selasar edisi 16

8
Sekadar Mendahului Bagi para pemimpin, kepemimpinan mereka diukur dari kemampuan mereka dalam mensejahterakan umat yang mereka pimpin KH. Abdurrahman Wahid E d i s i 1 6 / A p r i l 2 015 onflik tambang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Edisi ini, Redaksi Selasar menghadirkan sebuah kisah penolakan tambang di sebuah desa kecil di Nusa Tenggara Timur yang digerakkan oleh kepemimpinan seorang Frater. Penolakan terhadap tambang adalah pengamalan teologi pembebasan. Sementara itu, membicarakan perkembangan Jaringan GUSDURian, komunitas GUSDURian Jogja memberikan contoh inspiratif. Mereka menggerakkan tradisi lisan dan tradisi tulis dengan kontekstualisasi isu yang segar. Semangat serupa juga perlu ditularkan ke komunitas GUSDURian lain di berbagai daerah. Selamat membaca! K Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa artikel, opini, berita melalui [email protected]. Redaksi tidak bertanggungjawab atas isi tulisan. Tulisan merupakan pandangan pribadi penulis. e-Newsletter ini adalah produk nonprofit. Penanggung jawab SekNas JGD Penasihat Alissa QM Wahid Koordinator Divisi Media JGD Pemimpin Redaksi Nabilah Munsyarihah Tata letak S Jejak, Nabil Kontributor GUSDURian di berbagai daerah Sirkulasi Manajemen Informasi JGD Ahmad, Afan, Isna, Purwanto, Rifqiya Redaksi Editor Kindi, Zia Menggerakkan Tradisi, Meneguhkan Indonesia e newsletter Heru Prasetia Selasar

Upload: jaringan-gusdurian

Post on 21-Jul-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Buletin SELASAR ini adalah media yang dikelola resmi oleh Jaringan GUSDURian. Media ini bertujuan untuk menginformasikan gagasan, kegiatan komunitas GUSDURian serta melanjutkan pemikiran Gus Dur. Bulletin ini bisa diunduh dengan cuma-cuma. Bagi sahabat yang ingin berlangganan bulletin ini via email, bila menghubungi Hotline GUSDURian di email [email protected] atau SMS: Nama*domisili*alamat email ke nomor 082141232345

TRANSCRIPT

Page 1: Selasar edisi 16

?

Sekadar Mendahului

Bagi para pemimpin, kepemimpinan mereka diukur dari kemampuan mereka dalam mensejahterakan umat

yang mereka pimpin

KH. Abdurrahman Wahid

E d i s i 1 6 / A p r i l 2 0 1 5

onflik tambang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Edisi ini, Redaksi Selasar menghadirkan sebuah kisah penolakan tambang di sebuah desa kecil di Nusa Tenggara Timur yang digerakkan oleh kepemimpinan seorang Frater. Penolakan terhadap tambang adalah pengamalan teologi pembebasan.

Sementara itu, membicarakan perkembangan Jaringan GUSDURian, komunitas GUSDURian Jogja memberikan contoh inspiratif. Mereka menggerakkan tradisi lisan dan tradisi tulis dengan kontekstualisasi isu yang segar. Semangat serupa juga perlu ditularkan ke komunitas GUSDURian lain di berbagai daerah. Selamat membaca!

K

Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa artikel, opini, berita melalui [email protected]. Redaksi tidak bertanggungjawab atas isi tulisan. Tulisan merupakan pandangan pribadi penulis.

e-Newsletter ini adalah produk nonprofit.

