sejarah peradaban islam di banten

43
Sejarah Peradaban Islam di Banten Proses Islamisasi Dalam perkembangan sejarah Indonesia, Jawa Barat tidak hanya sekarang saja sebagai wilayah yang sangat penting, baik dari tinjauan geostrategi dan geoplitik dewasa ini. Tetapi Jawa barat juga merupakan tempat pertama timbulnya kekuasaan politik Taruma Negara, membuktikan posisi geografi Jawa Barat mempunyai nilai tersendiri sejak abad ke-5 Masehi. Proses perluasan Islam di Jawa Barat lebih banyak dikisahkan melalui gerbang Jawa Barat yakni Cirebon. Proses ini menjadi mungkin karena kondisi kekuasaan politik yang kuat waktu itu di Jawa adalah Jawa Tengah. Tetapi islamisasi Indonesia melalui pintu barat. Oleh karena itu mempunyai kemungkinan besar bila masuknya islam dari pintu gerbang Barat. Dalam hal ini mungkin dari pelabuhan Sunda Kelapa ataupun Banten. 1

Upload: rendra-pahlezi

Post on 30-Dec-2014

96 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Sejarah Peradaban Islam di Banten

Proses Islamisasi

Dalam perkembangan sejarah Indonesia, Jawa Barat tidak

hanya sekarang saja sebagai wilayah yang sangat penting, baik dari

tinjauan geostrategi dan geoplitik dewasa ini. Tetapi Jawa barat juga

merupakan tempat pertama timbulnya kekuasaan politik Taruma

Negara, membuktikan posisi geografi Jawa Barat mempunyai nilai

tersendiri sejak abad ke-5 Masehi.

Proses perluasan Islam di Jawa Barat lebih banyak dikisahkan

melalui gerbang Jawa Barat yakni Cirebon. Proses ini menjadi

mungkin karena kondisi kekuasaan politik yang kuat waktu itu di

Jawa adalah Jawa Tengah. Tetapi islamisasi Indonesia melalui pintu

barat. Oleh karena itu mempunyai kemungkinan besar bila masuknya

islam dari pintu gerbang Barat. Dalam hal ini mungkin dari pelabuhan

Sunda Kelapa ataupun Banten.

Perlu ditambahkan disini bahwa penyebaran Islam melalui jalur

perniagaan, sehingga tidak pernah terjadi agresi militer maupun

agama. Dalam penyebaran ini Islam tidak mengenal adanya organisasi

missi ataupun semacam zending. J.C Van Leur dalam hal ini

menjelaskan bahwa setiap pedagang Islam merangkap sebagai da’i.

Itulah sebabnya masuk dan meluasnya Islam di Indonesia

melalui jalur perniagaan.1

Pertimbangan lain dari keterangan Tome Pires yang

menjelaskan keadaan Jawa Barat pada abad ke-16. Bahwa pada tahun

1513 penduduk Cirebon dan Cimanuk (Indramayu) sudah beragam

1 Hoesein Djajadiningrat, Tinjaun Kritis tentang Sejarah Banten, (Jakarta. Penerbit djambatan,1983), hal 91

1

Page 2: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Islam. Yang lebih menarik perhatian kita, Tome Pires menjelaskan

situasi pelabuhan Jawa Barat lainnya: Banten, Pontang, Cikande,

Tengerang dan Sunda Kelapa, sebagai pelabuhan yang telah banyak

dikunjungi oleh pedagang Islam yang berasal dari Malaka,

Palembang, Fansur, Tanjungpura, Lawe, Jawa, dan pelabuhan lainnya.

Pendiri Agama Islam (Tokoh Utama) di Banten

Tokoh utama para pendiri agama Islam di Banten, antara lain

adalah:

1. Fatahillah (mangkat pada tahun 1570)

2. Hasanuddin Sultan Banten I (1552 - 1570)

3. Pangeran Yusuf Sultan Banten II (1570 -1580)

4. Maulan Muhammad Sultan Banten III (1580 – 1596

Ketika kerajaan yang bercorak islam berdiri, pusat kekuasaan

yang semula berada di Banten Girang dipindahkan ke Surasowan di

Banten lama, dekat pantai. Pemindahan pusat kekuasaan ini

dimaksudkan untuk mempermudah hubungan pesisir utara Jawa

dengan Sumatra melalui Selat Sunda dan Samudra Hindia.

Penunjukan Surasowan sebagai ibukota kerajaan Banten dilakukan

atas perintah Faletehan (Sunan Gunung Jati) kepada puteranya,

Hasanuddin, yang kemudian menjadi raja Banten pertama.2

Fatahillah mangkat pada tahun 1570, sebagaimana telah

dimaklumi di atas, seorang ulama muda anak Pasai yang turun dari

Mekkah, telah datang

2Ahmad Mansur Surya Negara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998, h 174-177

2

Page 3: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

ke Demak dan berkhidmat kepada sultan Trenggono, sehingga

diambil menjadi kepala perang untuk menaklukan Banten, atau Jawa

Barat. Ulama muda itu bernama Syarif Hidayatullah, Sultan Maulana

Nuruddin Ibrahim.

Untuk menyebarkan Islam di jawa Barat, langkah Sunan

Gunung Jati berikutnya adalah menduduki pelabuhan Sunda yang

sudah tua, kira-kira tahun 1527. Ia memperluas kekuasaannya atas

kota-kota pelabuhan Jawa Barat lain yang semula termasuk Pajajaran.

Dalam pada itu kemenangan Syarif Hidayatullah menaklukan

kota Banten mendapat penghargaan tertinggi dari Sultan Trenggono,

sehingga beliau diberi gelar Fatahillah. Portugis menyebutnya

Faletehan.

kalau Fatahillah sebagai penguasa besar Jawa Barat, meliputi

Banten, Jakarta dan Cirebon, apatah lagi beliau masih mengakui

bahwa dia memerintah masih di bawah naungan Demak, maka yang

pantas disebut sultan Banten pertama adalah ialah Hasanuddin.

Sangatlah maju Banten selama pemerintahan baginda selam 18 tahun

lamanya. Pelabuhan Banten ramai didatangi saudagar- saudagar dari

luar negeri. Setelah 18 tahun memerintah, maka mangkatlah baginda,

kebetulan tahun mangkatnya bersamaan dengan mangkat ayahnya

Fatahillah, tidak berapa bulan selisihnya, Yaitu di tahun 1570.

Kedukaan yang dua kali menimpa rakyat Jawa Barat dalam satu tahun

itu, menyebabkan bahwa setelah mangkat Sultan Hasanuddin diberi

gelar ”Marhum Sabakingking”, dan makam baginda dinamai

”Sabakingking” artinya tempat duka cita.

