iidigilib.akbidyo.ac.id/files/berbagi/prosiding seminar... · 2017. 10. 16. · tian terdiri...

82

Upload: others

Post on 16-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ii •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

  • • iii

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Alloh SWT, maka selesailah penyusunan prosiding “Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan Bidan Indonesia Menuju Pelayanan Prima”. Seminar ini merupakan forum komunikasi dan konsultasi antar berbagai pihak yang terkait di bidang keehatan khususnya kebidanan. Seminar ini dihadiri oleh perwakil an pendidik/dosen di beberapa institusi pendidikan kebidanan di Indonesia.

    Profesi bidan erat kaitannya dengan kualitas kesehatan perempuan. Indikator kesehatan suatu negara pun disadari atau tidak, sangat berkaitan dengan profesi bidan. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia yang tidak berkurang secara signifikan selama ber-tahun-tahun, bukan tidak mungkin justru berkaitan dengan penurunan kualitas bidan, sebagai pengawal garda depan kesehatan perempuan dan anak.

    Tidak dapat dipungkiri, bahwa profesi bidan cukup menjanjikan masa depan yang cerah. Kondisi tersebut menyebabkan banyak spekulan bermodal yang terjun ke pendidikan bidan dengan cara berlomba-lomba mendirikan sekolah bidan. Dengan dalih upaya meningkatkan derajat kesehatan, maka berdirilah berbagai macam sekolah bidan, diikuti dengan lulusnya beribu-ribu bidan, dengan potensi masalah kualitas lulusan yang cukup besar. Banyaknya jumlah sekolah bidan, tidak secara otomatis diikuti peningkatan kualitas pendidikan, sehingga tentu saja terjadi penurunan kualitas lulusan. Kesulitan menjangkau sebagian komunitas yang berada di daerah terpencil juga menambah persoalan tersendiri. Kondisi tersebut menjadi semacam lingkaran yang tak berkesudahan, dan menyebabkan Indonesia semakin terpuruk, ditinjau dari segai kualitas kesehatan masyarakatnya.

    Kegiatan workshop dan seminar nasional merupakan upaya menyamakan persepsi dan merumuskan bersama pola pendidikan bidan yang berkualitas sehingga lembaga pendidik-an dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berkarakter baik. Narasumber pada workshop ini berasal dari Kementrian Kesehatan, Kementrian Pembangunan Daerah Terting-gal, Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI), Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Narasumber dari Kementrian Kesehatan diharapkan dapat memberi gambaran umum antara lain tentang proyeksi kebutuhan bidan di masa depan dan pentingnya bidan berkuali-tas bagi peningkatan kesehatan ibu dan anak. Pembicara dari Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal membahas peranan bidan berkualitas bagi percepatan penyetaraan daerah tertinggal. Pembicara dari DIKTI, AIPKIND, IBI, POGI mengevaluasi standar pendidikan bi-dan versi WHO, disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Pada akhir workshop, diharapkan terbentuk kemitraan pendidik bidan seluruh Indonesia dan kesepakatan bersama tentang pola pendidikan bidan yang berkualitas. Kemitraan pendidik bidan dibentuk dalam upaya memben-tuk kebersamaan antar institusi pendidikan bidan dalam hal penelitian, pertukaran informasi, pertukaran mahasiswa dan pengembangan pendidikan. Kesepakatan bersama tentang pola

  • iv •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    pendidikan bidan Indonesia selanjutnya akan diajukan ke DIKTI, sebagai usulan bagi penyu-sunan peraturan tentang kualitas institusi pendidikan bidan Indonesia.

    Sebagai bentuk nyata pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, institusi pendidikan me-nampilkan hasil penelitian di bidang pendidikan ataupun pelayanan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk poster, yang dipasang sejak hari pertama. Peserta mempresentasikan hasil penelitiannya, siap disamping poster masingmasing sesuai jadwal penayangan. Kemudian naskah yang sudah dipresentasikan ini dibuat sebuah prosiding.

    Prosiding ini disusun dari kumpulan naskah yang dikirim oleh peserta dan disampaikan dalam poster presentation yang terbagi menjadi tiga topik: pendidikan kebidanan, kesehatan reproduksi, promosi kesehatan.

    Akhirnya kami ucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas ker-jasama dari semua pihak dalam penyelenggaraan seminar dan prosiding.

    Yogyakarta, 10 Maret 2013

    Panitia

  • • v

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    DAFTAR ISI

    1. PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KESEHATAN RUMAH SAKIT TERHADAP BAHAYA PENULARAN PENYAKIT Yuni Fitriana, dr. tjahjono kuncoro, Yovita indrayati ............................................................... 12. STUDI DISKRIPTIF PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP MUTU PROSES PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2010 Rinayati, ambar dwi erawati, sri Wahyuning, didik Wahyudi .................................................. 93. PENGARUH PENYULUHAN PIJAT BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PIJAT BAYI DI POSYANDU DUSUN PELEMSEWU PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL endang khoirunnisa ................................................................................................................. 144. HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, ZAT BESI (Fe), PERTAMBAHAN BERAT BADAN SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR Rr. nur Fauziyah, Hanani sylvia ............................................................................................. 205. PERLINDUNGAN HUKUM BIDAN DESA SIAGA TERKAIT DENGAN UNDANG –UNDANG NO 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTEK DOKTER DI KABUPATEN SEMARANG ambar dwi erawati, Rinayati, didik Wahyudi ........................................................................... 306. PEMANFAATAN MEDIA VIDEO PADA PEMBELAJARAN ASKEB II DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN SEMESTER III POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA nurul ariningtyas ...................................................................................................................... 367. PENINGKATAN PROFESIONALISME BIDAN SEBAGAI PENDIDIK DAN PELAKSANA PELAYANAN KEBIDANAN; STUDI KASUS DI RBBP LARASHATI YOGYAKARTA eka nur Rahayu, istri Bartini .................................................................................................... 448. PERBEDAAN STATUS GIZI BALITA MENDAPAT AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DAN AIR SUSU IBU TIDAK EKSKLUSIF DI DESA KEPARAKAN LOR KOTA YOGYAKARTA Wiwin Hindriyawati, era Revika ................................................................................................ 539. HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN PERKIRAAN BERAT JANIN DI PUSKESMAS GAMPING II SLEMAN eva kumalasari, Waryono, nining tunggal sri sunarti ............................................................ 5910. OBYEK ILMU KEBIDANAN DALAM PERSPEKTIF ILMU MENURUT PROF. DR. AHMAD TAFSIR SEBAGAI ARAH PENGEMBANGAN ILMU KEBIDANAN Ngadiyono, Elisa Lutfiana, Bahiyatun ....................................................................................... 6411. KORELASI STATUS GIZI, TEKNIK MENYUSUI DENGAN LAMA MENYUSUI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBIRU HILIR BANDUNG TAHUN 2012 Maryati sutarno, Rr. nur Fauziyah ........................................................................................... 70

  • vi •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

  • • 1

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KESEHATAN RUMAH SAKITTERHADAP BAHAYA PENULARAN PENYAKIT

    LEGAL PROTECTION THE HEALTH PROFESSIONAL IN HOSPITAL TOWARD THE DANGER OF INFECTIOUS DISEASES

    Yuni Fitriana1, Dr. Tjahjono Kuncoro2, Yovita Indrayati31Yuni Fitriana, S.ST.,M.H.Kes. Akademi Kebidanan Yogyakarta

    2Dr. Tjahjono Kuncoro, MPH.,Dr.PH. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang3Yovita Indrayati, SH, M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Khatolik Soegijapranata Semarang

    ABSTRAK

    Perlindungan hukum tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit terhadap bahaya penularan penyakit merupakan salah satu bentuk pelaksanaan hak asasi manusia, perlu dilakukan dalam memberikan rasa aman terhadap tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya setiap hari dan menjamin setiap profesi yang bekerja di rumah sakit berdasarkan standar prosedur operasional yang ada. Setiap rumah sakit dalam menjalankan kegiatan pelayanan kesehatan harus sesuai dengan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yaitu menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit atau disebut juga hospital by laws. Penelitian ini bertujuan membahas tentang pengaturan, pelaksanaan, ham-batan, dan cara mengatasinya dalam pelaksanaan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan rumah sakit terhadap bahaya penularan penyakit di rumah sakit Kabupaten Semarang Metode penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris. Spesifikasi penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis menggunakan teori dan asas hukum serta teori bidang kesehatan. Data yang dibutuhkan adalah data primer dan sekunder. Responden penelitian ini yaitu bidan dan pera-wat yang bekerja rumah sakit di Kabupaten Semarang.Berdasarkan hasil analisis, pengaturan perlindungan hukum di Rumah Sakit sudah sesuai dengan pera-turan yang berlaku dimana terdapat peraturan nomor 041/DIRUT/RSKS/VII/II tentang Peraturan Peru-sahaan Rumah Sakit serta yang mengatur tata laksana dan operasionalisasi dari perusahaan. Adanya Peraturan Komisaris PT. Ken Tanzah Makmur no 001/PERKOM/KTM/V/II tentang Hospital By Laws. Jaminan perlindungan kesehatan tersebut dilengkapi pula dengan program Jamsostek dan asuransi Av-ris. Rumah sakit telah menyediakan APD, SOP dan terbentuknya komite medik yang didalamnya ada K3. Rumah sakit ini baru beroperasi selama dua tahun, maka masih dalam tahap menyusun sistem bagi rumah sakit dan hingga saat ini belum terdapat kasus tenaga kesehatan yang tertular penyakit akibat kerja yang membutuhkan penyelesaian hukum.

    Kata Kunci: Perlindungan hukum, tenaga kesehatan, bahaya penyakit menular

    PENDAHULUANKonstitusi Negara Indonesia telah men-

    gatur hak asasi manusia di bidang kesehatan, yaitu di dalam Pasal 28H ayat (1) Undang Da-sar 1945. Ketentuan tentang hak asasi manu-sia sebagaimana dimaksud di dalam Konsti-tusi tersebut dijabarkan antara lain di dalam Undang-Undang No.39 tahun 2009 Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Un-dang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-

    kerjaan yang secara tegas mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja dan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Ketentuan Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut memberikan jaminan hak atas kesehatan tanpa kecuali termasuk tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit.

    Pasal 3 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, yaitu memberikan pelayanan per-lindungan terhadap keselamatan pasien,

  • 2 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    masya rakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. Dengan demikian, rumah sakit mempunyai kewajiban yang salah satunya memberikan pelayanan yang aman dan bermutu agar terwujud de-rajat kesehatan yang setinggi-tingginya, ter-masuk tenaga kesehatan yang dimiliki rumah sakit.

    Meningkatnya prevalensi kejadian pe-nyakit di rumah sakit berarti meningkat pula risiko tenaga kesehatan yang dapat tertular penyakit tersebut, khususnya bila kewas-padaan terhadap perantara penularan tidak dilaksanakan terhadap semua pasien. Tena-ga kesehatan di dalam memberikan pelayan-an kesehatan mendasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan sehingga tidak dapat menolak memberikan pelayanan hanya karena alasan pasien mengidap penyakit menular. Dengan tanggung jawab yang besar yang disandang oleh tenaga kesehatan tersebut khususnya pada rumah sakit, maka tenaga kesehatan perlu mendapat perhatian dan jaminan per-lindungan hukum.

