simulasi hemaroid kel 3

Upload: rheza-hakviasyah

Post on 02-Mar-2016

94 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hemoroid merupakan penyakit yang umum terjadi. Pada usia sekitar 50 tahun, 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid. Pasien dengan gangguan hemoroid mencari pertolongan medis terutama akibat nyeri dan perdarahan rectal. Walaupun tidak mengancam jiwa, penyakit ini dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales. Secara kasar hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis, hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior.Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna timbul di sebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.(Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2)Dilihat dari sejarahnya, hemoroid sudah dikenal selama berabad-abad dan diduga masih termasuk salah satu penyakit yang umum ditemukan di mana-mana. Di Amerika Serikat, hemoroid ditemukan dengan jumlah kasus meliputi 4,4% dari seluruh penduduk; paling banyak pada umur 45-65 tahun. Namun sayangnya frekuensi pasti dari hemoroid sulit diketahui. Seseorang yang menderita hemoroid cenderung malu mengutarakan penyakitnya dan takut membayangkan tindakan yang mungkin akan dilakukan dokter. Di samping itu, hemoroid memang bukanlah penyakit yang mematikan. Gejalanya dapat hilang timbul, dan pada sebagian besar kasus gejala hemoroid sudah lenyap dalam beberapa hari saja.Menurut data WHO, jumlah penderita hemoroid di dunia pada tahun 2008 mencapai lebih dari 230 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2030.( www.fkuii.org, 2009)Di Indonesia sendiri penderita hemoroid terus bertambah. Menurut data Depkes tahun 2008, prevalensi hemoroid di Indonesia adalah 5,7 persen, namun hanya 1,5 persen saja yang terdiagnosa. Jika data Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2007 menyebutkan ada 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami hemoroid, maka secara epidemiologi diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi hemoroid di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Hemoroid Care, 2004). Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan diketahui bahwa jumlah penderita penyakit Hemoroid pada tahun 2009 sebanyak 424 orang penderita, sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 427 penderita dan pada tahun 2011 sebanyak 436 orang penderita.Dari data Dinas Kesehatan Kota Palembang diketahui bahwa jumlah penderita penyakit hemoroid pada tahun 2009 sebanyak 329 orang penderita, sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 325 penderita dan pada tahun 2011 sebanyak 332 orang penderita.Berdasarkan data dari Medical Record RSUD Palembang Bari jumlah penderita hemoroid pada tahun 2009 terdiri dari 62 orang penderita, pada tahun 2010 terdiri dari 65 orang penderita. Dan pada tahun 2011 sampai dengan bulan oktober terdiri dari 58 orang. (Medrec RSUD Palembang BARI ; 2012)Berdasarkan penjelasan diatas, maka kelompok kami tertarik untuk mengangkat makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Diagnosa Post Operasi Hemoroid di Ruangan Perawatan Bedah RSUD Palembang Bari. 1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuannya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid yang dirawat di ruang perawatan bedah RSUD Palembang Bari dan untuk memberikan informasi mengenai hemoroid pada para pembaca agar dapat menjadi referensi untuk pembelajaran dan upaya preventif dalam mencegah penyakit Hemoroid.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.b. Dapat menganalisa dan merumuskan serta memprioritaskan diagnosa keperawatan klien hemoroid.c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada klien hemoroid.d. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien hemoroid.e. Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien hemoroid.

1.3 WAKTU

Pengkajian dan anamnesa dilakukan pada tanggal 09 Februari 2012 pada pukul 11.00 WIB

1.4 TEMPAT

Pengkajian dan anamnesa dilakukan pada Tn. S di Ruang Perawatan Bedah RSUD Palembang Bari.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 PROFIL RSUD PALEMBANG BARI

2.1.1 SELAYANG PANDANG

Rumah Sakit Umum daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang pemerintah daerah dibidang kesehatan yang merupakan yang merupakan satu satunya rumah sakit umum milik pemerintah kota palembang. Rumah Sakit Umum Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha Nomor 1 Kelurahan 5 Ulu Darat Kecematan seberang Ulu dan berdiri di atas tanah seluas 4,5 H.Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan Raya jurusan kertapati. Sejak tahun 2010 dibuat jalan alternatif dari Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan langsung menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

2.1.2 VISI MISI DAN MOTTO

VISIRumah Sakit andalan dan terpercaya di Sumatrera Selatan.

MISI1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu.2. Melaksanakan manajemen administrasi yang efektif dan efisien.

MOTTO Anda sembuh, kami puas Anda puas, kami bahagia

2.1.3. SEJARAHa. Sejarah Berdirinya Pada tahun 1985 sampai tahun 1994 RSUD Palembang BARI merupakan gedung polikklinik atau Puskesmas Panca Usaha. Pada Tanggal 19 juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK Depkes No. 1362/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 november 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status akreditas penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 7 November 2003 Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status akreditas penuh tingkat lanjut kepada Rumah sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 5 februari 2008. Kepmenkes RI Nomor : 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas Rumah sakit umum daerah palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 2 April 2009. Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota Palembang N0.195 B tahun 2008 tentang Penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.

b.Sejarah Pemegang Jabatan Tahun 1986 s.d 1995 : dr. jane Lidya Titahelu sebagai Kepal Polikklinik/Puskesmas Panca Usaha. Tanggal 1 Juli 1995 s.d juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, Sp. OG sebagai Direktur RSUD Palembang BARI. Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksana tugas dr. H. dachlan Abbas, S.pB Bulan desember 2000 s.d februari 2001 : Pelaksana tugas dr. M. faisal Soleh, Sp. PD Tanggal 14 November 2000 s.d sekarang dr. H. Indah Puspita H. A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.

