imun pbl 4

23
Yogie Nahara Saputra 1102010297 LI.1 MM Ganguan Defisiensi Imun LO.1.1 Definisi Gangguan defisiensi imun adalah gangguan yang dapat disebabkan oleh kerusakan herediter yang mempengaruhi perkembangan sistem imun atau dapat terjadi akibat efek sekunder dan penyakit lain (misalnya infeksi malnutrisi, penuaan, imunosupresi, autoimunitas atau kemoterapi). Dan penyakit imunodefisiensi adalah defisiensi respon imun akibt hipoaktivitas atau penurunan jumlah sel limfoid.imunodefisiensi adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami defisit (kurang) sistem kekebalan tubuh. LO.1.2 Klasifikasi Defisiensi imun terdiri atas sejumlah penyakit yang menimbulkan kelainan satu atau lebih sistem imun. Manifestasi defisiensi imun tergantung dari sebab dan respons. 1.Defisiensi Imun Non-Spesifik a. Komplemen Dapat berakibat meningkatnya insiden infeksi dan penyakit autoimun (SLE), defisiensi ini secara genetik. i. Kongenital Menimbulkan infeksi berulang /penyakit kompleks imun (SLE dan glomerulonefritis). ii. Fisiologik Ditemukan pada neonatus disebabkan kadar C3, C5, dan faktor B yang masih rendah. iii. Didapat Disebabkan oleh depresi sintesis (sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori). b. Interferon dan lisozim

Upload: yogie-nahara-saputra

Post on 10-Aug-2015

56 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

Page 1: imun pbl 4

Yogie Nahara Saputra 1102010297

LI.1 MM Ganguan Defisiensi Imun

LO.1.1 Definisi

Gangguan defisiensi imun adalah gangguan yang dapat disebabkan oleh kerusakan herediter yang mempengaruhi perkembangan sistem imun atau dapat terjadi akibat efek sekunder dan penyakit lain (misalnya infeksi malnutrisi, penuaan, imunosupresi, autoimunitas atau kemoterapi). Dan penyakit imunodefisiensi adalah defisiensi respon imun akibt hipoaktivitas atau penurunan jumlah sel limfoid.imunodefisiensi adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami defisit (kurang) sistem kekebalan tubuh.

LO.1.2 Klasifikasi

Defisiensi imun terdiri atas sejumlah penyakit yang menimbulkan kelainan satu atau lebih sistem imun. Manifestasi defisiensi imun tergantung dari sebab dan respons.

1. Defisiensi Imun Non-Spesifika. Komplemen

Dapat berakibat meningkatnya insiden infeksi dan penyakit autoimun (SLE), defisiensi ini secara genetik.i. Kongenital

Menimbulkan infeksi berulang /penyakit kompleks imun (SLE dan glomerulonefritis).

ii. FisiologikDitemukan pada neonatus disebabkan kadar C3, C5, dan faktor B yang masih rendah.

iii. DidapatDisebabkan oleh depresi sintesis (sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori).

b. Interferon dan lisozimi. Interferon kongenital

Menimbulkan infeksi mononukleosis fatalii. Interferon dan lisozim didapat

Pada malnutrisi protein/kaloric. Sel NK

i. KongenitalPada penderita osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit), kadar IgG, IgA, dan kekerapan autoantibodi meningkat.

ii. DidapatAkibat imunosupresi atau radiasi.

d. Sistem fagositMenyebabkan infeksi berulang, kerentanan terhadap infeksi piogenik berhubungan langsung dengan jumlah neutrofil yang menurun, resiko meningkat apabila jumlah fagosit turun < 500/mm3. Defek ini juga mengenai sel PMN.

Page 2: imun pbl 4

i. KuantitatifTerjadi neutropenia/granulositopenia yang disebabkan oleh menurunnya produksi atau meningkatnya destruksi. Penurunan produksi diakibatkan pemberian depresan (kemoterapi pada kanker, leukimia) dan kondisi genetik (defek perkembangan sel hematopioetik). Peningkatan destruksi merupakan fenomena autoimun akibat pemberian obat tertentu (kuinidin, oksasilin).

ii. KualitatifMengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis, fagositosis, dan membunuh mikroba intrasel.1. Chronic Granulomatous Disease (infeksi rekuren mikroba gram – dan +)2. Defisiensi G6PD (menyebabkan anemia hemolitik)3. Defisiensi Mieloperoksidase (menganggu kemampuan membunuh benda

asing)4. Chediak-Higashi Syndrome (abnormalitas lisosom sehingga tidak mampu

melepas isinya, penderita meninggal pada usai anak)5. Job Syndrome (pilek berulang, abses staphylococcus, eksim kronis, dan otitis

media. Kadar IgE serum sangat tinggi dan ditemukan eosinofilia).6. Lazy Leucocyte Syndrome (merupakan kerentanan infeksi mikroba berat.

