sejarah dan peradaban islam bab i s.d.ix

112
I PENGERTIAN, FAEDAH, FAKTOR, LAPANGAN DAN PANDANGAN ISLAM TENTANG SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam 1. Pengertian Sejarah Sejarah berasal dari bahasa Arab ‘Syajarah / رة ج ش', artinya 'Pohon'. Pohon diartikan sebagai 'Silsilah'. Dalam pengertian pohon di sini, adalah sebagai pohon yang terbalik, akar di atas dan ranting serta cabangnya berada di bawah, sehingga merupakan silsilah. Secara harfiah, Sejarah dalam bahasa Arab diartikan ا ت ل ا خ ي ر كا ح ل : ا ة ي(Ahmad Warson Munawwir: 1997: 17) Sejarah menurut definisi mempunyai arti: - Sejarah sebagai peristiwa (-peristiwa) pada masa lampau - Sejarah sebagai kisah dari pada peristiwa (- peristiwa) itu. (Nugroho Notosusanto: 1964; 6) Pengertian sejarah ini bisa juga disebut dengan: - Sejarah sebagai kejadian, khususnya kejadian yang berhubungan dengan perbuatan manusia, atau bisa - berarti masa lampau manusia yang berisikan kejadian-kejadian yang menyangkut perbuatan manusia. (Sumardjo: 1965; 13) Sayyid Qutub (1987” 18) dalam buku beliau Konsepsi Sejarah dalam Islam, menyebutkan bahwa Sejarah 1

Upload: hajimubarak

Post on 14-Jun-2015

9.995 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

I

PENGERTIAN, FAEDAH, FAKTOR, LAPANGAN DAN

PANDANGAN ISLAM TENTANG SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam

1. Pengertian Sejarah

Sejarah berasal dari bahasa Arab ‘Syajarah / شجرة ', artinya  'Pohon'. Pohon

diartikan sebagai  'Silsilah'. Dalam  pengertian pohon di sini, adalah sebagai  pohon yang

terbalik, akar di atas dan ranting  serta  cabangnya berada di bawah, sehingga merupakan

silsilah.

Secara  harfiah, Sejarah dalam bahasa Arab  diartikan ية : الحكا ريخ التا

(Ahmad Warson Munawwir: 1997: 17)

Sejarah menurut definisi mempunyai arti:

- Sejarah  sebagai peristiwa (-peristiwa)  pada  masa lampau

- Sejarah  sebagai  kisah  dari  pada  peristiwa   (-peristiwa)  itu. (Nugroho

Notosusanto: 1964; 6)

Pengertian sejarah ini bisa juga disebut dengan:

- Sejarah  sebagai kejadian, khususnya kejadian  yang berhubungan dengan perbuatan

manusia, atau bisa

- berarti   masa   lampau  manusia   yang   berisikan kejadian-kejadian    yang

menyangkut    perbuatan manusia. (Sumardjo: 1965; 13)

Sayyid  Qutub (1987” 18)  dalam buku beliau  Konsepsi  Sejarah dalam Islam,

menyebutkan bahwa Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa

dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan  tidak nyata  yang menjalin

seluruh bagian  serta  memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.

* Faktor-faktor  yang menyebabkan  sejarawan  berbeda pandang dalam memberi arti

terhadap suatu objek:

- Sikap berat sebelah pribadi

- Prasangka kelompok

- Interpretasi   berlainan  tentang   faktor-faktor sejarah

- Pandangan dunia yang berbeda-beda (Nugroho  Notosusanto: t.t.: 10)

2. Pengertian Peradaban

1

Page 2: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Peradaban berasal dari kata 'adab' ditambah  dengan awal  'per' dan akhiran 'an'.

Kata adab  berasal  dari bahasa Arab ' اداب ' yang berarti sopan santun, tata karama,

budi bahasa. Peradaban sendiri kalau  diambil dari makna bahasa Arab di sebut " تمدن

atau " الحضرة ". Dalam bahasa Inggeris "Civilazation".