3

Page 4: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, Dan diganti oleh

anaknya, Yusuf , sebagai raja Banten kedua (1570-1580). Ia

memperluas wilayah

kekuasaan kerajaan Banten sampai jauh kepedalaman yang

semula masih dikuasai oleh kerajaan Sunda Pajajaran, dan berhasil

menduduki ibukotanya, yakni Pakuan. Yusuf memperluas bangunan

masjid Agung dengan membuat serambi dan juga membangun masjid

lain di Kasanyutan, sebelah selatan Banten lama.

Ketika Yusuf wafat, yang berhak naik tahta menggantikannya

adalah puteranya yang bernama Maulana Muhamad. Setelah Yusuf

meninggal dunia tahun 1580 M, ia digantikan oleh putranya

Muhammad, yang masih muda belia. Selama Sultan muhammad

masih di bawah umur , kekuasaan pemerintahan dipegang oleh kali

(Arab:qadhi, jaksa agung ) bersama empat pembesar lainnya. Raja

Banten yang saleh ini, melanjutkan serangan terhadap raja Palembang

dan gugur dalam usia 25 tahun pada tahun 1596. Ia meninggalkan

seorang anak yang berusia 5 bulan, Sultan mafakhir Mahmud

Abdulkadir.

Sebelum memegang pemerintahan secara langsung, Sultan

berturut-turut berada di bawah 4 orang wali laki-laki dan seorang wali

wanita. Ia baru aktif memegang kekuasaan tahun 1626, dan pada

tahun 1638 mendapat gelar Sultan dari Mekkah. Dialah raja Banten

pertama dengan gelar sultan yang sebenarnya. Ia meninggal tahun

1651 dan digantikan oleh cucunya Sultan Abulfath Abdulfath.

4

Page 5: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Pada masa sultan Abulfath Abdulfath ini tejadi beberapa kali

peperangan antara Banten dan VOC yang berakhir dengan

disetujuinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M.3

Sebagai kota metropolitan sejak abad ke -14 sampai akhir abad

ke -19, Banten mengalami perkembangan jumlah penduduk yang

pesat, menurut statistik yang dibuat oleh Sultan Abul Mahasin Zaonal

Abidin pada tahun 1694, penduduk Banten berjumlah 31,848 jiwa.

Selama lebih dari tiga abad, Banten sebagai kerajaan Bahari

telah menjadi tempat persinggahan dan transaksi perdagangan

internasional. Bangsa asing yang berdagang di Banten pada saat itu

antara lain Persia,

Arab, Keling, Koja, Pegu, Cina, Melayu dan sebagainya. Barang-

barang perdagangan yang beredar dan menjadi komiditi di kota

Banten adalah sutra, beludru, peti berhias, kertas emas, kipas angin

dari Cina, kaca, gading, batu permata dari India, tekstil, dan

sebagainya.

Walaupun Banten berupa kerajaan Bahari, ternyata juga

mengembangkan pertanian. Pertanian telah dikembangkan sejak

Sultan Abdul mufakhir Muhammad Abdul Kadir (1596-1651).

Dengan dibangunnya sistem irigasi oleh sultan Ageng Tirtayasa

(1651-1682).

Pada peta ikhtisar Banten lama dari tahun 1900 terdapat nama

tempat yang menunjukkan adanya sebuah tempat kefakihan pada masa

itu. Adanya tempat ini menunjukkan bahwa pada jaman kesultanan

3 Buchari,Drs, S. Ibrahim Sejarah Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di Indonesia, Jakarta; publicita,1971. hal 115

5

Page 6: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Banten, unsur pendidikan islam dikhususkan dan mendapat prioritas

utama. Dengan demikian, harapan terhadap para alim ulama begitu

tinggi, walau Banten dihancurkan oleh Belanda pada tahun 1813, pada

waktu itu juga lahir seorang ulama kenamaan berasal dari Tanahara

Tirtayasa, Banten, bernama Nawawi al Banteni. Ratusan buku

karangannya dicetak didalam dan luar negeri, antara lain di Mesir dan

Beirut. Sampai sekarang semua buku tersebut masih dipelajari dan

dibaca oleh umat islam, khususnya di Indonesia.

Banten, Kesultanan, sebuah pemerintahan islam di Banten

berdiri sejak tahun 1527, pada mulanya, Banten merupakan daerah

kekuasaan kerajaan Hindu Budha pajajaran, pada tahun 1527 Banten

direbut oleh dan diperintah oleh Faletehan dari Demak. Sejak saat ini

mulai berdiri pemerintahan islam di Banten, yang kelak menjadi

kesultanan setelah Demak mengalami kemunduran.

Kesultanan Banten mulai meluas kekuasaannya dan mencapai

kemajuan di bidang perdagangan sejak pemerintahan Hasanuddin. Ia

memerintah Banten setelah kepindahan faletehan ke Cirebon pada

tahun 1552. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf 1579-

1580, Pajajaran ditaklukkan.

Sejak sebelum zaman islam, ketika masih berada di bawah

kekuasaan raja-raja sunda (dari Pajajaran , atau mungkin sebelumnya).

Banten sudah menjadi kota yang berarti. Dalam tulisan Sunda kuno,

cerita parahyangan, disebut- sebut nama wahanten Girang. Nama ini

dapat dihubungkan dengan Banten, sebuah kota pelabuhan ujung barat

pantai utara Jawa. Pada tahun 1524/1525 sunan gunung jati dari

6

Page 7: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Cirebon, meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan

islam serta bagi perdagangan orang-orang islam disana.

Menurut sumber tradisional , penguasa Pajajaran di Banten

menerima Sunan gunung Jati dengan ramah tamah dan tertarik masuk

islam. Ia meratakan jalan bagi kegiatan pengislaman disana. Dengan

segera ia menjadi orang yang berkuasa atas kota itu dengan bantuan

tentara jawa yang memang dimintanya. Namun, menurut berita

Barros, penyebaran islam di

jawa barat tidak melalui jalan damai, sebagaimana disebut oleh

sumber tradisional. Beberapa pengislaman mungkin terjadi secara

sukarela, tetapi kekuasaan tidak diperoleh kecuali dengan

menggunakan kekerasan. Banten, dikatakan justru diserang dengan

tiba-tiba.4

Beberapa kota yang berperan

Sebagai pusat pertumbuhan perekonomian sekitarnya adalah

Serang, Pontang, Tirtayasa, Cikande, pelabuhan Pendeglang, Saketi,

Panimbangan, Rangkasbitung, Leuidamar dan Banjarsari.

Pembangunan Dermaga ini dimaksudkan untuk mempermudah

pengiriman barang, menekan biaya transportasi, dan mengurangi

beban lalu lintas antara Serang dan Jakarta yang berjarak 120

kilometer.

