laporan tutorial skenario b blok ii [revisi]

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok etika, hukum, dan komunikasi medik adalah blok kedua pada semester I dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada blok ini diajarkan sikap seorang dokter yang sesuai dengan Kode Etik Kedokteran (KODEKI), kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan dokter, aspek etis dalam penanganan pasien sesuai standar profesi, serta cara komunikasi dengan pasien secara sungguh hati dan menunjukkan sikap empati. Selain itu juga sebagaimana kita ketahui bahwa program pembelajaran di FK UMP ini mengguunakan sistem pembelajaran KBK, sehingga diharapkan lulusan dokter dari FK UMP menjadi dokter yang mampu berkomunikasi dengan baik dan profesional kepada pasien dengan berorientasi pada KODEKI sebagai seorang dokter yang unggul dan islami. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan kasus Mr. X, yang ditemukan tidak sadarkan diri dengan luka di kepala nya. Polisi yang menemukan korban membawa nya ke Puskesmas terdekat, namun dokter puskesmas tidak berada ditempat. Dr. internship yang ada di tempat menolak menangani korban dengan alasan tidak memiliki Laporan Skenario B Blok II 1

Upload: natazsa-puri-gracia

Post on 05-Feb-2016

119 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Tutorial Mahasiswa Kedokteran Blok 2 tentang etika dan hukum kedokteran

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok etika, hukum, dan komunikasi medik adalah blok kedua pada

semester I dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada blok ini diajarkan

sikap seorang dokter yang sesuai dengan Kode Etik Kedokteran (KODEKI),

kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan dokter, aspek etis dalam

penanganan pasien sesuai standar profesi, serta cara komunikasi dengan pasien

secara sungguh hati dan menunjukkan sikap empati. Selain itu juga sebagaimana

kita ketahui bahwa program pembelajaran di FK UMP ini mengguunakan sistem

pembelajaran KBK, sehingga diharapkan lulusan dokter dari FK UMP menjadi

dokter yang mampu berkomunikasi dengan baik dan profesional kepada pasien

dengan berorientasi pada KODEKI sebagai seorang dokter yang unggul dan

islami.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang

memaparkan kasus Mr. X, yang ditemukan tidak sadarkan diri dengan luka di

kepala nya. Polisi yang menemukan korban membawa nya ke Puskesmas

terdekat, namun dokter puskesmas tidak berada ditempat. Dr. internship yang ada

di tempat menolak menangani korban dengan alasan tidak memiliki wewenang.

Polisi pun menitipkan korban di praktik seorang dokter dan meminta dokter untuk

melakukan visum. Beberapa saat kemudian datang dua orang yang tidak dikenal

dan mengaku sebagai keluarga, membawa korban dari praktik dokter.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode

analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Laporan Skenario B Blok II 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data tutorial

Tutor : Indri Ramayanti, S.Si, M.Kes

Moderator : Firdaus

Sekertaris meja : Elsa Agustin

Sekertaris papan : Altiara Risky Suciandari

Anggota : Vinitiara Surga

Dwi Puspita Sari

Suci Lahdia

Ona Putra Karisna

Rati Permata Sari

Ragil Putra Jaya Utama

Roseline Natazsa Puri Gracia

Evin puji pangestu

Waktu : 1. Selasa, 11 November 2014

2. Kamis, 13 November 2014

Pukul : 08.00 – 10.30 WIB

Peraturan :

1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen

3. Menyebutkan nama ketika menyampaikan pendapat

4. Sopan dan penuh tata krama dalam mengemukakan pendapat

5. Izin saat akan keluar ruangan

2.2 Skenario Kasus

Mr. X, tanpa identitas, ditemukan dalam keadaan tidak sadar dengan

luka kepala di depan halaman Polisi sektor Pemulutan Kab. Ogan Ilir. Polisi

langsung membawa Mr. X yang sekarat ke puskesmas kertapati kota

palembang yang letaknya lebih dekat dibandingkan Puskesmas Pemulutan.

Akan tetapi, di Puskesmas Kertapati hanya ada dokter internship sedangkan

Laporan Skenario B Blok II 2

dokter puskesmas tidak berada ditempat padahal masih jam kerja. Dokter

internship menolak mengobati Mr. X dengan alasan tidak memiliki wewenang.

Polisi menitipkan Mr. X ke praktik dokter yang terletak di seberang

Puskesmas dan meminta secara lisan agar doketer mengobati Mr. X dan

membuat visum luar karena Polisi akan kembali ke kantornya untuk mengurus

surat permintaan visum dan mencari keluarga Mr. X.

Beberapa jam kemudian, dua orang mengaku sebagai keluarga Mr. X datang

ke praktik dokter untuk membawa Mr. X ke Rumah sakit. Dokter

menyerahkan Mr. X yang masih tidak sadar tanpa diketahui oleh Polisi.

2. 3 Klarifikasi Istilah

1. Identitas : Memiliki gambaran diri yang jelas meliputi sejumlah

tujuan yang ingin dicapai, nilai, dan kepercayaan

yang dipilih oleh individu tersebut (Waterman, 1984).

2. Tidak sadar : Gangguan kesadaran atas diri sendiri dan sekitar nya

(Kamus Kesehatan, 2014).

3. Luka : Hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang

disebabkan oleh trauma benda tajam/tumpul,

perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

listrik/gigitan hewan (Hidayat, 1997).

4. Sektor : Lingkungan suatu usaha (Tim Redaksi KBBI, 2008).

5. Sekarat :Keadaan saat – saat menjelang kematian (Tim Redaksi

KBBI, 2008).

6. Puskesmas : Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan

pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat disamping

memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh

dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya

dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes, 1991).

7. Internship : Merupakan suatu program magang bagi dokter yang

baru menyelesaikan masa pendidikan profesi

(Anonim, 2014).

8. Mengobati : Memberi obat (Tim Redaksi KBBI, 2008).

Laporan Skenario B Blok II 3

9. Wewenang : Hak dan kekuasaan untuk bertindak (Tim Redaksi

KBBI, 2008).

10. Visum : Tanda melihat atau melihat yang artinya

penandatanganan dari barang buti tentang segala hal

yang ditemuan, disetujui, dan disahkan.

(Ranoemihardja, 1983:10)

11. Rumah sakit : Institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 29, 2004).

12. Praktik : Cara melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang

dikemukakan dalam teori (Komaruddin, 2006: 200).

2.4 Identifikasi Masalah

1. Mr. X, tanpa identitas, ditemukan dalam keadaan tidak sadar dengan

luka kepala, Polisi langsung membawa Mr. X yang sekarat ke

puskesmas kertapati kota palembang yang letaknya lebih dekat

dibandingkan Puskesmas Pemulutan. Akan tetapi, di Puskesmas

Kertapati hanya ada dokter internship sedangkan dokter puskesmas

tidak berada ditempat padahal masih jam kerja.

2. Dokter internship menolak mengobati Mr. X dengan alasan tidak

memiliki wewenang.

3. Polisi menitipkan Mr. X ke praktik dokter yang terletak di seberang

Puskesmas dan meminta secara lisan agar doketer mengobati Mr. X

dan membuat visum luar karena Polisi akan kembali ke kantornya

untuk mengurus surat permintaan visum dan mencari keluarga Mr. X.

4. Beberapa jam kemudian, dua orang mengaku sebagai keluarga Mr. X

datang ke praktik dokter untuk membawa Mr. X ke Rumah sakit.

Dokter menyerahkan Mr. X yang masih tidak sadar tanpa diketahui

oleh Polisi.

Prioritas Masalah : Dokter internsip menolak mengobati Mr. X dengan

alasan tidak memiliki wewenang. Pemilihan prioritas masalah ini

Laporan Skenario B Blok II 4

dikarenakan penolakan dokter terhadap Mr. X bisa mengancam nyawa

pasien karena pasien mengalami luka dikepala, dalam keadaan tidak

sadar dan sekarat. Pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency)

seharusnya mendapatkan perawatan sesegera mungkin guna

menyelamatkan nyawa pasien. Penolakan dokter internship ini juga

telah melanggar sumpah dokter yang telah diucapkan nya yaitu “saya

akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien”.

2.5 Analisis Masalah dan Sintesis

1. Mr. X, tanpa identitas, ditemukan dalam keadaan tidak sadar dengan

luka kepala, Polisi langsung membawa Mr. X yang sekarat ke

puskesmas kertapati kota palembang yang letaknya lebih dekat

dibandingkan Puskesmas Pemulutan. Akan tetapi, di Puskesmas

Kertapati hanya ada dokter internship sedangkan dokter puskesmas

tidak berada ditempat padahal masih jam kerja.

a) Bagaimana pertolongan pertama pada pasien gawat darurat ?

Jawab :

Penilaian keadaan korban gawat darurat dan prioritas terapi

dilakukan berdasarkan jenis perlakuan, stabilitas tanda-tanda vital.

Pada korban gawat darurat luka parah, prioritas terapi diberikan

berurutan berdasarkan penilaian:

C. Circulation (+ kontrol perdarahan)

A. Airway (+ C spine control)

B. Breathing (+ventilation)

D. Disability (GCS, & tanda lateralisasi)

E. Exposure (membuka pakaian &bila perlu x-ray)

Sumber: (Sudiharto,2011)

b) Bagaimana peraturan jam kerja praktik dokter di puskesmas ?

Jawab :

Jam kerja dokter dipuskesmas mengikuti jam operasional

dari puskesmas. Terdapat perbedaan jam operasional dari berbagai

macam puskesmas. Namun biasa nya puskesmas buka dari jam

Laporan Skenario B Blok II 5

07.30-16.00 WIB. Contoh nya Puskesmas Cempaka Putih Barat I,

jam operasional puskesmas ini adalah jam 07.30-16.00 WIB, namun

ada pula puskesmas yang beroperasi 24 jam dan menyediakan

pelayanan rawat inap contoh nya Puskesmas Tanah Abang Jakarta

Pusat. Pada Puskesmas Cempaka Putih Barat I jam 13.00 WIB

diadakan pelayanan administrasi seperti pembuatan kartu BPJS,

laporan penyakit DBD, pertemuan kader posyandu, dll. Sementara

untuk pelayanan gigi, puskesmas melayani pada jam 08.00-12.00

WIB karena pembersihan alat pelayanan gigi dibersihkan dan

disterilkan selama 4 jam.

