sk kebijakan icu ok
DESCRIPTION
kebijakan icuTRANSCRIPT
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KAMBANG
NOMOR : /RSUK.07/SK/II/2016
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KAMBANG
Menimbang :
a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Kambang, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Intensif Care Unit di Rumah Sakit Umum Kambang dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Kambang sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit di Rumah Sakit Umum Kambang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b ,perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Kambang.
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/Menkes/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Intensif Care Unit
3. Keputusan Direktur PT. Kambang Mitra Husada Nomor 003/PTKMH.02/SK/II/2016 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kambang.
4. Keputusan Direktur PT. Kambang Mitra Husada Nomor 102 / PTKMH.01 / SEK / XII / 2015 tentang Penunjukan Direktur Rumah Sakit Umum Kambang.
M E M U T U S K A N :
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KAMBANG TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM KAMBANG.
Kedua : Kebijakan pelayanan Intensif Care Unit Rumah Sakit Umum Kambang sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit Rumah Sakit Umum Kambang dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan Rumah Sakit Umum Kambang.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : J a m b iPada tanggal : 12 Februari 2016
Direktur Rumah Sakit Umum Kambang,
dr. Yulhasmida, M. Kes
Lampiran
Keputusan Direktur RSU Kambang
Nomor : /RSUK.07/SK/II/2016
Tanggal : 12 Februari 2016
KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT
RUMAH SAKIT UMUM KAMBANG
Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
opersinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
Kebijakan Khusus1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan
standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan
insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain sesuai
dengan kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed
consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau
dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan
dan informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat
membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien, tindakan –
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang
terlatih.
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan
ICU dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine ( KIC, Konsultan
Intensive Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diikuti oleh
perhimpunan profesi yang terkait.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi
mekanis.
Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter arteri- Kateter vena perifer- Kateter vena central ( CVP )- Kateter arteri pulmonalis
Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
Resuitasi kardiopulmoner
Pipa thoracostomy
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai coordinator pengelolaan
pasien :
Fungsi :Melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota team.
Kewenangan / peran :
Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau
cedera termasuk gagal organ multi sistem.
Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter
pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa
terdapat pada pasien sakit kritis seperti :
1. Haemodinamik tidak stabil
2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilasi mekanis.
3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial
4. Gangguan atau gagal ginjal akut
5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7. Gangguan koagulasi
8. Infeksi serius
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan
luar rumah sakit :
Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di bagian admission.
Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya.
Indikasi pasien keluar ICU :
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek jelek
11. Setiap penggunaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung
jawab pasien
12. Seluruh fasilitas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non
medis menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk pemeliharaan dan
perbaikan berkoordinasi dengan bagian teknisi.
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan
mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan
permintaan dari DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter
konsulen lain berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab ICU
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir
yang sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk
selanjutnya di informasikan pada bagian terkait
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis
anestesi yang bertugas di ICU.
Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter
spesialis yang bertugas di ICU
DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU.
Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan dokter
spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis
anestesi yang bertugas di ICU.
Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus
jelas apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama,
maka DPJP utamanya ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di
ICU.
DPJP utama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang
dibantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang
terkait dengan parawatan pasien.
Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan
oleh DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan
langsung ke DPJP utama atau di tulis dalam Intensif Care Unit pasien
Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain
yang menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan
ulang siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat
dalam Intensif Care Unit.
Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut
dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang
terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan
untuk dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien
Direktur,Rumah Sakit Umum Kambang
dr. Yulhasmida, M. Kes