presus kulit fix 2014 bgt

19
BAB I LAPORAN KASUS I.1.Identitas Pasien Nama : Tn S Jenis kelamin : Laki - laki Usia :36 tahun Alamat : Bekasi Pekerjaan : TNI AD No.! : "#$%$% Tan&&al 'emeriksaan: () a&ustus ($#" I.2.Anamnesis Diam*il +ari autoanamnesis 'a+a tan&&al () a&ustus ($#", 'ukul #3.#$. IB eluhan Utama /atal 'a+a ke+ua 'un&&un& kaki setelah memakai sen+al karet eluhan Tam*ahan ulit kerin& 0i1a2at Pen2akit Sekaran& /atal +i ke+ua 'un&&un& kaki mun ul sejak # *ulan 2an& lalu. /atal +ira hilan& tim*ul +an ti+ak *ertam*ah jika *erkerin&at. A1aln2a *eru'a kulit 2an& 'a+a *a&ian 'un&&un& kaki 2an& *erkontak +en&an sen+al karet. emerahan 'a+ ti+ak lan&sun& mun ul melainkan setalah *erkontak ulan& +en&an sen+al karet, kulit 2an& memerah terse*ut mulai terasa &atal +an mulai tim*ul &ar 'un&&un& kaki 2an& *erkontak +en&an sen+al karet. /aris 'utih mulai men2e*ar jari +an jari telunjuk, 'a+a *a&ian tu*uh 'asien 2an& lain ti+ak ter+a'at ke 'a+a 'un&&un& kaki 'asien. Selama ini 'asien han2a mem*erikan *alsa terse*ut a'a*ila merasakan &atal.Lalu 'asien +atan& *ero*at ke 0SPAD /atot So karena &atal ti+ak kunjun& sem*uh. 1

Upload: frisma-indah-permatasari

Post on 07-Oct-2015

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bjbjbj

TRANSCRIPT

BAB ILAPORAN KASUSI.1.Identitas PasienNama: Tn SJenis kelamin: Laki - lakiUsia: 36 tahun Alamat : BekasiPekerjaan : TNI ADNo.CM: 410505Tanggal pemeriksaan : 27 agustus 2014I.2.AnamnesisDiambil dari autoanamnesis pada tanggal 27 agustus 2014, pukul 13.10.WIBKeluhan UtamaGatal pada kedua punggung kaki setelah memakai sendal karet Keluhan TambahanKulit keringRiwayat Penyakit SekarangGatal di kedua punggung kaki muncul sejak 1 bulan yang lalu. Gatal dirasakan hilang timbul dan tidak bertambah jika berkeringat. Awalnya berupa kulit yang memerah pada bagian punggung kaki yang berkontak dengan sendal karet. Kemerahan pada kulit tidak langsung muncul melainkan setalah berkontak ulang dengan sendal karet, kemudian kulit yang memerah tersebut mulai terasa gatal dan mulai timbul garis putih pada punggung kaki yang berkontak dengan sendal karet. Garis putih mulai menyebar ke ibu jari dan jari telunjuk, pada bagian tubuh pasien yang lain tidak terdapat keluhan seperti pada punggung kaki pasien. Selama ini pasien hanya memberikan balsam pada garis tersebut apabila merasakan gatal.Lalu pasien datang berobat ke RSPAD Gatot Soebroto karena gatal tidak kunjung sembuh. Riwayat penyakit dahuluPasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya Riwayat penyakit keluarga Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasienI.3.Status GeneralisataKeadaan umum : tampak sehatKesadaran : komposmentisStatus gizi : baik Vital sign :Tekanan darah : 120/80 mmhg Nadi : 82 x/menitPernafasan : 20 x/ menit Kepala: normochepal, rambut berwarna hitam, distribusi merata Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Hidung: simetris, deviasi septum (-), sekret (-) Telinga: bentuk daun telinga normal, sekret (-) Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-) Tenggorokan : tidak hiperemis Thorax : tidak dilakukan Abdomen: tidak dilakukan Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat, edema ( -)

