skenario 4 imun

Upload: putri-padmosuwarno

Post on 04-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    1/14

    Skenario 4

    MENCRET BERKEPANJANGAN

    LO I. Memahami dan Menjelaskan Defisiensi Imun

    1.1.1 Definisi Defisiensi Imun

    Defisiensi imun berasal dari kata defek dan imun, yang mana arti defek adalah

    kekurangan dan imun : kekebalan tubuh. Jadi dapat diartikan imunodefisiensi adalah suatu

    keadaan dimana tubuh mengalami defisit (kurang) sistem kekebalan tubuh. Defek salah satu

    komponen sistem imun dapat menimbulkan penyakit berat bahkan fatal yang secara kolektif

    1.1.2 Klasifikasi Defisiensi Imun

    DEFISIENSI IMUN

    NON SPESIFIK SPESIFIK

    Komplemen Kongenital/Primer

    Kongenital Sel BFisiologik Sel T

    Didapat kombinasi sel B dan T

    Interferon dan Lisozim Fisiologik

    Kongenital kehamilan

    Didapat Usia tahun pertama

    Sel NK Usia tua

    Kongenital Sekunder/didapat

    Didapat Obat-obatan

    Sistem fagosit tindakan bedah,keteterisasi

    Kuantitatif infeksi

    Kualitatif penyinaran,kehilangan IgAglobulinemia timoma

    Defisiensi imun terdiri atas sejumlah penyakit yang menimbulkan kelainan satu atau lebihsistem imun. Manifestasi defisiensi imun tergantung dari sebab dan respons.

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    2/14

    Faktor-faktor yang dapat menimbulkan defisiensi imun sekunder

    Faktor Komponen yang kena

    Proses penuaan Infeksi meningkat, penurunan responsterhadap vaksinasi, penurunan responssel T dan B serta perubahan dalam

    kualitas respons imunMalnutrisi Malnutrisi protein-kalori dan kekurangan

    elemen gizi tertentu (besi, seng/Zn);sebab tersering defisiensi imun sekunder

    Mikroba imunosupresif Contohnya; malaria, virus, campak,terutama HIV; mekanismenya melibatkanpenurunan fungsi sel T dan APC

    Obat imunosupresif steroid

    Obat sitotoksik/radiasi Obat yang banyak digunakan terhadaptumor, juga membunuh sel penting darisistem imun termasuk sel induk,progenitor neutrofil dan limfosit yang

    cepat membelah dalam organ limfoid.Tumor Efek direk dari tumor terhadap sistem

    imun melalui penglepasan molekulimunoregulator imunosupresif (TNF-)

    Trauma Infeksi meningkat, diduga berhubungandengan penglepasan molekulimunosupresif seperti glukokortikoid.

    Penyakit lain seperti diabetes Diabetes sering berhubungan denganinfeksi

    Lain-lain Depresi, penyakit Alzheimer, penyakitcoliac, sarkoidosis, penyakitlimfoproliferatif, makroglobulinemiaWaldenstrom, anemia aplastik,neolasma.

    Hal-hal yang menimbulkan imunokompromais

    Faktor predisposisi Efek terhadap sistem imun Jenis infeksiObat atau sinar X padaimunosupresi, resipienalograf ginjal, sumsumtulang, jantung, dan terapikanker

    Imunitas selular danhumoral menurun

    Infeksi paru, bakteremi,infeksi jamur, salurankencing

    Virus imunosupresif(rubela, herpes, EBV,virus hepatitis, HIV)

