sistem pakar penentuan kadar gizi ubi jalar berdasarkan karakteristik dengan metode forward...

10
Sistem Pakar Penentuan Kadar Gizi Ubi Jalar Berdasarkan Karakteristik Dengan Metode Forward Chaining Asep Doni Pradana #1 , Chepy Cahyadi #2 , Elsi Melyna #3 , Fadhilah Ilmi Rahmanda #4 , Nur Azizah #5 , Renisa Suryahadikusumah #6 # Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Indonesia 1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected] 4 [email protected] 5 [email protected] 6 [email protected] Abstrak-- Dewasa ini teknologi yang semakin terus melesat perkembangannya tidak akan pernah bisa dipungkiri oleh seluruh masyarakat dunia, pada nyatanya teknologi pun sudah masuk ke hampir segala bidang kehidupan. Bidang pertanian misalnya, bidang ini sudah mulai cukup melibatkan teknologi.Proses penentuan kadar gizi dari sebuah tanaman pangan (ubi jalar)misalnya kini sudah menjadi hal yang dirasa cukup relevan bila disisipkan bantuan teknologi. Mulai dari kandungan karbohidrat hingga proteinnya bisa dikalkulasikan sehingga menghasilkan kadar gizi yang tepat.Dalam proses penentuan kadar gizi dari berbagai macam jenisubi jalaryang tersebar di Indonesia terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, mulai dari kandungan masing- masing ubi jalar, berat hingga bentuk ubi jalar tersebut. Dengan penerapan metode Forward Chaining pada kasus ini dapat dihasilkan solusi yang paling optimum untuk menentukan kadar gizi dalam sebuah ubi jalar dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Kata kunci-- Sistem Pakar, Forward Chaining, Kadar Gizi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar (Ipomea batatas) merupakan salah salah satu tanaman yang mempunyai potensi besar di Indonesia. Areal panen ubi jalar di Indonesia tiap tahun seluas 229.000 hektar, tersebar di seluruh provinsi, baik di lahan sawah maupun tegalan dengan produksi rata-rata nasional 10 ton per hektar (Khudori, 2001). Penghasil utama ubi jalar di Indonesia adalah Jawa dan Irian Jaya yang menempati porsi sekitar 59 persen. Ubi jalar merupakan komoditi yang potensial untuk bahan pangan dan bahan baku industri apabila dilihat dari kandungan gizi di dalamnya, umur panen yang relatif pendek, dan mudahnya tanaman ini untuk beradaptasi terhadap faktor lingkungan dibandingkan tanaman lain. Peningkatan produksi ubi jalar di Indonesia pada umumnya dan pada khususnya dapat didorong melalui pengembangan agroindustri pengolahan hasil panen menjadi produk-produk yang unggul, menarik, dan awet sehingga laku di pasaran, baik dalam negeri maupun pasar luar negeri .

Upload: dwikechigoasrika

Post on 24-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

penentuan gizi

TRANSCRIPT

Sistem Pakar Penentuan Kadar Gizi Ubi Jalar Berdasarkan Karakteristik Dengan Metode Forward ChainingAsep Doni Pradana#1, Chepy Cahyadi#2, Elsi Melyna#3, Fadhilah Ilmi Rahmanda#4, Nur Azizah#5, Renisa Suryahadikusumah#6#Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan IndonesiaBandung, [email protected]@[email protected]@[email protected]@student.upi.edu

Abstrak-- Dewasa ini teknologi yang semakin terus melesat perkembangannya tidak akan pernah bisa dipungkiri oleh seluruh masyarakat dunia, pada nyatanya teknologi pun sudah masuk ke hampir segala bidang kehidupan. Bidang pertanian misalnya, bidang ini sudah mulai cukup melibatkan teknologi.Proses penentuan kadar gizi dari sebuah tanaman pangan (ubi jalar)misalnya kini sudah menjadi hal yang dirasa cukup relevan bila disisipkan bantuan teknologi. Mulai dari kandungan karbohidrat hingga proteinnya bisa dikalkulasikan sehingga menghasilkan kadar gizi yang tepat.Dalam proses penentuan kadar gizi dari berbagai macam jenisubi jalaryang tersebar di Indonesia terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, mulai dari kandungan masing-masing ubi jalar, berat hingga bentuk ubi jalar tersebut. Dengan penerapan metode Forward Chaining pada kasus ini dapat dihasilkan solusi yang paling optimum untuk menentukan kadar gizi dalam sebuah ubi jalar dengan mempertimbangkan beberapa faktor.

