makalah sejarah politik peradaban kuno
TRANSCRIPT
SEJARAH POLITIK
“Perbandingan Kekuasaan Politik di Peradaban Lembah Sungai Gangga dan Peradaban lembah
Sungai Hwang-Ho”
Disusun Oleh:
1. Dewi Setyawati (06111404016)
2. Rika Wulandari (06111404021)
3. Mita Oktarina (06111404017)
4. Zuhfary Zuhar (06111404007)
5 .Irmayani
DOSEN PEMBIMBING :
1. Dr. Farida WD, M.Si .2. Drs. Supriyanto, M.Hum.
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013 / 2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Sejarah Politik ini yang berjudul “Perbandingan Kekuasaan Politik DI Peradaban Lembah Sungai Gangga dan Peradaban lembah Sungai Hwang-Ho”
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini:
1. Ibu Dr.Farida WD, M.Si dan Bapak Drs. Supriyanto,M.Hum selaku dosen pembimbing Sejarah Politik.
2. Keluarga dan teman-teman yang memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian kepada penulis,baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu-persatu,yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini
Akhirnya penulis berharap semoga Allah swt memberikan imbalan yang setimpal pada merela yang telah memberikan bantun dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,Amin Yaa Rabbal Alamin.
Demikianlah semoga makalah ini bermanfaat bagi kita khususnya dan pembaca umumnya. Dan semoga hasil makalah ini dapat turut serta dalam membangun peningkatan mutu mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Amiin.
Palembang, Oktober 2013
Penulis
i
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Peradaban Lembah Sungai Gangga 1
2.2 Peradaban Lembah Sungai Hwang – Ho 13
2.3. Teori Kepemimpinan yang mendasari Kekuasaan politik Peradaban 16
India dan Cina Kuno
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan 18
DAFTAR PUSTAKA 20
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peradaban Kuno di Dunia mengalami perkembangan pada zaman
keemasananya dulu. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut tidak terlepas dari
keberadaan Peradaban di India dan Cina. India merupakan salah satu Negara yang
terletak di kawasan Asia Selatan yang kaya akan khazanah budaya dan
keanekaragaman penduduk. Di kawasan India ini banyak sekali suku yang hidup
di India. Pada umumnya setiap suku ini mempunyai keberagaman dan keaneka
ragaman agama, adat istiadat, dan budaya.Semua itu merupakan khazanah budaya
yang merupakan cirri dari suatu daerah. Untuk lebih sasaran kami membahas
Peradaban Lembah sungai Gangga di India.
Cina merupakan salah satu negara di daratan Asia timur memiliki
peradaban yang cukup tua. Wilayah Cina merupakan wilayah yang cukup terisolir
oleh gurun dan pegunungan-pegunungan yang membentang luas di sekitar
wilayah Cina. Masyarakat Cina terdiri dari lima etnis yaitu bangsa Han, Manchu,
Mongol, Tark dan Tibet. Dalam perkembanganya wilayah Cina yang terisolir tapi
wilayah Cina memiliki keunikan tersendiri yaitu dari segi tulisan yang berbeda,
walaupun wilayah Cina begitu luas namun dapat bersatu. Untuk Peradaban Cina
Kuno, Kami membahas tentang Kekuasaan di Lembah Sungai Hwang- Ho.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sistem pemerintahan dan politik yang paling menonjol di
Peradaban India Kuno?
2. Bagaimanakah sistem pemerintahan dan politik yang paling menonjol di
Peradaban Cina ?
3. Apa Teori Kepemimpinan yang mendasari Kekuasaan politik Peradaban
India dan Cina Kuno?
4
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Tentang Sistem Pemerintahan dan Politik yang paling
menonjol di Peradaban India Kuno
2. Untuk Mengetahui sistem pemerintahan dan politik yang paling menonjol
di Peradaban Cina
3. Untuk Mengetahui Teori Kepemimpinan yang mendasari Kekuasaan politik
PeradabanIndia dan Cina Kuno
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Peradaban Lembah Sungai Gangga
Pusat peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan
Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Pendukung peradaban Lembah Sungai
Gangga adalah bangsa Arya yang termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang
dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki
wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan
Hirnalaya. Bangsa Arya adalah bangsa peternak dengan kehidupan yang terus
mengembara. Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai
Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup
menetap.Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus
mengembangkan kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan
bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu.
Bangsa Aria berusaha untuk tidak bercampur dengan bangsa Dravida yang
merupakan penduduk asli India. Mereka menyebut bangsa Dravida adalah anasah
artinya tidak berhidung atau berhidung pesek dan dasa artinya raksasa. Untuk
memelihara kemurnian keturunannya, diadakan sistem pelapisan (kasta)
yang dikatakannyabersumber pada ajaran agama. Bangsa Aria berhasil
mengambil alih kekuasaan politik, sosial dan ekonomi. Akan tetapi, dalam
kebudayaan terjadi percampuran (asimilasi) antara Aria dan Dravida.
Percampuran budaya itu melahirkan kebudayaan Weda. Kebudayaan
inilah yang melahirkan agama dan kebudayaan Hindu atau Hinduisme. Daerah
perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga yang kemudian disebut
Aryawarta (negeri orang Aria) atau Hindustan (tanah milik orang Hindu). Untuk
mempertahankan kekuasaannya di tengah kehidupan masyarakat, bangsa
Arya berusaha menjaga kemurnian ras. Artinya, mereka melarang
perkawinan campur dengan bangsa Dravida. Untuk itulah, bangsa Arya
6
menciptakan sistem kasta dalam kemasyarakatan. Sistem kasta didasarkan
pada kedudukan, hak dan kewajiban seseorang dalam masyarakat.
