skenario e blok v-1 (1)

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok homeostasis, stress, adaptasi, dan metabolisme adalah blok pertama di semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Di dalam blok ini diajarkan mengenai sistem respon tubuh dalam mempertahankan keadaan seimbangnya, yaitu homeostasis. studi kasus skenario tutorial E di blok V ini memaparkan kasus Susi yang berusia 35 tahun mengalami penurunan berat badan secara drastis yang mencapai 12 kg dalam waktu 2 bulan padahal ia tidak menjalani program diet dan olahraga. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial. Laporan Tutorial Skenario E Blok V Page 1

Upload: tharisa

Post on 15-Sep-2015

20 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Skenario e Blok v-1 (1)

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok homeostasis, stress, adaptasi, dan metabolisme adalah blok pertama di semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Di dalam blok ini diajarkan mengenai sistem respon tubuh dalam mempertahankan keadaan seimbangnya, yaitu homeostasis.

studi kasus skenario tutorial E di blok V ini memaparkan kasus Susi yang berusia 35 tahun mengalami penurunan berat badan secara drastis yang mencapai 12 kg dalam waktu 2 bulan padahal ia tidak menjalani program diet dan olahraga.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data tutorial

Tutor

: drg. Hj. Nursiah Nasution, M. Kes.Moderator

: Ahmad Apria Setia Budi

Sekertaris meja : Indah Ulfanov Pratiwi

Sekertaris papan: M. AimanAnggota

: Yolanda Pramudiya

Ricky Tresyana

Ena Aprita Ningsih

Vivi Rizky

Mia Audina

Hafiz Rachmad Kartono

Rara Krisdayanti

Waktu: 1. Selasa, 14 April 2015

2. Kamis, 16 April 2015

Pukul

: 13.00 15.30 WIB

Peraturan

:

1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen

3. Sopan dan penuh tata krama dalam mengemukakan pendapat

4. Izin saat akan keluar ruangan.

2.2 Skenario Kasus

Susi, 35 tahun, berobat ke dokter karena mengalami penurunan berat badan secara drastis sampai 12 kg dalam 2 bulan terakhirpadahal tidak menjalani program diet dan olahraga. Saat ini berat badan Susi 46 kg dengan tinggi 160 cm. ia juga mengeluh mudah sekali merasa lelah. Selama ini Susi mengaku tidak mengalami penyakit apapun. Dokter yang memeriksa mendapatkan: tekanan darah 90/60 mmHg, denyut nadi 102x/menit saat berbaring. Namun saat berdiri, didapatkan tekanan darahnya menurun menjadi 70/40 mmHg dan denyut nadi 120x/menit. Dokter memeriksa laboratorium didapatkan: kadar natrium 126 meq/l, kalium 7 meq/l dan glukosa 50 mg/dl. Dokter menduga Susi mengalami penurunan hormon kortisol dan aldosteron. 2.3 Klarifikasi Istilah

No.IstilahPengertian

1.Penurunan berat badan secara drastisPenurunan berat badan yang tidak normal ( >0.5/ minggu )

2.Program diet Suatu metode unutk memberikan makanan ke dalam tubuh dengan porsi yang optimal

4.Tekanan darah Tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja pada dinding pembuluh darah, tekanan ini berubah-ubah sepanjang siklus jantung.

5.Denyut nadi Gerakan aliran darah terhadap dinding arteri radialis yang sesuai dengan pompa jantung dan dapat dirasakan dengan meraba pergelangan tangan.

6.Natrium

Salah satu kation terbanyak yang terdapat di dalam cairan ekstraselular sebagai cairan elektrolit tubuh dan merupakan unsur kimia dengan nomor atom 11

7.Kalium

Salah satu kation terbanyak yang terdapat di dalam cairan intraselular sebagai cairan elektrolit tubuh dan merupakan unsur kimia dengan nomor atom 19

8.GlukosaAldosa enam karbon yang terdapat sebagai bentuk D - dan ditemukan sebagai monosakarida bebas pada buah dan tanaman, merupakan produk akhir metabolisme karbohidrat dan merupakan sumber energi utama pada organisme hidup.

9.Hormon kortisol Glukokortikoid alami utama yang dikeluarkan oleh korteks adrenal; hormon ini memengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak serta mempunyai aktivitas mineralokortikoid.

10.Hormon aldosteronHormon mineralokortikoid utama yang disekresi oleh korteks adrenal. Aldosteron menyebabkan resitensi natrium dan bikarbonat ekskresi ion kalium dan hidrogen, dan retensi air sekunder.

2.4 Identifikasi Masalah

1. Susi 35 tahun, mengalami penurunan berat badan secara drastis sampai 12 kg dalam 2 bulan padahal tidak menjalani program diet dan olahraga.