Kata kunci-- Sistem Pakar, Forward Chaining, Kadar Gizi

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangUbi jalar (Ipomea batatas) merupakan salah salah satu tanaman yang mempunyai potensi besar di Indonesia. Areal panen ubi jalar di Indonesia tiap tahun seluas 229.000 hektar, tersebar di seluruh provinsi, baik di lahan sawah maupun tegalan dengan produksi rata-rata nasional 10 ton per hektar (Khudori, 2001). Penghasil utama ubi jalar di Indonesia adalah Jawa dan Irian Jaya yang menempati porsi sekitar 59 persen. Ubi jalar merupakan komoditi yang potensial untuk bahan pangan dan bahan baku industri apabila dilihat dari kandungan gizi di dalamnya, umur panen yang relatif pendek, dan mudahnya tanaman ini untuk beradaptasi terhadap faktor lingkungan dibandingkan tanaman lain.Peningkatan produksi ubi jalar di Indonesia pada umumnya dan pada khususnya dapat didorong melalui pengembangan agroindustri pengolahan hasil panen menjadi produk-produk yang unggul, menarik, dan awet sehingga laku di pasaran, baik dalam negeri maupun pasar luar negeri.Dalam peningkatan produksi ubi jalar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik dan jenis dari ubi jalar tersebut. Sehingga dengan mengetahui varietas dari ubi jalar tersebut, maka kita akan mengetahui varietas ubi yang akan banyak di produksi sesuai dengan minat konsumen. Selain itu, kita juga harus mengetahui kadar gizi yang terkandung di dalam ubi tersebut agar dapat memberikan produksi yang maksimal dan disertai gizi yang baik.Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya suatu kajian mengenai karakteristik jenis ubi dan gizi yang terkandung di dalamnya, sehingga menghasilkan produksi ubi yang banyak dengan gizi terbaik.

B.TujuanBerdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penulisan kajian ini adalah untuk :1. Memudahkan para pakar atau orang awam untuk mengidentifikasi jenis ubi yang ada di Indonesia.2. Membantu untuk mengetahuikarakteristik masing-masing jenis ubi.3. Mengetahui kadar gizi dari masing-masing jenis ubi.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Sistem PakarSistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan,fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut. (Martin dan Oxman, 1988).[1]Sistem Pakar adalah program komputer cerdas yang menggunakan pengetahuan dan prosedur inferensi untuk menyelesaikan masalah yang cukup sulit seperti memerlukan keahlian manusia yang signifikan untuk solusinya. (Giarratano dan Riley,2005,p.S).[2]Sistem Pakar dirancang agar memungkinkan suatu permasalahan tertentu dapat diselesaikan dengan meniru pengetahuandaripakar yang telah ada sebelumnya. Dengan sistem pakar ini,dari banyak permasalahan yang dapat ditangani oleh sistem pakar diharapkan menghasilkan solusi yang optimal yang tingkat kesulitannya membutuhkan seorang pakar. Bagi pakar itu sendiri, sistem pakar merupakan seorang asisten yang sangat berpengalaman dalam membantu setiap permasalahan yang akan dipecahkan.Sistem pakar memiliki beberapa komponen utama, yaitu antarmuka pengguna (user interface), basis data sistem pakar (expert system database), fasilitas akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition facility), dan mekanisme inferensi (mechanism inference). Selain itu ada satu komponen yang hanya ada pada beberapa sistem pakar, yaitu fasilitas penjelasan (explanation facility) (Martin dan Oxman, 1988).[3]Antarmuka pengguna adalah perangkat lunak yang menyediakan media komunikasi antara pengguna dengan sistem tersebut.Basis data sistem pakar berisi pengetahuan setingkat pakar pada subjek tertentu. Basis data ini berisikan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, merumuskan, dan menyelesaikan suatu masalah tertentu.Basis data ini terdiri dari 2 elemen dasar, yaitu :1) Fakta, situasi masalah, dan teori yang terkait.2) Heuristic khusus atau rules, yang langsung menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah khusus.Fasilitas akuisisi pengetahuan merupakan perangkat lunak yang menyediakan fasilitas dialog antara pakar dengan sistem. Fasilitas akuisisi ini digunakan untuk memasukkan fakta-fakta dan kaidah-kaidah sesuai dengan perkembangan ilmu. Mulai dari proses pengumpulan, pemindahan, dan perubahan dari kemampuan pemecahan masalah seorang pakar atau sumber pengetahuan terdokumentasi ke program komputer yang bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan basis pengetahuan (knowledge-base).Mekanisme inferensi merupakan perangkat lunak yang melakukan penalaran dengan menggunakan pengetahuan yang ada unntuk menghasilkan suatu kesimpulan atau solusi akhir. Pada komponen ini dilakukan proses pemodelansehingga memungkinkan sistem seolah-olahberpikir seperti manusia.