2.1.4 FASILITAS DAN PELAYANANa. Pelayanan Rawat jalan Spesialis1. Poliklinik Penyakit Dalam2. Poliklinik Bedah3. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan 4. Poliklinik Anak5. Poliklinik mata6. Poliklinik THT7. Poliklinik Syaaf8. Poliklinik Kulit dan Kelamin9. Poliklinik Jiwa10. Poliklinik Rehabilitasi Klinik11. Poliklinik Jantung12. Poliklinik Gigi13. Poliklinik Psikologi14. Poliklinik Tumbuh Kembang15. Poliklinik Gizi

b. Pelayanan Gawat Darurat

c. Pelayanan Rawat Inap1. Perawatan VVIP dan VIV2. Perawatan Kelas I3. Perawatan Umum perempuan4. Perawatan Penyakit Umum Laki-laki5. Perawatan Anak6. Peawatan Bedah7. Perawatan ICU8. Perawatan Kebidanan9. Perawaan Neonatus dan NICU

d. Pelayanan Penunjang1. Farmasi atau Apotek 24 jam2. Bedah Sentral3. Rehabilitasi Medik4. Radiologi5. Laboratorium klinik6. Patologi anatomi7. Bank Darah8. Hemodialisa9. Medical check up10. ECG dan EEG11. Endoscopi 12. CT Scan 64 Slices13. Tread Mill14. Instalasi Gizi15. Instalasi Laundry16. CSSD2.2 TINJAUAN TEORI2.2.1 DEFINISI

Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi pleksus vena hemoroidalis interna ( Underwood, J.C.E; 1999 ).

Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal ( Smeltzer Suzanne C; 2001 ).

Hemorrhoid are dilated, engorged veins in the lining of the rectum. Hemoroid adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum. (Potter, 1997 ; 1374). Hemorrhoid are dilated varicose veins of the anus and rectum. Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena varicose pada anus dan rektum. (Reeves, 1999 ; 162).

Hemoroid adalah dilatasi pleksus (anyaman pembuluh darah) vena yang mengitari rektal dan anal. (Tambayong, 2000 ; 142).

Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. (www.medicastore.com, 2001).

Hemorrhoids are a common problem of the anus and rectum. They occur when the veins around the anus or lower rectum become swollen and inflamed, often as a result of straining during a bowel movement.Hemoroid adalah suatu masalah umum pada anus dan rektum. Yang terjadi bila vena-vena disekitar anus dan rektum mengalami peradangan yang diakibatkan karena mengedan selama buang air besar. (www.hemorrhoids.emedtv.com, 2001)

Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah di bawah selaput lendir anus menjadi semacam benang khusus sehingga membentuk gumpalan benjolan. (www.kaltimpost.web.id, 2002).

Hemoroid adalah perdarahan yang keluar lewat anus berupa darah segar dengan atau tanpa disertai lendir tidak termasuk perdarahan yang berasal dari bagian-bagian lambung dan usus halus. (www.ultinetindonesia.com, 2005)

Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar. (www.fkuii.org, 2006).

Hemoroid adalah suatu penyakit pelebaran pembuluh darah balik (vena) yang terdapat di daerah saluran cerna bagian bawah yang berbatasan dengan dubur/anus. (www.balipost.com, 2003).

2.2.2 ANATOMI FISIOLOGIA. Anatomi

Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan yaitu tuba muskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak dibawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal (Sloane, 2004 ; 281)Saluran pencernaan merupakan jalur (panjang totalnya 23-26 kaki) yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung, usus dan anus. (Smeltzer, 2002 ; 984)Fungsi utama dari saluran gastrointestinal yang berhubungan dengan memberikan kebutuhan tubuh yaitu : Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekuler untuk dicerna Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil ke dalam aliran darah. Mengeliminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk sisa lain dari tubuh. (Smeltzer, 2002 ; 984)

Susunan saluran pencernaan terdiri dari: oris (mulut), faring (tekak), esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus) terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum, intestinum mayor (usus besar) terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid, rektum dan anus. (Syaifuddin, 1997 ; 75).1. MulutMulut adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencenaan. Rongga vestibulum terletak diantara gigi dan bibir, dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi dibagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah dibagian bawah, dan orofaring dibagian belakang. (Sloane, 2004 ; 282-283)a. BibirTersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara. (Sloane, 2004 ; 283)b. Lidah Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulun lingua. Lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat di kunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam produksi wicara. (Sloane, 2004 ; 283)c. Palatum Palatum terbagi atas 2 bagian, yaitu: palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum dan palatum mole (palatum lunak), terletak di belakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. ( Syaifuddin, 1997 ; 75).d. GigiGigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila, setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi atas secara normal menutup gigi bawah. Manusia mempunyai dua susunan gigi yaitu gigi primer dan gigi sekunder. gigi berfungsi dalam proses mastikasi atau pengunyahan. Makanan yang masuk ke dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan. (Sloane, 2004 ; 284)

e. Kelenjar ludahKelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus. Fungsi saliva yaitu melarutkan makanan secara kimia, untuk pengecapan rasa, melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan, mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltosa, mengeksresi zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat lain, sebagai zat anti bakteri dan antibodi. (Sloane, 2004 ; 283).

