laporan skenario 5
DESCRIPTION
Perkembangan WajahTRANSCRIPT
Skenario 1
Perkembangan Wajah
Seorang ibu muda, umur 28 tahun, datang ke dokter spesialis kandungan dan
kebidanan untuk memeriksakan kehamilannya. Ibu ini hamil anak pertama dan
selalu merasa kekhawatiran yang sangat atas kehamilannya. Pada saat
pemeriksaan keadaan janinnya, si dokter mengatakan pada si ibu usia
kehamilannya 3 minggu dan si ibu harus menjaga kehamilannya dan harus selalu
menjaga asupan makanannya untuk pertumbuhan dan perkembangan si janin, agar
nantinya ketika si janin lahir dalam keadaan sehat. Kemudian si ibu bertanya sama
si dokter, pada usia kehamilan 3 minggu sudah terjadi pertumbuhan apa saja dan
apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janinnya?
STEP 1 (Identifikasi Kata Sulit)
1. Spesialis kandungan dan kebidanan
Merupakan orang yang ahli dalam bidang kandungan melalui pendidikan
khusus .
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan merupakan proses pertumbuhan fisiologis yang bersifat
progresif dan kontinyu dalam proses tertentu. Sedangkan perkembangan
merupakan proses perubahan yang bersifat progresif yang menyebabkan
terciptanya kemampuan dan sifat-sifat psikis yang baru.
3. Janin
Merupakan mamalia yang berkembang setelah fase embrio dan sebelum
kelahiran.
4. Khawatir
Perasaan resah, gelisah, dan takut akan terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan.
STEP 2 (Menetapkan Permasalahan)
1. Apa saja yang terjadi pada janin usia 3 minggu ?
1
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan janin ?
3. Makanan apa sajakah yang dapat dikonsumsi dan dihindari pada saat
kehamilan ?
4. Kelainan-kelainan apa sajakah yang terjadi pada janin usia minggu ke tiga ?
STEP 3 (Analisis Masalah)
1. Yang terjadi pada janin usia 3 minggu
Zigot yang berada di dalam rahim akan membentuk blastosit. Minggu
ke-1 merupakan persiapan secara hormonal. Pada minggu ke-2 terjadi
perubahan dinding rahim untuk pelepasan telur yang ditandai dengan
penebalan dinding. Pada minggu ke-3 terjadilah ovulasi dan pembentukan sel
darah merah tak berinti hingga minggu ke-4. Pada minggu ke-4 dan 5
terbentuklah sel darah merah berinti.
Pada minggu ke-3 ini, bentuk blastokis zigot akan bergerak dari tuba
falopii ke dinding rahim, dan menempel. Proses ini menghasilkan hormon
chorionic gonadotropin sehingga dihasilkan hormon yang berfungsi
mendeteksi kehamilan. Kehamilan akan terasa di minggu ke 3 ini, karena
kehamilan dapat di tes, dengan ada atau tidaknya hormon tersebut. Dari daerah
rahim terdapat sebuah daerah yang membentuk suatu piringan yang berfungsi
sebagai tempat pertumbuhan dan pelekatan janin tersebut. Tardapat bulatan
yang terbentuk dari ectoderm dan endoderm, yang kemudian dikenal dengan
sebutan stomatodeum, dan ectoderm yang akan berperan sebagai bakal gigi.
Stomatodeum akan menjadi bakal dari bagian depan mulut. Perubahan-
perubahan ini dpat terjadi dengan cepat dan signifikan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
a. Faktor dari ibu
Kesehatan ibu
Kesehatan dari ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan dari janin, sebagai contoh seorang ibu yang terkena
infeksi dari toksoplasma. Infeksi ini akan berdampak buruk bagi janin,
2
janin akan menderita kelainan tertentu bahkan kematian. Sama halnya
dengan faktor komplikasi. Komplikasi pada ibu akan membahayakan
bagi janin terutama pada umur 3 minggu pertama.
Penyakit yang menyertai kehamilan
Kebiasaan buruk ibu hamil
b. Faktor dari janin
Faktor genetik
Penyimpanan dalam rahim
c. Faktor dari plasenta
Plasenta merupakan fasilitas dari ibu ke bayi yang berfungsi
menyalurkan asupan gizi untuk kesehatan janin.
d. Faktor lingkungan
Radiasi yang dapat mengakibatkan kematian sel pada embrio
Obat-obatan dan zat kimia
Stress atau keadaan psikis ibu yang kurang baik
Aktivitas fisik ibu yang berlebihan
Hal ini mengakibatkan kelelahan yang sangat dan dapat
mengakibatkan keguguran pada janin.
Faktor ekonomi yang kurang
Hal ini mengakibatkan berkurangnya suplai asupan nutrisi yang
dibutuhkan oleh janin.
3. Makanan yang dapat dikonsumsi dan yang harus dihindari pada saat
kehamilan
Makanan yang dapat dikonsumsi pada saat kehamilan :
a. Zat kalori : merupakan sumber energi dari glukosa yang juga berfungsi
sebagai tempat penyimpanan lemak dan protein.
b. Asam folat : dapat menghindari kelainan congenital.
Contoh makanan yang mengandung asam folat adalah bayam, hati sapi,
jeruk. Selain itu asam folat juga menambah bentukan sel darah merah
selama kehamilan.