Jumlah neutrofil menurun, respon kemotaksis dan inflamasi terganggu)7. Adhesi Leukosit (defek adhesi endotel, kemotaksis dan fagositsosis buruk,

efeks sitotoksik neutrofil, sel NK, sel T terganggu. Ditandai infeksi bakteri dan jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka)

2. Defisiensi Imun Spesifika. Kongential/primer

Sangat jarang terjadi.i. Sel B

Defisiensi sel B ditandai dengan penyakit rekuren (bakteri)1. X-linked hypogamaglobulinemia2. Hipogamaglobulinemia sementara3. Common variable hypogammaglobulinemia4. Disgamaglobulinemia

ii. Sel TDefisensi sel T ditandai dengan infeksi virus, jamur, dan protozoa yang rekuren1. Sindrom DiGeorge (aplasi timus kongenital)2. Kandidiasis mukokutan kronik

iii. Kombinasi sel T dan sel B1. Severe combined immunodeficiency disease2. Sindrom nezelof3. Sindrom wiskott-aldrich4. Ataksia telangiektasi5. Defisiensi adenosin deaminase

b. Fisiologiki. Kehamilan

Defisiensi imun seluler dapat diteemukan pada kehamilan.Hal ini karena pningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yang dibentuk

Page 3: imun pbl 4

trofoblast. Wanita hamil memproduksi Ig yang meningkat atas pengaruh estrogen

ii. Usia tahun pertamaSistem imun pada anak usia satu tahun pertama sampai usia 5 tahun masih belum matang.

iii. Usia lanjutGolongan usia lanjut sering mendapat infeksi karena terjadi atrofi timus dengan fungsi yang menurun.

c. Defisiensi imun didapat/sekunderi. Malnutrisi

ii. Infeksiiii. Obat, trauma, tindakan, kateterisasi, dan bedah

Obat sitotoksik, gentamisin, amikain, tobramisin dapat mengganggu kemotaksis neutrofil.Kloramfenikol, tetrasiklin dapat menekan antibodi sedangkan rifampisin dapat menekan baik imunitas humoral ataupun selular.

iv. PenyinaranDosis tinggi menekan seluruh jaringan limfoid, dosis rendah menekan aktivitas sel Ts secara selektif

v. Penyakit beratPenyakit yang menyerang jaringan limfoid seperti Hodgkin, mieloma multipel, leukemia dan limfosarkoma. Uremia dapat menekan sistem imun dan menimbulkan defisiensi imun.Gagal ginjal dan diabetes menimbulkan defek fagosit sekunder yang mekanismenya belum jelas. Imunoglobulin juga dapat menghilang melalui usus pada diare

vi. Kehilangan Ig/leukositSindrom nefrotik penurunan IgG dan IgA, IgM norml.Diare (linfangiektasi intestinal, protein losing enteropaty) dan luka bakar akibat kehilangan protein.

vii. Stresviii. Agammaglobulinmia dengan timoma

Dengan timoma disertai dengan menghilangnya sel B total dari sirkulasi. Eosinopenia atau aplasia sel darah merah juga dapat menyertai

d. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

LO.1.3 Etiologi

Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :1. Defisiensi imun primer

Penyakit Immunodeficiency primer terjadi jika bagian dari sistem kekebalan tubuh hilang atau tidak berfungsi dengan benar.Penyakit ini disebabkan oleh intrinsik cacat pada sel-sel sistem kekebalan tubuh dan biasanya disebabkan oleh warisan cacat genetik, yang berarti bahwa mereka diturunkan dari orang tua kepada keturunannya.