2. FaringFaring adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring. (Sloane, 2004 ; 267)

3. EsofagusEsofagus adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 9-10 inci (25 cm) dan berdiameter 1 inci ( 2,54 cm). Esofagus berawal dari area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra torak ke sepuluh dan membuka kearah lambung. Fungsi esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristalsis. (Sloane, 2004 ; 285).

4. LambungLambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen dibawah diafragma. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, badan organ, dan bagian pilorus. Fungsi lambung yaitu sebagai penyimpanan makanan, produksi kimus, digesti protein, produksi mukus, produksi faktor intrinsik dan absorbsi. (Sloane, 2004 ; 285)5. Usus halusUsus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah panjang kira-kira 2/3 dari panjang total saluran. (Smeltzer, 2002 ; 984). Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. (Sloane, 2004 ; 288). Usus halus dibagi menjadi duodenum, yeyenum dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur dan yang relatif lebih penting berdasarkan fungsi.a) Duodenum Disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm mulai dari pilorus sampai yeyenum. Berbentuk seperti sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas, bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Pada papila vateri bermuara saluran empedu dan saluran pankreas. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar Brunner, berfungsi memproduksi getah intestinum. Pemisahan duodenum dan yeyenum ditandai oleh Ligamentum Treitz.b) YeyenumMempunyai panjang 2-3 meter atau 2/5 bagian atas. Yeyenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri.c) IleumMempunyai panjang 4-5 meter atau 3/5 bagian terminal. Ileum cenderung terletak di regio abdominalis bawah kanan. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium dan berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium. (Price, 2006 ; 438)Fungsi usus halus yaitu : Mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta dibantu empedu dan hati. Usus halus secara selektif mengabsorbsi produk digesti. (Sloane, 2004 ; 290)

5. Usus besarUsus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum sehingga kanalis ani dengan diameter sekitar 6,5 cm. Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki lipatan-lipatan sirkular, dan diameternya lebih lebar, panjangnya lebih pendek, dan daya regangnya lebih besar dibanding usus halus. (Sloane, 2004 ; 294) Fungsi usus besar adalah :a) Mengabsorbsi 80 % - 90 % air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.b) Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau hormon pencernaan.c) Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam setiap hari.d) Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. (Sloane, 2004 ; 295)

Bagian-bagian dari usus besar adalah sebagai berikut : SekumPada sekum terdapat katub ileoseikal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar 2-3 inci pertama dari usus besar. Katub ileoseikal mengendalikan aliran kimus dan ileum ke sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. (Price, 2006 ; 456) Kolon Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki 3 divisi : Kolon AsendenKolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati disebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika. Kolon TranversumKolon tranversum merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ketepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar kebawah pada fleksura splenik. Kolon Desenden.Merentang kebawah pada sisi kiri abdomen. (Sloane, 2004 ; 294) Kolon SigmoidKolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk S. lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. (Price, 2006 ; 456)

RektumMembentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). 1 inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot spingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm. (Price, 2006 ; 456)

AnusAdalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar. Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh dua sfingter : Sfingter ani interna, dikendalikan oleh saraf otonom Sfingter ani eksterna, dikendalikan oleh sistem saraf volunter

Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Reflek defekasi terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat. Otot sfingter eksterna dan interna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi massa feses. Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfingter eksterna dan levator ani. Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks dan keinginan defekasi menghilang. Air tetap terus diabsorbsi dari massa feses, sehingga feses menjadi keras dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi. Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna sehingga terjadi hemoroid (vena varikosa rektum). (Price, 2006 ; 458-459).

2.2.2 ETIOLOGIBeberapa faktor etiologi menurut Sylvia Anderson P. (1994) adalah sebagai berikut :Konstipasi/diareSering mengejanKongesti pelvia pada kehamilanPembesaran prostatFibroama uteriTumor rectumPenyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.

2.2.3 PATOFISIOLOGI

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik dari vena hemoroidalis Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani. Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut. Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat II dapat mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid interna derajat III mengalami prolapsus secara permanen. Gejala hemoroid interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini. Kebanyakan kasus hemoroid adalah hemoroid campuran interna dan eksterna.Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdaraha, trombosis, dan stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.Kebanyakan penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan. Pengobatan berupa kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri anus tidak dapat diatasi.