Di Banten kini sudah dibangun pelabuhan umum oleh perum

pelabuhan 2, termasuk dermaga untuk ekspor berbagai produk pabrik

4 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900,jilid 1(Jakarta: PT Gramedia,1987),hal.70-73

7

Page 8: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

asal pelabuhan Serang. Sebelumnya, kabupaten Serang mengirimkan

produknya melalui pelabuhan TanjungPriuk Jakarta.5

Sejarah. Menurut prof.Dr. Sartono Kartodirjo, Penduduk

kabupaten Serang merupakan pembauran hasil yang datang dari

Demak, Cirebon, Sunda, Bugis, Melayu dan Lampung. Oleh sebab itu

selain terdapat perbedaaan dalam hal bahasa dan adat, juga terdapat

perbedaan yang mencolok antara orang Serang (Banten Utara) atau

Sunda maupun orang Jawa dari Jawa Tengah atau orang Jawa Timur.

Daya tarik Banten lama masih tetap kuat, terutama bagi para

ahli kepurbakalaan dan mereka yang berminat pada peninggalan

sejarah. Selain mereka, banyak orang awam berziarah ke masjid

Agung Banten dan makam- makam para sultan Banten yang terletak

di utara dan selatan masjid tersebut.6

Masuk dan meluasnya agama Islam di Banten

Kalau kita berbicara tentang masuk dan meluasnya agama Islam

di Jawa Barat, tentunya kita ingat jasa orang tokoh Islam yang disebut

Wali sunan Gunung Jati atau Susuhan Jati atau Syarif Hidayatullah

yang dimakamkan di Pasir Jati puncak bukit Sembung, Cirebon.

Kemudian ingatan kita akan berlanjut bahwa Sunan jati itu identik

dengan Fatahillah, Fadhilah Khan, dan Faletehan.

Proses Islamisasi

5 Ensiklopedi Nasional Indonesia, PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta: 1989, hal 1586 Zuhri K.H. Saifuddin, Sejarah kebangkitan Islam, dan perkembangannya di Indonesia,

catatan pertama, Al-Ma’arif Bandung: 1979 hal. 63

8

Page 9: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Dalam perkembangan sejarah Indonesia, Jawa Barat tidak

hanya sekarang saja sebagai wilayah yang sangat penting, baik dari

tinjauan geostrategi dan geoplitik dewasa ini. Tetapi Jawa barat juga

merupakan tempat pertama timbulnya kekuasaan politik Taruma

Negara, membuktikan posisi geografi Jawa Barat mempunyai nilai

tersendiri sejak abad ke-5 Masehi.

Proses perluasan Islam di Jawa Barat lebih banyak dikisahkan

melalui gerbang Jawa Barat yakni Cirebon. Proses ini menjadi

mungkin karena kondisi kekuasaan politik yang kuat waktu itu di

Jawa adalah Jawa Tengah. Tetapi islamisasi Indonesia melalui pintu

barat. Oleh karena itu mempunyai kemungkinan besar bila masuknya

islam dari pintu gerbang Barat. Dalam hal ini mungkin dari pelabuhan

Sunda Kelapa ataupun Banten.

Perlu ditambahkan disini bahwa penyebaran Islam melalui jalur

perniagaan, sehingga tidak pernah terjadi agresi militer maupun

agama. Dalam penyebaran ini Islam tidak mengenal adanya organisasi

missi ataupun semacam zending. J.C Van Leur dalam hal ini

menjelaskan bahwa setiap pedagang Islam merangkap sebagai da’i.

Itulah sebabnya masuk dan meluasnya Islam di Indonesia

melalui jalur perniagaan.7

Pertimbangan lain dari keterangan Tome Pires yang

menjelaskan keadaan Jawa Barat pada abad ke-16. Bahwa pada tahun

1513 penduduk Cirebon dan Cimanuk (Indramayu) sudah beragam

Islam. Yang lebih menarik perhatian kita, Tome Pires menjelaskan

situasi pelabuhan Jawa Barat lainnya: Banten, Pontang, Cikande,

7 Hoesein Djajadiningrat, Tinjaun Kritis tentang Sejarah Banten, (Jakarta. Penerbit djambatan,1983), hal 91

9

Page 10: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Tengerang dan Sunda Kelapa, sebagai pelabuhan yang telah banyak

dikunjungi oleh pedagang Islam yang

berasal dari Malaka, Palembang, Fansur, Tanjungpura, Lawe,

Jawa, dan pelabuhan lainnya.

Pendiri Agama Islam (Tokoh Utama) di Banten

Tokoh utama para pendiri agama Islam di Banten, antara lain

adalah:

5. Fatahillah (mangkat pada tahun 1570)

6. Hasanuddin Sultan Banten I (1552 - 1570)

7. Pangeran Yusuf Sultan Banten II (1570 -1580)

8. Maulan Muhammad Sultan Banten III (1580 – 1596

Ketika kerajaan yang bercorak islam berdiri, pusat kekuasaan

yang semula berada di Banten Girang dipindahkan ke Surasowan di

Banten lama, dekat pantai. Pemindahan pusat kekuasaan ini

dimaksudkan untuk mempermudah hubungan pesisir utara Jawa

dengan Sumatra melalui Selat Sunda dan Samudra Hindia.

Penunjukan Surasowan sebagai ibukota kerajaan Banten dilakukan

atas perintah Faletehan (Sunan Gunung Jati) kepada puteranya,

Hasanuddin, yang kemudian menjadi raja Banten pertama.8

Fatahillah mangkat pada tahun 1570, sebagaimana telah

dimaklumi di atas, seorang ulama muda anak Pasai yang turun dari

Mekkah, telah datang

8Ahmad Mansur Surya Negara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998, h 174-177

10

Page 11: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

ke Demak dan berkhidmat kepada sultan Trenggono, sehingga

diambil menjadi kepala perang untuk menaklukan Banten, atau Jawa

Barat. Ulama muda itu bernama Syarif Hidayatullah, Sultan Maulana

Nuruddin Ibrahim.

Untuk menyebarkan Islam di jawa Barat, langkah Sunan

Gunung Jati berikutnya adalah menduduki pelabuhan Sunda yang

sudah tua, kira-kira tahun 1527. Ia memperluas kekuasaannya atas

kota-kota pelabuhan Jawa Barat lain yang semula termasuk Pajajaran.

Dalam pada itu kemenangan Syarif Hidayatullah menaklukan

kota Banten mendapat penghargaan tertinggi dari Sultan Trenggono,

sehingga beliau diberi gelar Fatahillah. Portugis menyebutnya

Faletehan.

kalau Fatahillah sebagai penguasa besar Jawa Barat, meliputi

Banten, Jakarta dan Cirebon, apatah lagi beliau masih mengakui

bahwa dia memerintah masih di bawah naungan Demak, maka yang

pantas disebut sultan Banten pertama adalah ialah Hasanuddin.

