semsol 2014 fix

43
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Salah satu gangguan jiwa yang terjadi di Indonesia yaitu schizophrenia. (Maramis 2004). Karena itu dibutuhkan obat-obatan antipsikosis. Obat-obatan antipsikosis yang dapat meredakan gejala- gejala schizophrenia adalah Klorpromazine HCl (CPZ). Klorpromazin HCl adalah turunan fenotiazin, pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 sebagai anestesi (Mayer, 1990). Saat ini Klorpromazin HCl digunakan sebagai antiemetikum, sedativum, analgetikum. Pada susunan saraf pusat CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari situs emosional penderita sebelum minum obat. CPZ menimbulkan efek menenangkan. Efek ini juga dimiliki oleh obat lain misalnya , barbiturat, narkotik, dan memprobamat. Tetapi berbeda dengan barbiturat, CPZ tidak bisa mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang oleh obat. CPZ dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada chemoreceptor trigger zone. Muntah yang disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler kurang dipengaruhi, tetapi fenotiazin potensi 1

Upload: feby-kusuma-dewi

Post on 25-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

semsol

TRANSCRIPT

Page 1: Semsol 2014 Fix

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan

terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Salah satu

gangguan jiwa yang terjadi di Indonesia yaitu schizophrenia.(Maramis 2004). Karena itu

dibutuhkan obat-obatan antipsikosis.

Obat-obatan antipsikosis yang dapat meredakan gejala-gejala schizophrenia adalah

Klorpromazine HCl (CPZ). Klorpromazin HCl adalah turunan fenotiazin, pertama kali

dikembangkan pada tahun 1950 sebagai anestesi (Mayer, 1990). Saat ini Klorpromazin HCl

digunakan sebagai antiemetikum, sedativum, analgetikum.

Pada susunan saraf pusat CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak

acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul toleransi

terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari situs emosional penderita

sebelum minum obat.

CPZ menimbulkan efek menenangkan. Efek ini juga dimiliki oleh obat lain misalnya ,

barbiturat, narkotik, dan memprobamat. Tetapi berbeda dengan barbiturat, CPZ tidak bisa

mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang oleh obat. CPZ dapat

mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada chemoreceptor

trigger zone. Muntah yang disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler kurang

dipengaruhi, tetapi fenotiazin potensi tinggi dapat berguna untuk keadaan tersebut. Pada otot

rangka CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot seklet yang berada dalam keadaan spastik.

Cara kerja relaksasi ini di duga bersifat sentral, sebab sambungan saraf otot dan medula

spinalis tidak dipengaruhi CPZ.

Untuk memperoleh efek yang lebih cepat, dibuatlah sediaan CPZ injeksi 25 mg/ml.

Sediaan ini dapat langsung didistribusikan di dalam tubuh karena disuntikkan ke dalam

pembuluh darah sehingga cepat menimbulkan efek terapi dibandingkan sediaan tablet yang

harus mengalami penghancuran terlebih dahulu kemudian diabsorpsi di dalam gastro

intestinal.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui cara pembuatan injeksi Klorpromazin yang baik dan benar

2. Membandingkan formulasi injeksi Klorpromazin yang akan dibuat dengan formulasi

dari beberapa jurnal terdahulu.

1

Page 2: Semsol 2014 Fix

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan Injeksi

1. Definisi Injeksi

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa

larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih

dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit

atau melalui kulit atau melalui selaput lendir.(FI.III.1979)

Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang

dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang

bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang

dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler. (FI.IV.1995)

Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau

disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling

dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi

yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi

mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat

diterima.

Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah

salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki

kapasitas atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal

atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi

dengan volume sebanyak 5 mL atau pun lebih. (Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika

I.2011)

2. Rute-rute Injeksi

A. Parenteral Volume Kecil

a) Intradermal

Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis"

yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi

anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-

betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan

efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka

penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif

atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.

2

Page 3: Semsol 2014 Fix

b) Intramuskular

Istilah intramuskular (IM) adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke dalam

otot dengan jarum suntik. Cairan yang digunakan biasanya dalam jumlah kecil,

antara 0,5-10 cc Rute intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit

lebih normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.

c) Intravena

Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi,

puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang

diinginkan dari obat diperoleh dengan cepat.

Risiko injeksi iv :

Infeksi : terutama oleh Staphylococcus aureus dan Candida albicans

Phlebitis : iritasi vena bukan karena infeksi bakterial

Infiltrasi : zat yang disuntikkan masuk ke jaringan sekitar.

Embolism : gumpalan darah, massa padat atau udara menyumbat

pembuluh darah, terutama pada pemberian central iv. Udara sebanyak 30

ml dapat mengancam sirkulasi darah. Jika sekaligus banyak, maka dapat

merusak sirkulasi pulmonal dan mengancam jiwa. Udara yang sangat

besar (3-8 ml/kgBB) dapat menghentikan jantung.

d) Subkutan

Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral

diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan

absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.

e) Rute intra-arterial; disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute

intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.

f) Intrakardial; disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika

kehidupan terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.

g) Intraserebral; injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal

sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.

h) Intraspinal; injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari

obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti

leukemia.

i) Intraperitoneal dan intrapleural ; Merupakan rute yang digunakan untuk

pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian

larutan dialisis ginjal.

