sejarah peradaban islam

35
Erna Erlina Thursday, March 13, 2014 Sejarah Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad Saw. SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam Dosen Pengampu : Ahmad Affandi, M.Ag

Upload: dela

Post on 08-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

dsadsadsadsdsdadsadasdfsdsfsafgewgwsdyfwyhdugfwej]wfefuigfjshwqaqfeasjfgjgfasfasfegwujf

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Peradaban Islam

Erna Erlina

Thursday, March 13, 2014

Sejarah Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad Saw.

SEJARAH  PERADABAN  ISLAM  MASA NABI MUHAMMAD SAW

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Ahmad Affandi, M.Ag

 

Page 2: Sejarah Peradaban Islam

Disusun Oleh Kelompok 3:

Desi Rachmawati (14121110045)

Erna Erlina (14121110049)

Ripal Ripalah Sanjawandi (14121110104)

Siti Maesaroh (14121120018)

PAI_A / 2

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT,

yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat

tantangan yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena

pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-

berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian

itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Makkah dilaksanakan secara

sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat

sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam

Page 3: Sejarah Peradaban Islam

semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi-Nya untuk

melakukan dakwah secara terang-terangan.

Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi

Muhammad, membuat kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di

kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha dengan

semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut.

Dengan cara diplomasi dan kekerasa mereka lakukan. Merasa terancan,

Allah pin memerintahkan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke kota Madinah.

Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika

Fase Makkah?

2.      Bagaimana pembentukan sitem kemasyarakatan, mileter, politik, dakwah,

ekonomi, dan sumber pendaatan Negara ketika fase Madinah?

C.    Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad

ketika Fase Makkah.

2.      Untuk mengetahui pembentukan sitem kemasyarakatan, mileter, politik,

dakwah, ekonomi, dan sumber pendaatan Negara ketika fase Madinah?

Page 4: Sejarah Peradaban Islam

BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad Saw.

1.      Fase Mekah: Sistem dakwah

Nabi Muhammad Saw yang membawa ajaran tauhid dianggap telah

merusak keyakinan masyarakat arab pada umumnya yang menyembah

berhala dengan menjadikan ka’bah sebagai pusat peribadatan. Dakwah yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, Dilakukan dengan dua cara: ( Mubarok,

2005: 43).

a.      Dakwah Secara Diam-Diam

Setelah menerima wahyu kedua, Rasulullah menyadari tugas yang

dibebankan pada dirinya. Maka mulailah secara diam-diam mengajak orang

memeluk islam, mula-mula kepada keluarga kemudian para sahabat dekat.

Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala dan

hanya mau menyembah Allah yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan itu

berhasil. Orang-orang yang mula-mula beriman adalah:

1.      Istri beliau sendiri, Khadijah

2.      Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits.

3.      Dari kalangan budak, Bilal.

4.      Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq.

Page 5: Sejarah Peradaban Islam

Setelah Abu bakar masuk islam, banyak orang-orang yang mengikuti

untuk masuk agama islam. Orang-orang ini tekenal dengan julukan Al-

Sabiqun al-Awwalun, orang yang terdahulu masuk islam, seperti: Utsman Ibn

Affan, Zubair Ibn awwam, Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah binti khathab,

Arqam Ibn Abd. Al-Arqam, dan lain-lain. Mereka itu mendapat agama islam

langsung dari Rasulullah sendiri. Sebagai pusat pembinaan waktu itu di

rumah Arqam Ibn Abd. Al-arqam ( Dar al-Arqam).

b.      Dakwah Secara Terang-terangan

Setelah Nabi Muhammad Saw. melakukan dakwah yang bersifat rahasia,

terhimpunlah pengikut Nabi sebanyak tiga puluh orang. Dakwah dikala itu

dilaksanakan secara diam-diam. Setelah fase itu, Allah SWT memerintahkan

kepada Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan, yaitu dengan

turunnya ayat (QS. Al-Hijr, 15:94):

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang

diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah pada orang-orang musyrik”.

Ayat inilah yang memerintahkan pada Rasulullah untuk berdakwah secara

terus terang dan terbuka. Rencana yang dilakukan, pertama ditujukan pada

kerabat sendiri, kemudian seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan dakwah

secara terang-terangan ini menambah jumlah pengikut yang masuk Islam.

Hal ini tidak disenangi oleh orang-orang Quraisy. Apalagi secara tegas

Rasulullah mencela ibadah mereka, dan mencerca berhala yang dipuja, serta

mengkritisi tradisi mereka yang sudah membudaya.

Sehubung dakwah Nabi itu akan melenyapkan agama dan tradisi nenek

moyangnya, maka kaum Quraisy mengadakan reaksi dengan aksi

penindasan, penyiksaan, dan intimidasi terhadap pengikut Rasul. Namun,

para sahabat tetap memegang teguh aqidah tidak gentar terhadap ancaman

dan siksaan pihak kuffar. Karena itu, kaum Quraisy berusaha melenyapkan

Muhammad. Mereka berambisi menangkap Nabi, namun Abu Thalib

senantiasa melindunginya.

Page 6: Sejarah Peradaban Islam

Perangai orang-orang Quraisy berubah setelah Nabi menyeru untuk

mengesakan Allah. Perubahan sikap mereka antara lain:

1)      Yang semula cinta berganti menjadi benci.

2)      Yang semula dekat menjadi jauh.

3)      Yang semula memberi pengakuan atas kejujuran beliau berganti menjadi

mengejek dan mencemoohnya.

4)      Yang semula memberi gelar Al-Amin berganti mengatakan  majnun (gila)

dan dikatakan tukang sihir.

5)      Yang semula bersahabat dan berkerabat berubah menjadi musuh yang

utama.

Faktor-faktor yang menyebabkan orang Quraisy menentang dakwah Nabi

antara lain:

1.      Faktor gengsi; Orang Quraisy beranggapan, tunduk / menyerah kepada

Muhammad berarti tunduk dan menyerahkan pimpinan / kekuasaan kepada

keluarga Bani Abdul Muthalib para ketua kabilah takut kehilangan pengaruh /

kekuasaan.