    Metode PenelitianMetode pendekatan yang digunakan

    adalah yuridis empiris. Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

    Penelitian ini membutuhkan data primer (studi lapangan) dan data sekunder (studi pustaka). Alat yang digunakan data primer terdiri dari observasi, wawancara, dan pedo-man wawancara. Responden dalam peneli-tian terdiri perawat dan bidan yang bertugas di unit IRJ, IGD, IRI IBS, ICU. Wawancara di-lakukan pula kepada para pejabat struktural yaitu Direktur Utama, Kabag. SDM, Kabid. Diklat, Kabid.Perawatan, Ketua Komite Me-dis, dan Ketua Tim Pengendali Penyakit In-feksi sebagia informan kunci. Data Sekunder

    terdiri dari bahan hukum primer, hukum sekun der dan bahan hukum tersier. Analisis yang digunakan menggunakan teori hukum, asas hukum, dan teori dalam ilmu kesehatan serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini.

    HASIL 1. Gambaran Umum Rumah Kabupaten

    SemarangRumah Sakit Kabupaten Semarang ter-

    letak di Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah, yang dibangun pada tahun 2007. Rumah Sakit ini Kelas C dengan ijin opera-sional didasarkan pada Keputusan Bupati Semarang Nomor 648/049761/2009.

    Visi misi Rumah Sakit adalah “menjadi sebuah Rumah Sakit yang prima, melalui pela yanan kesehatan yang profesional, dan pendekatan yang bersifat holistik, berkesinam-bungan, serta paripurna”.

    Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Ken Saras yaitu pelayanan medis yang meliputi pelayanan IGD, IRI, iCu, IBS, IRJ; dan pelayanan umum, spesialis, gigi dan mulut. Pelayanan Penunjang meli-puti pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi dan Instalasi Gizi. Pelayanan unggulan rumah sakit ini antara lain sebagai pusat traumatologi, pusat penanggulangan kanker dan beautician center. Rumah Sakit ini telah bekerja sama dengan Rumah Sakit “nanyang tumour Hospital“ Guang Zhou China yang memadukan pengobatan medis modern dengan tradisional China dalam pe-nanganan penyakit kanker tersebut. 2. Pengaturan perlindungan hukum tena

    ga kesehatan terhadap bahaya penularan penyakit di Rumah Sakit Kabupaten Semarang.

  • • 3

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    Tabel 1. Hasil Wawancara Pengaturan Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kesehatan yang Bekerja di Rumah Sakit terhadap Bahaya Penularan Penyakit

    Kategori (1) Kata kunci (2)• Pengaturan perlindungan hukum• Ya ada peraturan perusahaan• Ya ada• Peraturan masuk pertama jama training• Disosialisaikan SDM dalam peraturan pe-

    rusahaan• Hospital By Law nya sudah memuat Stan-

    dar Pelayanan Minimal dan Medical Staff By Law

    • Peraturan Perusahaan itu sudah dijabar-kan

    Ya, ada peraturan perusahaan (S1)• ya itu ada di peraturan kita dijelaskan ketika masuk pertama oleh SDM • (S2)ya itu ada di peraturan kita dijelaskan ketika masuk pertama jaman • training (S3)Ya ada (S4,S5,S6)• ya itu dulu pernah kok disosialisasikan oleh SDM. Didalam peraturan pe-• rusahaan ada (S7)Kalau tidak salah Hospital By Law nya sudah memuat Standar Pelayanan • Minimal dan Medical Staff By Law (I1)Didalam Peraturan Perusahaan itu sudah dijabarkan, anda bisa mem-• pelajari. Saya saja pernah keberatan dengan nama Peraturan Perusa-haan mengapa tidak Peraturan Rumah Sakit. Karena setiap usaha itu adalah Perusahaan(I2)

    3. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Tenaga Kesehatan terhadap Bahaya Penularan Penyakit di Rumah Sakit Kabupaten Semarang

    Tabel 2. Hasil Wawancara Pelaksanaan Pengaturan Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kesehatan yang Bekerja di Rumah Sakit terhadap Bahaya Penularan Penyakit

    Kategori (1) Kata kunci (2)Pengaturan perlindungan hukum• Jamsostek dan Avris• Ada SOP• Kecelakaan akibat kerja Tim K3 • Dokternya gratis obat harga karyawan• APD tdk memadai, hanscoon, boot dan • kaca mata googel, tempat sampah in-feksius dan non infeksiusTata tertib karyawan juga ada, hak dan • tanggung jawab karyawan diatur dalam peraturan perusahaan

    Disini untuk jaminan social berupa jaminan hari tua, terus untuk jaminan • kesehatannya (S1)Avris untuk karyawan yang sudah tetap (S1)• Obatnya itu nanti ya bisa dengan harga untuk karyawan sendiri lah • (S2)Ya ada SOP tapi terkadang dimodifikasi (S2)• Tata tertib karyawan juga ada, hak dan tanggung jawab karyawan diatur • dalam peraturan perusahaan (S2)Ada mbak jamsostek dan sekarang Avris...(S2)• perlindungan diri kalau itu ada sarung tangan, disini tidak ada apron • mbak, tidak memadai (S2)Kami itu ada tim K3, jadi kalai kasus tertusuk jarum itu bisa dilaporkan • ke SDM lalu kita di cek(S2)Ada mbak jamsostek dan sekarang Avris (S3) • dokternya gratis, walau obatnya masih bayar tapi harga karyawan (S3)• ada sarung tangan, cuci tangan itu harus, tempat sampah yang medis • dan non medis sudah ada (S3)kena patahan ampul ketika membuka ampul itu Saya langsung melapor-• kan ke SDM dan disana dicatat. Punya SOP (S3)• Asuransi baru ya dari Avris terus Jamsostek(S4)• Kalau ketusuk jarum itu ada K3RS ya itu Keselamatan Kerja Karyawan • Rumah Sakit itu ada disini (S4)Jamsostek seperti itu Kalo Avris (S5)• Biasanya alat pelindung dirinya pakai sarung tangan, masker dan men-• jaga kondisi steril, namun di sini yang sangat berpotensi terhadap infeksi masih kurang mba APD nya, baju nya hanscoon yang untuk lain-lain kita pakai yang habis pakai..perlak juga minim (S5)karyawan yang ketusuk jarum atau kena apa kita bisa lapor yang meng-• urusi ada organisasinya (S5)Dari jamsostek, kalo asuransi ini baru diproses, namanya Avris (S6)• Ada mbak jamsostek dan sekarang Avris...(S7)• ya ada SOP (S7)• APD nya kurang memadai.Sepatu boot ya bentuknya seperti itu, mana • sarung tangan juga masih didaur ulang, kuranglah perlindungan dirinya padahal itu pastinya ada didalam peraturan (S7)Kami itu ada tim K3 jadi kalau kita cedera akibat kerja bisa langsung • lapor (S7)

  • 4 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    setiap ruangan sudah ada SOP (I1)• pastinya ada APD di setiap ruangan,tempat sampah sampah infeksius • dan non infeksi, (I1)jaminan kesehatan untuk karyawan. Kita juga sedang proses kerja sama • dengan asuransi avris untuk rawat inap(I2) Selama ini kan jika ada karyawan yang sakit berobat gratis tapi obat • kami hargai netto(I2)pemakaian sarung tangan, pemakaian masker dan alat-alat pelindung • lainnya. Itu kami sediakan sebagai perlindungan(I3)penerapan kewaspadaan universal itu, pada tim K3(I3)• Jamsostek sama Avris (I3)• SOP nya ada (I3)• Kena patahan ampul saja atau tertusuk jarum ada laporannya kok mbak • ke bagian PPI/tim K3 (I4)Penggunaan APD, buang sampah pada tempatnya, pembuangan jarum • (I4)ya jamsostek juga Avris (I4)• Dokternya free namun obat beli sendiri dengan harga netto(I4)• ya penyediaan APD, seperti boot, masker, kacamata google, hanscoon • dan topi. Penyediaan tempat sampah infeksius dan non infeksius, dan minimal cuci tangan (I5)Tim K3 dan PPI ini melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan jadi • yang terjadi kecelakaan akibat kerja (I6)

    4. Hambatan dan Cara Mengatasi Permasalahan dalam Pelaksanaan Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kesehatan yang Bekerja di Rumah Sakit terhadap Bahaya Penularan Penyakit di Rumah Sakit Kabupaten Semarang

    Tabel 3. Hasil Wawancara Hambatan Pelaksanaan Pengaturan Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kesehat an yang Bekerja di Rumah Sakit terhadap Bahaya Penularan Penyakit

    Kategori (1) Kata kunci (2)Pengaturan perlindungan hukum• Penyediaan APD blm memadai• TIM K3 belum ada formulir• Dana yang tidak mencukupi untuk men-• cover K3K3 belum tersosialisasi•

    tim PPI dan K3 dalam monitoring dan skreening. Karena SDM juga terba-• tas, penyediaan APD yang belum memadai. Untuk melengkapi prosedur dan formulir laporan yang dalam proses(S1)Selama ini belum dan kalaupun ada yang pasti rumah sakit ini akan • bertanggung jawab. Mungkin biaya belum ada sehingga avris juga baru ada(S2).Belum ya kita masih umur belia jadi mungkin belum menemui itu (I1)• Kalau kendala mungkin belum ya kecuali kami sedang proses berkembang • sehinga kendala kami ya pembiayaan oleh karena itu manajemen(I2)Pelaksaan K3 belum ada sosialisasi(I3)•

    PEMBAHASAN1. Pengaturan perlindungan hukum te

    naga kesehatan terhadap bahaya penularan penyakit di Rumah Sakit Kabupaten SemarangSalah satu kewajiban pengelola rumah

    sakit adalah memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit sebagai wujud pelaksanaan ketentuan hak asasi manusia. Peraturan internal dan

    kebijakan yang telah diterbitkan oleh Rumah Sakit terdiri dari:1) Peraturan Perusahaan dengan No 041/

    DIRUT/RSKS/VII/II yang berisi tentang Peraturan Perusahaan Rumah Sakit

    2) Peraturan Komisaris PT. Ken Tanzah Makmur no 001/PERKOM/KTM/V/II ten-tang Hospital By LawsRumah Sakit diwajibkan untuk membuat

    peraturan perusahaan yang disingkat dengan

  • • 5

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    PP sehingga Rumah Sakit ini mengeluarkan peraturan dengan nomor 041/DIRUT/RSKS/VII/II yang berisi tentang Peraturan Perusa-haan Rumah Sakit mengatur tata laksana dan operasionalisasi dari perusahaan ter-masuk berkaitan dengan ketenagakerjaan yang salah satunya mengatur perlindungan hukum terhadap tenaga kerjanya. PP ini se-. PP ini se-suai dengan UU No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Peraturan Perusahaan pada UU no. 13 tahun 2003, PP no 38 tahun 2007. Kepmen Tenaga Kerja No. Kep. 48/MEN/IV/2004 jo. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.16/MEN/XI/2011. Peraturan Perusahaan Rumah Sakit ini berbentuk peraturan perusa-haan yang ditandatangai oleh Dirut Rumah Sakit.

    Hal ini menunjukkan bahwa peraturan per usahaan yang ada di rumah sakit telah memenuhi azas kepatuhan terhadap hukum yang berlaku, azas manfaat serta azas kea-dilan. peraturan perusahaan ini disebutkan bahwa bentuk-bentuk perlindungan hukum bagi tenaga kerjanya antara lain mengatur tentang penghargaan, pengaturan hari libur resmi, upah, cuti, jaminan sosial, jaminan ke-celakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan keseha-tan.