Pembagian golongan atau tingkatan dalam masyarakat Hindu terdiri dari
empat kasta atau caturwarna, yakni : Brahmana (pendeta), bertugas dalam
kehidupan keagamaan; Ksatria (raja, bangsawan dan prajurit), berkewajiban
menjalankan pemerintahan termasuk mempertahankan negara, Waisya (pedagang,
petani, dan peternak), dan Sudra (pekerja-pekerja kasar dan budak). Kasta
Brahmana, Kastria, Waisya terdiri dari orang-orang Aria. Kasta Sudraterdiri dari
orang-orang Dravida. Selain keempat kasta di atas, ada lagi kasta Paria/Candala
atau Panchama. Panchama yang berarti “kaum terbuang”. Kasta ini dipandang
hina, karena melakukan pekerjaan kotor, orang jahat dan tidak boleh disentuh,
lebih-lebih bagi kaum Brahmana.
Hindu dibawa oleh pendatang bangsa Arya (Bharata) abad XV SM.
dengan kitab suci Weda, kemudian Brahmana, Uphanisad, kemudian
Bharatayuda, Ramayana.Budha oleh Sidharta Gautamaabad VI SM. dengan kitab
suci Tripitaka, tidak mengenal kasta (caturwarna) seperti Hindhu.Agama Hindhu
mempunyai beberapa tingkatan kasta yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra,
dan tidak berkasta yaitu Paria.Hal ini didasarkan atas anggapan keturunan,
kelahiran, atau warna kulit.Selain terdapat dua agama besar tersebut juga terdapat
kelompok aliran Jina, Sikh dan berbagai aliran atau sekte Hindu atau Budha
lainnya (Soepratignyo:1994/1995:21).
2.1.1.Pemerintahan Gupta Di India
Pada umumnya sejarah politik di India dimulai dengan dibicarakannya
keadaan Kerajaan Magadha yang banyak orang dikatakan sebagai kerajaan tertua
di India. Hal itu didasarkan dengan penelitian yang dilakukan oleh orang-orang
ditemukan bahwasanya kerajaan ini berdiri pada abad ke 6. Namun, ahir-ahir ini
banyak para sejarawan India yang mencoba mencari kebenaran tentang fakta yang
ditemukan sebelumnya. Yang ditemukan adalah sejarah politik dapat dimulai dari
sejarah raja Parikist yang naik tahta menjadi seorang raja setelah terjadinya perang
antara keluarga Pandawa dan Kurawa. Mereka berpendapat bahwa apa yang
7
diceritakan dalam kitab tersebut bukan hanya cerita belaka. Akan tetapi
merupakan cerita sejarah yang kebenarannya dapat dibuktikan.
Kemaharajaan Gupta dikuasai oleh anggota dinasti Gupta dari tahun 320
hingga 550 Masehi dan wilayah kekuasaannya terdiri dari hampir seluruh India
utara. Era Kemaharajaan Gupta dianggap sebagai Masa Keemasan India dalam
ilmu pengetahuan, matematika, astronomi, agama dan filsafat. Kedamaian yang
ada selama kekuasaan kemaharajaan Gupta membuat pengejaran ilmu
pengetahuan dan artistik. Sejarawan menaruh dinasti Gupta bersama dengan
Dinasti Han, Dinasti Tang dan Kekaisaran Romawi sebagai model peradaban
klasik.
Chandraghupta adalah pendiri dinasti guptha. Konon dia adalah seorang
petualang dari kalangan masyarakat golongan rendah namun berhasil mengawini
seorang putri raja bernama Kumala Devi berasal dari suku Lacchavi yang
termashyur di vaisali yang pernah berkuasa di India utara namun tenggelam oleh
munculnya dinasti maurya. Chandragupta menetapkan pataliputra sebagai ibu
kota, tempat pusat pemerintahan. Tanggal 26 februari 320 M kemudian di
tetapkan sebagai awal masa pemerintahannya sebagai raja yang di tandai dengan
di keluarkannya mata uang baru.Tahun itu pula yang kemudian di anggap sebagai
awal tarikh gupta. Chandragupta meninggal pada tahun 330M dan di gantikan
oleh putranya Samudragupta.
Beberapa waktu sejak runtuhnya kerajaan Kushana ,India Utara bagaikan
lenyap dari muka bumi. Hinga awal abad ke IV wilayah India Utara terjadi
kekacauan karena tidak ada yang mengontrol, kekacauan terjadi dimana-mana.
Kerajaan Gupta didirikan oleh Chandragupta yang asal usulnya tidak
diketahui dengan jelas. Konon ia adalah petualang dari kalangan masyarakat
rendah, namun berhasil mengawini seorang petri raja yang bernama Kumala Devi
yang berasal dari suku Licchavi yang termashur di Vaisali (Abu Su’ud, 1988 :
199).
Kekuasaan raja-raja kanva disebabkan serangan dari luar, terutama dari
arah barat, diantaranya adalah srangan bangsa Caka, dan pertikaian antara agama
Budha dan Hindu. Pada masa ini, awalnya tidak ada yang berani menggambarkan
8
Budha, awlnya mereka hanya berani menggambarkan budha dengan
perumpamaan yakni diantaranya adalah pohon Bodhy, payung dan segala sesuatu
yang dianggap dapat mengayomi.