I.4.Status DermatologikusLokasi : regio digiti 1 sampai 5 dextra dan sinitra, dorsum pedis dextra dan sinistraEffloresensi : bercak eritematosa berukuran plakat, tepi tidak tegas, berbentuk seperti bekas sendal jepit dengan skuama halus diatasnya dan skuama kasar dipinggirnya disertai dengan ekskoriasi pada digiti 2,4 serta dorsum pedis dextra dan ekskoriasi pada digiti 1 sinistra

G

Gambar 1. Regio digiti 1 sampai 5 dextra, dorsum pedis dextra

Gambar 2. Regio digiti 1 sampai 5 sinistra, dorsum pedis sinistra

I.5.Pemeriksaan PenunjangTidak ada I.6..ResumePasien laki laki, Tn S, 36 tahun datang ke poliklinik kulit kelamin RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan gatal di kedua punggung kaki setelah memakai sendal karet sejak 1 bulan yang lalu,awalnya berupa kulit yang memerah pada bagian punggung kaki yang berkontak dengan sendal karet kemudian kulit yang memerah tersebut mulai terasa gatal dan mulai timbul garis putih pada punggung kaki yang berkontak dengan sendal karet. Garis putih mulai menyebar ke ibu jari dan jari telunjuk.Pada pemeriksaan generalisata dalam batas normal,pada status dermatologikus regio digiti 1 sampai 5 dextra dan sinistra, dorsum pedis dextra dan sinistra tampak bercak eritematosa berukuran plakat, batas tidak tegas, berbentuk bekas sendal jepit dengan skuama halus diatasnya dan skuama kasar dipinggirnya disertai dengan ekskoriasi pada digiti 2,4 serta dorsum pedis dextra dan ekskoriasi pada digiti 1 sinistra.

I.7.Diagnosis KerjaDermatitis kontak alergi ec sendal jepitI.8.Diagnosis BandingTidak adaI.9.Pemeriksaan AnjuranTes tempel / patch testI.10.Penatalaksanaan1. Non medikamentosa Hentikan pemakaian sendal jepit Jaga agar kaki tetap kering

2. Medikamentosa Sistemik cetirizine tablet 1 x 10 mg/hariTopikal Krim deksametason 0,25 %, 2 kali sehariI.11.PrognosisQuo ad vitam : bonamQuo ad functionam : bonamQuo ad sanationam : bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKADERMATITIS KONTAK ALERGI