3
c. Mineral : untuk pertumbuhan tulang dan gigi pada janin. Mineral
terkandung dalam buah-buahan dan sayur-sayuran.
d. Protein : pelekatan plasenta mebutuhkan zat protein. Protein dapat
diperolehh dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.
e. Zat besi : menghindari anemia dengan membentuk tambahan sel darah
merah saat kehamilan. Selain itu, zat besi juga berfungsi untuk
meningkatkan kadar Hb dalam darah. Zat besi dapat diperoleh dari daun
bayam, daun kangkung, daun singkong, daun papaya, daging, dan hati.
f. Vitamin B : berguna pada pembentukan sistem jantung, otot, dan saraf
agar berfungsi dengan baik.
g. Kalsium dan fosfor : berguna dalam pembentukan tulang dan menambah
berat badan janin.
h. Vitamin E : berguna untuk pembentukan sel darah merah yang sehat.
Contoh makanan yang mengandung vitamin E adalah biji-bijian dan
kacang-kacangan.
i. Vitamin K : berguna dalam pembentukan faktor-faktor koagulasi darah.
j. Vitamin D : berguna dalam pertumbuhan tulang dan gigi janin. Contoh
makanan yang mengandung vitamin D adalah kuning telur, minyak ikan,
dan susu.
Makanan yang harus dihindari oleh ibu hamil :
a. Makanan yang banyak mengandung zat kimia, seperti pewarna, pengawet,
dan pemanis buatan yang terlalu banyak,karena makanan seperti ini akan
mengakibatkan efek karsinogenik.
b. Makanan yang kurang matang/mentah.
Contoh: pemasakan hati dan telur yang kurang matang dapat
mengakibatkan masih terdapatnya bakteri salmonella yang dapat
menyebabkan diare akut pada ibu.
c. Sushi, yang menggunakan bahan daging ikan mentah, karena mengandung
bakteri toksoplasma.
4
d. Keju dari kambing dan domba. Keju jenis ini dapat membawa listeria yang
mengakibatkan keguguran.
e. Minuman beralkohol. Minuman ini dapat menyebabkan kelainan pada
janin.
f. Makanan junk food/makanan cepat saji.
g. Makanan yang kurang dicuci bersih.
h. Ikan tuna dan ikan yang berukuran besar lainnya, yang ditakutkan
mengandung banyak merkuri di dalamnya.
i. Makanan beralkohol, seperti tape, akan mempengaruhi janin apabila
dikonsumsi terlalu banyak.
4. Kelainan pada janin usia 3 minggu umumnya bersifat fatal, karena bentukan
gumpalan yang terbentuk pada minggu ke 3 akan berkembang menjadi organ-
organ pada janin pada minggu selanjutnya. Kelainan ini belum terlalu terlihat
jika di deteksi dengan alat USG, namun akan terdeteksi pada pertumbuhan dan
perkembangan di minggu selanjutnya. Kelainan pada janin usia 3 minggu
antara lain :
Malformasi
Terjadi saat minggu ke 3 pada janin, yaitu saat organogenesis.
Mengakibatkan ketidak adanya struktur total maupun parsial. Hal ini
terjadi akibat dari lingkungan/genetic yang bekerja secara independen
maupun secara bersamaan.
Disrupsi
Disrupsi disebabkan oleh adanya proses destruktif.
Deformasi
Deformasi terjadi akibat gaya mekanis yang mencetak suatu bagian janin
pada jangka waktu yang lama. Deformasi ini mengakibatkan kelainan pada
musculoskeletal.
5
STEP 4 (Mapping)
STEP 5 (Learning Objectives)
1. Mampu memahami dan menjelaskan proses pertumbuhan dan Perkembangan
wajah.
2. Mampu memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan wajah.
3. Mampu memahami dan menjelaskan gangguan pada pertumbuhan dan
perkembangan wajah.
6
STEP 7
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah
Tulang-tulang wajah berkembang secara intramembranosis dari pusat
osifikasi pada mesensim neural crest tonjolan wajah embrionik.
Penggabungan tonjolan-tonjolan wajah terjadi melalui dua tahap
perkembangan pada letak yang berbeda : melalui penggabungan tonjolan
frontonasali, maksila, dan mandibula, atau melalui penggabungan komponen-
komponen maksilanasal sentral. Penyatuan dari organ yang awalnya
merupakan tonjolan terpisah, terjadi ketika groove yang memisahkan hilang
akibat perpindahan keadan atau proliferasi mesensim di bawahnya.
Penggabungan tonjolan nasal medial yang dahulunya terletak bebas dengan
tonjolan nasal lateral dan maksila pada tiap sisi, membutuhkan disintegrasi
dari pemukaan kontak epithelia (sayap nasal), memungkinkan bergabungnya
sel-sel mesensim di bawahnya.
Pusat osifikasi untuk sepertiga atas wajah adalah tulang frontal, yang juga
berperan pada pertumbuhan bagian depan neurokranium. Karena tulang
frontal juga bagian dari kalvaria, muncul pusat osifikasi intramembranosis
tunggal pada minggu ke-8, untuk tiap tulang nasal dan lakrimal pada membran
yang menutupi kapsul tulang rawan nasal. Tonjolan maksila embrionik
berkembang dari pusat osifikasi intramembranosis (Sperber, 1991).