Kekuasaan keluarga Raja-raja Gupta (320-455). Raja-raja dari kerajaan
Gupta semuanya mempergunakan nama yang berakiran Gupta. Dibawah
kekuasaan raja-raja Gupta tanah india mengalami jaman keemasan, baik dalam
bidang politik dan kebudayaan. Terutama seni arca dan seni lukis di jaman Gupta
itu sangat maju. Kekuasaan keluarga raja-raja Gupta itu juga merupakan jaman
kejayaan agama Hindu karena dengan bantuan Raja-raja gupta yang beragama
Hindu dan akhirnya dapat mendesak agama Budha (Sutjipto, 1957:65).
A.Kekuasaan yang paling menonjol di Kerajaan Gupta
1.Chandragupta Maurya (332 – 298 SM)
Raja Chandragupta Maurya adalah salah satu tokoh yang telah sanggup
mengatasi segala krisis politik pada masa-masa gelap sebelum ia dapat naik tahta
kerajaan. Ia adalah merupakan pelertak dasar bagi dinasti Maurya di India, yang
mencapai puncak Ashoka yang memerintah tahun 273- 232 SM.
Ia sanggup mempersatukan sebagian besar dari India. Ia adalah pahlawan
yang berani, tetapi mempunyai kasih sayang yang besar. Dan Ia mampu
membawa agama Budha kepada kemegahan, sehingga menjadi agama di negara
India waktu itu. Tetapi bersamaan dengan wafatnya Ashoka runtuh pula masa
kejayaan tersebut dan masa kegelapan muncul kembali di India sampai pada masa
muncul seorang tokoh yang diharapkan. Kali ini bangsa Kushan yang berasal dari
Asia Tengah giliran dan sanggup mengamankan India yang sedang kacau pada
abad pertama tarikh masehi. Bangsa yang gagah berani itu mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Kanisha (sekitar tahun 120) yang mengusai
India Barat Laut dn sebagian dari daerah Asia Tengah. Raja yang bijaksana ini
disamping memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan, turut pula menyebarkan
agama Budha dengan Raja Ashoka.
9
2.Samudragupta (335-376 M)
Untuk melanjutkan ambisi ayahnya Candragupta , Sebenarnya
pengangkatannya menyalahi kebiasaan pada waktu itu, justru penobatan yang di
lakukan oleh ayahnya sebelum meninggal adalah dengan melangkahi saudara-
saudaranya yang sebenarnya lebih berhak sebagai pengganti ayahnya. Tetapi di
sini sekali lagi Candra Gupta I memperlihatkan ketajaman pikirannya dalam
memilih penggantinya dengan mengingata faktor-faktor kelebihan yang dimiliki
Samudragupta. Dengan demikian dia mengharapkan anaknya iti akan sanggup
membawa negara yang sudah di binanya selama sepuluh tahun lebih kepada
puncak kemegahan. (Tuti Nuriah Erwin, hal 24)
Samudragupta menitik beratkan rencana kegiatan kenegaraannya
yang terkenal dengan divigjaya atau penaklukan atas 4 penjuru angin yang
bukan hanya 4 kawasan di sekeliling kerajaan gupta namun juga berarti 4
golongan musuh yang harus di hadapi dan harus di taklukkan.
Pertama kali adalah raja-raja yang berhasil di bunuh pada ekspedisi
penaklukan dan daerahnya di satukan dengan kerajaan gupta, kedua adalah raja
yang di taklukkan tapi daerahnya di kembalikan dengan status yang baru dan raja
harus membayar upeti, ketiga adalah raja yang ada di perbatasan dan melarikan
diri harus membayar pajak perlindungan, dan yang ke empat adalah raja yang
berada jauh namun mengakui kebesaran kerajaan gupta dengan jalan mengirim
duta. Yang termasuk dalam kategori pertama adah raja-raja Hindustan yang
berhasil di kalahkan oleh Samudragupta. Yang termasuk kategori ke2 adalah yang
di sebut “raja –raja rimba” di wilayah selatan seperti Orissa yang terletak di antara
sungai Mahnadi.Katagori ‘raja-raja perbatasan dan raja-raja jauh’ adalah raja-raja
dari Kamaruppa, Samatata, serta berbagai suku bangsa Sakha, kushada, malwa,
Gujarat dan Punjabi.Kekuasaan kerajaan gupta juga di rasakan sampai ke
srilangka.
Karna keperkasaannya Samudragupta juga di beri gelar Sarvarajaccheta
atau pembasmi semua raja. Beliau adalah raja seorang yang cerdas dan toleran
meskipun ia seorang brahmana ortodoks. Beliau juga mendapat julukan ‘raja
10
penyair’ atau ‘kaviraja’ karna ia seorang penyair juga pemusik. Masa raja
samudragupta di anggap sebagai puncak dari kerajan gupta karena kekuasaanya
telah mencakup seluruh India utara.
Kita beruntung mendapatkan informasi mengenai Samudra gupta yang
menggantikan ayahnya. Karena dalam sebuah berita tentang penaklukan dalam
bahasa Sanskreta menggantikan bahasa Pali, yang berisi tentang undang-undang
tentang kasih sayang. Samudra Gupta menitik beratkan rencana kegiatan
kenegaraannya yang terkenal dengan sebutan empat penjuru angin, yang
merupakan ambisi dari seorang raja muda.
Yang dimaksud dengan Empat Penjuru Mata Angin, tidak sama dengan
kawasan di sekeliling kerajaan Gupta, namun juga berarti empat ketegori musuh
yang harus dihadapi, dan harus ditaklukkan. Pertama kali ialah raja-raja yang
berhasil dibunuh dalam ekspedisi penaklukan, kemudian daerahnya disatukan
dengan kerajaan Gupta. Yang kedua ialah raja-raja yang dikalahkan, namun
daerahnya dikembalikan dan raja berstatus baru yaitu raja yang harus membayar
upeti.