B. GiziGizi adalah proses makhluk hidup menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti (penyerapan), absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan.Makanan pun dibagi menjadi 2 menurut bahannya antara lain, bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.Gizi memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam kesehatan tubuh makhluk hidup, yaitu:1) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.2) Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.3) Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain.4) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (protein).

C.Ubi JalarSecara umum ubi jalar dibagi menjadi dua golongan yaitu ubi yang berumbi keras dan ubi yang berubi lunak. Ubi jalar memiliki nama daerah ubi Jawa (Sumatera Barat), gadong jalur (Batak), ketela (Jakarta), ketela rambat (Jawa), katila (Dayak), watata (Sulawesi Utara), hui boled (Jawa Barat).1) Jenis-jenis ubi jalara. Ubi jalar daya1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri selatan x jonggol.2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.3. Umur panen 110 hari setelah tanam.4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.5. Rasa ubi manis dan agak berair.6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.b. Ubi jalar Prambanan1. Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II.2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.3. Umur panen 135 hari setelah tanam.4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.5. Rasa ubi enak dan manis.6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.c. Ubi jalar Borobudur1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas daya x Filipina.2. Potensi hasil antara 25-35 ton per ha.3. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.4. Umur panen 120 hari setelah tanam.5. Ubi berasa manis.6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.d. Ubi jalar Mendut1. Varietas ini berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria tahun 1984.2. Potensi hasil antara 25-50 ton per ha.3. Umur panen 125 hari ssetelah tanam.4. Rasa ubi manis.5. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.e. Ubi jalar Kalasan1. Varietas diintroduksi dari Taiwan.2. Potensi hasil antara 31,2-42,5 ton/ha atau rata-rata 40 ton/ha.3. Umur panen 95-100 hari setelah tanam.4. Warna kulit ubi cokelat muda, sedangkan daging ubi berwarna orange muda (kuning).5. Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair.6. Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.).7. Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah, dan dapat beradaptasi di lahan marjin.

2) Kandungan Ubi JalarBentuk fisik dari sebuah ubi jalar tentunya sangat berbeda-beda dan bervariasi, baik bentuknya maupun berat dari ubi jalar tersebut.Ubi jalar yang tersebar di seluruhIndonesia terbagi menjadi 3 jenis yaitu, ubi jalar putih, kuning, dan merah (ungu).Bentuk dan berat ke 3 jenis ubi itupun berbeda.Lain dari pada itu kandungan gizinya pun tentu berbeda pula.Berikut komposisi kandungan gizi dari masing-masing ubi jalar disajikan dalam bentuk table.

TABEL 1.PERBANDINGAN KOMPOSISI KANDUNGAN GIZI MASING-MASING JENIS UBI JALAR

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1979.