Sumber: (Harian Terbit, 2014).

c) Apa sanksi jika dokter tidak disiplin dalam menjalankan tugas ?

Jawab :

Pasal 28

(1). Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat

(2) huruf (b) dapat berupa:

1. pemberian peringatan tertulis;

2. rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat

Izin Praktik; dan/atau

3. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi

pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

(2). Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat

Izin Praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

dapat berupa rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi

atau Surat Izin Praktik sementara selama-lamanya 1 (satu)

tahun, atau rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi

atau Surat Izin Praktik tetap atau selamanya.

(3). Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi

pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa:

1. pendidikan formal;

2. pelatihan dalam pengetahuan dan atau keterampilan,

magang di institusi pendidikan atau sarana pelayanan

Laporan Skenario B Blok II 6

kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan kesehatan

yang ditunjuk, sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan dan

paling lama 1 (satu) tahun.

(4). Sebagai bukti telah melaksanakan kewajiban mengikuti

pendidikan atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf c ditetapkan oleh kolegium terkait.

Sumber : ( Yusa, 2006).

d) Bagaimana peraturan kodeki mengenai hal kasus gawat darurat ?

Jawab :

Dalam KODEKI terdapat butir – butir mengenai kasus gawat

darurat :

1. Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai

suatu tugas kemanusian, kecuali bila yakin ada orang lain

bersedia dan mampu mberikannya (pasal 13)

2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan

profesinya sesuai dengan standar frofesinya yang tertinggi (pasal

12)

3. Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya

melindungi hidup insani (pasal 7d)u.

4. Setiap dokter wajib bersikap tulus iklas dan mempergunakan ilmu

keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal tidak

mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pertolongan, atas

persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang

mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut (pasal 10)

5. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak

boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya

kebebasan dan kemandirian profesi (pasal 3)

6. Seorang dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di

bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat harus

saling menghormati ( pasal 9)

7. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar

senantiasa dapat

Laporan Skenario B Blok II 7

berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat

dan atau dalam masalah lainnya (pasal 11)

8. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang

diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien

itu meninggal dunia (pasal 12)

9. Setiap dokter harus memelihara kesehatanya supaya dapat

bekerja dengan baik (pasal 16)

Sumber: (Hanafiah, M.J dan Amir, A. 2008)

2. Dokter internship menolak mengobati Mr.X dengan alasan tidak

memiliki wewenang.

a) Apa saja hak dan wewenang dokter internship ?

Jawab :

Hak dokter internship

a. Memperoleh pelindungan hukum dalam mengikuti proses

belajar mengajar baik difakultas kedokteran, fakultas kedokteran

gigi maupun di Rumah Sakit Pendidikan danWahana Pendidikan

Kedokteransesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Memperoleh intensif di Rumah Sakit Pendidikan bagi

Mahasiswa Kedokteran jenjang pendidikan profesi lanjutan atau

spesialis atau subspesialis.

c. Memperoleh hak cuti akademik dan jam pendidikan klinis yang

tidak melebihi 48 (empat puluh delapan) jam dalam seminggu.

d. Memperoleh asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, dan asuransi

tanggung gugat dari penyelenggara pendidikan kedokteran; dan

e. Tidak mendapatkan kekerasan fisik dan psikologis selama

mengikuti Pendidikan Kedokteran.

f. Memperoleh insentif di Rumah Sakit Pendidikan;

g. Memperoleh hak cuti akademik dan jam pendidikan klinis yang

tidak melebihi 48 (empat puluh delapan) jam dalam seminggu;

h. Peserta PPDS atau PPDGS jenjang pendidikan profesi lanjutan

berhak memperoleh dana bantuan pendidikan dari Pemerintah

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

Laporan Skenario B Blok II 8

i. Memperoleh asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, dan asuransi

tanggung gugat dari penyelenggara pendidikan kedokteran.

Kewenangan dokter

Secara khusus, praktik kedokteran ini diatur di dalam UU

praktik kedokteran indonesia nomor 29 tahun 2004. Dalam

melaksanakan praktik ini, dokter memiliki wewenang ,hak dan juga

kwajiban.

Yang menjadi kewenangan dokter adalah :

1. Mewawancarai pasien

2. Memeriksa fisik dan mental pasien

3. Menentukan pemeriksaan penunjang

4. Menegakan diagnosis

5. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien

6. Melaksanan tindakan kedokteran

7. Menulis resep obat dan alat kesehatan

8. Menerbitkan surat keterangan dokter

9. Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan

10. Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien

Sumber: ( Permenkes Nomor 299, 2010)

b) Bagaimana tugas dan kewajiban dokter internship ?

Jawab :

Tugas seorang “dokter” adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa

penyakit pasien secara cepat dan memberikan terapi secara cepat

dan tepat.

b. Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien.

c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien

pada saat sehat dan sakit.

d. Menangani penyakit akut dan kronik.

e. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.

f. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke

RS.