2.      Faktor taqlid; yaitu taqlid membuta pada nenek moyangnya dalam

kepercayaan, upacara dan peribadatan serta tata pergaulan  yang

merupakan suatu kebiasaan yang sudah berakar dikalangan bangsa Arab.

Karena itu, mereka merasa berat untuk meninggalkannya.

3.      Ajaran Islam menyetarakan antara hamba sahaya dan bangsawan. Bangsa

Quraisy dengan seluruh kabilahnya memandang dan merasa lebih tinggi

derajatnya dibanding bangsa lain, apalagi dengan budak / hamba sahaya.

Adapun Taktik dan Strategi Dakwah Rasulullah

Taktik yang dijalankan Nabi dalam berdakwah adalah sebagai berikut,

sebelum mempunyai power, dakwah berjalan dengan diam-diam, setelah

banyak pengikutnya dakwah berjalan terang-terangan, dengan resiko

menghadapi teror dari musuh yang lebih banyak dan kuat. Untuk

menghindarkan dari kekejaman dan teror kuffar pada pengikutnya, Nabi

menganjurkan mereka berhijrah ke luar Makkah, yaitu Habasyah.

Page 7: Sejarah Peradaban Islam

Secara politis hijrah ke Habasyah merupakan upaya mencari suaka politik

pada raja yang beragama samawi. Terjadi dua kali hijrah ke Habsyah. Pada

hijrah pertama berangkat dua belas orang pria empat orang wanita, yang

dipimpin oleh Utsman Ibn Affan bersama istrinya Ruqqayah binti Rasulallah.

Pada hijrah kedua berangkat satu rombongan yang terdiri dari delapan puluh

tiga laki-laki dan sebelas orang wanita, dipimpin oleh Ja’far ibn Abi Thalib.

Dengan mengikatnya aniaya Quraisy terhadap Nabi hijrahlah beliau ke

Thaif, ke bani Tsaqif, dengan pengharapan akan memperoleh pertolongan

serta mendapat tambahan pengikut, akan tetapi, kenyataan yang diterima

sebaliknya. Nabi di caci maki, dilempari batu oleh anak-anak, sampai

badannya berlumur darah. Hijrah ke Thaif hanya mendapat satu orang

hamba sahaya yang masuk Islam, yaitu Addas.

Ditinjau dari segi taktik dan strategi dakwah, hijrah ke Thaif itu

menunjukan kemauan yang kuat untuk meneruskan dakwah, dengan  tidak

mengenal putus asa, selalu berusaha  mnencari medan dakwah. Mengalirnya

darah dari kaki Nabi, membuktikan bahwa setiap perjuangan dihadapkan 

kepada pengorbanan, dan pengorbanan itu sampai mengancam

keselamatan diri pembawa dakwah.

Pengalaman Thaif tidak menyurutkan dakwah Nabi. Pada tahun kesebelas

kerasulan, diwaktu musim haji Nabi mengadakan kontak dakwah dengan

jama’ah haji, tertariklah sekelompok orang Aus dan Khazraj, penduduk kota

Yastrib, untuk masuk Islam. Pada tahun XI  masuk tujuh orang, pada tahun

XII masuk Islam dua belas orang, pada tahun berikutnya datang lagi tujuh

puluh dua orang penduduk Yastrib menyatakan masuk Islam dan bersumpah

setia akan membela serta melindungi Nabi. Penduduk Yastrib yang sudah

masuk Islam itu, memohon kepada Nabi untuk pindah ke Yastrib. Beliau

memberi jawaban sebelum mendapat perintah dari Allah. ( Subarman, 2008:

30-33).

2.      Fase Madinah

a.      Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan

Page 8: Sejarah Peradaban Islam

Peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah SAW. Yang paling

dahsyat adalah perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa

kebobrokan moral menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad Al-

Husairy, diuraikan bahwa peradaban pada masa Nabi dilandasi dengan asas-

asas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan wahyu.

Diantaranya sebagai berikut.

1.      Pembangunan Masjid Nabawi

Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti disuatu tempat

maka Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid.

Rasulullah ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut. Beliau

mengangkat dan memindahkan batu-batu masjid itu dengan tangannya

sendiri. Saat itu, kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis. Tiang masjid terbuat

dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat dari pelepah daun kurma.

Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat di samping masjid. Tatkala

pembangunan selesai, Rasulullah memasuki pernikahan dengan Aisyah pada

bulan Syawal. Sejak saat itulah, Yastrib dikenal dengan Madinatur Rasul atau

Madinah Al-Munawwarah. Kaum muslimin melakukan berbagai aktivitasnya

di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan perkara mereka,

berjual beli maupun perayaan-perayaan. Tempat ini menjadi factor yang

mempersatukan mereka.

2.      Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.

Dalam Negara islam yang baru dibangun itu, Nabi meletakan dasar-

dasarnya untuk menata kehidupan sosial dan politik. Dikukuhkannya ikatan

persaudaraan (Ukhwah Islamiyah) antara golongan Anshar dan Muhajirin,

dan mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang telah lama bermusuhan dan

bersaing.    (Supriyadi,2008:63).

Ikatan persaudaraan Anshar dan Muhajirin melebihi ikatan persaudaraan

karena pertalian darah, sebab ikatannya berdasar iman. Terbukti apa yang

dimiliki Anshar disediakan penuh untuk saudaranya Muhajirin. Sebagaimana

firman Allah; dalam surat Al Hasyr [59] ayat 9.  ( Subarman. 2008: 35).

Page 9: Sejarah Peradaban Islam

Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka

kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan

harta mereka. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya

persaudaraan yang berdasarkan keturunan. Dengan persaudaraan ini,

Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama

sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.

(Supriyadi,2008:63).

3.      Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non

Muslimin

Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-

orang arab, serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir,

Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan

dengan mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan kedamaian. Juga

untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu dan toleransi diantara

golongan tersebut.

4.      Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial

Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam Negara

diletakkan dasar-dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Al-Quran pada periode

ini untuk membangun legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan

oleh Rasulullah dengan perkataan dan tindakannya. Hidupla kota Madinah

dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama.

Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat

diantara anggota masyarakatnya. Dengan demikian berarti bahwa inilah

masyarakat Islam pertama yang dibangun Rasulullah dengan asas-asasnya

yang abadi.

Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada

masyarakat Islam di Yatsrib menjadi Madinah (Madinat Ar-Rasul, Madinah

An-Nabi, atau Madinah Al-Munawwarah). Perubahan nama yang bukan

terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-

cita Nabi Muhammad Saw, yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib

dan maju, dan berperadaban; kedua, membangun masjid. Masjid bukan

Page 10: Sejarah Peradaban Islam

hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana

penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam

merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Disamping itu, masjid juga

menjadi pusat kegiatan pemerintahan; ketiga Nabi Muhammad Saw

membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan), yaitu mempersaudarakan

kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Yatsrib) dengan

Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu kepindahan Muhajirin di

Yatsrib). Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam

satu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad Saw membentuk

persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, disamping bentuk

persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan

berdasarkan darah; keempat, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak

lain yang tidak beragama Islam; dan kelima Nabi Muhammad Saw

membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguna-gangguan

yang dilakukan oleh musuh. ( Supriyadi. 2008: 64).

b.      Bidang Politik

Selanjutnya, Nabi Saw. Merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh

pendudukan Yatsrib, baik orang muslim maupun non muslim (Yahudi).

Piagam inilah yang oleh Ibnu Hasyim disebut sebagai Undang-undang Dasar

Negara Islam (Daulah Islamiyah) yang pertama.

1)      Setiap kelompok mempunyai pribadi keagamaan dan politik. Adalah hak

kelompok, menghukum orang yang membuat kerusakan dan memberi

keamanan kepada orang patuh.

2)      Kebebasan beragama terjamin buat semua warga Negara.

3)      Adalah kewajiban penduduk madinah, baik kaum muslimin maupun bangsa

Yahudi, untuk saling membantu, baik secara moril atau materil. Semuanya

dengan bahu membahu harus menangkis setiap serangan terhadap kota

Madinah.

Rasulullah adalah kepala Negara bagi penduduk Madinah. Kepada

Beliaulah segala perkara dibawa dan segala perselisihan yang besar

diselesaikan. (Subarman, 2008:36).

Page 11: Sejarah Peradaban Islam

Munawir Syadzali ( Mantan Menteri Agama RI) menyebutkan bahwa

dasar-dasar kenegaraan yang terdapat dalam piagam Madinah adalah:

pertama, Umat Islam merupakan satu komunitas (ummat) meskipun berasal

dari suku yang beragam; dan kedua, hubungan antara sesama anggota

komunitas Islam, dan antara anggota komunitas islam dengan komunitas-

komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip: (a) bertetangga baik, (b)

saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, (c) membela mereka

yang dianiaya, (d) saling menasehati, dan (e) menghormati kebebasan

beragama. (Mubarok, 2005: 49).

c.       Bidang Militer

      Peperangan yang terjadi pada masa Rasul membawa akibat

perkembangan Islam dan kebudayaan Islam. Peperangan pada masa Rasul

terdiri dari:

1)      Ghazwah; yaitu peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasul sendiri.

Peperangan ini terjadi dua puluh tujuh kali.

2)      Syariah; yaitu peperangan yang dipimpin oleh para sahabat untuk

memimpinnya, peperangan ini terjadi tiga puluh delapan kali.

Peperangan yang dilakukan Rasul mempunyai nilai dan arti bagi

pembinaan ummat. Nilai dan arti yangterkandung antara lain:

1)      Gazwatu furqan; yaitu peperangan yang menentukan mana yang hak dan

bathil, seperti Perang Badar. sebagaimana  firman Allah dalam surat Al-Anfal

ayat 41.

“Dan ketahuilah, bahawa apa sahaja yang kamu dapati sebagai harta rampasan perang, maka

sesungguhnya satu perlimanya (dibahagikan) untuk (jalan) Allah dan untuk RasulNya dan untuk

kerabat (Rasulullah) dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin, serta ibnus-sabil (orang

musafir yang keputusan), jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah

diturunkan oleh Kami (Allah) kepada hamba Kami (Muhammad) pada Hari Al-Furqan, iaitu

hari bertemunya dua angkatan tentera (Islam dan kafir, di medan perang Badar) dan (ingatlah)

Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”.

2)      Adabiyah al-Hujum; yaitu peperangan untuk membela diri seperti perang

Khandak.

Page 12: Sejarah Peradaban Islam

3)      Untuk perdamaian; seperti perjanjian Hudaibiyah.

4)      Kewaspadaan; seperti perang Mukt‘ah.

5)      Taktik menakut-nakuti; seperti Fathu Makkah.

6)      Penyiaran Agama Islam; seperti Perang Hunain.

7)      Konsolidasi, agar Negara menjadi bersatu dan kuat seperti Thaif.

8)      Pengabdian kepada Tuhan; seperti Perang Tabuk

Peperangan yang terjadi pada masa Nabi bertujuan untuk melindungi,

mengamankan dakwah Islam dari gangguan orang-orang kafir, melindungi

dan mempertahankan masyarakat / daulah Islamiyah, membentuk

masyarakat yang Islami. (Subarman,2008: 37-38).

d.      Bidang Dakwah

Musuh–musuh Islam melontarkan tuduhan kepada umat Islam, bahwa

Islam berkembang dibawah sinar mata pedang / kekerasan. Tuduhan yang

demikian tidak berdasar kenyataan.

Dengan dakwah agama Islam mengalami perkembangan yang cukup

pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1.      Ajaran Islam simple, mudah, tidak memberatkan, tidak banyak tuntutan dan

aturan.

2.      Prinsip-prinsip dari masyarakat Islam bersendikan ukhuwah Islamiyah.

3.      Islam tersiar luas dan cepat semata-mata karena Dakwah bi al-Hikmah dari

Nabi dan para sahabat.

Jihad dalam Islam mempunyai fungsi dan kedudukan:

a.       Melindungi dan membela dakwah dari gangguan.

b.      Melindungi masyarakat Islam dankaum Muslimin.

c.       Merupakan tindakan pengamanan.