“Penanggung jawab

SekNas JGDPenasihat

Alissa QM WahidKoordinator Divisi Media JGD

Pemimpin Redaksi Nabilah Munsyarihah

Tata letakS Jejak, Nabil

KontributorGUSDURian di berbagai daerah

Sirkulasi Manajemen Informasi JGD

Ahmad, Afan, Isna, Purwanto, Rifqiya

Redaksi

EditorKindi, Zia

Menggerakkan Tradisi, Meneguhkan Indonesia

e newsletterHeru Prasetia

Selasar

Page 2: Selasar edisi 16

Agama”, kata Gus Dur, “tidak boleh jauh dari

kemanusiaan

i Desa Oenbit, Kefamenanu, Timor Tengah Utara, NTT, Frater Kopong memimpin warga melakukan misa di lokasi tambang mangan. Di dalam lokasi pertambangan itu, hidup

pohon kayu putih yang biasa digunakan masyarakat untuk mendirikan lopo (lumbung). Lopo ini juga di samping sebagai lumbung juga digunakan sebagai tempat pertemuan dan tempat mengurus adat. Ketika tambang mangan yang dikelolah oleh PT. Elgary masuk dan menggusur hutan, pohon atau kayu putih ini pun ikut tergusur yang pada gilirannya menyulitkan masyarakat untuk mendirikan lopo karena kesulitan mendapatkan pohon atau kayu putih. Pada awal Maret lalu mereka menyelanggarakan misa di lokasi tambang yang dihadiri oleh warga dari tiga suku Suku Naikofi, Ataupah, dan Taesbenu Masyarakat yang Frater Kopong dampingi pada umumnya adalah petani dan peternak. Dari sisi ekonomi, mereka masih berada pada posisi ekonomi menengah ke bawah. Hidup hanya mengandalkan pertanian dan peternakan serta tenun ikat. Jika tambang dioperasikan tanpa mereka mau, betapa sulitnya perubahan yang mereka hadapi. Frater Kopong bukan orang baru dalam gerakan