3

Page 4: Semsol 2014 Fix

j) Intra-artikular

Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat

antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.

k) Intrasisternal dan peridual ;

Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal.

Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk

injeksi.

l) Intrakutan (i.c)

Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah

stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml)

bahan-bahan diagnostik atau vaksin.

m) Intratekal

Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh

larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya

diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh

tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat

jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau

turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien.

B. Parenteral Volume Besar

Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan yang

secara normal digunakan.

a) Intravena

Keuntungan rute ini adalah :

jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan

tambahan banyak digunakan IV daripada melalui SC,

cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat;

efek sistemik dapat segera dicapai;

level darah dari obat yang terus-menerus disiapkan, dan

kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian

obat rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.

Kerugian rute ini adalah :

4

Page 5: Semsol 2014 Fix

gangguan kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan volume cairan

dalam sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam

jumlah besar;

perkembangan potensial trombophlebitis;

kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau

teknik injeksi septik

pembatasan cairan berair.

b) Subkutan

Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif ketika

rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara relatif dapat

digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat. Dibandingkan dengan

rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri dan tidak menyenangkan,

jenis cairan yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk larutan

isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya.

3. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Injeksi

Keuntungan

1) Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi

pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok.

2) Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara oral atau

yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan

antibiotik.

5

Page 6: Semsol 2014 Fix

3) Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus

diberikan secara injeksi.

4) Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena

pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus,

pasien tidak dapat menerima obat secara oral.

5) Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila

diinginkan seperti pada gigi dan anestesi.

6) Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral

tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan

penggunaan penisilin periode panjang secara i.m.

7) Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan

cairan dan elektrolit.

8) Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat

dipenuhi melalui rute parenteral.

9) Aksi obat biasanya lebih cepat.

10) Seluruh dosis obat digunakan.

11) Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika

diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.

12) Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi

ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa.

13) Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat

menyelamatkan hidupnya.

Kerugian Injeksi

1) Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan

waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain.

2) Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan

secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.

3) Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek

fisiologisnya.

4) Karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal

dibandingkan metode rute yang lain.

5) Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama

bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v.

6

Page 7: Semsol 2014 Fix

6) Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.

7) Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien

hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit

untuk dikembalikan lagi.

8) Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara

atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat

berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan.

4. Bentuk-bentuk Sedian Injeksi

1) Larutan air: merupakan bentuk yang paling sederhana dan banyak digunakan.

Bentuk larutan air dapat digunakan untuk semua rute pemberian.

2) Suspensi air: biasanya diberikan dalam rute intramuscular(im) dan subkutan (sc).

Suspensi tidak pernah diberikan secara intravena (iv), intraarteri, inraspinal,

inrakardiak, atau injeksi optalmik. Ukuran partikel suspensi biasanya kecil dan

distribusi ukuran partikel harus dikontrol untuk meyakinkan partikel dapat

melewati jarum suntik saat pemberian. Ukuran partikel tidak boleh membesar dan

tidak boleh terjadi caking saat penyimpanan.

3) Larutan kering: untuk sediaan yang larut dalam air, tetapi tidak stabil di air.

4) Larutan minyak: dibuat bila zat aktif tidak larut air tetapi larut dalam minyak dan

diberikan melalui im. Larutan minyak menimbulkan efek depo, untuk masalah

iritasi dan sensitisasi, suspensi air lebih dipilih dibanding larutan minya.

5) Suspensi minyak: injeksi suspensi bisa juga dibuat dalam pembawa minyak,

meskipun pembuatannya lebih jarang dibanding suspensi air. Suspensi minyak

dapat menimbulkan efek depot/lepas lambat pada rute pemberian im.

6) Injeksi minyak: senyawa yang bersifat lipofilik banyak yang dibuat dalam bentuk

injeksi minyak. Sediaan ini secara umum digunakan dengan rute im, dan pada

keadaan normal tidak digunakan untuk rute lain.

7) Emulsi: zat yang bersifat lipofilik juga dapat dibuat dalam bentuk emulsi o/w. Zat

dapat dilarutkan dalam larutan minyak atau zatnya sendiri sudah benbentuk

minyak. Droplet minyak harus dikontrol dengan hati-hati dan pada saat

penyimpanan agar emulsi tidak  pecah. Ukuran droplet ideal 3 μm. Biasanya

dalam bentuk nutrisi parenteral.

8) Larutan koloidal: biasanya diberikan melalui rute im.

9) Sistem pelarut campur: banyak kondisi klinik sangat diperlukan suatu zat dibuat

dalam bentuk larutan sejati, agar siap bercampur dengan larutan iv ketika

7

Page 8: Semsol 2014 Fix

diberikan. Untuk zat yang sukar larut dalam air, maka selain digunakan dalam

bentuk garam atau diformulasi dalam pH tinggi atau rendah, beberapa zat dapat

pula diformulasi dalam pelarut campur. Kosolvent digunakan untuk menurunkan

polaritas pembawa sehingga zat lebih larut. Pemberian biasanya mengiritasi,

toksik dan menimbulkan rasa nyeri. Pemberian intravena perlu dilakukan

perlahan untuk mencegah presipitasi zat aktif. Pemilihan kosolvent terbatas oleh

toksitas.