2. Defisiensi imun sekundera. Malnutrisi

Page 4: imun pbl 4

b. Kanker generalisatac. Pengobatan imunosupresand. Infeksi penyakit (HIV/AIDS)e. Immatur limfosit

Selain itu dapat diakbiatkan oleh :a. Defek genetic

Defek gen-tunggal yang diekspresikan di banyak jaringan (misal ataksia-teleangiektasia, defsiensi deaminase adenosin) Defek gen tunggal khusus pada sistem imun (misal defek tirosin kinase pada X-linked agammaglobulinemia; abnormalitas rantai epsilon pada reseptor sel T).Kelainan multifaktorial dengan kerentanan genetik  (misal common variable immunodeficiency).

b. Obat atau toksinImunosupresan (kortikosteroid, siklosporin), Antikonvulsan (fenitoin).

c. Penyakit nutrisi dan metabolicMalnutrisi ( misal kwashiorkor), Protein losing enteropathy (misal limfangiektasia intestinal), Defisiensi vitamin (misal biotin, atau transkobalamin II).

d. Defisiensi mineral Seng pada Enteropati Akrodermatitis

e. Kelainan kromosomAnomali DiGeorge (delesi 22q11)Defisiensi IgA selektif (trisomi 18)

f. InfeksiImunodefisiensi transien (pada campak dan varicella )Imunodefisiensi permanen (infeksi HIV, infeksi rubella kongenital).

LI.2 MM HIV

LO.2.1 Definisi

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk family retroviridae.AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

LO.2.2 Etiologi

HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV),adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleat (RNA) menjadi asam sribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV 1 dan HIV 2 atau lentivirus sitopatik, dengan HIV 1 menjadi penyebab utama AIDS seluruh dunia.

Etiologi HIV juga disebabkan oleh injeksi/masuknya HUMAN IMUNODEFIENCY VIRUS (HIV) dimana cara penulrannya dapat melalui :

Page 5: imun pbl 4

A. Kontak seksual dengan resiko penulrannya 0,1-1% tiap kali berhubungan seksualB. Penyuntikan intra-vena obat dengan jarum yang tercemar HIVC. Pemberian darah atau produk darah

- Tranfusi darah yang mengandung ?HIV, resiko penularannnya 90=98%

- Tertusuk jarum yang mengandung HIV, resiko penularannya 0,03%

- Terpapar mukosa yang mengandung HIV, resiko penularannya 0,0051%D. Masuknya virus melalui ibu yang terjangkit kepada neonatus

- Selama kehamilan

- Saat persalinan, resiko penularannya 50%

- Melalui ASI, resiko penularannya 14%

LO.2.3 Struktur Virus

Virus HIV termasuk virus ss RNA positif yang berkapsul, dari famili Retroviridae. Diameternya sekitar 100 nm dan mengandung dua salinan genom RNA yang dilapisi oleh protein nukleokapsid. Pada permukaan kapsul virus terdapat glikoprotein transmembran gp41 dan glikoprotein permukaan gp120. Di antara nukleokapsid dan kapsul virus terdapat matriks protein. Selain itu juga terdapat tiga protein spesifik untuk virus HIV, yaitu enzim reverse transkriptase (RT), protease (PR), dan integrase (IN). Enzim RT merupakan DNA polimerase yang khas untuk retrovirus, yang mampu mengubah genom RNA menjadi salinan rantai ganda DNA yang selanjutnya diintegrasikan pada DNA sel pejamu. Retrovirus juga memiliki sejumlah gen spesifik sesuai dengan spesies virusnya, antara lain gag (fungsi struktural virus), pol (fungsi struktural dan sintesis DNA), serta env (untuk fusi kapsul virus dengan membran plasma sel pejamu).

LO.2.4 Patogenesis

HIV menginfeksi terutama dengan tiga cara utama yaitu :1. Hubungan seksual diluar nikah2. Transfusi darah3. Penggunaan narkotika suntik

Perlekatan virus

Virion virus mempunyai tonjolan terdiri dari gp120 (pada selubung permukaan/eksternal) dan gp41 (pada bagian transmembran), (gp : glikoprotein, angka mengacu pada massa protein dalam ribuan dalton). Limfosit CD4

+ merupakan target utama pada infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4

+ (berfungsi dalam imunologis yang penting). HIV menginfeksi sel dengan berikatan dengan reseptor sel T CD4

+. gp120 berikatan kuat dengan reseptor sel T CD4+, agar gp41 dapat memerantarai fusi

membran virus ke membran sel, selain itu diperlukan koreseptor pada permukaan sel T yaitu CCR5/CXCR4.