Kategori ketiga berlaku bagi raja-raja di daerah perbatasan dan melarikan
diri, yang harus membayar pajak perlindungan. Dan yang keempat adalah raja-
raja jauh yang mengakui kekuasaan raja Gupta dengan jalan mengirimkan duta.
Mereka yang termasuk ke daam kategori pertama ialah raja-raja Hindustan ketika
kekuasaan Kushana mulai mundur dan bangkit kembali, namun berhasil
ditaklukkan kembali oleh Samudragupta. Dengan program kerja seperti itu, maka
Samudragupta berhasil mempersatukan seluruh kawasan di India Utara sampai ke
selatan di sungai Narbada, ke barat ke batas sungai Yamuna dan sungai Chambal.
(Abu Su’ud.1988:112)
B.Keruntuhan Kerajaan Gupta
Masa-masa setelah kematian candragupta II merupakan lembaran suram
bagi kerajaan gupta. Ketika Chandragupta meninggal pada 415 M tahta kerajaan
gupta di duduki oleh anaknya yaitu Kamaragupta dia memerintah Negara hingga
455 M yang selanjutnya di gantikan oleh purtanya Skandagupta. Gupta yang
11
terakhir ini berkesempatan mengabdikan diri bagi negrinya selama masa antara
455-467 M, yang selanjutnya di gantikan oleh paragupta yang betul-betul
merupakan gupta terakhir.
Sekali lagi suku-suku dari bangsa asia tengah bergerak ke selatan mereka
adalah suku bangsa Huna Putih atau Ephtalit untuk sementara waktu pasukan
skandagupta berhasil menahan serangan itu, dan dia membangun sebuah candi
untuk wisnu untuk mengenang peristiwa kemenangan itu. Namun Paragupta yang
menggantikan Skandagupta tak mampu menandingi kekuatan musuh ketika
pasukan Huna Putih sekali lagi menyerang maka perpecahan pun segera muncul
di ambang pintu bekas kerajaan gupta yang jaya itu.
The last great king of the Gupta was Skanda Gupta was ascended the
throne about 455 A.D. Even during the later years of Kumar Gupta's reign, the
empire was attacked by a tribe called Pushyamitra but it was repulsed, And
immediately after the accession of Skanda Gupta, Hunas made inroads, but they
too were repelled.
Namun, gelombang segar penyerbu datang dan menghancurkan kain
Kekaisaran Gupta. Meskipun pada awalnya para raja Gupta Skanda Gupta
mencoba secara efektif untuk membendung barisan dari Hunas ke India,
penggantinya terbukti lemah dan tidak bisa mengatasi dengan penyerbu Huna,
yang unggul dalam menunggang kuda dan yang mungkin digunakan sanggurdi
terbuat dari logam, Meskipun kekuatan Huna segera digulingkan oleh
Yasodharman dari Malwa, pangeran Malwa berhasil menantang otoritas Guptas
dan mendirikan Pilar kemenangan commorating penaklukan (AD 532) dari
hampir seluruh India utara. Memang aturan Yasodharman adalah pendek tinggal,
tapi dia merupakan pukulan berat terhadap kekaisaran Gupta).
Setelah meninggalnya Candragupta II, kerajaan Gupta mulai mundur.
Bahkan berbagai suku bangsa dari Asia Tengah melancarkan serangan terhadap
kerjaan Gupta. Maka hampir dua abad, India mengalami masa kegelapan dan baru
pada abad ke-7 M tampil seorang raja kuat yang bernama Harshawardana. Ibu
kota Kerajaan Harsa adalah Kanay. Pujangga yang terkenal di masa kekuasaan
Harshawardana bernama pujangga Bana dengan buku karangannya berjudul
12
Harshacarita. Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-11
M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang berkuasa. India mengalami masa
kegelapan.
Keruntuhan keluarga raja-raja Gupta. Keluarga raja-raja itu ialah yang
terahir yang berkuasa di magadha. Sesudah Chandragupta II meninggal. Kamara
Gupta naik tahta, India diserbu oleh bangsa Hina Putih. Kira-kira pada tahun 480
dibawah pemerintahan raja Skandagupta negeri Magadha menjadi terpecah belah.
Raja Baladitya yang menguasai sebagian dari runtuhan kerajaan itu, pada tahun
528 memimpin segenap raja-raja India dan dapat mengalahkan Mihiragula.
Keadaan negeri Magadha senakin menyedihkan karena tidak ada seorang
pemimpin pun yang dapat mempersatukan India yang sudah pecah menjadi
negeri-negeri kecil yang tak terhitug jumlahnya. Baru pada tahun kurang lebih
600 tanah India dipersatuka lagi, akan tetapi bukan magadha sebagai pusatnya,
akan tetapi, di tepi sumgai gangga, lebih ke hulu letaknya dari pada Magadha dan
Kanyakubnya sebagai pusatnya (Sucipto.1957:69).
Pemerintahan Skandagupta menandai awal dari penurunan Kekaisaran
Gupta. Terlepas dari keberhasilan militer menyapu melawan Pushyamitras dan
Hun, strain perang konstan habis sumber daya alam tersebut. Mata uang yang
dihancurkan dan kurangnya berbagai koin selama Skandagupta bersaksi mengalir
keuangan bendahara kerajaan dari Guptas. Kematian Skandagupta dan
pemerintahan singkat Puru Gupta mempercepat kecepatan penurunan. Para
penguasa terakhir tidak bisa menahan administrasi Kekaisaran Gupta luas.