Lebih lanjut A. Hasym menyatakan bahwa jihad menurut Kebudayaan

Islam adalah suatu tindakan pengamanan yang bertujuan perdamaian abadi

dalam jangka waktu jauh.

Page 13: Sejarah Peradaban Islam

Adapun Ruang Lingkup Dakwah Islamiyah tidak hanya untuk bangsa Arab

atau hanya di jazirah Arab saja. Rasul diangkat sebagai rahmatan lil’alamin,

maka dakwah adalah untuk seluruh umat di dunia. Terbukti sebagaimana

yang telah dilakukan Rasul, setelah menata kehidupan Jazirah Arab secara

Islami, Rasul menyeru kepada seluruh raja-raja, penguasa yang ada disekitar

Jazirah Arab, dengan mengirim utusan yang membawa surat seruan

mengikuti dakwah Islamiyah.

Menurut Tarikh Ibnu Hisyam dan Tarikh al-Thabari, surat-surat dari Nabi

itu dikirim kepada:

a)      Heraclius, Kaisar Romawi, yang diantar oleh duta atau utusan dibawah

pimpinan Dakhiyah ibn Khalifah al-Kalby al-Khazraji.

b)      Kisra Persi, yang dibawa oleh perutusan dibawah pimpinan Abdullah ibn

Huzaifah al Sahmy.

c)      Negus, Maharaja Habsyah, yang diantar oleh perutusan dibawah pimpinan

Umar Ibn Umayyah al-Dlamary.

d)     Maqauqis, Gubernur Jendral Romawi untuk wilayah Mesir, disampaikan oleh

Khatib ibn Abi Baltaah al-Lakhmy.

e)      Hamzah ibn Ali al-Hanafi, Amir negri Yamamah, diantar perutusan dipimpin

Sulaith ibn Amr al-Amiry.

f)       Al-Haris ibn Abi Syamr, Amir Ghassan, dibawa oleh Syuja’ibn Wahab.

g)      Al-Mundzir ibn Sawy, Amir Ghassan, dibawa oleh Syuja’ibn Wahab.

h)      Duaputera al-Jalandy, Jifar dan Ibad, yang dibawa oleh Amr ibn Ash.

(Subarman. 2008: 38-39).

e.       Sistem Ekonomi

Seperti di madinah merupakan negara yang baru terbentuk dengan

kemampuan daya mobilitas yang sangat rendah dari sisi ekonomi. Oleh

karena itu, peletakan dasar-dasar sistem keuangan negara yang di lakukan

oleh Rasulullah Saw. merupakan langkah yang sangat signifikan sekaligus

berlian dan spektakuler pada masa itu, sehingga Islam sebagai sebuah

agama dan negara dapat berkembang dengan pesat dalam jangka waktu

yang relatif singkat.

Page 14: Sejarah Peradaban Islam

Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah Saw. dari prinsip-

prinsip Qur’ani. Al Quran yang merupakan sumber utama ajaran Islam telah

menetapkan  berbagai aturan sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat

manusia dalam aktivitas disetiap aspek kehidupannya, termasuk dibidang

ekonomi.

Prinsip Islam yang paling mendasar adalah kekuasaan tertinggi hanya

milik Allah semata dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya di muka

bumi. Dalam pandangan Islam, kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan

menjadi kehidupan ruhiyah dan jasmaniyah, melainkan sebagai satu

kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan, bahkan setelah kehidupan dunia

ini. Dengan kata lain, Islam tidak mengenal kehidupan yang hanya

memikirkan materi duniawi tanpa memikirkan kehidupan akhirat.

f.        Sumber Pendapatan Negara

1.      Uang tebusan untuk para tawanan perang (hanya khusus pada perang lain

tidak disebutkan jumlah uang tebusan tawanan perang).

2.      Pinjaman-pinjaman (setelah penaklukan kota Mekkah) untuk pembayaran

uang pembebasan kaum muslimin dari Judhayma/sebelum pertemuan

Hawazin 30.000 dirham ( 20.000 dirham menurut Bukhari) dari Abdullah bin

Rabiya dan pinjaman beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari

Sufiyan bin Umayyah (sampai waktu itu tidak ada perubahan).

3.      Khums atas rikaz harta karun temuan pada periode sebelum Islam.

4.      Amwal fadillah yaitu harta yang berasal dari harta benda kaum muslimin

yang meninggal tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang

muslim yang meninggalkan negrinya.

5.      Wakaf yaitu harta benda yang didedikasikan oleh seorang muslim untuk

kepentingan agama Allah dan pendapatnya akan disimpan di Baitul Mal.

6.      Nawaib yaitu pajak khusus yang dibedakan kepada kaum muslimin yang

kaya raya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa

darurat.

7.      Zakat Fitrah

Page 15: Sejarah Peradaban Islam

8.      Bentuk lain sedekah seperti hewan qurban dan kifarat. Kifarat adalah denda

atas kesalahan yang dilakukan oleh seorang muslim pada saat melakukan

ibadah.

9.      Ushr

10.  Jizyah yaitu pajak yang dibebankan kepada orang non muslim.

11.  Kharaj yaitu pajak tanah yang dipungut dari kaum non muslim ketika

wilayah khaibar ditaklukan.

12.  Ghanimah yaitu harta rampasan perang.

13.  Fa’i.(http://laeli-izzati.blogspot.com/2012/04/)

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya masa

nabi Muhammad Saw terbagi menjadi dua fase (priode) yaitu Fase Makkah

dan Madinah. Pada fase Makkah lebih ditekankan hanya pada bidang

Page 16: Sejarah Peradaban Islam

Dakwah, karena ini adalah masa-masa awal kelahiran agama Islam. Dakwah

yang dilakukan oleh Nabi pada Fase ini terbagi menjadi dua yaitu secara

sembunyi-sembunyi dean secara terang-terangan.

Pada fase Madinah ada beberapa bidang yang dikembangkan sebagai

wujud dari upaya Nabi untuk membentuk Negara Islam diantaranya yaitu

pembentukan sisitem sosial kemasyarakatan, militer, politik, dakwah,

ekonomi, dan sumber pendapatan Negara. Pada fase ini Islam menjadi

agama yang dipeluk oleh seluruh Jazirah Arab, sebagai tanda keberhasilan

dakwah Nabi Muhammad.