Laporan Skenario B Blok II 9

g. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter

Spesialis atau dirawat di RS dan memantau pasien yang telah

dirujuk atau di konsultasikan.

h. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi

pasiennya.

i. Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai

pencegahan sakit.

j. Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan

pasien sekarang harus komprehensif, mencakup promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dokter berhak dan juga

berkewajiban melakukan tindakan tersebut untuk kesehatan

pasien. Tindakan promotif misalnya memberikan ceramah,

preventif misalnya melakukan vaksinasi, kuratif memberikan

obat/ tindakan operasi, rehabilitatif misalnya rehabilitasi medis.

k. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya

peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan

dan rehabilitasi.

l. Mawas diri dan mengembangkan diri/ belajar sepanjang hayat

dan melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu

kedokteran.

m. Tugas dan hak eksklusif dokter untuk memberikan Surat

Keterangan Sakit dan Surat Keterangan Berbadan Sehat setelah

melakukan pemeriksaan pada pasien.

Sumber: (Anonim, 2010)

Kewajiban internship

a. Aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan metode

pembelajaran.

b. Mengikuti seluruh rangkaian pendidikan kedokteran.

c. Menjaga etika profesi dan etika rumah sakit serta disiplin praktik

kedokteran.

d. Mengikuti tata tertib yang berlaku di lingkungan penyelenggara

pendidikan kedokteran, rumah sakit pendidikan, wahana

pendidikan lainya

Laporan Skenario B Blok II 10

e. Menghormati hak pasien dan menjaga keselamatan pasien.

Sumber : (Anonim, 2010).

c) Jelaskan apakah dalam kasus darurat pasien memerlukan informed

consent ?

Jawab :

Dalam kasus darurat seperti yang terdapat dalam skenario

dimana Mr. X harus mendapatkan pertolongan sesegera mungkin

karena luka di kepala nya untuk menyelamatkan jiwanya, serta

dalam keadaan tidak sadar dan tidak diketahui identitas beserta

keluarga nya tidak memerlukan persetujuan tindakan medik

(informed consent) dari siapapun. Ini sesuai dengan KODEKI, yaitu

dokter mengutamakan kesehatan pasien dan melindungi hidup

insane dan Permenkes No. 585 Tahun 1989 pasal 11, yang berbunyi

“Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh

keluarga terdekat secara medik berada dalam keadaan gawat dan

atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk

kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun”. Jenis

persetujuan ini disebut sebagai presumed consent. Artinya, apabila

pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan

yang akan dilakukan dokter.

Sumber : (Hanafiah, M.J dan Amir, A. 2008)

d) Apakah dibenarkan sikap dokter menolak mengobati pasien dalam

kasus ini ?

Jawab :

Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar

perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila

ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.

Penjelasan:

a. Menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan adalah

kewajiban yang mendasar bagi setiap manusia, utamanya bagi

profesi dokter atau dokter gigi di sarana pelayanan kesehatan.

Laporan Skenario B Blok II 11

b. Kewajiban tersebut dapat diabaikan apabila membahayakan

dirinya atau apabila telah ada individu lain yang mau dan

mampu melakukannya atau karena ada ketentuan lain yang

telah diatur oleh sarana pelayanan kesehatan tertentu.

Dasar:

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Pasal 51 huruf d;

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005

tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi Pasal 22

ayat (2).

Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien

tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan atau etika profesi.

Penjelasan:

1. Tugas dokter atau dokter gigi sebagai profesional medik adalah

melakukan pelayanan kedokteran.

2. Beberapa alasan yang dibenarkan bagi dokter atau dokter gigi

untuk menolak atau mengakhiri pelayanan kepada pasiennya

(memutuskan hubungan dokter pasien) adalah :

1) pasien melakukan intimidasi terhadap dokter atau dokter gigi;

2) pasien melakukan kekerasan terhadap dokter atau dokter gigi;

3) pasien berperilaku merusak hubungan saling percaya tanpa

alasan.

Dalam hal-hal diatas, dokter atau dokter gigi wajib

memberitahu secara lisan atau tertulis kepada pasiennya dan

menjamin kelangsungan pengobatan pasien dengan cara merujuk ke

dokter atau dokter gigi lain dengan menyertakan keterangan

mediknya.

3. Dokter atau dokter gigi tidak boleh melakukan penolakan atau

memutuskan hubungan terapeutik dokter-pasien, semata-mata

Laporan Skenario B Blok II 12

karena alasan: keluhan pasien terhadap pelayanan dokter,

finansial, suku, ras, jender, politik, agama atau kepercayaan.

Dasar :

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Pasal 51 huruf a dan Pasal 52 huruf c.

Sumber: (Hanafiah, M.J dan Amir, A. 2008).

e) Bagaimana peraturan Menkes atau petunjuk teknis penyelenggaraan

program internship ?

Jawab :

Pelaksanaan internship dokter indonesia

1. Melakukan layanan primer dengan pendekatan kedokteran

keluarga pada pasien secara profesional yang meliputi kasus

medik dan bedah, kedaruratan dan kwjiwaan baik pada anak,

dewasa dan usia lanjut, pada keluarga maupun pada masyarakat

secara holistik, terpadu dan paripurna.