a. KarbohidratUbi jalar memiliki kandungan karbohidrat sedikit lebih rendah dari kentang biasa. Satu kentang ukuran sedang mengandung 26 gram karbohidrat, sedangkan satu ubi jalar berukuran sama mengandung 23 gram karbohidrat.b. SeratUbi jalar mengandung serat hampir dua kali lipat dari pada kentang jenis lain dan memiliki 7 gram serat per porsi. Kandungan serat tinggi membuat proses pembakaran lebih lambat. Artinya, energi dari kalori digunakan lebih lambat dan efisien dari pada karbohidrat rendah serat lainnya.c. Vitamin dan kaliumUbi jalar merupakan sumber vitamin A dan merupakan sumber kalium dan vitamin C, B6, riboflavin, tembaga, asam pantothetic, dan asam folat. Satu buah ubi jalar ukuran sedang memiliki kalium 28 persen lebih banyak daripada pisang.d. Kadar airJumlah air yang tinggi yang ditemukan dalam ubi jalar membantu menurunkan berat badan. Sama seperti serat, air mengambil banyak ruang di perut. Oleh karena itu, makan makanan yang mengandung air tinggi membuat kita merasa kenyang dan mencegah makan berlebihan atau ngemil di antara waktu makan.e. Zat Anti NutrisiUbi jalar juga mengandung beberapa zat anti gizi dan penurun cita rasa yang memberikan pengaruh negatif terhadap preferensi ubi jalar. Anti gizi utama dalam ubi jalar adalah tripsin inhibitor yang bersifat menghambat kerja tripsin sebagai pemecah protein. Akibatnya adalah pencernaan protein dalam usus akan terhambat, sehingga menurunkan tingkat pemecahan protein dalam tubuh (Bradburyet al., 1988).f. KarotenoidMenurut Winarno (1985), karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye, merah oranye. Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0,5%) bersama-sama dengan klorofil, terutama pada permukaan atas daun, dekat dengan dinding sel palisade. Karotenoid bersifat larut minyak, sehingga kerusakan karotenoid berkaitan dengan kerusakan lemak dalam bahan pangan.g. AntosianinAntosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada umumnya larut dalam air. Warna pigmen antosianin adalah merah, biru, dan violet. Pigmen antosianin menyebabkan warna ungu pada buah, sayur, dan daging umbi. Pada pH rendah pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi ungu dan kemudian biru (Winarno, 1985).h. Pati

TABEL 2.KARAKTERISTIK PATI (BAHAN DASAR UBI YANG DIJADIKAN MAKANAN)

Sumber : Cecilet. al., 1982.

i. Kadar amilosa yang tinggi akan meningkatkan absorbsi air tetapi menyebabkan penurunan daya mengembang pati selama pemasakan. Kapasitas absorbs air tergantung pada jenis pati. Kapasitas absorbsi dari pati yang berasal dari batang atau umbi lebih besar dari pati biji-bijian, oleh karena itu daya mengembang pati ubi jalar semakin besar. Faktor lain yang berpengaruh pada absorbsi air adalah kandungan amilosa-amilopektin, ukuran dan bentuk granula (Widowati,dkk. 1997).

Di samping perbedaan kandungan gizi dengan sesama jenis ubi, adapun perbandingan nilai energi, protein, karbohidrat dengan makanan pokok lainnya, antara lain sebagai berikut :

TABEL 3.PERBANDINGAN NILAI ENERGI, PROTEIN, DAN KARBOHIDRAT SAYURAN BERPATI DENGAN MAKANAN POKOK LAINNYASumber : Rubatzky & Yamaguchi, 1995.

D. Forward ChainingForward chaining merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan pada sistem inferensi dalam kecerdasan buatan, metode ini dapat digunakan untuk penalaran dari aturan aturan yang ada dalam sistem sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. Nilai Boolean dari masukan data disebut anteseden (antecedent) dan hasil atau efek dari anteseden disebut konsekuensi (consequent). Forward chaining dapat bekerja jika data data awal dan aturan pada sistem telah ada. Metode ini melakukan penalaran dari data yang ada lalu disesuaikan dengan aturan yang ada, hasil dari tahap tersebut dapat menimbulkan fakta baru sehingga penalaran dianjutkan ke peraturan berikutnya yang ada pada sistem. Penalaran terusberlangsung (looping) sampai pada akhirnya ditemukan sebuah kesimpulan,sehingga hasil pengolahan sebuah faktor(data) dapatmenimbulkan masalah baru dan melangkah ke peraturan berikutnya, inilah mengapa disebut berantai(chaining). Kelebihan dari metode ini adalah data baru yang merupakan hasil penalaran dapat ditambahkan ke basis data sistem dan memungkinkan terjadi perubahan inference rules, sehingga pengetahuan sistem menjadi bertambah.

III. IMPLEMENTASI METODE FORWARD CHAININGA.Analisis Variabel PendukungTahap tahap utama yang akan dijalankan sistem adalah penentuan jenis ubi dan perhitungan gizi berdasarkan jenis ubi. Penentuan jenis ubi dilakukan dengan penalaran dari faktor faktor yang ada sebagai variable.Setiap jenis ubi memiliki karakteristik masing masing mulai dari karakteristik fisik maupun karakteristik jenis varietas dan lainnya. Pada sistem ini, jenis ubi ditentukan dengan beberapa variabel , yaitu :1) Rasa ubi2) Warna kulit 3) Warna daging ubi4) Persilangan (Jenis varietas)Sedangkan untuk tahap penentuan kadar gizi pada ubi dapat dilihat dari jenis ubi.