Tahapan-tahapan dalam pertumbuhan dan perkembangan wajah, antara
lain sebagai berikut :
a. Pertumbuhan dan perkembangan prochordal plate
Wajah mulai berkembang selama minggu ketiga dan memiliki panjang
3mm. Pada tahap ini, prochordal plate (calon membran bukofaringeal)
mulai terlihat di bilaminar embryonic disc. Prochordal terletak di
stomatodeum, yang sebelah kranial dibatasi prominensia frontal di bagian
depan, dan di kaudal oleh pericardial swelling (pembengkakan
perikardial). Membran bukofaringeal yang membentuk dasar stomatodeum
pecah pada akhir minggu ketiga. Kemudian terbentuk hubungan
7
komunikasi antara stomatodeum dengan ujung kranial usus yang disebut
faring (Sadler, 2000).
(a)
(b)
Pertumbuhan Dan Perkembangan Procordal Plate
(1) Future prosencephalon, (2) Notochord, (3) Neural tube, (4)
Pericardial cavity, (5) Cardiac tube, (6) Pharyngeal membrane (dahulu
prechordal plate), (6) Extraembryonic mesoderm, (7) Throat, (8)Septum
transversum
b. Pembentukan dan peran pharyngeal arch
Selama pembengkokan embrio, beberapa hari kemudian terjadi
akumulasi mesensim di regio foregut pada kedua sisi yang kemudian
menjadi pharyngeal arches. Mula-mula branchial arch/pharyngeal arch I,
kemudian disusul dengan pembentukan branchial arch II hingga branchial
arch VI. Namun branchial arch IV bergabung dengan branchial arch VI.
Branchial arch/pharyngeal arch tampak dalam perkembangan minggu
ke-4 dan ke-5 dan tidak ikut membentuk leher. Pharyngeal arch berperan
8
penting dalam pembentukan kepala. Pada akhir minggu keempat, pusat
wajah dibentuk stomodeum, yang dikelilingi oleh pasangan pertama
pharyngeal arch. Ketika janin berusia 4 ½ minggu, dapat dikenali lima
tonjolan mesenkim. Setiap pharyngeal arch terdiri atas sebuah inti
jaringan mesenkim, yang di sebelah luarnya dibungkus oleh ektoderm
permukaan dan di sebelah dalamnya oleh epitel yang berasal dari
endoderm. Setiap pharyngeal arch mempunyai unsur ototnya sendiri.
Unsur otot masing-masing lengkung membawa sarafnya sendiri, dan
kemanapun sel otot ini bermigrasi akan membawa unsur saraf kranial.
Selain itu, setap lengkung punya unsur arterinya sendiri (Sadler, 2000).
Gambar Pharyngeal Arch
(1) First pharyngeal arch (mandibular arch), (2) Second pharyngeal arch
(hyoid arch), (3) Third pharyngeal arch, (4) Fourth pharyngeal arch, (5)
Pharyngeal pouches, (6) Pharyngeal folds.
c. Pembentukan Nassal Cavity
Selama minggu kelima, stomatodeum dikelilingi oleh sejumlah
penonjolan mesensim atau prosesus. Di sebelah kranial terdapat prosesus
frontonasalis. Di sebelah lateral terdapat sedikit peninggian yang
berbentuk segitiga yang disebut dengan prosesus maksilaris. Kemudian di
sebelah kaudal terdapat prosesus mandibularis dari lengkung branchialis 1.
Pada permukaan frontonasalis, ektoderm mengalami penebalan
bilateral membentuk permukaan kepala bagian anterior di atas mulut,
disebut nasal plachodes (olfactory plachodes) kemudian menjadi epitel
olfactorius. Terjadinya diferensiasi jaringan di bawahnya menyebabkan
9
tepi-tepi di sekitar plachode meninggi disebut prosesus nasalis medialis
dan lateralis. Prosesus nasalis medialis meluas lebih ke arah kaudal di
bagian lateral, sehingga tampak menonjol. Nasal plachode membentuk
dasar cekungan diantara prosesus-prosesus disebut pit olfactorius (pit
nasal), yang nantinya akan menjadi rongga hidung (Sadler, 2000).
Gambar Pembentukan Nasal Cavity
Pembentukan Pit nasal
Pit nasal teretak diantara pembentukan fold nasal medial dan lateral.
Fold nasal medial dan bagian inferior daripembengkakan forebrain,
membentuk prosesus frontonasal. Pinggiran fold nasal lateral memisahkan
nasal pit dari mata yang sedang berkembang. Nasal pit yang lebih dalam
membentuk nasal sacs. Sacs terpisah dari atap stomatodeum oleh
membran tipis yaitu bucconasal membran, pecah membentuk posterior
nares. Posterior primitive nasal cavity akhirnya berhubungan dengan
10
stomatodeum. Ada invasi mesensim antara nares anterior dan posterior
yaitu primary palate kemudian membentuk pemisah pertama antara
stomatodeum dan primitive nasal cavity (Sadler, 2000).
Gambar Pembentukan pit nasal
d. Pertumbuhan dan perkembangan palatum
Ada tiga elemen yang membentuk palatum sekunder, yaitu dua lereng
palatum rahang atas lateral dan palatum primer dari tonjolan frontonasal
yang mulanya terpisah jauh, karena orientasi vertikal dari lereng lateral
pada setiap sisi lidah. Selama minggu ke-8 intra uterin, terjadi perubahan
letak lereng lateral, dari vertikal ke horizontal, sebagai permulaan dari
penggabungan dan pemisahan ruang oronasal.