2.2.4 PATHWAY KEPERAWATAN

DilatasiTekanan vena meningkatStranggulasiProlapsus saat defekasiEdema/hematomaPembengkakan globular kemerahanProlapsus permanenPembengkakan pinggir anus bulat kebiruanGangguan aliran balik vena hemoroidKongesti vena rektalis superior dan mediaDistensi dan stasis venaBendungan vena pleksus hemoroidKongesti vena pleksus rektalis inferiorPerdarahan saat defekasiKonstipasiNyeriKonstipasiPerubahan eliminasi urineNyeriMengabaikan defekasiPK hemoragiPembedahanPost operatifRespon psikologis pre operatifLuka insisiTakut gerakSpasme ototAnsietasPeristaltik usus menurun

2.2.5 MANIFESTASI KLINISHemoroid menyebabkan tanda dan gejala: Rasa gatal dan nyeri Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.

2.2.6 KLASIFIKASI1. Berdasarkan asal / tempat penyebabnya: Hemoroid internaHemoroid ini berasal dari vena hemoroidales superior dan medial, terletak diatas garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. hemoroid ini tetap berada di dalam anus. Hemoroid eksternaHemoroid ini dikarenakan adanya dilatasi (pelebaran pembuluh darah) vena hemoroidales inferior, terletak dibawah garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa usus. hemoroid ini keluar dari anus (wasir luar)2.Hemoroid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya : Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat, jarang terjadi perdarahan, benjolan dapat masuk kembali dengan spontan. Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat defekasi (buang air besar) benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan dapat kembali dengan spontan. Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjadi setelah defekasi dan jarang terjadi perdarahan, prolapsus dapat kembali dengan dibantu. Tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan. (www.fkuii.org, 2006)

2.2.7 KOMPLIKASIPendarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami pendarahan, maka darah dapat sangat banyak.Yang lebih sering terjadi yaitu pendarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah keluar. Anemia terjadi secara kronis sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.

2.2.8 TERAPITerapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit prolaps, trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang. Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau secara submukosa. Bila terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang. (www.suaramerdeka.com, 2005)Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa komplikasi dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :1) Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik.2) Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.3) Diet tinggi serat.4) Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati anus.5) Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anastesi.6) Tirah baring.7) Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar dan terapi laser.8) Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.9) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-karet.10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis.11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal. (Smeltzer, 2002 ; 1138)

2.2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan yang dilakukan antara lain :1) Pemeriksaan colok dubur2) Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rektum) (www.suaramerdeka.com, 2005)3) Pemeriksaan rectal dan palpasi digital.4) Proctoscopi atau colonoscopy (untuk menunjukkan hemoroid internal) (Reeves, 1999 ; 162)

2.2.10 PENATALAKSANAANA. Medis1) Farmakologis Menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan mengurangi sembelit dan terlalu mengedan saat defekasi, dengan demikian resiko terkena hemoroid berkurang. Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan rasa sakit, gatal, dan kerusakan pada daerah anus. Obat ini tersedia dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk supositoria untuk hemoroid interna, dan dalam bentuk krim / salep untuk hemoroid eksterna. Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%).2).Nonfarmakologis Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30 gram/hari, serat selulosa yang tidak dapat diserap selama proses pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus agar lebih lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air sehingga dapat melunakkan feses. Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam. Menghindari makanan yang sulit dicerna oleh usus. Tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda. Perbanyak minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari. Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi closet duduk. Jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat tertekan kebawah sehingga dapat menghimpit pembuluh darah. Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga kali sehari. Selain itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih baik banyak berjalan.3).Tindakan minimal invasif Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak berhasil, tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah : Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan obat langsung kepada benjolan / prolaps hemoroidnya. Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid. Prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit. Penyinaran sinar laser. Disinari sinar infra red. Dialiri arus listrik (elektrokoagulasi) Hemoroideolysis (www.fkuii.org, 2006)

B. PembedahanTerapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit prolaps, trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang. Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau secara submukosa. Bila terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang. (www.suaramerdeka.com, 2005)Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa komplikasi dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :1) Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik.2) Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.3) Diet tinggi serat.4) Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati anus.5) Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anastesi.6) Tirah baring.7) Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar dan terapi laser.8) Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.9) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-karet.10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis.11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal. (Smeltzer, 2002 ; 1138)2.2.11 PENCEGAHANUpaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:1) Jalankan pola hidup sehat.2) Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)3) Makan makanan berserat4) Hindari terlalu banyak duduk5) Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.6) Hindari hubunga seks yang tidak wajar7) Minum air yang cukup8) Jangan menahan kencing dan BAB9) Jangan menggaruk dubur secara berlebihan10) Jangan mengejan berlebihan11) Duduk berendam pada air hangat12) Minum obat sesuai anjuran dokter

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEMORROID2.3.1 PENGKAJIANA.Riwayat kesehatanRiwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya rasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya. Apakah terjadi selama defekasi ?, Berapa lama nyeri tersebut ? adakah nyeri abdomen yang berhubungan dengan hal itu ?, Apakah terdapat perdarahan dari rectum ?, Seberapa banyak ?, Seberapa sering ?, Apakah warnanya ?, Adakah cairan lain seperti mucus atau pus ?, Pertanyaan lain berhubung dengan pola eliminasi dan penggunaan laksatif, riwayat diet, masukan serat, jumlah latihan, tingkat aktifitas, dan pekerjaan.