Sangatlah maju Banten selama pemerintahan baginda selam 18 tahun

lamanya. Pelabuhan Banten ramai didatangi saudagar- saudagar dari

luar negeri. Setelah 18 tahun memerintah, maka mangkatlah baginda,

kebetulan tahun mangkatnya bersamaan dengan mangkat ayahnya

Fatahillah, tidak berapa bulan selisihnya, Yaitu di tahun 1570.

Kedukaan yang dua kali menimpa rakyat Jawa Barat dalam satu tahun

itu, menyebabkan bahwa setelah mangkat Sultan Hasanuddin diberi

gelar ”Marhum Sabakingking”, dan makam baginda dinamai

”Sabakingking” artinya tempat duka cita.

11

Page 12: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, Dan diganti oleh

anaknya, Yusuf , sebagai raja Banten kedua (1570-1580). Ia

memperluas wilayah

kekuasaan kerajaan Banten sampai jauh kepedalaman yang

semula masih dikuasai oleh kerajaan Sunda Pajajaran, dan berhasil

menduduki ibukotanya, yakni Pakuan. Yusuf memperluas bangunan

masjid Agung dengan membuat serambi dan juga membangun masjid

lain di Kasanyutan, sebelah selatan Banten lama.

Ketika Yusuf wafat, yang berhak naik tahta menggantikannya

adalah puteranya yang bernama Maulana Muhamad. Setelah Yusuf

meninggal dunia tahun 1580 M, ia digantikan oleh putranya

Muhammad, yang masih muda belia. Selama Sultan muhammad

masih di bawah umur , kekuasaan pemerintahan dipegang oleh kali

(Arab:qadhi, jaksa agung ) bersama empat pembesar lainnya. Raja

Banten yang saleh ini, melanjutkan serangan terhadap raja Palembang

dan gugur dalam usia 25 tahun pada tahun 1596. Ia meninggalkan

seorang anak yang berusia 5 bulan, Sultan mafakhir Mahmud

Abdulkadir.

Sebelum memegang pemerintahan secara langsung, Sultan

berturut-turut berada di bawah 4 orang wali laki-laki dan seorang wali

wanita. Ia baru aktif memegang kekuasaan tahun 1626, dan pada

tahun 1638 mendapat gelar Sultan dari Mekkah. Dialah raja Banten

pertama dengan gelar sultan yang sebenarnya. Ia meninggal tahun

1651 dan digantikan oleh cucunya Sultan Abulfath Abdulfath.

12

Page 13: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Pada masa sultan Abulfath Abdulfath ini tejadi beberapa kali

peperangan antara Banten dan VOC yang berakhir dengan

disetujuinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M.9

Sebagai kota metropolitan sejak abad ke -14 sampai akhir abad

ke -19, Banten mengalami perkembangan jumlah penduduk yang

pesat, menurut statistik yang dibuat oleh Sultan Abul Mahasin Zaonal

Abidin pada tahun 1694, penduduk Banten berjumlah 31,848 jiwa.

Selama lebih dari tiga abad, Banten sebagai kerajaan Bahari

telah menjadi tempat persinggahan dan transaksi perdagangan

internasional. Bangsa asing yang berdagang di Banten pada saat itu

antara lain Persia,

Arab, Keling, Koja, Pegu, Cina, Melayu dan sebagainya. Barang-

barang perdagangan yang beredar dan menjadi komiditi di kota

Banten adalah sutra, beludru, peti berhias, kertas emas, kipas angin

dari Cina, kaca, gading, batu permata dari India, tekstil, dan

sebagainya.

Walaupun Banten berupa kerajaan Bahari, ternyata juga

mengembangkan pertanian. Pertanian telah dikembangkan sejak

Sultan Abdul mufakhir Muhammad Abdul Kadir (1596-1651).

Dengan dibangunnya sistem irigasi oleh sultan Ageng Tirtayasa

(1651-1682).

Pada peta ikhtisar Banten lama dari tahun 1900 terdapat nama

tempat yang menunjukkan adanya sebuah tempat kefakihan pada masa

itu. Adanya tempat ini menunjukkan bahwa pada jaman kesultanan

9 Buchari,Drs, S. Ibrahim Sejarah Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di Indonesia, Jakarta; publicita,1971. hal 115

13

Page 14: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Banten, unsur pendidikan islam dikhususkan dan mendapat prioritas

utama. Dengan demikian, harapan terhadap para alim ulama begitu

tinggi, walau Banten dihancurkan oleh Belanda pada tahun 1813, pada

waktu itu juga lahir seorang ulama kenamaan berasal dari Tanahara

Tirtayasa, Banten, bernama Nawawi al Banteni. Ratusan buku

karangannya dicetak didalam dan luar negeri, antara lain di Mesir dan

Beirut. Sampai sekarang semua buku tersebut masih dipelajari dan

dibaca oleh umat islam, khususnya di Indonesia.

Banten, Kesultanan, sebuah pemerintahan islam di Banten

berdiri sejak tahun 1527, pada mulanya, Banten merupakan daerah

kekuasaan kerajaan Hindu Budha pajajaran, pada tahun 1527 Banten

direbut oleh dan diperintah oleh Faletehan dari Demak. Sejak saat ini

mulai berdiri pemerintahan islam di Banten, yang kelak menjadi

kesultanan setelah Demak mengalami kemunduran.

Kesultanan Banten mulai meluas kekuasaannya dan mencapai

kemajuan di bidang perdagangan sejak pemerintahan Hasanuddin. Ia

memerintah Banten setelah kepindahan faletehan ke Cirebon pada

tahun 1552. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf 1579-

1580, Pajajaran ditaklukkan.

Sejak sebelum zaman islam, ketika masih berada di bawah

kekuasaan raja-raja sunda (dari Pajajaran , atau mungkin sebelumnya).

Banten sudah menjadi kota yang berarti. Dalam tulisan Sunda kuno,

cerita parahyangan, disebut- sebut nama wahanten Girang. Nama ini

dapat dihubungkan dengan Banten, sebuah kota pelabuhan ujung barat

pantai utara Jawa. Pada tahun 1524/1525 sunan gunung jati dari

14

Page 15: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Cirebon, meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan

islam serta bagi perdagangan orang-orang islam disana.

