klp.24 study kasus dan askep ibs dan aerofagi

Upload: haldiena197971

Post on 07-Jul-2015

474 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

MAKALAHSTUDY KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SYNDROME USUS IRRITABLE DAN AEROFAGI

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 24 / III U

ANGGOTA KELOMPOK:

Indra kusuma Komang laut

S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2009/2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas nikmatnya yang telah diberikan kepada kami semua sehingga dapat menyelesaikan Makalah Tentang Study Kasus dan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Syndrom Usus Iritable dan Aerofagi yang meupakan tugas wajib kami pada Semester III dalam mata kuliah Keperawatan pencernaan guna memenuhi kegiatan study. Makalah ini juga akan kami paparkan pada teman-teman dan di hadapan dosen fasilitator. Kami ucapkan pada pihak-pihak yang memberikan dukungannya kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam penyajian makalah ini, kami berpatokan dari beberapa buku yang berhubungan dengan judul yang kami kerjakan,dari media-media internet yang terkait dan dari beberapa jurnal mahasiswa serta dosen-dosen ilmu terkait . Dalam hal ini kami berusaha menyajikan makalah sebaik mungkin guna mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan tentu saja untuk kedepannya, semoga tugas ini dapat berguna untuk teman-teman lainya dan para pembaca sebagai acuan ataupun referensi. Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah membaca makalah kami ini. Namun sebagai manusia biasa, kami tentunya tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu saran serta kritik yang membangun senantiasa kami terima sebagai acuan untuk karya-karya kami berikutnya.

Mataram, Desember 2009

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

2

Penyusun DAFTAR ISI Kata pengantar.1 Daftar isi2 Bab I Pendahuluan A.Latar belakang.....3 B.Tujuan.......4 - Tujuan umum..........................................................................................................4 - Tujuan khusus.........................................................................................................4 C.Rumusan masalah.................................................................................................4 Bab II Konsep Dasar A. Pengertian.5 B. Etiologi...5 C. Patofisiologi...6 D. Manifestasi Klinis..8 E. Pemeriksaan Diagnostik.10 F. Penatalaksanaan Medis.... 11 G. Aerofagi 16 H. Pathway.. 17 Bab III Tinjauan Kasus 1. Pengkajian 18

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

3

2. Analisa Data..21 3. Diagnosa23 4. intervensi24 BAB IV Penutup A. Kesimpulan.27 B. Saran...27 Daftar Pustaka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Adakalanya ketika dalam keadaan tertekan, kita merasa sakit perut. Timbulnya gangguan pada saluran cerna cukup sering dikeluhkan dan menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit-penyakit yang timbul pada saluran cerna, selain disebabkan oleh adanya faktor organik (kelainan struktur saluran cerna, infeksi) ternyata 40-60 % merupakan sindrom fungsional. Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sindrom fungsional pada gangguan saluran cerna tersebut, antara lain adalah : syndrom usus iritable dan aerofagi. Irritable Bowel Syndrome( IBS ) merupakan penyakit yang umum diderita oleh 912% dari populasi di dunia Sekitar 15% populasi orang dewasa di Amerika mengeluhkan gejala-gejala yang sesuai dengan IBS, dimana 12% mencari pertolongan dokter serta sekitar 25-50% dikonsulkan ke Gastroenterologik, merupakan jumlah yang menonjol dalam kunjungan puskesmas dan merupakan kedua tertinggi penyebab tidak masuk kerja setelah influensa. Sementara kekerapannya di Asia Tenggara lebih jarang yaitu sekitar kurang dari 5%.Budaya yang berbeda, orang kulit putih lebih sering melaporkan timbulnya gejala IBS dibandingkan Hispanik namun setelah dilakukan pengontrolan Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 4

perbedaan sosial ekonomi dan pola makan, perbedaan etnik ini tidak lagi menujukkan perbedaan yang berarti. Kadang-kadang IBS dapat diperhebat dengan adanya Aerofagi, dimana merupakan gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Syndrom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau. Kedua dari syndrom ini tidaklah mudah untuk perawat dalam

mengklasifikasikannya sebagai suatu penyakit yang spesifik, sehingga sulit untuk menetapkan suatu diagnosa keperawatan secara spesifik pula. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang dialami pasien dan masalah-masalah yang sifatnya dapat mencetuskan keluhan-keluhan dan gangguan yang menyebabkan perubahan dari kondisi klien.

B. Tujuan Tujuan Umum Adapun tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Keperawatan Pencernaan yang membahas tentang Studi Kasus Pada Gangguan Pencernaan. Tujuan Khusus Untuk memberikan pemahaman tentang proses asuhan keperawatan.