Perubahan dari posisi vertikal ke horisontal selesai dalam beberapa
jam. Beberapa mekanisme diperkirakan untuk pengangkatan lereng palatal
yang cepat ini, termasuk perubahan biomekanis pada konsistensi fisik
matrik jaringan ikat dari lereng; variasi vaskulator dan aliran darah ke
struktur, kenaikan yang mendadak pada turgor jaringan; pertumbuhan
mitotik yang cepat; ’gaya lereng intrinsik’ dan gerak otot. Masuknya
wajah embrio dalam hubungannya dengan jantung, melalui tegaknya
11
kepala, memungkinkan terbukanya rahang. Reflek membuka mulut
tercermin pada gerak menarik lidah dari antara lereng-lereng vertikal, dan
perbedaan tekanan antara daerah hidung dan mulut, karena kontraksi otot
lidah dapat berperan pada pengangkatan lereng palatal.
Selama penutupan palatum,mandibula akan menjadi prognatik,
dimensi vertikal ruang stomodeal bertambah, tetapi lebar maksila tetap
stabil, memungkinkan terjadinya kontak antar lereng. Juga, pertumbuhan
ke depan dari tulang rawan Meckel, akan mendorong lidah lebih ke
depan, bersamaan dengan pengangkatan bagian atas wajah.
Epitelium yang menutupi tepi-tepi lereng palatal, menebal dan
penggabungannya sangat penting untuk perkembangan palatum yang utuh.
Penggabungannya juga terjadi antara permukaan dorsal dari lereng palatal
dan tepi bawah garis tengah septum nasal. Garis sambung mulanya
terbentuk di depan pada daerah palatum keras, dan nantinya menyatu
dengan daerah palatum lunak. Mekanisme kontak adhesif, penggabungan
dan degenerasi epitelium, belum jelas diketahui (Sadler, 2000).
Palatum dibagi menjadi 2:
1) Palatum primer : dibentuk oleh intermaxillary segment (fusi dari
prosesus nasalis medialis) yang berkembang ke arah medial dan
caudal membentuk palatum primer, septum nasi, premaxilla, dan
philtrum
2) Palatum sekunder : dibentuk antara minggu ke-7 dan ke-8 intra
uterin dan disebut juga prosesus palatinus lateralis berasal dari
prosesus maxillaris. Mula-mula palatum sekunder berkembang ke
arah kaudal karena masih adanya lidah embrio. Namun setelah
rahang bawah berkembang, maka ruang bertambah besar, sehingga
lidah turun. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan palatum sekunder dapat berkembang ke arah mid
line dan berfusi. Selain itu septum nasi mengadakan fusi dengan
kedua palatum sekunder.
12
Gambar pertumbuhan dan perkembangan palatum
e. Pertumbuhan dan perkembangan lidah
Lidah dibentuk pada minggu ke-4 sampai ke-9 intra uterin. Mengalami
pertumbuhan ke dasar mulut membawa saraf dan suplai darah dari daerah
posterior dan berkembang ke anterior, 2/3 anterior berasal dari pharyngeal
arch I, 1/3 posterior dari pharyngeal arch II & III. Otot-otot lidah berasal
dari proses embrionik yang berbeda disebut occipital myotomes.
Lidah muncul pada dinding ventral orofaring primitif, dari batas dalam
lengkung brankial pertama. Membran mukosa orofaringeal muncul ke
mulut sedang berkembang sebagai kantung yang membengkak,dari hasil
masuknya jaringan otot dari somit osipital.
Selama minggu ke-4 intra uterin, sepasang penebalan lateral dari
mesensim muncul pada permukaan dalam lengkung brankial pertama,
13
untuk membentuk pembengkakan lingual. Antara dan di balik
pembengkakan ini, munculah eminensia medial, tuberkulum impar
(tuberkel tidak berpasangan), yang tepi kaudalnya ditandai dengan pit
buta. Pit ini foramen caecum menandai daerah asal divertikulum tiroid,
suatu duktus endodermal yang muncul selama periode somit.
Divertikulum bergeser ke kaudal, di ventral faring sebagai duktus
tiroglossu, yang membentuk bifurkasi serta terbagi untuk membentuk
kelenjar tiroid. Kelenjar turun untu mencapai tinggi yang tepatdi kaudal
tulang rawan tiroid, pada akhir minggu ke-7 intra uterin. Duktus tiroglosus
umumnya terdisintegrasi dan hilang antara minggu ke 5-10 intra uterin.
Perlekatan kaudal dari duktus dapat tetap ada sebagai lobus piramidal dari
kelenjar tiroid.
Pembengkakan lingual bertumbuh dan bergabung satu sama lain,
mengelilingi tuberkulum impar, untuk membuat derivat mukosa
ektodermal dari tubuh (dua per tiga bagian depan) lidah. Di sekitar
tepipenggabungan pembengkakan lingual yang menonjol, terdapat
proliferasi epitelial ke mesensim di bawahnya. Degenerasi sel sentral dari
lamina berbentuk tapal kuda ini, membentuk sulkus, groove
linguogingival, yang mmebebaskan tubuh lidah dari dasar mulut, kecuali
dari frenulum garis tengah lidah.