    Ketentuan lain yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan adalah mengatur tentang Hospital By Laws (HBL). Hospital By Laws yang ada di Rumah Sakit didasarkan pada Peraturan Komisaris PT. Ken Tanzah Mak-Ken Tanzah Mak-mur no 001/PERKOM/KTM/V/II tentang Hos-pital By Laws. Berdasarkan peraturan perun-dangan yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang pedoman peraturan internal

    rumah sakit (Hospital By Laws) pada Bab II tentang Konsep dasar dan prinsip dinyata-kan bahwa pemeran utama dalam peraturan internal rumah sakit menurut JCAHO (Joint Commission on Accreditation of Healtcare Organization) adalah governing body. Pera-turan internal tersebut tidak memuat hal-hal yang bersifat teknis manajerial seperti halnya Standard Operating Procedure (SOP), dalam Hospital by laws Rumah Sakit juga mengatur tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan komite medik Rumah Sakit

    Perlindungan hukum pada tenaga kerja terhadap penularan penyakit menular seperti HIV AIDS juga telah diatur dalam Kepu-tusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigra-si Republik Indonesia Nomor: Kep. 68/MEN/IV/2004 tentang pencegahan dan penang-gulangan HIV/AIDS namun Rumah Sakit ini belum dapat memenuhi karena adanya keter-batasan kemampuan finansial.

    2. Pelaksanaan perlindungan hukum tenaga kesehatan terhadap bahaya penularan penyakit di Rumah Sakit Kabupaten SemarangBerdasarkan pelaksanaannya, sehu-

    bungan dengan berdirinya rumah sakit yang baru dua tahun dengan mengacu pada Per-aturan Perusahaan no 041/DIRUT/RSKS/VII/II dalam pasal 40 mengenai Jami-nan Perlindungan Kesehatan, serta Bab X tentang K3, maka sudah ada dua bentuk jaminan asuransi tenaga kerja yang diguna-kan di rumah sakit ini. Jaminan tersebut meli-puti Jamsostek dan yang masih dalam tahap proses adalah asuransi Avris. Asuransi Avris ini karyawan belum mengetahui hasilnya se-cara pasti karena masih proses dan belum terlaksana. Namun hal yang menggembira-

  • 6 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    kan dari penggunaan asuransi Avris ini ada-lah biaya premi asuransi tidak ditanggungkan terhadap tenaga kerja melalui pemotongan gaji namun semuanya ditanggung oleh pihak Rumah Sakit

    Pelaksanaan perlindungan yang selama ini telah berjalan dan diterapkan di rumah sakit ini bagi tenaga kerjanya yang terkena musibah sakit baik yang rawat jalan atau inap mendapatkan perawatan gratis untuk peme-riksaan dokter, obat masih membeli sendiri. dan bahkan untuk biaya rawat inap.

    Pihak rumah sakit lebih diupayakan ter-hadap tindakan pencegahan, dimana pence-gahan ini dapat dilaksanakan dengan cara adanya peraturan bahwa setiap tenaga kerja dalam melakukan aktivitas pekerjaannya harus sesuai dengan standar operasional prosedur kerjanya atau SOP. Pihak rumah sakit juga menerapkan sangsi-sangsi kepada pihak-pihak yang tidak melaksanakan kerja-nya berdasarkan SOP yang telah ditetapkan.

    Kewaspadaan universal bagi semua te-naga kesehatan yang ada di rumah sakit yaitu ditunjukkannya peraturan dimana setiap kali melakukan tindakan diwajibkan mengguna-kan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker dan alat pelindung lainnya. Namun hasil observasi di lapangan alat pelindung diri seperti sepatu boot, celemek, kacamata, masker yang disediakan di setiap ruangan sangat kurang jumlahnya dan masih dilakukan pemakaian kembali pada barang-barang atau peralatan yang seharusnya habis pakai teru-tama handscoon masih dilakukan daur ulang melalui proses dekontaminasi dan sterilisasi.

    Pelaksanaan perlindungan hukum di Ru-mah Sakit Kabupaten Semarang sebenarnya masih terkendala mengenai satu hal yaitu be-lum adanya peraturan tentang perlindungan terhadap penyakit menular seperti HIV AIDS.

    3. Hambatan dan cara mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit terhadap bahaya penularan penyakit di Rumah Sakit Kabupaten Semarang Hasil penelitian mendapatkan bahwa

    hambatan internal secara yuridis tidak ditemu-kan dimana semua peraturan perundangan yang berlaku telah sesuai dengan peraturan yang ada di rumah sakit baik dari Peraturan Perusahaan, Hospital By Laws, SPM, dan Komite Medik. Rumah Sakit ini belum mela-lui proses akreditasi ataupun ISO sebagai produk penjaminan mutu pelayanan kese-hatan, hal ini yang menjadi hambatan secara internal karena usia berdirinya Rumah Sakit ini belum ada 3 tahun.

    Hambatan pelaksanaan yang ditemukan dalam penelitian adalah hambatan pelaksa-naan secara teknis. Hambatan teknis ini misalnya dalam pelaksanaan SOP tidak di-lakukan monitoring secara ketat dan ada kecenderungan dilanggar. Pelaksanaan K3 di Rumah Sakit belum menyediakan formulir bagi tenaga kesehatan yang mengalami per-masalahan dengan K3.

    Hambatan lain yang ditemukan di lapang-an adalah berkaitan dengan pemahaman tenaga kerja terhadap hak dan kewajibannya dimana sosialisasi tentang hak dan kewa-jibannya hanya diberikan pada saat peneri-maan pegawai baru dan tidak diberikan da-lam bentuk buku saku

    Temuan hambatan lainnya adalah berkait-an dengan ketetapan Hosiptal By Laws dari Rumah Sakit yang ditetapkan pada tanggal 30 Mei 2011, permasalahannya adalah rumah sakit ini telah dibangun sejak tahun 2007 dan mulai beroperasi tahun 2010, artinya sebe-

  • • 7

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    lum HBL ini terbentuk Rumah Sakit ini berdiri tanpa ada peraturan internalnya yang artinya Pendirian Rumah Sakit ini bertentangan de-ngan peraturan perundangan yang berlaku, serta dalam pelaksanaannya akan menemui kendala.

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bah wa Rumah Sakit mulai beroperasi sejak 21 Juni 2010,. Usia yang masih belia ini me-merlukan perjuangan yang lebih keras agar rumah sakit ini dapat menjadi rumah sakit terkemuka. Perlindungan preventif melalui pelak sanaan SOP dan kewaspadaan univer-sal. Dalam penyediaan alat pelindung diri yang jumlahnya kurang dan masih menggu-nakan alat yang harusnya dibuang namun masih dilakukan daur ulang.

    Berkaitan dengan tahun berdirinya yang baru sekitar dua tahun, hambatan eksternal yang ditemukan oleh rumah sakit ini adalah belum adanya kontrol dari pihak terkait yaitu dari Dinas Kesehatan untuk melakukan kon-trol dan penilaian terhadap pelaksanaan operasional rumah sakit sehingga dapat dika-takan belum ada evaluasi terhadap kinerja ru-mah sakit dan rumah sakit sendiri tidak me-mahami kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya.

    Proses yang sedang berlangsung pada saat ini adalah upaya kerja sama dengan pihak asuransi Avris. Namun demikian kar-ena kerjasama dengan asuransi Avris ini masih dalam proses dan sifatnya masih baru sehingga belum dapat dilakukan evaluasi be-lum adanya peraturan yang mengatur tentang perlindungan terhadap tenaga kerja yang ter-infeksi HIV AIDS didalam peraturan perusa-haan karena keterbatasan dana yang ada di Rumah Sakit kabupaten Semarang.

    SIMPULANPerlindungan hukum bagi tenaga keseha-

    tan yang bekerja di Rumah Sakit terhadap penularan infeksi penyakit telah ada, ben-tuk perlindungan tersebut meliputi dikeluar-kannya Peraturan Perusahaan Nomor 041/DIRUT/RSKS/VII/II yang berisi tentang Pera-turan Perusahaan Rumah Sakit. Pengaturan Perlindungan hukum lainnya adalah Pera-turan Komisaris PT. Ken Tanzah Makmur no 001/PERKOM/KTM/V/II tentang Hospital By Laws yang mengatur SOP, Kewaspadaan Universal, dan Keselamatan Kesehatan Ker-ja. Pelaksanaan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit terhadap infeksi penularan penyakit adalah dengan bentuk perlindungan preventif dan represif. Perlindungan preventif ini dilakukan dengan cara menerapkan SOP secara benar serta menerapkan kewaspadaan universal serta danya Jamsostek dan asuransi Avrist

    Hambatan dan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan rumah sakit ini belum melalui akreditasi dan ISO sebagai penjami-nan mutu pelayanan kesehatan karena ber-operasi kurang dari 3 tahun.

    DAFTAR PUSTAKAUndang-Undang Dasar 1945 dan Aman-1. demennya.Undang – Undang Nomor 39 tahun 2009 2. tentang Hak Asasi ManusiaUndang-Undang Nomor 36 tahun 2009 3. tentang KesehatanUndang-Undang Nomor 13 tahun 2003 4. tentang KetenagakerjaanUndang-Undang Nomor 44 tahun 2009 5. tentang Rumah SakitPeraturan Pemerintah Republik Indone-6. sia Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

  • 8 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    Mertokusumo, Sudikno, 2003, 7. Menge-nal Hukum, sebuah Pengantar, Cetakan ke-6, Liberty, Yogyakarta.Departemen Kesehatan RI, 2009. 8. stan-dar keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah sakit, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Ke-sehatan RI, JakartaDepartemen Kesehatan RI, 2009. 9. stan-dar keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah sakit, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Ke-se hatan RI, JakartaAdi, Rianto, 2004, 10. Metodologi Penelitian sosial dan Hukum, edisi 1, Granit, Jakarta

    Moleong, L. (2009). 11. Metodologi Penelitian kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya..Soerjono, Soekanto, 2004, 12. Penelitian Hu-kum normatif. suatu tinjauan singkat. RadjaGrafindo Persada, JakartaKeputusan Menteri Kesehatan Repub-13. lik Indonesia Nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Peraturan Internal RS (Hospital Bylaws).Peraturan Menteri Kesehatan Republik In-14. donesia Nomor 755/Menkes/PER/II/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah SakitUndang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 15. Tentang Keselamatan Kerja.