    Replikasi virus dalam sellimfoid yang menimbulkangangguan fungsi sel

    Infeksi bakteri sekunderprotozoa pada AIDS

    Tumor Replacement sistem imun Bakteremi, pneumoni,infeksi saluran cerna

    Malnutrisi Hipoplasi limfoidLimfosit dalam sirkulasimenurunKemampuan fagositosis

    Campak, tuberculosis,infeksi saluran nafas dancerna

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    3/14

    1.1.3 D

    i

    a

    g

    n

    osi

    1.1.4 Diagnosis Defisiensi Imun

    1. Antibodi Mikrobial dalam Pemeriksaan Defisiensi Imun

    Kemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk

    menemukan gangguan dalam produksi antibodi, biasanya ditemukan dengan esai ELISA.Antibodi terhadap S. pneumoniaditemukan pada hampir semua orang yang sehat, tapi

    tidak untuk penderita defisiensi imun primer.Bila seseorang diimunisasi, periksa antibodi

    terhadap toksoid tetanus, difteri dan polio.Bila rendah, tes dengan antigen mati lalu evaluasi 4-6

    minggu setelahnya.

    2. Pemeriksaan In Vitro

    Sel B dapat dihitung dengan flow cytometry yang menggunakan CD19, CD20 dan

    CD22. Sel T dapat dihitung dengan flow cytometrymenggunakan antibodi monoklonal terhadap

    CD23 atau CD2, CD5 , CD7, CD4 dan CD8. Penderita dengan defisiensi sel T hanya hiporeaktif

    atau tidak reaktif terhadap tes kulit dengan antigen tuberculin, kandida, trikofiton,streptokinase/streptodornase dan virus parotitis. Produksi sitokin berkurang bila dirangsang

    dengan Phytohaemagglutininatau mitogen nonspesifik lain.

    Tes in vitro dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterial, reduksi Nitroblue-

    tetrazolium atau stimulasi produksi superoksida yang memberi nilai enzim oksidatif yang

    berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal.

    1.1.5 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Defisiensi Imun

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis

    imunodefisiensi adalah pemeriksaan directdan pemeriksaan indirect. Pemeriksaan directdisini

    mendeteksi adanya Ab tehadap penyakit imunodefisiensi yang disebabkan infeksi.Pemeriksaan indirect dilakukan untuk mendeteksi adanya Ag terkait penyakit imunodefisiensi

    yang dikarenakan virus (bakteri), selain pemeriksaan itu dapat pula dilakukan PCR untuk dapat

    mendeteksi adanya kelainan-kelainan dalam sistemis DNA untuk penyakit genetik

    LO 2. Memahami dan Menjelaskan HIV/AIDS

    menurun

    Rokok, inhalasi partikel(silika, spora jamur)

    Inflamasi paru, endapankompleks imun terhadapspora jamur

    Infeksi saluran nafas,respons alergi

    Penyakit endokrin kronik(diabetes)

    Kemampuan fagositosismenurun

    Infeksi stafilokokus,tuberkulosis, infeksi

    saluran napas, bakteremiDefisiensi imun primer Imunitas selular

    dan/humoral menurun

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    4/14

    2.1.1 Definisi HIV/AIDS

    AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) diartikan sebagai kumpulan gejala atau

    penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human

    Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae.AIDS adalah tahap akhir infeksi HIV.

    2.1.2 Epidemiologi HIV/AIDS

    Meratanya HIV diantara orang dewasa per negara pada akhir tahun 2005.

    1550%515%15% 0.51.0%0.10.5%

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    5/14

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    6/14

    2.1.5 Virus HIV

    Struktur HIV 1 terdiri atas :

    2 untaian RNA yang identik dan merupakan genom virus yang berhubungan dengan P17 dan

    P24 berupa inti polipeptida. Semua komponen tersebut diselubungi envelop membran fosfolipid

    yang berasal dari sel pejamu. Protein gp120 dan gp41 yang disandi virus ditemukan dalam

    envelop.

    1) RNA-directed DNA polymerase (reverse transcriptase) : polimerase DNA dalam

    retrovirus seperti HI V. Transverse transcriptase diperlukan dalam teknik rekombinan

    DNA yang diperlukan dalam sintesis first stand cDNA.