2. Melakukan konsultasi dan rujukan.

3. Melakukan kegiatan ilmiah medik dan non medik yang terkait

dengan pendekatan kedokteran dan keluarga.

Sumber: (Badan PPSDM Kesehatan, 2009)

f) Bagaimana pandangan islam tentang dokter yang menolak

mengobati pasien ?

Jawab :

Dokter adalah orang yang paling banyak berurusan dengan

masalah manusia dan kemanusiaan. Kehidupan seseorang sangat

ditentukan oleh kualitas hubungan bermasyarakat. Dokter dalam

Islam sangat dilarang untuk tidak adil dalam hal pelayanan

masyarakat. Allah berfirman dalam surat al-Baqarqh ayat 142 yang

artinya :“Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu(umat

Islam),umat adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas

(perbuatan) manusia dan Rasul(Muhammad) menjadi saksi

(perbuatan)kamu.. …(Q.s. al-Baqarah;142) siapa yang

Laporan Skenario B Blok II 13

menyelamatkan hidup seorang manusia ,seolah dia menyelamatkan

seluruh manusia.ini sejalan dengan penegasan ayat al-Quran (Q.s.al-

Maidat 5:32) yang artinya : “Barang siapa yang membunuh

seseorang manusia,bukan karena orang itu (membunuh)orang

lain,atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,maka

seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya.Dan barang

siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia ,maka seolah-

olah dia telah memelihara kehidupan manusia di muka bumi”

Sumber:Al-Qur’an

3. Polisi menitipkan Mr. X ke praktik dokter yang terletak di seberang

Puskesmas dan meminta secara lisan agar doketer mengobati Mr. X dan

membuat visum luar karena Polisi akan kembali ke kantornya untuk

mengurus surat permintaan visum dan mencari keluarga Mr. X.

a) Apa saja jenis – jenis visum ?

Jawab :

1. Visum et repertum orang hidup.

Adapun Visum et repertum orang hidup, terdiri dari 3 (tiga) jenis

yaitu:

(a). Visum et repertum luka/visum et repertum seketika/visum et

repertum defenitif. Visum ini tidak membutuhkan perawatan

dan pemeriksaan lanjut sehingga tidakmenghalangi

pekerjaan korban.

(b). Visum et repertum sementara. Visum ini membutuhkan

perawatan dan pemeriksaan lanjut sehinggamenghalangi

pekerjaan korban. Kualifikasi lukanya tidak ditentukan dan

tidak ditulis oleh dokter padabagian kesimpulan visum et

repertum.

(c). Visum et repertum lanjutan. Visum ini dilakukan bilamana

luka korban telah dinyatakan sembuh. Alasanlain

pembuatannya yaitu korban pindah rumah sakit, korban

pindah dokter atau korban pulang paksa.

2. Visum et repertum jenazah.

Laporan Skenario B Blok II 14

Visum ini dilakukan Jika korban meninggal dunia maka dokter

membuat visum et repertum jenasah. Dokter menuliskualifikasi

luka pada bagian kesimpulan visum et repertum kecuali luka

korban belum sembuh ataukorban pindah dokter.

3. Visum et repertum Expertise.

Visum ini merupakan visum et repertum khusus yang melaporkan

keadaan benda atau bagian tubuhkorban. Misalnya darah, mani,

liur, jaringan tubuh, rambut, tulang, dan lain-lain. Ada pihak

yang mengatakan bahwa expertise bukan termasuk visum et

repertum.

Sumber : (Idries, 2009)

b) Bagaimana prosedur untuk melakukan visum ?

Jawab :

Menurut Budiyanto et al, dasar hukum Visum et Repertum adalah

sebagai berikut:

Pasal 133 KUHAP menyebutkan:

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani

seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga

karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang

mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan

dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat

dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Sumber: (Budiyanto A, 1997)

c) Jenis visum apa yg terdapat pada kasus ini ?

Jawab :

Skenario kali ini membahas Mr. X tanpa identitas yang tidak

sadarkan diri dengan luka di kepala dan dalam keadaan sekarat.

Jenis visum yang sesuai dengan skenario ini adalah visum sementara

Laporan Skenario B Blok II 15

yang lalu setelah Mr. X mendapatkan perawatan dan pengobatan

yang layak dilanjutkan untuk jenis visum lanjutan.

Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara

berhubung korban memerlukan tindakan khusus atau perawatan.

Dalam hal ini dokter membuat visum tentang apa yang dijumpai

pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan walaupun

visum akhir menyusul kemudian (Idries, 2009).

Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir

masa perawatan dari korban oleh dokter yang merawatnya yang

sebelumnya telah dibuat visum sementara untuk awal penyidikan.

Visum tersebut dapat lebih dari satu visum tergantung dari dokter

atau rumah sakit yang merawat korban (Idries, 2009).

Visum et repertum orang hidup dapat terdiri dari luka

1. Luka yang paling banyak terjadi adalah luka mekanis, biasanya

luka ini bisa Karena

a) Luka benda tumpul

b) Luka benda tajam

c) Luka tembakan senjata api

2. Kemudian luka akibat kekerasan fisis diantaranya adalah

a) Luka akibat suhu tinggi atau luka bakar

b) Luka akibat listrik.