  • • 9

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    STUDI DISKRIPTIF PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP MUTU PROSES PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

    STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2010

    DESCRIPTIvE STUDY ON STUDENT PERCEPTION TO LEARNING PROCESS QUALITY OF DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY

    AT STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG IN 2010

    Rinayati, Ambar Dwi Erawati, Sri Wahyuning, Didik Wahyudi STIKES Widya Husada

    Jl. Subali Raya No. 12 Krapyak, Semarang [email protected]

    ABSTRAK

    Tujuan Penelitian untuk mengetahui gambaran persepsi mahasiswa terhadap mutu proses pembelaja-ran kelas di program studi DIII kebidanan STIKES Widya Husada Semarang tahun 2010.Metode penelitian ini adalah observasional dengan metode survey analitik. Pengumpulan data dilaku-kan dengan metode angket menggunakan kuesioner terstruktur. Populasi adalah seluruh mahasiswa D3 Kebidanan STIKES Widya Husada (320) pengambilan sampel dengan teknik non proportionale random sampling. (178). Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi. Studi ini dilakukan di prodi DIII Kebidanan STIKES Widya Husada Semarang, responden ini adalah ma-hasiswa tingkat I, II, dan III pada prodi DIII Kebidanan STIKES Widya HusadaHasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki persepsi mutu proses pembelajaran di-mensi kehandalan (57,86%), ketanggapan (50%), kepastian (67,41%), empati (50,56) baik. Namun da-lam hal dimensi wujud (55,05%) menyatakan cukup.Kesimpulan penelitian ini persepsi mutu pembelajaran dimensi kehandalan sebagian besar mahasiswa adalah baik yaitu (57,86%) , dimensi ketanggapan yang baik dan tidak baik sama besarnya yaitu 50%, dimensi kepastian sebagian besar mahasiswa adalah baik yaitu 67,41 %, dimensi empati sebagian besar mahasiswa adalah baik yaitu 50,56 %, dimensi wujud sebagian besar mahasiswa adalah tidak baik yaitu 55.05%. Sebagian besar mahasiswa yaitu 60,11% puas terhadap proses pembelajaran prodi DIII Kebi-ebagian besar mahasiswa yaitu 60,11% puas terhadap proses pembelajaran prodi DIII Kebi-danan Stikes Widya Husada Semarang

    Implikasi terhadap proses pembelajaran direkomendasikan pada STIKES Widya Husada untuk me-ningkatkan mutu proses pembelajaran dari lima aspek dimensi mutu terutama dalam aspek wujud fisik. berupa luas ruangan, kebersihan, kelengkapan alat laboratorium,kerapian ruangan kelas dan laborato-rium serta kesejukan ruangan.

    Kata Kunci: mutu, proses pembelajaran, mahasiswa, Program Studi D3 Kebidanan STIKES Widya Husada Semarang

    PENDAHULUAN Pendidikan DIII Kebidanan dalam menye-

    lenggarakan pendidikan berpedoman kepada kurikulum yang berorientasi kepada perkem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan profesi dan penyusunannya mengaju kepada kompentensi inti bidan di Indonesia. Berdasarkan kompetensi tersebut

    maka diharapkan lulusan pendidikan diplo-ma kebidanan mengusai ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sikap serta peri-laku bidan profesional. (Winarsih. 2007).

    Untuk dapat menghasilkan tenaga bidan yang mempunyai kompetensi yang sesuai dengan yang diharapkan tersebut maka sa-ngatlah dibutuhkan pengelolaan pendidikan

  • 10 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    yang berkualitas. (Winarsih. 2007). Kualitas adalah suatu produk baik barang maupun jasa dapat menentukan tingkat kepuasan para pelanggannya. Yang dimaksud dengan persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, mera-sakan, memberi, serta meraba (kerja indra) disekitar kita. (Wiyono.1999).

    Trend jumlah pendaftar prodi Kebidan-an STIKES Widya Husada Semarang dari tahun ke tahun cenderung menurun, untuk menghasilkan tenaga bidan yang kompeten dibutuhkan institusi yang berkualitas, kualitas suatu jasa dapat meningkatkan kepuasan pe-langgan (mahasiswa).METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan penelitian ob-servasional, metode penelitian ini adalah sur-vey yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana proses pengam-bilan data dilakukan dalam waktu yang sama untuk semua variabel. Variabel terdiri dari persepsi mutu proses pembelajaran dikelas meliputi: kehandalan, daya tanggap, kepastian,empati,wujud.

    Sebagai populasi adalah seluruh maha-siswa Program Studi DIII Kebidanan STIKES Widya Husada Semarang tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 320 mahasiswa Sam-pel sebesar 178 dipilih dengan mengguna-kan teknik metode non proportionale random sampling. Analisis data dilakukan secara uni-variat. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket menggunakan kuesion-er terstruktur yang telah diuji validitas dan re-liabilitas.

    HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden

    Sebagian besar mahasiswa prodi D3 ke-bidanan STIKES Widya Husada berasal dari SMA Negeri (60.11%), dan berasal dari luar kota semarang (53,4%).

    2. Analisis Univariat Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bah-

    wa jumlah responden yang memiliki persepsi mutu pembelajaran dimensi kehandalan baik yaitu sebanyak (57,86%). Persepsi mutu pembelajaran dimensi kehandalan sebagian besar mahasiswa adalah baik yaitu (57,86%), dimensi ketanggapan yang baik dan tidak baik sama besarnya yaitu 50%, dimensi ke-pastian sebagian besar mahasiswa adalah baik yaitu 67,41 %, dimensi empati sebagian besar mahasiswa adalah baik yaitu 50,56 %, dimensi wujud sebagian besar mahasiswa adalah tidak baik yaitu 55.05%

    BAHASANBerdasarkan Tabel 1 menunjukkan bah-

    wa jumlah responden yang memiliki persepsi mutu pembelajaran dimensi kehandalan baik yaitu sebanyak (57,86%). Masih terdapat mahasiswa yang menyatakan ragu ragu bah-wa dosen sudah menggunakan teknik pem-belajaran dengan benar, ragu ragu bahwa dosen tidak mengarahkan mahasiswa dalam proses pembelajaran, ragu ragu bahwa do-sen yang mengajar praktikum dilaboratorium mempunyai latar belakang yang tidak sesuai. Persepsi kehandalan mutu pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempe-ngaruhi kepuasan mahasiswa.

  • • 11

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    Responden memiliki persepsi mutu pem- mutu pem-belajaran dimensi ketanggapan baik dan cukup sama yaitu sebanyak (50%). 42,6% menyatakan setuju bahwa petugas kelas menyiapkan alat dengan segera sebelum ada kuliah praktek, 33,7% menyatakan setu-ju bahwa petugas kebersihan kurang cepat memberikan tanggapan bila ada keluhan dari mahasiswa,dan 40,4% setuju pengelola prodi DIII Kebidanan cepat memberikan tanggapan bila ada kesulitan mahasiswa dikelas

    Dalam penelitian ini diperoleh informasi bahwa responden memiliki persepsi mutu pembelajaran dimensi kepastian baik seba-nyak (67,4%). 40,4% menyatakan setuju pe-ngelola menyediakan sarana dan prasarana yang mencukupi sesuai kebutuhan proses pembelajaran untuk mahasiswa, 28% kurang setuju dosen mengajar di laboratorium se-suai alokasi waktu, 26% menyatakan setuju bahwa dosen tidak mengajar sesuai de ngan jadwal. Dengan besarnya persepsi mutu pembelajaran dimensi kepastian yang baik, maka diharapkan kepuasan mahasiswa da-pat terwujud.

    Sebagian besar responden memiliki per-sep si mutu pembelajaran dimensi empati baik sebanyak (50,56,%). 60,6% menyatakan setuju bahwa dosen memberi kesempatan

    belajar di luar jadwal kuliah, 55% menyata-kan setuju dosen bersedia meluangkan wak-tu untuk mendengarkan keluhan mahasiswa, 53,37% mahasiswa menyatakan setuju bahwa tenaga kependidikan bersikap ramah dalam melayani mahasiswa. Persepsi mutu pembelajaran dimensi empati merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepua-san mahasiswa.

    Namun dalam penelitian ini diperoleh informasi bahwa Sebagian besar respon-Sebagian besar respon-den memiliki persepsi mutu pembelajaran dimensi wujud cukup sebanyak (55,05%) terutama dalam hal mahasiswa yang menya-takan setuju bahwa ruang kelas dan labora-torium cukup luas dan memenuhi kebutuhan proses pembelajaran hanya 38,2%. Labora-torium bersih hanya 57,30%, ruangan rapi 57,86%, nyaman 42,31%. Dengan besarnya persepsi mutu pembelajaran dimensi wujud yang cukup, maka dimungkinkan kepuasan mahasiswa tidak dapat terwujud. Persepsi mutu pembelajaran dimensi wujud merupa-kan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa.

    KESIMPULAN

    Persepsi mutu pembelajaran dimensi kehandalan sebagian besar mahasiswa

    Tabel 1. Distribusi Respoden Berdasarkan Variabel Penelitian

    No Variabel Penelitian Kategori f %1 Dimensi Kehandalan Baik

    Tidak Baik 10375

    57,8642,1

    2 Dimensi Ketanggapan BaikTidak baik

    8989

    5050

    3 Dimensi Kepastian BaikTidak Baik

    12058

    67,4132,5

    4 Dimensi Empati BaikTidak Baik

    9088

    50,5649,43

    5 Dimensi Wujud BaikTidak Baik

    8098

    44,9455,05

  • 12 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    adalah baik yaitu (57,86%) , dimensi ketang-gapan yang baik dan cukup sama besarnya yaitu 50%, dimensi kepastian sebagian be-sar mahasiswa adalah baik yaitu 67,41 %, dimensi empati sebagian besar mahasiswa adalah baik yaitu 50,56 %, dimensi wujud se-bagian besar mahasiswa adalah cukup yaitu 55.05%

    Saran 1. Meningkatkan mutu proses pembelajaran

    dari lima aspek dimensi mutu terutama dalam aspek wujud fisik.

    2. Meningkatkan mutu dari dimensi wujud fisik dapat berupa luas ruangan, kebersihan, kelengkapan alat laboratorium,kerapian ruangan kelas dan laboratorium serta kesejukan ruangan.

    Ucapan Terimakasih 1. dr. M. Sulaeman, Sp.A,M.M, M.Kes (MMR)

    Ketua STIKES Widya Husada yang mem-buka peluang kepada dosen untuk melak-sanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

    2. Ambar Dwi Erawati, S.Si.T, M.HKes Ke-tua Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat STIKES Widya Husada Se-marang, yang telah memberikan kesem-patan melaksankan penelitian

    3. Oktaviani Cahyaningsih, S.Si.T, S Pd. Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES Widya Husada Semarang, yang telah memberikan ijin kepada peneliti un-tuk melakukan penelitian.

    DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitiansuatu

    Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Ja-karta.

    Dep. Kes. Ri. kurikulum nasional Pedidikan diii kebidanan. Jakarta, 2002

    Dep.Dik.Nas. Pendidikan sebagai sistem. Dirjen Dikti. Jakarta. 2001

    Dirjen. Dikti. teori Belajar dan Motivasi. Uni-versitas Terbuka, Jakarta 2001

    Kep. Men. Diknas. 2001. Petunjuk teknis Pe-lak sanaan angka kredit Jabatan Fungsio-nal dosen. Jakarta.2001

    Kotler P. Marketing Management the Millen-nium edition. Lj prentice Hall,inc New Jer-sey 2000

    Makmuri Muchlas. Perilaku organisasi 1 (dengan beberapa contoh studi kasus). program pendidikan pascasarjana MM RS UGM. Yogya.2009.

    Mulyasa, E. 2005, Menjadi guru Profesional Menciptakan Pemebelajaran kreatif dan Menyenangkan. PT. remaja Rosdakarya. Bandung 2005

    Notoatmodjo. S,. Pengantar Pendidikan kes-ehatan dan ilmu Perilaku kesehatan.. Andi offset. Yogyakarta 2003

    ------------, S. 2005. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

    -------------, S. 2005 Promosi kesehatan teori dan aplikasi, PT Rineka Cipta, Jakarta.