10) Larutan terkonsentrasi: berupa konsentrat dan diberikan dengan dilarutkan dahulu

di dalam larutan iv.

11) Serbuk untuk injeksi: beberapa zat yang tidak stabil dalam air, sehingga dibuat

dalam bentuk serbuk untuk injeksi. Sediaan ini bisa berupa serbuk ‘dry filled’

atau serbuk liofilisasi (‘freeze dried’).

12) Implant: biasanya berupa hormon dan diberikan dengan maksud pemberian

lambat, ditunda atau dikontrol, dimana pemberian tidak dapat dilakukan via oral.

5. Komposisi Injeksi

1) Bahan aktif : zat utama yang memiliki efek terapi

2) Bahan tambahan

a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan

sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu

digunakan :Asam askorbat, Sistein, Monotiogliseril, Tokoferol.

b. Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol,

Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil p-

hidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Fenol.

c. Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.

d. Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).

e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.

f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin, Polietilen

glikol, Propilen glikol, Lecithin

g. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.

h. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl

i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.

j. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.

3) Pembawa

8

Page 9: Semsol 2014 Fix

Pembawa air

Pembawa nonair dan campuran

o Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak kacang, Minyak

wijen

o Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen glikol, Polietilenglikol

300.

Bahan pembawa injeksi dapat berupa air maupun non air. Sebagian besar produk

parenteral menggunakan pembawa air. Hal tersebut dikarenakan kompatibilitas air dengan

jaringan tubuh, dapat digunakan untuk berbagai rute pemberian, air mempunyai konstanta

dielektrik tinggi sehingga lebih mudah untuk melarutkan elektrolit yang terionisasi dan ikatan

hydrogen yang terjadi akan memfasilitasi pelarutan dari alkohol, aldehid, keton, dan amin.

Syarat air untuk injeksi menurut USP :

a. Harus dibuat segar dan bebas pirogen.

b. Tidak mengandung lebih dari 10 ppm dari total zat padat.

c. pH antara 5-7

d. Tidak mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium dan amonium,

karbondioksida, dan kandungan logam berat serta material organik (tanin,

lignin), partikel berada pada batas yang diperbolehkan.

6. Air Pro Injeksi

Aqua bidest dengan pH tertentu, tidak mengandung logam berat (timbal, Besi,

Tembaga), juga tidak boleh mengandung ion Ca, Cl, NO3, SO4, amonium, NO2, CO3.

Harus steril dan penggunaan diatas 10 ml harus bebas pirogen. Aqua steril Pro Injeksi

9

Page 10: Semsol 2014 Fix

adalah air untuk injeksi yang disterilisasi dan dikemas dengan cara yang sesuai, tidak

mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya

Cara pembuatan : didihkan air selama 30 menit dihitung dari setelah air mendidih di

atas api lalu didinginkan. Cara : Aqua p.i + karbon aktif 0,1% dari volume, dipanaskan

60-70oC selama 15 menit. Tidak boleh menggunakan Aqua DM karena ada zat-zat

organik yang tidak bermuatan dapat lolos, ditanggulangi dengan filtrasi karbon adsorben

dan filtrasi bakteri.

1) Air Pro Injeksi Bebas CO2

CO2 mampu menguraikan garam natrium dari senyawa organic seperti

barbiturate dan sulfonamide kembali membentuk asam lemahnya yang mengendap.

Cara pembuatan : Mendidihkan air p.i selama 20-30 menit lalu dialiri gas nitrogen

sambil didinginkan. (Rep. Tek Fa. Steril hal 4)

2) Air Pro Injeksi bebas O2

Dibuat dengan mendidihkan air p.i selama 20-30 menit dan pada saat

pendinginannya dialiri gas nitrogen. Dipakai untuk melarutkan zat aktif yang mudah

teroksidasi, seperti apomorfin, klorfeniramin, klorpromazin, ergometrin, ergotamine,

metilergotamin, proklorperazin, promazin, promesatin HCl, sulfamidin, turbokurarin.

3) Pembawa Non Air

Pembawa non air digunakan jika:

a. Zat aktif tidak larut dalam air

b. Zat aktif terurai dalam air

c. Diinginkan kerja depo dalam sediaan Syarat umum pembawa non air .

d. Tidak toksik, tidak mengiritasi dan menyebabkan sensitisasi

e. Dapat tersatukan dengan zat aktif

f. Inert secara farmakologi

g. Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut biasa digunakan

h. Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat disuntikan dengan muda

i. Harus tetap cair pada rentang suhu yang cukup lebar

j. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi

dengan panas

k. Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh

7. Syarat-syarat Injeksi

1) Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah

kondisi yang kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik).

10

Page 11: Semsol 2014 Fix

2) Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.

3) Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.

