selasar edisi 15

8
Menggerakkan Tradisi, Meneguhkan Indonesia Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa artikel, opini, berita melalui [email protected]. Redaksi tidak bertanggung jawab atas isi tulisan.Tulisan itu adalah pandangan pribadi penulis. Newsletter ini adalah produk nonprofit. Edisi 15 / N o v e m b e r 2014 Sekadar Mendahului S Persoalan agraria di Indonesia terus berlarat-larat bahkan kian bertambah kasusnya. Awalnya adalah kegagalan reofrma agraria yang berbuntut panjang pada perebutan lahan antara petani dengan pihak-pihak lain yang melipatganda di berbagai daerah. Untuk menyelesaikannya, Roy Murtadlo menekankan dalam tulisannya agar petani dan elit agama harus bersatu menentang kelaliman terhadap petani. Stigma masa lalu bahwa reforma agraria identik dengan komunis harus disudahi. Salah satu upaya rekonsiliasi korban30S dengan kaum santri dicontohkan dengan apik oleh Paguyuban Anak Bangsa di Batang, Jawa Tengah. Generasi muda NU seperti Saiful Huda Shodiq tergerak untuk terlibat membangun dialog karya antara dua kelompok tersebut. Rekonsiliasi bukan isapan jempol berkat konsistensi dan itikad baik. Selamat Membaca! Sikap pemaaf sebagai tanda kebaikan seorang muslim. disebutkan Penanggung jawab SekNas JGD Penasihat Alissa QM Wahid Heru Prasetia Pemimpin Redaksi Nabilah Munsyarihah Redaksi Ahmad, Afan, Isna, Purwanto, Rifqiya, Uzi, Yani Editor Kindi, Zia Tata letak dan ilustrator Zein Arrasyd Kontributor GUSDURian di berbagai daerah Sirkulasi Manajemen Informasi Jaringan GUSDURian

Upload: jaringan-gusdurian

Post on 04-Jul-2015

1.236 views

Category:

News & Politics


4 download

DESCRIPTION

Selasar adalah buletin yang dikelola resmi oleh SekNas Jaringan GUSDURian. Buletin ini berisi artikel dan informasi tentang kegiatan Komunitas dan atau personal GUSDURian di berbagai daerah yang terus melanjutkan pemikiran & perjuangan Gus Dur. Bila sahabat ingin mendapat kiriman selasar setiap bulan, sila SMS nama*alamat email*kota domisili ke HOTLINE 082141232345. Buletin ini bersifat open source. Kami mempersilakan sahabat yang ingin menyumbang tulisan, bisa kirim artikelnya ke redaksi SELASAR: [email protected]

TRANSCRIPT

Page 1: Selasar edisi 15

M e n g g e r a k k a n T r a d i s i , M e n e g u h k a n I n d o n e s i a

Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa artikel, opini, berita melalui [email protected]. Redaksi tidak bertanggung jawab atas isi tulisan.Tulisan itu adalah pandangan pribadi penulis. Newsletter

ini adalah produk nonprofit.

E d i s i 1 5 / N o v e m b e r 2 0 1 4 Sekadar Mendahului

S

Persoalan agraria di Indonesia terus berlarat-larat bahkan kian bertambah kasusnya. Awalnya adalah kegagalan reofrma agraria yang berbuntut panjang pada perebutan lahan antara petani dengan pihak-pihak lain yang melipatganda di berbagai daerah. Untuk menyelesaikannya, Roy Murtadlo menekankan dalam tulisannya agar petani dan elit agama harus bersatu menentang kelaliman terhadap petani. Stigma masa lalu bahwa reforma agraria identik dengan komunis harus disudahi.

Salah satu upaya rekonsiliasi korban30S dengan kaum santri dicontohkan dengan apik oleh Paguyuban Anak Bangsa di Batang, Jawa Tengah. Generasi muda NU seperti Saiful Huda Shodiq tergerak untuk terlibat membangun dialog karya antara dua kelompok tersebut. Rekonsiliasi bukan isapan jempol berkat konsistensi dan itikad baik.Selamat Membaca!

