iri dan dengki

25
Hasad….., Kenali Kemudian Jauhi !!! Sebagian manusia tidak mampu mengelakkan dirinya dari sifat hasad. Hasad disebut juga dengan Dengki atau Iri hati. Dengki kepada rekan yang baru naik jabatan, dengki kepada tetangga yang punya mobil mewah, dengki kepada saudara yang anaknya sarjana dan dengki kepada seorang ustadz yang memiliki murid yang pintar dan lain sebagainya. Dan sungguh tidak bisa dibayangkan, ketika abad globalisasi dan keterbukaan yang telah mulai membuka pintunya akan semakin memberikan peluang untuk membuka ‘kran hati’ untuk saling mendengki. Karena ukuran globalisasi identik dengan materi. Orang pun semakin tak bisa mengendalikan hati. Rasa dengki dan iri baru tumbuh manakala orang lain menerima nikmat. Biasanya jika seseorang mendapatkan nikmat, maka akan ada dua sikap pada manusia. Pertama, ia benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasad, dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama itulah yang dilarang sedang yang kedua diperbolehkan. Beberapa Kisah Al Qur’an tentang Orang-orang yang Dengki Dalam bahasa sarkasme, orang pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana, dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu berkait dan berkelindan. Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelimang lara. Allah Ta’ala menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya, yang artinya: “Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya.” (QS. Ali Imran: 120) Dengki juga merupakan sikap orang-orang ahli Kitab. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Kebanyakan orang-orang ahli Kitab menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu

Upload: ratih-dewanti-aihara

Post on 01-Jan-2016

114 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

agama

TRANSCRIPT

Page 1: Iri Dan Dengki

Hasad….., Kenali Kemudian Jauhi !!!

Sebagian manusia tidak mampu mengelakkan dirinya dari sifat hasad. Hasad disebut juga dengan Dengki atau Iri hati. Dengki kepada rekan yang baru naik jabatan, dengki kepada tetangga yang punya mobil mewah, dengki kepada saudara yang anaknya sarjana dan dengki kepada seorang ustadz yang memiliki murid yang pintar dan lain sebagainya.

Dan sungguh tidak bisa dibayangkan, ketika abad globalisasi dan keterbukaan yang telah mulai membuka pintunya akan semakin memberikan peluang untuk membuka ‘kran hati’ untuk saling mendengki. Karena ukuran globalisasi identik dengan materi. Orang pun semakin tak bisa mengendalikan hati.

Rasa dengki dan iri baru tumbuh manakala orang lain menerima nikmat. Biasanya jika seseorang mendapatkan nikmat, maka akan ada dua sikap pada manusia. Pertama, ia benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasad, dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama itulah yang dilarang sedang yang kedua diperbolehkan.

Beberapa Kisah Al Qur’an tentang Orang-orang yang Dengki

Dalam bahasa sarkasme, orang pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana, dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu berkait dan berkelindan. Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelimang lara. Allah Ta’ala menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya, yang artinya: “Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya.” (QS. Ali Imran: 120)

Dengki juga merupakan sikap orang-orang ahli Kitab. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Kebanyakan orang-orang ahli Kitab menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, disebabkan karena kedengkian (hasad) yang ada dalam jiwa mereka.” (QS. Al Baqarah: 109)

Kedengkian saudara-saudara Yusuf kepada dirinya mengakibatkan sebagian dari mereka ingin menghabisi nyawa saudaranya sendiri, Yusuf ‘Alaihis Salam. Allah Ta’ala mengisahkan dalam firmanNya, yang artinya: “(Yaitu) ketika mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah ia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS. Yusuf: 8 - 9)

Terhadap orang-orang pendengki tersebut Allah Ta’ala dengan keras mencela: “Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” (QS. An Nisaa’: 54)

Sebab-sebab Dengki

Page 2: Iri Dan Dengki

Rasa dengki pada dasarnya tidak timbul kecuali karena kecintaan kepada dunia. Dan dengki biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antar keluarga, antarteman sejawat, antar tetangga dan orang-orang yang berde-katan lainnya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama sekali.

Adapun orang yang mencintai akhirat, yang mencintai untuk mengetahui Allah, malaikat-malaikat, nabi-nabi dan kerajaanNya di langit maupun di bumi maka mereka tidak akan dengki kepada orang yang mengetahui hal yang sama. Bahkan sebaliknya, mereka malah mencintai bahkan bergembira terhadap orang-orang yang mengetahuiNya. Karena maksud mereka adalah mengetahui Allah dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisiNya. Dan karena itu, tidak ada kedengkian di antara mereka.

Kecintaan kepada dunia yang mengakibatkan dengki antarsesama disebabkan oleh banyak hal. Di antaranya karena permusuhan. Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah musuhnya. Diusahakanlah agar jangan ada kebajikan pada orang tersebut. Bila musuhnya itu mendapat nikmat, hatinya menjadi sakit karena bertentangan dengan tujuannya. Permusuhan itu tidak saja terjadi antara orang yang sama kedudukannya, tetapi juga bisa terjadi antara atasan dan bawahannya. Sehingga sang bawahan misalnya, selalu berusaha menggoyang kekuasaan atasannya.

Sebab kedua adalah ta’azzuz (merasa paling mulia). Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut apabila koleganya mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.

Sebab ketiga, takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk kepadanya. Termasuk dalam sebab ini adalah kedengkian orang-orang kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang seorang anak yatim tapi kemudian dipilih Allah untuk menerima wahyuNya. Kedengkian mereka itu dilukiskan Allah Ta’ala dalam firmanNya, yang artinya: “Dan mereka berkata: Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?” (QS. Az Zukhruf: 31) Maksudnya, orang-orang kafir Quraisy itu tidak keberatan mengikuti Muhammad, andai saja beliau itu keturunan orang besar, tidak dari anak yatim atau orang biasa.