2. Saat ini berat badan Susi 46 kg dengan tinggi 160 cm.

3. Susi mengeluh mudah sekali merasa lelah, padahal tidak mengalami penyakit apapun.

4. Pemeriksaan Fisik:Berbaring

Berdiri

TD: 90/60mmHg

TD:70/40 mmHg

DN:102x/menit

DN: 120x/menit

5. Pemeriksaan Laboratorium:Natrium :126 meq/L

Kalium : 7 meq/L

Glukosa : 50 mg/dl

6. Dokter menduga Susi mengalami penurunan hormon kortisol dan aldosteron.

2.5 Analisis Masalah

1. Susi 35 tahun, mengalami penurunan berat badan secara drastis sampai 12 kg dalam 2 bulan padahal tidak menjalani program diet dan olahraga. Dan saat ini berat badan Susi 46 kg dengan tinggi 160 cm.

a. Bagaimana cara menurunkan berat badan yang ideal melalui program diet dan olahraga?

Jawab:

Anjuran tentang diet atau menurunkan berat badan dan gaya hidup adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan berat badan normal

2. Melakukan aktivitas fisik sesuai pedoman (paling sedikit 30 menit, lima hari seminggu)

3. Sekurangnya mengkonsumsi 400 g buah dan sayuran dari berbagai jenis setiap harinya

4. Meningkatkan asupan nabati yang kaya karbohidrat kompleks, misalnya padi-padian, serealia, biji polong-polongan kering sebagai sumber makanan utama

5. Mengkonsumsi alkohol seminimal mungkin

6. Mengurangi asupan daging merah, lemak dan garam

7. Menghindari makanan yang diawetkan dengan garam dan makanan olahan

8. Praktik penyiapkan makanan yang aman seperti menghindari makanan yang telah basi atau berpotensi terkontaminasi oleh jamur dan mikroba lainnya. (Barasi, 2007)

Sintesis:

Dalam program diet atau penurunan berat badan sangat perlu diperhatikan asupan gizi. Karena asupan gizi sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup seseorang. Ketidakcukupan gizi seperti misalnya mikronutrien dapat berdampak fatal bagi tubuh seseorang. Dewasa ini, asupan gizi yang tidak adekuat dapat ditemukan diberbagai kelompok, antara lain keluarga yang berpenghasilan rendah; etnis masyarakat yang terpinggirkan ini tampak pada etnik minoritas, dan pengungsi; tunawisma; seseorang yang menderita ketergantungan obat, alkohol; dan sebagainya. Karbohidrat sangat penting dalam diet dan olahraga, pada seseorang yang melakukan latihan atau olahraga perlu meningkatkan atau mempertahankan cadangan karbohidrat. Hal ini dapat dicapai dengan menjamin asupan CHO yang adekuat (7-10 g/kg berat badan per hari), ini bertujuan untuk mempertahankan cadangan energi yang cukup untuk berlatih secara teratur. Selain karbohidrat, protein juga berperan penting dalam proses penurunan berat badan dan olahraga. Namun, protein tidak berkontribusi secara langsung terhadap suplai energi selama berolahraga dan diet. Akan tetapi, kebutuhan akan protein berpotensi meningkat karena fibril otot jaringan otot yang dipakai berolahraga mungkin mengalami kerusakan sehingga membutuhkan protein untuk perbaikan, pada saat seseorang berolahraga unutk pertama kalinya akan menyebabkan hepertrofi otot yang meningkatkan kebutuhan protein untuk mencapai keseimbangan nitrogen positif. Oleh karena itu, asupan protein direkomendasikan 1.2-1.7 g/kg berat badan. Dalam cara penurunan berat badan, buah dan sayuran juga berperan sebagai pelindung melawan kerusakan DNA dan molekul lain. (Barasi, 2007)b. Bagaimana berat badan yang ideal?

Jawab:

Berat badan yang ideal adalah berat badan dengan tetap mempertahankan makanan atau tanpa mengurangi asupan gizi serta diimbangi dengan olahraga yang teratur. (Barasi, 2007)Berdasarkan buku Fisiologi Guyton (2014), berat badan yang ideal bergantung pada penurunan masukan energi dibawah pengeluaran energi dan keseimbangan energi negatif dipertahankan. Menurut pedoman National INSTITUTES OF HEALTH, merekomendasi pengurangan asupan kalori sebanyak 550 kkal/Hari dengan orang overweight dan obesitas derajat sedang untuk IMT : > 25. Penurunan masukkan energi yang lebih agresif sebanyak 550-1000 kkal/hari yang direkomendasikan IMT > 35.

Penurunan sebesar 1-2 pon perminggu, dengan hitungan 2 pon = 1 kg. sehingga dalam 2 Bulan seharusnya 4 kg

Sintesis:

Prinsip tentang penurunan berat badan tampaknya sederhana dan mudah dimengerti yaitu:

1. Asupan energy harus lebih rendah daripada keluaran energy untuk menciptakan keseimbangan energi negatif, yang menghasilkan penurunan berat badan karena cadangan lemak yang tersimpan digunakan sebagai energy

2. Defisit energy sebesar 550-1000 kkal per hari dapat direkomendasikan, tergantung dari ukuran tubuh dan jenis kelamin. (Barasi, 2007)c. Bagaimana berat badan Susi yang seharusnya?Jawab:

Berdasarkan Klasifikasi berat badan menurut WHO, kisaran nilai IMT normal berada pada range 18,5-22,9. Menurut Metode Brocca :

(Tinggi badan - 100) - 10% x (Tinggi Badan - 100)

=(160-100) - 10% x (160 - 100)

=60 - (10/100 x 60)

=60 - 6

=54 kg ( IDEAL

d. Bagaimana faktor yang menyebabkan turunnya berat badan pada kasus ini?