4) Sterilitas

5) Bebas dari bahan partikulat

6) Bebas dari Pirogen

7) Kestabilan

8) Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah.

8. Wadah Injeksi

Vial

Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan

pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa

takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau

suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini

ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk

menghisap cairan injeksi. (R. Voight hal 464).

Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran ganda):

1) Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya

kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya.

2) Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis

(0,6% – 0,2%) (FI IV hal. 13)

3) Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya

4) Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang

cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah

ganda/injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai

bakterisida tidak perlu ditambahkan pengawet.

11

Page 12: Semsol 2014 Fix

Ampul

Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung

runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-

kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total

jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali

injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk

bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas

berleher dua ini sangat berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian

peroralia

Ampul merupakan wadah takaran tunggal sehingga penggunaannya untuk satu kali

injeksi. Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang

peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas berwarna

coklat tua.

 

Cara Pengisian Ampul.

Untuk pengisian ampul, jarum hipodermik panjang adalah penting karena lubangnya

kecil. Jarum harus dimasukkan ke dalam ampul sampai di bawah. Leher ampul, tetapi

tidak cukup jauh untuk masuk ke dalam larutan yang dimasukkan ke dalam ampul.

Jarum harus dikeluarkan dari ampul tanpa menggunakan tetes larutan pada dinding

primer dari leher ampul. Metode ini digunakan untuk mencegah pengurangan dan

pengotoran jika ampul disegel

Cara Penyegelan Ampul

Ampul dapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher ampul sehingga

membentuk segel penutup atau segel tarik. Segel penutup dibuat dengan melelehkan

12

Page 13: Semsol 2014 Fix

sebagian gelas pada bagian atas leher ampul bulatan gelas dan menutup bagian yang

terbuka. Segel tarik dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar

di daerah ujungnya kemudian menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil

yang dapat diputar sebelum bagian yang meleleh tersebut ditutup.

9. Penandaaan

Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah zat

aktif dalam volume tertentu, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal

kadaluarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor  serta nomor lot atau bets yang

menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat memberikan informasi tentang

riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh proses pengolahan, sterilisasi, pengisian,

pengemasan, dan penandaan.

Bila dalam monografi tertera berbagai kadar zat aktif dalam sediaan parenteral 

volume besar, maka kadar masing-masing komponen disebut dengan nama umum

misalnya injeksi Dekstrosa 5% atau Injeksi Dekstrosa (5%).

Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing monografi, Penandaan

mencakup informasi berikut :

1) Untuk sediaan cair, persentase isi atau jumlah tiap komponen dalam volume tertentu,

kecuali bahan yang ditambahkan untuk penyesuaian pH atau untuk membuat larutan

isotonik, dapat dinyatakan nama dan efek bahan tersebut

2) Sediaan kering atau sediaan yang memerlukan pengenceran sebelum digunakan,

jumlah tiap komponen, komposisi pengencer yang dianjurkan, jumlah yang

diperlukan untuk mendapat konsentrasi tertentu zat aktif dan volume akhir larutan

yang diperoleh , uraian singkat pemerian larutan terkonstitusi, cara penyimpanan dan

tanggal kadualarsa.

3) Pemberian etiket pada wadah sedemikian  rupa sehingga  sebagian wadah tidak

tertutup oleh etiket, untuk mempermudah pemeriksaan isi secara visual.

10. Pengemasan dan Penyimpanan

Volume injeksi wadah dosis tunggal dapat memberikan jumlah tertentu untuk

pemakaian parenteral sekali pakai dan tidak ada yang memungkinkan pengambilan isi

dan pemberian 1 liter. (FI Ed. IV, Hal 11)

13

Page 14: Semsol 2014 Fix

Untuk penyimpanan obat harus disimpan sehingga tercegah cemaran dan penguraian,

terhindar pengaruh udara, kelembaban, panas dan cahaya. Kondisi penyimpanan

tergantung pada sediaannya, misalnya kondisi harus disimpan terlindung cahaya,

disimpan pada suhu kamar, disimpan di tempat sejuk, disimpan di temapat dingin (FI Ed.

III, Hal XXXIV)

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk Sediaan Steril

Prinsip dari CPOB adalah memperkecil pencemaran mikroba, partikulat, dan pirogen.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Keberadaan ruang penyangga untuk personil dan /atau peralatan dan bahan

Pembuatan produk dan proses pengisian dilakukan pada ruangan terpisah

Kondisi “operasional dan non operasional” hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang

bersih.

4 kelas kebersihan pada pembuatan produk steril:

1) Kelas A. Untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misalnya pengisian wadah tutup karet,

ampul, dan vial terbuka, penyambungan secara aseptik. Umumnya kondisi ini dicapai

dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) dengan kecpatan 0,36-

0,54 m/detik. Contoh kegiatan: pembuatan dan pengisian aseptik

2) Kelas B. Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah lingkungan

latar belakang untuk zona kelas A

3) Kelas C .Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih

rendah.Contoh kegiatan: Pembuatan larutan

4) Kelas D. Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih

rendah. Contoh kegiatan: penanganan komponen setelah pencucian

2.3 Sterilisasi

1. Definisi Sterilisasi

14

Page 15: Semsol 2014 Fix

Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen,

nonpatogen, vegetative, nonvegetativ dari suatu objek atau material.. Suatu bahan

dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun

yang tidak, baik dalam bentuk vegetatip maupun dalam bentuk tidak vegetatip (spora).

Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasi dan desinfeksi :

Untuk mencegah transmisi penyakit

Untuk mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme

Untuk mencegah kompetisi nutrien dalam media pertumbuhan sehingga

memungkinkan kultur organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri (seperti

produksi ragi) atau untuk metabolitnya (seperti untuk memproduksi minuman dan

antibiotika).

2. Lima metode yang umum digunakan untuk mensterilkan produk farmasi :

a. Sterilisasi uap (lembab panas) :

Sterilisasi uap dilakukan dalam autoklaf dan menggunakan uap air dengan tekanan.

Cara ini dilakukan sebagai cara yang terpillih pada hampir semua keadaan di mana produk

mampu diperlakukan seperti itu. Tekanan uap air yang lazim, temperatur yang dapat

dicapai dengan tekanan tersebut, dan penetapan waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi

sesudah sistem mencapai temperatur yang ditentukan, adalah sebagai berikut :

Tekanan 10 pound (115,5oC), untuk 30 menit

Tekanan 15 pound (121,5oC), untuk 20 menit

Tekanan 20 pound (126,5oC), untuk 15 menit

Dapat dilihat, makin besar tekanan yang dipergunakan makin tinggi temperatur yang

dicapai dan makin pendek waktu yang diutuhkan untuk sterilisasi. Suatu siklus autoklaf

yang ditetapkan dalam farmakope untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada

suhu 121oC kecuali dinyatakan lain.

Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah kerena terjadinya

denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial organisme tersebut. Pada umumnya

metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan – bahan yang dapat

tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan penembusan uap air, tetapi tidak timbul

efek yang tidak dikehendaki akibat uap air tersebut. Metode ini juga dipergunakan untuk

larutan dalam jumlah besar, alat – alat gelas, pembalut operasi dan instrumen. Tidak

digunakan untuk mensterilkan minyak – minyak, minyak lemak, dan sediaan – sediaan

lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau pensterilan serbuk terbuka yang mungkin

rusak oleh uap air jenuh.

15

Page 16: Semsol 2014 Fix

b. Sterilisasi panas kering:

Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan oven pensteril yang dirancang

khusus untuk tujuan itu. Sterilisasi panas kering, biasanya ditetapkan pada temperatur 160o

– 170oC dengan waktu tidak kurang dari 2 jam. Rentang suhu khas yang dapat diterima di

dalam bejan sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15oC, jika alat strilisasi beroperasi

pada suhu tidak kurang dari 250oC. (Anonim, 1995).

Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa – senyawa yang tidak

efektif disterilkan dengan uap air panas. Senyawa – senyawa tersebut meliputi minyak

lemak, gliserin, berbagai produk minyak tanah seperti petrolatum, petrolatum cair (minyak

mineral), paraffin dan berbagai serbuk yang stabil oleh pemanasan seperti ZnO.(Ansel,

1989).

c. Sterilisasi dengan penyaringan

Sterilisasi dengan penyaringan tergantung pada penghilangan mikroba secara fisik

dengan adsorbsi pada media penyaring atau dengan makanisme penyaringan, digunakan

untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas.

Penyaringan – penyaringan yang ada meliputi :

1. Penyaring berbentuk tabung reaksi disebut sebagai ”lilin penyaring” yang dibuat

dari tanah infusoria yang dikempa (penyaring Berkefeld dan Mandler).

2. Lilin penyaring dibuat dari porselen yang tidak dilapisi (penyaring Pasteur

Chamberland, Doulton, dan Selas).

3. Piringan asbes yang dikempa dipasang ditempat khusus dalam peralatan saringan

(penyaring Seitz dan Swinney).

4. GelasBuchner-jenis corong dengan pegangan gelas yang menjadi satu.

Ukuran penyaring. Pengukuran porositas membran penyaring dilakukan dengan

pengukuran nominal yang menggambarkan kemampuan membran penyaring untuk

menahan mikroba dari galur tertentu dengan ukuran yang sesuai, bukan dengan penetapan

suatu ukuran rata – rata pori dan pernyataan tentang distribusi ukuran. (Anonim, 1995).

d. Sterilisasi gas

Beberapa senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan uap dapat disterilkan dengan

baik dengan memaparkan gas etilen oksida tau propilen oksida bila dibandingkan dengan

16

Page 17: Semsol 2014 Fix

cara – cara lain. Keburukan dari etilen oksida adalah sifatnya yang sangat mudah terbakar,

walaupun sudah dicampur dengan gas inert yang sesuai, bersifat mutagenik, dan

kemungkinan adanya residu toksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang

mengandung ion klorida.

e. Sterilisasi dengan radiasi pengionan

Teknik – teknik yang disediakan untuk sterilisasi beberapa jenis sediaan – sediaan

farmasi dengan sinar gama dan sinar – sinar katoda, tetapi penggunaan tehnik – tehnik ini

terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat khusus dan pengaruh – pengaruh

radiasi pada produk – produk dan wadah – wadah. Keunggulan sterilisasi iradiasi meliputi

reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur, dan kenyataan yang

membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan lebih sedikit. Ada 2 jenis radiasi ion yang

digunakan, yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi

berkas elektron. (Anonim, 1995).