Buddha Gupta penguasa besar terakhir yang mencoba untuk menghentikan proses
penurunan untuk kadang-kadang, tapi terus di atas bagian barat dari Kekaisaran
Gupta sangat lemah.
Para feudatories dari Kathiawar dan Bundelkhand wilayah berasumsi
status semi-independen selama pemerintahannya. Para Maitrakas dari Valabhi
menjadi penguasa keturunan dan membentangkan bendera kemerdekaan mereka.
Gubernur provinsi lain dari Bundelkhand, Uchchakalpa dll juga menyatakan
kemerdekaan mereka, menentang kekuasaan Buddha Gupta. Di Jaipur, di Uttar
Pradesh dan di lembah Narmada, para gubernur lokal menjadi berdaulat de-facto.
13
Brahmadatta, gubernur Pundravardhana di North Bengal telah
diasumsikan judul tinggi terdengar dari `Uparika Maharaja` dan dengan demikian
menyatakan kemerdekaannya. Semua faktor ini menyebabkan penurunan otoritas
Gupta di provinsi-provinsi terpencil selama pemerintahan Buddhagupta. Invasi
Vakataka di Malwa mengurangi kewenangan Buddhagupta di wilayah itu juga.
Akibatnya, kekuatan disintegrasi ditetapkan dalam Kekaisaran Gupta dan itu
ditambah setelah kematian Buddhagupta.
Pemerintahan Skandagupta menandai awal dari penurunan Kekaisaran
Gupta. Terlepas dari keberhasilan militer menyapu melawan Pushyamitras dan
Hun, strain perang konstan habis sumber daya alam tersebut. Mata uang yang
dihancurkan dan kurangnya berbagai koin selama Skandagupta bersaksi mengalir
keuangan bendahara kerajaan dari Guptas. Kematian Skandagupta dan
pemerintahan singkat Puru Gupta mempercepat kecepatan penurunan. Para
penguasa terakhir tidak bisa menahan administrasi Kekaisaran Gupta luas.
Buddha Gupta penguasa besar terakhir yang mencoba untuk menghentikan
proses penurunan untuk kadang-kadang, tapi terus di atas bagian barat dari
Kekaisaran Gupta sangat lemah. Para feudatories dari Kathiawar dan
Bundelkhand wilayah berasumsi status semi-independen selama pemerintahannya.
Para Maitrakas dari Valabhi menjadi penguasa keturunan dan membentangkan
bendera kemerdekaan mereka. Gubernur provinsi lain dari Bundelkhand,
Uchchakalpa dll juga menyatakan kemerdekaan mereka, menentang kekuasaan
Buddha Gupta. Di Jaipur, di Uttar Pradesh dan di lembah Narmada, para gubernur
lokal menjadi berdaulat de-facto. Brahmadatta, gubernur Pundravardhana di North
Bengal telah diasumsikan judul tinggi terdengar dari `Uparika Maharaja` dan
dengan demikian menyatakan kemerdekaannya. Semua faktor ini menyebabkan
penurunan otoritas Gupta di provinsi-provinsi terpencil selama pemerintahan
Buddhagupta. Invasi Vakataka di Malwa mengurangi kewenangan Buddhagupta
di wilayah itu juga. Akibatnya, kekuatan disintegrasi ditetapkan dalam Kekaisaran
Gupta dan itu ditambah setelah kematian Buddhagupta.
Perselisihan dalam keluarga kekaisaran yang seharusnya menjadi
penyebab utama untuk penurunan Kekaisaran Gupta. Setelah kematian
14
Kumaragupta saya mungkin ada perjuangan untuk suksesi di antara penerus.
Namun Skandagupta tidak naik takhta. Namun perseteruan keluarga diprakarsai
oleh para penerus Kumaragupta terus berlanjut bahkan pada generasi berikut,
yang melemahkan integritas keluarga Dinasti Gupta. Karena Guptas terakhir sibuk
dalam perang sipil atas aksesi ke tahta, mereka tidak bisa membayar perhatian
terhadap pemeliharaan administratif Kekaisaran luas. Dengan demikian
perjuangan untuk tahta dalam keluarga substansial melemahkan otoritas pusat di
provinsi dan feudatories. Jadi dendam keluarga terus menjadi alasan utama untuk
kejatuhan Guptas.
Para Vakatakas di Deccan adalah tetangga-tetangga yang kuat dari Guptas.
Sejak Samudragupta diproyeksikan kampanye di timur Deccan, yang Vakatakas
di barat Deccan dibiarkan tanpa cedera. Chandragupta II telah menjalin hubungan
perkawinan dengan mereka, dengan menerima Rudrasena II, raja Vakataka,
sebagai suami dari putrinya, Prabhabati Gupta. Namun penerus dari Chandragupta
II tidak memelihara hubungan damai dengan Vakatakas. Selama pemerintahan
Buddha Gupta, yang Vakataka Narendrasena raja telah menginvasi Malwa,
Kosala dan Mekala. Invasi jauh telah melemahkan otoritas Gupta atas daerah
pusat India dan Bundelkhand. Kemudian digulingkan Vakatakas supremasi Gupta
dari daerah Malwa dan Gujarat.
Penyebab jatuhnya Guptas pada dasarnya tidak berbeda dari orang-orang
yang membawa akhir dinasti kuno dan abad pertengahan banyak. Atas dan di atas
menyebabkan inefisiensi administrasi biasa, penerus lemah dan stagnan jatuhnya
Guptas: perselisihan dinasti, inassions asing dan beberapa pemberontakan
internal. Ada bukti yang menunjukkan bahwa setelah kematian Kumaragupta dan
Skandagupta, ada perang sipil dan perjuangan untuk tahta. Misalnya, wehave
penerus Buddhagupta, menyoroti aturan lebih dari hanya satu raja. Mereka adalah
Vinayagupta di Bengal dan Bhanugupta di Iran.
