sken 1 lo 2-5
DESCRIPTION
kurhab 3TRANSCRIPT
LO 2: Definisi dan Dasar Pemikiran Perawatan Periodontal Fase I
a. Definisi
Perawatan periodontal fase I disebut juga dengan perawatan inisial,
perawatan periodontal non bedah, atau perawatan fase etiotropik.
Perawatan ini merupakan tahapan pertama dari serangkaian perawatan
periodontal yang bertujuan untuk mengobati penyakit gingiva dan
jaringan periodontal dengan melakukan penyingkiran atau mengeliminasi
mikroba yang berperan sebagai etiologi utama dan faktor-faktor
pendukung lainnya yang berperan dalam terjadinya penyakit periodontal.
Sehingga nantinya, proses berkembangnya penyakit dapat dihentikan dan
jaringan periodontal dapat kembali sehat. (Carranza dkk, 2006)
b. Dasar Pemikiran
Tujuan dari perawatan inisial adalah untuk mengurangi dan
menyingkirkan semua etiologi dan faktor-faktor lain yang berperan dalam
terjadinya inflamasi gingiva. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara:
penyingkiran kalkulus secara tuntas,
koreksi restorasi yang cacat,
penutupan lesi karies, dan
pelaksanakan kontrol plak yang baik.
Oleh karena itu, perawatan fase I merupakan aspek yang penting
dalam perawatan periodontal. Keberhasilan perawatan periodontal dalam
jangka panjang lebih tergantung pada pemeliharaan hasil yang dicapai oleh
perawatan inisial dibanding dengan hasil perawatan yang dicapai oleh
prosedur bedah periodontal.
Dengan melakukan perawatan fase inisial, juga akan memberi
kesempatan pada dokter gigi untuk dapat mengevaluasi respon jaringan
periodonsium dan meninjau sikap pasien terhadap pemeliharaan kesehatan
periodonsium. Dua hal tersebut sangat menentukan keberhasilan
perawatan.
Selain itu, mengingat bahwa plak mengandung bakteri patogen
yang merupakan penyebab utama inflamasi gingiva. Plak dapat dikontrol
dan disingkirkan dengan baik apabila permukaan gigi dalam keadaan licin
dan rata. Sehingga adanya deposit yang kasar dan menyebabkan
permukaan menjadi tidak rata dapat dihilangkan dengan cara scalling dan
root planning untuk mempersiapkan permukaan gigi yang aksesibel bagi
pasien agar dapat melaksanakan prosedur kontrol plak secara optimal.
(Carranza dkk, 2006)
LO 3
a. Definisi DHE
DHE (Dental Health Education) merupakan suatu usaha yang
terencana dan terarah dalam bentuk pendidikan non formal yang bertujuan
untuk merubah sikap dan tingkah laku individu atau sekelompok orang
yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang mengarah kepada
upaya hidup sehat.(Putri dkk, 2011)
b. Prosedur DHE
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengontrol
pembentukan plak gigi adalah dengan pemberian instruksi, edukasi, dan
pengetahuan kepada pasien, meliputi:
pengaturan pola makanan dengan membatasi konsumsi makanan
maupun minuman yang banyak mengandung karbohidrat terutama
sukrosa, serta sedapat mungkin menghindari makanan yang lunak dan
mudah menempel pada gigi,
pemberian instruksi untuk melakukan tindakan secara kimiawi
terhadap bakteri plak dengan menggunakan antibiotik, pasta gigi
berfluor, maupun obat kumur, dan
pemberian instruksi untuk melakukan tindakan secara mekanis dengan
penggunaan sikat gigi yang baik maupun benang gigi (dental floss).
(Putri dkk, 2011)
LO 4
Alat Scalling
Dalam pembersihan kalkulus atau karang gigi dapat dilakukan kombinasi
antara skeler ultrasonic dan manual, khususnya saat melakukan tahapan root
planning yang bertujuan untuk membuang sisa-sisa kalkulus yang terpendam dan
jaringan nekrotik pada sementum sehingga dapat menghasilkan permukaan akar
gigi yang licin dan rata. Apabila menggunakan skeler ultrasonic, dikhawatirkan
justru dapat menyebabkan permukaan akar terserut berlebihan apabila dalam
penggunaannya kurang berhati-hati dan menggunakan tekanan yang terlalu keras.
Sehingga untuk menghaluskan permukaan akar dapat dibantu dengan penggunaan
alat skeler manual, seperti kuret maupun hoe. (Putri dkk, 2011)
LO 5
Prosedur Root Planning
Prosedur root planning dilakukan apabila tindakan scalling subgingiva
telah selesai dikerjakan. Tekanan dan tarikan yang dilakukan berbeda dengan
tindakan scalling yang memerlukan tekanan lateral yang kuat dengan serangkaian
sapuan penskeleran yang pendek dan terkontrol, baik secara vertikal maupun
oblik. Sementara saat melakukan prosedur root planning instrumentasi dianjurkan
dengan serangkaian sapuan penyerutan akar yang panjang, dimulai dengan
tekanan lateral yang sedang dan diakhiri dengan tekanan lateral yang ringan.
(Putri dkk, 2011)