Sikap pemaaf sebagai

tanda kebaikan seorang muslim.disebutkan

Penanggung jawab

SekNas JGD

Penasihat Alissa QM Wahid

Heru Prasetia

Pemimpin RedaksiNabilah Munsyarihah

Redaksi Ahmad, Afan, Isna, Purwanto,

Rifqiya, Uzi, Yani

EditorKindi, Zia

Tata letak dan ilustratorZein Arrasyd

KontributorGUSDURian di berbagai daerah

Sirkulasi Manajemen Informasi Jaringan

GUSDURian

Page 2: Selasar edisi 15

2

Oleh: Roy Murtadho*

Menggerakkan TradisiMenggerakkan TradisiMenggerakkan Tradisi

Keluar dari Malapetaka

Konflik Agraria

Rekaman Konflik Agraria 2013, per sektor. Grafis: Konsorsium Pembaruan Agraria

ptimisme akan ideologi pembangunan Oyang sempat didengung-dengungkan sudah sepantasnya untuk

dicampakkan oleh siapapun juga di negeri ini. Developmentalisme telah mengekalkan ketergantungan Indonesia terhadap Amerika dan negara kapitalis lainnya. Developmentalisme dan neo liberalisme telah terbukti membuat malapetaka bagi dunia ketiga, khususnya Indonesia.

Dalam enam tahun terakhir, HuMa mencatat konflik agraria dan sumber daya alam (SDA) di Indonesia, terjadi menyebar di 98 kota dan kabupaten di 22 provinsi. Luasan area konflik mencapai 2.043.287 hektar atau lebih dari 20 ribu kilometer persegi alias setara separuh Sumatera Barat.

Kesengsaraan Indonesia saat ini setidaknya diakibatkan oleh dua hal. Pertama,

kapitalisasi sumber daya alam di Indonesia. Tepat pada sisi ini accumulation by dispossession sebagaimana diungkapkan David Harvey dengan vulgar dipraktikkan di Indonesia (Harvey, The New Imperialism, 2003). Bagaimana kapitalisme dipraktikkan di Indonesia? Studi Richard Robison dalam Indonesia: The Rise of Capital (1987), dan Vedi R Hadiz, Reorganising Power in Indonesia (2004), dengan gamblang menerangkan bagaimana kapitalisme dioperasikan di Indonesia. Lebih-lebih setelah terbitnya UU No.1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi pintu penguasaan kapitalis atas sumber daya alam Indonesia beserta kelonggaran perpajakan (UU 1967 BAB VI ).

Kedua, Gagal dilaksankannya land reform. Dalam pidato perayaan HUT RI tahun 1960, -sebulan sebelum UUPA disahkan- yang

E d i s i 1 5 / N o v e m b e r 2 0 1 4

Page 3: Selasar edisi 15

3

berjudul "Laksana Malaikat yang Menyerbu dari Langit. Jalannya Revolusi Kita". UU PA No.5/1960 yang dianggap Soekarno sebagai "kemajuan paling penting dalam revolusi Indonesia" tersebut gagal dilaksanakan akibat lambannya pelaksanaan reforma agraria dan ketidaksiapan birokrasi yang memicu ketidaksabaran massa rakyat tani. Khususnya yang diorganisir BTI dan PKI. Mereka melakukan pendudukan atas lahan-lahan tuan tanah priyayi-feodal yang berafiliasi pada PNI dan kiai-kiai yang berafiliasi dengan NU. Soekarno menegaskan pentingnya pelaksanaan land reform demi cita-cita revolusi nasional, “Revolusi Indonesia tanpa land reform adalah sama saja dengan gedung tanpa alas, sama saja dengan pohon tanpa batang, sama saja dengan omong besar tanpa isi.” Ia juga mengatakan, “Tanah tidak boleh menjadi alat penghisapan, Tanah untuk Tani! Tanah untuk mereka yang betul-betul menggarap tanah!”

