sgd 2

36
FIONNA MASITAH INTAN MEIRIPALTA VINA RAHMAYANA LUBIS LINA WARDANI PUTRI RIZKY R.M

Upload: fionna-pohan

Post on 14-Dec-2014

23 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: SGD 2

FIONNA MASITAHINTAN MEIRIPALTAVINA RAHMAYANA LUBISLINA WARDANIPUTRI RIZKY R.M

Page 2: SGD 2

SKENARIO

Amran seorang pria berusia 65 tahun datang ke poliklinik Penyakit Dalam RS Muhammadiyah dengan keluhan badan semakin kurus. Hal ini telah dialaminya dalam 4 bulan ini. Selain itu, penderita juga mengeluhkan gampang haus dan sering buang air kecil. Kebas pada kedua kaki dijumpai. Selera makan normal. Mual dan muntah tidak dijumpai. Dari pemeriksaan fisik didapat TB:168cm; BB:44kg; TD 120/90 mmHg; FN 88x/i reguler, FP 22x/i, temperatur afebris. Keadaan apa yang dialami Amran?

Page 3: SGD 2

More Info

Hb : 13,2 gr/dl Leukosit: 9600 mm3 Trombosit: 255.000 mm3 LED: 8 mm/jam KGD random: 425 mg/dl Urine analisa: reduksi (+2);

protein(+2)

Page 4: SGD 2

Anatomi dan Organ Sistem Endokrin

Page 5: SGD 2

Fisiologi Sistem Endokrin Kelenjar Hipotalamus1)Thyrotropin releasing hormone (TRH)

berfungsi menstimulasi sekresi TSH dan prolaktin.

2)Corticotropin releasing hormone (CRH) berfungsi menimbulkan pelepasan ACTH

3)Growth hormone releasing hormone (GHRH) berfungsi menimbulkan pelepasan hormone pertumbuhan.

4)Growth hormone inhibitory hormone (GHIH) berfungsi menghambat pelepasan hormon pertumbuhan.

Page 6: SGD 2

5). Gonadotropin releasing hormone berfungsi melepaskan LH dan FSH

6). Dopamine or prolactin inhibiting factor berfungsi menghambat pelepasan LH dan FSH.

Kelenjar Hipofisis anterior1). Hormon pertumbuhan berfungsi

menstimulasi sintesis protein dan pertumbuhan sebagian besar sel dan jaringan.

2). Thyroid stimulating hormone (TSH) berfungsi menstimulasi sintesis dan sekresi hormon tiroid. (tiroksin dan triidotironin)

Page 7: SGD 2

3). Adrenocorticotropic hormone (ACTH) berfungsi menstimulasi sintesis dan sekresi hormon adrenokortikal (kortisol, androgen, dan aldosteron).

4). Prolaktin berfungsi meningkatkan pembentukan payudara dan sekresi susu.

5). Follicle stimulating hormone (FSH) berfungsi menimbulkan pertumbuhan folikel di ovarium dan pematangan sperma di sel sertoli testis.

6). Luteinizing hormone (LH) berfungsi menstimulasi sintesis testoteron di sel leydig testis; merangsang ovulasi , pembentukan korpus luteum dan sintesis estrogen dan progesteron di ovarium.

Page 8: SGD 2

Kelenjar Hipofisis posterior

1). Hormon antidiuretik (ADH) disebut juga vasopressin berfungsi meningkatkan reabsorpsi air oleh ginjal dan menimbulkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah.

2). Oksitosin berfungsi merangsang ejeksi air susu dari payudara dan kontraksi rahim.

Kelenjar Tiroid

1). Tiroksin (T4) dan triidotironin (T3) berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia di sebagian besar sel sehingga meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh

2). Kalsitonin berfungsi menambah deposit kalsium ditulang dan mengurangi konsentrasi ion kalsium di cairan ekstrasel.

Page 9: SGD 2

Korteks Adrenal

1). Kortisol berfungsi memiliki berbagai fungsi metabolik untuk mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak juga memiliki efek anti inflamasi.

2). Aldosteron berfungsi meningkatkan reabsorpsi natrium ginjal, sekresi kalium dan sekresi ion hidrogen.

Medula adrenal

1). Norepinefrin, epinefrin berfungsi memiliki efek yang sama seperti efek perangsangan simpatis.

Page 10: SGD 2

Pankreas 1). Insulin (sel beta) berfungsi meningkatkan

ambilan glukosa dibanyak sel, dan dengan cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat.