Dalam Webster Dictionary Civilazation diartikan:

- Keadaan atau proses peradaban

- Kemajuan sosial dan kebudayaan

- Kurun type dari sosial tertentu

- Seluruh dunia yang telah maju.

Rene   Sedilot,   mengartikan   peradaban   adalah Khazanah   pengetahuan  dan

kecakapan   teknis   yang meningkat   dari  angkatan  keangkatan   dan   sanggup

berlanjut terus.

Peradaban   juga  diartikan  sebagai   manifestasi berfikir,  merasa  untuk

mempraktiskan,   memudahkan, memajukan kesenangan dalam kehidupan.

* Peradaban  adalah merupakan tingkat kebudayan  yang lebih tinggi dari kebudayan

orang liar.

* Adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis

* Adalah  sebagian dari kebudayaan  untuk  memudahkan dan mensejahterakan

hidup.

---- Contoh: alat angkut semula pedati --- > mobil.

3. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan  berasal  dari kata  'budaya',  mendapat awalan  ke dan akhiran an.

'Budaya' berasal dari  kata 'Buddhayah';  budi dan daya. Dalam bahasa  Arab kebudayaan

diartikan dengan ' فة الثقا ', sedang  dalam bahasa Inggris diartikan 'Culture'.

Kebudayaan menurut definisi:

* H.  Agus Salim: Kebudayaan adalah  himpunan  segala usaha  dan  daya-upaya

yang dikerjakan  dari  hasil budi untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan  untuk

mencapai kesempurnaan.

* Sidi Gazalba: Cara berpikir dan merasa,  menyatakan diri   dalam  seluruh  segi

kehidupan   sekelompok manusia  yang  membentuk  masyarakat,  dalam  suatu

ruang dan waktu.

2

Page 3: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

* Koentjaraningrat:  Keseluruhan  gagasan  dan  karya manusia,  yang harus

dibiasakannya dengan  belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.

Menurut Koentjaraningrat, ada tiga wujud kebudayaan:

- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya.

- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta   tindakan  berpola

dari   manusia   dalam masyarakat.

- Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil  karya manusia (Koentja-

raningrat: 1980; 201)

* Para ahli seperti Ogburn dan Nimkoff dalam  bukunya "Hand Book of Sociology",

seperti dikutip oleh Phil Astrid S Susanto (1979: 149), membagi kebudayaan ada

dua macam, ada   kebudayaan  materi  dan   kebudayaan mental.

----- > Jadi  Sejarah  dan Peradaban  Islam:  Pembicaraan masa  lalu dan kini

tentang cara  berpikir,  merasa dan  memproduksi  serta

meningkatkannya  dari  umat Islam.

B. Faedah Mempelajari Sejarah dan Peradaban Islam

1. Faedah Teoritis:

* Mengetahui  tingkat kemajuan dan kehidupan  sesuatu bangsa dibanding

bangsa lain.

* Dapat  membeda-bedakan masing-masing rumpun  bangsa kemudian  menge-

lompokkan berdasarkan  persaman  dan perbedaan peradaban.

* Dapat memiliki pengetahuan untuk menciptakan  lebih lanjut dan menyem-

purnakannya.

* Dapat  mengetahui  tingkatan peradaban  umat  Islam dari berbagai bangsa

sampai di mana sumbangan  yang telah diberikan.(Sulhany: 1972; 9)

2. Faedah Praktis:

Dengan   mempelajari   peradaban   (Islam)    dapat mengambil  contoh, peristiwa

yang telah terjadi  untuk mengambil  yang  baik dan meninggalkan yang  buruk

untuk diterapkan dalam kehidupan.

C. Faktor-faktor  yang  Mempengaruhi  dan  Menentukan  Corak Peradaban

1. Faktor yang mempengaruhi:

a. Lingkungan (Milleu)

3

Page 4: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

b. Watak

c. Interaksi Sosial

2. Faktor yang menentukan corak:

a. Geografis, iklim, makanan

b. Keturunan/ras atau bangsa

c. Kejiwaan/Challence and Responce

d. Ekonomi

e. Pendidikan.