Sebab keempat, merasa ta’ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya. Hal ini sebagaimana yang biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah dari rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu mereka mendengki-nya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut sehingga mereka berkata: “Adakah Allah mengutus manusia sebagai rasul?” (QS. Al-Mu’minun: 34). Allah Ta’ala menjawab keheranan mereka dengan firmanNya, yang artinya: “Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu ?” (QS. Al A’raaf: 63)

Sebab kelima, takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-

Page 3: Iri Dan Dengki

tutupi. Bila tidak, dan persaingan terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan kalah. Dalam hal ini bisa kita misalkan dengan apa yang terjadi antardua wanita yang memperebutkan seorang calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di hadapan gurunya, seorang alim dengan alim lainnya untuk mendapatkan pengikut yang lebih banyak dari lainnya, dan sebagainya.

Sebab keenam, ambisi memimpin (hubbur riyasah). Hubbur riyasah dengan hubbul jah (senang pangkat/kedudukan) adalah saling berkaitan. Ia tidak menoleh kepada kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada tolok bandingnya. Jika ada orang di pojok dunia ingin menandingi-nya, tentu itu menyakitkan hatinya, ia akan mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu mati saja, atau paling tidak hilang pengaruhnya.

Sebab ketujuh, kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah. Ia gembira jika disampaikan khabar pada-nya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya. Sebaliknya ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan berhasil mencapai kesuksesan yang dicarinya. Orang sema-cam ini senang bila orang lain terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik dan simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh padanya, agar ia tidak jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela Allah memberi nikmat kepada orang lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.

Terapi Mengobati Dengki

Hasad atau dengki adalah penyakit hati yang paling berbahaya. Dan hati tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu tentang dengki yaitu hendaknya kita ketahui bahwa hasad itu sangat membahayakan kita, baik dalam hal agama maupun dunia. Dan bahwa kedengkian itu setitikpun tidak membahayakan orang yang didengki, baik dalam hal agama atau dunia, bahkan ia malah memetik manfaat darinya. Dan nikmat itu tidak akan hilang dari orang yang kita dengki hanya karena kedengkian kita. Bahkan seandainya ada orang yang tidak beriman kepada hari Kebangkitan, tentu lebih baik baginya meninggalkan sifat dengki daripada harus menanggung sakit hati yang berkepan-jangan dengan tiada manfaat sama sekali, apatah lagi jika kemudian siksa akhirat yang sangat pedih menanti?

Bahkan kemenangan itu ada pada orang yang didengki, baik untuk agama maupun dunia. Dalam hal agama, orang itu teraniaya oleh Anda, apalagi jika kedengkian itu tercermin dalam kata-kata, umpatan, penyebaran rahasia, kejelekan dan lain sebagainya. Dan balasan itu akan dijumpai di akhirat. Adapun kemenang-annya di dunia adalah musuhmu bergembira karena kesedihan dan kedengkianmu itu.

Adapun amal yang bermanfaat yaitu hendaknya kita melakukan apa yang merupakan lawan dari kedengkian. Misalnya, jika dalam jiwa kita ada iri hati kepada seseorang, hendaknya kita berusaha untuk memuji perbuatan baiknya, jika jiwa ingin sombong, hendaknya kita melawannya dengan rendah hati, jika dalam hati kita terbetik keinginan menahan nikmat pada orang lain maka hendaknya kita berdo’a agar nikmat itu ditambahkan. Dan hendaknya kita teladani perilaku orang-orang salaf yang bila mendengar ada orang iri padanya, maka mereka segera memberi hadiah kepada orang tersebut. Dan sebagai penutup tulisan ini, ada baiknya kita renungkan kata-kata Ibnu Sirin: “Saya tidak pernah mendengki kepada seorangpun dalam urusan dunia, sebab jika dia penduduk Surga, maka bagaimana aku menghasudnya dalam urusan dunia sedangkan dia berjalan menuju Surga. Dan jika dia

Page 4: Iri Dan Dengki

penduduk Neraka, bagaimana aku menghasud dalam urusan dunianya sementara dia sedang berjalan menuju ke Neraka.” Sifat Hasad ( Iri & Dengki )

Sejarah timbulnya sifat hasad ( sifat iri & dengki ) sudah ada sejak penciptaan manusia pertama yaitu Nabi Adam'alaihissalam . Hal ini bisa kita simak di dalam Al Qur’an Surat Al- Baqarah ayat 30 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."Dengan firman Allah tersebut , Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla menciptakan manusia dan menjadikannya pemimpin di muka bumi , dari sinilah iblis kemudian menampakkan hasadnya kepada Nabi Adam 'alaihissalam, seperti yang di sebutkan di ayat 34 S Al Baqarah : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. [36]. Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.

S Al Araaf ayat 12 – 13 :12.Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." 13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." S Al Israa’ ayat 62 :62. Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil." S Shaad ayat 74 : 74. kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.