DMenolak Tambang

Mengamalkan Teologi Pembebasan

Menggerakkan Tradisi

“ “

Gambar: Aksi warga TTU menolak kehadiran PT ERI

Selasar Edisi 16/April 2015

2

Page 3: Selasar edisi 16

antitambang. Sebelum di NTT, ia bertugas mengabdi masuknya pertambangan. Mereka tak percaya di Samarinda. Bersama jaringan setempat, ia terpilih tambang dapat mendatangkan kesejahteraan, kecuali menjadi koodinator Gerakan Samarinda Menggugat untuk sebagian orang. Terlalu mahal harga yang harus (GSM). GSM melaporkan dan menggugat Gubernur dibayar, mulai dari keberlanjutan pertanian dan Kaltim, Walikota Samarinda, DPRD Kota Samarinda, peternakan hingga kebudayaan. Kementrian ESDM dan Kementrian Lingkungan Hidup Selain landasan sosial, Frater Kopong ke pengadilan Negeri Samarinda. Pada tanggal 16 Juli tergerak karena landasan teologis yang tertanam 2014, Pengadilan Negeri Samarinda memenangkan dalam sanubarinya. Seperti yang tertulis dalam Kitab gugatan GSM. Kejadian 1:1-2:2, Allah telah menjadikan semuanya Pindah ke NTT, ia menghadapi persoalan yang baik adanya. Sejak awal penciptaan semua baik sama. Frater Kopong yakin sepenuhnya bahwa adanya untuk kesejahteraan manusia dan seluruh tambang merugikan karena keuntungan dan manfaat ciptaan. Manusia diberi tanggungjawab untuk hanya bisa dinikmati oleh penguasa dan kelompok mengolah sesuai kebutuhannya yang artinya tidak tertentu bahkan terjadi korupsi di bidang secara serakah. Tidak hanya mengolah tetapi pertambangan. Yang paling menyakitkan, kehadiran merawat dan memulihkan. Maka dengan membela pertambangan menjadikan masyarakat lokal sebagai masyarakat yang menjadi korban tambang, berarti buruh dan terasing di atas tanahnya sendiri. kita sadar akan tanggungjawab kita untuk mengolah, Seperti dalam konstelasi konflik tambang di mana merawat dan memulihkan ciptaan Allah dari pun, masyarakat terdikotomi dalam memaknai kehancuran. tambang, antara berkah dan kutukan. Frater Kopong Catatan penting dari setiap kemunculan gerakan bukan satu-satunya imam yang memimpin antitambang bukan seberapa banyak pundi-pundi perlawanan tambang di NTT. Di Manggarai dan titik keuntungan yang bisa dikeluarkan dari perut bumi, lain, para frater lainnya berinisiatif sesuai dengan melainkan bagaimana pendapat masyarakat didengar keyakinannya untuk mengawal masyarakat yang untuk memutuskan nasib tanah air yang mereka percaya bahwa tambang tidak membawa pijaki. Masyarakat Kefamenanu menolak tambang kesejahteraan alih-alih menyingkirkan masyarakat karena bagi mereka kehadiran tambang telah setempat. merampas tanah mereka yang seharusnya bisa diolah Persoalan tambang di NTT semakin kompleks untuk pertanian. Di sisi lain karena kehadiran tambang dengan tatanan feodal yang menguasai tanah. Pada merusak lingkungan dan mengancam tempat-tempat umumnya, kepemilikan tanah di NTT dimiliki oleh yang biasa dijadikan sebagai ritual adat. Isu yang tak beberapa suku besar dan atau tuan tanah yang biasa kalah penting adalah akuntabilitas pemerintah dalam disebut sebagai tanah suku atau tanah adat. Biasanya implementasi kebijakan petambangan dan tanah suku atau tanah adat ini berada dalam satu pengelolaan tambang oleh perusahaan. wilayah yang berdekatan atau juga tersebar di Belajar dari pengalaman Samarinda, di mana ada beberapa wilayah. Persoalannya adalah ketika satu pertambangan maka posisi masyarakat dengan segala suku menyetujui jual-beli tanah dengan pihak adat-budayanya akan tersingkir. Berbicara perusahaan tanpa sepengetahuan suku yang lain. Hal masyarakat tidak hanya berbicara soal fisik atau ini yang menyebabkan konflik antarmasyarakat dan geografis masyarakat tetapi menyangkut segala masyarakat dengan perusahaan. Di sisi lain, ‘sistem identitas termasuk adat, budaya, alam, air, hutan, dan gerilya’ yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan tanah yang menjadi inti kehidupan masyarakat. mendekati orang-orang tertentu dari suku tertentu Kehadiran pertambangangan secara nyata agar melepaskan kepemilikan tanahnya untuk dibeli menghancurkan air, tanah, semesta, lingkungan hidup perusahaan. dengan segala isinya serentak adat dan budayanya. Awalnya pada 2008, penambangan dilakukan oleh Dengan menolak tambang, masyarakat Oenbit masyarakat secara tradisional dengan volume yang diharapkan adalah kebijakan yang pro rakyat misalnya tidak besar. Lantas penambangan dihentikan pada dengan memberikan dukungan yang konkret dengan 2011 karena merusak kebun warga. Belakangan, PT mencarikan pemasaran bagi hasil pertanian dan ERI telah mengantongi Izin dari pemerintah peternakan. Termasuk mendukung dan kabupaten. Pertambangan yang menggunakan alat mempromosikan usaha masyarakat di bagian tenun berat dan bakal menguasai 1.623 ha ini yang ditolak ikat dan kerajinan tangan. “Kalau pemerintah cerdas warga. Masyarakat tidak menginginkan kerusakan dalam mengelolah dan mendistribusikan hasil lingkungan yang lebih parah dan meluas. pertanian, peternakan serta tenun ikat dan kerajinan Konflik tambang sebenarnya dapat dicegah jika tangan, masyarakat Kefamenanu akan lebih pemerintah setempat tidak mengambil kebijakan sejahtera,” tandas Frater Kopong. []sepihak. Pemerintah setempat demikian mudah -Ahmad S, Nabila menerbitkan izin bak kacang goreng. Masyarakat merasa tidak dilibatkan dalam pembicaraan mengenai

Selasar Edisi 16/April 2015

3

Page 4: Selasar edisi 16

...........................................................