C. Rumusan Masalah Bagaimana landasan teori dari syndrom usus irritable dan aerofagi dilihat dari : Pengertian dari syndrom usus iritable

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

5

Etiologi syndrom usus iritable Patofisiologi syndrom usus iritable Manifestasi klinis syndrom usus iritable Pemeriksaan diagnostik syndrom usus iritable Penatalaksanaan medis syndrom usus irritable Syndrom aerofagi pathway Bagaimana proses dan asuhan keperawatan pada syndom usus irritable dan aerofagi

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian IBS merupakan suatu gangguan fungsional dari gatrointestinal yang ditandai oleh rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut dan perubahan kebiasaan defekasi tanpa penyebab organik. Walaupun setelah dilakukan test darah, X- ray dan colonoscopy tidak akan ditemukan kelainan yang dapat menjelaskan timbulnya gejala-gejala tersebut diatas. Irritable Bowel Syndrom adalah suatu kondisi kronik dari saluran cerna bagian bawah dimana terdapat gejala-gejala yang meliputi nyeri abdomen, perut terasa meregang, kembung dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perubahan kebiasaan defekasi. Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 6

Terdapat 3 sub kategori dari IBS bila dilihat dari 3 gejala utama yaitu nyeri yang berhubungan diare, nyeri yang berhubungan dengan konstipasi dan nyeri yang disertai diare dan konstipasi. Setiap pasien memiliki gejala yang unik, ada yang gejalanya hilang timbul namun ada juga yang menetap bahkan sampai menggangu kehidupan. IBS bukan penyakit yang akan menjadi serius, dan tidak akan memperpendek waktu hidup seseorang yang terkena penyakit ini2. IBS bukan merupakan penyakit inflamasi, infeksi atau suatu keganasan, lebih lanjut lagi IBS bukan merupakan gangguan psikis walaupun sangat berkaitan dengan emosional dan sosial stres yang dapat mempengaruhi onset dan beratnya gejala.

B. Etiologi Penyebab dari IBS tidak diketahui secara pasti. Dokter mengatakan bahwa penyakit ini merupakan gangguan fungsional karena tidak akan ditemukan kelainan ketika kolon diperiksa. Para peneliti telah menyimpulkan bahwa penyebab dari IBS adalah gabungan dari beberapa faktor yang akan mengakibatkan gangguan fungsional dari usus. Faktor-faktor yang dapat mengganggu kerja dari usus adalah sebagai berikut :

1. Faktor psikologis Stress dan emosi dapat secara kuat mempengaruhi kerja kolon. Kolon memiliki banyak saraf yang berhubungan dengan otak. Seperti jantung dan paru, sebagian kolon dikontol oleh SSO, yang berespon terhadap stress. Sebagai contoh pada saat kita takut detak jantung kita akan bertambah cepat dan tekanan darah akan naik. Begitu pula dengan kolon, kolon dapat berkontraksi secara cepat atau sebaliknya. Para peneliti percaya bahwa sistim limbik ikut terlibat. Pada percobaan dengan binatang, perangsangan stress akan menyebabkan pelepasan faktor kortikotropin.

2. Sensitivitas terhadap makanan

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

7

Gejala IBS dapat ditimbulkan oleh beberapa jenis makanan seperti kafein, coklat, produproduk susu, makanan berlemak, alkohol, sayur-sayuran yang dapat memproduksi gas ( kol dan brokoli) dan minuman bersoda.

3. Genetik Beberapa penelitian menyatakan bahwa ada kemungkinan IBS diturunkan dalam keluarga.

4. Hormon reproduksi Peneliti menemukan bahwa gejala IBS sering muncul pada wanita yang sedang menstruasi, mengemukakan bahwa hormon reproduksi dapat meningkatkan gejala dari IBS

5. Obat obatan konvensional Banyak pasien yang menderita IBS melaporkan bertambah beratnya gejala setelah menggunakan obat-obatan konvensional seperti antibiotik, steroid dan obat anti inflamasi.

C. Patofisiologi Patofisiologi terjadinya IBS merupakan kombinasi dari beberapa faktor yaitu

hipersensitivitas visceral, gangguan motilitas usus, ketidakseimbangan neurotransmitter, infeksi dan faktor psikososial. Disfungsi motorik juga berperan dalam terjadinya beberapa gejala dari IBS seperti nyeri abdomen, Keinginan defekasi yang segera, pergerakan usus postprandial. Pengosongan kolon dan usus kecil yang cepat dilaporkan terjadi pada beberapa pasien yang gejala utamanya adalah diare. Pasien yang gejala utamanya adalah konstipasi dapat terjadi gangguan defekasi. Hipersensitifitas dari kolon dan rektal yang disebut juga dengan hyperalgesia viseral juga merupakan faktor yang sangat penting dalam timbulnya gejala. Dapat terjadi peningkatan

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

8

rangsangan dari saraf dorsal horn pada cornu dorsalis, suatu area yang kaya akan neurotransmitar seperti katekolamin dan serotinin. Sel enteroendokrin menstransmisi pesan mekanilk dan kimiawi. Komunikasi antara usus dan otak menghasilkan respon refleks yang dimediasi dalam tiga tingkat yaitu ganglia prevertebral, kord spinal dan batang otak. 5-HT, substansi P, CGRP, norephineprin, opiat kappa dan nitrat oksida semuanya terlibat dalam persepsi dan respon otonom terhadap stimulasi viseral. Sensasi disalurkan dari viskus ke persepsi sadar melalui serat saraf vagal dan parasimpatik. Serat aferen pada akar dorsal ganglion bersinap dengan saraf dorsal horn. Sinyal ini menghasilkan refleks yang mengontrol motorik dan fungsi sekretorik saat mereka bersinap melalui jalur eferen pada ganglia prevertebral dan korda spinal.

