bab i baru bgt

68
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di berbagai negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara (Suyono, 2007 dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013). Diabetes mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum dengan jumlah penderita yang lebih banyak dibanding tipe 1. Patofisiologis diabetes 1

Upload: dewi-pradnyani

Post on 30-Dec-2015

125 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I baru bgt

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di berbagai negara berkembang

akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak

disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di

kota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, salah

satunya adalah penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan salah satu

masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan

sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu,

tetapi sistem kesehatan suatu negara (Suyono, 2007 dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2013).

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum dengan

jumlah penderita yang lebih banyak dibanding tipe 1. Patofisiologis diabetes

mellitus tipe 2 disebabkan oleh sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu

merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi

insulin”. Defisiensi fungsi insulin pada penderita tipe 2 hanya bersifat relatif dan

tidak absolut. Oleh karena itulah penanganannya secara umum tidak memerlukan

terapi pemberian insulin (Nabyl, 2012 : 21).

Penyakit diabetes mellitus dapat menimbulkan bermacam-macam

komplikasi. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus,

sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya.

Sirkulasi darah yang buruk melalui pembuluh darah besar bisa melukai otak,

1

Page 2: BAB I baru bgt

jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan pembuluh darah

kecil (mikroangiopati) bisa melukai mata, ginjal, saraf, dan kulit serta

memperlambat penyembuhan luka (Kristiana, 2012 : 20). Berkurangnya aliran

darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan semua penyembuhan

luka berjalan lambat (Kristiana, 2012 : 21). Penderita diabetes mellitus perlu

memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan kaki karena diabetes dapat

menimbulkan komplikasi yang dikenal dengan istilah kaki diabetik (diabetic foot).

Kaki diabetik yang memburuk dapat menyebabkan gangren dan mengarah pada

tindakan amputasi. Kaki diabetik merupakan komplikasi yang serius dan mahal

dari diabetes (Nabyl, 2012 : 54). Ulkus maupun amputasi memiliki dampak yang

besar pada kualitas hidup penyandang diabetes, yaitu terbatasnya kebebasan

bergerak, terisolasi secara sosial, dan menimbulkan stress psikologis (Kristiana,

2012 : 30). Selain itu kaki diabetik akan menyebabkan perubahan pada gaya hidup

penderita, nutrisi, eliminasi, tidur dan istirahat, aktivitas, hubungan dan peran,

sensori, seksual dan reproduksi, dan lain-lain (Nabyl, 2012 : 63).

Menurut WHO tahun 2025 jumlah diabetes mellitus diperkirakan akan

melonjak mencapai sekitar 230 juta. Angka mengejutkan dilansir oleh beberapa

Perhimpunan Diabetes Internasional yang memprediksi jumlah penderita diabetes

mellitus lebih dari 220 juta penderita di tahun 2010 dan lebih 300 juta di tahun

2025 (Kristiana, 2012 : vii). Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia

menyebabkan peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi

epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada

penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini berarti setiap 30 detik ada kasus

amputasi kaki karena diabetes terjadi di seluruh dunia. (Kristiana, 2012 : 30).

2

Page 3: BAB I baru bgt

Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Prof. Sidhartawan

Soegondo, MD, Ph.D., FACE dalam Global Diabetes Forum di Kuta, Bali pada

18 Januari 2014 mengatakan tahun 2011 penderita diabetes mellitus sebanyak 7

juta jiwa, tahun 2012 sebanyak 7,1 jiwa, dan tahun 2013 meningkat sebanyak 8,5

juta jiwa (Brilian, 2014). Untuk kasus amputasi akibat komplikasi diabetes

mellitus data penelitian Indonesia menunjukkan angka amputasi 15-30 % dan

angka kematian akibat amputasi sebesar 17-32 %, serta hari perawatan amputasi

selama 28-40 hari (Kristiana, 2012 : 30).

Pada tahun 2011, penderita diabetes mellitus di Bali tercatat sekitar 4023

orang dengan rincian diabetes mellitus tergantung insulin 804 orang, diabetes

mellitus tidak tergantung insulin 795 orang, diabetes mellitus yang diakibatkan

malnutrisi 103 orang, diabetes mellitus yang tidak diketahui lainnya 153 orang

dan diabetes mellitus yang tidak terdeteksi 2163 orang (Bali Post, 2012).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2012, diabetes

mellitus termasuk sepuluh penyakit utama dengan jumlah penderita sebanyak

8.543 kasus (Dinkes Bali, 2012).

Hal yang sama ditemukan di Puskesmas se-Kecamatan Denpasar Selatan

pada tahun 2012, dimana jumlah kasus diabetes mellitus yang rawat jalan

mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012, seperti di Puskesmas I Denpasar

Selatan proporsi kasus diabetes mellitus tahun 2008 sebesar 0,3 % menjadi 2,1 %

di tahun 2012, di Puskesmas II Denpasar Selatan dari 0,6 % menjadi 0,8 %, di

Puskesmas III Denpasar Selatan dari 0,9 % menjadi 2,3 % dan di Puskesmas IV

Denpasar Selatan dari 1,1 % menjadi 2,4 % (Trisnawati, 2013). Berdasarkan data

studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dari Puskesmas I Denpasar Selatan

3

Page 4: BAB I baru bgt

tercatat jumlah penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung pada tahun

2012 sebanyak 1647 orang dan menduduki peringkat ke enam dari 20 penyakit

yang paling banyak diderita di Puskesmas I Denpasar Selatan. Pada tahun 2013

tercatat jumlah penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung ke Puskesmas

I Denpasar Selatan sebanyak 1518 orang dan menempati urutan ke empat dari 20

penyakit yang paling banyak diderita di Puskesmas I Denpasar Selatan

(Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2013).