Jawab:

Berdasarkan kasus skenario E, Susi mengalami penurunan berat badan tanpa melakukan program diet dan olahraga. Adapun faktor yang dapat menyebabkan penurunan berat badan selain olahraga dan program diet adalah faktor hormon. Penurunan hormone aldosterone pada kasus menyebabkan tidak tereabsorpsinya natrium akibatnya banyak natrium yang hilang disertai dengan hilangnya cairan sehingga menyebabkan penurunan berat badan. Dan juga menurunya hormone kortisol yang dapat mempengaruhi metabolisme dalam tubuh. (Guyton dan Hall, 2014)

Sintesis:

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi penurunan berat badan, seperti:

1. Kurangnya gizi yang dikonsumsi, gizi kurang dapat menimbulkan banyak dampak terhadap tubuh seseorang. Kurangnya gizi dapat bermanifestasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Manifestasi spesifik dari kurang gizi adalah kurangnya makronutrien dan mikronutrien. (Barasi, 2007)2. Hormone, Faktor Hormonal sebenarnya juga menjadi faktor pencetus penurunan berat badan selain dari program diet dan olahraga. Penurunan berat badan yang terjadi secara mendadak dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon kortisol akibat kerusakan orggan endokrin (kerusakan pada adrenal). Kondisi ini menyebabkan kegagalan kerja kortisol, yang akan berdampak pada gangguan metabolisme lemak. Pengeluaran kortisol yang berkepanjangan menyebabkan hipoglikemia dan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Dan juga hormone aldosterone yang berkaitan dengan reabsorbsi Na dan eksresi K berpengaruh kepada cairan tubuh elektrolit. Jika terjadi ketidakseimbangan hormone ini maka dapat berdampak pada jumlah cairan tubuh yang berkaitan dengan bobot tubuh seseorang. (guyton dan Hall, 2014)3. Neurotransmitter, terdapat 2 Jenis Neuron di nucleus arkuatus yang sangat penting sebagai pengatur nafsu makan dan Pengeluaran Energi: Neuron proopimelanokortin: Mengurangi asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran energi neuron melanositestimulating: Meningkatkan asupan makanan dan mengurangi pengeluaran energi. (Greenstein dan Wood, 2007)

e. Berapa nilai IMT susi dan interpretasinya?Jawab:

IMT = BB (kg) TB2 (m)Sehingga, IMT Susi setelah mengalami penurunan berat badan adalah = , ini berarti Susi berada dalam kategori underweight. Dan Sebelum mengalami penurunan berat badan adalah = , ini berarti Susi berada dalam range berisiko obes

Sintesis:

IMT adalah cara menentukan berat badan ideal yang sehat dan juga cocok dengan orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun dan juga remaja.Adapun rumus yang digunakan untuk penentuan nilai status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Tabel Status gizi berdasarkan IMT asia pasifik:

KategoriBMI (Kg/m2 )

Underweight dapat menyebabkan banyaknya Ion Na+ yang tidak direabsobsi kembali pada tubulus ginjal, jika Na+ banyak keluar hal ini berbanding lurus dengan keluarnya juga air dalam tubuh. Jika cairan ini terus keluar maka akan terjadi penurunan cairan dalam tubuh yang bisa menyebabkan turunnya berat badan. (Sherwood, 2014)

Sintesis:

Aldosteron berfungsi meningkatkan reabsobsi Na+ dan Ekskresi K+ ditubulus ginjal yang secara skunder juga menginduksi reabsobsi H2O dan meningkatkan volume CES. Kortisol berfungsi meningkatkan kadar glukosa darah dengan merangsang terjadinya glukoneogenesis di hati dan otot. (Sherwood, 2014)

2. Susi mengeluh mudah sekali merasa lelah, padahal tidak mengalami penyakit apapun.

a. Bagaimana patofisiologi terjadi kelelahan pada kasus ini?Jawab:

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Terdapat struktur susunan syaraf pusat yang sangat penting yang mengontrol fungsi secara luas dan konsekuen yaitu reticular formation atau sistem penggerak pada medula yang dapat meningkatkan dan mengurangi sensitivitas dari cortex cerebri. Cortex cerebri merupakan pusat kesadaran meliputi persepsi, perasaan subjektif, refleks, dan kemauan (Rodahl, 1986). Keadaan dan perasaan lelah merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) yang saling bergantian. Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur, sedangkan sistem penggerak terdapat formatio retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan dala tubuh untuk bekerja, berkelahi, melarikan diri, dan lainnya.