3. Luka akibat zat kimia terdiri dari

a) Luka akibat asam kuat

b) Akibat basa kuat

Semua luka yang tertera diatas dapat diperiksa sesuai

lokalisasi, ukuran, jenis kekerasan yang menjadi penyebab luka.

Sehingga dapat digunakan untuk pembuktian pada suatu kasus.

Sumber: (Idries, 2009) dan (Abdussalam, 2006).

d) Siapa saja yang berhak meminta dan membuat visum ?

Jawab :

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan

penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal

11 KUHAP. Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai

Laporan Skenario B Blok II 16

dengan pasal 6 (1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara

RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum,

termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa

manusia. Oleh karena visum et repertum adalah keterangan ahli

mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia,

maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta visum

et repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai

dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-

masing (Pasal 7(2) KUHAP).

Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli menurut

KUHAP pasal 133 ayat (1) adalah penyidik yang menurut PP

27/1983 adalah Pejabat Polisi Negara RI. Sedangkan untuk kalangan

militer maka Polisi Militer (POM) dikategorikan sebagai penyidik.

Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli menurut

KUHAP pasal 133 ayat (1) adalah dokter dan tidak dapat

didelegasikan pada pihak lain.

Sumber : (Afandi, 2010)

e) Apa peraturan yang mendasari untuk melakukan visum ?

Jawab :

Menurut Budiyanto et al, dasar hukum Visum et Repertum adalah

sebagai berikut:

Pasal 133 KUHAP menyebutkan:

1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani

seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga

karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang

mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan

dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat

dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Sumber : (Budiyanto A, 1997)

Laporan Skenario B Blok II 17

f) Jelaskan apakah permintaan visum secara lisan diperbolehkan ?

Jawab :

Prosedur permintaan keterangan ahli kepada dokter telah

ditentukan bahwa permintaan oleh penyidik harus dilakukan secara

tertulis yang secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat

(2).

Ada 8 (delapan) hal yang harus diperhatikan saat pihak

berwenang meminta dokter untuk membuat visum et repertum

korban hidup, yakni sebagai berikut:

1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan;

2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip

melalui korban atau keluarganya, serta tidak boleh melalui

jasa pos;

3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia

jabatan dokter;

4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter;

5. Ada identitas korban;

6. Ada identitas pemintanya;

7. Mencantumkan tanggal permintaannya;

8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa.

Sumber: (Sujadi, 2008)

g) Apa saja yang ditulis dalam surat visum ?

Jawab :

Bentuk dan isi visum et repertum :

1. Pro justisia, pada bagian atas, untuk memenuhi persyaratan

yuridis, pengganti materai.

2. Visum et repertum, menyatakan jenis dari barang bukti atau

pengganti barang bukti

3. Pendahuluan, memuat identitas dokter pemeriksa pembuat visum

et repertum, identitas peminta visum et repertum, saat dan

tempat Universitas Sumatera Utara dilakukanya pemeriksaan

dan identitas barang bukti (manusia), sesuai dengan identitas

Laporan Skenario B Blok II 18

yang tertera di dalam surat permintaan visum et repertum dari

pihak penyidik dan lebel atau segel .

4. Pemberitaan atau hasil pemeriksaan, memuat segala sesuatu yang

di lihat dan ditemukan pada barang bukti yang di periksa oleh

dokter, dengan atau tanpa pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan

laboratorium), yakni bila dianggap perlu, sesuai dengan kasus

dan ada tidaknya indikasi untuk itu .

5. Kesimpulan, memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil

pemeriksaan, yang disertai dengan pendapat dokter yang

bersangkutan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang

dimilikinya .

6. Penutup, yang memuat pernyataan bahwasanya visum et

repertum tersebut dibuat atas sumpah dokter dan menurut

pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya .

Sumber: ( Idries, 1997)

Struktur Dan Isi Visum et Repertum

Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum

sebagai berikut:

a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa

b. Bernomor dan bertanggal

c. Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau

tengah)

d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu

mendeskripsikan temuan pemeriksaan

f. Tidak menggunakan istilah asing

g. Ditandatangani dan diberi nama jelas

h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut

i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan

j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertu.

Apabila ada lebih dari satu instansi peminta, misalnya penyidik

POLRI dan penyidik POM, dan keduanya berwenang untuk itu,

Laporan Skenario B Blok II 19

maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et repertum

masing-masing asli

k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada

umumnya, dan disimpan sebaiknya hingga 20 tahun.

Pada umumnya visum et repertum dibuat mengikuti struktur sebagai

berikut

1) Pro Justitia

Kata ini harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian visum

et repertum tidak perlu bermeterai.