Menanam BenihPenerus Gus Dur

elanjutkan Gus Dur bukan berarti namanya MSG”, ungkap Mukhibullah.membebek. Setiap tokoh besar yang Selain menggerakkan tradisi lisan, kaum muda mewariskan pemikiran penting akan GUSDURian Jogja juga merawat tradisi tulis dengan diperbincangkan dalam diskursus yang menerbitkan buletin jumat. Buletin ini turut

panjang. Pemikiran Gus Dur masih relevan dan para mewarnai pertarungan gagasan Islam di Jogja GUSDURian Jogja ini memberikannya sentuhan bersama dengan buletin jumat lain yang diterbitkan kreativitas. oleh kelompok Islamis. Setiap jumat, mereka GUSDURian Jogja terdiri dari berbagai unsur, mendistribusikan tidak kurang dari 500 eksemplar tapi di antara mereka ada sekelompok anak muda ke lima belas masjid di sekitar Jogja. Gaya tulisan jebolan Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) yang telah yang reflektif memberikan kesan yang tidak kaku digelar tiga kali. Usai pelatihan, sebagian dari dalam memaknai agama.mereka yang bertahan meramu strategi untuk Sebagai kelanjutan dari diskusi dalam KPG menyebarkan gagasan dengan cara mereka sendiri. yang singkat, para alumni KPG Jogja mencerna dan Dengan dukungan dari berbagai kalangan, mereka mereproduksi pemikiran Gus Dur dalam situs rutin mengadakan majelis sholawat, merilis buletin santrigusdur.com. Situs ini berisi berbagai resensi jumat, dan mengelola situs online. buku-buku Gus Dur dan opini dalam merespon isu MSG yang dikoordinasi oleh Mukhibullah rutin aktual. Sebagai ikhtiar meneruskan Gus Dur, mutlak digelar tiap rabu terakhir di tiap bulannya dengan untuk melatih intelektualitas yang peka terhadap mengundang tokoh-tokoh tertentu dan dengan realitas.tema-tema yang menarik dan aktual lainnya. Acara GUSDURian Jogja secara fisik memang dekat shalawatan dibuka dengan pembacaan tahlil, dengan Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian. dilanjutkan dengan mauidloh hasanah, dan terakhir Keberadaan SekNas memang membantu mereka ditutup dengan pembacaan shalawat. berkembang, selain situasi budaya dan akademi “Sebenarnya langkah awal yang kita lakukan Jogja yang mendukung. Namun kreativitas dan hari ini adalah tempat ngumpul sederhana cuma semangat untuk menjadi bermanfaat yang lambat laun kita berkembang dan pada akhirnya menjadikan mereka mengembangkan komunitas kita mewujudkan sebuah acara rutinan tiap bulan secara mandiri dan progresif.[] -Ahmad, Firda

M

Menanam Benih

“....Melanjutkan Gus Dur bukan berarti

membebek...”

ForumSelasar Edisi 16/April 2015

4

Fo

to: j

ejak

Page 5: Selasar edisi 16

ula-mula seorang nabi Pembaharuan demi Tampillah dengan demikian membawa risalah pembaharuan dilancarkan, sosok tubuh baru: formalisme (pesan agama, semuanya mengajukan klaim Islam. Masjid beratap genteng,