Keadaan sesesorang suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja di antara dua sistem antagonis tersebut. Apabila sistem penghambat lebih kuat, seseorang akan berada pada kelelahan. Sebaliknya, manakala sistem aktivasi lebih kuat maka seseorang akan berada dalam keadaan kelelahan. Sebaliknya, manakala sistem aktivasi lebih kuat seseorang maka seseorang akan dalam keadaan segar untuk melakukan aktivitas. Kedua sistem harus berada dalam kondisi yang memberikan stabilitas ke dalam tubuh, agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan. (Grandjean, 1985 ; Rodahl, 1986).b. Bagaimana klasifikasi lelah (fatique)?

Jawab:

Gerry Silaban menerangkan mengenai jenis-jenis kelelahan dalam Majalah Kesehatan Masyarakat tahun 1998, bahwa klasifikasi atau jenis kelelahan terbagi menjadi 3 yaitu proses dalam otot, waktu terjadinya kelelahan, dan penyebabnya yaitu :

1. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan :

a. Kelelahan akut

b. Kelalahan kronis

2. Berdasarkan proses dalam otot :

a. Kelelahan otot

b. Kelelahan umum

3. Berdasarkan penyebabnya:a. Faktor fisik di tempat kerja dan faktor psikologis. Faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah

b. Faktor psikologis yaitu konflik yang mengakibatkan stres emosional yang berkepanjangan.

c. Kelelahan fisik (kelelahan karena kerja fisik) ; kelelahan patologis (kelelahan yang ada kaitannya dengan penyakit) ; dan kelelahan psikologis ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah, dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

Selain pada pembagian jenis kelelahan berdasarkan waktu terjadinya kelelahan dan proses dalam otot, Soetomo (1981) juga mengklasifikasikan kelelahan berdasarkan faktor penyebabnya, antara lain :

a. Kelelahan fisik (physical/muscular Fatigue)

b. Kelelahan mental (mental Fatigue)c. Kelelahan keterampilan (skill Fatigue)

Sintesis:

Gerry Silaban menerangkan mengenai jenis-jenis kelelahan dalam Majalah Kesehatan Masyarakat tahun 1998, bahwa klasifikasi atau jenis kelelahan terbagi menjadi 3 yaitu proses dalam otot, waktu terjadinya kelelahan, dan penyebabnya yaitu :1. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahana. Kelelahan akut, kelelahan akut terjadi pada aktivitas tubuh terutama yang banyak menggunakan otot. Hal ini disebabkan karena suatu organ atau seluruh tubuh bekerja secara terus menerus dan berlebihan. Kelelahan jenis ini dapat hilang dengan cara beristirahat yang cukup dan menhilangkan gangguan-gangguannya.b. Kelelahan kronis, kelelahan kronis sebenarnya merupakan kelelahan akut yang bertumbuk- tumpuk. Hal ini disebabkan adayan tugas terus menerus tanpa pengaturan jarak tugas yang baik dan teratur. Menurut Grandjean dalam bukunya Fitting The Task to The Human, kelelahan kronis berlangsung setiap hari, berkepanjangan, dan bahkan telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan. Kelelahan yang diperoleh dari tugas yang terdahulu belum hilang dan disusul lagi dengan tugas berikutnya. Kondisi ini terjadi secara berulang-ulang. Dengan beristirahat biasa belum bisa menghilangkan kelelahan jenis kronis ini. Salah satu pekerja yang mengalami kelelahan kronis adalah sudah merasa lelah sebelum melakukan tugasnya, ketika bangun tidur perasaan lelah masih ada. Jika kondisi seperti ini dibiarkan, maka dapat membahayakan tugas yang sedang dilakukannya atau dalam jangka penjang dapat menimbulkan kecelakaan.2. Berdasarkan proses dalam otota. Kelelahan otot

Kelelahan otot yaitu menurunnya kinerja sesudah mengalami stres tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambatan gerakb. Kelelahan umumKelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang sebabnya persyarafan atau psikis. Kelelahan umum ialah suatu perasaan yang menyebar dan disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan pada setiap aktivitas (Grandjean, 1985). Kelelahan umum pada dasarnya merupakan gejala penyakit dan erat kaitannya dengan faktor psikologis seperti motivasi menurun dan kejenuhan yang mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja seseorang. Kelelahan umum dicirikan dengan menurunnya perasaan ingin bekerja, serta kelelahan umum disebut juga kelelahan fisik dan kelelahan syaraf (pernyataan ILO dalam artikel Silaban, 1998).3. Berdasarkan penyebabnya

a. Faktor fisik di tempat kerja dan faktor psikologis.

b. Faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam \ darah dan faktor psikologis yaitu konflik yang mengakibatkan stres emosional

yang berkepanjangan.c. Kelelahan fisik (kelelahan karena kerja fisik) ; kelelahan patologis (kelelahan yang ada kaitannya dengan penyakit) ; dan kelelahan

Selain pada pembagian jenis kelelahan berdasarkan waktu terjadinya kelelahan dan proses dalam otot, Soetomo (1981) juga mengklasifikasikan kelelahan berdasarkan faktor penyebabnya, antara lain : a. Kelelahan fisik (physical/muscular Fatigue), kelelahan ini disebabkan aktivitas fisik atau anggota tubuh. Kelelahan fisik akan hilang dengan beristirahat yang cukup.