CONTOH:

Pekanbaru, 24 Agustus 2008

1) PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

No. /TUM/VER/VIII/2008

2) Pendahuluan

Pendahuluan memuat : identitas pemohon visum et repertum,

tanggal dan pukul diterimanya permohonan visum et repertum,

dentitas dokter yang melakukan pemeriksaan, identitas objek

yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat,

pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dimana dilakukan

pemeriksaan, alasan dimintakannya visum et repertum, rumah

sakit tempat korban dirawat sebelumnya, pukul korban

meninggal dunia, keterangan mengenai orang yang mengantar

korban ke rumah sakit

CONTOH

Yang bertandatangan di bawah ini, Dedi Afandi, dokter spesialis

forensik pada RSUD Arifin Achmad, atas permintaan dari

kepolisian sektor.........dengan suratnya nomor..........................

tertanggal....................maka dengan ini menerangkan bahwa pada

tanggal..........pukul...........bertempat di RSUD Arifin Achmad, telah

Laporan Skenario B Blok II 20

melakukan pemeriksaan korban dengan nomor

registrasi..................yang menurut surat tersebut adalah :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Warga negara :

Pekerjaan :

Agama :

Alamat :

3) Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)

Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang

diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda

yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dari

atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya

juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya

(absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat

adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang

terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta

ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan

korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan

kembali.

Pada pemeriksaan korban hidup, bagian ini terdiri dari :

a. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik

pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan penunjang lainnya. Uraian hasil pemeriksaan korban

hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian

tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang

berkaitan dengan tindak pidananya (status lokalis).

b. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan

sebaliknya, alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang

seharusnya dilakukan. Uraian meliputi juga semua temuan pada

saat dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. Hal ini perlu

diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman tentang tepat

Laporan Skenario B Blok II 21

tidaknya penanganan dokter dan tepat tidaknya kesimpulan yang

diambil.

c. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat

badan merupakan hal penting guna pembuatan kesimpulan

sehingga harus diuraikan dengan jelas. Pada bagian pemberitaan

memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka pada

tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan pengobatan

atau perawatan yang diberikan.

CONTOH:

HASIL PEMERIKSAAN :

1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit

sedang. Korban mengeluh sakit kepala dan sempat pingsan

setelah kejadian pemukulan pada kepala –

2. Pada korban ditemukan --------------------------------------------------

a) Pada belakang kepala kiri, dua sentimeter dan garis pertengahan

belakang, empat senti meter diatas batas dasar tulang, dinding

luka kotor, sudut luka tumpul, berukuran tiga senti meter kali

satu senti meter, disekitarnya dikelilingi benjolan berukuran

empat sentimeter kali empat senti meter -----------------------

b) Pada dagu, tepat pada garis pertengahan depan terdapat luka

terbuka tepi tidak rata, dasar jaringan bawah kulit,dinding kotor,

sudut tumpul, berukuran dua senti meter kali setengah sentimeter

dasar otot.---------------------------------------

c) Lengan atas kiri terdapat gangguan fungsi, teraba patah pada

pertengahan serta nyeri pada penekanan. -----------------------------

d) Korban dirujuk ke dokter syaraf dan pada pemeriksaan

didapatkan adanya cedera kepala ringan. -----------------------------

3. Pemeriksaan foto Rontgen kepala posisi depan dan samping tidak

menunjukkan adanya patah tulang. Pemeriksaan foto rontgen

lengan atas kiri menunjukkan adanya patah tulang lengan atas

pada pertengahan. ---------------------------------------

4. Terhadap korban dilakukan penjahitan dan perawatan luka, dan

pengobatan. --------

Laporan Skenario B Blok II 22

5. Korban dipulangkan dengan anjuran kontrol seminggu lagi.-------

4) Kesimpulan

Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter

pembuat visum et repertum, dikaitkan dengan maksud dan tujuan

dimintakannya visum et repertum tersebut. Pada bagian ini harus

memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan

derajat kualifikasi luka.

CONTOH:

KESIMPULAN : --------------------------------------

Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia tiga puluh empat tahun

ini ditemukan cedera kepala ringan, luka terbuka pada belakang

kepala kiri dan dagu serta patah tulang tertutup pada lengan atas kiri

akibat kekerasan tumpul. Cedera tersebut telah mengakibatkan

penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan

jabatan/pencaharian untuk sementara waktu.----------

5) Penutup

- Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut

dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima

jabatan atau dibuat dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih

dahulu sebelum melakukan pemeriksaan

- Dibubuhi tanda tangan dokter pembuat visum et repertum

CONTOH:

Demikianlah visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan

menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah

sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Dokter Pemeriksa

Sumber : (Afandi, 2010)

Laporan Skenario B Blok II 23

4. Beberapa jam kemudian, dua orang mengaku sebagai keluarga Mr. X

datang ke praktik dokter untuk membawa Mr. X ke Rumah sakit. Dokter

menyerahkan Mr. X yang masih tidak sadar tanpa diketahui oleh Polisi.

a) Apa saja syarat agar mendapat izin untuk melakukan praktik dokter?

Jawab :

Sesuai dengan amanah Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, seorang dokter

yang akan berpraktik di Indonesia harus mempunyai Surat Tanda

Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia

(KKI). Keharusan registrasi itu berlaku bagi dokter dan dokter gigi.