bertumpu pada tauhid) memperbaiki fiqh dan yang sarat dengan simbolisasi bernama Muhammad, menegakkan ‘hukum agama lokalnya sendiri negeri kita, memimpin masyarakat muslim yang sebenarnya’, dinamakan dituntut untuk ‘dikubahkan’. pertama. Lalu empat pengganti Syari’ah. Padahal kaum Budaya wali songo yang serba (khalifah) meneruskan pengikut fiqh dari berbagai ‘Jawa’, Saudati Aceh,Tabut kepemimpinannya berturut- mazhab itu juga menamai Pariaman, didesak ke pinggiran turut. Pergolakan hebat anutan mereka sebagai syari’ah. oleh kasidah berbahasa Arab akhirnya berujung pada sistem Kalau di bidang politik - dan juga MTQ yang berbahasa pemerintahan monarki. termasuk doktrin kenegaraan - Arab: bahkan ikat kepala lokal Begitu banyak dan hukum saja sudah begitu (udeng atau iket di Jawa ) harus perkembangan terjadi. balau keadaannya, apalagi mengalah kepada sorban Sekarang ada sekian republik dibidang-bidang lain, ‘merah putih’ model Yasser dan sekian kerajaan pendidikan, budaya Arafat.mengajukan klaim sebagai kemasyarakatan, dan Begitu juga hukum agama, ‘negara Islam’. Ironisnya dengan seterusnya. Tampak sepintas harus diseragamkan dan ideologi politik yang bukan saja lalu bahwa kaum muslimin diformalkan: harus ada sumber saling berbeda melainkan saling terlibat dalam sengketa di pengambilan formalnya, bertentangan dan masing- semua aspek kehidupan, tanpa Alqur’an dan Hadist, padahal masing menyatakan diri sebagai terputus-putus. Dan ini lalu dahulu cukup dengan apa kata ‘ideologi Islam’. Kalau di bidang dijadikan kambing hitam atas kiai.politik terjadi ‘pemekaran’ serba melemahnya posisi dan beragam, walau sangat kekuatan masyarakat Islam . (Sumber: TEMPO, 16 Juli 1983)sporadis, seperti itu, apalagi di Dengan sendirinya lalu muncul bidang-bidang lain. kedambaan akan pemulihan Hukum agama masa awal posisi dan kekuatan melalui Islam kemudian berkembang pencarian paham yang menyatu menjadi fiqh, yurisprudensi dalam Islam, mengenai seluruh karya korps ulama pejabat aspek kehidupan. Dibantu oleh pemerintah (qadi, multi, dan komunikasi semakin lancar hakim) dan ulama ‘non-korpri’. antara bangsa-bangsa muslim Kekayaan sangat beragam itu semenjak abad yang lalu, dan lalu disistematisasikan ke dalam kekuatan petrodollar negara-beberapa buah mazhab fiqh, negara Arab kaya minyak, masing-masing dengan kebutuhan akan ‘penyatuan’ metodologi dan pemikiran pandangan itu akhirnya hukum (legal theory) tersendiri. menampilkan diri dalam Terkemudian lagi muncul kecenderungan sangat pula deretan pembaharuan kuat untuk yang radikal, setengah radikal, menyeragamkan dan sama sekali tidak radikal. pandangan.

Salahkah Bila Dipribumikan?

M

Islam mengalami perubahan-perubahan besar dalam sejarah-nya. Bukan ajarannya, melainkan penampilan kesejarahan itu sendiri, meliputi kelembagaannya.

(Bagian 1)

5

Selasar Edisi 16/April 2015

Gus Dur Bertutur

Page 6: Selasar edisi 16

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

...

Lumajang - Membangun cinta antara manusia dengan pohon, manusia dengan alam, manusia dengan gunung adalah misi diadakannya Kenduri Pohon. Acara yang berlangsung pada tanggal 7-8 Maret 2015 di gunung Lemongan, Kabupaten Lumajang ini dilaksanakan oleh Masyarakat Pecinta Alam Nusantara (MAPAN) bersama Laskar Hijau dan beberapa aktivis alam lainnya.Dalam acara Kenduri Pohon ini, para relawan berhasil menancapkan kurang lebih 500 bibit bambu petung, 500 bibit nyamplung, 6000 bibit mente dan 500 bibit pohon lainnya di lereng Gunung Lemongan. Bibit tersebut didapatkan secara swadaya dari masyarakat yang peduli terhadap pelestarian alam tanpa adanya campur-tangan dari pemerintah maupun pihak Perhutani.Selain dengan menanam bibit, diskusi tentang gerakan konservasi berbasis masyarakat, acara ini juga dimeriahkan oleh musisi dan sekaligus pencipta lagu, Turmedzi Djaka dari Kelompok Musik Dzikir, Sumenep. MAPAN dan Laskar Hijau bersepakat menjadikan Kenduri Pohon sebagai agenda rutin tahunan yang dilaksanakan setiap awal musim tanam di Gunung Lemongan pada setiap bulan November.