Program redistribusi tanah UUPA diinspirasikan oleh visi presiden Soekarno untuk merombak struktur agraria feodal dan kolonial, dan menciptakan jalan menuju apa yang disebut oleh dokumen Manifesto Politik 1960 sebagai "masyarakat sosialis Indonesia". Program redistribusi ditargetkan pada tanah pertanian yang melebihi batas maksimum, tanah absente, tanah swapraja, dan "tanah negara" lainnya (Rachman, Land Reform Dari Masa Ke Masa, 2012, hlm. 4).Di pelbagai daerah saat ini tengah bergolak konflik perebutan lahan antara rakyat dengan korporasi. Sebagai contoh, di Kebumen selatan, petani melawan pendudukan lahan sepihak oleh TNI. Di Rembang petani menolak beroperasinya pabrik semen Indonesia. Apa yang mesti menjadi catatan kita adalah ketika konflik agraria bergolak, banyak elit agama menarik diri dari jalan perjuangan bersama rakyat. Di Kebumen selatan dan Rembang, kelompok elit beragama cenderung mengambil jarak dengan rakyat penolak penguasaan lahan. Kaum elit beragama masih hidup dalam narasi tentang bahaya komunisme. Bahwa mereka yang menuntut land reform, menolak

beroperasinya tambang distempel sebagai kelompok PKI yang tengah bangkit.

Dulu, gagalnya reforma agraria karena gerakan progresif (rakyat penolak tambang, penolak penguasaan perkebunan oleh perusahaan) dianggap sebagai kelompok yang mengobarkan kekerasan dan anti Tuhan. Sementara elit beragama menolak keduanya. Kemudian, setiap pikiran dan gerakan anti kapitalisme-liberalisme selalu diandaikan sebagai komunisme. Padahal banyak gerakan tani anti kapitalisme berangkat dari motif yang berbeda. Sangat gegabah kalau menyimpulkan setiap petani yang melek situasi adalah komunis dan layak untuk disembelih sebagaimana malapetaka '65. Kita ingat, pasca pembantaian yang dimotori oleh orde baru dan RPKAD itu kapitalisme dilapangkan jalannya untuk menguasai SDA Indonesia.

Solusi yang mesti diupayakan adalah; pertama, menyatukan visi bahwa ideologi greedy yang menjadi tanda dari kapitalisme adalah musuh semua golongan. Kelompok beragama tak perlu canggung terlibat dalam advokasi dan pembelaan petani. Kedua, menggeser politik aliran menuju politik kelas. Bukankah para nabi menanggung tugas profetiknya untuk mengatakan 'tidak' pada kebatilan? Ketiga, mengembalikan keterkaitan antara elit agama dengan umat yang pada umumnya adalah proletariat dan lumpen proletariat, karena elit agama hanya dimungkinkan keberadaannya oleh umatnya. Keempat, membangun koalisi perjuangan rakyat untuk memperjuangkan kedaulatan tata milik, tata kelola, tata guna SDA dan itu berarti terlaksannya UU PA No.5/1960. Kalau tidak, percayalah kita tidak sedang memperjuangkan apa-apa. []

*) Direktur Pusat Kajian Pesantren dan Demokrasi Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng, koordinator FNKSDA Jatim

Page 4: Selasar edisi 15

ForumForumForumForumForumForumForumForumForum

orang. Upaya keras yang dilakukan secara bersama-sama ini berbuah manis, daerah Batang didaulat menjadi basis rekonsiliasi akar rumput nasional karena daerah tersebut menjadi perintis. Ini dikarenakan konsistensi Saiful beserta teman-temannya untuk menggerakan rekonsiliasi secara aktif di 32 daerah berbeda. Kemudian untuk ditiru dan diterapkan di daerahnya masing-masing.

Proses rekonsialiasi dimulai sejak berdirinya Balai Pengobatan Akupuntur Margo Waras. Di balai tersebut, para anggota paguyuban melakukan beragam kegiatan seperti, diskusi, rapat, arisan, dan lain sebagainya. Dari kegiatan tersebut terjadi hubungan dialog dan interaksi. Kemudian secara langsung dan tidak langsung, sentimen masa lalu yang berupa kecurigaan hingga dendam perlahan menghilang. Relasi sosial pun terbangun. Tindakan nyata tersebut menjadi wujud keseriusan dari hasil kolaborasi ekstapol dan anak muda NU.