Komunikasi sel saraf pada dinding kolon

Nyeri diproses melalui serat aferen spinal pada dorsal horn. Stimulasi pada batang otak membawa sensasi menuju level sadar. Sinyal yang terjadi antara batang otak dengan dorsal horn mencetuskan sensasi. Jalur desenden terutama terdiri atas adrenergik dan serotinergik. Sensitifitas organ akhir, perubahan intensitas stimulus, ukuran lapang penerimaan dari saraf dorsal horn dan sistem limbik merupakan mekanisme yeng berhubungan dengan hipersensitivitas viseral.

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

9

Sel inflamasi usus juga berperan dalam patofisisologi IBS,. Selama beberapa tahun para klinisi telah menyadari bahwa onset dari IBS seringkali diikuti oleh episode gastroenteritis akut. Inflamasi dapat merangsang cytokine milieu dan motilitas usus, keduanya dapat menyebabkan penuingkatan sensasi nyeri. Siklus menstruasi juga dapat mencetuskan sensasi usus dan motilitas. usus, hipersensitifitas viseral, faktor psikososial dan infeksi merupakan beberapa faktor yang diduga berperan sebagai penyebab IBS.

D.

Manifestasi Klinis

Keluhan IBS dapat dibagi atas keluhan intestinal dan ekstraintestinal. Karakteristik dari IBS adalah rasa tidak nyaman atau nyeri perut bisa disertai atau tidak disertai oleh perubahan kebiasaaan defekasi atau gangguan defekasi. Nyeri abdomen kronis dengan lokasi abdomen bagian bawah umumnya sisi kiri dan sifatnya kolik disertai rasa kram dan kambuh secara berkala4. Rasa nyeri biasanya timbul setelah bangun pada pagi hari, sarapan, pada saat stress atau pada saat menstruasi pada wanita dan akan mereda setelah defekasi. Gejala lain yang menyertai biasanya perubahan kebiasaan defekasi dapat berupa diare, konstipasi atau diarea yang diikuti dengan konstipasi. Diare terjadi dengan karakteristik feses yang lunak dengan volume yang bervariasi. Biasanya terjadi pada waktu bangun tidur pagi hari atau setelah makan. Konstipasi dapat terjadi beberapa hari sampai bulan dengan diselingi diare atau defekasi yang normal. Bentuk feses keras dapat seperti tahi kambing. Selain itu pasien juga sering mengeluh perutnya terasa kembung dengan produksi gas yang berlebihan dan melar, feses disertai mucus, keinginan defekasi yang tidak bisa ditahan dan perasaan defekasi tidak sempurna.Gejala gangguan fungsional gastrointestinal lain yang sering menyertai adalah nyeri dada, dada seperti terbakar, nausea, dispepsia, kesulitan menelan dan rasa mengganjal pada tenggorokan. Gejala-gejala intestinal dari IBS meliputi : Rasa mengganjal pada tenggorokan Nyeri perut, kembung dan membengkak

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

10

Susah menelan Nyeri pd daerah pelvis, rectum dan anus Nyeri dada Konstipasi Mual Diare Muntah Perasaan tidak lampias pada saat defekasi Perasaan terbakar pada dada Terdapat mukus pada feses Rasa penuh pada epigastrium

Selain gejala intestinal juga terdapat gejala-gejala ekstraintestinal yang meliputi nyeri kepala, gangguan tidur, gangguan stress yang disebabkan oleh trauma, nyeri pelvis atau pinggang dan anxietas. Fibriomialgia dan sistitis intestinal juga sering timbul pada pasien denga IBS. Gejala ekstraintestinal lain yang dapat ditemukan pada pasien IBS, meliputi : Fibromialqia Bernafas pendek Lemas dan kekurangan energi Nyeri dada Insomnia Nyeri perut Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 11

Nyeri Kepala Nyeri pada rahang Perasaan tidak sehat Nyeri pada saat menstruasi Susah konsentrasi Menurunnya kemampuan seksual Gangguan miksi Pada beberapa keadaan, gejala IBS ini harus dibedakan dengan penyakit kolon inflamasi yaitu kolik ulseratif atau penyakit chron. Kedua kelainan ini sangat berbeda baik dari gejala klinis maupun pengobatannya. Akan tetapi kedua jenis kelainan ini juga bisa didapatkan bersama sama. Frekuensi terjadinya IBS bervariasi pada tiap orang, ada yang sering mengalami episode dari IBS namun ada juga yang mengalami bebas gejala selama beberapa periode. Beberapa pasien gejala utamanya adalah diarea sementara yang lainnya gejala utamanya ialah konstipasi.

E. Pemeriksaan Diagnostik Test Laboratorium Test laboratorium meliputi hitung darah lengkap, test kimia darah, test fungsi liver dan pengukuran thyrotropin. Feses juga akan ditest untuk mengetahui apakah ada perdarahan dengan menggunakan test kimia khusus yang dinamakan slides hemoecult test. Hal ini sangat penting karena pada pasien dengan IBS tidak ditemukan adanya perdarahan. Pada feses juga diperiksa apakah ada mikroorganisme patologis yang menyebabkan terjadinya diare atau konstipasi. Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 12