Komplikasi kaki diabetik dapat dicegah dengan cara menerapkan strategi

yang menggabungkan upaya pencegahan, perawatan jika terjadi ulkus pada kaki,

penanganan medis yang sesuai, kadar gula darah yang terkendali, serta edukasi

terhadap penyandang diabetes dan tenaga medis, sehingga dapat menurunkan

kemungkinan risiko amputasi sampai 85 % (Nabyl, 2012 : 60). Sebuah penelitian

case control dilakukan oleh Hastuti (2008) yang dilakukan di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dengan menggunakan sampel sebanyak 36 orang pasien

diabetes mellitus menunjukkan bahwa faktor risiko yang dapat diubah

berhubungan dengan terjadinya ulkus diabetika meliputi tidak terkontrolnya kadar

kolesterol total, ketidakpatuhan diet, kurang aktivitas fisik, perawatan kaki tidak

teratur, dan penggunaan alas kaki tidak tepat. Kepatuhan pasien adalah kunci dari

konsep perawatan kesehatan yang mempengaruhi semua bidang perawatan

kesehatan termasuk diabetes (Chatterjee, 2005). Kepatuhan dalam pencegahan

kaki diabetik dapat dilakukan dengan pencegahan primer yaitu selalu memperoleh

informasi kesehatan tentang diabetes mellitus dan komplikasinya termasuk

pengendalian kadar gula darah, penyuluhan tentang gizi dalam pengendalian

diabetes, pemeriksaan berkala kaki diabetes, menjaga kebersihan kaki diabetes,

4

Page 5: BAB I baru bgt

menghilangkan faktor biomekanis yang memungkinkan terjadinya ulkus

(koreng/tukak), dan mengobati luka sedini mungkin (Kristiana, 2012). Menurut

The Centers for Disease Control and Prevention (2009) bahwa perawatan kaki

secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar 50-60% yang

mempengaruhi kualitas hidup. Pasien diabetes harus mempunyai niat dan

kemauan yang tinggi dalam melakukan perawatan kaki diabetik karena perawatan

kaki diabetik ini harus dilakukan secara teratur jika ingin benar-benar

mendapatkan kualitas hidup yang baik.

Dari masalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kepatuhan

sangat mempengaruhi pada komplikasi yang berkelanjutan sehingga peneliti

tertarik untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus

tipe 2 dalam pencegahan kaki diabetik di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun

2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan

masalah “bagaimanakah gambaran tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe

2 dalam pencegahan kaki diabetik di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus

tipe 2 dalam pencegahan kaki diabetik di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun

2014.

5

Page 6: BAB I baru bgt

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik pasien diabetes mellitus tipe 2 yang meliputi

umur, jenis kelamin, dan pendidikan.

b. Mengidentifikasi kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2 dalam pencegahan

kaki diabetik.

c. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2 dalam

pencegahan kaki diabetik berdasarkan karakteristik pasien.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitiaan ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

pengembangan ilmu keperawatan khususnya tentang pencegahan kaki diabetik di

Puskesmas I Denpasar Selatan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan pedoman bagi perawat di

puskesmas untuk melakukan penyuluhan lebih lanjut tentang pencegahan kaki

diabetik.

6

Page 7: BAB I baru bgt

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2

1. Pengertian Diabetes Mellitus Tipe 2

DM tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi

insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes mellitus tipe 2

paling sering ditemukan pada individu yang berusia lebih dari 30 tahun dan

obesitas. Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila

modifikasi diet dan latihan tidak berhasil. Namun pada sebagian penyandang DM

tipe 2, obat oral tidak mengendalikan keadaan hiperglikemia sehingga diperlukan

penyuntikan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk mencegah

hiperglikemia (Riyadi dan Sukarmin, 2008).

2. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Tipe 2

Menurut Depkes (2009), Tanda dan gejala DM dapat digolongkan menjadi

keluhan klasik dan keluhan lainnya.

a. Keluhan Klasik

1) Banyak makan (poliphagia)

Untuk mengkompensasikan kalori yang hilang maka penderita diabetes

sering kali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan.

2) Banyak minum (polidipsia)

Akibat poliuria maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga

banyak minum. Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita

mengalami penurunan berat badan.

7

Page 8: BAB I baru bgt

3) Banyak kencing (poliuria).

Gejala awal diabetes mellitus berhubungan dengan efek langsung dari

kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai di atas 160-180

mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi

maka ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah glukosa

yang hilang. Hal ini menyebabkan ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah

yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah banyak (poliuria).

Poliuria adalah tingginya frekuensi berkemih sehingga hanya dalam satu malam

dapat berkemih mencapai 20-30 kali (Nabyl, 2012 : 34-35).

b. Keluhan lainnya

Keluhan lainnya yang sering dialami oleh penderita diabetes mellitus

adalah sebagai berikut:

1) Kesemutan.

2) Gatal di daerah alat kelamin

3) Keputihan untuk perempuan

4) Infeksi sulit sembuh

5) Bisul yang hilang timbul

6) Penglihatan kabur

7) Cepat lelah

8) Mudah mengantuk.

3. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2

Pengobatan diabetes mellitus Tipe 2 berorientasi pada pengelolaan gula

darah agar tetap stabil. Menurut PERKENI (2011), ada empat pilar pengobatan

diabetes mellitus yaitu:

8

Page 9: BAB I baru bgt

a. Edukasi atau pendidikan

Edukasi diabetes mellitus adalah pendidikan dan pelatihan mengenai

pengetahuan dan keterampilan bagi penderita diabetes mellitus dengan tujuan

merubah perilaku pasien untuk meningkatkan pemahaman tentang penyakitnya.

b. Terapi gizi dan perencanaan makanan (diet)

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes mellitus yaitu

makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-

masing individu. Pada penyandang diabetes mellitus perlu ditekankan pentingnya

keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama

pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

c. Latihan jasmani atau olahraga

Kegiatan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30

menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes mellitus tipe 2.

Tujuannya untuk menjaga kebugaran dan menurunkan BB serta memperbaiki

sensitivitas insulin sehingga memperbaiki kendali gula darah. Olahraga yang

dianjurkan yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda, berenang,

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani pasien.

d. Intervensi farmakologis

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum

tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani, berupa:

1) Obat hipoglikemik oral (OHO), berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi 4

golongan: pemicu sekresi insulin (sulfonilurea dan glinid), penambah sensitivitas

insulin (metformin, tiazolidindion), penghambat glukogenesis (metformin),

penghambat absorpsi glukosa (penghambat glukosidase alfa).

9

Page 10: BAB I baru bgt

2) Insulin diperlukan pada keadaan penurunan BB yang cepat, hiperglikemia

berat disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar non

ketotik. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, stres berat,

kehamilan dengan DM yang tidak terkendali, gangguan fungsi ginjal dan hati

yang berat serta kontraindikasi terhadap OHO.

4. Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2

Komplikasi-komplikasi pada Diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua

yaitu:

a. Komplikasi metabolik akut

Komplikasi akut terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan

hiperglikemia. Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis Diabetik (KAD),

Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL).

Hipoglikemi adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan

penurunan glukosa darah. Tanda hipoglikemia mulai muncul bila glukosa darah

kurang dari 50 mg/dl, mual, lemah, lapar, tekanan darah turun dan dapat terjadi

penurunan kesadaran sampai koma. Hiperglikemi adalah adanya masukan kalori

yang berlebihan, penghentian obat oral dan insulin dengan tanda khas kesadaran

menurun disertai dehidrasi berat (Boedisantoso dan Subekti, dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2013).

b. Komplikasi metabolik kronik

Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di

seluruh bagian tubuh (Angiopati diabetik).