    2) Antigen p24 : core antigen virus HIV, yang merupakan pertanda dini adanya infeksi HIV-

    1, ditemukan beberapa hari minggu sblm terjadi serokonversi sintesis antibodi terhadap

    HIV-1.

    3) Antigen gp120 : gilkoprotein permukaan HIV-1 yang mengikat reseptor CD4+ ini telah

    digunakan untuk mencegah antigen gp120 menginfeksi sel CD4+.

    4) Protein envelop : produk yang menyandi gp120, digunakan dalam usaha memproduksi

    antibodi yang efektif dan produktif oleh pejamu.

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    7/14

    Siklus hidup HIV

    Berawal dari infeksi sel, produksi DNA virus dan integrasi kedalam genom. Ekspresi gen virus

    dan produksi partikel virus. Virus menginfeksi sel dengan menggunakan glikoprotein envlop

    yang disebut gp120, yang terutama mengikat sel cd4+,makrofag dan sel diidentifikasi juga dapatdiinfeksinya.

    Setelah virus berikatan dengan reseptor sel,membran virus bersatu dengan membran pejamu

    dan virus masuk sitoplasma. Disini envlop virus dilepas oleh protease virus dan RNA jadi

    bebas.Pengkopian DNA dari RNA disintesis oleh enzim riverstanskriptase dan kopi DNA

    bersatu dengan DNA pejamu.DNA yang terintegrasi disebut provirus. Provirus dapat diaktifkan

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    8/14

    ,sehingga diproduksi RNA dan protein virus. Lalu virus mampu membentuk stuktur ini ,

    berimigrasi ke membran sel pejamu, dilepas berupa partikel virus yang dapat menular dan siap

    menginfeksi sel lain. Integrasi provirus dapat tetap laten dalam sel terinfeksi untuk berbulan-

    bulan atau tahunan, sehingga tersembunyi dari sistem imun pejamu, bahkan dari terapi

    antivirus.

    2.1.6 Patogenesis HIV/AIDS

    Target utama virus adalah limfosit CD4+ yang berfungsi penting pada imunologis, danbila hilang menimbulkan gangguan respons imun yang progresif.Virus tersebut memiliki afinitasterhadap molekul permukaan CD4.

    Infeksi HIV primer pada limfosit CD4+ dan monosit pada mukosa vagina.Virus dibawaoleh APC ke KGB regional dan dideteksi setelah inokulasi selama 5 hari.Sel individual dideteksi7-14 hari dengan hibridasi in situ.Viremia dideteksi 7-21 hari.Lalu jumlah sel yangmengekspresikan virus (viremia) menurun drastis yang dihubungkan dengan koinsidenpeningkatan sel limfosit CD8. Replikasi HIV terjadi saat steady-state, yaitu beberapa bulan

    setelah infeksi, lalu relatif stabil hingga beberapa tahun (tapi lamanya bervariasi), yangmempengaruhi replikasi adalah faktor (dan patogenesisnya) adalah heterogeneitas kapasitasreplikatif virus dan heterogeneitas intrinsic pejamu.

    Lalu antibodi muncul di sirkulasi beberapa minggu setelah infeksi, namun bisa dideteksipertama kali saat bereplikasi hingga masa steady-state.Tapi, dia tidak dapat mematikan virusyang ada, karena virus menghindar dari netralisasi yang dilakukan antibodi dengan melakukanadaptasi pada amplopnya, termasuk mengubah situs glikosilasinya.Akibatnya, konfigurasi 3dimensi berubah dan netralisasi gagal.

    Patofisiologi:Supaya dapat terjadi infeksi virus, dia harus masuk kedalam sel, dalam hal ini sel darah

    putih (limfosit), materi genetik virus dimasukkan kedalam DNA sel yang terinfeksi. Didalam sel,

    virus berkembang biak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virusyang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya danmenghancurkannya.

    Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein protein yang disebutCD4 (yang terdapat di selaput bagian luar). Sel-sel memiliki reseptor CD4 biasanya disebutCD4+ atau limfosit T yang berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistemkekebalan (misalnya limfosit B,makrofag dan limfosit T sitotoksik) yang semuanya membantumenghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.

    Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T helper sehingga terjadi kelemahansistem tubuh untuk melindungi dirinya dari infeksi dan kanker.

    Seorang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T helper melalui 3 tahap selamabeberapa bulan atau tahun. Seorang yang sehat memiliki limfosit T sebanyak 2000 sel dalamdarah. Pada beberapa bulan pertama terinfeksi HIV jumlahnya menurun sebanyak 40-50%selama bulan-bulan ini penderita biasanya bisa menularkan didalam mencapai kadar stabil,yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularannya penyakit kepadaorang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendahmembantu dokter untuk menentukan orang-orang yang berisiko tinggi menderita AIDS. JumlahCD4+ biasanya menurun drastis jika kadarnya mencapai 200 sel/ml darah, maka penderitarentan terhadap infeksi.

    Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B(limfosit yangmenghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.Antibodi

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    9/14

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    10/14

    fotofobia, meningitis, ensefalitis) dan saluran cerna (anoreksia, nausea, diare, jamur di mulut).

    Fase Penyakit Ciri Klinis

    Penyakit HIV akut Demam, sakit kepala, sakit tenggorok dengan faringitis,limfadenopati umum, ruam

    Periode klinis laten Jumlah sel CD4+ menurun

    AIDS Infeksi oportunistik:Protozoa (T. kriptosporodium)Bakteri (M. avium, nokardia, salmonela)Jamur (kandida, K. neoformans, H. kapsulatum,pneumocystis)Virus (CMV, herpes simpleks, varisela-zoster)

    Tumor :Limfoma (EBV-limfoma yang berhubungan dengan sel B)Sarkoma Kaposi

    EnsefalopatiWastung syndome

    2.1.9 Pemeriksaan HIV/AIDS

    Untuk meningkatkan kepastian apakah seseorang terinfeksi HIV/AIDS dilakukan

    pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium untuk deteksi HIV ada 2 yakni,

    pemeriksaan direk (serologi) untuk mendeteksi Ab terhadap HIV seperti menggunakan teknik

    ELISA, Aglutinasi, dan pemeriksaan indirek untuk mendeteksi Ag, yang dapat dilakukan dengan

    isolasi, biakan virus, deteksi materi genetik virus.

    Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tes HIV adalah adanya masa jendela(window period) yaitu waktu sejak tubuh terinfeksi HIV hingga timbulnya Ab yang dapat

    dideteksi dengan pemeriksaan. Ab terbentuk 4-8 minggu setelah infeksi.

    Jika pada pemeriksaan ini penderita yang dicurigai risiko terinfeksi HIV cukup tinggi

    memberikan hasil negatif, perlu diadakan pemeriksaan ulangan 3 bulan kemudian.

    WHO menganjurlan pemakaian salah satu dari 3 strategi pemeriksaan antibodi terhadap

    HIV, tergantung pada tujuan penyaringan keadaan populasi dan keadaan pasien.

    Tabel Strategi Pemeriksaan anti-HIV

    Tujuan pemeriksaan Prevalensi infeksiHIV

    Strategi pemeriksaan

    Keamanan transfusidan transplantasi

    Semuaprevalensi

    I

    Surveillance >10%10%

    III

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    11/14

    Diagnosis Bergejala infeksiHIV/AIDS

    Tanpa gejala

    >30%

    30%>10%10%

    III

    IIIIIII

    Pada keadaan yang memenuhi dilakukannya strategi I, hanya dilakukan 1 kali

    pemeriksaan.Bila hasil pemeriksaan reaktif, maka dianggap sebagai kasus terinfeksi HIV dan

    bila hasil pemeriksaan non-reaktif dianggap tidak terinfeksi HIV.