2.4 Praformulasi Injeksi Klorpromazin HCl

DATA PRAFORMULASI BAHAN AKTIFNama Bahan Aktif : Klorpromazin HCl

(FI IV hal 213, DI hal 1164))Rumus molekul : C17H19CIN2S,HCl

NO PARAMETER DATA

1. PemerianSerbuk hablur, putih atau agak krem putih; tidak berbau; warna

menjadi gelap karena pengaruh cahaya

2. KelarutanSangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan dalam

kloroform, tidak larut dalam eter dan dalam benzena

3. Ph 3,4 – 5,4 (FI IV hal 213)

4. Indikasi Antiemetikum dan antimual5. Dosisi Lazim 25 – 50 mg setiap 3-4jam untuk i.m6. Cara Pemakaian Oral, Intra Muscular

7.Sediaan Lazim dan

Kadar25 mg/ mL

8.Wadah dan

PenyimpananDalam wadah tertutup baik terlindungi dari cahaya.

9. Sterilisasi Filtrasi

10. Stabilitas Stabil pada suhu di bawah 40oC bahkan lebih pada suhu 15-30oC

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHANNama Bahan Tambahan : Natrium Bisulfit

(FI ed.IV Hal: 69)NO PARAMETER DATA

17

Page 18: Semsol 2014 Fix

1. PemerianHablur atau serbuk; yang berbentuk hablur tidak berwarna, yang

berbentuk serbuk berwarna putih atau kuning gading; bau belerang; rasa asam dan asin.

2. KelarutanLarut dalam 2 bagian air; sukar larut dalam etanol (95%) p. Bebas larut

dalam gliserin.

3. OTTBereaksi dengan simpatomimetik dan obat lain yang memiliki derivat orto dan para hidroksibenzil alkohol untuk membentuk derivat asam

sulfonat yang mempunyai sedikit atau tidak aktivitas farmokologi

4. Ph 3-5

5. Indikasi Antioksidan

6.Sediaan Lazim dan

Kadar1 mg/ mL

7Wadah dan

PenyimpananDalam wadah tertutup baik terlindungi dari cahaya.

8. Sterilisasi Filtrasi

9. Stabilitas Stabil pada suhu dibawah 40oC.

10. Konsentrasi 0,1 % - 1 %

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHANNama Bahan Tambahan : NaCl (Natrium klorida)

(FI ed : IV)NO PARAMETER DATA

1. PemerianKristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl.2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na

2. Kelarutan1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol, sukar larut dala, etanol 95%

3. pH 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3

4. Indikasi Untuk menghasilkan larutan isotonis

5Wadah dan

Penyimpanan

Bahan padat stabil Disimpan pada wadah tertutup rapat, pada tempat yang sejuk dan kering.

6. Sterilisasi Autoklaf atau filtrasi7. Stabilitas Stabil dalam bentuk larutan.8. OTT logam Ag, Hg, Fe9. Konsentrasi < 0,9%

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHANNama Bahan Tambahan : Aqua Pro Injeksi

(FI ed : IV Hal : 112)

18

Page 19: Semsol 2014 Fix

NO PARAMETER DATA

1. Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau.

2. pH 5-7

3. Indikasi Pelarut

BAB 3

METODOLOGI

19

Page 20: Semsol 2014 Fix

3.1 Perbandingan Formula

Nama ObatFormula

1

Formula

2

Formula

3

Formula

4Fungsi

Klorpromazin

HCl10 mg 25 mg 25 mg 25 mg Zat Aktif

Na. Bisulfit - - 1 mg 1 mg Antioksidan

NaCl - - 6 mg 5 mg Pengisotonis

Benzil Alkohol - 15 mg 15 mg - Pengawet

Ascorbic Acid 2 mg - 2 mg - Antioksidan

Aqua Pro

Injectionad 1 mL ad 1 mL ad 1 mL Ad 1 mL Pelarut

3.2 Cara Pembuatan Sediaan Steril Injeksi Klorpromazin

Gambaran umum pembuatan sediaan steril ada 2 macam, yaitu :

1.    Cara aseptik

2.    Cara non-aseptik ( Nasteril )

1. Cara aseptik :

Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau

mengurai.

Caranya : 

Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan, dan yang

lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat

pembawa, zat pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga

terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara aseptic

Skema pembuatan secara aseptik

Bahan obat

Zat pembawa   ( steril ) Zat pembantu ( steril )

20

Page 21: Semsol 2014 Fix

Alat untuk pembuatan

( gelas )

Dicuci → Disterilkan →Dilarutkan   (ruang steril )

wadah ( ampul, vial )

Dicuci → Disterilkan →Diisi

Ditutup kedap

Dikarantina

Diberi etiket dan dikemas Diperiksa

2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ).