Page 6: imun pbl 4

Individu yang mewarisi defisiensi (homozigot) gen koreseptor CCR5/CXCR4 resisten terhadap timbulnya AIDS, walaupun berulang kali terpajan HIV (1% orang Amerika keturunan Caucasian), dan yang heterozigot tidak terlindung dari AIDS, akan tetapi awitan penyakit melambat, hal ini belum pernah ditemukan pada homozigot populasi Asia dan Afrika. Sel-sel lain yang rentan terinfeksi adalah makrofag, monosit (berfungsi sebagai resevoar/APC untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh virus), sel NK, sel B, sel endotel, sel epitel, sel Langerhans, sel dendritik, sek mikroglia, dan berbagai jaringan tubuh dikarenakan sifat HIV yang politrofik. APC yang terinfeksi HIV akan menuju ke limfonodus regional, virus dapat dideteksi 5 hari setelah inokulasi. Dalam limfonodus APC baru dapat dideteksi dengan teknik hibridisasi in situ 7-14 hari setelah inokulasi.

Replikasi virus

1. Perlekatan virus dengan sel T CD4+

2. Fusi dan masuknya virus kedalam sel T CD4+

3. Pelepasan nukleokapsid dan bekerjanya enzim reverse transcriptase yang membuat satu untai RNA menjadi DNA salinan untai ganda virus.

4. cDNA bermigrasi ke dalam inti sel dengan bantuan enzim integrase5. Integrasi ke dalam inti sel pejamu menghasilkan DNA provirus dan memicu transkripsi

membentuk mRNA6. mRNA virus ditranslasikan menjadi enzim-enzim dan protein struktural oleh ribosom

sel7. RNA genom virus dari inti sel dibebaskan ke sitoplasma8. RNA virus bergabung dengan protein-protein virus, yang sebelumnya enzim protease

memotong dan menata protein virus menjadi segmen-segmen kecil mengelilingi RNA virus yang menonjol keluar sel pejamu

9. Virion HIV baru siap dibebaskan dari sel T CD4+ yang terbungkus oleh sebagian

sitoplasma dari membran sel T CD4+

LO.2.5 Manifestasi Klinis

Klasifikasi HIV pada orang dewasa menurut CDC (Center for Disease Control) berdasarkan gejala klinis dan diagnosis laboratoriumnya dibagi menjadi empat grup:

1. Infeksi akut HIVKeadaan ini disebut sebagai infeksi primer HIV atau sindrom serokonversi akut. Waktu dari paparan virus sampai timbulnya keluhan antara 2-4 minggu. Infeksi akut biasanya asimtomatis, tapi beberapa akan menunjukkan keluhan seperti demam pada influenza. Pada masa ini, diagnosa jarang dapat ditegakkan, salah satunya karena tes serologi standar untuk antibodi terhadap HIV masih memberikan hasil negatif (window periode).

Page 7: imun pbl 4

2. Infeksi seropositif HIV asimtomatisPada orang dewasa terdapat periode laten infeksi HIV yang bervariasi dan lama untuk timbulnya penyakit yang terkait HIV/AIDS. Periode asimtomatisnya bisa panjang mulai dari beberapa bulan hingga 10 tahun atau lebih. Pada masa ini, biarpun penderita tidak nampak keluhan apa-apa, tetapi bila diperiksa darahnya akan menunjukkan seropositif antibodi p24 dan gp41. Hal ini akan sangat berbahaya dan berpotensi tinggi menularkan infeksi HIV pada orang lain.

3. Persisten generalised lymphadenopaty/ PGLPada masa ini ditemukan pembesaran nodus limfe yang meliputi sedikitnya dua tempat selain inguinal, dan tidak ada penyakit lain atau pengobatan yang menyebabkan pembesaran nodus limfe minimal selama tiga bulan. Antibodi yaitu p24 dan g41 biasanya terdeteksi. Beberapa penderita mengalami diare kronis dengan penurunan berat badan, sering diketahui sebagai “slim disease”.

4. Gejala yang berkaitan dengan HIV/AIDsHampir semua orang yang terinfeksi HIV, jika tidak diterapi, akan berkembang menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Progresivitas infeksi tergantung pada karakteristik virus dan hospes. Karakter virus meliputi HIV-1 dan HIV-2, sedangkan karakter hospes meliputi usia (<5 tahun atau >40 tahun), infeksi yang menyertai-nya, dan faktor genetik.Yang utama dari grup ini adalah turunnya jumlah limfosit CD4+, biasanya dibawah 100/mm3. Stadium ini kadang dikenal sebagai “full blown AIDS ”.