    Strategi II menggunakan 2 kali pemeriksaan jika serum pada pemeriksaan pertama

    memberikan hasil reaktif.Jika pada pemeriksaan pertama hasilnya non-reaktif, maka dilaporkan

    hasil tesnya negatif.Bila hasil pemeriksaan kedua juga reaktif, maka disimpulkan sebagai

    terinfeksi HIV.Namun jika hasil pemeriksaan yang kedua adalah non-reaktif, maka pemeriksaan

    harus diulang dengan ke-2 metode. Bila hasil tetap tidak sama, maka dilaporkan sebagai

    indeterminate.

    Strategi III menggunakan 3 kali pemeriksaan. Bila hasil pemeriksaan pertama, kedua,

    dan ketiga reaktif, maka dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut memang terinfeksi HIV. Bila

    hasil pemeriksaan tidak sama, misalnya hasil tes pertama reaktif, kedua reaktif, ketiga non-

    reaktif atau pertama reaktif, kedua non-reaktif, ketiga non-reaktif, maka keadaan ini disebut

    sebagai equivocal atau indeterminatebila pasien yang diperiksa memiliki riwayat pemaparan

    terhadap HIV atau berisiko tinggi tertular HIV. Sedangkan bila hasil seperti yang disebut

    sebelumnya terjadi pada orang tanpa riwayat pemaparan terhadap HIV atau tidak berisiko

    tertular HIV, maka hasil pemeriksaan dilaporkan sebagai non-reaktif.

    2.1.10 Diagnosis HIV/AIDS

    Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV/AIDS apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti

    terinfeksi HIV, baik pemeriksaan direk (serologis) dan indirek (deteksi Ag).Diagnosis AIDS

    ditegakkan apabila terdapat infeksi oportunisti atau limfosit CD4+ < 200mm3.

    CMV (selain hati, limpa, atau KGB)

    CMV, retinitis (penurunan fungsi penglihatan)

    Enselopati HIV

    HSV (Herpes Simplex Virus)Histoplamosis

    Isosporiasis

    Kandidiasis (bronkus, trakea, esofagus)

    Cervix cancer

    Limfoma

    M.avium

    M.tuberculosae

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    12/14

    Pneumonia pneumocystis carinii

    Pneumonia rekuren

    Sindrom kaposi

    Toksoplasmosis otak

    Wasting syndrome

    2.1.11 Penatalaksanaan HIV/AIDS

    Penatalaksanaan infeksi HIV/AIDS meliputi penatalaksanaan fisik, psikologis, dan sosial.Penatalaksanaan medik terdiri atas :

    1. Pengobatan suportif

    Nutrisi dan vitamin yang cukup

    Bekerja

    Pandangan hidup yang positif

    Hobi

    Dukungan psikologis

    Dukungan sosial2. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik dan kanker3. Pengobatan antiretroviral

    Nucleoside reverse transcriptase inhibitor- AZT (zidovudin)- ddI (didanosin)- ddC ( zalsitabin)- d4T (stavudin)- 3TC (lamivudin)- Abakavir

    Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor- Nevirapin- Delavirdin- Efavirenz

    Protease inhibitor- Saquinavir- Ritonavir- Indinavir- Nelfinavir

    Obat ini juga direkomendasikan pada : Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 200-350 sel/mm3 dapat ditawarkan untuk

    memulai terapi Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ >350 sel/mm3 dan viral load >100.000 kopi/ml

    tetapi ARV dapat dimulai, namun dapat pula ditunda. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ >350 sel/mm3 dan viral load

  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    13/14

    Kombinasi obat antiretroviral lini pertama : kombinasi zidovudin (ZDV) + lamivudin (3TC) dengan nevirapin (NVP) atau

    stavudin + lamivudin dengan nevirapin lini kedua : Tenofir / Abacavir + Didanosin + Saquinavir (ritonavir)* / Lopinavir (ritonavir)*

    2.1.12 Prognosis HIV/AIDS

    Tidak ada pengobatan untuk infeksi HIV.Sebelum ditemukannya pengobatan, ODHA

    hanya dapat hidup selama 2 tahun.Untunglah sekarang telah terdapat peningkatan yang cukup

    signifikan pada angka survival ODHA.Upaya pencegahan telah menurunkan angka infeksi HIV

    pada anak dan membatasi terjadinya infeksi baru.