2). Glukagon (sel alfa) berfungsi meningkatkan sintesis dan pelepasan glukosa dari hati kedalam cairan tubuh.

Kelenjar para tiroid1). Hormon paratiroid (PTH) berfungsi mengatur

konsentrasi ion kalsium serum dengan cara meningkatkan reabsorpsi kalsium oleh usus dan ginjal serta melepas kalsium dan tulang.

Page 11: SGD 2

Testis

1). Testosteron berfungsi memacu perkembangan sistem reproduksi pria dan ciri seksual sekunder pria.

Ovarium

1). Estrogen berfungsi memacu pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi wanita, payudara wanita, dan ciri seksual sekunder wanita

2). Progesteron berfungsi menstimulasi sekresi getah uterus oleh kelenjar endometrium uterus dan perkembangan alat pensekresi di payudara.

Page 12: SGD 2

Patofisiologi Diabetes MelitusPada diabetes tipe 2 mempunyai dua defek fsiologik, sekresi insulin abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran ( target ). Secara klinis terdapat 3 fase

pertama, glukosa plasma tetap normal meskipun terlihat resistensi insulin karena kadar insulin meningkat.

Pada fase ke dua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga meskipun konsentrasi meningkat , tampak intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah makan.

Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa dan diabetes yang nyata.

Page 13: SGD 2

Klasifikasi Diabetes Melitus Diabetes Melitus Tipe 1

(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisisensi insulin absolut)

a. Melalui proses imunologik

b. Idiopatik Diabetes Melitus Tipe 2

(bervariasi mulai yang pedominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin)

Page 14: SGD 2

Diabetes Melitus Tipe lain

a. Defek genetik fungsi sel beta Kromoson 12,HNF –alfa(dahulu MODY 3) Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2) Kromosom 20, HNF alfa(dahulu MODY 1) Kromosom 13, insulin promoter factor (IPF

dahulu MODY 4) Kromosom 17, HNF-1 beta (dahulu MODY 5) Kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6),

DNA, Mitokondria

Page 15: SGD 2

b. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A, I eprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall diabetes lipoatrofik, lainnya

c. Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma/ pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya.

d. Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.

Page 16: SGD 2

e. Karena obat/ zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukortikoid, hormon tiroid, diazoxid, aldosteronoma, lainnya.

f. Infeksi: rubella kongenital, sitomegalovirus.

g. Imunologi (jarang): sindrom “Stiffman”, antibodi anti reseptor insulin.

h. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM: Sindrom Down,Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner dan lain-lain.

Diabetes kehamilan

Page 17: SGD 2

Faktor Resiko Diabetes Melitus1) Riwayat keluarga DM.

2) Obesitas.

3) Kurang aktivitas fisik.

4) Hipertensi.

5) Tidak terkontrol kolesterol dan HDL.

6) Riwayat DM pada Kehamilan.

7) Sindroma polikistik ovarium.

8) Etnik

9) Riwayat penyakit kardiovaskular

Page 18: SGD 2

Untuk Menegakkan Diagnosa Gejala Akut Penyakit Diabetes mellitus

Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.

1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu:

a) Banyak makan (poliphagia).

b) Banyak minum (polidipsia).

c) Banyak kencing (poliuria).

Page 19: SGD 2

2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:

a) Banyak minum.

b) Banyak kencing.

c) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 2 – 4 minggu).

d) Mudah lelah.

e) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.

Page 20: SGD 2

Gejala Kronik Diabetes mellitus

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes mellitus adalah sebagai berikut:

1) Kesemutan.

2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.

3) Rasa tebal di kulit.

4) Kram.

5) Capai.

Page 21: SGD 2

6) Mudah mengantuk.

7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.

8) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.

9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun,bahkan impotensi.

10) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg

Page 22: SGD 2

Pemeriksaan

Page 23: SGD 2

Diagnosa Banding

Diabetes melitus tipe 1 Diabetes autoimun Diabetes melitus gestasional Diabetes melitus sekunder : gangguan

pankreas (hemokromatosis, pankreatitis kronis, pankreatomi), gangguan hormonal, induksi obat.

Page 24: SGD 2

Penatalaksanaan

Non farmakologi

1) Penyuluhan Penyuluhan untuk pencegahan primer : Ditujukan untuk

kelompok risiko tinggi. Penyuluhan untuk pencegahan sekunder: Ditujukan pada

diabetisi terutama pasien yang baru. Materi yang diberikan meliputi : pengertian Diabetes, gejala, penatalaksanaan Diabetes mellitus, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik, perawatan pemeliharaan kaki, dll.