    Parasuraman.,Zimbardo.,Leippe,L.,Valarie Zeithami., Marketing service:Competing thropuht Quality, NewYork:Free Press.,2001

    Pidarte made. Cara belajar mengajar diuni-versitas negara maju, suatu studi kasus, bumi akasara. Jakarta. 2000

    Sardiman, A.M., interaksi dan Motivasi Bela-jar Mengajar, Fajar Interpratama offset. Jakarta. 2003

    Simamora,B., Memenangkan Pasar dengan pemasaran efeketif dan profitable. Pt Gramedia Pustaka Utama. Jakata. 2000

  • • 13

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    Slameto, Belajar dan factor factor yang mem-pengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. 2005

    Supranto j.Pengukuran tingkat kepuasan Pe-langgan untuk Menaikan Pangsa Pasar. Edisi baru. Rineka cipta. Jakarta. 2001

    Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan de-ngan Pendekatan Baru. PT Remaja Ros-dakarya. 2004

    Tjiptono F., Diana A., total Quality Manage-ment, Edisi REvisi. Penerbit Andi Yogya-karta.2003

    Usmara,A., strategi Baru Manajemen Pe-masaran, penerbit Amara Books. Jogja-karta. 2003

    UU RI Nomor 14 Tahun 2005. tentang guru dan dosen. Jakarta. 2005

    Walgito, B., Pengantar Psikologi umum. Andi Offset, Yogyakarta. 2007

    Widayatun TR. ilmu Perilaku M.a 104. CV. Sagung Seto. 2001

    Winarsih Sri. Pengaruh Persepsi Mutu Pem-belajaran Praktek laboratorium kebidan-an terhadap kepuasan Mahasiswa di Pro gram studi kebidanan Magelang Pol tekes semarang tahun 2007. UNDIP. 2007.

    Winardi. Marketing dan Perilaku konsumen. Abndar MAju. Bandung. 2004

    Wiyono D. Manajeman Pelayanan keseha-tan, teori, strategi,dan aplikasi. Airlang-ga University Press. Surabaya. 2009

    Zainuddin, M. Praktikum, buku 1.13. Dir. Jen. Dik. Ti , Depdiknas,2001

    Zainudin, M., Susy Puspitasari. strategi Pe-ningkatan kualitas Pendidikan tinggi, buku 1.01. Direktorat Jenderal Pendidi-kan tinggi. Depdikans 2001

  • 14 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    PENGARUH PENYULUHAN PIJAT BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PIJAT BAYI DI POSYANDU DUSUN PELEMSEWU

    PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL

    Endang Khoirunnisa

    ABSTRAK

    Latar Belakang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. (SDKI, 2007). Angka Kematian bayi di Bantul yaitu 18,9 per 1000 kelahiran hidup. (SDKI, 2007). Di Daerah Istimewa Yogyakarta pernah terjadi kasus kematian bayi karena perilaku pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi. Hal ini terjadi dikarenakan pengetahuan dukun bayi dan para ibu tentang pijat bayi yang masih kurang (Dewi, 2010). Di daerah Ban-tul, khususnya kalurahan Panggungharjo Sewon Bantul yang masih melakukan pijat bayi yaitu di Dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul. Di kalurahan ini terdapat 3 dukun pijat bayi. Dari 35 bayi atau 12% bayi (total bayi di kalurahan 289 bayi) yang ada di Dusun Pelemsewu mayoritas melakukan pijat bayi di dukun bayi tanpa mengetahui manfaat dan teknik pijat bayi yang sebenarnya.Tujuan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pening-katan pengetahuan ibu tentang pijat bayi.Metode. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan pendekatan cross sectional. Tekhnik sam-pel menggunakan total sampling. Jumlah sampel adalah 30 responden. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan metode pengumpul data yang digunakan adalah data primer. Analisa data menggunakan paired sampel t test.Hasil Penelitian. Ada peningkatan nilai rata-rata antara sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan yaitu sebelum penyuluhan nilai rata-rata 18,93 dan standar. Setelah dilakukan penyuluhan nilai rata-rata menjadi 25,53. Peningkatan yang terjadi sebesar 6,6 poin atau 22% dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 sehingga ada pengaruh penyuluhan dengan pengetahuan ibu.Kesimpulan. Ada perbedaan nilai antara sebelum diberi penyululuhan dan setelah diberi penyuluhan, dengan kenaikan sebesar 22% dan nilai signifikan 0.000 maka penyuluhan dikatakan berpengaruh. Saran. Diharapkan orang tua hendaknya melakukan pijat bayi sendiri tidak kedukun bayi.

    Kata Kunci: Penyuluhan pijat bayi dan Tingkat pengetahuan

    PENDAHULUANTingginya angka kematian bayi merupa-

    kan masalah yang selalu dihadapi oleh ber-bagai bangsa didunia. Angka kematian bayi terbesar 99% ditemukan di negara-negara berkembang di seluruh dunia (WHO, 2000). Indonesia sebagai salah satu negara berkem-bang mempunyai Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Berdasarkan hasil proyeksi penduduk di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2007 menunjukkan angka paling terendah yaitu 25 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Angka Kematian bayi di Ban-

    tul yaitu 18,9 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).

    Di Daerah Istimewa Yogyakarta pernah terjadi kasus kematian bayi karena perilaku pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi. Hal ini terjadi dikarenakan pengetahuan du-kun bayi dan para ibu tentang pijat bayi yang masih kurang (Dewi, 2010). Berdasarkan hasil wawancara secara umum yang dilaku-kan kepada 10 ibu-ibu yang mempunyai bayi umur 0-12 bulan di Daerah Istimewa Yog-yakarta yaitu Kabupaten Sleman (1 orang), Gunungkidul (2 orang), Kulonprogo (3 orang) dan Bantul (4 orang) terhadap pengetahuan ibu tentang pijat bayi diperoleh hasil yang

  • • 15

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Di Kabupaten Sleman, Kulonprogo dan Gunungkidul para ibu mengatakan bah-wa mereka membawa bayinya ke dukun pijat saat bayi sedang rewel dengan maksud agar bayi menjadi lebih tenang dan bisa tidur terle-lap. Sedangkan di Kabupaten Bantul khusus-nya Kecamatan Sewon para ibu membawa bayinya kedukun pijat semata-mata hanya tradisi saja bahwa setiap bayi harus dipijat oleh dukun selama 35 hari. Dan hal ini dilaku-kan secara turun-temurun tanpa mengetahui manfaat yang jelas dari pijat bayi itu sendiri. Di Kecamatan Sewon, salah satu Kalurahan yang masih melakukan pijat bayi sebagai tra-disi adalah Kalurahan Panggungharjo.

    Berdasarkan studi pendahuluan didapat-kan hasil bahwa di Kalurahan Panggung-harjo terdapat 289 bayi dan 3 dukun bayi. Diantara 14 dusun di Kalurahan Panggung-harjo ada satu dusun yang mempunyai bayi terbanyak yaitu dusun Pelemsewu dengan jumlah 35 bayi yaitu 12 % dari total bayi di Kalurahan Panggungharjo. Dari data di atas hampir semua bayi yang ada pernah menda-pat pemijatan oleh dukun. Teknik yang selama ini digunakan oleh dukun yaitu teknik pijat tra-disional yang didapat secara turun-temurun. Ilmu kesehatan modern telah dapat memberi-kan bukti bahwa dengan terapi sentuhan dan memberikan pijatan pada bayi yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri dapat memberikan manfaat yang cukup banyak.

    Dengan pijat, seorang ibu dapat me-nenangkan dan menyamankan bayi serta mengkomunikasikan cinta (Maharani, 2009). Tidak hanya bisa dilakukan oleh seorang ibu, ternyata pijat bayi pun juga bisa dilakukan oleh seorang ayah. Studi yang dilakukan di Australia menyatakan bahwa dengan pijatan

    yang dilakukan seorang ayah terhadap bayi yang dipijat sejak usia 4 minggu pada wak-tu mencapai usia 12 minggu akan lebih re-sponsif, seperti lebih banyak dapat menyapa ayahnya. Selain itu, hasil peneliti lain yang dilakukan oleh Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa penyerapan makanan akan menjadi lebih baik, sehingga pijat bayi dapat juga meningkatkan berat badan bayi (Roesli, 2009).

    METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian pra

    eksperimen dengan pendekatan cross sec-tional. Rancangan yang digunakan dalam pe-nelitian ini yaitu rancangan one group pretest posttest.

    Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi umur 0-12 bulan di dusun Pelemsewu Kalurahan Panggungharjo Sewon Bantul. Besar populasi dalam peneli-tian ini yaitu 32 orang.

    Teknik pengambilan sampel dalam pene-litian ini menggunakan total sampling yaitu dengan mengambil sampel secara keselu-ruhan. Pada saat penelitian responden yang hadir hanya 30 orang. Jadi, sampel yang di-gunakan dalam penelitian ini yaitu 30 orang. Yang memenuhi kriteria inklusi:a. Ibu yang mempunyai bayi umur 0-12 bu-

    lan, baik ibu kandung maupun ibu ang-kat.

    b. Ibu yang bersedia menjadi responden.c. Ibu yang mengikuti penyuluhan.d. Ibu yang bisa baca dan tulis.

    1. Pengolahan Data Melakukan pengolahan data dengan

    menggunakan tehnik analisis Paired t- test.2. Tempat Penelitian

  • 16 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    Penelitian ini dilakukan di Posyandu dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul dengan pre test dilakukan 5 hari sebe-lum penyuluhan yaitu tanggal 5 Maret 2011 dan pada tanggal 10 Maret 2011 dilakukan penyuluhan sekaligus post test.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1. Karakteristik Responden

    Karakteristik responden dalam penelitian ini ditinjau dari umur ibu, pekerjaan, tingkat pendidikan.a. Karakteristik Responden Berdasarkan

    Umur

    Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Posyandu Dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul Tahun 2011

    Umur Frekuensi Persentase (%)< 20 tahun 2 6,6720-35 tahun 21 66,67> 35 tahun 7 23,3Jumlah 30 100

    Sumber : Data Primer, 2011

    Dari tabel diatas menunjukkan bahwa se-bagian besar berumur 20-35 tahun yaitu se-banyak 21 orang (66,67%), umur >35 tahun sebanyak 7 orang (23,3%), sedangkan yang berumur < 20 tahun 2 orang (6,67).

    b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

    Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidik an Responden di Posyandu Dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul Tahun 2011

    Pendidikan Frekuensi Persentase (%)SD 6 20SMP 15 50SMA 9 30Jumlah 30 100

    Sumber : Data Primer, 2011

    Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan ibu adalah SMP yaitu 15 orang (50%), SMA yaitu 9 orang (30%) dan SD yaitu 6 orang (20%).

    c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

    Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan responden di Posyandu Dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul Tahun 2011

    Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)Swasta 1 3,3Dagang 3 10BuruhIbu Rumah Tangga

    521

    16,6770

    Jumlah 30 100Sumber : Data Primer, 2011

    Dari tabel diatas dapat diketahui mayori-tas responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 21 orang (70%), buruh 5 orang (16,67), dagang yaitu 3 orang (10%) dan swasta yaitu 1 orang (3,3%).