    Pengobatan telah memperpanjang angka harapan hidup hingga 10 tahun bagi

    ODHA yang patuh pada aturan pemakaian obat

    Pengobatan menolong perbaikan sistem imun, melawan infeksi dan mencegah

    terjadinya kanker. Akhirnya, virus menjadi resisten terhadap obat dan

    manifestasi AIDS tambah berkembang Obat untuk terapi HIV-AIDS tidak menyembuhkan infeksi. Ini hal yang perlu

    diingat oleh ODHA agar mereka tetap sadar bahwa mereka masih menjadi

    sumber penularan sekalipun telah mendapatkan pengobatan

    Upaya penelitian difokuskan untuk mengembangkan pengobatan terbaru dan

    yang lebih baik.

    http://www.emedicinehealth.com/hivaids/page9_em.htm

    2.1.13 Pencegahan HIV/AIDS

    Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara dan amat

    dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO, untuk dilaksanakan secara sekaligus yaitu :

    a) Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa mudab) Program penyuluhan sebaya untuk berbagai kelompok sasaranc) Program kerja sama dengan media cetak dan elektronikd) Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program pengadaan

    jarum suntik sterile) Program pendidikan agamaf) Program layanan pengobatan infeksi menular seksual (IMS)

    g) Program promosi kondom di lokalisata pelacuran dan panti pijath) Pelatihan keterampilan hidupi) Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling

    j) Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anakk) Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan dukungan

    untuk ODHAl) Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat ARV

    http://www.emedicinehealth.com/hivaids/page9_em.htmhttp://www.emedicinehealth.com/hivaids/page9_em.htmhttp://www.emedicinehealth.com/hivaids/page9_em.htm
  • 7/30/2019 Skenario 4 Imun

    14/14

    LO 3. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi HIV/AIDS

    (di catatan)

    LO 4. Memahami dan Menjelaskan Etika terhadap ODHA (Orang Dengan HIV AIDS)

    Pandangan dokter terhadap pasien sebagai manusia seutuhnya akan membantumenemukan latar belakang kelainan kesehatan pasien secara tepat. Bersikap Beneficencemerupakan sikap dokter yang mengutamakan tindakan kebaikan ditujukan kepada pasien.Non-Maleficence merupakan larangan bagi seorang dokter untuk melakukan tindakan yangdapat memperburuk keadaan pasien. Bersikap Justiceyaitu mementingkan keadilan dalambersikap tanpa adanya diskriminasi terhadap pasien seperti penderita HIV/AIDS.

    LO 5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam terhadap ODHA (Orang Dengan HIV

    AIDS)

    Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu sepenuhnya mencegah HIV, hanya

    sebatas mencegah penyebarannya dengan obat ARV. Orang yang terinfeksi HIV akan

    menjadi karier selama hidupnya, pada firman Allah S.W.T yang berbunyi, Dan

    sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepada kamu dengan sedikit kelaparan,

    ketakutan dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang sabar.(QS. Al-Baqarah: 155).

    Dan juga Allah berfirman yang berbunyi, " Hai manusia , telah datang kepadamu kitab

    yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai

    petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ". ( QS. Yunus : 57 ).

    Ulama juga berkewajiban mengantisipasi kemungkinan ancaman dibidang kesehatanmasyarakat seperti penyebaran penyakit HIV/AIDS. Hal ini sejalan dengan hakekat ajaranislam yang sangat mengedepankan prinsip kebersamaan dalam kebajikan dan ketaqwaan.