Dari ayat – ayat tersebut jelas bahwa sejarah adanya sifat hasad ( iri & dengki ) dan kesombongan memang sudah ada pada diri iblis , dan dengan di keluarkannya iblis dari surga , iblis bersumpah untuk menggoda manusia sampai hari kiamat, banyak ayat – ayat yang menyebutkan tentang hal itu , lihat S al Israa’ 62 di atas dan di S Al A’raaf ayat 17 , S Al A’raaf ayat 17.17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Dengan sumpahnya iblis untuk menghasut manusia , telah nyata bahwa apabila diri kita mempunyai hasad ( iri & dengki ) terhadap orang lain tentulah kita sedang di hasut oleh iblis / syaitan bahkan kalau kita tidak waspada kita bisa terjerumus dan bisa di katakan bahwa ada sifat – sifat iblis ada pada diri kita. Naudzubillah. Dan hasad ( iri & dengki ) ini bisa menjerat kita kepada penyakit hati yang kronis , yang bisa membahayakan diri kita dan orang di sekitarnya.Dari penyakit hati (hasad) ini apabila mulai ada dalam diri kita akan memunculkan penyakit-penyakit lainnya, yaitu: - kibr (sombong) - ghibah (menggunjing) - namimah (menyebar fitnah, kabar bohong, adu domba) Tingkatan Hasad ( Iri & Dengki ) :

Page 5: Iri Dan Dengki

- Apabila ada orang lain yang mendapat nikmat atau kesenangan dia tidak suka , bisa dia tampakkan ketidak sukaanya atau tidak.- Mengharap – harap hilangnya nikmat dari orang yang mendapat nikmat atau kesenangan dari orang tersebut supaya kenikmatan tersebut berpindah kepada dirinya ataupun hilang sama sekali.- Berusaha untuk menghilangkan nikmat dari orang tersebut. Kalau sudah pada tingkatan ini bisa di katakan sifat – sifat iblis sudah ada pada orang ini.

Namun apabila kita punya iri terhadap suatu kebaikan ini di perbolehkan yang mencakup dua hal yaitu : 1. Melihat orang lain mempunyai atau melakukan amalan – amalan yang baik yang sesuai dengan perintah Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla dan RasulNya misalnya : menghapal Al Qur’an.2. Melihat orang kaya yang berinfaq di jalan Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla .

Adapun hasad ( iri & dengki ) bisa kita hindari dengan : - Banyak istighfar dan bertobat kepada Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla - Ingat kepada kematian yang kapan saja menjemput dan ingat kehidupan akherat.- Yakin bahwa taqdir di tentukan oleh Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla, S Ar Ra’d ayat 26 : Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). -Yakin bahwa semua perbuatan manusia telah tercatat di Lauh Mahfuz.- Ingat kalau kita hasad kepada orang lain hanya akan menyempitkan diri ( dada sesak ).

Dan apabila orang lain hasad kepada diri kita , hal – hal berikut bisa menjadi tips untuk kita bagaimana cara menyikapinya : - Bersabar dan bertawakal kepada Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla , serta memahami bahwa setiap ada yang mendapat nikmat pasti ada yang hasad Hal ini sesuai dengan ayat 120 S Ali Imran yang artinya. : "Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." - Banyak menyibukkan diri dengan istighfar dan baca Al Qur’an atau hal – hal yang bermanfaat untuk bekal kehidupan akherat kelak.- Hendaklah kita jangan mengingat – ingat hasudan orang yang hasad kepada kita tersebut.- Jangan menunjukkan nikmat atau kesenangan kita kepada orang yang hasad kepada kita.- Hendaklah kita tetap berbuat baik dan menjaga silaturahim kepada orang yang hasad tersebut karena dia orang yang sakit yang perlu dikasihani dan ditolong.- Hendaklah kita mengetahui bahwa hakikat kemenangan adalah bukan dengan mengalahkan orang yang hasad tersebut, tapi kemenangan adalah dengan mengalahkan syaithan dan penyakit pada orang yang hasad tersebut .- Kita harus bersyukur apabila kita sanggup melakukan perbuatan tersebut di atas dan mengharap pahala dari Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla .

Apabila kita merasa bahwa kita sedang hasad ( iri & dengki ) atau mempunyai sifat hasad kepada orang lain, tips berikut Insya Allah bermanfaat : - Bertobat , beristighfar dan menyibukkan diri dengan baca Al Qur’an.

Page 6: Iri Dan Dengki

- Bertaqwa kepada Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla dan takut akibat dari perbuatan hasad di dunia maupun di akhirat. Di dunia akan merasakan kesempitan hidup dan di akhirat akan habis pahala amalan-amalan kebaikannya. - Yakin dan selalu ingat bahwa Allah yang mentaqdirkan segala sesuatu.- Tahanlah diri dari membicarakan orang lain ( ghibah ) dan menyebarkan fitnah (namimah).- Hendaklah meminta maaf apabila kita hasad dan telah terlanjur terucap (ghibah) atau membuat fitnah (namimah) , sehingga kita jadi lapang dada / tidak sesak dada.

S Al Ahzab ayat 58 yang artinya : 58. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.

Berikut ini hadist – hadist Rasulullah shallallaahu 'alaihi wassalam yang pada mulanya karena ada hasad dalam diri seseorang hingga dia menyebarkan fitnah dan bagaimana seharusnya kita bersikap.

Artinya : Pada generasi belakangan umatku akan muncul orang-orang yang mengatakan kepadamu apa-apa yang belum pernah kamu dengar dan belum pernah didengar oleh bapak-bapak kamu sebelumnya. Karena itu jauhkanlah dirimu dari mereka’’ [Shahih Muslim, Al-Muqadimmah, Bab An-Nahyi’an Ar-Riwayah’an Adh-Dhua’afa I : 78]

Dan dalam riwayat lain dari Abu Hurairah, Nabi bersabda.

Artinya : Pada akhir zaman akan muncul pembohong-pembohong besar yang datang kepadamu dengan membawa berita-berita yang belum pernah kamu dengar dan belum pernah di dengar oleh bapak-bapak kamu sebelumnya, karena itu jauhkanlah dirimu dari mereka agar mereka tidak menyesatkanmu dan memfitnahmu. [Shahih Muslim Syarah Nawawi I : 78-79] Semoga Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla senantiasa menjaga kita dari sifat hasad dan di lindungi dari godaan iblis yang di laknat Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla .Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla telah membimbing kita bagaimana supaya kita senantiasa menjaga diri dari sifat hasad ( iri & dengki ) dan kita senantiasa berdoa mohon perlindungan ,di dalam S Al Falaq yang artinya : 1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,2. dari kejahatan makhluk-Nya,3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita 4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul[1609],[1609].