    2. Hasil Penelitiana. Analisis Pre Test

    Tabel 5. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi di Posyandu Dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul

    No. Tingkat Pengetahuan

    Frekuensi Prosentase(%)

    1. Baik 2 72. Cukup Baik 24 803. Kurang Baik 4 13

    Jumlah 30 100Sumber : Data Primer, 2011

    Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu sebelum mengikuti penyuluhan tentang pijat bayi di Posyandu Dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul tahun 2011 paling banyak memiliki

  • • 17

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    pengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 24 orang (80%), kurang baik 4 orang (13%) dan yang mempunyai pengetahuan baik yaitu hanya 2 orang (7%).

    b. Analisis Post Test

    Tabel 6. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu setelah dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi di Posyandu Dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul

    No. Tingkat Pengetahuan

    Frekuensi Prosentase(%)

    1. Baik 24 802. Cukup Baik 6 203. Kurang Baik 0 0

    Jumlah 30 100Sumber : Data Primer, 2011

    Dari tabel 5 diketahui bahwa pengeta-huan ibu setelah mengikuti penyuluhan ten-tang pijat bayi di Posyandu Dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul tahun 2011 paling bayak memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 24 orang atau (80%), pengetahuan cukup baik 6 orang atau (20%) dan tidak ada yang mempunyai pengetahuan kurang baik.

    c. Pengaruh penyuluhan terhadap pening-katan pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Posyandu dusun Pelemsewu Pang-gungharjo Sewon Bantul.Dari analisis didapatkan hasil bahwa ada

    peningkatan nilai rata-rata antara sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan yaitu sebelum penyuluhan nilai rata-rata 18,93. Setelah di-lakukan penyuluhan nilai rata-rata menjadi 25,53. Peningkatan nilai rata-rata yang ter-jadi sebesar 6,6 poin atau 22% dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Uji Komparasi t-tes dua sampel yang berkorelasi menghasilkan t hitung -13,524 (tanda negatif menunjukkan bahwa nilai sebelum penyuluhan lebih rendah

    dari nilai setelah penyuluhan), dibandingkan dengan nilai t tabel pada N=30, taraf kesala-han 0,05 dengan dk = 29 sebesar 2,045.

    PEMBAHASANDalam penelitian ini menggunakan me-

    tode ceramah dan demonstrasi. Metode ini baik digunakan untuk sasaran yang berpen-didikan tinggi ataupun rendah dan baik juga untuk peserta penyuluhan lebih dari 15 orang (Notoatmodjo, 2003). Alat bantu penyuluhan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan alat bantu lihat atau vi-sual aids (power point, leaflet), dan alat bantu lihat dengar atau audio Visual aids (video pijat bayi). Notoatmodjo,2003 mengatakan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan penyuluhan. Sebelum dilakukan penyuluhan tentang pijat bayi pengetahuan ibu mayoritas berada pada tingkat cukup baik sebesar 80%. Setelah dilakukan penyuluhan mayoritas pengetahuan ibu berada pada ting-kat baik sebesar 80%. Hasil analisis meng-gunakan rumus paired t test diketahui adanya peningkatan nilai rata-rata yang semula 18,93 menjadi 25,53 besar peningkatan yaitu 6,6 poin atau 22% dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05.

    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penyuluhan yaitu faktor penyuluh, sasaran, dan proses dalam penyuluhan itu sendiri (Notoatmodjo, 2003). Sasaran atau responden dalam penyuluhan ini mayoritas ibu-ibu yang berusia reproduksi sehat, mem-punyai latar pendidikan SMP, dan bekerja se-bagai ibu rumah tangga.

    Berdasarkan studi pendahuluan, masya-ra kat di Dusun Pelemsewu Panggungharjo Sewon Bantul masih melakukan pijat bayi

  • 18 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    ke dukun bayi. Hal ini dikarenakan mereka kurang mengetahui manfaat dan teknik pijat bayi yang yang benar. Dari hasil penelitian dapat dikatakan penyuluhan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu ten-tang pijat bayi. Peningkatan yang terjadi akan lebih besar jika penyuluhan dilakukan secara berkesinambungan sehingga pengetahuan responden akan lebih menyeluruh.

    Hasil penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ni Made Martiana Dewi yang berjudul Hubungan Ting-kat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pijat Bayi Dengan Perilaku Pijat Bayi di BPS Leni Indrawati Sleman. Bahwa ada perbedaan sikap antara ibu yang mempunyai pengeta-huan tentang pijat bayi dengan yang kurang (Dewi, 2010).

    Dari penelitian ini, pengetahuan ibu ten-tang pijat bayi meningkat. Akan tetapi ada beberapa faktor yang lain yang mempenga-ruhi sehingga hasil yang diharapkan kurang maksimal yaitu latar pendidikan yang rendah, ketidak fokusan responden saat mengikuti penyuluhan karena bersaman dengan kegia-tan posyandu, suasana yang gaduh karena banyak bayi yang menangis saat proses pe-nyuluhan dan juga karena penyuluhan hanya dilakukan satu kali tidak berkesinambungan.

    KESIMPULAN1. Sebelum diberikan penyuluhan tentang

    pijat bayi, mayoritas pengetahuan ibu pada tingkat pengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 24 orang atau (80%).

    2. Setelah diberikan penyuluhan tentang pi-jat bayi, mayoritas pengetahuan ibu pada tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 24 orang atau (80%).

    3. Ada pengaruh penyuluhan dengan pe-ningkatan pengetahuan ibu dengan per-

    bedaan nilai sebelum penyuluhan nilai rata-rata 18,93 dan setelah penyuluhan 25,53. Peningkatan yang terjadi sebesar 6,6 poin atau 22% dengan nilai t hitung -13,524 > t tabel 2,045 tingkat kesalahan 0,05.

    SARAN1. Bagi orang tua diharapkan orang tua hen-

    daknya melakukan pijat bayi sendiri tidak kedukun bayi.

    2. Bagi peneliti selanjutnya agar memper-timbangkan waktu dan tempat penelitian (termasuk pembagian kuesioner baik pre test dan post test) sehingga responden dapat fokus mengikuti proses penelitian.

    3. Bagi Bidan agar memberikan penyuluhan yang berkesinambungan tentang pijat bayi kepada masyarakat.

    DAFTAR PUSTAKAAji, Katharina Vrilanty, 2008. Persepsi ibu

    tentang Pijat Bayi dan Perilaku ibu da-lam Menerapkan Pijat Bayi di Rumah di Rumah sakit Bethesda Yogyakarta, Skripsi Program Sarjana Keperawatan. UGM, Yogyakarta.

    Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Pene-litian suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta.

    Dewi, Ni Made Martiana, 2010. Hubungan tingkat Pengetahuan dan sikap ibu ten-tang Pijat Bayi di BPs leni indrawati sleman. Karya Tulis Ilmiah Program Di-ploma. Akademi Kebidanan Yogyakarta. Yogyakarta.

    Herawani, 2006. Pedoman Promosi keseha-tan Bagi Perawat kesehatan Masyarakat. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

  • • 19

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    Hidayanti, Desi, 2009. Pengaruh Pijat Bayi terhadap Pertumbuhan Bayi Baru la-hir di Puskesmas kota Bandung. Tesis. UGM. Yogyakarta.

    Kurnia, Nova, 2009. Menghindari gangguan saat Melahirkan dan Pengurutan Bayi secara lengkap. Panji Pustaka, Yogya-karta.

    Liliweri, 2007. dasar- dasar komunikasi ke-sehatan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

    Maharani, Desiana, 2009. Buku serba Pintar Perawatan Bayi dan Balita. Araska, Yog-yakarta.

    Notoatmojo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Rienika Cipta, Ja-karta.

    Notoatmojo, Soekidjo, 2010. Metodologi Pe-nelitian kesehatan. Rienika Cipta. Ja-karta.

    Profil DinKes DIY. Angka Kematian Bayi Ta-hun 1971-2008

    Profil DinKes Kabupaten Bantul. Angka Ke-matian Bayi Tahun 2009

    Riwidikdo, Handoko, 2009. statistik Peneli-tian kesehatan dengan aplikasi Program R dan sPss. Pustaka Rihama, Yogya-karta.

    Roesli, Utami, 2008, Pedoman Pijat Bayi Pre-matur dan Bayi Usia 0-3 Bulan. Trubus Agriwidya, Jakarta.

    Roesli, Utami, 2009, Pedoman Pijat Bayi, Trubus Agriwidya, Jakarta.

    Sugiono, 2007. statistik untuk Penelitian, Al-fabeta, Bandung.

    Suharso, Retnoningsi, 2005. kamus Besar Bahasa indonesia. Widya Karya, Sema-rang.

    Yeni, 2011. angka kematian Bayi di indonesia Masih tinggi. http://www.mediaindone-sia.com/read/xml/2010/12/14/17100763/angka.kematian.bayi.masih.tinggi ( 14.00 WIB 30 Desember )

  • 20 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, ZAT BESI (FE), PERTAMBAHAN BERAT BADAN SELAMA HAMIL

    DENGAN KEJADIAN BBLR

    Rr. Nur Fauziyah, Hanani Sylvia

    ABSTRAK

    WHO memperkirakan bahwa diseluruh dunia, 16% dari semua bayi lahir mempunyai berat < 2500 gram. Prevalensi BBLR di Indonesia cukup tinggi yaitu 8-14% dari bayi yang dilahirkan hidup. BBLR dapat di-sebabkan oleh faktor ibu (status gizi ibu, umur, paritas), faktor kehamilan, dan faktor janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, protein, zat besi (Fe), pertam-bahan berat badan, dan kejadian BBLR di RSUD Cideres Kadipaten Kabupaten Majalengka.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai April 2011. Desain penelitian yang digunakan adalah case control dengan jumlah sampel 60 orang (kasus: kontrol = 1 : 1) yang terdiri dari 30 kasus (BBLR) dan 30 kontrol (BBLN). Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer (karakteristik sampel serta asupan energi, protein, zat besi (Fe) yang diperoleh dengan cara wawancara) dan data sekunder (data berat badan ibu trimester I, III serta data berat bayi lahir rendah).Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dan pertam-bahan berat badan selama hamil (nilai p=0,009), namun tidak terdapat hubungan bermakna antara asu-pan protein dan zat besi (Fe) dengan pertambahan berat badan selama hamil (p=0,005). Terdapat hubungan bermakna antara asupan energi, protein dan zat besi (Fe) dan kejadian BBLR mempunyai nilai p masing-masing = 0,002; 0,039; 0,036. Terdapat hubungan bermakna antara pertambahan berat badan dan kejadian BBLR mempunyai nilai p = 0,007. Dari hasil penelitian disarankan sebaiknya diadakan pe-nyuluhan pada ibu hamil mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang terutama dengan meningkatkan frekuensi konsumsi protein hewani dalam sehari sehingga diharapkan ibu hamil mempunyai pertambahan berat badan yang baik dan menghasilkan berat lahir bayi yang optimal.

    Kata Kunci: Asupan energi, protein, zat besi (Fe), pertambahan berat badan ibu selama hamil,dan Kejadian BBLR.

    PENDAHULUANWHO memperkirakan bahwa di seluruh

    dunia, 16% dari semua bayi lahir mempunyai berat < 2500 gram. Prevalensi BBLR di Indo-nesia cukup tinggi yaitu 8-14% dari bayi yang dilahirkan hidup. BBLR dapat disebabkan oleh faktor ibu (status gizi ibu, umur, paritas), faktor kehamilan, dan faktor janin.

    Indonesia sehat pada tahun 2010 meru-pakan visi pembangunan kesehatan dan salah satu agenda pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produk-tif dan mandiri. Meningkatkannya status gizi masyarakat merupakan dasar pembentuk-an sumber daya manusia yang berkualitas.

    Melakasanakan pemantauan konsumsi dan status gizi masyarakat secara berkala menja-di sangat pentting untuk mengetahui batasan masalah yang perlu segera ditanggulangi1.