Dasar ventral lengkung brankial kedua, ketiga, dan keempat naik ke
tonjolan midventral tunggal yang disebut kopula (kuning telur). Bagian
belakang tonjolan ini disebut eminensia hipobrankial. Mukosa endodermal
dari lengkung brankial kedua sampai keempat dan kopula menghasilkan
penutupan untuk akar (sepertiga belakang) lidah. Sulkus terminalis
berbentuk v, yang apeknya adalah foramen caecum, memisahkan tubuh
lidah bergerak dari akrnya yang cekat. Garis sulkus terminalis ditandai
dengan 8-12 papila sirkumvalata, yang terbentuk pada bulan 2-5 intra
uterin. Mukosa permukaan dorsal tubuh lidah membentuk papila
fungiformis lebih cepat, pada minggu ke-11 intra uterin. Papilla filiformis
terbetuk lebih lama dan belum sempurna sampai postnatal. Pada saat lahir,
14
mukosa akar mengalami pembentukan celah dari benih gigi yang
bertumbuh ke tonsil lingual, penyempurnaan keadaan ini ditandai dengan
infiltrasi limposit.
Gambar Primordia lidah yang muncul pada dinding faring embrio berumur 4
minggu
Gambar Perkembangan lidah dan laringeal pada embrio berumur 7 minggu
Gambar potongan parasagital dari embrio berumur 5 minggu
f. Pertumbuhan dan perkembangan mandibula dan Sendi Temporomandibula
Tulang rawan dan tulang rangka mandibula terbentuk dari sel neural
crest embrionik yang muncul pada daerah midbrain dan hindbrain dari
lipatan neural. Sel-sel ini berpindah ke ventral, untuk membentuk tonjolan
15
mandibula (dan maksila) serta fasial, berdeferensiasi menjadi tulang dan
jaringan ikat.
Struktur utama yang terbentuk pada daerah rahang bawah adalah
cabang mandibula dari saraf trigeminal yang mendahului kondensasi
ektomesensimal, untuk membentuk lengkung brankial (mandibula)
pertama. Mandibula berasal dari membran osifikasi dan osteogenik yang
terbentuk dari kondensasi ektomesensimal pada hari perkembangan 36-38.
Ektomesensimal mandibula ini harus berinteraksi mulanya dengan
epitelium lengkung mandibula, sebelum terjadinya osifikasi primer; tulang
intramembranosis hasilnya, terletak di samping tulang rawan Meckel dari
lengkung brankial pertama (mandibula). Pusat osifikasi tunggal untuk
setiap setengah mandibula, muncul pada minggu ke-6 intra uterin pada
daerah bifurkasi saraf alveolar inferior dan arteri ke cabang mentalis dan
insisivus. Membran osifikasi terletak di samping tulang rawan Meckel dan
bundel neurovaskularnya. Osifikasi meluas dari pusat primer di bawahdan
sekitar saraf alveolar inferior dan cabang insisivusnya, dan ke atas, untuk
mmebentuk saluran bagi gigi sdang bertumbuh. Menyebar dari osifikasi
intramembranosis ke dorsal dan ventral, terbentuk tubuh dan ramus
mandibula. Tulang rawan Meckel menjadi dikelilingi dan dikepung oleh
tulang. Osifikasi berhenti di dorsal pada daerah yang akan menjadi lingula
mandibula, dari tempat ini tulang rawan Meckel terus berjalan ke telinga
tengah. Adanya bundel neurovaskular memastikan terbetuknya foramen
mandibula dan kanalis serta foramen mentalis.
Tulang rawan asesoris sekunder muncul antara minggu ke-10 dan 14
intra uterin untuk membentuk kepala condyle, bagian dari prosesus
koronoid, dan protruberan mentalis. Tulang rawan condylar seunder
muncul selama minggu ke-10 intra uterin sebagai struktur berbentuk konus
pada daerah ramal. Tulang rawan condyle berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan yang penting ramus dan tubuh mandibula. Bentuk dan
ukuran mandibula fetus yang kecil akan mengalami perubahan selama
pertumbuhan dan perkembangan. Ramus asenden mandibula neonatal
16
rendah dan lebar, prosesus koronoideanya cukup besar dan menonjol ke
atas condyle, tubuhnya merupakan kepompong terbuka yang mengandung
benih dan sebagian mahkota gigi susu, kanalis mandibularis berjalan
cukup rendah pada tubuh. Pemisahan awal pada tubuh kiri dan kanan
mandibula pada garis tengah simpisis meniti garis tengah, perlahan-lahan
hilang antara bulan ke empat sampai duabelas postnatal, ketika osfikasi
merubah sindesmosis menjadi sinostosis, menggabungkan bagian tersebut.
Sendi temporomandibula merupakan hasil perkembangan sekunder
baik pada riwayat evolusinya (pilogenetik) maupun embriologi
(ontogenetik). Sendi antara maleus dan inkus yang terbentuk pada ujung
dorsal tulang rawan Meckel adalah sendi rahang primer. Dengan adanya
perkembangan lebih lanjut, sendi Meckel primer ini akan kehilangan
hubungan dengan mandibula. Sendi temporomandibula terbentuk sebagai
suatu mekanisme sendi rahang yang sama sekali baru dan terpisah.