Menurut sumber tradisional , penguasa Pajajaran di Banten

menerima Sunan gunung Jati dengan ramah tamah dan tertarik masuk

islam. Ia meratakan jalan bagi kegiatan pengislaman disana. Dengan

segera ia menjadi orang yang berkuasa atas kota itu dengan bantuan

tentara jawa yang memang dimintanya. Namun, menurut berita

Barros, penyebaran islam di

jawa barat tidak melalui jalan damai, sebagaimana disebut oleh

sumber tradisional. Beberapa pengislaman mungkin terjadi secara

sukarela, tetapi kekuasaan tidak diperoleh kecuali dengan

menggunakan kekerasan. Banten, dikatakan justru diserang dengan

tiba-tiba.10

Pembentukan Budaya Banten

Masyarakat dan budaya Banten, terutama dngan alam dan

budaya islamnya, mungkin hanya dapat dikenali dengan merunut

kembalinya peristiwa sejarah tansformasi pusat administasi politik

dari Banten Girang di pedalaman-yang berada di bawah subordonasi

Pakuan Pajajaran yang hindustik, ke daerah pantai yang dikenal

dengan Bantenlama. Peristiwa transformasi tersebut berlangsung pada

tahun 1526 oleh Syarif Hidayatullah dan Maulan Hasanuddin. Sejak

itu, embiro dan fondasi masyarakat dan budaya Banten diletakkan dan

ditetapkan dalam format yang berciri keislaman. Miksic (1986)

10 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900,jilid 1(Jakarta: PT Gramedia,1987),hal.70-73

15

Page 16: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

memperlihatkan fase-fase pertumbuhan perkembangan budaya Banten

dalam panggung sejarah, yang dapat dirunut dalam fase-fase berikut:

1. Fase pra-sunda Islam (1400- 1525). Pada masa itu Banten

merupakan daerah bawahan kerajaan Pakuan Pajajaran yang

hindustis, yang berpusat di Banten Girang (kota Serang

sekarang).

2. Fase awal penyebaran Islam (1525- 1619), suatu fase dimana

Islam disiarkan oleh Sunan Gunung Jati dari Cirebon dan

Maulana

3. Hasanuddin yang beraliansi dengan Demak. Pada masa ini

terjadi tansformasi keagamaan, perpindahan pusat

pemerintahan dan mulai berkembangnya Banten sebagai

pelabuhan altenatif setelah Malaka. Pendirian kota Banten

Sorasowan, dengan komponen-komponen arsitektur dan

monumental berciri islam, telah menyebabkan pertumbuhan

dan ramainya perdagangan. Para pedagang Inggris, Denmark,

portugis dan turki datang serta melakukan tansaksi

perdagangan di bandar Banten. Sebelumnya, Banten telah

berhubungan dengan Cina, sehingga etnis teakhir ini telah

membentuk suatu komunitas tersendiri yang memberi

sumbangan besar bagi perkembangan perdagangan di Banten.

4. Fase keseimbangan kekuatan, yakni satu fase tanpa adidya

dimana seluruh kekuatan politik dan ekonomi yang ada di

Banten memiliki kekuatan yang seimbang (armada dagang

Eropa, Kesultanan Banten, Cirbon, Batavia dan Mataram).

16

Page 17: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Keseimbangan kekuatan ini dinataranya bisa dilihat dari

beberapa peristiwa politik yang berlangsung saat itu, yang

tidak memperlihatkan adanya dominasi satu kekutan politik

tertentu trhadap kekuatan politik lain: yakni penyerangan

Banten ke Batavia, blokade Belanda atas Teluk Banten,

tumbuh dan kuatnya kekuasaan sultan Ageng tirtayasa, dan

pulihnya tingkat kemakmuran masyarakat Banten. Lebih dari

itu, pada fase ini lah Banten mencapai ketinggian budaya/

tamaddun islam.

5. Fase penguasaan VOC/Belanda, pendirian Benteng Speelwijk

yang langsung memperlihatkan wujud hubungan antara

Banten dan VOC, masih berkembangnya ”kota” Surosowan

dan lain-lain.

6. Fase surut dan jatuhnyaKesultanan Banten, Hindia Belanda

terkena imbas perang Napoleonik/ Rep. Batavia, internal

penguasaan Inggris (1811-1816), pemindahan administrasi

politik ke Serang, Surasowan di hancurkan, didirikannya

keraton Kaibon dan dipecahnya bekas wilayah kesultanan

Banten menjadi 3 daerah serata kabupaten (Banten Hulu,

Banten Hilir, dan Anyer) di bawah pengawasan Landrrad

( setara residen), pada tahun 1809 pembuatan jalan raya

Deanddles.

7. Fase Mutakhir, Setelah kesultanan Banten dihapuskan oleh

Belanda timbul berbagai pergolakan, pemberontakan dan

perlawanan rakyat dipimpin oleh para ulama/ bangsawan,

bencana alam (meletusnya

17

Page 18: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Krakatau dan wabah penyakit sampar), pendudukan Jepang,

perang kembali.11

Di balik semua kilas balik sejarah ini, hal yang tetap

hidup dan terus mengakar pada masyarakat Banten adalah

kultur/kebudayaan islam. Pesanten terus menerus menghasilkan

kader dan para ulama tetap berdakwah. Rakyat mulai

mengarahkan orientasi kepemimpinan dari raja/ sultan kepada

para mubaligh/kyai/ ulama. Dalam situasi seperti ini, yang

bermula sejak pertumbuhan islam di Banten, budaya pesisiran

dan budaya pedalaman di daerah selatan Banten (kecuali

daerah Baduy) terus menerus memantapkan keislamannya.

Warisan budaya yang dihasilkannya adalah karya-karya

arsitektural yang hanya mungkin diproduksi dalam satu

lingkungan kehidupan budaya yang tinggi. Oleh karena itu, dari

segi budaya Banten dapat disetarakan dengan masyarakat kota

seperti Mataram dan Cirebon.

Label islam dalam budaya Banten nampaknya cukup kuat

bahkan hingga saat ini. Hal itu terbukti dengan hadirnya para

qori & qori’ah, ulama pesantren yang tersebar di seluruh pelosok

Banten. Pusat-pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam di

wilayah Banten, untuk sekedar menyambut beberapa lokasi-

terdapat di Tanara, Tubuy, Muruy, Caringin, Cilegon,

Bojonegara, Pontang dan sebagainya. (Sartono Kartodirdjo,

11 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900,jilid 1(Jakarta: PT Gramedia,1987),hal.70-73

18

Page 19: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

1984, 1988; Teuku Ibrahim Alfian, 1994;466-480, Hasan Muarif

Ambary,1992). 12

Sejarah Banten

Berdiri Kerajaan Salakanagara (Negeri Perak)yang beribukota Rajatapura yang terletak di pesisir barat Pandeglang.Raja pertama Dewawarman I (130 – 168 M) yang bergelar Aji Raksa Gapurasagara (Raja penguasa gerbang lautan)Daerah kekuasaannya meliputi :• Kerajaan Agrabinta di Pulau Panaitan• Kerajaan Agnynusa di Pulau Krakatau• Dan daerah ujung selatan Sumatera

165 M Banten (Pulau Panaitan) masuk dalam peta yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus sebagai bagian dari jalur pelayaran dari Eropa menuju Cina dengan melalui India, Vietnam, ujung utara dan pesisir barat Sumatera, Pulau Panaitan, Selat Sunda, terus melalui Laut Cina Selatan sampai ke Daratan Cina.