Biasanya tukang-tukang sihir dalam melakukan sihirnya membikin buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul tersebut 5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." Akhir kata yang haq datang dari Allah semata , kami mohon ampun dan perlindungan kepada Allah subhanallaahu wa ta'ala, 'azza wa jalla , apabila yang telah kami sampaikan di atas ada yang salah / khilaf. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Page 7: Iri Dan Dengki

Jenis Dengki Masuk Kategori: Ensiklopedia Islam*kelanjutan dari artikel Dengki, Sebab-sebab Dengki *

Pertama, ada pendengki yang berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh orang yang didengkinya, dengan ucapan seperti fitnah dan perbuatan, meskipun dia tidak mengharapkan nikmat tersebut pindah kepada dirinya.

Kedua, ada pendengki yang selain berusaha menghilangkan nikmat dari orang yang didengkinya, ia juga berusaha memindahkan nikmat tersebut kepada dirinya. Kedua macam dengki tersebut adalah dengki yang sangat tercela. Dan dosa dengki itulah yang merupakan dosa iblis. Iblis dengki kepada Adam karena Allah memberi keutamaan kepada Adam atas segenap malaikat dengan menyuruh para malaikat sujud (sebagai penghormatan) kepada Adam, mengajarkannya nama segala sesuatu dan menempatkannya di Surga. Demikianlah lalu iblis dengan kedengkiannya berusaha mengeluarkan Adam dari Surga.

Ketiga, ada orang yang bila mendengki orang lain, ia tidak melanjutkan dengki itu dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Dan demikian itulah tabiat yang sekaligus kelemahan manusia; hampir selalu menginginkan memiliki apa yang dimiliki orang lain. Menurut riwayat dari Al-Hasan, selama tidak dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan, iri hati jenis ini tidak berdosa. Namun tentu, sebaiknya ia hilangkan perasaan dengki dan iri tersebut dari dalam hatinya, hingga tidak menjadi penyakit.

Dalam beberapa riwayat yang dha’if disebutkan, dengki jenis ketiga ini ada dua macam:1. Ia tidak sanggup menghilangkan perasaan dengki dan iri itu dari dalam dirinya. Ia kalah dengan dirinya sendiri. Ia berusaha menepis, tapi perasaan dengki dan iri itu masih timbul tenggelam dalam hatinya. Namun ia tidak melanjutkannya dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Iri jenis ini tidak membuatnya berdosa.

2. Ia sengaja membisikkan perasaan iri dan dengki itu ke dalam hatinya. Ia mengulang-ulang bisikan itu, dan hatinya menikmati bisikan tersebut, sehingga mengangankan agar nikmat itu hilang dari saudaranya. Tetapi dia tetap tidak melanjutkan dengkinya itu, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Keadaan seperti ini adalah sama dengan orang yang berkeinginan kuat melakukan maksiat. Tentang dosa dengki jenis ini, para ulama berbeda pendapat. Tetapi yang jelas, secara realitas, orang yang mendengki pada tahap ini, sangat sulit bisa selamat dari ucapan-ucapan yang menunjukkan dia memendam kedengkian. Karena itu, ia bisa terjerumus kepada dosa.

Keempat, ada lagi iri hati yang tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tetapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Jika nikmat tersebut bersifat duniawi, maka tidak ada kebaikannya sama sekali. Iri hati seperti inilah yang juga ditunjukkan oleh orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia, seperti yang dilakukan orang-orang kepada Qarun. Allah berfirman:“(Mereka berkata), ‘Duhai seandainya kami memiliki sebagaimana yang diberikan kepada Qarun.” (Al-Qashash: 79).

Jika nikmat itu bersifat ukhrawi, maka ia adalah kebaikan. Sebagaimana disebutkan oleh Nabi SAW: “Tidak boleh dengki dan iri hati kecuali dalam dua hal; yaitu iri hati terhadap orang yang dikaruniai harta dan dia selalu menginfakkannya pada malam dan siang

Page 8: Iri Dan Dengki

hari. (juga iri) kepada orang yang diberi kepandaian membaca Al-Qur’an, dan dia membacanya setiap malam dan siang.”(HR. Bukhari dan Muslim). Dan inilah yang dinamakan ghibthah (keinginan). Disebut dengan hasad/iri (tetapi yang baik) sebagai bentuk peminjaman istilah belaka (isti’arah).

Page 9: Iri Dan Dengki

Macam & Jenis Penyakit Hati / Sifat Buruk - Iri Hati, Dengki, Hasut, Fitnah, Buruk Sangka, dan Khianat - Definisi & Pengertian

Macam-macam arti penyakit hati dan sifat buruk manusia :