Perkembangan embriologi dari sendi temporomandibula berbeda
dengan sendi sinovial lainnya. Sebagian sendi senovial berbentuk
sempurna pada minggu ke-7 intra uterin, tetapi sendi temporomandibula
belum terbentuk saat itu. Sendi temporomandibula terbentuk dari blastem
temporal dan condylar yang terpisah jauh, yang bertumbuh dari kapsul
otak. Blastema condyle berasal dari tulang rawan condyle sekunder
mandibula. Karena tulang rawan Meckel tidak berperan dalam
perkenbangan condyle mandibula, tulang tidak ikut berperan pada
pembentukan sendi temporomandibula.
17
Proses pembentukan mandibula dan sendi temporomandibular
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah
a. Faktor lingkungan
Terdiri dari hubungan gizi dan biokimia, lingkungan fisik, temperatur,
tekanan hidrasi, dsb (Sperber, 1991). Beberapa contoh faktor lingkungan
yang memungkinkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan dan
perkembangan wajah sebagai berikut :
1) Radiasi
Radiasi pengion mematikan sel-sel yang berpoliferasi pesat sehingga
radiasi ini adalah tertatogen kuat, menimbulkan hampir semua jenis
cacat lahir bergantung pada dosis dan stadium perkembangan konseptus
saat pajanan terjadi. Radiasi dari ledakan nuklir juga teratogenik. Di
18
antara para wanita hamil yang selamat dari ledakan bom atom di
Hirosima dan Nagasaki, 28% mengalami abortus, 25% melahirkan anak
yang meninggal dalam tahun pertama kehidupannya, dan 25%
melahirkan anak dengan cacat lahir parah yang mengenai sistem saraf
pusat. Radiasi juga adalah agen mutagenik dan dapat menyebabkan
perubahan genetik pada sel germinativum dan malformasi selanjutnya.
2) Bahan Kimia
Peran bahan kimia dan obat farmasi dalam pembentukan kelainan pada
manusia sulit dinilai karena dua alas an: (a) sebagian besar penelitian
bersifat retrospektif, mengandalkan ingatan ibu tentang riwayat pajanan
dan (b) wanita hamil mengonsumsi banyak obat farmasi. Suatu studi
oleh National Institutesof Health menemukan bahwa wanita hamil
menggunakan 900 obat yang berbeda, dengan rata-rata 4 obat per
wanita. Hanya 20% wanita hamil yang tidak menggunakan obat selama
kehamilan mereka. Bahkan dengan penggunaan bahan kimia yang luas
ini, relative sedikit dari banyak obat yang digunakan selama kehamilan
yang terbukti positif bersifat teratogenik. Salah satu contoh adalah obat
anti kejang misalnya fenobarbital dan difenilhidantoin yang diberikan
selama kehamilan meningkatkan resiko langit-langit sumbing. Selain
itu, Kerentanan dan mudah mati sel krista neuralis oleh senyawa seperti
alkohol dan asam retinoat yang menyebabkan cacat kraniofasial, seperti
: sindrom treacher collins (disostosis mandibulofasialis) (Sader, 2009).
b. Faktor Genetik
Terdiri dari genetik bawaan dan mekanisme genetik. Jika terjadi kelainan
pada faktor ini dapat mengakibatkan gangguan kraniofasial diantaranya
adalah bibir sumbing, Treacher Collin sindrom, dawn syndrome dll
(Sperber, 1991).
19
c. Faktor Tekanan Fungsional
Merupakan tekanan ektrinsik dan intrinsik dari otot, organ yang terletak
pada suatu ruang dan kavitas, serta perluasan pertumbuhan (Sperber,
1991).
3. Gangguan Yang Terjadi Pada Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Wajah
Proses pertumbuhan dan perkembangan wajah tidak selalu sempurna,
banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi suatu gangguan
atau kelainan dalam proses tersebut.
Jenis Abnormalitas
a. Malformasi : terjadi selama pembentukan struktur sebagai contoh selama
organogenesis. Kelainan ini dapat menyebabkan ketiadaan suatu struktur
secara total atau parsial atau perubahan konfigurasi normal suatu struktur.
Malformasi disebabkan oleh faktor lingkungan dan / atau genetik yang
bekerja secara independen atau bersamaan. Kebanyakan malformasi
berawal pada minggu ke – 3 sampai ke – 8 kehamilan. Beberapa contoh
dari malformasi :
1) Hemangioma kapilaris, adalah kumpulan pembuluh darah kapiler
yang abnormal padat yang merupakan tumor tersering pada masa
bayi. Tumor ini paling sering berkaitan dengan struktur kraniofasial.
Lesi di wajah dapat bersifat fokal atau difus, dengan lesi difus lebih
sering menimbulkan penyulit sekunder, termasuk ulserasi,
pembentukan jaringan parut, dan obstruksi saluran nafas
(Hemangioma mandibula).
20
(A) Hemangioma kapilaris fokal, (B) Hemangioma kapilaris difus yang
mengenai rongga mulut
2) Sumbing Wajah, bibir sumbing dan langit-langit sumbing adalah
cacat yang sering ditemukan dan menyebabkan kelainan penampakan
wajah dan gangguan bicara. Cacat – cacat ini disebabkan oleh tidak
menyatunya sebagian atau seluruh prominensia maksilaris dengan
prominensia nasalis mediana di satu atau kedua sisi. Langit – langit
sumbing terjadi karena gagalnya penyatuan bilah-bilah yang mungkin
disebabkan oleh ukuranya yang terlalu kecil, kegagalan bilah-bilah
palatum yang meninggi, hambatan terhadap proses penyatuan itu
sendiri, atau kegagalan lidah untuk turun dari antara kedua bilah
palatum karena mikrognatia (Langman, 2012). Mikrognatia adalah
kerdilnya rahang terutama pada bagian mandibula (Sperber, 1991).