Sampai kini, Paguyuban Anak Bangsa yang beralamatkan di Gang Anggrek, Jalan A.Yani, Kauman, Batang, Pekalongan, ini masih disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang mereka rintis bersama. Misalnya seperti berternak kelinci, untuk melakukan pendekatan ekonomi, sekaligus memupuk kepercayaan terhadap satu sama lain agar menjadi basis relasi. Selain itu, juga mengadakan seminar dan diskusi masih sering mereka adakan. Peringatan 10 Desember dan halal bi halal menjadi agenda tahunan yang sampai sekarang masih berjalan. Serangkaian kegiatan tersebut, setidaknya apa yang menjadi cita-cita paguyuban ini menurut salah seorang korban ekstapol yaitu, memanusiakan manusia sedikit demi sedikit kembali pulih dan hak-hak mereka kembali sama sepeti masyarakat pada umumnya. [Isna]

Akar Rumput

4

emiskinan dan dimiskinkan. KTerputusnya relasi politik, sosial, ekonomi. Sampai perlakuan

diskriminatif dari berbagai pihak (negara maupun masyarakat) dan masih banyak lagi kondisi yang dialami oleh para ekstapol tertuduh terlibat dalam G30S. Sentimen negatif yang seperti itu masih terus berlangsung. Mengharapkan peran negara untuk menjadi aktor utama rekonsiliasi pun tak kunjung datang.

Berangkat dari rasa keprihatinan tersebut. Beberapa anak muda Nahdlatul Ulama dari generasi pertama yang berseberangan dengan PKI. Salah satunya Saiful Huda Shodiq dan anak muda Nahdlatul Ulama lainnya yang tergabung dalam Komunitas ALUR (Aktivitas Layanan untuk Rakyat), berinisiatif untuk merangkul Komunitas Korban 65.

Maka tercetuslah ide untuk mendirikan Paguyuban Anak Bangsa pada 10 Desember 2001 di Batang. Paguyuban ini mempunyai tujuan besar, yaitu memulihkan sejarah kelam G30S dengan cara aktivitas kultural. Meski sejak awal banyak batu sandungan yang menghadang perjalanan paguyuban. Namun tidak menyurutkan tujuan utama yang diemban bersama.

Sampai kini jumlah anggota yang tergabung dalam paguyuban ini berjumlah 30

Rekonsiliasi Aktif

E d i s i 1 5 / N o v e m b e r 2 0 1 4

Page 5: Selasar edisi 15

eorang pejabat tinggi negara kita Sbercerita di muka umum tentang banyaknya oran indonesia yang

mengobatkan dan memeriksa gigi mereka di singapura. Apakah sebabnya karena kita kekurangan dokter gigi, ataukah karena kualitas dokter gigi rendah? Ternyata tidak, karena yang menjadi sebab adalah di indonesia orang tidak boleh membuka mulut.

Lelucon seperti ini jelas merupakan potensi terselubung (atau justru tidak) atas sulitnya menyatakan pendapat di negeri kita saat ini, sebagai akibat banyak ketentuan diberlakukan, seperti SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan).

Protes dengan lelucon memang tidak efektif, kalau dilihat dari sudut pandang politik. Memang ada gerakan politik besar dilandaskan pada lelucon semacam 'manifesto politik'-nya! Belum lagi betapa lucunya kalau program partai atau golkar mencatunkan kalimat 'menyalurkan aspirasi rakyat melalui lelucon'. Begitu juga akan ada kesulitan besar ketika nanti harus di rumuskan penafsiran resmi atau lelucon yang ditampilkan oleh gerakan politik.

Akan tetapi, lelucon sebagai sebagai wahana ekspresi politik sebenarnya memiliki kegunaan sendiri, minimal, ia akan menyatakan bahasa rakyat banyak dan mengidentifikasi masalah-masalah yang dikeluhkan dan diresahkan.