1. Iri HatiIri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.

2. DengkiDengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.

3. HasadHasd adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.

4. FitnahFitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.

5. Buruk SangkaBuruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.

6. Khianat / HianatHianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.

Page 10: Iri Dan Dengki

Menepis Dengki Membangun Kesabaran Oleh: Dewan Asatidz Dengki atau sirik atau hasud itu tidak sekedar dosa biasa, bahkan dianggap bahaya, karenanya harus dijauhi. Dalam Al-Qur'an sendiri dalam surat al-Falaq, Allah memerintah Nabi Muhammad untuk berlindung dari tindakan penghasud. Ini cukup menunjukkan betapa bahayanya tindakan hasud tersebut. Mengapa hasud itu sangat berbahaya? Assalumu'alaikum wrb Salam kenal Hallo apa kabar nih mudah-mudahan baik amin ya robbal amin. Saya ingin bertanya yang mungkin bermanfaat bagi saya walaupun sudah ada yang bertanya saya mohon dikirim ke mail saya. Sebelumnya dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih. Pertanyaan: 1.Apa manfa'at, makna syahadat? 2.Adakah syarat, rukun, pembatalan dari syahadat itu? sedangkan rukun islam yang lain ada, misalnya ada tolong di uraikan. 3.Boleh tidak saya minta nasehat untuk diri saya yang tidak ada kesabaran, suka sirik kepada orang lain dan dengki? Wassalam Irhan --------- Jawab --------- Irhan yang baik, sebelumnya saya meminta agar Saudara bersedia melengkapi biodata. 1. Syahadat artinya kesaksian. Kesaksian bahwa tiada Allah selain Allah itu sendiri, dan Nabi Muhammad adalah utusanNYA. Syahadat ini tolok ukur seseorang dianggap sebagai muslim atau tidak. Jika dia mau bersaksi/bersyahadat lahir-batin maka dia menjadi muslim, bila tidak ya tidak. 2. Syahadat adalah rukun atau tiang (agama) Islam yang pertama. Kedua shalat, ketiga zakat, keempat puasa, dan kelima haji. Tanpa didahului syahadat ibadah-ibadah lainnya termasuk keempat rukun setelah syahat di atas tidak sah. Misal saja orang non muslim melakukan shalat, puasa, dll, maka ibadah-ibadahnya tersebut tidak diterima. Syahadat yang dilakukan seseorang otomatis menjadi batal jika dia melakukan hal-hal yang menjadikannya kafir. Misal, ia tidak mengakui kenabian Muhammad saw., tidak mengakui bahwa puasa Ramadan itu wajib, dll. 3. Dengki atau sirik atau hasud itu tidak sekedar dosa biasa, bahkan dianggap bahaya, karenanya harus dijauhi. Dalam Al-Qur'an sendiri dalam surat al-Falaq, Allah memerintah Nabi Muhammad untuk berlindung dari tindakan penghasud. Ini cukup menunjukkan betapa bahayanya tindakan hasud tersebut. Mengapa hasud itu sangat berbahaya? Pertama, bermula dari ketidaksenangan terehadap kebahagiaan seseorang, biasanya hasud lantas diiringi dengan keinginan mencelakakan orang tersebut. Kedua, ia merupakan serangan sepihak, tanpa orang yang dihasud tahu kapan dan dari mana asalnya serangan. Serangan sepihak seperti ini tentu lebih bahaya, karena pihak yang diserang tidak punya persiapan untuk balas melawan atau bertahan. Serangan di sini tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik, tapi bisa juga berujud fitnah. Ketiga, di samping berbahaya bagi orang lain, hasud adalah sumber kesengsaraan bagi diri penghasud. Rasulullah bersabda: "Jauhilah olehmu semua kedengkian, sebab kedengkian itu memakan segala kebaikan, sebagaimana api melalap kayu bakar yang kering." Ini artinya, kebaikan-kebaikan yang kita lakukan tidak ada artinya jika kita masih suka menghasud. Jelasnya demikian: karena hasud itu merupakan rasa ketidaksenangan atas kebahagiaan orang lain, dan bahkan bisa diiringi dengan tindakan yang mencelakakan orang tersebut, maka sebenarnyalah hasud itu membuktikan bahwa kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan itu hanya bohong-bohongan belaka. Karena hati kita ternyata masih menyimpan keinginan (bahkan rencana-rencana) mencelakakan orang lain. Hasud, dengan ungkapan lain, adalah membangun kebahagiaan diri kita di atas kesengsaraan orang lain, dan sebaliknya, kesengsaraan diri kita atas kebahagiaan orang lain. Sekarang yang terpenting mengetahui kenapa sampai timbul hasud (iri, dengki, dan semacamnya)? Sebab utama munculnya hasud adalah ketiadaan rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah yang kita terima. Kita selalu saja beranggapan "the grass over the fence always looks greener" (rumput di ladang orang lain selalu nampak lebih hijau), orang lain senantiasa lebih banyak kenikmatannya dari kita. Akibatnya muncul rasa rendah diri, rasa tidak percaya diri disertai iri, dengki, lalu hasud. Ini senada dengan penegasan Allah : "Dan ingatlah ketika Tuhanmu sekalian menegaskan, jika kamu benar-benar bersyukur maka pasti Aku akan tambahi (karunia) bagi kamu, dan jika