D. Lapangan Peradaban (Kebudayaan)

1. C. Kluchohn  dalam  bukunya "Universal  Categories  of Culture", mengemukakan

lapangan-lapangan  kebudayaan sebagai berikut:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia:  pakaian, perumahan,  alat-alat

rumah tangga, senjata,  alat-alat produksi, transportasi dan sebagainya.

b. Mata   pencaharian   hidup  dan   sistem   ekonomi: pertanian,  peternakan,

sistem  produksi,   sistem distribusi, dan sebagainya.

c. Sistem kemasyarakatan: sistem kekerabatan,  organisasi politik, sistem hukum,

sistem perkawinan.

d. Bahasa: lisan maupun tulisan.

e. Kesenian; seni rupa, seni suara, seni gerak, dsb.

f. Sistem pengetahuan.

g. Religi  (sistem  kepercayaan)  (Soerjono  Soekanto: 1982; 166)

2. Sidi Gazalba (1976: 27) dalam  bukunya  Masyarakat  Islam  Pengantar Sosiologi

dan  Sosiografi, membagi lapangan kebudayaan sebagai berikut:

a. Sosial, b. Ekonomi, c. Politik, d. Pengetahuan  dan Tehnik, e. Seni, f. Filsafat,

dan g. Agama.

Khusus tentang "agama", terdapat dua bagian  yaitu, agama yang bersumber dari

wahyu Ilahi (agama  samawi), dan agama yang bersumber dari hasil renungan manusia,

disebut agama dunia.

E. Pandangan Islam terhadap Peradaban (Kebudayaan)

1. Prof.  Mr. Beiren de Haan, menyatakan bahwa agama  itu dasar  dari peradaban

(kebudayaan). (Sulhany: 1972; 16)

4

Page 5: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

2. Ajaran Islam menyatakan:

a. Islam memberantas buta hurup.

خلق الذى ربك سم با إقرأ

Bacalah  dengan  nama Tuhanmu yang  menjadikan  (Al Alaq: 1)

يسطرون وما والقلم ن Nun, Demi Kalam (pena) dan demi apa yang tertulis (Al Kalam: 1)

b. Islam mengharuskan menuntut ilmu.

ت درجا اوتواالعلم والذين منكم امنوا الذين الله يرفع …

Allah  akan  meninggikan derajat   orang-orang  yang beriman   dan berilmu pengetahuan  beberapa  derajat (Al Mujadalah: 11)

مسلم كل على فريضة العلم طلب Menuntut ilmu wajib atas tiap orang muslim (Hadits)

c. Islam menghormati akal.

يتفكرون لقوم أليت ذلك فى إن Sesungguhnya   pada yang demikian itu menjadi  tanda bagi kaum yang mau berpikir (Al Jasiyah: 13)

له العقل لمن الدين ، العقل هو الدين Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang  yang tidak berakal (Hadits)

d. Islam melarang taklid.

كان اولئك كل والفؤاد والبصر السمع إن ، علم به لك ماليس والتقفمسئوأل عنه

Dan  janganlah kamu mengikuti apa yang  kamu  tidak mempunyai Pengetahuan tentangnya.   Sesungguhnya pandengaran,  penglihatan  dan hati, semuanya  itu akan diminta pertanggungan jawabannya.

e. Islam menganjurkan berinisiatif

"Barang siapa yang merintis suatu jalan yang  baik di  dalam Islam, dia akan

mendapat ganjarannya  dan ganjaran  orang-orang  yang mengerjakan  cara yang

baik itu sampai hari kiamat (Hadits).

f. Islam mementingkan dunia adan akhirat.

الدنيا من نصيبك والتنس األخرة الدار الله اتاك فيما وابتغ Dan  carilah  kurunia Allah  yang  telah  diberikan kepadamu   negeri  akhirat dan

janganlah   engkau lupakan nasibmu di atas dunia ini (Al Qashah: 77)

غدا تموت كانك األخرتك وإعمل ابدا تعيش كانك لدنياك إعمل

5

Page 6: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Bekerjalah  untuk duniamu seakan-akan  kamu  hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu  seakan-akan kamu mati besok hari (Hadits).

g. Akulturasi.