II.1 DefinisiDermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.4II.2 Etiologi Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul kurang dari 1000 dalton,merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya (sel hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya dermatitis kontak alergi, misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena,lama pajanan,oklusi,suhu dan kelembaban lingkungan,vehikulum, dan Ph. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum,ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari).5II.3 PredisposisiBerbagai macam faktor berpengaruh dalam timbulnya dermatitis kontak alergi. Misalnya antara lain :5a. Faktor eksternal 1. Potesi sensitisasi alergen2. Luas daerah yang terkena3. Lama pajanan4. Suhu dan kelembaban lingkungan5. Vehikulum6. Phb. Faktor internal atau faktor individu 1. Keadaan kulit pada lokasi kontakContohnya ialah ketebalan epidermis dan keadaan stratum korneum2. Status imunologikMisal orang tersebut sedang menderita sakit atau terpajan sinar matahari3. Genetik Faktor predisposisi genetik bereperan kecil, meskipun misalnya mutasi pada kompleks gen filagrin lebih berperan karena alergi nikel4. Status higine dan giziSeluruh faktor faktor tersebut saling berkaiatan satu sama lain yang masing masing dapat memperberat penyakit atau memperingan. Sebagai contoh saat keadaan imunologik seseorang rendah, namun apabila status higinienya baik dan didukung status gizi yang cukup, maka potensi sensitisasi alergen akan tereduksi dari potensi yang seharusnya, sehingga sistem imunitas tubuh dapat dengan lebih cepat melakuakn perbaikan bila dibandingkan dengan keadaan status higinie dan gizi individu yang rendah. Selain hal hal diatas faktor predisposisi lain yang menyebabkan kontak alergi adalah setiap keadaan yang menyebabkan integritas kulit terganggu.1II.4 PatofisiologiDermatitis kontak alergi atau DKA disebabkan oleh pajanan secara berulang oleh suatu alergen tertentu secara berulang, seperti zat kimia yang sangat reaktif dan seringkali mempunyai struktur kimia yang sangat sederhana. Struktur kimia tersebut bila terkena kulit dapat menembus lapisan epidermis yang lebih dalam menembus stratus korneum dan membentuk kompleks sebagai hapten dengan protein kulit. Konjugat yang terbentuk diperkenalkan oleh sel dendrit ke sel sel kelenjar getha bening yang mengalir dan limfosit limfosit secara khusus dapat mengenali konjugat hapten dan terbentuk bagian protein karier yang berdekatan. Konjugasi hapten hapten diulang pada kontak selanjutnya dan limfosit yang sudah disensitisasikan memberikan respons, menyebabkan timbulnya sitotosisitas langsung dan terjadi radang yang timbulnya oleh limfosit.3Sebenarnya dermatitis kontak alergi ini memilliki dua fase yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi yang akhirnya dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Pada kedua fase ini akan meelpaskan mediator mediator inflamasi seperti IL-2, TNF, leukotrien, IFN, dan sebagainya, sebagian respon terhadap pajanan yang mengenai kulit tersebut. Pelepasan mediator mediator tersebut akan menimbulkan manifestasi klinis khas yang hampir sama seperti dermatitis lainnya. Dermatitis kontak alergi ini akan terlihat jelas setelah terpajan oleh alergen selama beberapa waktu yang lama sekitar berbulan bulan bahkan beberapa tahun.3Secara khas dermatitis kontak alergi bermanifestasi klinis sebagai pruritus,kemerahan dan penebalan kulit yang seringkali memperlihatkan adanya vesikel vesikel yang relatif rapuh. Edema pada daerah yang terserang mula mula tampak nyata dan jika mengenai wajah, genitalia atau ekstremitas distal menyerupai eksema. Edema memisahkan sel sel lapisan epidermis yang lebih dalam (spongiosum) dan dermis yang berdekatan. Lebih sering mengenai bagian kulit yang tidak memiliki rambut terutama kelopak mata.3II.5 Gejala KlinisPenderita umumnya mengeluh gatal.kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Dermatitis kontak alergi akut ditempat tertentu, misalnya kelopak mata,penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel. Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Dermatitis kontak alergi dapat meluas ke tempat lain, misalnya dengan cara autosensitisasi, skalp, telapak tangan dan kaki relatif resisten terhadap dermatitis kontak alergi.5Berbagai lokasi terjadinya dermatitis kontak alergi beupa : 51. Tangan Kejadian dermatitis kontak baik iritan atau alergi paling sring ditangan, mungkin karena tangan merupaka organ tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari hari. Penyakit kulit akibat kerja, sepertiga atu lebih mengenai tangan. Tidak jarang ditemukan riwayat atopi pada penderita. Pada pekerjaan yang basah (wet work), misalnya memasak makanan, mencuci pakaian, pengatur rambut di salon, angka kejadian dermatitis tangan lebih tinggi.Etiologi dermamtitis di tanagn sangat kompleks karena banyak sekali faktor yang berperan disamping atopi. Contoh bahan yang dapat menimbulkan dermatitis tangan, misalnya detergen,antiseptik, getah sayuran,semen dan pestisida. 2. Lengan Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di ketiak dapat disebabkan oleh deodoran, anti perspiran, formaldehid yang ada di pakaian.

Gambar 3. Dermatitis kontak alergi karena jam tanganhttp://doktersehat.com

3. Wajah Dermatitis kontak pada wajah dapat disebbakan oleh bahan kosmetik, spons (karet), obat topikal, alergen diudara (aero alergen). Nikel (tangkai kaca mata), semua alergen yang kontak dengan tangan dapat mengenai muka, kelopak mata, dan leher pada waktu menyeka keringat. Bila dibibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, maskara, eye shadow, obat tetes mata,salep mata.

Gambar 4. Dermatits kontak alergi karena kosmetikhttp://drandini.com4. Telinga Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing aids, gagang telepon

Gambar 5. Dermatitis kontak alergi karena antinghttp://wanznoen.blogspot.com

5. Leher Penyebab kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum,alergen di udara, zat warna pakaian

Gambar 6.Dermatitis kontak alergi karena kalungwww.wordpress.com

6. BadanDermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh teksitil, zat warna, kancing logam, karet (elastis,busa), plastik, deterjen, bahan pelembut atau pewangi pakaian

Gambar 7.Dermatitis kontak alergi karena tekstilwww.wordpress.com

7. Genitalia Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon,kondom,pembalut wanita,alergen yang berada di tangan, parfum,kontrasepsi, deterjen. Bila mengenai daerah anal, mungkin disebabkan oleh obat antihemoroid.8. Paha dan tungkai bawahDermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos kaki nilon, obat topikal, semen,sepatu atau sandal. Pada kaki dapat disebabkan oleh deterjen, bahan pembersih lantai

Gambar 8.Dermatitis kontak alergi karena tekstilwww.wordpress.com9. Dermatitis kontak sistemikTerjadi pada individu yang telah tersensitisasi secara topikal oleh suatu alergen, selanjutnya terpajan secara sistemik, kemudian timbul reaksi terbatas pada tempat tersebut. Walaupun jarang terjadi, reaksi dapat meluas bahkan sampai eritoderma. Penyebabnya, mislanya nikel, formaldehid,balsam peru.II.6 Pemeriksaan Penunjang1. Uji TempelKelainan kulit dermatitis kontak alergi sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik atau psoriasis. Diagnosis banding yang utama adalah dengan dermatitis kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut kontak alergi.5Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya dipunggung. Bahan yang secara rutin dan dibiarkan menempel dikulit, misalnya kosmetik, pelembab, bila dipaka untuk uji tempel, dapat langsung digunakan apa adanya. Bila menggunakan bahan yang secara rutin dipakai dengan air untuk membilasnya, mislamya sampho, pasta gigi harus diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin atau minyak mineral. Produk yang diketahui bersifat iritan, misalnya deterjen, hanay diuji bila diduga keras penyebab alergi. Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air dan ditempelkan dikulit dengan memakai finn chamber, dibiarkan sekurang kurangnya 48 jam. Perlu diingat bahwa hasil positif dengan alergen bukan standar untuk menyingkirkan kemungkinan terkena iritasi.5

Gambar 9. Aplikasi patch test (uji tempel)http://dermnetnz.orgBerbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel :1. Dermatitis harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi reaksi angry back atau excited skin reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan penyakit yang sedang dideritanya semakin memburuk2. Tes dilakukan sekurang kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikostiroid sistemik dihentikan (walaupun dikatan bahwa uji tempel dapat dilakukan pada pemakaian prednison kurang dari 20 mg/hari atau dosis ekuivalen kortikosteroid lain), sebab dapat menghasilkan reaksi negtaif palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak3. Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca; pembacaan kedua dilakuakn pada hari ke 3 sampai ke 7 setelah aplikasi4. Penderita dilarang melakukanaktivitas yang menyebbakan uji tempel menjadi longgar (tidak menempel dengan baik), karena memberikan hasil negatif palsu. Penderita juga dilarang mandi sekurang kurangnya dalam 48 jam, dan menjaga agar punggung selalu kering setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan terakhie selesai5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakuakn terhadap penderita yang mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan (innediate urticaria type), karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahakn reaksi anafilaksis. Pada penderita semacam ini dilakukan tes denga prosedur khusus.

Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan pertama dilakukan 15 - 30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang diuji telah menghilang atau minimal. Hasilnya dicata seperti berikut:51 = reaksi lemah (non vesikuler): eritema, infiltrat,papul (+)2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)3 = reaksi sangat kuat (ekstrim) :bula atau ulkus (+++)4 = meragukan : hanya makula eritematosa5 = iritasi : seperti terbakar,pustul,atau purpura6 = reaksi negatif (-)7 = excited skin8 = tidak dites (NT = non teted)

Gambar 10. Aplikasi patch test (kiri), hasil patch test positive reaction (kanan)http://www.medicinesia.comPembacaan kedua perlu dilakuakn sampai satu minggu setelah aplikasi, biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting untuk membantu membedakan antara respons alergik atau iritasi, dan juga mengindentifikasi lebih banyaj lagi respon positif alergen. Hasil positif dapat bertambah setelah 96 jam aplikasi, oleh karena itu perlu dipesan kepada penderita untuk melapor bila hal itu terjadi sampai satu minggu setelah aplikasi.5Untuk menginterprestasikan hasil uji tempel tidak mudah. Interprestasi dilakuakn setelah pembacaan kedua. Respon alergik biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu dan kedua, berawal dari +/- ke + atau ++ bahkan ke +++ (reaksi tipe crescendo), sedangak respon iritan cenderung menurun ( reaksi tipe decrescendo).Gold standard diagnosis dermatitis kontak alergi yaitu dilakuakn uji tempel.52. Pemeriksaan histopatologi Pemeriksaan histopatologi dilakuakn dengan cara yaitu : 51. Untuk peemriksaan ini dibutuhkan potongan jaringan yang didapat dengan cara biopsi dengan pisau atau plong/punch2. Penyertaan kulit normal pada tumor kulit, penyakit infeksi,kulit normal tidak perlu diikutsertakan3. Sedapat dapatmya diusahakan agar lesi yang akan dibiopsi adalah lesi primer yang belum mengalami garukan atau infeksi sekunder4. Bila ada infeksi sekunder, sebaiknya diobati lebih dahulu5. Pada penyakit yang mempunyai lesi yang beraneka ragam. Banyak, lebih baik biopsi lebih dari satu6. Potongan jaringan sebisanya berbentuk elips + diikutsertakan jaringan subkutis7. Jaringan yang telah dipotong dimasukan ke dalam larutan fiksasi, misalnya formalin 10% atau formalin buffer, supaya menjadi keras dan sel selnya mati8. Lalu dikirim ke laboratorium9. Pewarnaan rutin yang biasa digunakan adalah hematoksilin eosin (HE). Ada pula yang menggunakan perwarnaan oersin dan giemsa10. Volume cairan fiksasi sebaiknay tidka kurang dari 20 x volume jaringan11. Agar cairan fiksasi dapat dengan baik masuk ke jaringan hendaknya tebal jaringan kira kira 0.5 cm, kalau terlalu tebal dibelah dhaulu sebelum dimasukkan ke dalam cairan fiksasi.Pada dermatitis kontak, limfosit T yang telah tersensitisasi, menginvasi dermis dan epidermis serta menyebabkan edema dermis atau spongiosis epidermis. Perubahan perubahan ini secara histologi tidak spesifik. 1. Epidermis5a. Hiperkeratosis, serum sering terjebak dalam stratum korneumb. Hiperplastik, akantosis yang luasc. Spongiosis, yang kadang vesikuler. Manifestasi dini ditandai dengan penonjolan dari jembatan antar sel dilapisan spinosumd. Kemudian terdapat epidermotropism dari limfosit yang muncul normal2. Dermis5a. Limfosit perivesikulerb. Eosinofil : bervariasi, muncul awal dan karena sebab alergi c. EdemaTerlihat hiperkeratosis, vesikel para keratosis subkorneal, spongiosis sedang dan elongasi akantosis dari pars papialre dermis yang dinyatakan lewat infiltrasi sel sel radang berupa limfosit dan beberapa eosinofil, serta elongasi dari papila epidermis.5II.7 DiagnosisDiagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan peemriksaan klinis yang teliti. Pertanyaan mengenai kontakan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya ada kelainan kulit berukuran numular disekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi,likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan , hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sitemik,kosmetik, bahan bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat atopi, baik dari yang bersangkutan maupun keluarganya.5Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan kulit sering kali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Mislanya, diketiak pleh deodoran, dipergelangan tangan oleh jam tangan, dikedua kaki oleh sepatu atau sandal. Pemeriksaan hendaknya dilakukan ditempat yang cukup terang, pada seluruh kulit untuk melihat kemungkinan kelaianan kulit lain karena sebab sebab endogen.5II.8 Diagnosis BandingKelainan kulit dermatitis kontak alergi sering tidak menunjukkan gambaran morfologi yang khas, dapat ,menyerupai dermatitis atopi,dermatitis numularis, dermatitis seboroik atau psoriasis. Diagnosis banding yang terutama ialah dengan dermatitis kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangan untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut kontak alergi.5II.9 Penatalaksanaan1. Non Medikamentosaa. memotong kuku jari tangan dan jaga tetap bersih serta tidak menggaruk lesi karena dapat menimbulkan infeksi.2b. memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis kontak alergic. gunakan perlengkapan atau pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang bersentuhan dengan alergen.6d. memberi edukasi kepada pasien untuk tidak mengenakan perhiasan,aksesoris, pakaian atau sandal yang merupakan penyebab alergi2. Medikamentosaa. SimptomatisDiberi antihistamin yaitu chlorpheniramine maleat (CTM) sebanyak 3 -4 mg/dosis, sehari 2 3 kali untuk dewasa dan 0.09 mg/dosis, sehari 3 kali untuk anak anak untuk menghilangkan rasa gatal.b.Sistemik 1. kortikosteroid yaitu prednison sebanyak 5 mg, sehari 3 kali2. cetirizine tablet 1 x 10 mg/hari3. bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotik (amoksisilin atau eritromisin) dengan dosis 3 x 500 mg/hari, selama 5 7 hari