Angiopati diabetik untuk memudahkan dibagi menjadi dua yaitu

Makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang tidak

10

Page 11: BAB I baru bgt

berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan.

Komplikasi kronik DM yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

1) Mikrovaskuler :

a) Ginjal.

b) Mata.

2) Makrovaskuler :

a) Penyakit jantung koroner.

b) Pembuluh darah kaki.

c) Pembuluh darah otak.

3) Neuropati: mikro dan makrovaskuler

4) Mudah timbul ulkus atau infeksi : mikrovaskuler dan makrovaskuler

(Waspadji dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013).

B. Konsep Kaki Diabetik

1. Pengertian Kaki Diabetik

Kaki diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman yang

berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah sedang atau

besar di tungkai (Nabyl, 2012). Kaki diabetik adalah kelainan yang terjadi pada

tungkai bawah akibat diabetes mellitus yang tidak terkendali (Tambunan dan

Gultom dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013).

2. Penyebab Kaki Diabetik

Menurut Nabyl (2012), terjadinya kaki diabetik sendiri disebabkan oleh

faktor-faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya

kaki diabetik adalah angiopati, neuropati, dan infeksi.

11

Page 12: BAB I baru bgt

a. Neuropati

Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya kaki diabetik.

Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik

maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya

sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang

mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki. Gangguan motorik juga akan

mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang

menyebabkan ulserasi pada kaki pasien.

b. Angiopati

Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila

sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita

akan terasa sakit tungkainya sesudah berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi

gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri

kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan.

Adanya angiopati tersebut menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi

oksigen (zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh.

c. Infeksi

Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai kaki diabetik akibat

berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi

berpengaruh terhadap penyembuhan atau pengobatan dari kaki diabetik.

3. Faktor Risiko Kaki Diabetik

Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus

menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk (dalam Hastuti,

2008) terdiri atas :

12

Page 13: BAB I baru bgt

a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah :

1) Umur ≥ 60 tahun.

2) Lama DM ≥ 10 tahun.

b. Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah :

1) Neuropati (sensorik, motorik, perifer).

2) Obesitas.

3) Hipertensi.

4) Kadar glukosa darah tidak terkontrol.

5) Kebiasaan merokok.

6) Ketidakpatuhan Diet DM.

7) Kurangnya aktivitas Fisik.

8) Pengobatan tidak teratur.

9) Perawatan kaki tidak teratur.

10) Penggunaan alas kaki tidak tepat.

4. Tanda dan Gejala Kaki Diabetik

Tanda dan gejala kaki diabetik yaitu sering kesemutan, nyeri kaki saat

istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut

nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan

kuku menebal, kulit kering (Misnadiarly, 2006).

5. Patofisiologi Kaki Diabetik

Pada penderita Diabetes Mellitus yang tidak terkendali akan menyebabkan

penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada pembuluh

darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar

13

Page 14: BAB I baru bgt

kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis

jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika.

Eritrosit pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali akan

meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan

oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang

menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian

jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika.

Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi

penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (high-density-

lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain

yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis.

Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki

menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis

jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau

tungkai.

Pada penderita ulkus diabetika, 50 % akan mengalami infeksi akibat

adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan bakteri

yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik

Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium

perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium septikum. (Hastuti, 2008).

6. Hal-Hal yang Berhubungan dengan Kaki Diabetik

Bagi penyandang diabetes dengan kadar gula darah yang tidak terkendali,

masalah kaki ini memang dapat mengarah pada terjadinya infeksi dan

14

Page 15: BAB I baru bgt

konsekuensi yang lebih serius seperti amputasi. Menurut Kristina (2012),

beberapa hal yang berhubungan dengan kaki diabetik:

a. Kalus

Kalus merupakan penebalan kulit yang umumnya terjadi di telapak kaki.

Kalus disebabkan oleh gesekan atau tekanan berulang pada daerah yang sama,

distribusi berat tubuh yang tidak seimbang, sepatu yang tidak sesuai, atau kelainan

kulit. Kalus dapat berkembang menjadi infeksi.

b. Kulit Melepuh

Kulit melepuh dapat terjadi jika sepatu selalu menggesek kaki pada daerah

yang sama. Kaki melepuh disebabkan penggunaan sepatu yang kurang pas atau

tanpa kaos kaki. Kulit melepuh dapat berkembang menjadi infeksi. Hal penting

untuk menangani kulit melepuh adalah dengan tidak meletuskannya, karena kulit

melindungi lepuhan dari infeksi.

c. Kuku Kaki yang Tumbuh ke Dalam

Terjadi ketika ujung kuku tumbuh ke dalam kulit dan menimbulkan

tekanan yang dapat merobek kulit sehingga kulit menjadi kemerahan dan

terinfeksi. Kuku kaki yang tumbuh ke dalam dapat terjadi jika memotong kuku

sampai ke ujungnya, dapat pula disebabkan oleh pemakaian sepatu yang terlalu

ketat atau trauma kaki karena aktivitas seperti berlari dan aerobik. Jika ujung kaki

kuku kasar, gunakan kikir untuk meratakannya.

d. Pembengkakan Ibu Jari Kaki

Pembengkakan ibu jari kaki terjadi jika ibu jari kaki condong ke arah jari

di sebelahnya sehingga menimbulkan kemerahan, rasa sakit, dan infeksi.

Pembengkakan ibu jari kaki dapat terjadi pada salah satu atau kedua kaki karena

15

Page 16: BAB I baru bgt

penggunaan sepatu berhak tinggi dan ujung yang sempit. Pembengkakan ibu jari

kaki ini dapat menimbulkan rasa sakit dan deformitas (perubahan bentuk). Jenis

kaki ini dapat diatasi dengan pembedahan.

e. Plantar Warts

Plantar Warts adalah kutil yang terlihat seperti kalus dengan titik hitam

kecil di pusatnya. Kutil ini dapat berkembang sendiri atau berkelompok.