Tidak adanya hukum hak anak sulung bersama dengan otoritas terpusat
yang kuat di masa kuno dan abad pertengahan menyebabkan kekacauan. Jadi kita
melihat bahwa sumber daya kerajaan itu frittered jauh di pertengkaran kecil dan
perang untuk tahta.Selain kondisi melemahnya monarki Gupta, kepribadian sangat
15
Raja Gupta kemudian berkontribusi terhadap jatuhnya akhir dari dinasti ini.
Mereka tidak hanya laki-laki karakter yang lemah, tetapi juga beberapa dari
mereka mengikuti pacifies yang mempengaruhi bidang lainnya administrasi,
terutama yang dari efisiensi militer.
2.2. Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang – Ho)
Cina merupakan salah satu negara di daratan Asia timur memiliki
peradaban yang cukup tua. Wilayah Cina merupakan wilayah yang cukup terisolir
oleh gurun dan pegunungan-pegunungan yang membentang luas di sekitar
wilayah Cina. Masyarakat Cina terdiri dari lima etnis yaitu bangsa Han, Manchu,
Mongol, Tark dan Tibet. Dalam perkembanganya wilayah Cina yang terisolir tapi
wilayah Cina memiliki keunikan tersendiri yaitu dari segi tulisan yang berbeda,
walaupun wilayah Cina begitu luas namun dapat bersatu. Namun karena
terisolirnya wilayah Cina menyebabkan mereka tidak mengetahui perkembangan
peradaban yang berada di luar wilayahnya. Sehingga bangsa Cina merasa menjadi
pusat peradaban karena memiliki peradaban tertinggi di antara wilayah di
sekitarnya diantaranya Korea, Jepang dan Indocina. Tapi hal itu disebabkan Cina
tidak mengetahui dunia luar yang sudah maju seperti Mesir, Mesopotamia, dan
negara-negara Eropa.
Peradaban tertua Cina kuno ditemukan di lembah sungai kuning (hwang
ho) dari sekitar tahun 3000 sebelum masehi. Sungai kuning ini terdapat di
pegunungan kwen lun. Sungai ini amat panjang dan membawa lumpur kuning
yang kemudian membentuk daratan cina. Sungai kuning ini bermuara di teluk tsii-
li di laut kuning. Daerah di sekitar sungai kuning ini amat subur, sehingga
penduduknya sangat maju kebudayaannya. Di wilayah barat dan utaranya
terbentang padang rumput yang luas. Daerah padang rumput ini didiami oleh suku
kelana yang disebut bangsa syung-nu. Suku ini sering mengadakan penyerbuan ke
daerah-daerah yang subur, sehingga menimbulkan ketakutan dari penduduk di
daerah subur tersebut. Untuk menghindari serbuan bangsa syung-nu, maka
16
dibuatlah tembok raksasa yang panjangnya sekitar 3000 km dan tinggi sekitar 16
meter. Dengan demikian pusat pemerintahannya dikelilingi oleh pagar tembok
raksasa (great wall). Bangunan dan rumah-rumah telah dibangun dengan teratur.
Pada mulanya wilayah kekuasaan negeri cina kuno hanya di sekitar
lembah sungai hwang ho, tetapi kemudian meluas ke selatan di lembah sungai
yang tse kiang. Pemerintahan di selatan berpusat di nanking, sedang di utara
berpusat di peking (beijing). Sejarah pemerintahan di cina ditandai dengan
pemerintahan dinasti yang bergantian. Masing-masing dinasti memiliki ciri-ciri
tersendiri. Dinasti di cina memperoleh kekuasaan melalui perebutan kekuasaan.
Perebutan kekuasaan terjadi jika pemerintahan yang lama mengalami perpecahan.
Kekuasaan sang raja sangat tinggi karena selain kepala pemerintahan juga
pemimpin agama. Rakyat cina percaya bahwa raja di bumi memerintah mewakili
raja langit (raja dunia) karena itu harus dihormati.
A.Sistem Pemerintahan
Ada dua macam system pemerintahan yang pernah dianut dalam kehidupan Cina
Kuno, yaitu :
1.Sistem Pemerintahan Feodal
Dalam system pemerintahan feodal, kaisar tidak menangani langsung urusan
kenegaraan. Kedudukan kaisar dianggap Sakral. Kaisar di hormati sebagai utusan
atau bahkan anak dewa langit, sehingga tidak layak mengurus politik praktis.
2.Sistem pemerintahan Unitaris
Dalam system pemerintahan Unitarisme, kaisar berkuasa mutlak dalam
memerintah. Kekuasaan Negara berpusat di tangan kaisar sehingga kaisar boleh
ikut campur tangan dalam segala urusan politik praktis.
B. Dinasti yang Berkuasa
17
Dinasti Syang Dinasti yang pertama berkuasa di Cina adalah Dinasti
Syang (Hsia). Bentuk pemerintahan dari dinasti ini tidak diketahui dengan jelas,
karena tidak ada peninggalan secara tertulis. Masayrakat pada masa Dinasti Syang
memuja Dewa yang bernama Dewa Shang-Ti. Masyarakat Cina percaya bahwa
seluruh kehidupan itu berasal dari Shang-Ti dan pada akhirnya akan kembali
kepada Shang-Ti. Di sini kami akan membahas Dinasti yang paling menonjol
kekuasaan politiknya di Peradaban Cina Kuno.