B.Pengkajian ObjektifPengkajian objektif mencakup menginspeksi feses akan adanya darah atau mucus, dan area perineal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.

2.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATANBerdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan yang utama adalah sebagai berikut :1. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama defekasi.2. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.3. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat penyakit hemoroid dan spasme sfingter pada pasca operatif.4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut nyeri pada pasca operatif.5. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.Masalah kolaboratif yang mungkin muncul adalah Potensial Komplikasi (PK) hemoragi.

2.2.3PERENCANAAN1. Tujuan Tujuan utama adalah sebagai berikut :1. Menghilangkan konstipasi2. Menurunkan ansietas3. Menghilangan nyeri 4. Meningkatkan eliminasi urinarius5. Klien patuh dengan program terapeutik6. Mencegah terjadinya komplikasi

2. Intervensi Keperawatan A. Menghilangkan Konstipasi 1. Masukan cairan sedikitnya 2 liter sehari untuk memberikan hidrasi yang adekuat. 2. Anjurkan makan tinggi serat untuk melancarkan defekasi.3. Berikan laksatif sesuai resep.4. Pasien dianjurkan untuk miring guna merangsang usus dan merangsang keinginan defekasi sebisa mungkin.5. Menganjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum defekasi akan membantu merilekskan otot-otot perineal abdomenyang kemungkinan berkonstriksi atau mengalami spasme abdomen. B. Menurunkan Ansietas1. Identifikasi kebutuhan psikologis khusus dan rencana asuhan yang bersifat individu.2. Berikan privasi dengan membatasi pengunjung bila pasien menginginkannya.3. Pertahankan privasi klien saat memberikan tindakan keperawatan.4. Berikan pengharum ruangan bila balutan berbau menyengat. C. Menghilangkan Nyeri1. Dorong klien untuk memilih posisi nyaman.2. Berikan bantalan flotasi dibawah bokong pada saat duduk dapat membantu menurunkan nyeri.3. Berikan salep analgesik sesuai resep untuk menurunkan nyeri.4. Berikan kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan meringankan jaringan yang teriritasi.5. Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan spasme sfingter.6. Berikan agen anaestetik topical sesuai resep untuk menghilangkan iritasi local dan rasa sakit.7. Anjurkan klien melakukan posisi telungkup dengan interval tertentu untuk meningkatkan drainase dependen cairan edema. D. Meningkatkan Eliminasi Urinarius1. Tingkatkan masukan cairan2. Bantu klien untuk mendengarkan aliran air3. Bantu klien meneteskan air diatas meatus urinarius 4. Lakukan pemasangan kateter5. Pantau haluaran urin dengan cermat setelah pembedahan. E. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi1. Periksa dengan sering daerah operasi terhadap munculnya perdarahan rectal.2. Kaji indicator sistemik perdarahan berlebihan (takikardia, hipotensi, gelisah, haus).3. Hindari pemberian panas basah karena dapat menyebabkan dilatasi dan perdarahan. F. Pendidikan pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.1. Instruksikan klien untuk mempertahankan kebersihan area perianal.2. Dorong pasien untuk berespon dengan cepat ketika dorongan defekasi muncul, untuk mencegah konstipasi.3. Instruksikan klien untuk diet tinggi cairan dan serat.4. Pasien diinformasikan untuk diet yang ditentukan, laksatif yang dapat digunakan dengan aman, dan pentingnya latihan.5. Dorong klien untuk ambulasi sesgera mungkin, anjurkan latihan tingkat sedang.6. Ajarkan cara melakukan rendam duduk pada klien setiap setelah defgekasi selama 1 sampai 2 minggu setelah pembedahan.

EVALUASI Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :1. Mendapatkan pola eliminasi normal. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau setelah tidur. Berespon terhadap dorongan untuk defekasi dan menyediakan waktu untuk duduk ditoilet dan mencoba untuk defekasi. Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan. Menambah makanan tinggi serat pada diet. Meningkatkan masukan cairan sampai 2 L/24 jam. Melaporkan penurunan ketidaknyamanan pada abdomen. Mengalami sedikit ansietas. Mengalami nyeri sedikit. Mengubah posisi tubuh dan aktifitas untuk meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau pada waktu tidur. Menepapkan kompres hangat/dingin pada area rectal / anal. Melakukan rendam duduk 3 atau 4 kali sehari.

Mentaati program terapeutik. Mempertahankan area perianal kering. Mengalami feses lunak dan berbentuk secara teratur. . Bebas dari masalah perdarahan Insisi bersih Menunjukkan tanda vital normal Menunjukkan tidak ada tanda hemoragi. BAB IIITINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN3.1.1Identitas.a. Identitas klien.Nama : Tn. SUmur : 38 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAgama : IslamPendidikan : SMAPekerjaan: SwastaAlamat : Komp. Sukarami Indah Kec.kebun bunga, PlgTgl. MRS: 4 februari 2012pukul : 09.00 WIBTgl. Operasi: 6 februari 2012pukul : 09.30 WIBTgl. Pengkajian: 9 Februari 2012pukul : 11.00 WIB No.Med.Rec: 38 80 70Diagnosa : Post operasi Hemoroid Hari ke 3.