Faktor yang mempengaruhi kegagalan penyatuan bilah-bilah palatum
ini adalah bahan kimia, yaitu ibu yang menggunakan diazepam
selama kehamilan. Sumbing yang hanya mengenai bibir dinamakan
cheiloschisis. Sumbing bibir umumnya terjadi pada minggu 6-7
intrauterin, sesuai dengan waktu perkembangan bibir normal dengan
terjadinya kegagalan penetrasi dari sel mesodrmal pada groove epitel
di antara processus nasalis medialis dan lateralis. Lebih sering terjadi
pada bayi laki-laki dan lebih sering pada bagian kiri dari pada kanan
21
(2:1). Sumbing pada bibir bawah selalu di bagian tengah akibat
gagalnya perpaduan kedua processus mandibularis (Janti, 2008).
(A) Bibir sumbing inkomplit, (B) Bibir sumbing bilateral, (C) Sumbing di
bibir, rahang, dan palatum, (D) Sumbing pada palatum, (E) Sumbing
wajah oblik
3) Mikrosefalus, adalah kubah kranium yang lebih kecil dari normal
karena ukuran kranium bergantung pada pertumbuhan otak, cacat
yang mendasarinya adalah kelainan pembentukan otak. Faktor
penyebab kelainan ini bervariasi,karena faktir genetik atau karena
gangguan pranatal misalnya infeksi atau pajanan ke obat atau
teratogen lain.
Mikrosefalus
22
4) Hidrosefalus, ditandai oleh akumulasi abnormal cairan cerebro spinal
di dalam sistem ventrikel. Faktor penyebab hidrosefalus yaitu
obstruksi sylvius. Obstruksi ini akan menghambat cairan
cerebrospinal ventrikel lateral dan ventrikel ke-3 mengalir ke dalam
ventrikel ke-4 kemudian ke ruang subaraknoid, tempat cairan tersebut
seharusnya diserap. Akibatnya cairan menumpuk di ventrikel lateral
dan menekan otak dan tulang tengkorak. Karena sutura kranium
belum menyatu, ruang diantara tulang-tulang tersebut melebar
sehingga kepala membesar. Kelainan ini dapat terjadi akibat infeksi
janin oleh toksoplasma.
Hidrosefalus
5) Holoprosensefalus, merupakan defisiensi di garis tengah struktur-
struktur kraniofasial. Pada anak dengan gangguan ini, otak depan
kecil, kedua ventrikel sering menyatu menjadi satu ventrikel, dan
mata berdekatan (hipotelorisme). Pada beberapa kasus sering diiringi
dengan kelainan Siklopia (mata tunggal/satu) dan Sinoftalmia
(penyatuan mata). Gangguan ini dapat terjadi karena faktor kebiasaan
ibu dengan konsumsi alkohol yang berlebihan pada periode minggu
ketiga kehamilan, sehingga dapat mematikan sel-sel di garis tengah
anterior diskus germinativum. Proses kematian ini dicapai 2 minggu
23
setelah pembuahan, tahap ini tercapai sekitar 4 minggu dari haid
terakhir. Karena itu, wanita yang bersangkutan mungkin belum
menyadari bahwa ia hamil.
Holoprosensefalus
b. Disrupsi : menyebabkan perubahan morfologis pada struktur yang sudah
terbentuk dan disebabkan oleh proses destruktif. Gangguan vascular yang
menyebabkan atresia usus dan cacat yang ditimbulkan oleh pita amnion
adalah contoh dari faktor-faktor perusak yang menyebabkan disrupsi
(Sadler, 2012).
c. Deformasi : terjadi karena gaya mekanis yang ‘mencetak’ suatu bagian
janin dalam jangka lama. Clubfeet, sebagai contoh, disebabkan oleh
penekanan pada rongga amnion. Deformasi sering mengenai sistem
musculoskeletal dan mungkin pulih setelah lahir (Sadler, 2012).
d. Sindrom : Kumpulan anomali yang terjadi bersamaan dan memiliki satu
penyebab spesifik. Kata ini menunjukkan diagnosis telah ditegakkan dan
risiko kekambuhan (pada kehamilan selanjutnya) diketahui (Sadler, 2012).
Beberapa contoh dari sindrom, antara lain :
Sidrom yang ditimbulkan akibat sel krista neuralis dan cacat kraniofasial
Sel krista neuralis sangat penting dalam pembentukan sebagian besar
regio kraniofasial. Karena itu, gangguan pada perkembangan sel-sel krista
neuralis menimbulkan malformasi kraniofasial yang parah. Karena sel
24
krista neuralis juga ikut berperan dalam pembentukan bantalan
endokardium konotrunkal yang memisahkan saluran aliran keluar jantung
menjadi saluran pulmonal dan aorta, banyak bayi dengan cacat
kraniofasial juga mengidap kelainan jantung, termasuk trunkus arteriosus
persisten, tetralogi fallot, dan transportasi pembuluh darah besar. Contoh
cacat kraniofasial yang melibatkan sel krista neuralis adalah:
1) Sindrom Treacher Collins (disostosis mandibulofasialis) ditandai oleh
hipoplasia malar akibat kurang berkembangnya os zigomatikum,
hipoplasia mandibula, fisura palpebra miring ke bawah (down-
slanting), koloboma kelopak mata bawah, dan malformasi telinga
luar. Sindrom Treacher Collins diwariskan sebagai sifat dominan
otosom, dengan 60% kasus timbul karena mutasi baru. Namun, pada
hewan laboratorium dapat diciptakan phenocopies (fenotip serupa)
dengan pemberian asam retinoat dosis teratogenik yang
mengisyaratkan bahwa sebagian kasus pada manusia mungkin
disebabkan oleh teratogen (Sadler, 2012).