1.Dinasti Chou
Dinasti Chou adalah dinasti ketiga yang berkuasa di Cina. Pada masa
kekuasaan dinasti Chou, Dasar-dasar system pemerintahan feodalisme diletakkan
dan diikuti dengan pembagian kekuasaan pemerintahan. Hal ini meliputi
kekuasaan pemerintah pusat langsung berada di bawah kekuasaan seorang kaisar.
Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang raja bawahan atau raja vazal. Pada
zaman kekuasaan dinasti Chou inilah muncul tokoh-tokoh filsafat Lao Tse dn
Kong Fu Tse.
2.Dinasti Chin
Dinasti Chin dinasti ini didirikan oleh raja Cheng yang bergelar Shih
Huang Ti. Di bawah pemerintahannya untuk pertama kali Cina merupakan sebuah
Negara kesatuan dengan perintah oleh satu orang raja saja. Pada masa
pemerintahannya terjadi berbagai pembaharuan seperti penghapusan aturan-aturan
feodalisme, pengahapusan sistme raja vazal, pembentukkan provinsi dan
pengangkatan gubernur. Seorang gubernur bertanggung jawan kepada kaisar.
Shing Huang Ti memerintahkan untuk membangun tembok di sepanjang
perbatasan cina bagian utara untuk menghalangi gerakan suku pengembara.
Tembok besar ini dikerjakan selama 18 abad dan berakhir pada zaman Dinasti
Ming (abad Ke-17 M). Ia menetapkan penggunaan satu jenis huruf untuk seluruh
negeri cina yang berpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan Cina. Hal lain
yang dilakukan adalah penyatuan alat-alat penghidupan sehari-hari seperti
timbangan atau ukuran, perkakas pertanian ukuran roda kereta dan lain-lian.
18
Setelah Shih Huang Ti meninggal pada tahun 201 SM, timbul perebutan
kekuasaan di antara para gubernur. Liu Pang berhasil mengalahkan lawan-
lawannya dan menduduki tahta kekaisaran mendirikan dinasti baru bernama
Dinasti Han.
3..Dinasti Han
Dinasti Han, pada masa kekuasaan dinasti ini, ajaran Kong Fu Tse mulai
diterapkan dan dikembangkan. System pemerintahannya berdasarkan ajaran-
ajaran Kong Fu Tse. Setiap orang yang ingin menjadi pegawai negeri Harus
memahami ajaran-ajaran Kong Fu Tse. Setiap orang Cina berhak menjadi pegawai
negeri tanpa memandang lapisan dan kedudukan.
Dinasti Han mencapai masa kejayaan dibawah kekaisaran Han Wu Ti.
Kerajaan Cina meliputi Asia Tengah, Korea, Manchuria Selatan, Anam, Sinkiang.
Setelah kekaisaran Han Wu Ti meninggal (87 M), dinasti Han mengalami
kemunduran dan akhirnya runtuh tahun 221 M. lebih dari tiga abad, negeri Cina
terbagi menjadi Kerajaan-Kerajaan Kecil. Namun, pada abad ke-7M negeri Cina
berhasil dipersatukan kembali di bawah Dinasti T’ang.
2.3.Teori Kepemimpinan yang mendasari Kekuasaan politik Peradaban
India dan Cina Kuno
Tipe kepemimimpinan Peradaban India dan Cina Kuno mengarah ke Tipe
kepemimpinan dari Max Weber. Tipe yang pertama adalah kepemimpinan
tradisional. Masyarakat yang memegang kepemimpinan ini meyakini bahwa jiwa
kepemimpinan dan kebijaksanaan bisa diturunkan melalui garis darah. Mereka
meyakini bahwa ada keluarga tertentu yang mampu menjaga karakter
kepemimpinan. Monarkhi bisa lahir dalam masyarakat tradisional. Masyarakat
yang mengagungkan tradisi tidak hanya masyarakat yang hidup di masa lalu. Di
dalam masyarakat modern pun terdapat komunitas yang masih berpegang kepada
tradisinal. Kepemimpinan di masyarakat tradisional tidak hanya untuk
kepemimpinan politik saja, namun juga di bidang keagamaan. Para pemimpin
dan penyebar agama di zaman dahulu selalu berasal dari satu garis keturunan.
19
Contohnya di Peradaban India yang kami Bahas Kerajaan Gupta menggunakan
garis keturunan serta penyebaran ras dan agama dari suku Arya dan Dravida.
Tipe kedua adalah kepemimpinan kharismatik. Pemimpin tipe ini
dianggap memiliki kemampuan adikodrati, yaitu sifat dan kemampuan di atas
rata-rata manusia. Mereka adalah sosok yang dianggap memiliki kemampuan
yang ilahiyah, sehingga mampu melakukan hal-hal yang orang biasa tidak
mampu. Para nabi pada zaman dahulu adalah pemimpin harismatik. Mereka
dibekali dengan mukjizat yang merupakan kekuatan adikodrati. Pemimpin seperti
ini tidak setiap saat bisa lahir, dan tidak bisa dilahirkan. Pemimpin seperti ini
selalu dihormati pandangan dan keputusannya. Karena dari suku Arya dan
Dravida kepemimipinan di pilih dari orang yang paling kuat dari sukunya, karena
masih berkelompok-kelompok. Dinasti di peradaban Cina juga memakai
kepemimpinan tipe kharismatik karena pada peradaban lembah sungai Hwang- Ho
raja yang di anggap sebagai utusan dewa.