X-ray Pemeriksaan penunjang lain seperti X-ray. X-ray dari gastrointestinal bagian bawah yang dikenal dengan nama enema barium. Enema barium merupakan X-ray khusus yang menggunakan barium sulfat untuk mempertegas garis dari kolon dan rektum. Barium sulfat merupakan zat kimia seperti kapur yang terlihat sebagai gambaran putih pada film X-ray. Pasien akan diberikan cairan barium enema melalui tabung yang dimasukkan ke dalam rektum. Pasien akan diinstruksikan untuk menahan cairan didalam sementara teknisi X-ray akan mengambil seri X-ray. Prosedur ini tidak menyakitkan. X-ray ini dilakukan untuk membantu dalam menyingkirkan kondisi seperti tumor, inflamasi, obstruksi dan penyakit chron. Endoscopy atau colonoscopy

Colonoscopy adalah pemeriksaan visual dari kolon dengan menggunakan fiber optic yang elastis atau video endoskopi. Alat colonoscope bersifat fleksibel dan dapat digerakkan sesuai dengan bentuk kolon.

Alat ini berupa tabung dengan lensa yang dilengkapi dengan kamera TV kecil dengan lampu pada ujungnya. Pada alat ini terdapat fiber optic dan chip komputer video yang dapat Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 13

mengambil gambar kolon dan menstransmisi gambaran ke dalam layar video.Untuk mendapatkan hasil yang bagus, kolon harus bersih dan bebas dari feses. Pasien dapat meminum obat laxan namun biasanya pasien hanya meminum air putih dan tidak memakan apapun sehari-hari sebelum dilakukan pemeriksaan. Prosedur ini hanya memakan waktu 1530 menit dan pada saat dilakukan pemeriksaan pasien dalam keadaan tersedasi ringan.

F. Penatalaksanaan Medis Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk IBS, pengobatan yang diberikan semata mata bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala yang timbul, mencegah bertambah beratnya gejala dan mengurangi frekuensi timbulnya gejala-gejala. agar tidak menggangu kualitas hidup sehari-hari. Terapi meliputi : 1.Terapi non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup, konseling, stress manajemen dan perubahan pola makan. 2. Terapi farmakologis yaitu terapi dengan menggunakan obat-obatan. Terapi non farmakologis Stress manajemen Emosional stress tidak akan menyebabkan seseorang menderita IBS namun stress dapat menimbulkan gejala-gejala, stress dapat menambah frekuensi dan beratnya gejala. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres seperti olah raga, meditasi, tekhnik pernafasan dan konsul ke psikiater. Perubahan pola makan Seperti yang telah disebutkan diatas ada beberapa makanan yang dapat menimbulkan gejala IBS seperti kafein, coklat, alkohol, minuman bersoda dan makanan berlemak, maka pencegahannya adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan tersebut. Ada juga beberapa jenis makanan yang dapat mengurangi gejala terutama gejala konstipasi yaitu dengan mengkonsumsi banyak serat yang dapat berupa suplemen serat, minuman berserat ataupun

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

14

makanan yang mengandung banyak serat seperti wortel, kentang, roti, sereal, apel, jeruk, pisang dan strawbery. Terapi farmakologis Terapi konstipasi Konstipasi merupakan gejala nonspesifik yang sering dilaporkan oleh pasien yang menderita IBS. Suplemen serat seperti biji psyllium, metilsesulosa dan polycarbhopil dapat meredakan konstipasi dengan mempercepat perpindahan feses dan memudahkan defekasi. Serat juga berguna untuk konstipasi dimana terjadi perlambatan pergerakan colon. Pada situasi ini penggunaan osmotic laxative sangat efektif dan aman Laksan karbohidrat seperti sorbitol dan laktulosa juga efektif tetapi mahal dan dapat menyebabkan terbentuknya gas, yang dirasakan tidak nyaman oleh pasien. Stimulasi Cathartic seperti Bisacodyl dan Senna sering menimbulkan kram, tachypilaksis dan ketergantungan. Percobaan pada binatang, cathartics merangsang terjadinya pembengkakan dan fragmentasi dari saraf usus. Obat antispasmodik Beberapa penelitian terbaru menunjukan bahwa antikolinergik dan anti spasmodik lebih efektif dibandingkan plasebo dalam mengurangi gejala-gejala yang timbul pada IBS. Obat antispasmodik merelaksasikan otot polos usus dan mengurangi kontaksi usus. Obat antikolinergik, calcium chanel bolcker dan antagonis opiat dapat bekerja sebagai antispasmodik walaupun di Amerika Serikat hanya obat antikolinergik yang digunakan untuk efek antispasmodik. Obat obat ini hanya digunakan bila dibutuhkan dengan dosis 2 kali/hari untuk kembung, distensi dan serangan nyeri akut. Obat antispasmodik bila diminum 30 menit sebelum makan dapat menghambat terjadinya reflek gastrokolik dan mengurangi kram. Antikolinergik dapat mengurangi kontraktilitas postprandial yang berlebihan. Jenis obat antikolinergik yang sering digunakan di Amerika Serikat ialah dicyclomin, hyoscyamin dan clidinium (dikombinasikan dengan cholrdiazepoxid hidroklorida). Mebeverine dan dicyclomin berkurang keefektifannya bila digunakan lama. Efek samping antikolinergik meliputi mulut kering, penglihatan buram, lemas dan keinginan bak yang tidak tertahankan. Glaukoma sudut sempit dan retensi urin merupakan kontraindikasi. Kemungkinan resiko