    Kesehatan ibu dan bayi yang dilahirkan secara optimal dipengaruhi oleh asupan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuh annya. Asupan zat gizi makro maupun mikro sangat berperan selama kehamilan, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang se-dang dikandung. Ibu yang mengalami asupan gizi yang kurang aka berdampak terhadap ke-jadian BBLR (berat badan lahir rendah). BBLR merupakan berat bayi lahir yang kurang dari 2500 gram. Adapun zat gizi yang mempunyai peranan penting tersebut adalah energi, pro-

  • • 21

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    tein, zat besi, seng dan asam folat 2. Dampak dari BBLR diantaranya ada-

    lah bayi kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat beraki-bat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan aka menimbulkan kematian jika penanganan BBLR tidak benar. Oleh karena itu penanganan dan perawatan BBLR dimulai sejak lahir dan sebaiknya per-salinanya ditolong oleh tenaga kesehatan yang dilakukan di puskesmas, rumah sakit, atau rumh sakit bersalin 3.

    Badan Kesehatan Dunia (WHO) mem-perkirakan bahwa di seluruh dunia, 16% dari semua bayi lahir mempunyai berat kurang dari 2500 gram. Prevalensi BBLR di indone-sia pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu 8,0-14,0% dar bayi yang dilahirkan hidup. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kematian dan kesakitan pada masa bayi baru lahir. Prevalensi BBLR di Jawa Barat ber-dasarkan survei yang dilakukan oleh dinas kesehatan adalah 11,8% sedangkan di ka-bupaten Majalengka prevalensinya 14,8%. Adapun prevalensi BBLR di RSUD Majaleng-ka adalah 10,3% dan di RSUD Cideres Kadi-paten sebesar 19,4%. Dengan adanya BBLR akan mempengaruhi nasib generasi penerus di masa yang akan datang terselesaikan4.

    Salah satu faktor penyebab terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah adalah faktor ibu. Gizi saat hamil yang kurang akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat bada ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu ham-il dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,

    cacat bawaan, anemia pada bayi, lahir de-ngan berat bada rendah. Penambahan be-rat badan yang terjadi selama kehamilan di-sebabkan oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan reproduksi, adanya pertumbuhan ja-nin, dan terbentuknya cadangan lemak dalam tubuh ibu. Resiko melahirkan BBLR mening-kat pada kenaikan berat badan yang kurang selama kehamilan. Hal yang dilakukan untuk menghindari terjadinya kelahiran bayi BBLR atau dibawah 2500 gram adalah seorang ibu harus menjaga kondisi fisiknya dengan mencukupi kebutuhan gizinya. Disam ping itu harus berusaha menaikkan berat badannya sedikitnya 10 kg, bertahap sesuai dengan usia kehamilan5.

    Kecukupan zat gizi selama hamil baru dapat dipantau melalui parameter keadaan kesehatan ibu dan berat lahir janin. Berat badan ibu yang rendah sebelum kehamilan serta pertambahan berat badan yang tidak adekuat merupakan penilaian langsung yang dapat digunakan untuk memperkirakan ba-gaimana laju pertumbuhan janin tersebut6.

    Ibu hamil yang menderita kurang energi kronis mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trisemester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Hal ini menyebabkan ibu hamil yang KEK mempunyai resiko yang lebih besar un-tuk melahirkan bayi dengan BBLR, kemaian saat persalinan, pendarahan, pasca persalin-an yang sulit karena lemah dan mudah meng-alami gangguan kesehatan3.

    Peneitian dilaksanakan di RSUD Cide-res, Kadipaten yang berada di kabupaten Majalengka. Menurut catatan persalinan di RSUD Cideres tahun 2010 bayi yang dilahir-kan BBLR mempunyai prevalensi seba nyak 19,4% lebih besar dibandingkan dengan pre-

  • 22 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    valensi di RSUD Majalengka yaitu 10,3%, kemudian menurut riskesdas 2007 preva-lensi KEK di kabupaten Majalengka sebesar 20,5%.

    Berdasarkan latar belakang diatas dan dari hasil pengamatan sementara masih ditemukan adanya kejadian BBLR yang cu-kup besar di kabupaten Majalengka terutama di tempat penelitia aitu RSUD Cideres Ka-dipaten sehingga penulis tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut sejauh mana hubu-ngan antara asupan energi, protein, zat besi (Fe), pertambahan berat badan ibu selama hamil dan kejadian BBLR.

    METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

    Maret 2011 sampai April 2011. Desain pene-litian yang digunakan adalah case control de-ngan jumlah sampel 60 orang (kasus: kontrol = 1 : 1) yang terdiri dari 30 kasus (BBLR) dan 30 kontrol (BBLN). Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer (karakteristik sampel serta asupan energi, protein, zat besi (Fe) yang diperoleh dengan cara wawancara) dan data sekunder (data berat badan ibu trimester I, III serta data berat bayi lahir rendah).

    HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian ini dilakukan di RSUD Cideres

    karena merupakan Rumah Sakit rujukan un-tuk persalinan yang bermasalah dan preva-lensi bayi yang dilahirkan BBLR di RSUD Cideres cukup banyak yaitu 19,4% diban-dingkan dengan prevalensi BBLR di RSUD Majalengka yaitu 10,3%.

    Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang sudah melahirkan bayi BBLR pada ke-lompok kasus dan bayi BBLN pada kelompok control di RSUD Cideres Kecamatan Kadi-

    paten Kabupaten Majalengka. Jumlah selu-ruh sampel sebanyak 60 orang terdiri dari 30 orang untuk kelompok kasus dan 30 orang untuk kelompok kontrol. Usia bayi berkisar antara 0-11 bulan. Umur ibu yang sudah melahirkan berkisar antara 21-43 tahun. Pe-ngumpulan data yang diperoleh meliputi data asupan energy, protein, zat besi (Fe) pertam-bahan berat badan selama ibu hamil dan ke-jadian BBLR.

    Hasil Analisis didapatkan usia ibu yang sudah melahirkan dalam penelitain ini ber-kisar anatara 21-43 tahun dengan jumlah terbanyak pada kalangan usia 20-35 tahun yaitu berjumlah 49 orang (81,7%). Hasil ana-lisis didapatkan berdasarkan pengelompok-kan pekerjaan ibu yang sudah melahirkan yang tidak bisa bekerja sebanyak 53 orang (88,3%), diperoleh hasil lebih dari sebagian besar ibu hamil tidak bekerja.

    Usia rata-rata ibu yang sudah melahirkan dalam penelitian ini adalah 29 tahun. Usia ini termasuk dalam usia produktif, usia yang baik untuk melahirkan adalah 20-35 tahun. Pada tabel 5.1 dari 60 sampel terdapat sampel yang berusia 20-35 tahun sebanyak 49 orang (81,7%) dan usia sampel >35 tahun sebanyak 11 orang (18,3%). Pada tabel 1 menunjukan bahwa dari 60 sampel jumlah ibu yang peker-jaannya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 53 orang (81,7%) dan ibu yang pekerjaannya wiraswasta sebanyak 7 orang (11,7%).

    Berdasarkan data asupan energy sam-pel melalui Semiquantitative Food Frequen-cy rata-rata sampel mempunyai kebiasaan makan untuk sumber makanan pokok yang setiap hari dikonsumsi adalah nasi, sedang-kan sumber makanan pokok yang lain seperti roti, biscuit, mie, singkong, jagung, ubi, bihun dan kentang rata-rata dikonsumsi 3x dalam

  • • 23

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    seminggu, hal ini yang menyebabkan baiknya asupan energy pada sampel.

    Berdasarkan data asupan protein sampel melalui semiquantitative Food Frequency, rata-rata sampel mempunyai kebiasaan ma-kan untuk sumber protein hewani hanya satu kali dalam sehari, misalnya hanya mengkon-sumsi satu buah telurdalam sehari atau ikan asin satu kali dalam sehari, sedangkan untuk makan selanjutnya tidak ada sumber protein lain, kemudian untuk sumber protein lain se-perti ayam, daging sapi, hati ayam, ikan dan susu hanya beberapa kali dalam seminggu. Namun untuk sumber protein nabati, sampel hamper setiap hari mengkonsumsi tahu dan tempe. Hal ini yang menyebabkan kurangnya asupan pada protein sampel.

    Asupan makanan yang kurang pada ibu hamil akan menyebabkan asupan zat gizi yang tidak seimbang di dalam makanan yang dikonsumsi setiap harinyatermasuk juga zat besi yang kurang7. Angka kecukupan zat besi pada ibu hamil trisemester III yaitu ditambah 13mg/hari.

    Berdasarkan data asupan zat besi (FE) sampel melalui Semiquantitative Food Fre-quency rata-rata sampel mempunyai ke-biasaan makan untuk sumber zat besi hem seperti ayam, daging, telur dan susu hanya beberapa kali dalam seminggu, sedangkan

    untuk sumber-sumber zat besi non hem se-perti bahan makanan sumber karbohidrat, protein nabati, sayur dan buah sampel hampir setiap hari dikonsumsi oleh sampel. Jumlah zat besi dalam bentuk hem dapat diabsorpsi lebih tinggi dibandingkan dengan zat besi da-lam bentuk non hem.

    Suatu kehamilan yang normal dapat ter-lihat dari adanya pertambahan berat badan ibu selama hamil. Pertambahan berat badan selama hamil ini akan berpengaruh terhadap BB bayi yang dilahirkan. Banyak factor yang mempengaruhi pertambahan BB ibu dian-taranya kebiasaan makan, aktivitas ibu se-lama kehamilan mengalami gangguan keha-milan atau tidak.

    Rata-rata pertambahan berat badan ibu selama hamil adalah sebesar 8,76 kg, per-tambahan berat badan ibu selama hamil te-rendah ialah sebesar 4 kg dan pertambahan berat badan ibu selama hamil tertinggi adalah 17 kg dimana sampel ini juga melahirkan bayi dengan berat bayi lahir terbesar yaitu 4000 gram. Secara keseluruhan idealnya pertam-bahan berat badan selama hamil adalah 10-15 kg6.

    Rata-rata berat bayi lahir adalah 2703,33 gram, berat bayi lahir terendah adalah 2000 garam dan berat bayi terbesar adalah 4000 gram. Berat bayi lahir diantaranya dipenga-

    Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia dan Pekerjaan Ibu yang Sudah Melahirkan di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011

    Variabel Kasus Kontrol Totaln % n % n %Usia

    20-35 tahun 27 90 22 73,3 49 81,7>35 tahun 3 10 8 26,7 11 18,3

    PekerjaanIRT 26 86,7 27 90 53 88Wiraswasta 4 13,3 3 10 7 11,7Jumlah 30 100 30 100 60 100

  • 24 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    ruhi oleh asupan zat gizi yang dikonsumsi ibu ketika ibu hamil apabila zat gizi yang dikon-sumsi secara otomaatis berkurang pula asu-pan gizi pada janin yang ditransportasikan melalui plasenta, akibat dari kurang asupan zat gizi inilah yang menyebabkan bayi mengalami berat lahir rendah. Selain itu yang menentukan berat bayi lahir adalah factor keturunan, jenis kelamin dan lain-lain. Jadi meskipun jumlah dan jenis makanan yang dikonsums sama, belum tentu bayi yang dila-hirkan akan sama beratnya. Berdasarkan ta-bel 2 menunjukan bahwa dari 60 sampel jum-lah asupan energy yang kurang dari 100% AKG sebanyak 25 orang sampel (41,7%) dan asupan energy baik (>100% AKG) sebanyak 35 orang (58,3%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar sampel mempunyai asupan energy yang baik.