b. Kelelahan mental (mental Fatigue), Kelelahan ini disebabkan karena faktor psikis dikarenakan adanya persoalan kejiwaan yang belum terselesaikan dan menyebabkan stres psikis.

c. Kelelahan keterampilan (skill Fatigue), kelelahan keterampilan disebabkan oleh adanya tugas-tugas yang memerlukan ketelitian dan pemecahan persoalan cukup sulit.

c. Mengapa susi mudah merasa lelah (fatique)?Jawab:

Karena pada kasus ini Susi mengalami penurunan hormone kortisol penurunan hormone ini menyebabkan dampak, yaitu terganggunya metabolisme glukoneogenesis yang membuat menurunnya cadangan glikogen di dalam hati, peningkatan kepekaan saraf perifer terhadap hormone insulin. Sehingga akan menyebabkan konsentrasi glukosa dalam plasma darah rendah dan ATP yang kurang sehingga menimbulkan kelelahan

d. Bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan rasa lelah (fatique)?

Jawab:

A. faktor internal

1. usia

2. jenis kelamin

3. status gizi

4. kondisi kesehatan

B. Faktor eksternal

1. Beban kerja

2. Waktu pemulihan

3. Lingkungan

Sintesis:

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi rasa lelah, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.

A. Faktor Internal

1. Usia

Usia seseorang akan mempengaruhi kondisi, kemampuan, dan kapasitas tubuh dalam melakukan aktivitasnya. Produktivitas kerja akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Berbagai perubahan fisiologis disebabkan oleh penuaan, tetapi semakin jelas bahwa banyak penurunan fungsi itu berhubungan juga dengan penyakit, gaya hidup (misal : kurangnya gerak badan) atau kedua-duanya (WHO, 1996). Kemampuan seseorang dipengaruhi oleh usia. Pada usia 50 tahun, kapasitas kerja berkurang hingga menjadi 80% dan pada usia 60 tahun kapasitasnya hanya tinggal 60% saja dibandingkan dengan kapasitas mereka yang berusia 25 tahun. Kapasitas kerja meliputi kapasitas fungsional, mental, dan sosial akan menurun menjelang usia 45 tahun dan kapasitas untuk beberapa (bukan semua) pekerjaan menurut laporan akan terus menurun menjelang usia 50 sampai 55 tahun (ILO&WHO, 1996). Seseorang yang berusia muda mampu melakukan pekerjaan berat dan sebaliknya jika seseorang bertambah usianya maka kemampuan melakukan pekerjaan berat akan menurun. Semakin bertambahnya usia, tingkat kelelahan akan semakin cepat terjadi dan dalam melakukan pekerjaannya kurang tanggap sehingga mempengaruhi kinerjanya.2. Jenis Kelamin

Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki. Laki-laki lebih tahan terhadap kelelahan dibandingkan pada pekerja wanita. Tetapi dalam beberapa hal pekerja wanita lebih teliti dan fleksibel dalam melakukan pekerjaannya. Prevalensi kelelahan wanita lebih tinggi daripada pria di masyarakat maupun di klinik (Buchwald, 1995 dalam artikel Silaban, 1998). Seorang laki-laki dan seorang wanita berat dan besar badannya sama, tetapi biasanya dalam kesamaan berat ini, wanita lebih banyak mengandung lemak di dalam tubuhnya yang berarti pula bahwa jaringan tidak aktif di dalam tubuh wanita lebih banyak. Dengan demikian maka BMR (Basal Metabolic Rate) pada tubuh wanita lebih rendah dibandingkan dengan BMR pada tubuh laki-laki. Biasanya energi minimal yang diperlukan wanita sepuluh persen (10%) lebih rendah daripada yang diperlukan laki-laki (Marsetyo, 1995)3. Status Gizi (IMT)

Semua orang baik itu pekerja dalam hidupnya membutuhkan zat gizi yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Setiap orang membutuhkan makanan sebagai sumber energi atau tenaga. Semakin besar tenaga yang diperoleh dari makanan maka akan semakin besar pula produktivitas kerja yang dilakukan oleh seorang pekerja. Apabila kecukupan gizi dari makanan kurang maka dapat menyebabkan antara lain pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang kurang normal, keluhan yang berkaitan dengan kesegaran fisik, kelesuan, dan tidak bergairah (Marsetyo, 1995). Apabila seseorang telah berusia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya telah terhenti. Makanan tidak berfungsi lagi sebagai pertumbuhan tubuh melainkan hanya untuk mempertahankan gizi atau membuat gizi di dalam tubuh lebih baik lagi. 4. Kondisi Kesehatan