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

15

ketergantungan rendah, karena antikolinergik menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan pada dosis yang tinggi. Beberapa formulasi telah mengkombinasikan benzodiazepin atau barbiturat dengan antikolinergik. Anxietas meningkatkan respon motilitas usus sebagai bagian dari respon stress dan respon ini dapat dikurangi dengan pemberian benzodiazepin. Sedatif dapat mengurangi kontraksi usus. Terapi diare Obat obatan anti diare juga digunakan untuk mengobati diare yang disertai oleh terapi rehidrasi untuk mengkoreksi banyaknya cairan yang keluar dan elektrolit yang hilang. Opiat dan opioid analogs diphenoxylate atropine dan loperamid menstimulasi reseptor pda sistem saraf usus yang dapat menghambat peristaltik dan sekresi cairan. Loperamide 2 4 mg 4 kali/hari memperlambat waktu pengosongan usus, meningkatkan absorpi asam empedu, meningkatkan tonus sphingter anus dan mengurangi nyeri. Loperamide telah terbukti efektif terhadap diare Loperamide dapat digunakan untuk penggunaan jangka lama karena dapat dibeli tanpa resep dari dokter, tidak mempunyai komponen antikolinergik dan tidak menyebabkan euphoria pada semua dosis. Cholestyramin juga berguna sebagai pengobatan second atau third line untuk malabsorpsi asam empedu. Pengikat asam empedu seperti cholestyramin dapat ditambahkan pada terapi untuk mencegah terjadinya diare refrakter. Penggunaan obat ini pada malam hari seringkali sangat efektif pada pasien IBS yang gejala utamanya diare. Antidepresan trisiklik Antidepresan trisiklik pada dosis rendah nampaknya efektif untuk IBS dan kondisi yang tidak menyenangkan lainnya seperti migrain, nyeri neuropati, nyeri yang disebabkan oleh kanker, nyeri yang bukan berasal dari jantung dan dispepsia fungsional. Terapi ini biasanya digunakan pada pasien dengan gejala yang berat dan pada pasien yang resisten terhadap pengobatan tingkat pertama, disebabkan karena efek sampingnya. Mekanismenya tidak diketahui secara pasti, namun bisa disebabkan oleh pengurangan sensitifitas dari saraf perifer. Diduga obat trisiklik antidepresan secara langsung mempengaruhi Walaupun pada pasien sehat antidepresan trisiklik meningkatkan ambang dan toleransi nyeri permukaan kulit namun efek ini belum dapat dibuktikan sama efeknya Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 16

terhadap usus. Secara teori keuntungan dari antidepresan trisiklik disebabkan oleh sifat antikolinergiknya. Banyak penelitian telah membuktikan berkurangnya gejala-gejala yang dialami pada pasien yang mengkonsusmsi dosis rendah dari anti depressan trisiklik seperti amitriptilin, desipramine, doxepin, clomipramine dan trimipramine. Amitriptilin dapat dimulai dari dosis 10 25 mg perharinya atau impiramin 25 50 mg perharinya. Beberapa obat trisiklik seperti amytriptilin juga berguna dalam mengobati insomnia, depresi atau panik. Antidepresan trisiklik dapat dikombinasikan dengan obat antispasmodik jika efek dari kedua obat tiudak bisa dicapai dengan sempurna. Karena dapat menimbulkan kantuk jadi sebaiknya obat ini digunakan pada saat mau tidur. Dosis awal berkisar dari 10 25 mg untuk semua jenis antidepresan trisiklik. Dosis dapat ditingkatkan hingga 100 mg. Penghambat pengambilan serotinin dan obat antidepresant baru lainnya telah digunakan secara luas untuk pengobatan IBS, karena kecilnya efek samping. Obat obat ini tidak memiliki efek anti nosiseptive yang sama seperti antidepresan trisiklik dan juga belum terbukti efektif untuk IBS atau untuk gangguan gastrointestinal lainnya. Penghambat selektif reuptake serotinin sangat berguna jika IBS disertai dan dicetuskan oleh gangguan mood. Antagonis reseptor serotinin Reseptor serotinin 3 terdapat pada sistem saraf sensorik usus. Serotinin dilepaskan oleh sel gastrointestinal enteroendokrin setelah terjadi stimulasi mukosa, berdifusi pada saraf akhir dan menstimulasi terjadinya peristaltik dengan cara mengikat serotinin 3 dan serotinin 4 yang terdapat pada saraf usus. Aktivasi reseptor serotinin 3 menstimulasi motilitas usus, sekresi dan sensasi. Efek motorik dari antagonis reseptor serotinin 3 meliputi pengurangan waktu perpindahan kolon, mengurangi refleks gastrokolik dan peningkatan kelenturan usus. Obat ini mengurangi sensitifitas usus terhadap regangan baik pada manusia maupun hewan. Antagonis reseptor serotinin 3 seperti alosteron meningkatkan kelenturan usus pada pasien dengan IBS dan mengurangi sensitifitas terhadap peregangan. Hasil klinik dari alosteron yaitu pengurangan terjadinya diare dan keinginan BAB.