DAFTAR PUSTAKA

Laeli Izzati, 2012. (http://laeli-izzati.blogspot.com/2012/04/)

Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani

Quraisy.

Subarman, Munir. 2008. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Cirebon: Pangger

Publishing.

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung CV Pustaka Setia. 

Page 17: Sejarah Peradaban Islam

ARAB PRA ISLAM

Kondisi Sosial, Budaya, Agama, Ekonomi dan Politik

A.  Pendahuluan

Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazi>rah Arab, disebut masa

ja>hiliyyah.[1] Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya

moral masyarakat Arab khususnya Arab pedalaman (badui) yang hidup

menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada

umumnya hidup berkabilah dan nomaden. Mereka berada dalam lingkungan

miskin pengetahuan. Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan

tersebut, mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai

kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan, memusnahkan

kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga

diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung hingga datang

Islam di tengah-tengah mereka.   

Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama

sekali tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal

sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis yang

cukup strategis, terutama kawasan pesisir yang pada waktu itu ramai dilalui

kapal-kapal pedagang Eropa yang hendak menuju India, Asia Tenggara, Cina

dan sekitarnya, telah membuat kawasan ini lebih maju dari pada kawasan Arab

yang lain. Makkah pada waktu itu merupakan kota dagang bertaraf

internasional. Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena

terletak di persimpangan jalan penghubung jalur perdagangan dan jaringan

bisnis dari Yaman ke Syiria.

Page 18: Sejarah Peradaban Islam

Rentetan peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Islam merupakan

hal yang sangat penting untuk dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu

pun peristiwa di dunia yang terlepas dari konteks historis dengan peristiwa-

peristiwa sebelumnya. Artinya, antara satu peristiwa dengan peristiwa

lainnya terdapat hubungan yang erat dalam berbagai aspek kehidupan,

termasuk hubungan Islam dengan situasi dan kondisi Arab pra Islam.

B.   Geografis Jazi>rah Arab

Semenanjung Arab adalah semenanjung yang terletak di sebelah barat

daya Asia. Wilayahnya memiliki luas 1.745.900 kilometer persegi.[2]

Semenanjung ini dinamakan jazi>rah karena tiga sisinya berbatasan dengan

air, yakni di sebelah timur berbatasan dengan teluk Oman dan teluk Persi, di

sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan teluk Aden, di

sebelah barat berbatasan dengan laut merah. Hanya di sebelah utara,

jazi>rah ini berbatasan dengan daratan atau padang pasir Irak dan Syiria.[3]

Secara geografis, daratan jazi>rah Arab didominasi padang pasir yang

luas, serta memiliki iklim yang panas dan kering. Hampir lima per enam

daerahnya terdiri dari padang pasir dan gunung batu.[4] Luas padang pasir

ini diklasifikasikan Ahmad Amin sebagai berikut:

1.      Sahara Langit, yakni yang memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180

mil dari timur ke barat. Sahara ini disebut juga sahara Nufu>d. Di daerah ini,

jarang sekali ditemukan lembah dan mata air. Angin disertai debu telah

menjadi ciri khas suasana di tempat ini. Hal itulah yang menyebabkan

daerah ini sulit dilalui.

2.      Sahara Selatan, yakni yang membentang dan menyambung Sahara Langit

ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran

keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan

daerah sepi (al-Rub’ al-Kha>li>).

3.      Sahara Harrat, yakni suatu daerah yang terdiri dari tanah liat berbatu hitam.

Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di seluruh sahara ini.[5]

Secara garis besar, jazi>rah Arab dibedakan menjadi dua, yakni daerah

pedalaman dan pesisir. Daerah pedalaman jarang sekali mendapatkan hujan,

Page 19: Sejarah Peradaban Islam

namun sesekali hujan turun dengan lebatnya. Kesempatan demikian biasa

dimanfaatkan penduduk nomadik dengan mencari genangan air dan padang

rumput demi keberlangsungan hidup mereka. Sedangkan daerah pesisir,

hujan turun dengan teratur, sehingga para penduduk daerah tersebut relatif

padat dan sudah bertempat tinggal tetap. Oleh karena itu, di daerah pesisir

ini, jauh sebelum Islam lahir, sudah berkembang kota-kota dan kerajaan-

kerajaan penting, seperti kerajaan Himyar, Saba’, Hirah dan Ghassan.[6]

C.   Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat

Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah. Mereka termasuk

ras atau rumpun bangsa kaukasoid, sebagaimana ras-ras yang mendiami

daerah Mediteranian, Nordic, Alpine dan Indic.[7]

Bangsa Arab hidup berpindah-pindah (nomad). Demikian ini karena

kondisi tanah tempat mereka hidup terdiri dari gurun pasir kering dan minim

turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat lain mengikuti

tumbuhnya stepa (padang rumput) yang muncul secara sporadis di sekitar

oasis atau genangan air setelah turun hujan. Padang rumput diperlukan

badui Arab untuk kebutuhan makan binatang ternak seperti kuda, onta dan

domba.

Berbeda halnya dengan penduduk Arab perkotaan terutama penduduk

pesisir, pertanian, peternakan dan perdangangan, dapat berkembang

dengan baik di daerah tersebut. Hal inilah tentunya yang membuat

kehidupan masyarakat pesisir lebih makmur daripada masyarakat

pedalaman (badui). Dari realitas ini, maka timbullah reaksi antara penduduk

kota atau pesisir dengan penduduk pedalaman atau badui.

Aksi dan reaksi antara penduduk kota dengan masyarakat gurun

dimotivasi oleh desakan kuat untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Orang-

orang nomad bersikeras mendapatkan sumber-sumber tertentu pada orang-

orang kota terhadap apa yang tidak mereka miliki dari lingkungan mereka

tinggal. Hal itu dilakukan baik melalui kekerasan (penyerbuan kilat) atau

jalan damai (barter). Orang-orang badui nomaden dikenal sebagai perampok

Page 20: Sejarah Peradaban Islam

darat dan makelar. Gurun pasir, yang merupakan daerah operasi mereka

sebagai perampok, memiliki kesamaan karakteristik dengan laut.[8]

Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya

kesukuan. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam

suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga

membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku

(trible) dan dipimpin oleh Shaikh.[9] Keeratan hubungan kesukuan, kesetiaan

atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau

suku. Maka tidak heran, jika peperangan antar suku menjadi ciri khas

masyarakat ini. Rendahnya harga wanita seakan-akan menjadi akibat dari

keadaan masyarakat yang suka berperang tersebut.