Timbulnya kutil disebabkan oleh virus yang menginfeksi lapisan luar telapak

kaki.

f. Jari Kaki Bengkok

Jari kaki bengkok terjadi ketika otot kaki menjadi lemah. Kerusakan saraf

karena diabetes dapat menyebabkan kelemahan ini. Otot yang lemah dapat

menyebabkan tendon (jaringan yang menghubungkan otot dan tulang) di kaki

memendek sehingga jari kaki menjadi bengkok. Jenis kaki ini akan menimbulkan

masalah dalam berjalan dan kesulitan menemukan sepatu yang tepat.

g. Kulit Kaki Kering dan Pecah

Dapat terjadi karena saraf pada kaki tidak mendapatkan pesan dari otak

(karena neuropati diabetik) untuk berkeringat yang akan menjaga kulit tetap

lembut dan lembab. Kulit yang kering dapat pecah. Adanya pecahan pada kulit

dapat membuat kuman masuk dan menyebabkan infeksi. Gula darah yang tinggi

akan menguntungkan kuman karena kuman akan mendapatkan makanan untuk

berkembang sehingga memperburuk infeksi.

h. Athlete’s Foot (Kaki Atlet)

Kaki Atlet disebabkan oleh jamur yang menimbulkan rasa gatal,

kemerahan, dan pecahnya kulit. Pecahnya kulit di antara jari kaki memungkinkan

16

Page 17: BAB I baru bgt

kuman masuk ke dalam kulit dan menimbulkan infeksi. Infeksi dapat meluas

sampai ke kuku kaki sehingga membuatnya tebal, kekuningan, dan sulit dipotong.

7. Komplikasi Kaki Diabetik

Menurut Nabyl (2012), adanya penyakit kaki diabetik akan mempengaruhi

kehidupan individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi

meliputi :

a. Perubahan Pola dan Gaya Hidup Penderita

Penderita akan mengalami perubahan dengan adanya penyakit ini. Pada

pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup

sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetik

sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan

untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena

itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

b. Pola Tidur dan Istirahat

Adanya nyeri pada kaki yang mengalami luka akan mempengaruhi waktu

tidur dan istirahat dan penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita

mengalami perubahan.

c. Pola Aktivitas dan Latihan

Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah

menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara

maksimal.

d. Pola Hubungan dan Peran

Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita

malu dan menarik diri dari pergaulan.

17

Page 18: BAB I baru bgt

e. Pola Sensori dan Kognitif

Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati atau mati rasa

pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

f. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya

perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien

mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

g. Pola Seksual dan Reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi

sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun ereksi,

serta member dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.

h. Pola Mekanisme Stres dan Koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan

tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif

berua marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan

penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif.

8. Pencegahan Kaki Diabetik

Prinsip dari pencegahan kaki diabetik adalah pencegahan primer untuk

pencegahan ulkus (koreng/ tukak), bila tidak berhasil maka dilanjutkan dengan

upaya pencegahan cacat dan rehabilitasi. Upaya pencegahan terjadinya dan

pengendalian kaki diabetik diperlukan adanya keterlibatan berbagai pihak

terutama dari pasien dan keluarga. Hal-hal yang dapat mencegah dan

mengendalikan kaki diabetik yaitu (Indian Health Diabetes Best Practice, 2011,

18

Page 19: BAB I baru bgt

Adhiarta, 2011;Gitarja, 2008; National Development Education Program, 2008;

Batros, Kozody dan Orsted, 2008 ) :

a. Mengontrol gula darah

b. Hindari merokok

c. Olahraga yang teratur termasuk senam kaki untuk menjaga berat badan dan

fungsi dari insulin dalam tubuh

d. Edukasi perawatan kaki pada pasien dan keluarga yang meliputi kebersihan

kaki, perawatan kuku, pemilihan alas kaki, pencegahan dan pengelolaan

cedera awal pada kaki.

C. Konsep Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan

perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain (Sarafino, 1990 dalam

Suparyanto, 2010). Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif

penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degresi, 2005 dalam Suparyanto, 2010)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Berikut ini ditampilkan beberapa faktor yang mendukung kepatuhan

pasien. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

19

Page 20: BAB I baru bgt

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan pasien dapat meningkatkan

kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang

aktif (Niven, 2008 dalam Suparyanto, 2010).

b. Jenis kelamin

Wanita memiliki suatu keyakinan dan watak yang lebih halus serta

memiliki suatu ketelitian yang tinggi dibandingkan dengan laki-laki, karena

wanita bereaksi terhadap sesuatu lebih emosional karena adanya unsur-unsur dari

dalam seperti : pendidikan, pengalaman, dan faktor eksogen (Sunaryo, 2004).

c. Motivasi

Suatu motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul didasari akan

pentingnya suatu perilaku didasarkan sebagai suatu kebutuhan. Motivasi dibagi

menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi

instrinsik berasal dari dalam diri manusia, biasanya timbul dari perilaku yang

dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas. Motivasi ekstrinsik

berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan.

Dorongan keluarga (motivasi ekstrinsik) merupakan hal yang sangat penting

untuk meyakinkan diri pasien seperti halnya dorongan dari dokter atau perawat.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh sesorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Mubarak, 2006).

e. Sarana

Fasilitas yang memadai akan mendukung seseorang bertindak sesuai

dengan aturan yang berlaku (Ahlan, 2007).

20

Page 21: BAB I baru bgt

f. Modifikasi Faktor Lingkungan dan Sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-

teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu

kepatuhan terhadap pengobatan (Niven, 2008 dalam Suparyanto, 2010).

g. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2007 dalam

Suparyanto, 2010). Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar

untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan

pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan

apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah

sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi (Azwar, 2007 dalam

Suparyanto, 2010).

h. Usia

Stevenson (dalam Sunaryo, 2004) menyebutkan bahwa orang yang lebih

muda memilki motivasi yang lebih tinggi dibandingkan orang yang sudah

memasuki usia lanjut. Umur yang lebih muda memilki daya ingat yang lebih kuat

serta kreatifitas yang lebih tinggi dalam mengenal dan mencapai sesuatu yang

baru. Usia muda lebih labil dalam mengambil keptusan dibandingkan dengan usia

yang lebih dewasa, sehingga berdampak pada tindakan yang dilakukan (Mubarak,

2006).

21

Page 22: BAB I baru bgt

i. Komunikasi

Aspek komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan mempengaruhi

tingkat ketaatan, misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang,

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter dan tidak puas

terhadap pengobatan yang diberikan. Salah satu strategi untuk meningkatkan

ketaatan adalah dengan memperbaiki komunikasi antara petugas kesehatan

dengan pasien, peran perawat disini yaitu membantu menyiapkan pasien untuk

patuh pada program yang telah diprogramkan oleh dokter (Ahlan, 2007).

3. Kriteria Kepatuhan

Menurut Depkes RI (2004), kriteria kepatuhan dalam melaksanakan

tindakan kesehatan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :

a. Patuh

Patuh adalah suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah ataupun aturan,

dan semua aturan dan perintah tersebut telah dilakukan dan semuanya benar.

b. Kurang Patuh

Kurang patuh adalah suatu tindakan yang melaksanakan perintah dan aturan

hanya sebagian dari yang ditetapkan atau dengan sepenuhnya namun tidak

sempurna.

c. Tidak Patuh

Tindakan yang tidak melaksanakan perintah/aturan sama sekali.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan dalam penelitian

ini adalah tingkat kepatuhan menurut Depkes R.I Tahun 2004 oleh karena kriteria

kepatuhan tersebut sesuai dengan tindakan yang dilakukan yaitu tindakan

kesehatan yang kriteria kepatuhannya dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :

22

Page 23: BAB I baru bgt

1) Patuh : 80 %-100%

2) Kurang patuh : 60-79%

3) Tidak patuh : <60 %.