B.Implementasi Forward ChainingMetode forward chaining merupakan metode yang melakukan pemrosesan berawal dari sekumpulan data untuk kemudian dilakukan inferensia sesuai dengan aturan yang diterapkan hingga ditemukan kesimpulan yang optimal. Mesin inferensia akan terus melakukan pengulangan pada prosesnya untuk menentukan proses yang sesuai. Pada awalnya sistem sudah memiliki basis pengetahuan mengenai jenis - jenis ubi beserta karakteristik masing masing serta kandungan gizi setiap jenis ubi (per 100 gram).Sistem awalnya sudah memiliki basis pengetahuan berkaitan dengan jenis ubi sebagai berikut :TABEL 4 JENIS-JENIS UBIJenis UbiRasaWarna KulitWarna Daging UbiPersilangan

Ubi Jalar daya

ManisJingga mudaJingga mudaPersilangan antara varietas (kultivar) putri selatan x jonggol

Ubi jalar Prambanan

ManisJinggaJinggaPersilangan antara varietas daya x centenial II

Ubi Jalar Borobudur

ManisJinggaJinggaPersilangan antara varietas daya x Filipina

Ubi Jalar Mendut

ManisMerah muda

Kuning mudaBerasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA

Ubi Jalar Kalasan

Agak manisCokelat mudaOrange muda (kuning)Varietas diintroduksi dari Taiwan

Tahap penentuan jenis ubi dapat dilakukan dengan metode forward chaining dimana metode ini dapat melakukan penalaran dari basis pengetahuan yang telah dimiliki sistem. Forward chaining yang terjadi secara umum adalah sebagai berikut :1) Jika A = manis maka B = jingga muda2) Jika B = jingga muda maka C = jingga muda3) Jika B = jingga muda & C = jingga muda & D = persilangan antara varietas putrid x jonggol maka E = ubi jalar dayaKeterangan :A = Rasa ubiB = Warna kulitC = Warna DagingD = VarietasE = Jenis ubi

TABEL 5 FORWARD CHAINING UNTUK PENENTUAN JENIS UBIAntesedenKonsekuensi

Jika rasa manisMaka warna kulit jingga muda atau jingga atau merah muda atau cokelat muda

Jika warna kulit jingga mudaMaka warna daging jingga muda

Jika warna kulit jingga Maka warna daging jingga

Jika warna kulit merah mudaMaka warna daging jingga muda

Jika warna kulit cokelat mudaMaka warna daging orange muda

Jika warna kulit jingga muda, warna daging jingga muda, dan persilangan antara varietas (kultivar) putri selatan x jonggolMaka jenis ubi jalar daya.

Jika warna kulit jingga, warna daging jingga, dan persilangan antara varietas daya x centenial IIMaka jenis ubi jalar Prambanan.

Jika warna kulit jingga, warna daging jingga, dan persilangan antara varietas daya x FilipinaMaka jenis ubi jalar Borobudur

Jika warna kulit merah muda, warna daging kuning muda, dan berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITAMaka jenis ubi jalar Mendut

Jika warna kulit cokelat muda, warna daging orange muda, dan varietas diintroduksi dari TaiwanMaka jenis ubi jalar Kalasan

Sedangkan untuk basis pengetahuan gizi dari beberapa jenis ubi adalah sebagai berikut :TABEL 6. PERBANDINGAN KOMPOSISI KANDUNGAN GIZI MASING-MASING JENIS UBI JALAR

Sebagai studi kasus , terdapat ubi seberat 200 gram dengan ciri ciri sebagai berikut :1) Rasa ubi agak manis2) Warna kulit ubi jingga3) Daging ubi berwarna jingga4) Varietas persilangan antara varietas daya x FilipinaSetelah semua data dari karakteristik ubi telah didapat, maka proses penalaran untuk penentuan gizi dapat dilakukan. 1) Menentukan jenis ubiPenentuan jenis ubi dari studi kasus diatas dilakukan dengan forward chaining. Secara singkat, forward chaining yang terjadi untuk kasus ini adalah :A = manisB = jinggaC = jinggaD = persilangan antara varietas daya x philippina.