Akibat tradisi peperangan ini, kebudayaan mereka tidak berkembang.

Karena itu, bahan-bahan sejarah Arab pra Islam langka didapatkan di dunia

Arab dan dalam bahasa Arab. Ahmad Shalabi menyebutkan, sejarah mereka

hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya

agama Islam.[10] Pengetahuan itu diperoleh melalui syair-syair yang beredar

di kalangan para pe-ra>wi> syair. Dengan begitulah sejarah dan sifat

masyarakat Arab dapat diketahui, yang antara lain bersemangat tinggi

dalam mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, dan juga dikenal

sebagai masyarakat yang cinta kebebasan.

Dengan kondisi alami yang seperti tidak pernah berubah itu,

masyarakat badui pada dasarnya tetap berada dalam fitrahnya.

Kemurniannya terjaga, jauh lebih murni dari bangsa-bangsa lain. Dasar-

dasar kehidupan mereka mungkin dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa

yang masih berada dalam taraf permulaan perkembangan budaya. Bedanya

dengan bangsa lain, hampir seluruh penduduk badui adalah penyair.[11]

Lain halnya dengan penduduk kota yang memiliki kemajuan peradaban,

sejarah mereka dapat diketahui lebih jelas. Mereka selalu mengalami

perubahan seiring dengan perubahan situasi dan kondisi yang

melingkupinya. Mereka telah mampu berkarya seperti membuat alat-alat

dari besi, bahkan sampai mendirikan kerajaan-kerajaan. Sampai pada

Page 21: Sejarah Peradaban Islam

lahirnya Nabi Muh}ammad, daerah-daerah tersebut masih merupakan kota-

kota perniagaan, sebagaimana diketahui bahwa daerah tersebut merupakan

jalur perdagangan antara Eropa dan Asia. Sebagaimana masyarakat badui,

penduduk daerah ini juga mahir bersyair. Biasanya, syair-syair dibacakan di

pasar-pasar, semacam pagelaran pembacaan syair, seperti yang terjadi di

pasar ukaz. Bahasa mereka kaya dengan ungkapan, tata bahasa dan kiasan.

[12]

D.  Kondisi Perekonomian

Perdagangan merupakan unsur penting dalam perekonomian

masyarakat Arab pra Islam. Mereka telah lama mengenal perdagangan

bukan saja dengan orang Arab, tetapi juga dengan non-Arab. Kemajuan

perdagangan bangsa Arab pra Islam dimungkinkan antara lain karena

pertanian yang telah maju. Kemajuan ini ditandai dengan adanya kegiatan

ekspor-impor yang mereka lakukan. Para pedagang Arab selatan dan Yaman

pada 200 tahun menjelang Islam lahir telah mengadakan transaksi dengan

Hindia, Afrika, dan Persia. Komoditas ekspor Arab selatan dan Yaman adalah

dupa, kemenyan, kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis,

dan anggur. Sedangkan yang mereka impor dari Afrika adalah kayu, logam,

budak; dari Hindia adalah gading, sutra, pakaian dan pedang; dari Persia

adalah intan.[13] Data ini menunjukkan bahwa perdagangan merupakan urat

nadi perekonomian yang sangat penting sehingga kebijakan politik yang

dilakukan memang dalam rangka mengamankan jalur perdagangan ini.

Faktor-faktor yang mendorong kemajuan perdagangan Arab pra Islam

sebagaimana dikemukakan Burhan al-Di>n Dallu adalah sebagai berikut:

1.      Kemajuan produksi lokal serta kemajuan aspek pertanian.

2.      Adanya anggapan bahwa pedagang merupakan profesi yang paling

bergengsi.

3.      Terjalinnya suku-suku ke dalam politik dan perjanjian perdagangan lokal

maupun regional antara pembesar Hijaz di satu pihak dengan penguasa

Syam, Persia dan Ethiopia di pihak lain.

Page 22: Sejarah Peradaban Islam

4.      Letak geografis Hijaz yang sangat strategis di jazi>rah Arab.

5.      Mundurnya perekonomian dua imperium besar, Byzantium dan Sasaniah,

karena keduanya terlibat peperangan terus menerus.

6.      Jatuhnya Arab selatan dan Yaman secara politis ke tangan orang Ethiopia

pada tahun 535 Masehi dan kemudian ke tangan Persia pada tahun 257 M.

7.      Dibangunnya pasar lokal dan pasa musiman di Hijaz, seperti Ukaz, Majna,

Zu al-Majaz, pasar bani Qainuna, Dumat al-Jandal, Yamamah dan pasar

Wahat.

8.      Terblokadenya lalu lintas perdagangan Byzantium di utara Hijaz dan laut

merah.

9.      Terisolasinya perdagangan orang Ethiopia di laut merah karena diblokade

tentara Yaman pada tahun 575 M.[14]

Data-data yang dikemukakan Dallu menunjukkan bahwa antara ekonomi

dan politik tidak dapat dipisahkan dalam konteks kehidupan masyarakat

Arab pra Islam. Kehidupan politik Byzantium dan Sasaniah turut memberikan

sumbangan dalam memajukan proses perdagangan yang berlangsung di

Hijaz, karena kedua kerajaan ini sangat berkepentingan terhadap jalur

perdagangan ini.

Di lain sisi, Mekkah di mana terdapat ka’bah yang pada waktu itu

sebagai pusat kegiatan Agama, telah menjadi jalur perdagangan

internasional.[15] Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis

karena terletak di persimpangan jalan yang menghubungkan jalur

perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria, dari Abysinia ke Irak.

Pada mulanya Mekkah didirikan sebagai pusat perdagangan lokal di samping

juga pusat kegiatan agama. Karena Mekkah merupakan tempat suci, maka

para pengunjung merasa terjamin keamanan jiwanya dan mereka harus

menghentikan segala permusuhan selama masih berada di daerah tersebut.

