengan alginat.
c) Tahap I bahan cetak putty type diaduk sesuai aturan pabrik
dan diletakkan pada sendok cetak. Dimasukkan ke dalam mulut
pasien (RA) dan ditunggu sampai setting. Kemudian
dikeluarkan dari dalam mulut.
d) Tahap II bahan cetak light body type diaduk kemudian
dituangkan di atas hasil cetakan yang jenis putty type tadi, lalu
dicetakkan kembali ke dalam mulut pasien. Setelah bahan cetak
setting, sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan hati-hati.
Diperiksa keakuratan hasil cetakan tersebut.
Adapun beberapa syarat untuk pemilihan sendok cetak untuk
pencetakan fungsional adalah sebagai berikut:
a) Harus seuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakkan di
dalam mulut harus ada selisih kira-kira 4-5 mm.
17
b) Harus sesuai dengan bahan cetaknya, jika memakai alginat harus
memakai sendok cetak yang berlubang atau yang memakai spiral
di tepinya.
c) Sayap sebelah lingual sendok cetak rahang bawah dapat
diperpanjang dengan malam untuk memperluas di bagian
posterior..
Prosedur Laboratorium
1. Pembuatan Model Malam untuk Retainer, Pontik, dan Konektor.
Dilakukan pemberian bahan separator (paraffin) pada mahkota model.
Setelah itu malam inlay (warna biru) diaplikasikan dengan pisau malam
pada mahkota model selapis demi selapis. Dimana tidak boleh ada
lipatan-lipatan pada permukaan dari dalam model. Selain itu, perlu
diperhatikan juga kontak mesio-distalnya dari setiap gigi penyangga
dengan gigi tetangganya. Batas model malam mahkota gigi penyangga
pada bagian servikal adalah sesuai dengan batas preparasi gigi yang
telah dibuat. Selanjutnya dilakukan pengukiran untuk membentuk
mahkota gigi penyangga. Dimana bentuk anatomis model malam
mahkota mengikuti bentuk anatomis gigi asli. Setelah selesai dilakukan
pembuatan model malam pada kedua mahkota gigi penyangga,
kemudian dilanjutkan dengan pembuatan model malam pontik.
Pembuatan pontik berbentuk sanitary.
2. Pembuatan Facing.
Pembentukan model malam untuk pembuatan facing dari akrilik.
3. Pembuatan Sprue dan Ventilasi.
Pembuatan sprue dilakukan dengan ukuran Ø a = 1,5 mm, Ø b = 2 mm,
Ø c = 2,5 mm, Ø d = 3 mm melalui malam merah yang digulung
dengan menggunakan dua buah lempeng kaca yang dipananskan. Sprue
yang dibuat harus mempunyai bentuk yang bulat, halus, dan tidak ada
bagian yang porus ataupun berlubang.
4. Pemasangan Tetap pada Crussible Former.
18
Setelah pembuatan sprue dilakukan pemasangan model malam tetap
dalam bumbung tuang. Dimana pemasangan sprue membentuk sudut
450 dengan permukaan yang tertebal dari oklusal gigi. Selain itu,
diameter ventilator Ø = 1 mm.
Kemudian model malam diulasi dengan air sabun dengan menggunakan
kuas kecil, untuk menurunkan tegangan permukaan. Pada saat
melakukan penanaman model malam tetap, perhatikan jarak antara
bagian pinggir model malam tetap dengan dinding bumbung tuang
dengan jarak antara bagian atas model malam tetap dengan bagian atas
bumbung tuang sekurang-kurangnya 0,5 cm.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengisian bahan tanam dalam bumbung
tuang yang sebelumnya model malam tetap pada bagian dalam telah
diulasi dengan bahan tanam denggan menggunakan kuas. Pada saat
mengisi bahan tanam dalam bumbung tuang, dilakukan ketukan-
ketukan ringan agar bahan tanam mengisi semua ruang yang ada. Lalu
bumbung tuang didiamkan sampai bahan tanam mengeras.
Dilakukan pembuangan malam setelah bahan tanam dalam bumbung
mengeras. Pembuangan malam ini dilakukan diatas pinggiran kompor
yang menyala dengan posisi 450 agar bahan malam dapat mengalir
keluar. Sebelum dilakukan pengecoran, bumbung dimasukkan ke dalam
oven sampai suhu 7000 C. Setelah itu dilakukan pengecoran logam
dengan menggunakan alat casting machine tipe sentrifugal, diawali
dengan pemanasan logam, setelah dilakukan penguncian putaran
sebanyak 2,5 kali putaran. Setelah logam mencair dilakukan pelepasan
penguncian tersebut. pelepasan gigi tiruan tetap dapat dilakukan setelah
bumbung tuang mencapai suhu yang sama dengan suhu kamar.
Pemilihan warna
Dalam melakukan pilihan warna banyak faktor yang
memperngaruhi keberhasilannya. Beberapa faktor tersebut meliputi
19
sumber cahaya, mata operator, lama waktu penglihatan dan latar
belakang atau kondisi ruangan.
Sumber cahaya merupakan faktor yang paling dominan. Sumber cahaya
yang baik, yang akan memberikan hasil sesuai warna acuana dalah sinar
matahari pada pukul 12.00 siang sampai 13.00. Namun sumber cahaya
ini tidak terlalu sering kita gunakan karena pasien biasanya datang pada
jam - jam praktek, yaitu sore sampai malam hari. Saat ini sudah banyak
tersedia lampu yang dapat menghasilkan cahaya dengan memiliki
karakteristik seperti cahaya matahari pada tengah hari.