Adapun kriteria gejala pada dewasa menurut WHO :

Gejala mayor:

Penurunan berat badan >10% berat badan Diare kronis lebih dari 1 bulan Demam lebih dari 1 bulan

Gejala minor:

Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan Pruritus dermatitis menyeluruh Infeksi umum yang rekuren (misalnya herpes zoster) Kandidiasis orofaringeal Infeksi herpes simplek kronis progresif atau yang meluas Limfadenopati generalisata

Klasifikasi infeksi HIV pada anak berbeda dengan orang dewasa, klasifikasi tersebut berdasarkan gejala dan beratnya imunosupresi yang terjadi pada anak. Klasifikasi ini sendiri penting untuk mengetahui derajat beratnya penyakit HIV anak. Adapun kriteria gejala menurut WHO untuk anak:

Gejala mayor:

Page 8: imun pbl 4

Berat badan turun atau pertumbuhan lambat yang abnormal Diare kronis >1 bulan Demam >1 bulan

Gejala minor: Limfadenopati generalisata Kandidiasis orofaringeal Infeksi umum yang rekuren Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan Ruam kulit yang menyeluruh

Konfirmasi Infeksi HIV pada ibunya dihitung sebagai kriteria minor.

LO.2.6 Komplikasi

Komplikasi-komplikasi umum pada pasien HIV/AIDS akibat infeksi oportunistik:

Tuberkulosis (TB)Di negara-negara miskin, TB merupakan infeksi oportunistik yang paling umum yang terkait dengan HIV dan menjadi penyebab utama kematian di antara orang yang hidup dengan AIDS. Jutaan orang saat ini terinfeksi HIV dan TBC dan banyak ahli menganggap bahwa ini merupakan wabah dua penyakit kembar.

SalmonelosisKontak dengan infeksi bakteri ini terjadi dari makanan atau air yang telah terkontaminasi.Gejalanya termasuk diare berat, demam, menggigil, sakit perut dan, kadang-kadang, muntah.Meskipun orang terkena bakteri salmonella dapat menjadi sakit, salmonellosis jauh lebih umum ditemukan pada orang yang HIV-positif.

Cytomegalovirus (CMV)Virus ini adalah virus herpes yang umum ditularkan melalui cairan tubuh seperti air liur, darah, urine, semen, dan air susu ibu. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menonaktifkan virus sehingga virus tetap berada dalam fase dorman (tertidur) di dalam tubuh.Jika sistem kekebalan tubuh melemah, virus menjadi aktif kembali dan dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru atau organ tubuh lainnya.

KandidiasisKandidiasis adalah infeksi umum yang terkait HIV.Hal ini menyebabkan peradangan dan timbulnya lapisan putih tebal pada selaput lendir, lidah, mulut, kerongkongan atau vagina.Anak-anak mungkin memiliki gejala parah terutama di mulut atau kerongkongan sehingga pasien merasa sakit saat makan.

Cryptococcal MeningitisMeningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges).Cryptococcal meningitis infeksi sistem saraf

Page 9: imun pbl 4

pusat yang umum terkait dengan HIV.Disebabkan oleh jamur yang ada dalam tanah dan mungkin berkaitan dengan kotoran burung atau kelelawar.

ToxoplasmolisisInfeksi yang berpotensi mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Penularan parasit ini disebabkan terutama oleh kucing. Parasit berada dalam tinja kucing yang terinfeksi kemudian parasit dapat menyebar ke hewan lain.

KriptosporidiosisInfeksi ini disebabkan oleh parasit usus yang umum ditemukan pada hewan. Penularan kriptosporidiosis terjadi ketika menelan makanan atau air yang terkontaminasi. Parasit tumbuh dalam usus dan saluran empedu yang menyebabkan diare kronis pada orang dengan AIDS.

Kanker yang biasa terjadi pada pasien HIV/AIDS:

Sarkoma KaposiSarkoma Kaposi adalah suatu tumor pada dinding pembuluh darah.Meskipun jarang terjadi pada orang yang tidak terinfeksi HIV, hal ini menjadi biasa pada orang dengan HIV-positif.Sarkoma Kaposi biasanya muncul sebagai lesi merah muda, merah atau ungu pada kulit dan mulut.Pada orang dengan kulit lebih gelap, lesi mungkin terlihat hitam atau coklat gelap.Sarkoma Kaposi juga dapat mempengaruhi organ-organ internal, termasuk saluran pencernaan dan paru-paru.