Jakarta - Para pemuda NU dan aktivis GUSDURian menggelar diskusi bertajuk ‘ Mengapa Islam Nusantara?’ di kantor PBNU, Jakarta Pusat pada Jumat 10 April 2015, malam. Diskusi ini diadakan menjelang Muktamar NU ke-33 yang bertema ‘Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia’.Hadir sebagai pembicara, Bisri Effendy, budayawan dan peneliti senior, Mahrus El-Mawa, kandidat doktor filologi dan sebagai moderator Ulil Hadrawi, dosen sastra Arab UIN Jakarta.“Kita harus mendefinisikan Islam Nusantara sendiri, sebelum didefinisikan orang lain. Masak Amerika mendefinisikan Islam sebagai teroris ini kan repot,” tutur alumnus Leiden University ini, Bisri Effendy.Mahrus El-Mawa mengatakan, melalui naskah-naskah kuno Islam Nusantara, kita bisa melihat seperti apa tradisi dan praktik masyarakat Islam di negeri kita saat itu. Kekhasan dari Islam Nusantara ialah kekentalan lokalitasnya. Berbeda dengan Arab.Diskusi semakin seru ketika sesi tanya jawab berlangsung. Alissa Wahid sebagai koordinator Gusdurian menambahkan, Islam Nusantara itu seperti yang dicerminkan oleh para pendiri NU. Kiai-kiai memilih lima nilai meliputi tawasuth (moderat), tawazun (netral), ta’adul (keseimbangan), tasamuh (toleran), serta amar makruf nahi mungkar”. (Okezone.com)

Mengapa Islam Nusantara?Kenduri Pohon sebagai AksiPenghijauan

6

...........................................................Kongkow

Selasar Edisi 16/April 2015

Page 7: Selasar edisi 16

Abdurrahman Aksi ini diselenggarakan untuk Wahid dalam acara memperingati hari perempuan Cuci Bersih internasional sekaligus aksi Koruptor. keprihatinan perempuan Aksi Cuci Bersih Indonesia atas maraknya korupsi Koruptor di Indonesia. Dimulai dengan berlangsung pada Longmarch dari Alun-Alun Utara tanggal 08 Maret menuju BPNB sembari memukuli 2015 bertempat di perabotan rumah tangga, Balai Pelestarian kemudian dilanjut dengan orasi-Nilai Budaya orasi terkait pengalaman (BPNB), Jalan perempuan sebagai korban Brigjen Katamso, korupsi. Acara ini diakhiri dengan Yogyakarta - Penguatan gerakan

Yogyakarta. Aksi ini dihadiri oleh orasi Sinta Nuriyah menuntut anti korupsi yang dilakukan berbagai elemen masyarakat. ketegasan presiden dalam seluruh elemen masyarakat, Diantaranya Fatayat NU DIY, menyelesaikan masalah korupsi semangat anti korupsi sebagai Sentra Advokasi Perempuan, dan meminta segera bagian wajib dari pendidikan Difabel dan Anak (Sabda), dihentikannya aksi kriminalisasi anak, tumbuhnya sikap berani Jaringan Pekerja Rumah Tangga serta pelemahan KPK.bersih ke semua lini kehidupan (JPRT), kalangan ibu rumah dan perempuan berada di garda tangga, rohaniawan, politisi, terdepan dalam pemberantasan akademisi, buruh, petani, dan korupsi. Empat poin penting yang pengusaha. Mereka tergabung disuarakan oleh Sinta Nuriyah dalam Perempuan Indonesia Wahid, Istri Almarhum AntiKorupsi (PIA).

