skenario 3 blok pancaindera dkdagd

Upload: ayu119dw

Post on 05-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hjSHIADGOSUDHVJNSFVOUSDV

TRANSCRIPT

Nama

Nama: Chaesarani PutriNPM: 110.2007.067

STEP 2

I. Anatomi kulit

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama :

Lapisan epidermis atau kurtikel

Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)

Lapisan subkutis (hypodermis)

Epidermis

Merupakan bagian terluar kulit yang tersusun dari jaringan epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi, tidak mempunyai pembuluh darah, dan sel-selnya sangat rapat. Bagian epidermis yang paling tebal dapat ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki yang mengalami stratifikasi menjadi 5 lapisan yaitu :

a. Stratum korneum

Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling terluar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

b. Stratum lusidum

Merupakan lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel gepeng tidak bernukleus yang mati atau hampir mati dengan ketebalan 4-7 lapisan sel. Lapisan ini terdapat langsung di bawah lapisan korneum dan merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin serta tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.

c. Stratum granulosum

Terdiri dari 3 atau 5 lapisan atau barisan sel dengan granula-granula keratohialin yang merupakan precursor pembentukan keratin. Sel-sel gepeng memiliki sitoplasma yang berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya.

d. Stratum spinosum

Merupakan lapisan sel spina atau tanduk karena sel-sel tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina yang merupakan penghubung bagian penghubung intraselular yang disebut desmosom..Stratum spinosum disebut juga stratum Malphigi atau disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel semakin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero serta terdapat pula sel Langerhans.e. Stratum basale

Merupakan lapisan tunggal sel-sel yang melekat pada jaringan ikat dari lapisan kulit dibawahnya. Terdiri dari sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini terdiri atas 2 jenis sel, yaitu :

1. sel-sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatan antar sel.

2. sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, serta mengandung butir pigmen (melanosomes).

DermisLapisan ini lebih tebal dari lapisan epidermis dan terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

Secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Lapisan papilare

Bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung-ujung serabut saraf san pembuluh darah. Merupakan jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblast, sel mast dan makrofag serta berfungsi memberi nutrisi pada lapisan epidermis melalui papilla dermal yang serupa jari, yang mengandung reseptor sensorik takti; dan pembuluh darah menonjol ke dalam lapisan epidermis.

2. Lapisan retikulare

Lapisan ini tersusun dari jaringan ikat ireguler yang rapat, kolagen dan serat elastin. Terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblast dan membentuk ikatan yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.

Subkutis (hypodermis)

Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam, bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf.

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superficialis) dan yanh g terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus di dermis bagian atas beranastomosis di papil dermis, sedangkan pleksus yang terletak di subkutis dan di pars retikulare juga beranastomosis di bagian pembuluh darah yang berukuran lebih besar yang diiringi dengan saluran getah bening.

Kelenjar pada kulit1. kelenjar keringatTerbagi menajdi 2 jenis, yaitu :

a. kelenjar ekrin : kelenjar tublar simple dan berpilin serta tidak berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini penyebarannya meluas ke seluruh tubuh, terutama pada telapak tangan, kaki dan dahi. Sekresi kelenjar ini mengandung air dan membantu pendinginan evaporasi tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh. Sekresi dipengaruhi oleh saraf kolinergik, panas, dan stress emosional.b. kelenjar apokrin : kelenjar keringat terspesialisasi yang besar dan bercabang dengan penyebaran yang terbatas. Dapat ditemukan pada aksila, areola payudara, dan regia anogenital. Contohnya antara lain kelenjar serimunosa (menghasilkan serumen), kelenjar siliaris moll (pada kelopak mata) serta kelenjar mammae (untuk memproduksi susu). Dipengaruhi oleh saraf adrenergic.2. kelenjar sebaseaMengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel rambut. Kelenjar ini merupakan kelenjar holokrin (sel-sel sekretori menghilang selama sekresi sebum). Terletak diseluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormone androgen.II. Fisiologi kulit

Kulit berfungsi untuk :

Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan kimiawi, gangguan bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.

Absorpsi

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi tersebut dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Eksresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa NaCl. Urea, asam urat, dan ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi untuk melindungi kulit karena selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.

Persepsi

Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.

Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.

Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis.

Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.

Pengaturan suhu tubuh

Termoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.

Pembentukan pigmen

Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite, sedangkan pada dermis melalui sel melanofag. Warna kulit juga dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten. Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilangdan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari dan member perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

Pembentukan vitamin D

Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

III. Memahami dan menjelaskan penyakit kustaDEFINISIPenyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata.

Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti. Jika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri akan menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi. Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.

Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi. Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini. Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20an dan 30an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.

EPIDEMIOLOGI

Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah dan tidak perlu ditakuti tergantung dari beberapa faktor antara lain :

1. Faktor Kuman kustaDari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).

2. Faktor ImunitasSebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002).

3. Keadaan LingkunganKeadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.

4. Faktor UmurPenyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.

5. Faktor Jenis KelaminInsiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.

ETIOLOGI

Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen). Bakteri ini merupakan bakteri intraselular. M. leprae merupakan gram-positif berbentuk tongkat. Mycobacterium leprae mirip dengan Mycobacterium tuberculosis dalam besar dan bentuknya.

kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium, berukuran panjang 1 8 micro, lebar 0,2 0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil tahan asam. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organisme patogen (misalnya Mycrobacterium tuberculosis, Mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion. Mycobacterium leprae belum dapat dikultur pada laboratorium.

Kuman Mycobacterium Leprae menular kepada manusia melalui kontak langsung dengan penderita dan melalui pernapasan, kemudian kuman membelah dalam jangka 14-21 hari dengan masa inkubasi rata-rata dua hingga lima tahun. Setelah lima tahun, tandatanda seseorang menderita penyakit kusta mulai muncul antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah, rasa kesemutan bagian anggota tubuh hingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Para agen etiologis kusta adalah Mycobacterium leprae. Ini adalah asam kuat-cepat organisme berbentuk batang dengan sisi sejajar dan bulat berakhir. Dalam ukuran dan bentuk ini mirip dengan tuberkulum basil. Hal ini terjadi dalam jumlah besar dalam lesi kusta lepromatosa, terutama di massa dalam sel Lepra, seringkali dikelompokkan bersama-sama seperti kumpulan cerutu atau disusun dalam pagar kayu runcing. Paling menonjol adalah intraseluler dan ekstra-seluler massa, yang dikenal sebagai globi, yang terdiri dari rumpun dari bakteri dalam bahan kapsular. Di bawah mikroskop elektron yang basil tampaknya memiliki banyak variasi bentuk. Yang paling umum adalah filamen yang sedikit melengkung dengan panjang 3-10 m tidak teratur berisi pengaturan materi padat kadang-kadang dalam bentuk batang. Berbentuk batang pendek struktur juga dapat dilihat (identik dengan inklusi berbentuk batang dalam filamen) dan juga bentuk-bentuk bulat padat. Beberapa kelompok basil dapat dilihat untuk memiliki membran yang membatasi.

M. leprae belum pernah tumbuh dalam budaya buatan, tetapi akan tumbuh dalam footpads tikus dan di armadillos. Budaya dapat memakan waktu beberapa minggu untuk matang.

Laboratory indicators: Laboratorium indikator

acid-fast stain asam-cepat noda

growth in armadillo pertumbuhan armadillo

growth in mouse footpad pertumbuhan tikus perampok

dihydroxyphenylalanine (DOPA) oxidase dihydroxyphenylalanine (Dopa) oksidase

Beberapa klasifikasi MH antara lain

1. Klasifikasi InternASional Madrid (1953)

Lepromatous ( L)

Tuberculoid (T)

Indeterminate (I)

Borderline (B)

2. Klasifikasi Ridley Jopling (1962)

TT, BT, BB, BL, LL

3. Klasifikasi WHO (1981)

Paucibacillary : BI > Negatif

Multibacillary > Positif

PATOFISIOLOGIMekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Selain manusia, hewan yang dapat tekena kusta adalah armadilo, simpanse, dan monyet pemakan kepiting. Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu. Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab.

GEJALA

Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7). Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita.

Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.

Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya.

Pada lepra lepromatosa muncul benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.

Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra. Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra tuberkuloid; jika kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.

Selama perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata. Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kortikosteroid atau talidomid.

Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis. Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan.

Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya. Kerusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan. Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis.

DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis penyakit kusta diperlukan tanda-tanda utama (cardinal sign) yaitu:

1. bagian kulit dengan hipopigmentasi atau eritematous dengan kehilangan sebagian (hipestesi) atau seluruh (anastesi dari perasaan kulit thd rasa suhu, nyeri dan sentuh

2. kerusakan (penebalan atau nyeri) dari saraf kutan atau saraf perifer pada tempat-tempat predileksi

3. smear kulit yang diambil dengan tekhnik standar menunjukkan adanya kuman dengan morfologi M. Leparae yang khas dibutuhkan minimal satu tanda cardinal untuk mendiagnosa penyakit Morbus Hansen

PENGOBATANAntibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.

Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.

Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu.

Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin