laporan atsiri banyaaak bgt

22
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Berbagai jenis tanaman dapat ditemukan di Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak tanaman penghasil minyak atsiri, sehingga Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri terbesar di dunia. Akan tetapi, Indonesia masih mengimpor minyak atsiri dari negara lain. Impor minyak atsiri yang masih tinggi antara lain disebabkan teknologi pengolahan minyak atsiri di Indonesia belum mampu mengikuti perkembangan teknologi di negara lain yang telah maju pesat. Umumnya petani minyak atsiri masih menerapkan teknologi hulu dan bersifat tradisional, sehingga belum mampu menjamin kontinuitas pengadaan produk dengan mutu yang konsisten. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan diterapkan cara – cara dan teknologi dalam mendapatkan mutu minyak atsiri yang berkualitas. Untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan bebrbagai macam cara yaitu penyulingan, pengepresan, ekstrasi dengan pelarut menguap dan ekstrasi dengan lemak padat (enfleurasi). Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda, dengan cara mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari campuran. Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam penyulinagn yaitu, penyulinagan

Upload: muthianisa

Post on 23-Jun-2015

689 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangIndonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Berbagai jenis

tanaman dapat ditemukan di Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak tanaman penghasil

minyak atsiri, sehingga Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri

terbesar di dunia. Akan tetapi, Indonesia masih mengimpor minyak atsiri dari negara lain.

Impor minyak atsiri yang masih tinggi antara lain disebabkan teknologi pengolahan

minyak atsiri di Indonesia belum mampu mengikuti perkembangan teknologi di negara

lain yang telah maju pesat. Umumnya petani minyak atsiri masih menerapkan teknologi

hulu dan bersifat tradisional, sehingga belum mampu menjamin kontinuitas pengadaan

produk dengan mutu yang konsisten. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan diterapkan cara

– cara dan teknologi dalam mendapatkan mutu minyak atsiri yang berkualitas.

Untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan bebrbagai macam cara

yaitu penyulingan, pengepresan, ekstrasi dengan pelarut menguap dan ekstrasi dengan

lemak padat (enfleurasi). Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu

campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda, dengan cara

mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari

campuran. Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam penyulinagn yaitu,

penyulinagan dengan air, penyulingan dengan air – uap, dan penyulingan dengan uap

langsung.

Selain dengan penyulingan minyak atsiri dapat didapatkan dengan cara adsorbsi

oleh lemak padat ( enfleurasi ). Pada proses ini, adsorbsi minyak atsiri oleh lemak

dilakukan pada suhu dingin, sehingga tidak merusak minyak yang disebabkan oleh panas.

Proses enfleurasi menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode

lainnya, namun prosesnya lebih lama dan membutuhkan tenaga kerja yang trampil dan

berpengalaman.

Minyak atsiri yang berasal dari rempah – rempah memiliki minyak dan resin yang

dinamakan oleoresin. Oleoresin diperoleh dari hasil ekstraksi dan pemekatan komponen

non volatile dari rempah – rempah. Oleoresin dapat dimanfaatkan sebagi bahan baku

penyedap untuk pemberi cita rasa dalam produk – produk olahan seperti pada industri

minuman segar, bahan baku obat, kosmetik, kembang gula dan roti.

Page 2: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

Oleh karena itu, praktikum kali ini akan membahas mengenai penyulingan,

enfleurasi dan juga ekstraksi oleoresin, sehingga praktikan akan lebih mengetahui

mengenai minyak atsiri dan bagaimana cara mendapatkan minyak atsiri yang berkualitas.

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah utnuk mempelajari proses penyulingan minyak

atsiri, proses adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi), dan ekstraksi oleoresin.

Page 3: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

II. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ketel suling, labu florentine,

gelas ukur, timbangan, pisau, talenan, erlenmeyer, pendingin balik, klafenger, aufhauser,

neraca, casis, rotary evaporator, gelas piala, spatula, soxlet, an oven pengering.

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah, daun nilam, air,

shortening, etanol 90 %, bunga sedap malam, bunga melati, heksan, kertas saring,

cengkeh dan lada.

B. Prosedur

b.1 Penyulingan air – uap

Ketel suling diisi dengan air sebanyak kurang lebih 5 cm di bawah saringan,

kemudian isi ke dalam ketel bahan yang akan disuling yang sebelumnya ditimbang

terlebih dahulu. Labu Florentine di pasang dan alirkan air melalui kondensor. Ketel

dipanaskan dengan api langsung, saat tetesan kondesat pertama diamati dan dicatat.

Penyulinagn dilakukan selama kurang lebih 2 jam. Mianyak yang dihasilkan sipisahkan

dalam labu Florentine dan disimpan dalm botol untuk dianalisa pada minggu berikutnya.

Dihitung rendemen yang dihasilkan.

b.2 Adsorbsi oleh Lemak Padat ( enfleurasi )

Alat enfleurasi disiapkan, pada sisi dasar alat dioleskan lemak setebal 1 – 2 cm.

Di atas lapisan lemak tersebut ditaburkan bunga segar yang telah ditimbang sampai 2/3

bagian dari rak terisi oleh bunga. Diamkan selama 24 jam pada suhu kamar dan disimpan

dalam ruangan tertutup. Pada hari berikutnya larutkan lemak tersebut dalam alcohol 90%

sampai semua lemak larut. Dinginkan campuran tersebut pada alt pendingin ( freezer )

pada suhu sekitar -15 ºC, sampai bagian lemak membeku. Bagian lemak dipisahkan dari

alcohol dengan cara menyaring, sehingga diperoleh filtrate yang disebut ekstrait. Filtrate

yang dihasilkan dipekatkan dengan cara menyuling sebagian besar alcohol menggunakan

rotary evaporator. Cairan yang dihasilkan disebut absolute enfleurasi.

b.3 Ekstraksi Oleoresin

Bahan yang berupa umbi diiris tipis – tipis, kemudian dikeringkan dan selanjutnya

dihaluskan. Untuk bahan selain umbi bisa langsung dikeringkan lalu dihaluskan. Bahan

ditimbang sebanyak kurang lebih 50 gram ( jumlah bahan menyesuaikan besar soxlet),

Page 4: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

kemudian dibungkus dengan kertas saring. Dimasukan ke dalam soxlet, lalu

ditambahkan pelarut, pasang pendingin dan selanjutnya dipanaskan menggunakan

pemanas listrik. Lakukan pemanasan sampai larutan yang tersirkulasi pada bagian atas

soxlet jernih. Ampas dikeluarkan dari soxlet, pelarut diuapkan di dalam labu soxlet. Berat

oleoresin ditimbang di dalam labu, kemudian dihitung rendemen oleoresin.

Page 5: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Terlampir

B. Pembahasan

Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak yang terdapat di alam. Minyak atsiri

dikenal juga dengan nama minyak eteris, minyak terbang (essential oil, volatile oil) yang

dihasilkan dari bagian tanaman ( daun, bunga, buah/biji, batang, kulit batang, dan akar).

Minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai

rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai bau tanaman penghasilnya, umumnya larut

dalam pelarut organic dan tidak larut dalam air.

Minyak atsiri memiliki fungsi yang banyak, dalam tanaman minyak atsiri dapat

membantu proses penyerbukan (menarik beberrapa jenis serangga), mencegah kerusakan

tanaman oleh binatang, dan sebagai cadangan makanan dalam tanaman. Dalam industry

minyak atsiri dapat digunakan untuk kosmetik, pewangi, flavouring agent, antiseptic, obat –

obatan dan sebagainya.

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman

yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan air. Minyak

tersebut disintesa dalam sel kelenjar (glandula sel) pada jaringan tanaman dan terbentuk juga

dalam pembuluh resin (misalnya : minyak terpentin dari pohon pinus). Tanaman yang dapat

menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies, yang termasuk

family : Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Mirtaceae, dan Umbelliferaceae.

Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari hasil degradasi

trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat dengan sintesis, misalnya vanilla.

Untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,

dapat dilakukan dengan penyulingan, pengepresan, ekstrasi dengan pelarut menguap, dan

dengan ekstraksi dengan lemak padat. Pada praktikum kali ini akan dilakukan penyulingan

nilam sehingga dihasilkan minyak nilam dan dilakukan proses ekstraksi dengan lemak padat

(enfleurasi) terhadap bunga sedap malam dan bunga melati.

1. Penyulingan

Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan

dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini

Page 6: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

dilakukan terhadap minyak atsiri yang larut dalam air. Jumlah minyak yang mneguap

bersama – sama dengan uap air ditentukan oleh tiga faktor, yaitu besarnya tekanan uap yang

digunakan, berat molekul masing – masing komponen dalam minyak, dan kecepatan minyak

yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.

Hasil penyulingan sebagian besar terdiri dari, yang pertama tersuling komponen

minyak yang bertitik didih rendah, disusul dengan komponen bertitik didih lebih tinggi, dan

mendekati akhir jumlah yang tersuling lebih sedikit. Sistem penyulingan ada tiga yaitu,

penyulingan dengan air ( water destilation ), penyulingan dengan air dan uap (water and

steam destilation), dan penyulingan dengan uap (steam destilation).

Minyak nilam (patchouli oil) adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan

terna daun tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). Penyulingan adalah pemisahan

komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan

titik uapnya. Proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.

Dalam industri pengolahan minyak atsiri dikenal tiga macam sistem penyulingan,

yaitu penyulingan air, penyulingan dengan uap dan air, serta penyulingan uap. Cara

penyulingan yang paling sederhana untuk memperoleh minyak nilam adalah dengan

penyulingan air dan uap atau dikukus. Cara ini biasa dilakukan untuk skala kecil, sedangkan

untuk skala industri menggunakan cara penyulingan uap. Penyulingan terna daun nilam

untuk mendapatkan minyak atsiri dilakukan antara 6-8 jam.

Indonesia merupakan penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang tiap tahun

memasok sekitar 75% kebutuhan dunia. Dari jumlah itu, 60% diproduksi di Nanggroe Aceh

Darussalam dan sisanya berasal dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah

(Sumangat dan Risfaheri 1998). Republik Rakyat Cina merupakan produsen minyak nilam

terbesar kedua setelah Indonesia. Negara-negara lain yang memproduksi minyak nilam

adalah Brasil, Malaysia, India, dan Taiwan (Tasma dan Hamid 1989). Hampir seluruh

produksi minyak nilam Indonesia diekspor terutama ke Amerika Serikat, negara-negara

Eropa Barat, dan Jepang.

Komponen utama yang menentukan mutu minyak nilam adalah patchouli alcohol

(Walker 1968). Minyak nilam merupakan bahan utama untuk mengikat bahan pewangi pada

industri parfum dan kosmetik. Selain itu, minyak nilam dapat digunakan untuk

mengendalikan hama (Yusron dan Wiratno 2001). Kandungan minyak nilam tertinggi

Page 7: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

terdapat pada bagian daun yaitu 4-5%. Sebelum disuling, daun nilam dijemur di bawah sinar

matahari selama 4 jam (dari pukul 10.00 sampai 14.00) selama 3-5 hari bergantung pada terik

matahari. Selama penjemuran, daun dibolak-balik agar kering merata dan tidak lembap.

Kadar air terna daun nilam kering optimal adalah 1215%.

Penyulingan dengan air sangat sederhana, bahan yang akan disuling kontak langsung

dengan air mendidih. Namun hal ini yang menyebabkan peluang terjadinya hidrolisa pada

konstituen minyak sangat besar, tingginya resiko terjadinya penggosongan bila pemanasan

tidak dilakukan secara merata, membutuhkan ketel yang lebih besar dan jumlah bahan bakar

yang banyak.

Pada penyulingan dengan air dan uap, bahan diletakkan di atas rak – rak atau saringan

berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh dari bawah

saringan. Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.

Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1

atmosfir. Uap dialirkan melaui pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak di bawah

bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan ( Guenther,

1955).