Untuk menjamin keamanan dalam perjalanan suatu sistem keamanan di

bulan-bulan suci, ditetapkan oleh suku-suku yang ada di sekitarnya.[16]

Keberhasilan sistem ini mengakibatkan berkembangnya perdagangan yang

pada gilirannya menyebabkan munculnya tempat-tempat perdagangan baru.

Page 23: Sejarah Peradaban Islam

Dengan posisi Mekkah yang sangat strategis sebagai pusat

perdagangan bertaraf internasional, komoditas-komoditas yang

diperdagangkan tentu saja barang-barang mewah seperti emas, perak,

sutra, rempah-rempah, minyak wangi, kemenyan, dan lain-lain. Walaupun

kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah pada mulanya para pedagang

Quraish merupakan pedagang eceran, tetapi dalam perkembangan

selanjutnya orang-orang Mekkah memperoleh sukses besar, sehingga

mereka menjadi pengusaha di berbagai bidang bisnis.[17]

E.   Situasi Politik

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa sebagian besar daerah

Arab adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang

terkenal subur. Ditambah lagi dengan kenyataan luasnya daerah di tengah

Jazi>rah Arab, bengisnya alam, sulitnya transportasi, dan merajalelanya

badui yang merupakan faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuah

negara kesatuan serta adanya tatanan politik yang benar. Mereka tidak

mungkin menetap. Mereka hanya bisa loyal ke kabilahnya. Oleh karena itu,

mereka tidak akan tunduk ke sebuah kekuatan politik di luar kabilahnya

yang menjadikan mereka tidak mengenal konsep negara.[18]

Sementara menurut Nicholson, tidak terbentuknya Negara dalam

struktur masyarakat Arab pra Islam, disebabkan karena konstitusi kesukuan

tidak tertulis. Sehingga pemimpin tidak mempunyai hak memerintah dan

menjatuhkan hukuman pada anggotanya.[19] Namun dalam bidang

perdagangan, peran pemimpin suku sangat kuat. Hal ini tercermin dalam

perjanjian-perjanjian perdagangan yang pernah dibuat antara pemimpin

suku di Mekkah dengan penguasa Yaman, Yamamah, Tamim, Ghassaniah,

Hirah, Suriah, dab Ethiopia.

Model organisasi politik bangsa Arab lebih didominasi kesukuan (model

kabilah). Kepala sukunya disebut Shaikh, yakni seorang pemimpin yang

dipilih antara sesama anggota. Shaikh  dipilih dari suku yang lebih tua,

biasanya dari anggota yang masih memiliki hubungan famili. Fungsi

Page 24: Sejarah Peradaban Islam

pemerintahan Shaikh ini lebih banyak bersifat penengah (arbitrasi) dari pada

memberi komando. Shaikh tidak berwenang memaksa, serta tidak dapat

membebankan tugas-tugas atau mengenakan hukuman-hukuman. Hak dan

kewajiban hanya melekat pada warga suku secara individual, serta tidak

mengikat pada warga suku lain.[20]

F.   Keberagamaan Masyarakat

Penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam. Paganisme,

Yahudi, dan Kristen merupakan ragam agama orang Arab pra Islam. Pagan

adalah agama mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan bermacam-

macam bentuk ada di sekitar Ka’bah. Setidaknya ada empat sebutan bagi

berhala-hala itu: s}anam, wathan, nus}ub, dan hubal. S}anam berbentuk

manusia dibuat dari logam atau kayu. Wathan juga dibuat dari batu. Nus}ub

adalah batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. H}ubal berbentuk manusia

yang dibuat dari batu akik. Dialah dewa orang Arab yang paling besar dan

diletakkan dalam Ka’bah di Mekah. Orang-orang dari semua penjuru jazi>rah

datang berziarah ke tempat itu. Beberapa kabilah melakukan cara-cara

ibadahnya sendiri-sendiri.[21] Ini membuktikan bahwa paganisme sudah

berumur ribuan tahun. Sejak berabad-abad penyembahan patung berhala

tetap tidak terusik, baik pada masa kehadiran permukiman Yahudi maupun

upaya-upaya kristenisasi yang muncul di Syiria dan Mesir.[22]

Agama Yahudi dianut oleh para imigran yang bermukim di Yathrib dan

Yaman. Tidak banyak data sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting

agama ini di Jazi>rah Arab, kecuali di Yaman. Dzū Nuwās merupakan

penguasa Yaman yang condong ke Yahudi. Dia tidak menyukai

penyembahan berhala yang telah menimpa bangsanya. Dia meminta

penduduk Najran agar masuk agama Yahudi. sehingga kalau mereka

menolak, maka akan dibunuh. Namun yang terjadi justru menolak, maka

digalilah sebuah parit dan dipasang api di dalamnya. Mereka dimasukkan ke

dalam parit itu, serta dibunuh dengan pedang atau dilukai sampai cacat bagi

yang selamat dari api tersebut. Korban pembunuhan itu mencapai dua puluh

Page 25: Sejarah Peradaban Islam

ribu orang. Tragedi berdarah dengan motif fanatisme agama ini diabadikan

dalam al-Quran dalam kisah “orang-orang yang membuat parit” (As}h}a>b

al-Ukhdu>d).[23]

Sedangkan Agama Kristen di jazi>rah Arab dan sekitarnya sebelum

kedatangan Islam tidak ternodai oleh tragedi yang mengerikan semacam itu.

Yang tampak hanyalah pertikaian di antara sekte-sekte Kristen. Menurut

Muhammad ‘A<bid al-Jābirī, al-Quran menggunakan istilah “Nas}a>ra>”

bukan “al-Masi>hi>yah” dan “al-Masi>hi>” bagi pemeluk agama Kristen.