D. Kepatuhan dalam Pencegahan Kaki Diabetik

Kepatuhan dalam pencegahan kaki diabetik adalah kepatuhan pasien dalam

melakukan pencegahan primer dan pasien mau melakukan perawatan kaki. Upaya

pencegahan terjadinya dan pengendalian kaki diabetik diperlukan adanya

keterlibatan berbagai pihak terutama dari pasien dan keluarga. Hal-hal yang dapat

mencegah dan mengendalikan kaki diabetik yaitu (Indian Health Diabetes Best

Practice, 2011, Adhiarta, 2011;Gitarja, 2008; National Development Education

Program, 2008; Batros, Kozody dan Orsted, 2008 ) :

1. Kepatuhan Mengontrol Gula Darah

Ada empat hal utama yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kadar gula

darah, yaitu :

a. Pengaturan makan/diet dengan penekanan pada pentingnya keteraturan makan

dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan.

b. Olahraga/aktivitas fisik secara teratur yakni 3-5 kali seminggu selama 30-60

menit.

c. Pengobatan yang sesuai petunjuk dokter bila gula darah tidak dapat

dikendalikan dengan pengaturan pola makan dan latihan fisik.

d. Evaluasi kesehatan dengan melakukan evaluasi medis secara lengkap meliputi

pemeriksaan fisik, riwayat penyakit, dan pemeriksaan laboratorium (Kristiana,

2012).

23

Page 24: BAB I baru bgt

2. Kepatuhan Untuk Menghindari Merokok

Merokok merusak pembuluh darah dan sirkulasi, dan juga mempengaruhi

penyembuhan luka secara buruk yang dapat menyebabkan amputasi tungkai dan

kaki (Ilham, 2013).

3. Kepatuhan Melakukan Senam Kaki

Pasien diabetes mellitus dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani atau

senam kaki sesuai dengan kemampuan tubuh (Tambunan dan Gultom dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013). Senam kaki dilakukan pada

posisi berdiri, duduk, dan tidur manfaatnya :

a) Membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan memperkuat

otot-otot kaki, otot betis, dan paha.

b) Mengatasi adanya keterbatasan gerak sendi

c) Mencegah terjadinya kelainan bentuk pada kaki

Langkah-langkah senam kaki :

a) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak di atas

bangku dengan kaki menyentuh lantai;

b) Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu

dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali;

c) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat ujung telapak kaki

ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki

diangkat ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara

bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

24

Page 25: BAB I baru bgt

d) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat

gerakan memutar ke arah samping dengan pergerakan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali. Lalu turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke tengah.

e) Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat pergerakan pada

pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

f) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakkan jari-jari kaki ke depan

turunkan kembali secara bergantian ke kiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.

g) Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan

gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.

h) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke-8, namun gunakan kedua

kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

i) Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakkan

pergelangan kaki ke depan dan ke belakang.

j) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,

tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara bergantian.

k) Letakkan sehelai koran di lantai. Bentuk kertas menjadi bola dengan kedua

kaki. Kemudian, buka bola dan bentuk menjadi lembaran seperti semula

menggunakan kedua kaki. Cara ini dilakukan sekali.

l) Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.

m) Sebagian koran disobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.

n) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu

letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.

o) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola (Soegondo dan

Sukardji, 2008).

25

Page 26: BAB I baru bgt

4. Kepatuhan Melakukan Perawatan Kaki

Edukasi perawatan kaki pada pasien dan keluarga yang meliputi

kebersihan kaki, perawatan kuku, pemilihan alas kaki, pencegahan dan

pengelolaan cedera awal pada kaki.

a. Perawatan kuku

1) Rutin setiap hari dibersihkan saat mandi dan setelah mandi;

2) Bersihkan kuku dengan air sabun dan waslap untuk membersihkan permukaan

dan dasar kuku;

3) Gunakan ujung kikir untuk mengeluarkan kotoran dari bagian bawah kuku

lalu keringkan kuku dan jari-jari kaki;

4) Jika kuku kotor dan keras lakukan perendaman kaki dengan air hangat selama

5 menit sambil menyikat kuku dengan sikat kuku dan sabun lunak agar kotoran

yang ada di kuku lepas dan kuku mudah untuk dipotong, lalu bersihkan dengan air

dan keringkan dengan handuk kecil termasuk jari dan sela-sela jari;

5) Beri lotion pada kuku setiap hari agar kuku tidak keras;

6) Pemotongan kuku setiap 2 hari dengan kikir, tidak dianjurkan menggunakan

silet atau gunting kuku. Menggunting kuku dengan cara mulai dari sudut ke

tengah dan ke sudut yang lain mengikuti bentuk kuku normal, agak merata dan

tidak terlalu pendek, jangan sampai melukai jaringan sekitar kuku; dan

7) Periksa kuku setiap hari.

b. Perawatan kulit

1) Mencuci kaki dengan lembut;

2) Gosoklah telapak kaki dengan batu apung selama < 5 menit, bersihkan dengan

air dan keringkan dengan handuk lembut dengan hati-hati terutama sela-sela jari.

26

Page 27: BAB I baru bgt

Kaki yang basah akan mudah retak atau pecah-pecah sehingga mudah terinfeksi

jamur;

3) Gunakan lotion pada kaki setiap hari terutama daerah kering dan retak. Pada

sela jari jangan diberi lotion;

4) Jangan menggunakan silet atau pisau untuk mengurangi kapalan

5) Gunakan kaos kaki yang menyerap keringat misalnya dari wol atau katun,

sehingga terjadi sirkulasi udara pada kaki menyebabkan kulit tetap kering. Jangan

terlalu ketat, dan gantilah setiap hari; dan

6) Periksa kaki setiap hari terutama telapak kaki. Gunakan kaca kecil untuk

membantu memudahkan melihat : kulit yang pecah, terpotong, tergores, melepuh,

luka, perubahan warna. Rasakan dengan teliti : perubahan suhu karena kaki harus

teraba hangat (Kristiana, 2012).

c. Memilih alas kaki yang baik

Selalu berusaha untuk memeriksa bagian dalam sepatu, apakah dasar licin

dan rata. Bila membeli sepatu baru, perhatikanlah agar sepatunya tidak terlalu

sempit. Belilah sepatu yang kulitnya lemas. Sepatu baru sebaiknya mula-mula

hanya dipakai untuk beberapa jam saja, untuk membiasakan diri. Untuk sepatu

olahraga belilah ½ ukuran lebih besar daripada sepatu biasa sehari-hari dan

gunakan kaos kaki katun yang tebal. Bila telah menderita neuropati diabetes,

janganlah berjalan tanpa alas kaki. Demikian pula baik di rumah atau di pantai

harus selalu memakai alas kaki. Bila berjalan di atas lantai yang panas pada siang

hari tanpa alas kaki, kaki dapat terluka tanpa merasakannya.