Surat Tanda Registrasi tersebut merupakan bukti tertulis bahwa

yang bersangkutan telah dinilai kompeten untuk melaksanakan tugas

profesinya sebagai dokter, untuk memperoleh STR, berbagai

persyaratan yang perlu dipenuhi antara lain adalah:

1. Memiliki ijazah dokter,

2. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji

dokter,

3. Memiliki Sertifikat Kompetensi setelah lulus mengikuti Ujian

Kompetensi Dokter Indonesia

Sumber : (Depkes Badan PPSDM Kesehatan, 2009).

b) Apakah hak dan kewajiban rumah sakit ?

Jawab :

Hak rumah sakit :

a) Membuat peraturan yang berlaku di rumah sakit (hospital

bylaws)

b) Mensyaratkan bahwa pasien harus menaati segala peraturan

rumah sakit

c) Mensyaratkan bahwa pasien harus menaati segala instruksi yang

diberikan dokter kepadanya

d) Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di rumah sakit

e) Menuntu pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi

(termasuk pasien, pihak ketiga, dan lain-lain)

Laporan Skenario B Blok II 24

Kewajiban rumah sakit :

a) Merawat pasien sebaik-baiknya

b) Menjaga mutu perawatan

c) Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Gawat Darurat

(UGD)

d) Menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan

e) Menyediakan sarana dan peralatan medik yang dibutuhkan sesuai

dengan tingkat rumah sakit dan urgensinya

f) Menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam

keadaan siap pakai

g) Merujuk pasien kepada rumah sakit lain apabila tidak

mempunyai peralatan medis khusus atau tenaga dokter khusus

yang diperlukan

h) Menyediakan daya penangkal kecelakaan (alat pemadam api,

sarana dan alat pertolongan penyelamatan pasien dalam keadaan

darurat)

Sumber: (Amir,2009)

c) Dalam kasus ini, apakah tindakan dokter dibenarkan mengenai

dokter menyerah kan Mr. X yg masih tidak sadar tanpa diketahui

polisi menurut SOP kedokteran forensik ?

Jawab :

Tidak dibenarkan , berdasarkan Undang – Undang

Pasal 133 KUHAP menyebutkan:

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani

seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga

karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang

mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan

dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat

dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Laporan Skenario B Blok II 25

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan

penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal

11 KUHAP. Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai

dengan :

Pasal 6 (1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI.

Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk

pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh

karena itu visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai

pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka

penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta visum et

repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai

dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-

masing (Pasal 7(2) KUHAP).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan dokter tersebut telah

salah, karena hasil visum maupun bukti visum yaitu pasien tidak

boleh diserahkan kepada pihak manapun kecuali tim penyidik yang

menangani kasus tersebut.

Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat

dikenakan sanki pidana :

Pasal 612 KUHP menyebutkan :

Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau

permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat

yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar- kan

tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan

sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling

banyak sembilan ribu rupiah.

sumber: (Hanafiah dan Amir, 2008)

Laporan Skenario B Blok II 26

2.6 Kerangka Konsep

2.7 Kesimpulan

Dokter praktik telah melanggar UUPK, SOP, dan KODEKI karena

telah menyerahkan pasien tidak sadar kepada pihak yang belum jelas.

Laporan Skenario B Blok II 27

Menyerahkan pasien tidak sadar kepada pihak yang

tidak jelas

Melanggar UUPK, KODEKI dan SOP

kedokteran

Dokter Praktik

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam, R. 2006. Hukum Pidana Prospek Indonesia Dalam Mewujudkan Rasa Keadilan Masyarakat. Jakarta: Restu Agung.

Afandi, D. 2010. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka. Majalah Kedokteran Indonesia. 60(4): 188-195.

Ahmad, Komaruddin. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Anonim. 2010. Penyelenggaraan Program Internsip.depkes.go.id/permenkes/penyelengaraan program internship/2010. Diakses pada tanggal 12 November 2014.

Anonim. 2014. http://blog.umy.ac.id/abdulmuin/internship-2/. Diakses pada tanggal 12 November 2014.

Budiyanto Arif dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Departemen Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan. 2009. Buku 1: Pedoman Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hanafiah, M.J dan Amir, A. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Harian Terbit Koran Aspirasi Masyarakat. 2014. Banyak Hal Yang Tidak Diketahui Pasien. 1 Juli. Jakarta.

Idries, AM, dan Tjiptomartono, AW. 2009, Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Sagung Seto.

Idris, AM, 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta: Binarupa Aksara.

Laporan Skenario B Blok II 28

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 299/MENKES/PER/II/2010. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/II/2010. Jakarta.

Ranoemihardja, R.A. 1983. Pokok-Pokok Ilmu Kedokteran Kehakiman. Bandung: Alfabeta.

Sujadi. 2008. Jurnal“Visum Et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam Mengungkap Tindak Pidana Pemerkosaan” http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JL/article/download/880/821. Diakses pada tanggal 12 November 2014.

Tim Redaksi KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. 6 Oktober 2004. Jakarta.

Waterman and Robert H. 1984. In Search of Excellence : Lessons from America’s Best-Run Companies. New York : Harper & Row, Pub.

Widowati, N. 2008. Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et Repertum Di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali. Jurnal Kesehatan. 2(1): 85-99.

Yusa, H. 2006. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 15/KKI/PER/VIII/2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Di Tingkat Provinsi. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

Laporan Skenario B Blok II 29