Page 11: Iri Dan Dengki

kamu benar-benar ingkar maka sesungguhnya azab-Ku amat pedih." (QS. Ibrahim/14:7) Kalau kita pandai-pandai mensyukuri nikmat yang kita terima maka kenikmatan akan terus bertambah, dan sebaliknya, kalau tidak kesengsaraan terus bertambah. Baik kenikmatan dan kesengsaraan di sini tidak harus langsung berujud materi, tapi rasa, sikap, dan nuansa batin. Kita sepenuhnya sadar, siapapun tidak akan sukses dunia-akherat tanpa rasa percaya diri, optimis, bahagia/senang (atas nikmat yang kita terima atau yang diterima orang lain), semangat, dan semacamnya. Dan yang menjadi pangkal kegagalan adalah adanya penyakit-penyakit batin: rasa tidak percaya diri, pesimis, iri, dengki, dan semacamnya. Yang terakhir, teruslah berdoa mohon ampunan Allah, mohon agar dikaruniai ketulusan, mudah mensyukuri nikmat yang kita terima dan diterima orang lain, agar dihindarkan dari rasa/sikap dengki, iri, hasud, dan sikap-sikap negatif lainnya, dan sebaliknya agar dikaruniai sikap-sikap positif. Perlu saya tegaskan, doa itu tidak harus dipanjatkan dengan bahasa Arab, tapi yang penting adalah kita tahu apa yang kita panjatkan disertai hati khusyuk dan memelas. Allah Maha Tahu apa yang terlintas dlm hati kita. 4. Tentang kesabaran, "kesabaran" itu menempati spektrum yang luas. Sabar atas cobaan dan penderitaan, sabar atas datangnya musibah, sabar menjalani program-program yang telah direncanakan sampai mencapai target, sabar menunggu teman, dll. Singkatnya, kesabaran itu tidak hanya musti dikerahkan pada saat-saat tertimpa duka saja, tapi juga saat-saat suka. Kita perlu kesabaran ketika mengalami saat-saat suka agar kita tidak terlena dengan kesuka-riaan kita. Dan perlu diketahui, kesabaran itu adalah sikap yang amat terpuji. Nabi Muhammad saw sendiri dalam sebuah ayat diperintahkan untuk bersabar dan dilarang memohon pada Allah untuk menyegerakan siksa bagi musuh-musuhnya: "Maka bersabarlah kamu seperti sabarnya para Rasul yang mempunyai keteguhan hati dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka." (QS. 46:35) Dan banyak ayat-ayat lain yang menegaskan betapa pentingnya sikap sabar itu. "...dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. 8:46) "Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. 11:115) "Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan." (QS. 16:127) "Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan." (QS. 38:17) "Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi." (QS. 40:55) Setelah tahu bahwa kesabaran itu sesuatu yang niscaya, tidak bisa tidak, perlu diketahui pula apa sih kesabaran itu? Kesabaran adalah kesadaran untuk bertindak secara kontinyu atau terus-menerus sesuai logika dan agama. "Kesadaran untuk bertindak" berarti bertindak dengan sadar. Tindakan tidak sengaja atau di luar kesadaran tidak bisa disebut kesabaran. "Kesadaran untuk bertindak" juga berarti tidak diam atau vakum, karena kevakuman itu sendiri adalah tidak baik. Bahkan diam saja sementara zaman terus berubah itu sama saja dengan kemunduran. Jadi, "Kesadaran untuk bertindak secara kontinyu sesuai logika dan agama" berarti tekad untuk bertindak secara sadar dan kontinyu sesuai logika dan norma-norma agama dalam segala situasi-kondisi dan kapanpun. Manakala kontinyuitas itu terputus, otomatis kesabaran menjadi terputus. Ini juga menunjukkan bahwa kesabaran sesuai ajaran agama kita dilakukan dengan tanpa batas, kita harus bersabar tanpa mengenal batas. Jangan semata karena motor kita dicuri lantas kita menggebuki pencurinya sampai mati; jangan karena kebandelan anak kita menghajarnya habis-habisan; jangan karena tahu ada acara yang lebih menarik kita tinggalkan janji; jangan karena sang kekasih meninggalkan kita lantas kita putus asa; dll. Dalam kondisi-kondisi seperti itu, kapan kesabaran hilang, otomatis emosi/amarah tidak terkontrol merasuk, lantas mendorong kita melakukan hal-hal negatif. Memang, mustahil manusia terlepas total dari emosi (hanya berlandaskan logika dan agama) , sehebat apapun dia. Persoalannya bukan kita hendak membebaskan diri dari emosi, tapi