Penyulingan dengan uap langsung memiliki efisiensi penyulinan yang lebih tinggi

dibandingkan penyulingan air dan penyulingan air-uap, karena waktu penyulingan relatif

sinngkat dan rendemen yang dihasilkan tinggi, tetapi membutuhkan peralatan yang lebih

kompleks dan mahal. Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah metode penyulingan air

– uap dengan bahan berupa daun nilam.

Pada praktikum kali ini, bahan yang digunakan adalah daun nilam seberat 6300 gr.

Dimasukkan kedalam ketel penyulingan selama ± 2 jam. Setelah 2 jam didapatkan berat

akhir minyak nilam seberat 68.5 gr dan didapatkan rendemen sebesar 1.087 %. Dari hasil

pada praktikum kali ini, tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap kandungan minyak

nilam yang dihasilkan, dan dalam waktu 2 jam belum bisa diapatkan seluruh komponen

minyak yang berasal dari daun nilam. Menurut rancangan revisi SNI tahhun 2003 standar

mutu minyak nilam untuk kadar patchouli alcohol adalah 31%, tetapi untuk mendapatkan

kadar minyak nilam sebesar 31% membutuhkan waktu lebih lama dari 2 jam.

Minyak nilam tergolong dalam minyak atsiri dengan komponen utamanya adalah

patchoulol. Daun dan bunga nilam mengandung minyak ini, tetapi orang biasanya

Page 8: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

mendapatkan minyak nilam dari penyulingan uap terhadap daun keringnya (seperti pada

minyak cengkeh). Di Indonesia minyak nilam juga disuling dari kerabat dekat nilam yang

asli dari Indonesia, nilam Jawa (Pogostemon heyneani), yang memiliki kualitas lebih rendah.

Minyak nilam yang baik umumnya memiliki kadar PA di atas 30%, berwarna kuning

jernih, dan memiliki wangi yang khas dan sulit dihilangkan. Minyak nilam jenis ini didapat

dengan menggunakan teknik penyulingan uap kering yang dihasilkan mesin penghasil uap

(boiler) yang diteruskan ke dalam tangki reaksi (autoklaf) selanjutnya uap akan menembus

bahan baku nilam kering dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke bagian pemisahan untuk

dilakukan pemisahan uap air dengan uap minyak nilam dengan sistem penyulingan. Minyak

nilam yang baik dihasilkan dari tabung reaksi dan peralatan penyulingan yang terbuat dari

baja tahan karat (stainless steel) dan peralatan tersebut hanya digunakan untuk menyuling

nilam saja (tidak boleh berganti-ganti dengan bahan baku lain).

Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam industri

parfum. Sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak ini, termasuk lebih dari

separuh parfum untuk pria. Minyak ini juga digunakan sebagai pewangi kertas tisu,

campuran deterjen pencuci pakaian, dan pewangi ruangan. Fungsi yang lebih tradisional

adalah sebagai bahan utama setanggi dan pengusir serangga perusak pakaian. Aroma minyak

nilam dianggap 'mewah' menurut persepsi orang Eropa, tetapi orang sepakat bahwa

aromanya bersifat menenangkan.

2. Enfleurasi

Praktikum selanjutnya adalah adsorbsi oleh lemak padat ( enfleurasi ). Pada proses

ini, adsorbsi minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu dingin, sehingga tidak merusak

minyak yang disebabkan oleh panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen yang lebih

tinggi dibandingkan dengan metode lainnya, namun prosesnya lebih lama dan membutuhkan

tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman.

Lemak merupakan molekul trigliserida yang mampu mengabsorbsi zat –zat yang

dapat menguap termasuk minyak atsiri. Daya absorbs lemak terhadap bau tergantung dari

plastisitas dan titik cair lemak tersebut. Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan adalah

bunga sedap malam dan bunga melati yang menggunakan lemak berupa shortening.