Abad V M Prasasti Munjul yang diperkirakan berasal dari abad ke V masehi ditemukan di Sungai Cidangiang, Lebak Munjul – Pandeglang.Prasasti berhurufkan palawa dengan bahasa sanksekerta menyatakan bahwa raja yang berkuasa di kawasan tersebut adalah Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara. Dalam prasasti tersebut dituliskan juga bahwa negara pada saat itu berada dalam kemakmuran dan kejayaannya.

Abad XII – XV Banten menjadi pelabuhan dari Kerajaan Pajajaran.

Abad XIV Ditemukan prasasti di Bogor, yang menyatakan Pakuan Pajajaran didirikan oleh Sri Sang Ratu Dewata, yang daerah kekuasaannya meliputi seluruh Banten, Kalapa (Jakarta), Bogor, sampai Cirebon.

12 H..J Graff dan th. Pigeud, Kerajaan- kerajaan Islam di Jawa, Jakarta:Gratifi Press,1985, hal 49

19

Page 20: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Abad XVI Awal abad ke XVI, Banten dibawah pemerintahan Prabu Pucuk Umun (Dalam Babad Cibeber disebut juga sebagai Ratu Ajar Domas). Pusat pemerintahannya terletak di Banten Girang, yang dihubungkan dengan pelabuhan Banten melalui Sungai Cibanten, dan melalui Klapadua sebagai jalur darat.

1513 M Tome Pires, pelaut Portugis, memberitakan bahwa pelabuhan Banten merupakan pelabuhan kedua terbesar setelah Kalapa. Telah terjadi hubungan perniagaan dengan Sumatera dan Maladewa, dan pelabuhan Banten merupakan pengekspor beras, bahan makanan dan lada.Pada masa ini, diberitakan juga sudah banyak dijumpai orang Islam di daerah Cimanuk, dan kota kota pelabuhan seperti Kalapa dan Banten.

1511-21 M Tanggal 5 Agustus 1511 M, Bangsa Portugis menguasai Malaka dan disusul dengan takluknya Samudera Pasai pada tahun 1521 M. Selain untuk kekuasaan dan kekayaan, bangsa Portugis juga dibebani misi untuk menghancurkan agama Islam. Dengan menguasai Malaka, bangsa Portugis memonopoli perdagangan rempah rempah di Asia Tenggara, dan memberlakukan peraturan peraturan yang memberatkan bagi para pedagang terutama yang beragama Islam. Kondisi ini membuat pedagang pedagang dari Arab, Parsi, Cina, dan bangsa lain enggan untuk berniaga ke Malaka dan mengalihkannya ke Aceh, Banten, Cirebon, dan Demak.Keadaan ini sangat menguntungkan bagi Pelabuhan Banten yang berkembang semakin pesat dan lama kelamaan menjadi pusat penyebaran agama Islam di bagian barat pulau Jawa.

1521 M Dengan semakin berkembang pesatnya kekuatan Islam di barat dan timur, timbul kekhawatiran raja Pajajaran akan semakin terdesaknya agama Hindu selaku agama resmi kerajaan dan juga lunturnya kekuasaan di di daerah pantai.Untuk mengantisipasi hal tersebut, Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata) melakukan :• Pembatasan pedagang pedagang yang beragama Islam mengunjungi pelabuhan pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan Pajajaran.• Menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama dengan bangsa Portugis di Malaka, agar dapat membantu Pajajaran bila diserang

20

Page 21: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Kerajaan Demak, dengan mengutus putera mahkota Pajajaran Ratu Sangiang atau Surawisesa ke Malaka.

1522 M 21 Agustus 1522 M, Henrique Leme, utusan Gubernur Malaka, menandatangani perjanjian dengan raja Pajajaran, Pangeran Surawisesa, pengganti Sri Baduga Maharaja. Perjanjian tersebut berisi antara lain :

• Portugis dapat mendirikan benteng di pelabuhan Sunda Kelapa

• Raja Pajajaran akan memberikan lada sebanyak yang diperlukan Portugis sebagai penukaran barang barang kebutuhan Pajajaran.

• Portugis bersedia membantu Pajajaran apabila diserang Demak atau kerajaan lainnya.

• Sebagai tanda persahabatan, Pajajaran akan memberikan hadiah 1000 karung lada setiap tahunnya kepada Portugis.

1525 M Pasukan gabungan Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah, Pangeran Cirebon, Dipati Cangkuang, dan Dipati Keling, serta pasukan lokal di bawah pimpinan Hassanudin dapat menguasai Banten.Untuk menjaga stabilitas keamanan di Banten, Hassanudin kemudian diangkat menjadi Adipati Banten dengan pusat pemerintahan di Banten Girang.

1526 M Atas petunjuk dari Sunan Gunung Jati, ibukota Banten dipindahkan ke dekat pelabuhan Banten, yang kemudian disebut dengan Surosowan. Berdasarkan beberapa data, pemindahan ibukota ini dilakukan pada tanggal 1 Muharram 933 H yang bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 M.

1527 M Terdengar kabar, Portugis dengan armada dan persenjataan lengkap telah meninggalkan Malaka menuju Sunda Kelapa. Mendengar berita ini, Demak, Banten, dan Cirebon bergerak untuk menguasai Sunda Kelapa. Sunda Kelapa dapat dikuasai pada tahun 1527 M, dan Fatahillah diangkat untuk menjadi Adipati Sunda Kelapa. Sebagai tanda kemenangan, Sunda Kelapa diganti namanya

21

Page 22: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

menjadi Jayakarta, yang berarti Kota Kemenangan.Armada Portugis yang datang dari Malaka untuk melaksanakan perjanjian tahun 1522 M dengan Kerajaan Pajajaran tiba setelah Sunda Kelapa dikuasai pasukan Islam. Portugis yang dipimpin oleh Francisco de Sa melakukan perang terbuka di perairan Sunda Kelapa, dan setelah mendapat perlawanan hebat dari pasukan Islam, Portugis dapat diusir mundur dari Sunda Kelapa.Setelah Jayakarta berhasil diamankan dari serangan Portugis, Hassanudin dan Fatahillah bekerjasama menangani pembangunan di Banten dan Jayakarta. Hassanudin bertanggung jawab dalam masalah pengembangan wilayah dan pendidikan kemasyarakatan, sedangkan Fatahillah bertanggung

jawab menangani keamanan dan pertahanan wilayah. Sehingga pada masa itu Islam menyebar dengan pesat dan keamanan negara terjamin. Kedua penguasa di Jawa Barat memerintah atas nama Sultan Demak.