Ambillah misal lelucon berikut dari mesir, dikala mendiang presiden nasser masih berkuasa. Di masa itu larangan bepergian ke luar negeri masih ketat. Nah, pada suatu hari, nasser mengunjungi patung spinx (dalam bahasa arab dikenal sebagai Abul haul) dekat piramida di Gaza, diluar kota kairo.

Melawan Melalui LeluconOleh KH. Abdurrahman Wahid

5

Ingin berkonsultasi, Nasser tidak memperoleh jawaban sepatahpun dari patung sing berkepala manusia yang sudah ribuan tahun usianya itu. Penjelasan nasser bahwa ia adalah presiden yang berkuasa penuh tidak menghasilkan jawaban apapun. Berkali-kali hal itu terjadi, hingga suatu kali habis kesabaran nasser. Dijanjikannya, kalau saja sphinx itu mau menjawan maka apapun permintaannya akan dituruti nasser. Dengan penuh lara, menjawablah sang sphinx: 'Exit Permit'.

Lelucon juka memiliki kemampuan untuk menggalang kesatuan dan persatuan, minimal dengan jalan mengidentifikasi 'lawan bersama'. Seperti yang diibaratkan oleh lelucon berikut dari polandia. Dua orang bertemu, yang satu bertanya kepada kawannya: 'Hadiah apa yang diperoleh kalau memamerkan lambang serikat buruh solidaritas di moskow?' kawannya menjawab tidak tahu: Ápakah hadiahnya?'sang penanya pun kemudian menjawab sendiri teka-tekinya itu: 'Dua buah gelang dan satu rantai'. Kawannya kembali bertanya: 'Gelang apakah. Emas atau perak?'dijawab oleh sang penanya dengan singkat 'Borgol'.

Lelucon juga dapat berfungsi kritik terhadap keadaan tidak menyenangkan di tempat sendiri, seperti lelucon pertama yang diuraikan oleh penulis di permulaan tulisan ini. Atau seperti lelucon berikut dari suriah: Seorang atlet lari dari suriah memenangkan rmas lomba lari olympiade. Prestasi mengagungkan di arena demikian terhormat. Pantas saja ia langsung di wawancarai, ditanya apa rahasia kemenangannya itu, sang atlet pun menjawab 'Mudah saja, tiap kali bersiap-siap akan start, saya bayangkan ada serdadu israel di belakang saya yang mau menembak saya'.

Page 6: Selasar edisi 15

Acara ini dikoordinatori oleh Ubaidillah Fatawi, yang difasilitasi oleh Tata Khoiriyah dan Heru Prasetya. Acara yang berlangsung dari jam 10 pagi hingga 5 sore ini diikuti oleh 12 pemuda Gusdurian Jogja. Tata khoriyah sebagai pemateri pertama mengungkapankan bahwa media mempunyai keefektifan yang tinggi dalam menyebarkan informasi dan gagasan. Sehingga, sangat tepat jika kita menggunakan media sosial untuk dijadikan media kampanye. “Karena gertakan di media sosial tanpa diikuti dengan gerakan sosial hanya akan menjadi pertukaran gagasan tanpa tindakan”,tambah Heru sebagai pemateri kedua.

Diharapkan, dengan diadakannya pelatihan Social media ini, para penggiat gusdurian dapat meningkatkan kapasitasnya agar mampu memanfaatkan dan mengelola social media secara optimal untuk kampanye.

omunitas Gusdurian Temanggung bersama aktivis lintas agama di Temanggung memperingati Hari KPerdamaian Dunia (International Peace Day) di Kabupaten Temanggung dengan cara berbeda dan unik. Para aktivis lintas agama di daerah penghasil tembakau ini memilih untuk menggelar aksi

berbagi air sebagai sarana peringatan. Berbagi air diarahkan ke desa-desa yang mengalami kekeringan.Kegiatan berbagi air yang diikuti beberapa elemen organisasi maupun kelompok non organisasi ini yang

dilakukan selama dua hari, pada hari Sabtu (20/9) diarahkan ke Kecamatan Kaloran dan Kecamatan Kandangan dengan dropping air masing-masing 3 tangki air. Sementara pada hari Minggu (21/9) air ditujukan ke Kecamatan Kandangan dengan sasaran enam dusun.