b. Penanggung jawab.Nama : Tn MUmur : 30 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAgama : IslamPendidikan : SMAAlamat : Komp. Sukarami Indah Kec.kebun bunga, Plg Pekerjaan: WiraswastaHub dengan klien: Adik kandung3.1.2 Riwayat kesehatan.a. Keluhan utama.Klien mengatakan nyeri pada anusnya apabila beranjak malam, dan konstipasi.b. Riwayat Penyakit sekarangKlien datang ke rumah sakit pada tanggal 4 febuari 2012 dengan keluhan BAB berdarah kurang lebih 1 tahun yang lalu.semenjak operasi pada tanggal 6 februari 2012, klien hanya berbaring di atas tempat tidur dan semua aktifitasnya di bantu keluarga.c. Riwayat Penyakit masa laluKlein mengatakan kurang lebih 10 tahun yang lalu pernah mengalami penyakit tersebut.d. Riwayat Kesehatan keluargaDalam keluarga klien ada yang mempunyai penyakit seperti ini, yaitu ibu dan kakak perempuannya, tetapi tidak separah yang dialami oleh klien.

3.1.3Riwayat Psiko, Sosial dan spritual.e. Riwayat PsikologisKlein merasa cemas akan keadaanya karena klien takut penyakit yang di deritanya tidak akan sembuh.f. Riwayat SosialKlien menjalankan hubungan baik dengan lingkungan di sekitarnya dan hubungan dengan petugas kesehatan baik dan selalu menjawab pertanyaan dengan baik.g. Riwayat SpiritualKlien rajin beribadah tetapi sejak dirumah sakit klien jarang sekali beribadah.

3.1.4Pola aktivitas.

NoPola AktivitasDirumah Dirumah Sakit

1

2

3

4

5Pola nutrisi Makan

Minum

Pola Eliminasi BAB

BAK

Pola Tidur Malam

Siang

Pola aktivitas

Pola Kebersihan Diri Mandi Gosok gigi Keramas Klien makan 3x sehari dengan porsi makan habis komposisi nasi dan lauk.

Klien minum 5-7 gelas/hari

1x sehari

5 6 x/hari

Klien tidur 8-9 jam/hari

Klien tidur 2-3 jam

Mandiri

2x sehari 2x sehari 2x sehari Klien makan 3x sehari dengan makan porsi, komposisi bubur dan sayur yang dihabiskan.

Klien minum 5-7 gelas/hari

Setelah operasi klien baru BAB 1 kali, pada saat BAB klien mengeluh nyeri. 4-5 x/hari

Klien tidurnya terganggu dan sering terbangun saat tengah malam karena nyeri pada daerah anusnya.

Klien tidur 1-2 jam

Dibantu keluarga

1x sehari 2x sehari 2x seminggu

3.1.5Pemeriksaan fisik.h. Pemeriksaan umum1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Compos mentis3. TB: 170 cm4. BB: 60 kg5. Vital SignT/D: 140/90 mmHgNadi : 90 x/menitSuhu : 36,2 derajat celciusRR: 23 x/menit

i. Pemeriksaan khusus1. Kepala Bentuk : SimetrisRambut : HitamKebersihan : Bersih, tidak ada ketombe2. Mata Bentuk : SimetrisKonjungtiva: Tidak AnemisSklera: AnikterikPupil : IsokorPenglihatan : Dapat melihat dengan baik3. HidungBentuk : SimetrisKebersihan : Bersih, tidak ada sekret4. MulutGigi : Baik, tidak ada cariesBibir : Tidak pecah-pecahLidah : Tidak kotor5. KulitTurgor : ElastisWarna : Sawo matang Kebersihan : Bersih, tidak ada penyakit kulit 6. Abdomen Bentuk : Tidak ada ascitesKeadaan perut : DatarNyeri : Tidak ada 7. EkstremitasAtas: Tidak ada kelainanBawah : Tidak ada kelainan8. Genitaliakeadaan : BaikKebersihan : Cukup, tidak ada penyakit kulitNyeri: Nyeri post operasi di bagian anus klien. Skala nyeri : 4-5

TerapiIVFD RL 500 cc drip ketorolac 2 amp/kolf Gtt 20x/mnt Injeksi Asam Tranexamat 2x1 amp dan Sirup Laxadin 3x1 sdt

3.1.6ANALISA DATANoData Kemungkinan PenyebabMasalah

1

2.

3.DS : Klien mengatakan nyeri pada daerah luka sekitar operasiDO : Klien tampak meringis TTV :T/D : 140/90 mmhgSuhu : 36,2O CNadi : 90 x/menitRR : 23 x/menitSkala nyeri : 4-5

DS : Klien mengatakan susah BAB setelah operasi Klien mengatakan tidak nyaman karena belum BAB

DO : Klien tampak gelisah BAB sedikit dan bercampur darah

TTV :T/D : 140/90 mmhgSuhu : 36,2O CNadi : 90 x/menitRR : 23 x/menitKlien tidak BAB selama 3 Hari semenjak operasi.

DS: Klien mengatakan aktivitasnya terhambat karena nyeri yang dirasakan. Klien mengatakan makan dan minum dibantu keluarga.