1552 M Kemajuan perkembangan Banten yang sangat pesat, menjadikan status Banten ditingkatkan dari Kadipaten menjadi Kerajaan. Hassanudin ditunjuk sebagai raja pertama. Dan pada tahun yang sama pula, Fatahillah (menantu dari Sunan Gunung Jati) diangkat menjadi raja di Cirebon, mewakili Sunan Gunung Jati, dikarenakan mangkatnya raja Cirebon, Pangeran Pasarean (putera Sunan Gunung Jati) di tahun tersebut. Untuk menjalankan tugas pemerintahan di Jayakarta diangkat Pangeran Bagus Angke, menantu Sultan Hassanudin.

1552-1570 M Masa Pemerintahan Sultan Maulana Hassanudin.Sultan Maulana Hassanudin memerintah sebagai raja pertama Kesultanan Banten dari tahun 1552 M hingga wafatnya di tahun 1570 M.Pada masa pemerintahannya, digambarkan kota Banten telah berkembang sangat pesat. Jumlah penduduk diperkirakan telah mencapai 70.000 jiwa. Terletak di pertengahan pesisir teluk Banten, Kota yang dikenal dengan nama Surosowan ini memiliki panjang 400 hingga 850 depa. Kota Banten dilewati sungai jernih yang dapat dilalui oleh kapal jung dan gale.Kota Banten dikelilingi benteng bata setebal tujuh telapak tangan. Bangunan bangunan pertahanan dua lantai terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan meriam. Di tengah kota terdapat alun alun yang

22

Page 23: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

digunakan untuk kegiatan ketentaraan, kesenian rakyat dan juga sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di sisi selatan alun alun, disampingnya dibangun bangunan datar yang ditinggikan dan diatapi yang disebut srimanganti, sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyat. Di sebelah barat alun alun dibangunlah Masjid Agung Banten.

Sultan Hassanudin dalam usahanya membangun dan mengembangkan kota Banten lebih menitik beratkan pada pengembangan sektor perdagangan, disamping memperluas lahan pertanian dan perkebunan. Pada masa pemerintahannya, Banten telah menjadi pelabuhan utama di Nusantara, sebagai persinggahan utama dan penghubung pedagang pedagang dari Arab, Parsi, Cina, dengan kerajaan kerajaan di Nusantara.

Cara jual beli saat itu, masih menggunakan sistem barter, dan juga sudah mulai digunakan mata uang sebagai alat tukar. Mata uang yang digunakan adalah Real Banten dan cash cina (caxa).Terjadinya krisis kepemimpinan di Kesultanan Demak pada tahun 1547-1568 M, mendorong Sultan Hassanudin untuk melepaskan diri dari Kesultanan Demak dan menjadikan Banten kerajaan yang berdiri sendiri. Saat itu, wilayah Kesultanan Banten telah meliputi Banten, Jayakarta, Kerawang, Lampung, Inderapura, sampai Solebar.Sultan Hassanudin wafat tahun 1570 M dan dimakamkan di samping Masjid Agung. Setelah wafatnya, Maulana Hassanudin dikenal dengan sebutan Sedakinking. Sebagai penggantinya, dinobatkanlah Pangeran Yusuf sebagai Raja Banten ke 2.

1570-1580 M Sultan Maulana YusufPada masa kepemerintahan Sultan Maulana Yusuf, strategi pembangunan dititik beratkan pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian. Pada saat itu, perdagangan sudah sangat maju sehingga Banten merupakan tempat penimbunan barang barang dari seluruh dunia yang nantinya akan disebarkan ke seluruh nusantara.Dengan majunya perdagangan maritim di Banten, maka kota Surosowan dikembangkan menjadi kota pelabuhan terbesar di Jawa. Ramainya kota baru ini dengan penduduk pribumi maupun pendatang membuat diberlakukannya aturan penataan dan penempatan penduduk

23

Page 24: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

berdasarkan keahlian dan asal daerah penduduk. Perkampungan untuk orang asing biasanya ditempatkan di luar tembok kota, seperti Pekojan yang diperuntukan bagi pedagang muslim dari kawasan Arab ditempatkan di sebelah barat pasar Karangantu, Pecinan yang diperuntukan bagi pendatang dari Cina ditempatkan di sebelah barat Masjid Agung, di luar batas kota. Penataan pengelompokan pemukiman ini selain bertujuan untuk kerapian dan keserasian kota juga untuk kepentingan keamananan, dan merupakan upaya penyebaran dan perluasan kota.Selain penataan pemukiman, juga dilakukan perkuatan dan penebalan tembok keliling kota dan tembok benteng sekeliling istana. Tembok benteng diperkuat dengan lapisan luar yang terbuat dari bata dan batu karang dengan parit parit disekelilingnya. Perbaikan Masjid Agung juga dilakukan dan

penambahan bangunan menara dengan bantuan Cek Ban Cut, arsitek muslim asal Mongolia.Untuk kepentingan irigasi bagi persawahan yang berada di sekitar kota dan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kota Surosowan, di buatlah danau buatan yang dinamakan Tasikardi. Air dari sungai Cibanten dialirkan melalui terusan khusus ke danau ini, yang kemudian disalurkan ke daerah daerah sekitar danau. Dengan melalui pipa pipa terakota, setelah diendapkan di Pengindelan Abang dan Pengindelan Putih, air yang sudah jernih dialirkan ke keraton dan tempat tempat lain di dalam kota. Di tengah danau buatan ini juga dibuat pulau kecil yang digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga keraton.Sultan Maulana Yusuf wafat pada tahun 1580 M dan dimakamkan di Pakalangan Gede dekat kampung Kasunyatan sekarang, dan karenanya beroleh gelar Pangeran Panembahan Pakalangan Gede atau Pangeran Pasarean. Sebagai pengganti, diangkatlah putranya, Pangeran Muhammad yang pada waktu itu baru berusia 9 tahun.

1579 M Pasukan Banten di bawah pimpinan Sultan Maulana Yusuf berhasil merebut Pakuan, ibukota Kerajaan Pajajaran dan menguasai seluruh wilayah bekas kerajaan Pajajaran.Raja terakhir yang memerintah Kerajaan Pajajaran adalah Raga Mulya atau Prabu Surya Kencana, yang juga dijuluki Prabu Pucuk Umun atau Panembahan Pulosari, karena pada akhir masa kepemerintahannya berkedudukan di gunung Pulosari, Pandeglang.