1) Panjang

27

Page 28: BAB I baru bgt

Pasien diabetes mellitus harus memastikan terdapat ruang yang cukup

untuk jari kaki bergerak 1,5-2 cm, agar ketika berdiri ruang untuk jari kaki cukup.

2) Lebar

Usahakan agar bila berdiri masih cukup ruang saat jari kaki rata tanah,

jangan sampai kelingking tertekan alas kaki tersebut.

3) Belakang Kaki

Bagian belakang kaki harus sesuai dengan ukuran kaki, sebaiknya tidak

bergerak ke atas atau ke bawah pada bagian belakang alas kaki.

4) Tali Sepatu

Sebaiknya gunakan sepatu yang memakai tali sepatu yang dapat

dikencangkan. Hal ini akan mencegah kaki bergerak maju mundur.

5) Kedalaman Alas Kaki

Bahan sepatu tidak boleh menekan jari kaki, gambaran kaki pada kulit

penutup tidak boleh tampak, karena bila tampak maka sepatu tidak cukup

dalam/tinggi.

6) Hak Sepatu

Hak sepatu sebaiknya jangan melebihi 3 cm dan makin lebar makin baik

(Soegondo dan Sukardji, 2008).

28

Page 29: BAB I baru bgt

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau ikatan antara

konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin di teliti (Setiadi,

2013). Kerangka konsep penelitian dijabarkan sebagai berikut :

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Alur pikir

Gambar 1Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam Pencegahan Kaki Diabetik di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014

29

Kaki Diabetik

Kepatuhan terhadap pencegahan kaki diabetik meliputi :

1. Kontrol gula darah2. Hindari merokok3. Olahraga yang

teratur termasuk senam kaki

4. Edukasi perawatan

kaki pada pasien dan keluarga

Faktor yg mempengaruhi tk. kepatuhan :

1. Pendidikan2. Jenis Kelamin3. Usia

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kaki diabetik :1) Kadar glukosa darah

tidak terkontrol.2) Kebiasaan merokok.3) Ketidakpatuhan Diet

DM.4) Kurangnya aktivitas

Fisik.5) Pengobatan tidak

teratur.6) Perawatan kaki tidak

teratur.7) Penggunaan alas

kaki tidak tepat.

Page 30: BAB I baru bgt

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi

nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara

empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2013). Variabel pada penelitian ini

adalah tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2 dalam pencegahan kaki

diabetik.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang

akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

Untuk menghindari perbedaan persepsi, maka perlu disusun definisi operasional

yang merupakan penjelasan lanjut dari variabel sebagai berikut:

Tabel 1Definisi Operasional Variabel Penelitian

Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam Pencegahan Kaki Diabetik di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014

VariabelDefinisi Operasional

VariabelAlat Ukur Skala

1 2 3 4

Tingkat

Kepatuhan Pasien

Diabetes Mellitus

Tipe 2 dalam

Pencegahan Kaki

Diabetik

Kepatuhan yang

dilakukan pasien

diabetes mellitus tipe

2 dalam mencegah

kaki diabetik berupa :

Kuesioner Ordinal

a. Patuh, jika

jumlah skor jawaban

kuesioner tentang

30

Page 31: BAB I baru bgt

1. Kepatuhan

mengontrol gula

darah yaitu

pengaturan

makan/diet hal

jadwal makan,

jenis, dan jumlah

makanan,olahraga/

aktivitas fisik

secara teratur

yakni 3-5 kali

seminggu selama

30-60 menit,

pengobatan yang

sesuai petunjuk

dokter, dan

evaluasi kesehatan

dengan melakukan

evaluasi medis

secara lengkap

meliputi

pemeriksaan fisik,

riwayat penyakit,

dan pemeriksaan

laboratorium, dan

kepatuhan untuk

tidak merokok.

kepatuhan dalam

mengontrol gula

darah dan

menghindari

merokok 4-5 poin

b. Kurang patuh, jika

jumlah skor jawaban

kuesioner tentang

kepatuhan dalam

mengontrol gula

darah dan

menghindari

merokok 3 poin

c. Tidak patuh, jika

jumlah skor jawaban

kuesioner tentang

kepatuhan dalam

mengontrol gula

darah dan

menghindari

merokok 0-2 poin

2. Kepatuhan

melakukan

olahraga terutama

senam kaki.

Kuesioner Ordinal

a. Patuh jika jumlah

skor jawaban

31

Page 32: BAB I baru bgt

kuesioner tentang

kepatuhan terhadap

senam kaki 12-14

poin

b. Kurang patuh, jika

jumlah skor jawaban

kuesioner tentang

kepatuhan terhadap

senam kaki 9-11 poin

c. Tidak patuh, jika

jumlah skor jawaban

kuesioner tentang

kepatuhan terhadap

senam kaki 0-8 poin

3. Kepatuhan dalam

memperoleh

edukasi tentang

perawatan kaki

seperti perawatan

kuku kaki,

perawatan kulit

kaki, dan memilih

alas kaki yang

baik.

Kuesioner Ordinal

a. Patuh, jika jumlah

skor jawaban

kuesioner tentang

kepatuhan terhadap

perawatan kaki 15-

18 poin

b. Kurang patuh, jika

jumlah skor jawaban

kuesioner tentang

32

Page 33: BAB I baru bgt

kepatuhan terhadap

perawatan kaki 11-

14 poin

c. Tidak patuh, jika

jumlah skor jawaban

kuesioner tentang

kepatuhan terhadap

perawatan kaki 0-10

poin

33

Page 34: BAB I baru bgt

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

tentang suatu keadaan secara objektif (Setiadi, 2013). Pendekatan yang digunakan

adalah cross sectional, yaitu jenis penelitian observasional yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen di mana

pengukurannya dilakukan pada satu saat (serentak) (Budiman, 2011).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas I Denpasar Selatan. Tempat

ini dipilih karena memenuhi kriteria sampel penelitian. Penelitian ini akan

dilakukan selama satu bulan dari April sampai dengan Mei tahun 2014.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung ke

Puskesmas I Denpasar Selatan.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Budiman, 2013). Pada penelitian ini

34

Page 35: BAB I baru bgt

yang menjadi sampel adalah pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 yang kontrol

di Puskesmas I Denpasar Selatan. Menurut Setiadi (2013), untuk penelitian

deskriptif, dapat menggunakan formula :

n= N

1+N (d2)

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Tingkat kesalahan (0,05)

Berdasarkan data dari Puskesmas I Denpasar Selatan didapatkan data

jumlah populasi pasien diabetes mellitus tipe 2 Bulan Desember 2013 sebanyak

102 orang. Jika data tersebut dimasukan ke dalam formula di atas, maka :

n= 102

1+102(0,05)2

= 83,26

= 83 responden

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan jumlah sampel sebanyak 83

responden yang terdiri dari seluruh pasien yang melakukan rawat jalan Puskesmas

I Denpasar Selatan yang memenuhi kriteria inklusi.

3. Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian. Persyaratan subyek yang bisa diikutsertakan dalam penelitian ini

ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi

merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel

penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2003 dalam Hidayat

35

Page 36: BAB I baru bgt

2009). Sedangkan kriteria eksklusi adalah mengeluarkan karakteristik-

karakteristik sampel yang tidak kita harapkan

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang datang kontrol ke Puskesmas I Denpasar

Selatan,

b. Bersedia dan kooperatif menjadi responden,

c. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang umurnya ≥ 36 tahun

d. Belum terkomplikasi kaki diabetik,

e. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang dapat membaca dan menulis.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien yang gangguan pendengaran,

b. Pasien yang tuna wicara.

4. Teknik Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari suatu populasi

untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian

ini adalah non probability sampling yaitu consecutive sampling, di mana

pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi

kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi

(Sugiyono, 2001 dalam Hidayat, 2009).

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data yang Dikumpulkan

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer berupa data

kepatuhan untuk mengontrol gula darah, kepatuhan untuk tidak merokok,

36

Page 37: BAB I baru bgt

kepatuhan untuk melakukan olahraga yang teratur termasuk senam kaki, dan

kepatuhan untuk melakukan perawatan kaki.

2. Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan langsung dengan menggunakan angket. Langkah-

langkah pengumpulan data yaitu dengan pendekatan formal kepada petugas di

Puskesmas I Denpasar Selatan dalam mencari sampel penelitian, kemudian

melakukan pemilihan kriteria inklusi dan terakhir pendekatan secara informal

kepada sampel yang diteliti dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,

memberikan lembar persetujuan dan jika subjek bersedia untuk diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan dan jika subjek menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak responden.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Data kepatuhan pencegahan kaki diabetik dikumpulkan dengan kuesioner.

Kuesioner dikembangkan berdasarkan konsep kepatuhan untuk mengontrol gula

darah, kepatuhan untuk tidak merokok, kepatuhan untuk melakukan olahraga

yang teratur termasuk senam kaki, dan kepatuhan untuk memperoleh edukasi

perawatan kaki. Dalam kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian yaitu

karakteristik responden dan daftar pertanyaan tentang kepatuhan dalam

pencegahan kaki diabetik. Dalam kuesioner tentang karakteristik responden

memuat tentang umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama mendertita diabetes

mellitus. Sedangkan daftar pertanyaan tentang kepatuhan dalam pencegahan kaki

diabetik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 memuat 37 pernyataan dengan

menggunakan skala Gutman dengan dua alternatif jawaban yaitu ”ya” dan ”tidak”

dimana responden menjawab sesuai dengan pendapatnya sendiri. Pertanyaan

37

Page 38: BAB I baru bgt

nomor 1-4 memuat pernyataan tentang kepatuhan dalam mengontrol gula darah,

pertanyaan nomor 5 memuat pernyataan tentang kepatuhan untuk menghindari

merokok, pernyataan nomor 6-19 memuat pertanyaan tentang kepatuhan dalam

senam kaki dan pernyataan nomor 20-37 memuat pernyataan tentang kepatuhan

dalam perawatan kaki.

Untuk pernyataan positif masing-masing jawaban memiliki skor, ya = 1

dan tidak = 0 sedangkan untuk pernyataan negatif masing-masing jawaban

memiliki skor, ya = 0 dan tidak = 1.

Sebelum kuesioner digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas pada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel

penelitian. Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan di Puskesmas IV Denpasar

Selatan dengan jumlah responden 30 responden. Uji validitas dan reliabilitas

dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dimana dihitung

korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total. Dari hasil

analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini

kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel. Pengujian uji dua sisi dengan taraf

signifikasi 0,05 memiliki kriteria pengujian sebagai berikut: jika r hitung > r tabel

maka item pertanyaan berkorelasi signifikansi terhadap skor total dan dinyatakan

valid, sedangkan jika r hitung < r tabel maka item pertanyaan tidak berkorelasi

secara signifikansi terhadap skor total dan dinyatakan tidak valid. Kategori skor

uji validitas adalah 0,800-1,000: sangat tinggi, 0,600-0,799: tinggi, 0,400-0,599:

cukup tinggi, 0,200-0,399: rendah, 0,000-0,199: sangat rendah (tidak valid)

(Hidayat, 2009). Setelah mengukur validitas, maka perlu dilakukan uji reliabilitas

dengan menggunakan rumus Spearman Brown:

38

Page 39: BAB I baru bgt

r11=

2.r b

1+rb

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb : korelasi product moment antara belahan

Analisis keputusan apabila r11 > r tabel berarti reliable dan apabila r11 < r tabel

berarti tidak reliable (Hidayat, 2009). Apabila beberapa item pertanyaan dalam

kuesioner tidak valid atau tidak reliable, maka item pertanyaan akan diganti

dengan pertanyaan yang baru. Kemudian akan dilakukan uji validitas dan

reliabilitas ulang pada kuesioner yang telah diperbaiki.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah teknik pengolahan data yaitu (Setiadi, 2013) :

a. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh

para pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini

dilakukan terhadap kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan relevansi

jawaban.

b. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden

ke dalam bentuk angka/bilangan. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara

memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

39

Page 40: BAB I baru bgt

c. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang

sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-

entry dari kuisioner ke paket program komputer.

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-

entry apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa statistik deskriptif.

Frekuensi distribusi digunakan untuk mengorganisasi data secara sistematis dalam

bentuk angka yang paling rendah ke yang paling tinggi. Jawaban dari responden

pada kuesioner tingkat kepatuhan pencegahan kaki diabetik dilakukan scoring.