Persamaan Kedua Peradaban, Kerajaan Gupta dan Dinasti sama-sama
mencoba merebut kekuasaan dengan strategi perang yang di jalani oleh Pihak
yang berkuasa. Sedangkan dalam memilih pemimpin perbedaannya, jika
Peradaban India menganut kepemimpinan Tradisional secara turun temurun,
sedangkan Peradaban Cina menggunakan kepemimpinan Kharismatik.
BAB III
20
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Setelah mempelajari dua peradaban tersebut dapat di bandingkan antara Sejarah
Politik, pada kekuasaan di Peradaban di India dan di Cina dapat di simpulkan
1.Peradaban di India menggunakan teori kepemimipinan Max weber Tipe pertama
yaitu kepemimpinan Tradisional serta menggunakan tipe kedua kedua yaitu
kepemimpinan kharismatik. Ini dilihat dari sistem Kerajaan di India yaitu
kerajaan Gupta, yang menggunakan sistem turun temurun dari raja-raja yang
berkuasa di Kerajaaan Gupta.
Kemudian pada Suku Dravida dan Arya menggunakan tipe kepemimpinan
Kharismatik, pada waktu itu mereka masih hidup berkelompok sehingga yang
terkuatlah yang menjadi pemimpin mereka. Cara mereka mempertahankan daerah
kekuasaan pun dengan cara menjaga ras keturunan dari salah satu suku tersebut.
Untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah kehidupan masyarakat, bangsa
Arya berusaha menjaga kemurnian ras. Artinya, mereka melarang perkawinan
campur dengan bangsa Dravida. Untuk itulah, bangsa Arya menciptakan sistem
kasta dalam kemasyarakatan. Sistem kasta didasarkan pada kedudukan, hak dan
kewajiban seseorang dalam masyarakat. Kemudian dalam merebut kekuasaan
Raja Samudragupta dianggap sebagai puncak kerajaan Gupta,sebab
kekuasaannyatelah mencakup seluruh India utara, meskipun tidak termasuk
bagian barat laut.Dalam bidang politik, Samudragupta dalam melaksanakan
ambisi ayahandanya iamenitik beratkan rencana kegiatan kenegaraannya seperti
yang terkenal dengandigvijaya atau penaklukan atas Empat Penjuru Angin. Yang
dimaksud dengan Empat Penjuru Angin itu tidak saja empat kawasan di sekeliling
kerajaan Gupta, namun juga berarti empat katagori musuh yang harus dihadapi
dan harus ditaklukan yaitu ;1). Raja-raja yang berhasil di bunuh dalam ekspedisi
penaklukan,kemudian daerahnyadisatukan dengan kerajaan Gupta.2). Raja-raja
yang dikalahkan , namun daerahnya dikembaliakan dan raja berstatus baru, yaitu
21
Raja harus membayar upeti.3). Raja-raja diperbatasan dan melarikan diri, yang
harus membayar pajak perlindungan.4). Raja-raja jauh yang mengakui kekuasaan
Raja Gupta dengan jalan mengirimkanduta.Bahkan tidak dapat dipunkiri lagi
pengaruh kekuasaan kerajaan Gupta juga dirasakansampai ke Sri Langka. Dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ambisi RajaSamudragupta sangat
besar, itu dilihat dari keiginan untuk menguasai wilayah lain
2. Pada Peradaban Sungai Hwang – Ho (Kuning) teori kepemimpinan yang di
pakai Dinasti- Dinasti menggunakan tipe Kepemimpinan Kharismatik, dimana
raja-raja di pilih karena memiliki kekuatan dan di anggap sebagai utusan Dewa.
Selain itu. Pada sistem pemerintahan menggunakan dua sistem pemerintahan yaitu
Sistem pemerintahan Feodal dan Sistem Pemerintahan Unitaris. Untuk
mempertahankan kekuasaan Raja di Dinasti menggunakan berbagai pembaruan
pada sistem politiknya seperti penghapusan aturan-aturan feodalisme,
penghapusan sistem raja Vazal, pembentukan provinsi dan pengangkatan
gubernur.
DAFTAR PUSTAKA
22
Dalal, Anita.2011. selidik nasional gegrafik arkeologi menguak rahasia masa
lampau India kuno. Jakarta: gramedia.
Mulia, T. S. G. 1959. India Sejarah dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai
Pustaka
Sari, A. 1994. Sejarah Kebudayaan India Kuno. Malang: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, IKIP Malang, Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas
Soepratignyo. 1994. Sejarah Negara-Negara Asia Selatan Abad X-XX Masehi.
Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IKIP Malang, Proyek Operasi
dan Perawatan Fasilitas
Suwarno,M.Si, Drs. 2012. Sejarah Politik Indonesia Modern. Yogyakarta :
Penerbit Ombak
Su’ud, Abu. 1998. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa di Asia Selatan (Sejak
Masa Purba Sampai Kedatangan Islam). Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan/Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.
Su’ud, Abu. 2006. Masa Purba dan Integrasi di Bawah Budha-Hindu. Semarang:
UNNES Press
Thohir, Ajid, dan Adding Kusdian. 2006. Islam di Asia Selatan. Bandung:
Humanoria
Wirjosuparto, S. 1957. Sejarah Kebudayaan India. Jakarta: Indira
2013.http://myhistory92.blogspot.com/2013/04/konflik-kerajaan-gupta-yang-
membawa.html, diakses tanggal 2 Oktober 2013 (Sumber dari Internet)
2013. http://id.shvoong.com/humanities/history/2226470-peradaban-lembah-
sungai-kuning-peradaban/, diakses tanggal 3 Oktober 2013 (Sumber dari
Internet)
23