Penyuluhan untuk pencegahan tersier: Ditujukan pada diabetisi lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara perawatan dan pencegahan komplikasi, upaya untuk rehabilitasi,

Page 25: SGD 2

2) Diet Diabetes mellitus Tujuan Diet pada Diabetes mellitus adalah

mempertahankan atau mencapai berat badan ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup.

3) Latihan Fisik (Olah Raga). Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan

kepekaan insulin, mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Page 26: SGD 2

Farmakologi Obat-obat anti hiperglikemik oral

Golongan insulin sensitizing1). Biguanid2). Glitazone Golongan sekretagok insulin 1). Sulfonilurea2). Glinid3) Penghambat alfa glukosidase Golongan incretin

Terdapat 2 hormon incretin yang dikeluarkan oleh saluran cerna yaitu glucose dependent insulinotrpic

Page 27: SGD 2

Cara kerja Obat

Macam-macam obat antihiperglikemia oral

1. Golongan insulin sensitizing Biguanid ( Metformin )Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat selular, distal reseptor insulin dan menurunkan produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga diduga menghambat absorbsi glukosa di usus sesudah asupan makan

Page 28: SGD 2

Glitazone Mekanisme kerja. Glitazone ( Thiazolidinediones ), merupakan agonist pexisome proliferator – actived receptor gamma ( PPARa ) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPARa adiposa, terdapat di jaringa target kerja insulin seperti jaringan adiposa, otot skelet dan hati.

2. golongan sekteratagok insulin sulfonilurea Mekanisme kerja. Golongan obat ini merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan, sehingga hanya bermanfaat pada pasien yang masih mampu mensekresi insulin.

Page 29: SGD 2

3 Penghambat alfa glukosa Mekanisme kerja obat ini adalah memperlambat pemecahan dan penyerapan karbohidrat kompleks dengan menghambat enzim alpha glukosidase yang terdapat pada dinding enterosit yang terletak pada bagian proksimal usus halus

Page 30: SGD 2

Komplikasi

Komplikasi Metabolik Akut Ketoasidosis diabetik (DKA)

yang merupakan suatu komplikasi metabolik akut yang terutama terjadi pada diabetes tipe 1 dan ditandai dengan adanya hiperglikemia (>300 mg/dl), asidosis metabolik akibat penimbunan asam keton, serta diuresis osmotik. Ketosis terjadi akibat sangat meningkatnya pelepasan asam lemak bebas dari adiposit, yang menyebabkan bergesernya sintesis badan keton dalam hati.

Page 31: SGD 2

Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)yaitu komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut, namun relatif hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat.

Page 32: SGD 2

Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)komplikasi pada terapi insulin. Pasien diabetes dependen insulin mungkin suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkannya untuk mempertahankan kadar glukosa normal yang mengakibatkan terjadi hipoglikemia

Page 33: SGD 2

Komplikasi Kronik Jangka Panjang Mikroangiopati

merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina, glomerulus ginjal dan saraf-saraf perifer, otot-otot serta kulit.

Makroangiopati diabetikmempuyai gambaran histopatologis berupa arteroskelerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit vaskular. Gangguan ini berupa: penimbunan sorbitol dan intima vaskular, hiperpoliproteinemia dan kelainan pembekuan darah

Page 34: SGD 2

Prognosa

Setelah 30 tahun pascapubertas diabetes, 44,4% orang dengan diabetes tipe 2 dan 20,2% orang dengan diabetes tipe 1 berkembang nefropati diabetik. Secara keseluruhan, kejadian nefropati telah menurun antara pasien dengan diabetes tipe 1 sejak akhir abad ke-20, namun tidak bagi orang-orang dengan diabetes tipe 2. Tingkat kematian dan rasio kematian standar pada diabetes tipe 2 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan diabetes tipe 1, mengingat bahwa penyebab utama kematian pada diabetes tipe 1 adalah stadium akhir penyakit ginjal. Morbiditas dan mortilitas terkait dengan diabetes tipe 2 berhubungan dengan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang.

Page 35: SGD 2

Referensi

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit EGC.

Price, Sylvia. A., Lorraine M. Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit EGC.

Sudoyo, Aru. W., dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi V . Jakarta: InternaPublishing.

Page 36: SGD 2

Terima Kasih