Enfleurasi merupakan suatu teknik menghasilkan minyak bunga dengan cara

menagkap minyak bunga yang mneguap dari kuntum bunga yang merekah menggunakan

Page 9: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

campuran lemak. Selanjutnya, minyak bunga dipisahkan dari campuran lemak dengan

melarutkannya dalam alkohol hingga diperoleh minyak bunga alami. Keunggulan cara ini

adalah mampu menghasilkan minyka bunga dengan jumlah dan mutu yang tinggi, karena

selama proses tidak banyak bersentuhan dengan panas sehingga kehilangan dan kerusakan

zat wangi sangat rendah. Kelemahannya, teknik ini menyisakan limbah lemak yang perlu

dicarikan cara pemanfaatannya, dan perlu tenaga terampil untuk pekerjaan defleurasi atau

mengangkat kuntum – kuntum bunga layu dari lapisan campuran lemak setelah proses

penyerapan / penagkapan minyak.

Proses enfleurasi sampai saat ini masih digunakan dalam industri minyak atsiri di

daerah Perancis dan India. Minyak atsiri yang dihasilkan dari proses enfleurasi sangat

mendekati minyak bunga alamiah dan paling baik dibandingkan proses ekstraksi pelarut

menguap. Walaupun telah ditemukan proses ekstraksi yang lain, namun proses enfleurasi

masih memegang peranan penting dan berjalan terus hingga saat ini dan terus disempurnakan

prosesnya. Peralatan yang digunakan adalah chasis yang terbuat dari kaca, chasis kaca

disusun bertingkat. Diusahakan terbebas dari sinar matahari dan udara bebas. Karena jika

terganggu dua hal diatas dapat menyebabkan kerusakan lemak dan terganggunya proses yang

pada akhirnya gagal produksi.

Keberhasilan dari proses enfleruasi terletak pada proses persiapan lemak sebagai alat

absorpsi. Lemak yang digunakan untuk proses enfleurasi harus memenuhi syarat – syarat

berikut :

1. Lemak yang digunakan harus benar – benar bersih dari kontaminan.

2. Tidak berbau dan bebas air.

3. Tidak terlalu lunak dan tidak terlalu keras.

Ada beberapa jenis lemak yang digunakan untuk proses enfleurasi ini, yakni, lemak

sapi, lemak domba, lemak babi, dan lemak hewani lainnya. Selain menggunakan lemak,

enfleurasi juga bisa dicampur dengan beberapa minyak nabati seperti minyak kedelai,

minyak canola, dan minyak kacang – kacangan. Bahkan penelitian terakhir dapat

menggunakan mentega putih sebagai penjerap pengganti lemak hewan. Pada beberapa

literatur ada yang menyebutkan campuran lemak sapi dan lemak babi dengan perbandingan 1

: 2 sangat baik untuk proses enfleurasi. Namun di Indonesia kita terkendala dengan status

halal dan haram dimana sebagian besar warga negara Indonesia adalah muslim. Untuk itu

Page 10: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

perlu dikembangkan suatu campuran baru untuk menggantikan lemak babi dalam proses

enfleurasi.

Lemak yang diperoleh dari pasar kita bersihkan dari kotoran, seperti darah, kulit dan

rambut yang masih tertinggal. Tangaskan diatas air yang dipanaskan sembari diberi air jeruk

untuk mempertahankan kerapatan lemak, selain air jeruk, menurut literatur juga dapat

menggunakan air mawar dan air kemenyan. Namun pemberian air jeruk akan berpengaruh

terhadap bau produk akhir. Setelah dipisahkan dari kotoran dan ditangaskan maka lemak

didinginkan dan siap untuk dipakai. Lemak yang siap dipakai tadi dibentuk seperti bubur,

setelah itu kemudian ditaruh diatas plat kaca, dengan susunan dalam plat kaca tersebut dibuat

bolak – balik depan belakang. Susunan lemak pada plat kaca sengaja disusun demikian

dengan fungsi saat disusun nantinya, lemak bagian atas kaca untuk menaruh bunga yang akan

diserap minyaknya, bagian bawahnya berguna untuk menyerap minyak bunga yang menguap

dari chasis dibawahnya. Setelah disusun seperti diatas, maka bunga siap ditaburkan.