Page 12: Iri Dan Dengki

mengendalikannya agar kita termotivasi berbuat hal-hal positif. Lantas, bagaimana kita bisa berlaku sabar? Kita akan bisa berlaku sabar setelah mengetahui apa sebab utama ketidaksabaran, dan setelah tahu kita mau mengatasinya. Tiada lain adalah faktor atau sebab utama ketaksabaran adalah ketidakmauan atau ketidakmampuan berfikir panjang dan ketidakmauan atau ketidakmampuan mengambil hikmah/pelajaran dari kejadian yang dihadapinya. Untuk mengatasinya, PERTAMA kita harus membiasakan diri berfikir panjang mengenai sebab-akibat yang berkaitan dengan tindakan yang akan kita lakukan. Kita bikin daftar panjang: andai saya begini kira-kira apa yang akan terjadi, lantas akan berdampak apa.. terus apa...terus apa, dst; seandainya saya begitu kira-kira apa akibatnya, lantas akibat ini akan membuahkan apa.. lalu apa...lalu apa, dst. Kemauan berfikir seperti ini akan membuat kita tahu apa yang seharusnya dan sebaiknya kita lakukan. Kita bikin skala prioritas: mana yang harus dikerjakan lebih dulu, lalu yang harus berikutnya, dst. Sebab, tidak mungkin kita bisa bersabar tanpa mengetahui bahwa apa yang seharusnya kita perbuat itu baik. KEDUA, kita harus pandai-pandai mengambil hikmah dari kejadian yang menimpa kita. Kalau tertimpa kesedihan jangan lantas kita lupa daratan, demikian pula kalau dikaruniai nikmat yang luar biasa. Tapi ambillah hikmah atau pelajaran dari sebuah kejadian. Misalnya sepeda motor kita dicuri orang, maka setidaknya hikmah itu berupa kesadaran "betapa nikmatnya orang memiliki sepeda motor, bisa ke sana kemari dengan cepat, bisa bekerja dg waktu yang sangat efisien." Munculnya kesadaran seperti ini adalah sebuah nikmat pula, yang boleh jadi memicu kita untuk bekerja lebih baik di masa-masa mendatang. Itu hikmah yang paling minim kita rasakan setelah hilangnya sebuah kenikmatan. Perlu diketahui, kebanyakan orang itu tidak menyadari adanya sebuah kenikmatan kecuali setelah hilangnya kenikmatan tersebut. Juga kebanyakan orang merasa harus bersabar setelah mengalami keadaan sulit. Namun hendaknya kita jangan seperti kebanyakan orang itu. Tapi galilah hikmah-hikmah lainnya yang intinya menuntut kita untuk berbuat lebih baik. Bila kehilangan motor, kita telusuri sebab akibatnya: oh, salah sendiri saya tidak menguncinya; oh, salah sendiri saya terlalu lama meninggalkannya; oh salah sendiri saya tidak menitipkannya di tempat penitipan yang aman. Kita gali semua kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, lantas kita bertekad agar keteledoran-keteledoran itu tidak terulang di waktu mendatang. Sampai kita pada kesadaran bahwa kebaikan atau kenikmatan itu adalah kesabaran itu sendiri. Pernah ada seseorang mengeluh ke Rasulullah: "Wahai Rasul, harta saya hilang dan badan saya sakit." Jawab beliau: "Kebaikan (keberuntungan) itu tidak terdapat pada orang yang hartanya tidak hilang dan badannya tidak sakit. Sebab, jika Allah itu memang mencintai seorang hamba maka Allah menurunkan cobaan padanya lantas membekalinya kesabaran." Dalam hadis lain, Nabi bersabda: "Besok di hari Kiamat didatangkan orang yang paling banyak kenikmatan duniawinya, lantas dimasukkanlah orang itu sebentar di neraka dan dikeluarkan dalam keadaan hangus terbakar, setelah itu ditanya: 'Apakah selama kamu di dunia selalu mendapati kenikmatan duniawi?' Jawabnya: 'Tidak. Saya selalu menemui cobaan sejak saya tercipta.' Dan didatangkan juga orang yang paling berat cobaan hidupnya di dunia, lalu dimasukkan ia ke surga sesaat dan dikeluarkan dalam keadaan bersinar laksana bulan purnama, lantas ditanya: 'Apakah selama di dunia kamu selalu tertimpa cobaan?' Jawabnya: 'Tidak. Saya senantiasa mengalami kenikmatan sejak saya tercipta.'" Kedua hadis itu menegaskan bahwa kebaikan/kenikmatan itu tidak identik dengan sesuatu yang mengenakkan, seperti harta benda. Tapi kebaikan/kenikmatan adalah kesabaran itu sendiri. Sebab andai saja kita kaya raya, maka itu berarti cobaan: apakah kita bisa dg sabar membelanjakan harta di jalan yang benar? Bila dikaruniai ilmu yang tinggi, maka apa kita akan kontinyu mengamalkan ilmu demi kebenaran? Bila dikaruniai fisik sempurna, sehat tidak kurang suatu apa, maka apakah kita akan senantiasa menggunakan kesehatan tersebut untuk hal-hal yang manfaat? Pertanyaan-pertanyaan (muhaasabah) seperti inilah yang perlu kita bisikkan terus-menerus dlm hati dan pikiran kita. Demikian sekelumit nasehat ini, semoga bermanfaat bagi saya,

Page 13: Iri Dan Dengki

Anda, dan saudara-saudara kita yang lain. Tulisan singkat ini sama sekali tidak menyarankan agar meninggalkan kenikmatan dunia. Tapi adalah penegasan bahwa kita harus bekerja sebaik-baiknya di bidang masing-masing. Kewajiban bekerja itu bukan semata untuk menumpuk harta, tapi untuk mencari harta yang harus (senantiasa/kontinyu) kita gunakan sebaik-baiknya. Kewajiban menuntut ilmu setinggi mungkin tidak hanya agar kita menjadi pintar (apalagi sekedar mendapat gelar), tapi agar senantiasa bisa memanfaatkannya untuk kebaikan. Arif Hidayat

Rahmat PerbedaanOleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIARSAUDARAKU, alangkah indahnya taman bunga di sekeliling kita; aneka warna, aneka perbedaan, aneka ragam, dan bau wewangian. Sungguh, keindahan itu dapat diwujudkan karena adanya perbedaan. Keindahan bukan terwujud dari persamaan atau kesamaan warna kulit, bentuk, bahasa, dan lainnya. Perbedaan akan menjadi keindahan dan kian indah, apabila diikat dengan hati.

Saudaraku, Allah menghadirkan perbedaan dalam kehidupan di negeri ini. Alangkah indahnya kalau perbedaan ini kita pahami dan kita jadikan sebagai suatu potensi bagi terwujudnya persatuan. Ketahuilah, kita berbeda tapi sama-sama ciptaan-Nya.

Sudah cukup kita saksikan dan rasakan bersama, betapa tindakan-tindakan yang tidak bijaksana, bahkan anarkis (membuat kerusakan), tidak menyelesaikan masalah. Bahkan, yang terjadi adalah semakin buruknya masalah. Betapa tindakan-tindakan yang mengakibatkan kerusakan di mana pun dan kapan pun, ternyata memunculkan beragam masalah yang tiba-tiba datang.

Janganlah karena adanya perbedaan ini, kita malah saling menzalimi. Kejadian apa pun yang telah menimpa negeri ini, sudah semestinya menjadi pelajaran bagi kita semua. Di antara yang bisa kita ambil hikmahnya adalah kita harus memiliki tekad yang sama untuk membangun kebersamaan di negeri tercinta ini. Jangan biarkan kekerasan menjadi solusi dari permasalahan yang ada.