Bagi pendeta Kristen resmi (Katolik, Ortodoks, dan Evangelis) istilah

“Nas}a>ra” adalah sekte sesat, tetapi bagi ulama Islam mereka adalah

“H{awa>ri>yu>n”. Para misionaris Kristen menyebarkan doktrinnya dengan

bahasa Yunani yang waktu itu madhab-madhab filsafat dan aliran-aliran

gnostik dan hermes menyerbu daerah itu. Inilah yang menimbulkan

pertentangan antara misionaris dan pemikir Yunani yang memunculkan

usaha-usaha mendamaikan antara filsafat Yunani yang bertumpu pada akal

dan doktrin Kristen yang bertumpu pada iman. Inilah yang melahirkan sekte-

sekte Kristen yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru, termasuk

jazi>rah Arab dan sekitarnya.[24] Sekte Arius menyebar di bagian selatan

jazi>rah Arab, yaitu dari Suria dan Palestina ke Irak dan Persia. Misionaris

sekte ini telah menjelajahi penjuru-penjuru jazi>rah Arab yang memastikan

bahwa dakwah mereka telah sampai di Mekah, baik melalui misionaris atau

pedagang Quraish yang berhubungan terus-menerus dengan Syam, Yaman,

dan Habashah.[25] Tetapi salah satu sekte yang sejalan dengan tauhid

murni agama samawi adalah sekte Ebionestes.[26]

Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang selain tiga

agama di atas adalah Hani>fi>yah, yaitu sekelompok orang yang mencari

agama Ibrahim yang murni yang tidak terkontaminasi oleh nafsu

penyembahan berhala-berhala, juga tidak menganut agama Yahudi ataupun

Kristen, tetapi mengakui keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa

agama yang benar di sisi Allah adalah Hani>fi>yah, sebagai aktualisasi dari

Page 26: Sejarah Peradaban Islam

millah Ibrahim. Gerakan ini menyebar luas ke pelbagai penjuru Jazirah Arab

khususnya di tiga wilayah Hijaz, yaitu Yathrib, T{aif, dan Mekah.[27]

G.  Kesimpulan

Secara sosiologis, bangsa Arab sebelum Islam merupakan bangsa yang

hidup secara kesukuan. Mereka hidup berpindah-pindah. Hal ini disebabkan

kondisi geografis yang tidak mendukung, seperti model tanah yang tandus,

berbatu, padang pasir luas serta beriklim panas dan jarang turun hujan.

Dalam keadaan semacam ini, wajar jika mereka memiliki watak keras, suka

berperang, merampok, berjudi, berzina, sehingga terkesan jauh dari nilai-

nilai moral-kemanusiaan. Demikian ini seakan-akan menjadi tradisi

masyarakat Arab sebelum Islam. Keadaan semacam inilah yang

meniscayakan zaman tersebut disebut zaman ja>hiliyyah.

Dari sisi perekonomian, unsur penting yang menjadi andalan

masyarakat Arab pra Islam adalah perdagangan di samping bertani dan

beternak. Mereka telah lama mengenal perdagangan bukan saja dengan

orang Arab, tetapi juga dengan non-Arab. Terbukti dengan adanya Mekkah

sebagai kota dagang internasional. Demikian ini karena letak daerah Hijaz,

khususnya Mekkah, sangatlah strategis, yakni penghubung jalur dagang

antara Yaman dengan Syiria. Di samping itu, daerah pesisir ini juga di lewati

kapal-kapal dagang Eropa dan Asia melalui laut merah.

Dunia politik Arab pra Islam lebih didominasi oleh model kesukuan.

Pimpinan tertinggi dari suku dinamakan Shaikh. Fungsi pemerintahan Shaikh

ini lebih banyak bersifat penengah (arbitrasi) dari pada memberi komando.

Shaikh tidak berwenang memaksa, serta tidak dapat membebankan tugas-

tugas atau mengenakan hukuman-hukuman. Dari dominasi model kesukuan

ini, terbentuknya Negara kesatuan serta adanya tatanan politik yang benar

agaknya sedikit terhalangi.

Sementara jika ditinjau dari sisi keagamaan, masyarakat Arab pra Islam

memeluk berbagai macam agama, di antaranya Paganisme, Yahudi, Kristen

dan Hani>fi>yah. Agama-agama ini merupakan agama warisan dari

Page 27: Sejarah Peradaban Islam

pendahu-pendahulunya. Keadaan tersebut masing terus berlangsung sampai

datangnya Islam sebagai agama yang hak, serta penyempurna dari agama-

agama samawi sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ami>n, Ahmad. Fajr al-Isla>m. Kairo: Maktabah Najdah al-Mis}riyyah, 1975.

A’z}amī, M.M. al-. Sejarah Teks al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi. Jakarta: Gema Insani, 2005.

Dallu, Burhan al-Di>n. Jazi>rat al-‘Arab Qabl al-Isla>m. Beirut: t.p, 1989.

Dawrī, ‘Abd al-‘Azīz al-. Muqaddimah fī Ta>rīkh Ṣadr al-Isla>m. Beirut: Markaz Dirāsah al-Waḥdah al-‘Arabīyah, 2007.

Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Malang: UIN Malang Press, 2008

Haekal, Muh}ammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah. Jakarta; Litera Antar Nusa, 2011.

Hitti, Philip K. History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010.

Karim, Khalil Abdul. Syari’ah: Sejarah, Perkelahian, Pemaknaan. Yogyakarta: LKiS, 2003.

Leboun, Gustav. Had}a>ra>t al-‘Arab. Kairo: Mat}ba‘ah ‘Isa al-Ba>bi> al-Halabi>, t.t.

Lewis, Bernard. Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah dari Segi Geografi, Sosial, Budaya dan Peranan Islam, terj. Said Jamhuri. Jakarta: Ilmu Jaya, 1994.

Mufrrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos, 1997.

Mughni, Syafiq A. “Masyarakat Arab Pra Islam”, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, I. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.

Page 28: Sejarah Peradaban Islam

Mujahidin, Ahmad. “Arab Pra Islam; Hubungan Ekonomi dan Politik dengan Negara-Negara Sekitarnya”. Jurnal Akademika, Volume 12 Nomor 2. Maret, 2003.

Nicholson, R.A. A Literary History of The Arabs. Cambridge: Cambridge University Press, 1997.

Shalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam, buku I, terj. M. Sanusi Latief. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983.

Watt, Montgomery. Muhammad at Mecca. Oxford: Oxford University Press, 1956.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2010.

.