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

17

Alosteron (1 mg 2 kali sehari) sangat berguna pada wanita yang menderita IBS tanpa gejala konstipasi. Alosteron dilaporkan lebih bermanfaat dibandingkan mebeverin suatu obat antispasmodik dalam mengurangi nyeri yang disebabkan oleh IBS. Reseptor agonist serotinin Tegaserod, obat yang menyerupai obat prokinetik cisapride, merupakan parsial reseptor agonis serotinin 4. Gerak peristaltik dikoordinasi oleh saraf dari sistem saraf usus yang melepaskan mediator-mediator lain setelah aktifasi reseptor serotinin . Pada pasien yang sehat, 6 mg tegaserod sehari 2 kali mempercepat pengosongan lambung dan usus kecil. Pada pasien yang gejala utamanya adalah konstipasi , 2 mg dosis dari tegaserod sehari 2 kali mempercepat pengosongan usus kecil dan pengisian sekum namun tidak memiliki efek pengosongan lambung atau pengosongan total colon. Tegaserod telah disetujui oleh FDA penggunaannya hingga 12 minggu pada wanita yang gejala utamanya adalah konstipasi yang tidak berespon terhadap pemberian suplemen serat, laksan atau antispasmodik. Efek samping dari tegaserod biasanya ringan. Pemilihan obat pada IBS dikategorikan menurut gejala yang timbul. Pengobatan IBS diberikan berdasarkan 3 gejala utama yang sering timbul yaitu konstipasi, diare dan nyeri.

AEROFAGI DEFINISI Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 18

Syndrome yang diakibatkan oleh udara yang berlebihan pada saluran GIT yang bukan dikarenakan obstruksi , tetapi udara yang ditelan, fermentasi bakteri dan udara difusi dari darah. Udara ini terdiri dari O2, N2, CO2, H2 dan metan. ETIOLOGI Stress emosional Lebih sering menelan, makan permen karet, terlalu banyak merokok, saliva atau mulut kering, sonde lambung atau trakheostomi Kembung, sendawa yang sebenarnya menelan udara Makanan karbohidrat dan sari buah yang mengeluarkan banyak gas Malabsorbsi, pertumbuhan bakteri berlebihan GEJALA KLINIS Sendawa esophagus Syndrome distensi gaster Borborigmi Peregangan kolon/syndrome fleksura lien,hepar + nyeri iskemik jantung Flatus yang berlebihan PENGOBATAN Hindari : Makan permen karet Minuman yang mengandung gas Merokok Obat-obatan antikolinergik Makan kacang-kacangan dan buah-buahan seperti apel,anggur, dan pisang. Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 19

IRITABLE BOWEL SYNDROME ( IBS )FAKTOR PSIKOLOGIS (STRES) MENGAKTIFKAN EPINEFRIN DAN MENSTIMULASI SARAF SIMPATIS GANGGUAN MOTILITAS SALURAN GASTROINTESTINAL ( GIT ) STRES,MAKANAN,OBAT -OBATAN,HORMON

SEL INFLAMASI USUS MERANGSANG CYTOKINE MILIEN DAN MOTILITAS USUSGANGUAN NEUROTRANSMITTE R MEMBLOK FLEKSUS MIENTERIKUS DAN MEISNER

HIPERSENSITIV ITAS VISCERAL

PENURUNAN PERISTALTIK USUS DAN PENINGKATAN SEKRESI USUS

PENIMBUNAN FESES YANG LAMA PADA REKTUM

MERANGSANG FLEKSUS MIENTERIKUS DAN MEISNER

PENINGKATAN SENSITISASI JALUR NOCIRECEPTOR ARRERENT USUS YANG BERSINAPS DI DORSAL HORN

DAMPAKNYA :

KONSTIPASI DAN BERLENDIR

PENINGKATAN PRODUKSI GAS NH3,N2,O2,CO2,H2 OLEH BAKTERI USUS DISTENSI PERUT ( PERUT KEMBUNG )

PENINGKATAN KONTRAKSI TONIK USUS HALUS PENINGKATAN INTENSITAS KONTRAKSI RITMIS PENINGKATAN KECEPATAN IRAMA KONTRAKSI PENINGKATAN PERISTALTIK USUS

PENURUNAN PERISTALTIK USUS

INTERPRETASI NYERI MELALUI SERAT AFEREN SPINAL PADA DORSAL HORN PERSEPSI NYERI DICETUSKAN MELALUI SPINAL YANG TERJADI ANTARA BATANG OTAK DENGAN DORSAL HORN NYERI ABDOMEN

KONSTIPASI

SYNDRO M

MEKANISME PERTAHANAN TUBUH UNTUK MENGELUARKAN GAS-GAS TERSEBUT MELALUI : MULUT : DENGAN BERSENDAWA

PERUBAHAN STATUS KESEHATAN

DIARECEMAS GANGGUAN RASA NYAMAN

MAKAN PERMEN KARET

MINUMAN YANG MENGANDU NG GAS

BANYAK MEROKOK

MAKANAN YANG MENGANDUN G GAS

UDARA AKAN DIHASILKAN SAAT SERING MENGUNYAH PERMEN KARET DAN AKAN MASUK KE ESOFAGUS

GAS YANG TERKANDUN G DIDALM MINUMAN IKUT TERTELAN

UDARA BANYAK TERTELAN SAAT MENGHISAP

GAS YANG TERKANDUNG DALAM MAKANAN MASUK BERSAMA

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

20

AKUMULASI GAS DALAM USUS DISTENSI PERUT ( PERUT KEMBUNG )