Jika rasa ubi manis maka warna kulit jinggaJika warna kulit jingga maka warna daging jinggaJika warna kulit jingga, warna daging jingga dan persilangan antara varietas daya x philippina maka jenis ubi jalar mendut.

Dari forward chaining yang terjadi, dapat diambil kesimpulan bahwa ubi tersebut termasuk ubi jalar mendut.Ubi jalar mendut merupakan ubi jalar kuning.

2) Menentukan kadar giziSebelumnya telah diketahui bahwa jenis ubi pada studi kasus merupakan ubi jalar mendut yang termasuk kedalam ubi jalar kuning. Selanjutnya, untuk penentuan gizi dapat dilihat dari basis pengetahuan kadar gizi yang dibagi berdasarkan jenis ubi. Kadar gizi yang ada pada basis pengetahuan merupakan kadar gizi per 100 gram, sehingga yang harus dilakukan pada setiap kandungan gizi adalah:

Kandungan gizi = kandungan gizi * (berat ubi / 100 gram)..(1)

Sesuai dengan studi kasus, dimana ubi tersebut adalah ubi jalar kuning,maka kadar gizi ubi adalah :

TABEL 7 KANDUNGAN GIZI UBI JALARKandungan GiziBesarnya dalam ubi jalar

Kalori (kal)272,00

Protein (g)2,20

Lemak (g)0,80

Karbohidrat (g)64,60

Kalsium (mg)114,00

Fosfor (mg)104,00

Zat besi (mg)1,40

Natrium (mg)10,00

Kalium (mg)786,00

Niacin (mg)1,20

Vitamin A (SI)1800,00

Vitamin B1 (mg)0,20

Vitamin B2 (mg)0,08

Vitamin C (mg)70,00

IV.KESIMPULANPada proses penentuan kadar gizi ubi jalar berdasarkan karakteristik dengan Metode Forward Chaining ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Hasil persilangan jenis-jenis ubi jalar yang tersebar di seluruh Indonesia menghasilkan karakteristik yang beragam sehingga kadar gizinya berbeda-beda.2. Dalam proses penentuan kadar gizi dalam sebuah ubi jalar dipertimbangkan banyak faktor-faktor pendukung, seperti berat dan bentuknya.3. Metode forward chainingcukup terbukti efektif menemukan solusi optimum dalam menangani kasus penentuan kadar gizi dalam sebuah ubi jalar karena prinsipnya metode ini melakukan penelusuran terhadap semua kombinasi kemungkinan variabel pendukungnya.

REFERENSI[1] Andiga, Hary. Pemanfaatan Ubi Jalar. http://asalkamutahuaja.blogspot.com/2012/11/pemanfaatan-ubi-jalar.html (Diakses 19 Maret 2013)[2] Bangun, Sastroy. 2012. Manfaat Sehat Mengkonsumsi Ubi Jalar.. http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=269110:manfaat-sehat-mengkonsumsi-ubi-jalar&catid=28:kesehatan&Itemid=48 (Diakses 19 Maret 2013)[3] Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka. 2011. Ubi Jalar .http://distan.majalengkakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52:ubi-jalar&catid=1:terhangat(Diakses 22 Maret 2013)[4] Gondana, Beny. Pengertian Gizi.http://gizigizi.blogspot.com/2008/12/pengertian-gizi-by-istiqomatunnisa.html (Diakses 19 Maret 2013)[5] IANNN,2013. Terpecahnya asal usul ubi jalar. http://www.iannnews.com/gadget_technology-2447-asalusul-ubi-jalar-terpecahkan (Diakses 17 Maret 2013)[6] Mayastuti, Aas. 2002. Pengaruh Penyimpanan dan Pemanggangan Terhadap Kandungan Zat dan Daya terima Ubi Jalar. Skripsi Sarjana Fakultas Pertanian IPB, Bogor.[7] Wikipedia 2012. Definisi Forward Chaining . http://id.wikipedia.org/wiki/Forward chaining (Diakses 17 Maret 2013)[8] Adhiman, Faza Fauzan dan Permadi Setyonugroho, Analisis dan Perancangan Sistem Pakar untuk Mendeteksi Kerusakan Mesin Boiler. Tersedia : Thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2Doc/2010-2-00216-IF%20BAB%202.doc (Diakses 18 Maret 2013)[9] Kusrini S.Kom. Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi. 2006. Yogyakarta : Penerbit Andi