Dilakukan sterilisasi akhir

Caranya :

21

Page 22: Semsol 2014 Fix

Skema pembuatan non-aseptik

Bahan obat

Zat pembawa Zat pembantu

Alat untuk pembuatan

( gelas )

Dicuci Dilarutkan  ( ruang steril )

wadah ( ampul, vial )

Disaring

DicuciDiisi

Ditutup kedap

Disterilkan

Dikarantina

Diberi etiket dan dikemas Diperiksa

3.3 Evaluasi Sediaan Injeksi

Dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang etiket dan dikemas

22

Page 23: Semsol 2014 Fix

1. Evaluasi Fisika

a. Penetapan pH .   (FI ed. IV, hal 1039-1040)

b. Bahan Partikulat dalam Injeksi  <751>  ( FI> ed IV, hal. 981-984).

c. Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah <1131>  (FI ed. IV Hal 1044).

d. Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (FI ed III hal.   19)

e. Uji Kejernihan Larutan  (FI ED. IV, hal 998)

f. Uji Kebocoran   (Goeswin Agus, Larutan Parenteral.

Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi untuk

produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan. Wadah-wadah takaran

tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan

biru metilen 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan biru metilen

akan dimasukkan kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam

wadah tersebut. Cara ini tidak dapat dilakukan untuk larutan-larutan yang sudah

berwarna. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, jika ada kebocoran

maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah. Wadah-wadah yang tidak dapat

disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah

tersebut ke dalam eksikator yang divakumkan. Jika ada kebocoran akan diserap

keluar.

g. Uji Kejernihan dan Warna ( Goeswin Agus, Larutan Parenteral, HAL 201)

h. Umumnya setiap larutan suntik harus jernih dan bebas dari kotoran-kotoran. Uji

ini sangat sulit dipenuhi bila dilakukan pemeriksaan yang sangat teliti karena

hampir tidak ada larutan jernih. Oleh sebab itu untuk uji ini kriterianya cukup jika

dilihat dengan mata biasa saja yaitu menyinari wadah dari samping dengan latar

belakang berwarna hitam dan putih. Latar belakang warna hitam dipakai untuk

menyelidiki kotoran-kotoran berwarna muda, sedangkan latar belakang putih

untuk menyelidiki kotoran-kotoran berwarna gelap.

2. Evaluasi Biologi

a. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba <61> (FI ed IV, HAL 854-855)

23

Page 24: Semsol 2014 Fix

b. Uji Sterilitas  <71> (FI ed. IV, HAL 855-863)

c. Uji Endotoksin Bakteri <201> (FI ed. IV, HAL 905-907)

d. Uji Pirogen <231> (FI ed. IV, HAL. 908-909)

e. Uji Kandungan Zat Antimikroba <441> (FI ed. IV, HAL. 939-942)

3. Evaluasi Kimia

a. Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)

b. Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing

3.4 Perhitungan Isotonis

Beberapa cara dapat menjadikan larutan isotonis :

a. Penurunan titik beku

W = (0,52– a) / b

W = jumlah (g) bahan pembantu isotonic dalam 100 ml larutan

a = turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung denganmemperbanyak nilai untuk larutann 1%

b/v.

b = turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantuisotonis.

b. Kesetaraan dengan garam natrium klorida. Ekivalensi natrium klorida memberikan jumlah natrium

klorida (g) yang menghasilkan tekanan osmotic sama seperti 1 gram bahan obat dnegan syarat bahwa

baik natrium klorida maupun bahan obat berada dalam larutan bervolume sama. Maka, 1 gram bahan

obat ekuivalen dengan tekanan osmoticdari x gram natrium klorida. Dengan bantuan ekuivalensi

natrium klorida, kitadapat menghitung volume air yang dibutuhkan untuk membuat larutan bahanobat

isotonik.

c. Kesetaraan volume isotonic. Perhitungan didasarkan pada kenyataan bahwa larutan isotonic

ditambahlarutan isotonic hasilnya larutan isotonic.

Rumus : V = w x E x 111,1

V = volume larutan bahan obat isotonic yang dicari (ml)

w = masa bahan obat (g) dan larutan yang dibuat

E = ekuivalensi natrium klorida

111,1 = volume larutan isotonic (ml) yang mengandung 1 gram natriumklorida = 111,1 ml

BAB 4

PEMBAHASAN

24

Page 25: Semsol 2014 Fix

4.1 Pembahasan Formula

Formula 1

Pada formula pertama bahan tambahan yang digunakan sangat sedikit yaitu

ascorbic acid yang berfungsi sebagai antioksidan dan aquabidest sebagai pelarut.

Kekurangan pada formula ini yaitu tidak menggunakan zat pengisotonis agar ketika zat

disuntikkan ke dalam tubuh tidak terlalu sakit.

Formula 2

Pada formula ini bahan tambahan yang digunakan juga sedikit yaitu benzil

alkohol yang berfungsi sebagai pengawet dan aquabidest sebagai pelarut. Kekurangan

pada formula ini yaitu tidak menggunakan zat pengisotonis agar ketika zat disuntikkan

ke dalam tubuh tidak terlalu sakit. Hal ini dikarenakan jika konsentrasinya sama besar

dengan konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan

diantara keduanya. Pada formula ini juga tidak menggunakan antioksidan untuk menjaga

sediaan dari reaksi oksidasi.