Pada praktikum kali ini dilakukan adsorbsi minyak dengan lemak padat ( enfleurasi )

pada bunga melati dan bunga sedap malam. Bobot awal bunga melati yang digunakan adalah

seberat 234,21 gr setelah dilakukan proses enfleurasi selama 24 jam didapatkan bobot

minyak seberat 3,98 gr dan didaptkan rendemen sebesar 1,7 %. Sedangkan bobot awal bunga

sedap malam yang digunakan adalah seberat 324,63 gr setelah dilakukan proses enfleurasi

didaptkan bobot minyak sebesar 2,77 gr dan didaptkan rendemen sebesar 0,85 %.

Minyak melati merupakan bahan baku parfum kualitas tinggi. Harga minyak melati di pasar

internasional tergolong tinggi, sekitar 6.000 dolar Amerika Serikat per liter atau setara dengan 54 juta

rupiah (Purba 2000). Di Indonesia, kebutuhanminyak atsiri untuk industri kosmetik, sabun, dan

parfum masih dipenuhi dari impor. Pada tahun 1995 volume impor minyak atsiri berbahan baku

bunga tercatat 29 ton dengan nilai 415,4 dolar dan pada tahun 1999 meningkat menjadi 336 ton

dengan nilai 845,5 dolar (Biro Pusat Statistik 1995; 1999).

Metode produksi minyak melati antara lain adalah ekstraksi dengan pelarut menguap dan

enfleurasi (ekstraksi menggunakan lemak dingin). Rendemen minyak melati yang dihasilkan dengan

pelarut menguap berkisar antara 0,054-0,0536% (Prabawati et al. 1999 Atawia et al. 1988a; 1988b).

Rendemen minyak melati yang diekstrak dengan pelarut menguap dipengaruhi oleh perbandingan

pelarut yang digunakan dan cara ekstraksi. Hasil penelitian Prabawati et al. (2002) menunjukkan

bunga melati Gambir yang diekstrak dengan perbandingan pelarut dan bunga 1 : 2 dan ekstraksi

dilakukan dua tahap dihasilkan rendemen minyak tertinggi (0,135%). Menurut Guenther (1955)

Page 11: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

rendemen minyak yang dihasilkan dengan metode enfleurasi lebih tinggi. Suyanti et al. (2001)

melaporkan rendemen minyak melati yang diekstrak dengan menggunakan adsorben lemak berkisar

antara 5,62 - 11,51 g/kg bunga.

Pada praktikum kali ini tidak dapat dibandingkan hasil antara minyak melati yang

dihasilkan dari proses ekstraksi dengan pelarut dan minyak melati yang dihasilkan dari

metode enfleurasi. Tetapi menurut literatur minyak melati yang dihasilkan dari proses

enfleurasi pada bobot bunga melati yang sama menghasilkan rendeman minyak melati yang

lebih tinggi dibandingkan ekstraksi minyak melati dengan menggunakan pelarut. Hal ini

dikarenakan dengan teknik enfleurasi bahan tidak terkena panas,sehingga kemungkinan

rusaknya komponen yang terkandung pada bahan lebih kecil jika dibandingkan dengan

menggunakan ekstraksi dengan pelarut atau dengan penyulingan. Pada praktikum ini juga

hanya dilakukan satu kali enfleurasi pada bunga melati tidak dilakukan penggantian dengan

bura baru sebanyak empat kali atau lebih.

Bukan hanya pada minyak melati, minyak sedap malam juga dapat dihasilkan dengan

menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut dan metode enfleurasi. Minyak sedap malam

yang dihasilkan dari metode enfleurasi juga lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan

metode ekstraksi dengan pelarut.

Mutu minyak yang diproduksi dengan cara enfleurasi sangat dipengaruhi oleh jenis

adsorben yang digunakan dan frekuensi penggantian bunga. Jenis adsorben yang paling baik

adalah campuran lemak babi dan lemak sapi (1:2). Namun, metode enfleurasi dengan

menggunkan adsorben lemak babi jarang digunakan karena mempertimbangkan bagi

pengguna yang muslim. Sebagai penggantinya dapat digunakan, jenis ”shortening” untuk kue

dan roti yaitu campuran lemak sapid an lemak nabati. Rendemen absolute yang dihasilkan

dengan cara enfleurasi lebih besar dibandingkan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut

menguap. Rendemen minyak sedap malam hasil enfleurasi berkisar antara 0,52 – 0,72 %.

Rendemen minyak tertinggi diperoleh dengan menggunakan jenis “shortening snow white”

(0,72%) dan terendah dihasilkan oleh adsorben campuran lemak sap dan minyak bunga

matahari dengan rendemen minyak 0,52 % (Sailah et al, 2000).

Pada praktikum kali ini dihasilkan 0,85 % rendemen, hasil ini melampaui rendemen

minyak sedap malam berdadsarkan praktikum, hal ini dapt disebabkan banyak faktor, bisa

Page 12: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

saja saat menyuling alkohol tidak semua alkohol menguap, sehingga masih ada yang tersisa

di bahan, sehingga minyak yang dihasilkan masih mengandung alkohol.

Nit.. tinggal masukkin yg oleoresin sm kesimpulan sm daftar pustaka

yang oleoresin.. thx nit

Oiya cover gw jg blm bikin. Trus data yg isolasi jg gw ga punya, tinggal

dimasukkin ke lampiran aja ya nit…

Page 13: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

DAFTAR PUSTAKA

Atawia, B.A., S.A.S. Hallabo, and M.K. Morsi. 1988a. Effect of type of solvent on quality and

quality of jasmine concrete and absolut. Egyptian J. Food Sci. 16(1-2):212-224.

Atawia, B.A., S.A.S. Hallabo, and M.K Morsi. 1988b. Hexan extraction of acidified jasmine

flower. Egyptian J. Food Sci. 16(1-2)225-235.

Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik tanaman obat-obatandan hias. Badan Pusat Statistik.

Jakarta Indonesia.

Biro Pusat Statistik. 1995. Data impor dan ekspor. Biro Pusat Statistik. Jakarta Indonesia.

Biro Pusat Statistik. 1999. Data impor dan ekspor. Biro Pusat Statistik. Jakarta Indonesia.

Guenther, E. 1955. The essential oil. Volume 5. Robert F. Krieger Publishing Co. Inc.

Huntington New York.

Prabawati, S., D.A. Endang, dan A.S.B. Dondy. 1999. Potensi kandungan dan sifat fisiko

kimiawi concret melati. Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta.

Sailah, I., S. Ketaren, Sunarmani, dan Suyanti. 2000. Ekstraksi Minuak Atsiri dari Bunga Sedap

Malam. Laporan Hasil Penelitian Kerja Sama Penelitian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sumangat, D. dan Risfaheri. 1998. Standar dan masalah mutu minyak nilam Indonesia.

Monograf Nilam (5). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 108-115.

Suyanti, S. Prabawati, D.A. Endang, dan Sjaifulah. 2001.Pengaruh jenis absorbent dan frekuensi

penggantian bunga terhadap mutu minyak melati. J. Hort. 11(1):51-57.

Tasma, I.M. dan A. Hamid. 1989. Hasil penelitian dan pengembangan tanaman minyak atsiri

Indonesia. Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri,

Buku VII. Tanaman Minyak Atsiri. hlm. 1075-1082. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Industri, Bogor

Walker, G.T. 1968. The structure and synthesis of patchouly alcohol. Manufacturing Chemist

and Aerosol News. p. 27-28.

Yusron, M. dan Wiratno. 2001. Budidaya Tanaman Nilam. Circular (3) Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. 29 hlm.

Page 14: Laporan Atsiri Banyaaak Bgt

LAMPIRAN

Hasil Pengamatan

PenyulinganBahan Berat awal Berat akhir RendemenNilam 6300 gr 68.5 gr 1.087%

EnfleurasiBunga Bobot awal bunga Bobot Minyak RendemenMelati 234.21 gr 3.98 gr 1.70%

Sedap Malam 324.63 gr 2.77 gr 0.85%

OleoresinBahan Bobot Awal Bobot Akhir Rendemen

Cengkeh 8.67 gr 7.69 gr 88.70%Lada 7.77 gr 4.78 gr 61.50%