BAB III TINJAUAN KASUS

Pathway syndrome usus irritable dan aerofagi yang mengarah pada masalah keperwatan

Tn.k 30 thn, karyawan swasta dari bali, klien datang ke RS dengan keluhan nyeri abdomen, konstipasi, feses kecil, keras dan berlendir, klien sudah 1 thn di tinggal istri namun klien belum bisa menerima kepergiannya, bising usus 5X/menit dan tidak teratur, kesadaran CM, TD 120/80 mmHg, RR 24X/menit, nadi 70X/menit, suhu 370 C, klien mengalami syndrome usus irritable dan aerofagi, perut klien kembung dan tegang, klien sering flatus dan sendawa berlebihan. PENGKAJIAN A.Anamnesa I . Identitas klien: Nama Umur Jenis kelamin Asal : Tuan K : 30 Tahun : laki-laki : Bali

2. Riwayat kesehatan : Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang : nyeri abdomen : klien datang ke RS dengan keluhan nyeri abdomen, konstipasi, feses kecil, keras dan berlendir, klien sudah 1 thn di tinggal istri namun klien belum bisa menerima kepergiannya Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga Riwayat psikososial : --: --: Bekerja sebagai karyawan swasta ,sudah 1 tahun menduda dan belum menerima kepergian istri Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 21

3. Pola kebutuhan sehari Aktivitas/istirahat :

Pekerjaan : karyawan swasta : ---:

Sirkulasi Integritas ego

Factor stress : di tinggal istri Status hubungan : bercerai :

Eliminasi

Pola BAB : mengalami kesulitan saat BAB Karakter feses : keras, kecil dan berlendir : ---: ---:

Makanan/cairan Hygiene Neurosensori Kesadaran : CM

Nyeri/ketidaknyamanan

:

Lokasi nyeri : abdomen Factor pencetus : stress Ganggua kenyamanan : perut kembung dan tegang, sering flatus dan sendawa berlebihan

Pernapasan

: ----

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

22

Keselamatan Seksualitas Interaksi social

: ---: ---: ----

B. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum BI ( Breathing ) B2 ( Blood ) B3 ( Brain ) B4 ( Bladder ) B5 ( Bowel ) B5 ( Bone ) : Sering flatus dan sendawa berlebihan : RR 24X/ Menit : TD 120/80 mmHg, Nadi 70X/menit : Kesadaran umum CM : : Bising usus 5X/menit, perut kembung dan tegang :

C. Pemeriksaan penunjang : ---D. Penatalaksanaan medis : ----

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

23

1. ANALISA DATA

NO 1. DS :

Symptom

Etiologi Stres

Masalah konstipasi

Konstipasi, feses kecil,keras dan berlendir Pasien mengalami stress psikologik karena belum menerima kepergian istrinya

mengaktifkan epinefrin dan menstimulasi saraf simpatis

penurunan peristaltic usus dan peningkatan sekresi usus Gangguan rasa nyaman konstipasi disertai lendir

DS : Pasien mengalami stress psikologik karena belum menerima kepergian istrinya DO : Bising usus 5X/menit, perut kembung dan tegang Sering flatus dan sendawa berlebihan

Stress

2.

mengaktifkan epinefrin dan menstimulasi saraf simpatis

penurunan peristaltic usus

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

24

penimbunan feses yang lama pada rectum

peningkatan produksi gas NH3,N2,O2,CO2,H2 oleh bakteri usus

distensi perut ( perut kembung )

DS : Nyeri abdomen DO : RR 24X/ Menit TD 120/80 mmHg Nadi 70X/menit Kesadaran umum CM

mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan gas-gas tersebut melalui : mulut : dengan bersendawa anus : dengan flatus

Cemas

gangguan rasa nyaman sel inflamasi usus

merangsang cytokine milien dan motilitas usus

interpretasi nyeri melalui serat aferen spinal pada dorsal horn

persepsi nyeri dicetuskan melalui spinal yang terjadi antara batang otak dengan dorsal horn

nyeri abdomen

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

25

perubahan status kesehatan tanpa ada perubahan TTV

CEMAS hipersensitivitas visceral

peningkatan sensitisasi jalur nocireceptor arrerent usus yang bersinaps di dorsal horn dari spinal cord

interpretasi nyeri melalui serat aferen spinal pada dorsal horn

persepsi nyeri dicetuskan melalui spinal yang terjadi antara batang otak dengan dorsal horn

nyeri abdomen

perubahan status kesehatan tanpa ada perubahan TTV

CEMAS

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

26

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

27

DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan Eliminasi Alvi /Konstipasi Berhubungan Dengan Gangguan Persarafan Pada Usus dan Rektum. Gangguan rasa nyaman (nyeri abdomen ) yang berhubungan dengan perut kembung Cemas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