Pemberian skor dari tingkat kepatuhan untuk masing-masing pernyataan tersebut

berdasarkan skala Guttman yaitu :

a. Kepatuhan dalam mengontrol gula darah dan menghindari merokok memuat 5

pernyataan positif :

1) Skor 0 : bila responden menjawab “tidak”

2) Skor 1 : bila responden menjawab “ya”

b. Kepatuhan terhadap senam kaki memuat 14 pernyataan positif :

1) Skor 0 : bila responden menjawab “tidak”

2) Skor 1 : bila responden menjawab “ya”

c. Kepatuhan terhadap perawatan kaki memuat 15 pernyataan positif dan 3

pernyataan negatif :

40

Page 41: BAB I baru bgt

1) Pernyataan Positif

a) Skor 1 : bila responden menjawab “ya”

b) Skor 0 : bila responden menjawab “tidak”

2) Pernyataan Negatif

a) Skor 0 : bila responden menjawab “ya”

b) Skor 1 : bila responden menjawab “tidak”

Penilaian pada masing-masing item kepatuhan pencegahan kaki diabetik

dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

P =

FN x 100 %

Keterangan :

P = persentase hasil

F = jumlah jawaban yang benar

N = jumlah pertanyaan

(Setiadi, 2007)

Setelah responden mengisi kuesioner sesuai dengan penelitian responden

tentang dirinya dan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan maka didapatkan:

1. Kepatuhan dalam mengontrol gula darah dan menghindari merokok

a. Patuh, jika jumlah skor jawaban kuesioner tentang kepatuhan dalam

mengontrol gula darah dan menghindari merokok 4-5 poin

b. Kurang patuh, jika jumlah skor jawaban kuesioner tentang kepatuhan dalam

mengontrol gula darah dan menghindari merokok 3 poin

c. Tidak patuh, jika jumlah skor jawaban kuesioner tentang kepatuhan dalam

mengontrol gula darah dan menghindari merokok 0-2 poin.

41

Page 42: BAB I baru bgt

2. Kepatuhan terhadap senam kaki

a. Patuh jika jumlah skor jawaban kuesioner tentang kepatuhan terhadap senam

kaki 12-14 poin

b. Kurang patuh, jika jumlah skor jawaban kuesioner tentang kepatuhan terhadap

senam kaki 9-11 poin

c. Tidak patuh, jika jumlah skor jawaban kuesioner tentang kepatuhan terhadap

senam kaki 0-8 poin

3. Kepatuhan terhadap perawatan kaki

a. Patuh, jika jumlah skor jawaban kuesioner tentang kepatuhan terhadap

perawatan kaki 15-18 poin

b. Kurang patuh, jika jumlah skor jawaban kuesioner tentang kepatuhan terhadap

perawatan kaki 11-14 poin

c. Tidak patuh, jika jumlah skor jawaban kuesioner tentang kepatuhan terhadap

perawatan kaki 0-10 poin

4. Kepatuhan terhadap ketiga program pencegahan kaki diabetik

a. Patuh, jika jumlah skor jawaban kuesioner 30-37 poin atau 80-100%

b. Kepatuhan sedang, jika jumlah skor jawaban kuesioner 23-29 poin atau 60-

79%

c. Kepatuhan rendah, jika jumlah skor jawaban kuesioner 0-22 poin atau < 60%.

42

Page 43: BAB I baru bgt

Daftar Pustaka

Ahlan, 2007, Rubrik Penelitian, (online), available : http//:www.google.co.id. (6 Januari 2014).

Bali Post, 2012, Di Bali Penyakit Noninfeksi Didominasi DM dan Hipertensi. (online),available:http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=24&id=66866 (19 Desember 2013).

Brilian, 2014, Tiap 6 Detik Pasien Meninggal Akibat Diabetes, (online), available :http://www.tabloidnova.com (19 Januari 2014)

Budiman, 2011, Penelitian Kesehatan, Bandung : Refika Aditama.

Choirul, Ilham, 2013 Pasien Diabetes yang Merokok Lebih Mungkin Menjalani Amputasi Kaki, (online), available : http://sidomi.com/250393/pasien-diabetes-yang-merokok-lebih-mungkin-menjalani-amputasi-kaki / (12 Januari 2014).

Depkes RI, 2004, Pedoman Umum Keperawatan Dasar di RS dan Puskesmas, Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI, 2009, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus, Jakarta : Depkes RI.

Dinkes Denpasar, 2012, Sepuluh Penyakit yang Terdapat di Kota Denpasar, (online), available : http://dinkes.denpasarkota.go.id (12 Januari 2014).

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Edisi Kedua, Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Febrianto, Ahmad Aris, 2013, Diabetes Mellitus. (online), available : http://d-cocrocz.blogspot.com/2013/05/diabetes-melitus.html, (5 Januari 2014).

Firmansyah, Iman, 2013, Pendahuluan. (online), available : http://www.scribd.com/doc/153314912/4-BAB-1-Br-23sep, (5 Januari 2014).

Fransisca, Kristiana, 2012, Awas Pankreas Rusak Penyebab Diabetes, Jakarta : Cerdas Sehat.

Hastuti, Rini Tri, 2008, Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika pada Penderita DM di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Tesis), (online), available: http://eprints.undip.ac.id/18866/1/Rini_Tri_HHastuti.pdf, (5 Januari 2014).

43

Page 44: BAB I baru bgt

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika.

Indian Health Diabetes Best Practice, 2011, Foot Care, (online), available : http://www.ihs.gov/MedicalPrograms/Diabetes/HomeDocs/Tools/BestPractices/2011_BP_FootCare_508c.pdf, (5 Januari 2014).

Misnadiarly, 2006, Diabetes Mellitus : Ulcer, Infeksi, Ganggren, Jakarta : Populer Obor.

Mubarak, W, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek, Jakarta : Sagung Seto.

PERKENI, 2011, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia, Jakarta: PB.PERKENI.

Puskesmas I Denpasar Selatan, 2013, Laporan Tahunan Puskesmas I Denpasar Selatan, Denpasar: Puskesmas I Denpasar Selatan.

Riyadi, S. dan Sukarmin, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin Pada Pankreas. Ed. 1, Yogyakarta: Graha Ilmu.

R.A, Nabyl, 2012, Panduan Hidup Sehat : Mencegah dan Mengobati Diabetes Mellitus, Yogyakarta : Aulia Publishing.

Setiadi, 2007, Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

, 2013, Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soegondo,S., dan Sukardji, K., 2011, Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melltus Kencing Manis Sakit Gula, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Sunaryo, 2004, Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.

Suparyanto, 2010, Konsep Dasar Kepatuhan, (online), available : http://www.carantrik.com/2010/10/konsep-kepatuhan-1.html/m=1(5 Januari 2014)

Trisnawati, 2013, Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di Puskesmas Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2013 (Skripsi), Denpasar : Universitas Udayana.

Yusuf, Sadly. 2010. 10 Tips Perawatan Kaki Diabetes. (online), available : http://saldyusuf.blogspot.com/2010/04/10-tips-perawatan-kaki-diabetes.html, (5 Januari 2014).

44