LimfomaKanker jenis ini berasal dari sel-sel darah putih.Limfoma biasanya berasal dari kelenjar getah bening.Tanda awal yang paling umum adalah rasa sakit dan pembengkakan kelenjar getah bening ketiak, leher atau selangkangan.

Komplikasi lainnya:

Wasting SyndromePengobatan agresif telah mengurangi jumlah kasus wasting syndrome, namun masih tetap mempengaruhi banyak orang dengan AIDS. Hal ini didefinisikan sebagai penurunan paling sedikit 10 persen dari berat badan dan sering disertai dengan diare, kelemahan kronis dan demam.

Komlikasi NeurologisWalaupun AIDS tidak muncul untuk menginfeksi sel-sel saraf, tetapi AIDS bisa menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, lupa, depresi, kecemasan dan kesulitan berjalan. Salah satu komplikasi neurologis yang paling umum adalah demensia AIDS yang kompleks, yang menyebabkan perubahan perilaku dan fungsi mental berkurang.

Page 10: imun pbl 4

LI.3 MM Screening dan Diagnosis

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang terinfeksi HIV sangatlah penting, karena infeksi pada HIV gejala klinisnya dapat baru terlihat setelah bertahun-tahun lamanya. Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis infeksi HIV. Secara garis besar dapat dibagi menjadi pemeriksaan serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV. Deteksi adanya virus HIV dalam tubuh dapat dilakukan dengan isolasi dan biakan virus, deteksi antigen, dan deteksi materi genetik dalam darah pasien.

Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah pemeriksaan terhadap antibodi HIV. Sebagai penyaring, biasanya digunakan teknik ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), aglutinasi atau dot-blot immunobinding assay. Metode yang biasanya digunakan di Indonesia adalah dengan ELISA. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tes terhadap antibodi HIV ini yaitu adanya masa jendela (window period). Masa jendela adalah waktu sejak tubuh terinfeksi HIV sampai mulai timbulnya antibodi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan. Antibodi mulai terbentuk pada 4-8 minggu setelah infeksi. Jadi pada periode ini hasil tes HIV pada seseorang yang sebenarnya telah terinfeksi HIV dapat memberikan hasil yang negatif. Untuk itu jika kecurigaan akan adanya risiko terinfeksi cukup tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan tiga bulan kemudian.

World Health Organization (WHO) menganjurkan pemakaian salah satu dari tiga strategi pemeriksaan antibodi terhadap HIV seperti disajikan pada tabel dan gambar di bawah ini.

Page 11: imun pbl 4

Pada keadaan yang memenuhi dilakukannya strategi I, hanya dilakukan satu kali pemeriksaan.Bila hasil pemeriksaan reaktif, maka dianggap sebagai kasus terinfeksi HIV dan bila hasil pemeriksaan nonreaktif dianggap tidak terinfeksi HIV.Reagensia yang dipakai untuk pemeriksaan pada strategi ini harus memiliki sensitivitas yang tinggi (>99%).

Strategi II menggunakan dua kali pemeriksaan jika serum pada pemeriksaan pertama memberikan hasil reaktif.Jika pada pemeriksaan pertama hasilnya nonreaktif, maka dilaporkan hasilnya negatif.Pemeriksaan pertama menggunakan reagensia dengan sensitivitas tertinggi dan pada pemeriksaan kedua dipakai reagensia yang lebih spesifik serta berbeda jenis antigen atau tekniknya dari yang dipakai pada pemeriksaan pertama.Bila hasil pemeriksaan kedua juga reaktif, maka disimpulkan sebagai terinfeksi HIV.Namun jika hasil pemeriksaan yang kedua adalah nonreaktif, maka pemeriksaan harus diulang dengan kedua metode. Bila hasil tetap tidak sama, maka dilaporkan sebagai indeterminate.