Klien mengatakan saat pergi ke toilet dibantu oleh keluargaDO: Klien tampak lemah TTV :T/D : 140/90 mmhgSuhu : 36,2O CNadi : 90 x/menitRR : 23 x/menit Terpasang Infus pada ekstremitas atas bagian kanan.

Bendungan vena pleksus hemoroid

Gangguan aliran balik vena

dilatasi

Distensi dan statis vena

Kongesti vena rektalis superior dan media

Pembengkakan globular kemerahan

Tindakan Pembedahan

Luka insisi

Bendungan vena pleksus hemoroid

Gangguan aliran balik vena

dilatasi

Distensi dan statis vena

Kongesti vena rektalis superior dan media

Pembengkakan globular kemerahan

Tindakan Pembedahan

Post operatif

Peristaltik menurun

Konstipasi

Nyeri saat defekasi

Mengabaikan dorongan untuk defekasi

Bendungan vena pleksus hemoroid

Gangguan aliran balik vena

dilatasi

Distensi dan statis vena

Kongesti vena rektalis superior dan media

Pembengkakan globular kemerahan

Tindakan PembedahanLuka Operasi

Nyeri

Intoleran AktivitasNyeri

Konstipasi

Intoleransi Aktivitas

Prioritas masalah 1. Nyeri2. Konstipasi3. Intoleransi aktivitas

3.2 Diagnosa keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi.2. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri.3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri pada luka post operasi

BAB IVPEMBAHASAN

Setelah penulis mempelajari teori tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan post operasi hemmoroid dan melakukan secara langsung asuhan keperawatan pada pasien Tn. S ternyata terdapat kesenjangan antara teori dengan penerapan yang dilaksanakan di lapangan praktik RSUD Palembang Bari. Hal ini disebabkan karena tingkat kegawatan, persepsi individu, dan pemahaman terhadap penyakit keadaaan yang dialami saat ini.Adapun uraian berikut yang penulis amati dan dapatkan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sebagai berikut ;

4.1 PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, oleh karena itu pengkaji perlu melakukan secara teliti, cermat dan sistematis melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta di dukung oleh sumber-sumber seperti catatan medika dan hasil pemeriksaan penunjang, sehingga didapat data yang benar-benar valid.Pengkajian yang kami lakukan pada tanggal 9 Februari 2012 dengan Tn.S pada mulanya menemui hambatan dikarenakan tidak terjalinnya hubungan rasa saling percaya dengan Tn.S dan keluarga. Namun, setelah dilakukan pendekatan, akhirnya Tn. S dan keluarga bisa kooperatif dalam menjawab semua pertanyaan yang kamik berikan.

4.2 ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Setelah data pengkajian dikumpulkan, maka penulis menganalisa data yang ada pada klien Tn.S dengan post operasi hemoroid dengan cara mengelompokkan data-data yang ada sesuai dengan keperawatan yang muncul.Masalah keperawatan pertama, yaitu Rasa nyaman : Nyeri. Masalah keperawatan ini ditunjang oleh data subjektif yaitu klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di daerah anus. Data objektif yaitu klien tampak meringis dan hasil observasi TTV klien: TD : 140/90 mmhg Suhu : 36,2O C Nadi : 90 x/menit RR : 23 x/menitDari data-data yang didapatkan, maka kami simpulkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah Nyeri berhubungan dengan luka post operasi.Masalah keperawatan kedua, yaitu Konstipasi. Masalah keperawatan ini ditunjang oleh data subjektif yaitu klien mengatakan susah BAB setelah operasi dan klien mengatakan merasa tidak nyaman karena belum BAB. Data objektif yaitu klien tampak gelisah dan adanya darah di dalam feces pasien serta hasil observasi TTV klien: TD: 140/90 mmhg Suhu: 36,2O C Nadi: 90 x/menit RR: 23 x/menitSedangkan kemungkinan penyebab dari konstipasi ini berhubungan dengan mengabaikan dorongan defekasi yang diakibatkan karena nyeri pada luka bekas operasi. Jadi kami simpulkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan defekasi akibat nyeri.Masalah keperawatan ketiga, yaitu Intoleransi aktivitas. Masalah keperawatan ini ditunjang oleh data subjektif yaitu klien mengatakan aktivitasnya terhambat karena nyeri yang dirasakan, klien mengatakan makan dan minum pasien masih dibantu oleh keluarga dan klien juga mengatakan ketika pergi ke kamar mandi juga masih dibantu keluarga. Data objektif klien yaitu klien tampak lemah, terpasang Infus pada ekstremitas atas bagian kanan dan hasil observasi TTV : TD : 140/90 mmhg Suhu : 36,2O C Nadi : 90 x/menit RR : 23 x/menitJadi, masalah keperawatan yang kami simpulkan adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri luka post operasi.