c. TopikalKrim deksametason 0,25 %, 2 kali sehariII.10 Pencegahan Pencegahan dermatitis kontak alergi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 6a. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitia kontak alergib. Menghindari substansi alergenc. Mengganti semua pakaian yang terkena alergend. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada sabun bilas dengan aire. Menghindari air bekas cucian atau bilasan kulit yang terpapar alergenf. Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan pakaian laing. Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar alergenh. Gunakan perlengkapan atau pakaian pelindung saat melakuakn aktifitas yang beresiko terhadap paparan alergenII.11 PrognosisPrognosis dermatitis kontak alergik umumnya baik, sejauh bahan kontakmya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila bersamaan dengan dermatitis yang disebbakan oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularisata atau psoriasis).5Faktor lain yang membuat prognosis kurang baik adalah pajanan alergen yang tidak mungkin dihindari mislanya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat pada lingkungan penderita.5

DAFTAR PUSTAKA1. Baratawijaya, karnen garna.2006.imunologi dasar.lakarta:balai penerbik fkui2. Morgan,geri,hamulton,carole.2009.obtetri dan ginekologi : panduan praktik edisi 2.jakarta:EGC3. Price, sylvia anderson.2005.patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit.jakarta :EGC4. Siregar, R.S. 2004.atlas berwarna saripati penyakit kulit edisi 2.jakarta:EGC5. Sularsito, sri adi dan suria djuanda.2010. dermatitis dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 6. Jakarta:fkui6. Sumantri,M.A, febriani,H.T, musa S.T.2005.dermatitis kontak.yogyakarta: fakultas farmasi UGM

20