Sinta Nuriyah Menuntut Ketegasan Presiden

Yogyakarta- Pegiat GUSDURian Kelas Pemikiran Gus Dur. dari 50 kota, pada hari sabtu- Fasilitator Kelas Pemikiran minggu, 28-29 Maret 2015, Gus Dur adalah orang yang berkumpul di Wisma Batik memastikan tujuan Kelas Yogyakarta mengikuti Pelatihan Pemikiran Gus Dur, tujuan untuk Fasilitator yang materi-materi Kelas diselenggarakan Seknas Pemikiran Gus Dur, dan Jaringan GUSDURian. Pelatihan tahapan pelaksanaan Kelas ini bertujuan untuk membentuk Pemikiran Gus Dur bisa fasilitator Kelas Pemikiran Gus tercapai dan berjalan

(Direktur Kerjasama Dalam dan Dur di berbagai daerah dan dengan baik.Luar Negeri KPK), Imam Aziz membangun kesepahaman Pelatihan ini diampu oleh dua (Ketua PBNU dan Ketua Panitia bersama tentang fasilitator utama, Hairus Salim Muktamar NU ke 33) dan Savic penyelenggaraan Kelas dan Alissa Wahid, dibantu co-Ali (Aktivis Sosial) yang berbagi Pemikiran Gus Dur. fasilitator Heru Prasetia dan Jay pengetahuan dan pengalaman Salah satu kunci sukses dalam Ahmad.dengan peserta.[] Red.sebuah pelatihan adalah adanya Selain itu pada pelatihan ini juga

fasilitator. Begitu juga dengan menghadirkan Wijanarko

JGD Gelar Pelatihan Fasilitator KPG

------------------------------------------------------

7

Selasar Edisi 16/April 2015

Page 8: Selasar edisi 16

ulu, R.A. Kartini menulis kontemplasi-nya yang membuncah untuk mengkritik situasi kolonial.

Pribumi jadi warga nomor buntut yang dijadikan budak di negeri sendiri. Dimiskinkan dan dibodohkan. Mungkin bukan kebetulan jika di abad 21 ini muncul para Kartini baru yang sama gelisahnya dengan R.A. Kartini bergerak dari Kendeng, Rembang dan Pati. Mereka gelisah karena di atas tanah mereka akan dibangun perusahaan tambang dan dalam bumi mereka akan dikeruk. Lantas mata air mereka akan perlahan kering. Mereka bukan bangsawan. Ibu-ibu ini petani biasa yang anggun dan gagah berani menentang upaya pengerusakan lingkungan yang digerakkan oleh pemodal besar. Seperti kisah petani sejak dulu, nasibnya digilas. Seolah pertanian itu hal usang. Padahal semua orang masih doyan nasi dan hasil bumi.

RA Kartini;

Antitambang

Saat Presiden Abdurrahman Perhimpunan Peternak Lebah di "Lah, orang-orang Wahid menjabat, Jakarta akhir Maret 2000. Dalam yang berdemo itu, Departemen Kehutanan dan pidatonya, Gus Dur antara lain daripada mendemo Perkebunan (Dephutbun) memaparkan mengenai kondisi menterinya mbok lebih tidak henti didemo. peternakan lebah terkini. baik beternak lebah, Dalam suasana seperti itulah "Kita ini setiap tahun masih supaya kita tidak cucu KH. Hasyim Asy'ari itu, mengimpor 350 ribu ton lebah mengimpor lagi!" pinta melantik pengurus dari luar negeri," tutur dia. Gus Dur.

Pergulatan

kemendikbud.go.id

Mati Ketawa

D

Selasar Edisi 16/April 2015

8

“Beternak Lebah”