4.3 RENCANA KEPERAWATAN Perencanaan merupakan mata rantai antara penerapan kebutuhan pasien dengan melaksanakan tindakan keperawatan. Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan teori yang disesuaikan dengan kondisi pasien saat dikaji. Dalam membuat perencanaan, penulis membuat perioritas masalah sesuai dengan kebutuhan Maslow yaitu mengutamakan kebutuhan dasar biologis kemudian menyusul kebutuhan yang lain. Pada prinsipnya perencanaan ini disusun dalam rangka mengurangi dan mengatasi serta mencegah masalah kesehatan yang mungkin pada pasien. Dalam membuat perencanaan diperlukan kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain seperti petugas lab, radiologi, dokter dan petugas kesehatan lainnya. Pada prinsipnya perencanaan disusun dalam rangka mengurangi dan mengatasi masalah pasien sehingga tindakan yang dilakukan tidak menyimpang dari hasil yang diharapkan.

4.4 PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa post operasi hemoroid dengan diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan luka post operasi, tindakan keperawatan yang kami lakukan antara lain: Mengkaji skala nyeri klien, membantu mengatur posisi klien senyaman mungkin, memberikan teknik relaksasi dan berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik. Setelah melakukan tindakan keperawatan, kami melakukan evaluasi terhadap tindakan yang kami berikan tadi. Hasilnya klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah sedikit berkurang dan wajah klien sudah terlihat agak tenang.Selanjutnya untuk diagnosa keperawatan konstipasi berhubungan dengan mengabaikan defekasi akibat nyeri, tindakan keperawatan yang kami lakukan antara lain: memberikan asupan cairan yang adekuat, menganjurkan klien untuk makan yang berserat, menganjurkan klien untuk menyediakan waktu yang sama untuk defekasi, mendorong teknik relaksasi sebelum defekasi, dan berkolaborasi dalam meberikan obat laksatif yaitu sirup laxadin. Setelah melakukan tindakan, kami melakukan evaluasi terhadap tindakan yang kami berikan. Hasilnya klien mengatakan jika BAB masih terasa nyeri dan klien merasa nyaman setelah BAB walaupun sedikit.Untuk diagnosa keperawatan yang ketiga, yaitu intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri pada luka post operasi, tindakan yang kami lakukan antara lain: membantu perawatan diri klien, mengevaluasi respon klien terhadap aktivitas yang diberikan, dan membantu klien bergerak secara bebas. Setelah melakukan tindakan, kami melakukan evaluasi terhadap tindakan yang kami berikan. Hasilnya klien beraktivitas masih dibantu keluarga, klien pergi ke kamar mandi secara mandiri dan klien makan dan minum masih dibantu keluarga.

BAB VPENUTUP5.1 KESIMPULANSetelah melakukan asuhan keperawatan pada post hemoroid khususnya pada pasien Tn.S yang dirawat di ruang perawatan Bedah Palembang Bari, penulis melakukan pengkajian pada tanggal 9 Februari 2012, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :1. Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara pasien dengan penulis sehingga mampu mengumpulkan data dan menemukan masalah keperawatan juga data diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara langsung kepada pasien, tetapi tidak semua masalah keperawatan yang ada dalam teori ditemukan pada pasien dengan penyakit yang sama.2. Dari hasil pengkajian akhirnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan. Diagnosa Keperawatan yang diangkat oleh penulis untuk pasien dengan diagnosa post operasi Hemoroid adalah:a) Nyeri berhubungan dengan luka post operasib) Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeric) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri pada luka post operasi.3. Perencanaan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah pasien berdasarkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, kemampuan penulis dan fasilitas RSUD Palembang Bari, pelaksanaan tindakan dan evaluasi dapat dilakukan karena adanya kerja sama antara pasien dengan perawat, dokter dan keluarga.4. Pelaksanaan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai dengan keperawatan yang timbul, tetapi tidak semua diagnosa keperawatan secara teoritis dilakukan implementasi.5. Evaluasi keperawatan dilakukan pada dua hari setelah pengkajian yaitu pada tanggal 10 dan 11 Februari 2012. Bila masalah belum teratasi maka rencana dilanjutkan kembali. Evaluasi masalah yang dilakukan pada pasien Tn.S belum teratasi seperti aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga

5.2 SARANAdapun saran dari penulis yaitu :1. Bagi pendidikanAgar pendidikan dapat memberikan fasilitas demi kelancaran proses prakek untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentag keperawatan medikal bedah.2. Bagi mahasiswaAgar mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapat dan megikuti proses pelaksanaan praktek lapangan biasa diikuti dengan baik, dengan arahan atau bimbingan lapangan praktek dengan keperawatan medikal bedah.3. Bagi RSUD Palembang BARIKhususnya untuk ruang Perawatan Bedah agar selalu mempertahankan kualitas dan mutu pelayanan serta sarana dan prasarana dalam memberikan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica Ester, et al; Jakarta; EGC.Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah, Jakarta, EGC.Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku; edisi 6; alih bahasa; Yasmin Asih; Jakarta; EGC.Robbins, Stanley L;(1995); Buku Ajar Patologi II (Basic Pathology); alih bahasa, staf pengajar laboratorium patologi anatomi FK UNAIR; Jakarta; EGCUnderwood, J.C.E; (1999) Patologi Umum dan Sistematik; vol.2; ed.2; editor edisi bahasa Indonesia, Sarjadi dkk; Jakarta; EGC

43