24

Page 25: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Benteng Pulosari dapat dikuasai oleh Sultan Maulana Yusuf pada tanggal 8 Mei 1579/11 Rabiul Awal 987 H.Setelah berhasil dikalahkan, seluruh punggawa kerajaan Pajajaran diislamkan dan dibiarkan kembali memangku jabatannya sehingga dapat menjamin stabilitas keamanan di seluruh wilayah Banten.

1580-1596 M Sultan Maulana Muhammad Kanjeng Ratu Banten SurosowanKeadaan Banten pada masa Sultan Maulana Muhammad dapat diketahui berdasarkan kesaksian Willem Lodewycksz yang mengikuti Cornelis de Houtman yang mendarat di pelabuhan Banten tahun 1596. Dari catatan mereka diketahui bahwa Kota Banten mempunyai tembok tembok yang lebarnya lebih dari depa orang dewasa dan terbuat dari bata merah. Diperkirakan besarnya sebesar kota Amsterdam tahun 1480 M dan orang

dapat melayari seluruh kota Banten melalui banyak sungai.Setiap kapal asing yang hendak berlabuh di Bandar Banten diharuskan melalui semacam pintu gerbang dan membayar bea masuk.Transaksi perdagangan di pasar ini berjalan mudah karena mata uang dan pertukaran mata uang (money changer) sudah dikenal.Maulana Muhammad terkenal sebagai orang yang saleh. Untuk kepentingan penyebaran agama Islam, beliau banyak mengarang kitab agama Islam dan membangun masjid hingga ke pelosok negeri. Sultan juga menjadi khatib dan imam untuk setiap shalat Jum’at dan Hari Raya. Pada masa kepemimpinannya, Masjid Agung diperindah dengan melapisi dinding dengan keramik dan kolomnya dengan kayu cendana, untuk tempat shalat perempuan disediakan tempat khusus yang disebut pawastren atau pawadonan.

Sultan Maulana Muhammad wafat pada tahun 1596 pada saat penyerangan ke Palembang, perang yang dimulai akibat bujukan Pangeran Mas, keturunan dari Kerajaan Demak yang ingin menjadi Raja Palembang. Sultan tertembak ketika memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri di Sungai Musi.

Sultan Maulana Muhammad wafat di usia 25 tahun, dimakamkan di serambi Masjid Agung dan beroleh gelar Pangeran Seda ing Palembang atau Pangeran Seda ing Rana. Sultan meninggalkan putra yang baru berusia lima bulan, yaitu Abul Mafakhir, yang ditunjuk sebagai penggantinya.

25

Page 26: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

1596-1651 M Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul KadirSultan Abul Mafakhir yang baru berusia lima bulan, untuk menjalankan roda pemerintahan maka ditunjuklah Mangkubumi Jayanegara, seorang tua yang lemah lembut dan luas pengalamannya dalam pemerintahan sebagai walinya.Masa awal pemerintahan Sultan yang masih balita ini merupakan masa masa pahit dalam sejarah Kesultanan Banten karena banyaknya perpecahan dalam keluarga kerajaan, dengan berbagai kepentingan yang berbeda serta keinginan untuk merebut tahta kerajaan.Pada saat Mangkubumi Jayanegara wafat di tahun 1602 M, perwalian dikembalikan ke ibunda sultan, Nyai Gede Wanagiri. Nyai Gede Wanagiri yang telah menikah kembali, mendesak agar suami barunya ditunjuk sebagai Mangkubumi. Mangkubumi yang baru ini, dalam kenyataannya banyak menerima suap dari pedagang asing, sehingga tidak memiliki wibawa dan

keputusannya lebih banyak tidak ditaati. Kekacauan di dalam negeri semakin membesar dan tidak dapat ditangani karena Mangkubumi lebih sibuk mengurus keributan yang ditimbulkan oleh pedagang Belanda dengan pedagang Inggris, Portugis, maupun pedagang dalam negeri.Puncak dari kekacauan itu adalah dibunuhnya Mangkubumi, yang memicu terjadinya perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Pailir, yang terjadi di tahun 1608 – 1609 M. Perang untuk memperebutkan tahta yang dilancarkan oleh Pangeran Kulon, saudara sultan lain ibu ini, dapat dihentikan atas usaha Pangeran Jayakarta hingga dibuat perjanjian perdamaian antara semua pihak. Salah satunya adalah diangkatnya Pangeran Ranamanggala sebagai Mangkubumi dan wali dari sultan muda, semenjak itu Banten menjadi aman kembali.Pangeran Ranamanggala adalah putra Maulana Yusuf, saudara beda ibu dengan Sultan Maulana Muhammad. Selama menjabat sebagai Mangkubumi, tindakan utama yang diambil adalah mengembalikan stabilitas keamanan Banten dan menegakan peraturan untuk kelancaran pemerintahan, yang bahkan Sultan sendiri tidak diperkenankan untuk ikut campur. Dengan cara demikian, Banten dapat terselamatkan dari kehancuran akibat rongrongan dari dalam amupun luar negeri.

26

Page 27: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Mangkubumi dalam menghadapi bangsa asing tidak berat sebelah atau memihak pihak manapun. Beberapa kebijakan penting yang diambil :

• Penghapusan keharusan bagi pedagang Cina untuk menjual lada kepada pedagang Belanda• Penetapan pajak ekspor lada dan pajak impor bagi barang barang yang sebelumnya tidak terkena pajak• Pemberlakuan pajak yang lebih tinggi bagi pedagang dari Belanda. Hal ini dilakukan agar pedagang dari Belanda tidak berniaga di Banten karena perilaku pedagang Belanda yang kasar dan mau mencampuri urusan pemerintahan dan dalam negeri Banten.13

Daftar Pustaka

Ensiklopedi Nasional Indonesia,Tahun 1989.Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka

Ahmad Mansur Surya Negara.1998. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan di Indonesia.Bandung: Mizan.

Kartodirdjo Sartono, 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru, Jakarta: PT Gramedia.

http: //tv.kompas.com

http://www.iai.banten.

H.J.Graff dan Th. Pigeud,1985.Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Jakarta: Grafiti pers Catatan Pertama, Ai- Ma’arif

Buchari, Drs. S. Ibrahim, 1971. Sejarah Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di Indonesia, Djakarta: publicita

Zuhri K.H. Saifudin, 1979 Sejarah Kebangkitan Islam. Dan Perkembangannya di Indonesia, Bandung: Catatan Pertama, Ai- Ma’arif

13 http://tv.kompas.com

27

Page 28: Sejarah Peradaban Islam Di Banten

Djajadiningrat Hoesein, 1983. Tinjaun Kritis Tentang Sejarah Banten. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Prof. Dr. Hamka, 1981. Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang

28