28

INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan : Gangguan Eliminasi Alvi /Konstipasi Berhubungan Dengan Gangguan Persarafan Pada Usus Dan Rektum. Tujuan perawatan : pasien tidak menunjukkan adanya gangguan eliminasi alvi/konstipasi Kriteria hasil : pasien bisa B.A.B secara teratur sehari 1 kali Intervensi Rasional 1)Kaji warna, jumlah, konsistensi dan Membantu dalam mengidentifikasi penyebab frekuensi feses. dan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta membantu dalam menentukan intervensi yang 2)Auskultasi bising usus 3)Monitor Intake dan Output tepat. Bising usus biasanya meningkat pada saat konstipasi. Membantu mengidentifikasi dehidrasi dan

kekurangan nutrisi. 4)Anjurkan untuk menghindari makanan yang Mengurangi distress lambung dan distensi banyak mengandung gas. abdomen 5)Kaji keadaan kulit perianal secara teratur Mencegah terjadinya ekskoriasi kulit dan lakukan perineal care 6)Diskusikan penggunaan pelunak feses dan Memfasilitasi defekasi saat konstipasi terjadi. pemberian enema bila diperlukan 7)Kolaborasi: Konsultasikan dengan ahli gizi Serat dapat menyerap cairan dan membuat untuk mengatur makanan yang seimbang feses menjadi solid dan akhirnya menstimulasi dan tinggi serat. defekasi

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

29

Diagnosa : Gangguan rasa nyaman (nyeri abdomen) berhubungan dengan distensi abdomen

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi Kriteria hasil : a)Tampak rileks dan mampu beristirahat dengan nyaman. b)Mempraktekkan tindakan pereda nyeri non invasive untuk mengatasi nyeri Rencana tindakan Intervensi Rasional Kaji lokasi, intensitas (skala 0-10) dan Gambaran nyeri dapat diketahui baik secara karakteristik nyeri (menetap, hilang timbul, subjektif maupun objektif, sehingga dapat ditentukan intervensi yang tepat kolik). Bantu klien mengatur posisi senyaman Posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan tegangan mungkin. abdomen. Membantu klien untuk beristirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan. Ajarkan dan Bantu melakukan teknik relaksasi. klien dalam Mengontrol nyeri untuk meningkatkan istirahat dan kenyamanan.

Anjurkan untuk menghindari makanan Mengurangi distress lambung dan distensi yang banyak mengandung gas,hindari abdomen minuman yang mengandung soda, hindari rokok, hindari mengunyah permen karet Kolaborasi dengan dokter untuk Mengurangi persepsi terhadap nyeri yang kerjanya pada sistem saraf pusat pemberian analgetik jika nyeri berlanjut

Diagnosa : Kecemasan Berhubungan Dengan Perubahan Status Kesehatannya Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi 30

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya. Kriteria Hasil : Ekspresi wajah tenang Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya Intervensi 1) Kaji tingkat kecemasan Rasional Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga

memudahkan dlam tindakan selanjutnya 2) Berikan dorongan dan berikan waktu untuk Klien merasa ada yang memperhatikan mengungkapkan semua keluhannya 3)Jelaskan semua prosedur dan pengobatan 4)Berikan dorongan spiritual pikiran dan dengarkan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tindakan yang diberikan Rasional : Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam perawatannya. Rasional : Bahwa segala tindakan yang diberikan penyakitnya, Esa. untuk masih proses ada penyembuhan yang berkuasa

menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha

BAB IV PENUTUP

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

31

A. Kesimpulan Irritable bowel syndrome merupakan suatu gangguan fungsional dari gatrointestinal yang ditandai oleh rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut dan perubahan kebiasaan defekasi tanpa penyebab organic. Terdapat 3 sub kategori dari IBS bila dilihat dari 3 gejala utama yaitu nyeri yang berhubungan diare, nyeri yang berhubungan dengan konstipasi dan nyeri yang disertai diare dan konstipasi Penyebab dari IBS adalah gabungan dari beberapa faktor yang akan mengakibatkan gangguan fungsional dari usus yang melipitu factor psikososial, genetic, sensitifitas terhadap makanan dan obat-obatan. Patofisiologi terjadinya IBS merupakan kombinasi dari beberapa faktor yaitu hipersensitivitas visceral, gangguan motilitas usus, dan faktor psikososial. Keluhan IBS dapat dibagi atas keluhan intestinal dan ekstraintestinal,Karena tidak ada marker diagnosa yang dapat digunakan untuk menegakkan IBS, diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang timbul dan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang dapat memiliki gejala yang sama. Aerofagi merupakan Syndrome yang diakibatkan oleh udara yang berlebihan pada saluran GIT yang bukan dikarenakan obstruksi , tetapi udara yang ditelan, fermentasi bakteri dan udara difusi dari darah. Udara ini terdiri dari O2, N2, CO2, H2 dan metan. Kedua dari syndrom ini tidaklah mudah untuk perawat dalam mengklasifikasikannya sebagai suatu penyakit yang spesifik, sehingga sulit untuk menetapkan suatu diagnosa keperawatan secara spesifik pula. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang dialami pasien dan masalah-masalah yang sifatnya dapat mencetuskan keluhan-keluhan dan gangguan yang menyebabkan perubahan dari kondisi klien. B. Saran Diharapkan referensi dari berbagai sumber dalam pembuatan makalah supaya makalah bisa disusun dengan baik dan pengetahuan yang didapat lebih luas serta materi yang dibahas lebih dikuasai.

Datar Pustaka

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

32

Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika. Suryono Slamet, et al, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, edisi , Jakarta,FKUI Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta, EGC Price & Wilson, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC Sumber : http://stikep.blogspot.com

Study kasus dan asuhan keperawatan IBS dan aerofagi

33