Formula 3

Pada formula ini bahan tambahan yang digunakan cukup banyak yaitu kombinasi

antioksidan natrium bisulfit dan ascorbic acid, benzil alkohol sebagai pengawet, NaCl

sebagai zat pengisotonis. Kekurangan pada formula ini yaitu Na. Bisulfit dapat bereaksi

dengan benzil alkohol. Seharusnya zat-zat tambahan yang digunakan tidak bereaksi baik

terhadap wadah maupun terhadap bahan tambahan lainnya.

Formula Baru

Pada formula ini bahan tambahan yang digunakan cukup sederhana yaitu Na

metabisulfit berfungsi sebagai antioksidan karena klorpromazin sangat mudah teroksidasi

dan pH rendah sehingga digunakan pula antioksidan dengan pH rendah. Na benzoat

berfungsi sebagai pengawet karena sterilisasi klorpromazin menggunakan metode

aseptis, yaitu sterilisasi dengan cara filtrasi membran sehingga dibutuhkan suatu

pengawet. Stabilitas klorpromazin HCl akan teroksidasi oleh karena itu dibutuhkan suatu

antioksidan antara lain : ascorbic acid, Natrium bisulfite dan Natrium Sulfite. Natrium

Bisulfite sebagai antioksidan karena stabil pada pH 3-5 dan tidak OTT terhadap

Klorpromazin HCL dan juga sebagai anti mikroba. Aqubidest digunakan sebagai pelarut.

4.2 Karakteristik Sediaan Injeksi

Aman secara toksikologi :

25

Page 26: Semsol 2014 Fix

Tetapi beberapa bahan tambahan formulasi tidak cukup aman jika diberikan dengan

cara penyuntikan

Steril :

Bebas dari kontaminasi bahan pirogen ( termasuk endotoksin )

Bebas dari partikel partikulat asing

  Stabil :

Tidak hanya secara fisika dan kimia tetapi juga secara mikrobiologi

Dapat dicampur (kompatibel) dengan obat lain jika diberikan dalam bentuk

campuran (admikur) untuk pemberian obat secara intravena (jika diindikasikan

dan diperlukan

Isotonis

Setiap karakteristik menimbulkan tantangan unik selama proses pengembangan,

manufaktur, pengujian, dan penggunaan sediaan steril ini.

BAB 5

26

Page 27: Semsol 2014 Fix

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus

dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan

dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput

lendir.

2. Sterilisasi merupakan proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Steril

ini sendiri memiliki makna yang berarti suatu keadaan di mana terjadi pada kondisi

konotasi relative,ataupun pada kondisi mutlak bebas dari organisme. Sediaan steril

dapat berbentuk padat steril,semi padat,cair.

3. Klorpromazine merupakan obat antipsikotik turunan phenotiazine. Prinsip efek

farmakologinya adalah sebagai psikotropik dan ia juga mempunyai efek sedatif dan

anti-emetik

4. Sterilisasi klorpromazin menggunakan metode aseptis, yaitu sterilisasi dengan cara

filtrasi membran sehingga dibutuhkan suatu pengawet

5. Cara Pembuatan Sediaan Steril Injeksi Klorpromazin yaitu dengan cara aseptik dan

cara non-aseptik ( Nasteril )

5.2 Saran

1. Pada pembuatan sediaan injeksi steril, sebelumnya ruangan dan alat-alat yang akan

digunakan harus terlebih dahulu disterilkan

2. Setiap bahan injeksi harus bebas dari mikroorganisme dan harus disterilisasi terlebih

dahulu karena dapat megakibatkan iritasi dan demam.

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: Semsol 2014 Fix

1. Anggraini, Megawati. 23 Januari 2009. “STERILISASI SEDIAAN INJEKSI”

http://greenhati.blogspot.com/2009/01/sterilisasi-sediaan-injeksi.html

2. Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.  Jakarta : UI press

3. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

4. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

5. Soetopo dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan

6. Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press

7. Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press

8. Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta

9. Nabaa K.A. Al-Hayani and Fouad K. Mohammad. International Journal of

Pharmaceutical and Research. 12 Mei 2013. FORMULATION AND IN VIVO

EVALUATION OF VETERINARY CHLORPROMAZINE SOLUTIONS FOR

INTRAMUSCULAR INJECTIO. Department of Physiology, Biochemistry and

Pharmacology, College of Veterinary Medicine, University of Mosul, Mosul, Iraq

10. Nabaa K.A. Al-Hayani and Fouad K. Mohammad. A Simple Spectrophotometric

Assay for Stability Determinatinon of Chlorpromazine in Vetenary Injectable.

Biochemistry and Pharmacology, College of Veterinary Medicine, University of

Mosul, Mosul, Iraq

11. Tristanti, Irma. “Sediaan Steril”

http://pharmaciststreet.blogspot.com/2013/01/sediaan-steril-pendahuluan.html.

28