Bantuan air bersih ini merupakan sasaran yang tepat karena daerah tersebut merupakan titik kekeringan yang cukup parah. Bentuk bantuan air yang diberikan tidak hanya memberikan kedamaian bagi masyarakat yang dilanda bencana kekeringan, namun juga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang selama ini sulit diperoleh.

Gusdurian Temanggung Peringati Hari Perdamaian Dunia

KongkowKongkowKongkow

GUSDURian Jogja: Pelatihan Sosial Media sebagai

Media Kampanye

Komunitas Pemikiran Gusdur Jogja mengadakan pelatihan Sosial Media sebagai

Kampanye (14/09). Acara ini bertujuan mempersiapkan para anggota jaringan

Gusdurian guna menyambut Era keterbukaan informasi yang sangat cepat

dan transparan.

E d i s i 1 5 / N o v e m b e r 2 0 1 46

Page 7: Selasar edisi 15

inggu, (1/9/14). Sejumlah pemuda Mlintas agama di Jawa Timur yakni StaraMuda Community, PKPD

Tebuireng, Pemuda GKJW Mojowarno dan Remas Mojowangi menggelar Diversity Youth Camp (DYC) & Training of Trainer (TOT) Conflict Transformation 2014 pada 19-21 September 2014 DI Mahavihara Majapahit Trowulan Mojokerto. Kegiatan ini bertema “Promosi Perdamaian dan Transformasi Konflik oleh Pemuda Lintas Agama Melalui Potensi Kearifan Lokal dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi”.

Salah satu rangkaian acara ini yakni melakukan kunjungan ke beberapa tempat yakni : Ponpes Tebuireng, makam Gus Dur dan GKJW Mojowarno. Peserta Camo ini juga akan

Pemuda Lintas Agama Kunjungi Makam Gus Dur

dalam event YOT dan TOT

Selamat Hari Toleransi7

belajar tentang Pluralisme pada masa kerajaan Majapahit dengan mengunjungi situs-situs Majapahit di Trowulan, Mojokerto

Kunjungan pertama mereka yakni Ponpes Tebuireng Jombang. Rombongan disambut oleh Gus Roy Murtadho. Setelah memberikan Sambutan, peserta DYC dan TOT ini menuju makam Gus Dur dan melakukan doa Lintas agama. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke GKJW Mojowarno. Di Gereja tertua di Jawa ini peserta DYC & TOT Conflict Transformation 2014 akan belajar kearifan lokal yakni tradisi unduh-unduh

Page 8: Selasar edisi 15

Mati KetawaMati KetawaMati Ketawa KonflikKonflikKonflik

engakur pada akhirnya bukan Mpersoalan minta maaf atau mengaku salah. Tetapi kerendahan hati untuk

belajar dari masa lalu, melupakan dendam, dan melakukan sesuatu bersama. Jika konflik diwariskan, kita akan jadi generasi pendendam!

Namun ternyata tidak sesederhana itu juga. Konflik yang harus diselesaikan secara hukum juga harus mendapatkan keadilannya. Atas nama kemanusiaan dan kecintaan terhadap alam, konflik-konflik atas tanah yang mewabah di seluruh pelosok negeri mesti diselesaikan dengan hukum yang adil. Menentang keuntungan yang diraih dengan merugikan pihak lain apalagi rakyat yang memiliki negeri.

Pergulatan

araguay dikenal sebagai salah Psatu negara yang tidak mempunyai laut. Tapi anehnya,

negara Amerika Latin ini punya panglima angkatan laut. Suatu ketika, kata Gus Dur, Panglima AL Paraguay ini berkunjung ke negara Brasil. Dalam kunjungan itu ia menemui Panglima AL Brasil. Salah seorang staf AL Brasil yang ikut menemuinya bertanya seenaknya, "Negara bapak itu aneh ya. Tidak punya laut, tapi punya panglima seperti Bapak." Dengan kalem sang tamu pun menanggapi, "Negeri Anda ini juga aneh, ya. Hukumnya tidak berjalan, tapi merasa perlu mengangkat seorang menteri kehakiman."

Laut &HUKUM