Strategi III menggunakan tiga kali pemeriksaan.Bila hasil pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga reaktif, maka dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut memang terinfeksi HIV. Bila hasil pemeriksaan tidak sama, misalnya hasil tes pertama reaktif, tes kedua reaktif, dan tes ketiga nonreaktif, atau tes pertama reaktif, sementara tes kedua dan ketiga nonreaktif, maka keadaan ini disebut sebagai equivokal atau indeterminate bila pasien yang diperiksa memiliki riwayat pemaparan terhadap HIV atau berisiko tinggi tertular HIV. Sedangkan bila hasil seperti yang disebut sebelumnya terjadi pada orang tanpa riwayat pemaparan terhadap HIV atau tidak berisiko tertular HIV, maka hasil pemeriksaan dilaporkan sebagai nonreaktif.Perlu

Page 12: imun pbl 4

diperhatikan juga bahwa pada pemeriksaan ketiga dipakai reagensia yang berbeda asal antigen atau tekniknya, serta memiliki spesifisitas yang lebih tinggi.

Jika pemeriksaan penyaring menyatakan hasil yang reaktif, pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan konfirmasi untuk memastikan adanya infeksi oleh HIV, yang paling sering dipakai saat ini adalah teknik Western Blot (WB).Seseorang yang ingin menjalani tes HIV untuk keperluan diagnosis harus mendapatkan konseling pra tes. Hal ini dilakukan agar ia bisa mendapat informasi yang sejelas-jelasnya mengenai infeksi HIV/AIDS sehingga dapat mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya serta lebih siap menerima apapun hasil tesnya nanti. Untuk keperluan survei tidak diperlukan konseling pra tes karena orang yang dites tidak akan diberi tahu hasil tesnya.

Untuk memberi tahu hasil tes juga diperlukan konseling pasca tes, baik hasil tes positif maupun negatif. Jika hasilnya positif akan diberikan informasi mengenai pengobatan untuk memperpanjang masa tanpa gejala serta cara pencegahan penularan. Jika hasilnya negatif, konseling tetap perlu dilakukan untuk memberikan informasi bagaimana mempertahankan perilaku yang tidak berisiko. Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh

LI.4 MM Pencegahan HIV

Anjuran dari badan kesehatan dan WHO:1. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda2. Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok

sasaran 3. Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik4. Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program

pengadaan jarum suntik steril5. Program pendidikan agama6. Program layanan pengobatan infeksi menular seksual (IMS)7. Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat8. Pelatihan ketrampilan hidup9. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling10. Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasanprostitusi anak11. Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatn, dan

dukungan untuk ODHA12. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat

ARV

Page 13: imun pbl 4

LI.5 MM Dilema Etik

5.1 DefinisiStigma adalah stempel yang menimbulkan kesan jijik, kotor, antipati dan berbagai perasaan negatif lainnya.Dari hasilpenelitian yang dilakukan di Makassar padatahun 2007 ditemukanbahwastigma terhadap Orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) :

Lingkunganmasyarakat (71,4%), Ditempatpelayanankesehatan (35,5%)Dilingkungankeluarga (18,5%).

KODEKI

Pasal 8Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 12Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

5.2 Kaidah Dasar BioetikPrinsip Autonomy, menghormati hak-hak pasien, hak otonomi pasien. Melahirkan

informed consentPrinsip Beneficence, Tindakan untuk kebaikan pasien. Memilih lebih banyak

manfaatnya daripada buruknya.Prinsip Non-maleficence, Melarang tindakan yang memperburuk kedaan pasien.

Primum non nocere atau above all do no harm.Prinsip Justice, mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam

mendistribusikan sumber daya (distributiv justice)

5.3 UUD yang BerhubunganPasal 30

Page 14: imun pbl 4

Pemberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, penyelidikan, pengebalan, menghilangkan sumber dan perantara penyakit, tindakan karantina, dan upaya lain yang diperlukan.

Pasal 31Pemberantasan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dan penyakit karantinadilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Kewajiban etik yang utama dari professional MIK maupun tenaga kesehatan adalah melindungiprivasi dan kerahasiaan pasien dan melindungi hak-hak pasien dengan menjaga kerahasiaanrekam medis pasien HIV AIDS. Kaidah turunan moral bagi tenaga kesehatan adalah privacy,confidentiality, fidelity dan veracity. Privacy berarti menghormati hak privacy pasien,confidentialty berarti kewajiban menyimpan informasi kesehatan sebagai rahasia, fidelity berartikesetiaan, dan veracity berarti menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran.Pengelolaan informasi pasien HIV AIDS di tempat kerja juga diatur Menurut Kepmenaker No.KEP. 68/MEN/IV/2004 tentang pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS :

Pasal 6Informasi yang diperoleh dari kegiatan konseling, tes HIV, pengobatan, perawatan dan kegiatanlainnya harus dijaga kerahasiaannya seperti yang berlakubagi data rekammedis.Dalam kaitannya aspek hukum kerahasiaan pasien HIV AIDS , kode etik administrator perekammedis dan informasi kesehatan ( PORMIKI, 2006) adalah :

Selalu menyimpan dan menjaga data rekam medis serta informasi yang terkandung di dalamnyasesuai dengan ketentuan prosedur manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturanperundang-undangan yang berlaku.Selalu menjunjung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak atas informasi pasien yang terkait denganidentittas individu atau sosial.Administrator informasi kesehtan wajib mencegah terjadinya tindakan yang menyimpang darikode etik profesi.Perbuatan / tindakan yang bertentangan dengan kode etik adalah menyebarluaskan informasiyang terkandung dalam laporan rekam medis HIV AIDS yang dapat merusak citra profesi rekamadministrator informasi kesehatan. Disisi lain rumah sakit sebagai institusi tempatdilaksanakannya pelayanan medis, memiliki Kode Etik Rumah Sakit ( Kodersi ) dalam kaitannyamanajemen informasi kesehatan :

Pasal 4Rumah sakit harus memelihara semua catatan / arsip, baik medik maupun non medik secara baik.

Pasal 9Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien

Pasal 10Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien dan tindakan apayang hendak dilakukan.

Page 15: imun pbl 4

Pasal 11Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien ( informed consent ) sebelummelakukan tindakan medik. Selain itu, kerahasiaan rekam medis diatur di dalam UU Praktik Kedokteran No. 29 Tahun2004pasal 47 ayat (2) sebagaimana disebutkan di atas. UU tersebut memang hanya menyebut dokter,dokter gigi dan pimpinan sarana yang wajib menyimpannya sebagai rahasia, namun PP No 10tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokterantetap mewajibkan seluruh tenaga kesehatandan mereka yang sedang dalam pendidikan di sarana kesehatan untuk menjaga rahasiakedokteran.

Tujuan dari rahasia kedokteran dalam kasus HIV AIDS, selain untuk kepentingan jabatan adalahuntuk menghindarkan pasien dari hal-hal yang merugikan karena terbongkarnya statuskesehatan.Menurut Declaration on the Rights of the Patients yang dikeluarkan oleh WMA memuat hak pasien terhadap kerahasiaan sebagai berikut:

Semua informasi yang teridentifikasi mengenai status kesehatan pasien, kondisi medis,diagnosis, prognosis, dan tindakan medis serta semua informasi lain yang sifatnya pribadi, harus dijaga kerahasiaannya, bahkan setelah kematian. Perkecualian untuk kerabat pasienmungkin mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang dapat memberitahukan mengenairesiko kesehatan mereka.

LI.6 MM Hukum Etika Islam Menangani Pasien

6.1 Menjelaskan Hukum dan etika kedokteran (Bioetik) terkait ODHA

Pandangan dokter terhadap pasien sebagai manusia seutuhnya akan membantu menemukan latar belakang kelainan kesehatan pasien secara tepat. Bersikap Beneficence merupakan sikap dokter yang mengutamakan tindakan kebaikan ditujukan kepada pasien. Non-Maleficence merupakan larangan bagi seorang dokter untuk melakukan tindakan yang dapat memperburuk keadaan pasien. Bersikap justice yaitu mementingkan keadilan dalam bersikap tanpa adanya diskriminasi terhadap pasien seperti penderita HIV/AIDS.

6.2 Menjelaskan Hukum dan etika Islam terkait ODHA

Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu sepenuhnya mencegah HIV, hanya sebatas mencegah penyebarannya dengan obat ARV. Orang yang terinfeksi HIV akan menjadi karier selama hidupnya, pada firman Allah S.W.T yang berbunyi, “Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepada kamu dengan sedikit kelaparan, ketakutan dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang sabar”.(QS. Al-Baqarah: 155). Dan juga Allah berfirman yang berbunyi, " Hai manusia , telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ". ( QS. Yunus : 57 ).

Ulama juga berkewajiban mengantisipasi kemungkinan ancaman dibidang kesehatan masyarakat seperti penyebaran penyakit HIV/AIDS. Hal ini sejalan

Page 16: imun pbl 4

dengan hakekat ajaran islam yang sangat mengedepankan prinsip kebersamaan dalam kebajikan dan ketaqwaan.