Faktor tenaga kerja seperti kondisi kesehatan mempengaruhi tingkat kelelahan yang terjadi pada pekerja. Tingkat kesehatan terbagi menjadi 2, yaitu tingkat kesehatan fisik dan tingkat kesehatan psikologis atau mental. Kesehatan mental ataupun psikologis juga mempengaruhi kelelahan kerja. Manusia memiliki pikiran-pikiran dan pertimbangan-pertimbangan. Salah satu pikiran yang selalu mengganggu adalah kekhawatiran dimana kekhawatiran ini meningkat dan menjadi tegangan pikiran yang mengakibatkan pekerja yang bersangkutan menjadi sakit. Tekanan hidup juga tercermin dalam pekerjaannya misalnya perlambatan kerja ataupun kerusakan alat (Rosalyn, 2007).Grandjean (1997) menyatakan bahwa kelelahan secara fisiologis dan psikologis dapat terjadi jika tubuh dalam kondisi tidak fit/sakit atau seseorang mempunyai keluhan terhadap penyakit tertentu. Semakin besar kondisi kesehatan yang dirasakan kurang sehat oleh pekerja maka kelelahan akan semakin cepat timbul. Kondisi tubuh yang tidak sehat yang menjadikan atau diikuti dengan kenaikan suhu di dalam tubuh banyak berpengaruh pula terhadap keperluan energi minimal di dalam tubuh. Menurut penelitian para pakar, setiap terjadinya kenaikan suhu 10 C diperlukan peningkatan energi basal sekitar 13%, oleh karena itu kelelahan akan semakin cepat dirasakan (Marsetyo, 1995).

B. Faktor Eksternal

1. Beban kerja

Beban kerja dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif adalah seseorang bekerja dalam jumlah banyak sesuai dengan waktu yang telah diberikan. Dan beban kerja kualitatif seseorang bekerja dengan tugas-tugas yang repetitive (berulang-ulang), berbagai jenis, dan memiliki tantangan. Berbagai pendekatan terhadap pengerahan tenaga atau beban kerja pada tenaga kerja secara fisiologis dalam pekerjaannya antara lain pengukuran nadi kerja (heart rate), O2 consumption, blood flow, respiratory frequency (Kroemer, 1997).

Dengan semakin banyaknya pekerjaan fisik yang dilakukan atau kerja fisik yang kontinyu, berpengaruh terhadap 5 mekanisme yang dilakukan tubuh, antara lain : sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf, dan pernafasan baik secara sendiri-sendiri maupun sekaligus. Kelelahan ini terjadi karena terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk sisa ini bersifat membatasi kegiatan otot (Setyawati, 1994 dalam artikel Silaban, 1998).

Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik internal maupun eksternal. Faktor eksternal merupakan beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja seperti tugas itu sendiri, organisasi, dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut dengan stressor. Faktor internal merupkan beban kerja yang berasal dari dalam tubuh sendiri. Reaksi tubuh tersebut dikenal dengan strain (Kroemer, 1997). Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis, sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan hubungan faktor internal melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan prilaku. Penilaian strain secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, dan penilaian subjektif lainnya.

2. Waktu pemulihan (Istirahat)

Istirahat dinilai secara fisiologis sangat diperlukan untuk mempertahankan kapasitas kerja. Waktu istirahat.pemulihan dibutuhkan untuk mengurangi peningkatan risiko cidera ataupun kelelahan yang terkait dengan durasi kerja. Jangka minimum untuk waktu istirahat belum ditentukan. Namun banyak ahli berpendapat bahwa semakin sering waktu istirahat meskipun sebentar adalah lebih baik dibandingkan dengan waktu istirahat yang panjang namun hanya sekali dan jarang. Waktu istirahat dapat mengurangi kebosanan, mengantuk, dan meningkatkan output produksi (Silaban, 1998). Waktu istirahat tidak saja perlu bagi kegiatan fisik saja, tetapi juga untuk pekerjaan mental yang memerlukan aktivitas syaraf. Sebagai contoh adalah pekerjaan repetitif yang memerlukan waktu-waktu istirahat. Sumamur (1989) mengemukakan bahwa terdapat empat jenis istirahat, antara lain :a. Istirahat secara spontan, yaitu istirahat pendek segera setelah pembebanan.b. Istirahat curian, yaitu istirahat yang terjadi jika beban kerja tak dapat diimbangi oleh kemampuan kerja.c. Istirahat oleh karena adanya pertalian dengan proses kerja, yaitu istirahat yang tergantung dari bekerjanya mesin, peralatan atau prosedur-prosedur kerja.

d. Istirahat yang ditetapkan, yaitu istirahat atas dasar ketentuan

perundang - undangan seperti istirahat paling sedikit 12 jam sesudah 4 jam bekerja berturut-turut.

3. Lingkungan, lingkungan sekitar pekerjaan juga mempengaruhi beban pekerjaan pada pekerja, antara lain :

1. Lingkungan kerja fisik seperti intensitas penerangan, kebisingan, vibrasi, tekanan udara, mikrolimat (suhu udara ambien, kelembaban udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi, dan lain-lain).2. Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara, uap logam, fume dalam udara.3. Lingkungan kerja biologis seperti bakteri, virus, parasit, jamur, serangga dan lainnya.4. Lingkungan kerja psikologis seperti pemilihan dan penempatan tenaga kerja, hubungan antar pekerja, hubungan pekerja dengan atasan, hubungan pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial sekitar serta hal lain yang dapat berdampak pada performa kerja.

e. Bagaimana makna dari selama ini tidak mengalami penyakit apapun ?