    Berdasarkan hasil penelitian menun-jukan bahwa konsumsi energy terendah yaitu sebesar 1309,09 kalori/hari dan tertinggi yaitu 3724,06 kalori/hari. Rata-rata asupan energy sampel adalah 2343,65 kalori/hari. Hal ini

    disebabkan karena ketersediaan bahan pangan yang cukup dan mudah didapat teru-tama sumber karbohidrat sebagai penyum-bang energy terbesar seperti nasi, singkong, ubi dan lain-lain. Selain itu juga frekuensi konsumsi sumber energy yang sering dapat mempengaruhi asupan energy yang baik.

    Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 60 sampel jumlah asupan protein yang kurang dari 100% AKG sebanyak 31 orang sampel (51,7%) dan asupan protein baik (>100% AKG) sebanyak 29 orang (48,3%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar sampel mempunyai asupan protein yang kurang.

    Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa konsumsi protein terendah yaitu sebe-sar 29,08 gram/hari dan tertinggi yaitu 118,76 gram/hari. Rata-rata asupan protein sampel adalah 64,54 gram/hari.hal ini kemungkinan disebabkan oleh lebih dari sebagian besar sampel mempunyai kebiasaan mengkonsum-si sumber protein nabati (tempe, tahu, kacang hijau, oncom) setiap hari dengan alasan mem-

    Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Asupan Energi, Asupan Protein, Asupan Zat Besi (Fe), Pertambahan Berat Badan dan Kejadian BBLR

    Variabel Kasus Kontrol Totaln % n % n %Asupan Energi

    Kurang (100% AKG) 11 36,7 24 80 35 58,3

    Asupan ProteinKurang (100% AKG) 10 33,7 19 63,3 29 48,3

    Asupan Zat BesiKurang (100% AKG) 13 43,3 22 73,3 35 58,3

    Pertambahan Berat BadanKurang (

  • • 25

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    punyai harga yang relative murah dan mudah diperoleh dibandingkan dengan ayam, daging sapi, hati, ikan dan susu. Dari 60 sampel jum-lah asupan zat besi yang kurang dari 100% AKG sebanyak 25 orang sampel (41,7%) dan asupan protein baik (>100% AKG) sebanyak 35 orang (48,3%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar sampel mempunyai asupan zat besi yang baik.

    Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa konsumsi zat besi terendah yaitu sebe-sar 10,12 miligram/hari dan tertinggi yaitu 50,85 miligram/hari. Rata-rata asupan zat besi sampel adalah 37,25 miligram/hari. Hal ini ke-mungkinan disebabkan oleh sebagian besar sampel mempunyai kebiasaan mengkonsum-si sumber zat besi non hem (bahan makanan sumber karbohidrat, protein nabati, sayur dan buah) setiap hari dengan alasan mempu-nyai harga yang relative murah dan mudah diperoleh dibandingkan dengan sumber zat besi hem (ayam, daging, telur dan susu). Zat besi dalam bentuk hem penyerapannya lebih tinggi (sekitar 7-22%) sedangkan zat besi da-lam bentuk non hem penyerapannya (sekitar 1-6%). Hal ini disebabkan karena Fe dalam bentuk non hem dipengaruhi oleh factor lain yang dapat menunjang penyerapan misalnya

    daging, ikan, vitamin C dan factor pengham-bat penyerapan misalnya tannin yang banyak terkandung dalam teh.

    Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 60 sampel yang memiliki pertambahan berat badan yang kurang sebanyak 44 orang (73,3%) dan yang mempunyai pertambahan berat badan yang baik sebanyak 16 orang (26,7%).

    Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa BBLR (< 2500 gram) sebanyak 30 bayi (50%) dan bayi berat lahir normal (≥2500 gram) se-banyak 30 bayi (50%). Factor lain yang mem-pengaruhi berat lahir bayi selain status gizi selama hamil adalah paritas dan usia yang memungkinkan mempunyai bayi BBLR dika-renakan belum optimalnya pematangan sel reproduksi dan kondisi kesehatan ibu.

    Hubungan antara asupan energy, asupan p[rotein dan asupan zat besi dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil dapat dilihat pada Tabel 3.

    Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa hu-bu-ngan antara asupan energy dengan per-tambahan berat badan ibu selama hamil di wilayah kerja RSUD Cideres Kabupaten Ma-jalengka memiliki RP sebesar 1,87, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki asu-

    Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil Berdasarkan Asupan Energi, Asupan Protein dan Asupan Zat Besi di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011

    VariabelPertambahan Berat Badan Total RP (95% CI) Nilai pKurang Baikn % n % n %

    Asupan Energi1,87(1,21-2,87) 0,009Kurang 20 57,1 5 20 25 41,7

    Baik 15 42,9 20 80 35 58,3Asupan Protein

    1,91(0,97-3,76) 0,420Kurang 29 82,9 14 56 43 71,7Baik 6 17,1 11 44 17 28,3

    Asupan Zat Besi1,91(0,97-3,76) 0,060Kurang 16 45,7 18 72 34 73,7

    Baik 19 54,3 7 28 26 27,3

  • 26 •

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesiaBidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    pan energy yang kurang memiliki peluang untuk mengalami pertambahan berat badan yang kurang 1,87 kali lebih besar daripada ibu yang asupan energinya baik. Hal ini di-sebabkan karena factor asupan energy mem-punyai peranan penting dalam pertamba-han berat badan ibu selama hamil dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terda-pat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka dengan nilai p = 0,009.

    Menurut Aritonang (2010) mengatakan bahwa energy akan mempengaruhi semua komponen pertambahan berat badan yang meliputi produk konsepsi (fetus, plasenta dan cairan amnion) dan jaringan ibu (rahim dan payudara)8.

    Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa hu-bungan antara asupan protein dengan per-tambahan berat badan ibu selama hamil di wilayah kerja RSUD Cideres Kabupaten Ma-jalengka memiliki RP sebesar 1,91, hal ini menunjukan bahwa ibu yang memiliki asupan protein yang kurang memiliki peluang untuk mengalami pertambahan berat badan yang kurang 1,91 kali lebih besar daripada ibu yang asupan proteinnya baik. Hasil analisis statis-tic menunujkan tidak ada hubungan yang ber-makna antara asupan protein dengan pertam-bahan berat badan ibu selama hamil di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka dengan nilai p = 0,420.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan peneli-tian novianti (2004) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein dengan pertambahan berat badan ibu se-lama hamil karena protein bukan merupakan zat gizi utama yang berperan langsung dalam pertambahan berat badan ibu selama hamil.

    Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa hu-bungan antara asupan zat besi dengan per-tambahan berat badan ibu selama hamil di wilayah kerja RSUD Cideres Kabupaten Ma-jalengka memiliki RP sebesar 1,91, hal ini me nunjukan bahwa ibu yang memiliki asupan zat besi yang kurang memiliki peluang untuk mengalami pertambahan berat badan yang kurang 1,91 kali lebih besar daripada ibu yang asupan zat besinya baik. Hal ini disebabkan karena factor asupan zat besi tidak mempu-nyai peranan penting dalam pertambahan berat badan ibu selama hamil. Asupan Fe selama kehamilan berfungsi untuk mencegah anemia pada ibu hamil dan hasil analisis sta-tistic menunujkan tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka dengan nilai p = 0,060.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan peneli-tian Rahma (2005) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil karena zat besi adalah untuk diguna-kan pembentukan sel darah merah baru yang berfungsi untuk mendukung proses kehami-lan seperti persalinan, peningkatan sirkulasi darah ibu dan mencegah terjadinya anemia.

    Hubungan antara asupan energy, asupan protein dan asupan zat besi dengan kejadian BBLR dapat dilihat pada Tabel 4.

    Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa hu-bung an antara asupan energy dengan ke-jadian BBLR di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka memiliki OR sebesar 6,91. Hal ini menunjukan bahwa ibu yang memliki asupan energy kurang memiliki resiko untuk melahir-kan BBLR 6,91 kali lebih besar daripada ibu yang asupan energinya baik. Hal ini disebab-

  • • 27

    PROSIDING SEMINAR NASIONALPeningkatan kualitas Pendidikan Bidan indonesia

    Bidan Berkualitas untuk indonesia sejahteraYogyakarta, 20-21 Juni 2013

    kan karena factor asupan energi mempunyai peranan penting untuk mempengaruhi keja-dian BBLR dan hasil analisis statistic menun-jukkan terdapat hubungan yang bermakna anta ra asupan energi dengan kejadian BBLR di wilayah kerja RSUD Cideres Kabupaten Majalengka dengan nilai p = 0,002.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan pene-litian Mirna (2003) yang menyatakan bahwa asupan energy yang kurang merupakan fac-tor resiko terjadinya BBLR dengn OR = 7,21 dan a = 0,001. Hal ini terjadi karena asupan energy diperlukan untuk pembentukan jari-ngan baru seperti produk konsepsi (janin, plasenta dan cairan amnion) dan jaringan ibu (rahim dan payudara).

    Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa hubungan antara asupan protein dengan ke-jadian BBLR di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka memiliki OR sebesar 3,46. Hal ini menunjukan bahwa ibu yang memliki asupan energy kurang memiliki resiko untuk melahir-kan BBLR 3,46 kali lebih besar daripada ibu yang asupan proteinnya baik. . Hal ini disebab-kan karena factor asupan protein mempunyai peranan penting untuk mempengaruhi keja-

    Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kejadian Bblr Berdasarkan Asupan Energi, Asupan Protein dan Asupan Zat Besi di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011

    VariabelKategori Berat Bayi Lahir

    OR (95% CI) Nilai pBBLR BBLNn % n %

    Asupan Energi6,91(2,16-22,01) 0,002Kurang 19 63,3 6 20

    Baik 11 36,7 24 80Asupan Protein

    3,46(1,20-9,99) 0,039Kurang 20 66,7 11 36,7Baik 10 33,3 19 63,3

    Asupan Zat Besi3,60(1,22-10,64) 0,036Kurang 17 56,7 8 26,7

    Baik 13 43,3 22 73,3Pertambahan Berat Badan

    6,88(1,71-27,75) 0,009Kurang 27 90 17 56,7Baik 3 10 13 43,3

    Jumlah 30 100 30 100

    dian BBLR dan hasil analisis statistic menun-jukkan terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kejadian BBLR di wilayah kerja RSUD Cideres Kabupaten Majalengka dengan nilai p = 0,039.

    Hasil penelitian yang didapat sesuai de-ngan hasil penelitian sumarni (2007) yang me-nyatakan bahwa asupan protein yang kurang merupakan faktor risiko kejadian BBLR de-ngan OR = 4,2 dan α = 0,043. Hal ini terjadi karena protein dibutuhkan untuk membentuk plasenta dan menambah jaringan tubuh ibu (seperti rahim dan payudara).

    Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian BBLR di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka memiliki OR sebesar 3,60. Hal ini menunjukan bahwa ibu yang memliki asupan energy kurang memiliki resiko untuk melahir-kan BBLR 3,60 kali lebih besar daripada ibu yang asupan energinya baik. Hal ini disebab-kan karena factor asupan zat besi mempu-nyai peranan penting terhadap pembentukan dan perkembangan janin dan hasil analisis statistic menunjukkan t