Lebih dari itu, masalah yang sedang menimpa kita semua adalah bagian dari karunia Allah SWT. Karunia Allah ini --sepanjang kita sikapi dengan cara yang benar-- dapat membuat kita menjadi semakin maju, beradab, dan semakin kuat dalam menghadapi masa yang akan datang.

Orang yang imannya kokoh tidak akan pernah merasakan kerugian dari setiap peristiwa yang terjadi. Ketika merasakan nikmat, kita bersyukur. Syukur itu adalah kebaikan. Jika tiba waktunya Allah memberikan ujian kepada kita, sabar adalah pilihannya. Kerugian hanyalah milik orang-orang yang tidak punya keyakinan yang kokoh dan tidak memiliki akhlak yang mulia.

Insya Allah, tidak ada yang salah dari perbedaan. Hal yang sering menjadi masalah adalah ketika kita tidak bisa menyikapi perbedaan yang ada. Bukankah Allah menciptakan keindahan itu justru dari perbedaan yang ada?

Indahnya kebersamaan justru dapat dirasakan jika kita memiliki pandangan untuk memandang sesuatu sebagaimana kita melihat suatu rangkaian bunga. Lihatlah, dalam sebuah

Page 14: Iri Dan Dengki

rangkaian kita dapat menemukan bunga yang berwarna cokelat, merah, jingga, atau merah muda. Semuanya berpadu memberikan nuansa indah yang memikat mata untuk melihat. Ya, kita melihat keindahan justru melalui perbedaan.

Lantas, mengapa negeri kita ini harus tercabik-cabik satu sama lain hanya karena adanya perbedaan? Sadarilah, negeri kita menjadi sakit bukan karena perbedaan, tetapi karena kita belum terbiasa menyikapi perbedaan. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini, insya Allah kita akan mencoba menggali rumus sederhana dalam upaya membuat rangkaian bunga yang indah dari perbedaan yang ada. Kita mencoba merajut kebersamaan melalui suatu rumus sederhana, yakni rumus 5M.

M yang pertama adalah menyadari. Kita harus mulai melihat perbedaan ini dengan menyadari bahwa perbedaan itu pasti ada, dan bahkan harus ada.

M yang kedua adalah memahami. Artinya, kita harus senantiasa mencoba memahami setiap perbedaan yang ada.

M yang ketiga adalah memaklumi. Sejak saat ini, kita harus belajar untuk memaklumi setiap perbedaan yang ada di antara kita.

M yang keempat adalah memaafkan. Tidak jarang, perbedaan membuat adanya ketersinggungan-ketersinggungan. Oleh karena itulah kita harus mampu memberi keluasan maaf.

M yang kelima adalah memperbaiki. Terkadang perbedaan memang tidak selalu baik. Di sinilah perlu kemauan keras dari kita untuk memperbaiki, bukan menyalahkan.

**

SEBAGAIMANA sabda Rasulullah saw., "... Perbedaan merupakan sebuah rahmat."

Di sinilah, kita --umat Islam-- harus mulai memikirkan jalinan ukhuwah Islamiyah daripada memperbesar jurang perbedaan. Dalam suatu riwayat, Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?"

Sahabat menjawab, "Tentu saja!"

Rasulullah pun kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan" (H.R. Bukhari-Muslim).

Saudaraku, dari hadis di atas, dapat kita renungkan bahwa betapa besar nilai sebuah jalinan persaudaraan. Oleh karena itu, memperkokoh pilar-pilar ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu tugas penting bagi kita.

Page 15: Iri Dan Dengki

Lalu, bagaimana caranya agar roh ukhuwah tetap kokoh? Rahasianya ternyata terletak pada sejauh mana kita mampu bersungguh-sungguh menata kesadaran untuk memiliki kalbu (hati) yang bening, bersih, dan selamat.

Kalbu yang kotor yang dipenuhi sifat iri, dengki, hasud, dan buruk sangka --hampir dapat dipastikan-- akan membuat pemiliknya melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang justru dapat merusak ukhuwah. Mengapa? Jika di antara sesama Muslim saja sudah saling berburuk sangka, iri, dan dengki, bagaimana mungkin akan tumbuh nilai-nilai persaudaraan yang indah?

Sekali lagi Saudaraku, adakah rasa persaudaraan dapat kita rasakan dari orang yang tidak memiliki kemuliaan akhlak? Tentu saja tidak! Kemuliaan akhlak tidak akan pernah berpadu dengan hati yang penuh iri, dengki, `ujub, riya, dan takabur. Di dalam kalbu yang kusam dan busuk inilah justru tersimpan benih-benih tafarruq (perpecahan) yang muncul dalam aneka bentuk permusuhan dan kebencian kepada sesama Muslim.

Nah, dari sinilah seyogianya memulai langkah untuk merenungkan dan mengkaji ulang, sejauh mana kita telah memahami makna ukhuwah Islamiyah. Dari ikatan persaudaraan ini pula Rasulullah saw. mengawali amanah kerasulannya.

Saudaraku, kekuatan ukhuwah memang hanya dapat dibangkitkan oleh kemuliaan akhlak. Oleh karena itu, tampaknya kita amat merindukan pribadi-pribadi yang bisa menorehkan keluhuran akhlak. Pribadi-pribadi yang buah pikirannya --walau sesederhana apa pun-- adalah buah pikiran yang sekuat-kuatnya dicurahkan untuk meringankan atau bahkan memecahkan masalah. Bukan hanya masalah yang menimpa dirinya, tetapi masalah yang terjadi pada orang-orang di sekelilingnya. Dengan begitu, berdialog dengannya, akan selalu membuahkan kelapangan. Wallahualam bishawab.***

Page 16: Iri Dan Dengki

DISUSUN OLEH

RATIH DEWANTIALAWIYAH

KELAS2G

ABSEN32