Operator juga berperan dalam keberhasilan pemilihan warna,
kualitas penglihatan mata operator dan kelelahan mata operator sangat
berpengaruh terhadap keakuratan warna. Lamanya pengamatan warna
juga berpengaruh terhadap keakuratan warna. Selain itu, latar belakang
juga sangat mempengaruhi keakuratan warna. Latar belakang yang
dimaksud tidak hanya kondisi ruangan, namun termasuk baju pasien
dan warna lipstik yang digunakan.
3. LO. 2 PROSEDUR INSERSI GIGI TIRUAN TETAP
Pada tahap insersi, setelah gigi tiruan selesai difabrikasi dari
laboratorium sebelum dipasangkan/ disementasi pada pasien gigi tiruan
ini perlu dievaluasi terlebih dahulu. Jika sudah baik maka bisa
disementasikan di gigi pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Kecekatan (Fitness/ Self Retention)
GTT harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan
bisa pas dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan
mampu melawan gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah
insersi tanpa sementasi.
2. Marginal Fitness & Integrity
Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde
apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan
pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga kondisi
20
gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal yang
terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan
pengurangan panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang
dapat berakibat terbukanya tepi restorasi.
3. Kontak Proksimal
Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur
(terlalu ke labial atau lingual atau oklusal). Pengecekan dilakukan
dengan menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal gigi
tetangga ataupun antar GTT. Disini benang harus mengalami
hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang.
4. Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva
Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat,
sehingga tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak
diberi gaya. Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan
menekan salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu
karena nantinya GTT akan menekan gusi meskipun ringan namun
tetap tidak boleh membuat perubahan warna pada gusi yang dapat
berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan efek self
cleansing pada daerah embrasurnya.
5. Penyesuaian Oklusal
Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan
di titik kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas
tersebut dalam kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak
adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan bahwa oklusi
sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan
saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan ini dapat
berujung pada gangguan sistem mastikasi. Cara memeriksa oklusi
dilakukan dengan menggunakan kertas artikulasi yang diletakan
diantara gigi rahang atas dan rahang bawah kemudian pasien
diinstruksikan untuk mengunyah. Pada keadaan normal akan terlihat
warna yang menyebar secara merata pada permukaan gigi. Apabila
21
warna tidak merata maka perlu dilakukan selective grinding.
Pengecekan ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
6. Estetika
Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi,
khususnya pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya
sewarna gigi dan seideal mungkin, maka pada bagian yang terlihat
saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil posterior) maka restorasi
harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur,
anatomi, dan bentuk normal gigi tersebut.
7. Internal Fit
Internal fit merupakan ketepatan bagian dalam retainer gigi tiruan
cekat dengan permukaan luar gigi penyangga yang telah di preparasi
8. Kontur
Kontur pada bagian eksternal dari gigi tiruan yang telah jadi harus
sesuai dengan kontur anatomis gigi sebelumnya. Hal ini akan
mempengaruhi dari kontak dan hubungan dengan jaringan dalam
rongga mulut pasien
Prosedur Klinik II / Insersi Gigi Tiruan Tetap
1. Menyiapkan crown
Crown dibersihkan dengan alat ultrasonic, ataupun sikat gigi dan
detergent. Selanjutnya dibilas dengan air dan dikeringkan dengan
hembusan air.
2. Menyiapkan gigi
Gigi yang akan dipasangi crown dibersihkan dengan air dan
hembusan udara.
3. Menyiapkan semen
Semen yang biasa digunakan adalah Zinc Fosfat , Zinc Okside
Eugenol ataupun Glass Ionomer. Kemudian semen diaduk dengan
aturan sesuai dengan jenis semen dan aturan pabrik.
Zink Fosfat
22
Kelebihan : lebih tahan lama, compressive strength baik,
working time relatif lebih lama, tahan terhadap penyerapan air,
tidak mengiritasi pulpa walaupun mengandung asam
Kekurangan : tensile strength rendah
Indikasi : gigi tiruan tetap konvensional dengan preparasi yang
baik (retentif) dan untuk restorasi multiple karena working time
dapat diperpanjang, semen untuk mahkota tetap
Zink Okside Eugenol
Kelebihan : cukup tahan lama, compressive strength baik,
working time relatif lebih lama, tahan terhadap penyerapan air
(tidak lebih lebih tahan dari zink fosfat), tidak mengiritasi
pulpa
Kekurangan : tensile strength rendah, lapisan film yang
dihasilkan tebal
Indikasi : gigi vital/sensitif, semen untuk mahkota sementara/
temporary bridge
Glass Ionomer
Kelebihan : mengandung fluoride
Kekurangan : sensitif dalam keadaan lembab, tensile strength
rendah, tidak tahan terhadap asam
Indikasi : gigi tiruan tetap konvensional dengan pasien yang
memiliki tingkat karies tinggi, atau oral hygiene kurang, sering
digunakan sebagai alternatif semen zink fosfat
4. Mengaplikasikan semen pada cekungan crown dan permukaan
gigi yang akan dipasangi crown.
5. Insersi crown
Crown dipasang dengan cepat dan ditekan dengan kuat dan stabil
secara terus menerus untuk memaksa keluar sisa sisa semen dari
margin. Penekanan bias dilakukan oleh operator ataupun pasien
23
dengan menggigit gulungan kapas. Penekanan ini dipertahankan
selama semen belum setting.
6. Setelah semen seting, sisa sisa semen dibersihkan, cek oklusi dan
dilakukan pemolesan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Basker RM . 2003. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi Edisi 3.
Jakarta : EGC
Prajitno,H.R.1991. Ilmu Gigi Tiruan Tetap: pengetahuan dasar dan rancangan
pembuatan;editor Lilian Yuwona. Jakarta:EGC
Wassell, R. 2002. “Crown and other-coronal restoration: Try-in and cementation
of crowns”. British Dental Journal. Vol.193 (1): 17-28
25