Jawab:3. Pemeriksaan Fisik:Berbaring

Berdiri

TD: 90/60mmHg

TD:70/40 mmHg

DN:102x/menit

DN: 120x/menit

a. Bagaimana cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi? Jawab:

Tekanan Darah

Alat pengukur tekanan darah adalah sfogmomanometer atau tensi meter. Cara pengukuran tekanan darah dengan palpasi adalah sebagai berikut:1. Pasien dalam kondisi duduk atau berbaring dan lengan diatur sedemikian rupa sehingga arteri terletak setinggi jantung

2. Lengan dalam posisi abduksi, rotasi eksterna, dan sedikit fleksi

3. Lilitkan maset yang sudah kempis dengan ketat pada lengan atas sehingga batas bawah manset tersebut kira-kira 1 inci fosa antecubiti

4. Rabalah denyut nadi arteri radialis dan pompalah manset sampai denyut tak teraba lagi.

5. Perlahan-lahan kempiskanlah manset dan catatlah angka pada saat denyut teraba lagi. Ini adalah tekanan sistolik

6. Setelah mengukur tekanan sistolik dengan palpasi, pompa lagi dan stetoskop diletakkan dengan ringan di atas arteri.

7. Setelah dipompa, perlahan-lahan kempiskan lagi manset tersebut, bunyi pertama yang terdengar adalah tekanan sistolik

8. Perhatikan bunyi yang terdengar, pada saat bunyi menghilang terakhir maka itulah disebut tekanan diastolic.

Denyut Nadi

1. Ujung-ujung jari ditekankan makin lama makin kuat di atas arteri sampai denyut maksimum teraba

2. Otot yang mengelilingi arteri tersebut harus direlaksasikan

3. Jika merapa arteri brakhialis, sokonglah lengan atas pasien dan sikunya sedikit difleksikan

4. Jika denyut nadi telah di dapatkan, maka hitunglah denyut nadi semenit penuh, atau bisa dilakukan dengan penghitungan 15 detik dan mengalikannya dengan angka 4.

b. Bagaimana faktor yang menyebabkan turunnya tekanan darah?Jawab:

Faktor yang menyebabkan turunnya tekanan darah pada kasus ini, yaitu terjadinya penurunan atau kerusakan kelenjar adrenalin sehingga mengganggu sekresi hormon aldosteron untuk mengatur Reabsobsi Na+ yang berbanding lurus dengan penyerapan kembali Air (cairan) pada Tubulus ginjal.

Maka jika aldosteron terganggu cairan banyak keluar dari tubuh, menyebabkan konsentrasi cairan di plasma darah turun (volume darah turun) dan hal ini menyebabkan tekanan darah turun.c. Bagaimana nilai normal dan interpretasi hasil pemeriksaan fisik Susi, tekanan darah dan denyut nadi?

Jawab:

Nilai normal tekanan darah:

Tekanan darahSisitolik (mmHg)Diastolik (mmHg)

Normal 100

Hipertensi sistolik terisolasi> 140 Stressor berat -> hormonal inadekuat untuk kompensasi -> kemampuan kortisol menurun -> kortisol seandanya untuk melakukan pembentukan energi.

(Guyton dan Hall. 2014.)

6. Bagaimana pandangan Islam mengenai kasus ini?

Jawab:

Sakit dalam pandangan Islam merupakan bagian dari cobaan yang mengandung banyak faedah bagi seorang muslim, namun mayoritas manusia tidak mengetahuinya. Faedah-faedah sakit sesungguhnya adalah:1. Sakit sebagai penebus dosa dan kesalahanSakit merupakan penebus berbagai dosa dan menghapuskan segala kesalahan, sehingga sakit menjadi sebagai balasan keburukan dari apa yang dilakukan hamba, lalu dihapus dari catatan amalnya hingga menjadi ringan dari dosa-dosa. Hal itu berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak, di antaranya hadits Jabir bin Abdullah r.a. sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:

Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan tidaklah pula dengan seorang muslim, laki-laki dan perempuan, melainkan Allah Swt menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan hal itu, sebagaimana bergugurannya dedaunan dari pohon. (HR. Ahmad, 3/346).

Sebagian orang menduga bahwa keutamaan dan pahala yang terdapat dalam hadits tersebut dan yang semisalnya, hanya diperuntukkan bagi orang yang menderita sakit berat atau sakit parah, atau yang tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya saja, padahal sebenarnya berbeda dengan dugaan ini, karena seorang hamba akan mendapat pahala dari musibah yang menimpanya, sekalipun hanya sakit ringan, selama ia tetap sabar dan selalu meminta pahala.

Tidak disangsikan lagi bahwa setiap kali musibahnya lebih besar dan sakitnya sangat berat, maka akan bertambahlah pahalanya, akan tetapi sakit ringan juga tetap akan mendapat pahala.

2. Sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan

Sesungguhnya sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan. Dalil-dalil tentang hal itu diantaranya hadits Aisyah radhiyallahu anha, ia berkatasesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:

Tidak ada seorang muslimpun yang tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, melainkan ditulis untuknya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan (HR. Muslim no. 2572).

Maka jelaslah dari penjelasan nash-nash ini bahwa disamping menghapuskan kesalahan, juga diperoleh peningkatan derajat dan tambahan kebaikan. Imam an-Nawawi rahimahullah memberikan komentar atas hadits di atas, bahwa terdapat kabar gembira yang besar bagi kaum muslimin, bahwa tidak berkurang sedikitpun dari diri mereka, dan di dalamnya dijelaskan tentang penebus berbagai kesalahan dengan segala penyakit, segala musibah dunia dan duka citanya, sekalipun kesusahan itu hanyalah sedikit. Dan di dalamnya dijelaskan pula tentang pengangkatan derajat dengan perkara-perkara ini dan tambahan kebaikan (Syarh an-Nawawi atas Shahih Muslim 16/193).

3. Sakit merupakan sebab untuk mencapai kedudukan yang tinggiSesungguhnya sakit merupakan sebab untuk mencapai kedudukan yang tinggi, hal itu diindikasikan oleh hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di sisi Allah Swt, ia tidaklah memperolehnya dengan amalan, Allah Swt senantiasa terus mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya, hingga ia memperolehnya (HR. al-Hakim dan ia menshahihkannya 1/495).

4. Sakit merupakan bukti bahwa Allah Swt menghendaki kebaikan terhadap hamba-NyaHal itu ditunjukkan oleh hadits-hadits yang sangat banyak, diantaranya adalah:

Hadits Shuhaib bin Sinan r.a, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya menjadi kebaikan, dan hal itu tidak pernah terjadi kecuali bagi seorang mukmin: jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya, dan jika ia mendapatkan musibah, ia bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya (HR. Muslim no. 2999).

Hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

Barangsiapa yang Allah Swt menghendaki kebaikan dengannya, niscaya Dia menimpakan musibah kepadanya (HR. al-Bukhari No.5645).

Hadits Anas bin Malik r.a. dari Nabi Saw, beliau bersabda:

Sesungguhnya besarnya balasan disertai besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah Swt mencintai suatu kaum, Dia mencoba mereka, barangsiapa yang ridha maka untuknya keridhaan dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan (HR. at-Tirmidzi no. 5645).

5. Sakit membawa kepada Muhasabah (introspeksi diri)Sesungguhnya sakit membawa kepada muhasabah (introspeksi diri) dan tidak sakit membuat orang terperdaya. Hukum ini berdasarkan kebiasaan, pengalaman dan realita. Sesungguhnya apabila seseorang menderita sakit, ia akan kembali kepada Rabb-nya, kembali kepada petunjuk-Nya, dan memulai untuk melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri atas segala kekurangan dalam ketaatan, dan menyesali tenggelamnya dia dalam nafsu syahwat, perbuatan haram serta penyebab-penyebab yang mengarah kepadanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Musibah yang engkau terima dengannya terhadap Allah Swt lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa untuk berdzikir kepada-Nya. (Tasliyatu ahli al-Masha`ib).

6. Sakit menjadi penyebab kembalinya hamba kepada Rabb-NyaBagian ini merupakan pelengkap bagian sebelumnya, cobaan merupakan penyebab kembalinya hamba kepada Rabb mereka, yaitu pada saat Dia menghendaki kebaikan terhadap mereka. Karena inilah, Allah Swt berfirman:

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri(QS. Al-Anaam: 42)

Dan Allah Swt berfirman:

Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)(QS. Al-Araaf: 168)2.6 Learning Issue1. 1. Keseimbangan hormon kortisol dan aldosteron2. 2. Neuroendokrin (thalamus dan hipofisis): HPA, SMA, AXIS3. 3. Patofisiologi lelah (fatique)4. 4. Keseimbangan elektrolit dan hubungannya dengan metabolisme dalam tubuh5. 5. Cardiovascular (TD dan DN) berhubungan dengan hormon6. 6. Berat badan dengan hormon7. 7. Glukosa dengan hormon8. 8. Glikogen dengan hormon (metabolisme karbohidrat yang berkaitan dengan glikogen)2.7 HipotesisSusi, 35 tahun, menderita fatique yang disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan hormon kortisol dan aldosteron karena kerusakan organ endokrin.

2.8 Kerangka Konsep

IMT = BB (kg)

TB2 (m)

Susi, 35 tahun. BB 46 kg. TB 160 cm

Berdiri

TD: 70/40 mmHg

DN: 120x/ menit

Berbaring

TD: 90/60 mmHg

DN: 102x/ menit

Na: 126 meq/L

K: 7 meq/L

Glukosa: 50 mg/dl

Lelah

Tidak memiliki penyakit

BB , 12 kg dalam 2 bulan

Laporan Tutorial Skenario E Blok VPage 35