2) Sekuens Robin dapat timbul secara independen atau berkaitan dengan
sindrom dan malformasi lain. Seperti sindrom Treacher Collins,
Sekuens Robin mengubah struktur arkus pertama, dengan
pembentukan mandibula yang paling parah terkena. Bayi biasanya
mengidap trias mikrognatia, langit-langit sumbing, dan glosoptosis
(lidah terletak di posterior). Sekuens robin dapat disebabkan oleh
faktor genetik atau lingkungan. Kelainan ini juga dapat terjaid sebagai
suatu deformasi, misalnya ketika dagu tertekan ke dada pada kasus
oligohidramnion. Cacat primer mencakup gangguan pertumbuhan
mandibula, dan akibatnya, lidah yang terletak di posterior yang gagal
turun di antara bilah-bilah palatum (palatine shelves), menghambat
penyatuannya. Sekuens Robin terjadi pada sekitar 1/8.500 kelahiran
(Sadler, 2012).
3) Anomali DiGeorge terjadi pada sekitar 1/2000 sampai 1/3000
kelahiran dan mencerminkan contoh paling parah dari kumpulan
25
gangguan yang juga mencakup sindrom velokardiofasialis dan
conotruncal anomalies face syndrome (sindrom wajah anomali
konotrunkal). Semua kelainan ini adalah bagian dari suatu spektrum
yang disebut sindrom delesi 22q karena terjadi akibat delesi di lengan
panjang kromosom 22. Pasien dengan anomali DiGeorge lengkap
mengalami defisiensi imunologis, hipokalsemia, dan prognosisnya
burut. Penyebab cacat adalah kelainan perkembangan sel krista
neuralis yang ikut berperan dalam membentuk semua struktur yang
terkena. Selain penyebab genetik, pajanan ke retinoid (vitamin A),
alkohol, dan diabetes ibu dapat menimbulkan kecacatan ini (Sadler,
2012).
4) Spektrum Okuloaurikulovertebra (sindrom Goldenhar) mencakup
sejumlah kelainan kraniofasial yang biasanya mengenai maksila, os
temporale, os zigomatikum, yang menjadi kecil dan datar. Cacat
telinga (anotia dan mikrotia), mata (tumor dan dermoid di bola mata),
dan vertebra (penyatuan dan hermevertebrae serta spina bifida) sering
ditemukan pada pasien-pasien ini. Asimetri ditemukan pada 65%
kasus yang terjadi pada 1/5.600 kelahiran. Malformasi lain yang
dijumpai pada 50% kasus, mencakup kelainan jantung, seperti
tetralogi Fallot dan cacat septum ventrikel. Penyebab mikrosomia
hemifasial tidak diketahui (Sadler, 2012).
26
(A) Sindrom Treacher Collins, (B) Sekuens Robin, (C) Anomali
DiGeorge, (D) Sindrom Goldenhar
e. Asosiasi (keterkaitan) : munculnya dua atau lebih anomali yang timbul
lebih sering dibandingkan jika terjadi hanya secara kebetulan, tetapi
penyebabnya belum diketahui (Sadler, 2012).
KESIMPULAN
Pertumbuhan dan perkembangan janin diawali dengan adanya proses
fertilisasi. Kemudian dilanjutkan dengan proses trilaminary disc layers dan
proses terjadinya neural crest yang akan berperan pada pembentukan jaringan
yang spesifik. Kemudian masuk ke pertumbuhan dan perkembangan wajah,
dimulai dari proses awal pembentukan prochordal plate, pembentukan pharingeal
arch, pembentukan nasal cavity, pertumbuhan dan perkembangan palatum,
pertumbuhan, dan perkembangan lidah serta pertumbuhan dan perkembangan
mandibula dan TMJ. Faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan wajah sendiri diantaranya adalah faktor genetik, faktor lingkungan,
dan tekanan fungsional. Dalam pembentukan dan perkembangan wajah juga
didapatkan bermacam-macam gangguan seperti cleft lip, cleft palate, hidrosefalus,
holoprosensefalus, mikrosefalus, dsb.
27
DAFTAR PUSTAKA
Dixon, Andrew D. 2000. Anatomi untuk Kedokteran Gigi :Edisi 5. Jakarta :
Hipokrates
Sadler, T. W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta : EGC.
Sadler, T. W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta : EGC.
Sadler, T. W. 2012. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta : EGC.
Sperber, G.H.. 1991. Crabiofacial Embriology. Jakarta : Hipokrates
Sudiono, Janti. 2008. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta :
EGC
Van Rensburg, jansen. 1997. Biologi Oral
28