Islam   menganjurkan   kepada   pemeluknya    untuk mengunjungi   negeri   lain,

menghubungkan   tali silaturrahmi,   untuk   mencari   pengalaman    dan

pengetahuan, serta kebudayaan.

يسمعون اوءاذان بها يعقلون قلوب لهم فياألرضفتكون يسيروا افلمفانها بها

فىالصدور التى القلوب تعتى ولكن األبصر التعمى

Tidaklah  mereka itu berjalan di muka  bumi  supaya mempunyai  akal untuk berpikir atau  telinga  untuk mendengar karena sesungguhnya bukanlah mata mereka itu  yang  buta, melainkan hati hati  yang  ada  di dalam dada (Al Hajj: 46)

II

CORAK MASYARAKAT ARAB SEBELUM DATANGNYA ISLAM

A. Geografis Tanah Arab

Tanah  Arab atau sering disebut Jazirah Arab  terletak di  bagian Barat Daya

Benua Asia. Para ahli  memang  berbeda pendapat  mengenai batas yang pasti termasuk

wilayah  tanah Arab.  Namun  umumnya  mereka sepakat  kalau  yang disebut Jazirah

Arab adalah hanya lebih terfokus pada wilayah dataran  Hejaz dan Nejaz, termasuk

wilayah Hadramaut,  Yaman  dan lainnya.  Secara keseluruhan luas wilayah  ini

diperkirakan sekitar 1.200.000 mil persegi.

Tanah Arab ini berbatasan sebelah:

- Utara dengan Palestina, Syiria dan Irak;

- Selatan dengan Lautan Hindia;

- Timur dengan Teluk Persia dan Oman; dan

- Barat dengan Laut Merah.

6

Page 7: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Keadaan  tanahnya sebagian besar terdiri  dari  Padang Pasir tandus, bukit dan

batu, terutama bagian tengah. Sedang bagian  selatan  atau bagian pesisir pada umumnya

tanahnya cukup  subur.

Untuk wilayah bagian Tengah terbagi pada:

1. Sahara Langit atau disebut pula Sahara Nufud;

2. Sahara Selatan disebut al-Ru'ul Khali; dan

3. Sahara Harrat.

Kondisi  alam/tanah  adalah:

-  Kering  dan tandus, kalaupun ada air hanyalah  Oase  atau Mata Air ini.

-  Menyebabkan penduduknya suka berpindah-pindah  (Nomaden) dari satu wilayah ke

wilayah lain, oleh para ahli  mereka disebut suku Badui.

- Dari segi pekerjaan mereka umumnya bekerja menggembalakan kambing dan binatang

ternak lainnya.

Sementara  wilayah bagian Pesisir, yaitu  terdiri  wilayah  pesisir Laut Merah,

Samudera Hindia dan Teluk  Persi, sehingga kondisi tanahnya:

- Sangat subur, di tempat ini banyak dilakukan usaha pertanian;

- Di samping itu juga dilakukan usaha perdagangan;

- Penduduknya menetap dan sangat padat.

B. Asal Usul Keturunan Bangsa Arab

Bangsa  Arab adalah ras Semit yang tinggal di  sekitar jazirah  Arabia.  Bangsa

Arab  purbakala  adalah  masyarakat terpencil sehingga sulit dilacak riwayatnya (MAJ.

Beg: 1993: 11)

Orang Arab sendiri membagi bangsa mereka  menjadi  tiga bagian, yaitu:

1. Arab-ul-Baidah atau Arab-ul-Ariba

Ialah bangsa Arab yang sudah tidak ada lagi, di antaranya terhitung kaum-kaum

Hamiya (Kusyiya) termasuk dalam kaum ini adalah Kaum Tsamud yang sudah punah.

Di antara  kabilah  yang terkenal adalah Ad, Tsamud, Thasar,  Yodis  dan Yurnam.

2. Arab  Baqiah  (mereka  ini masih ada)  terbagi  pada  dua kelompok:

a. Arab Aribah:

Kelompok  Quthan  di  Yaman,  Jurham,  Ya'rab   adalah kabilah-kabilah yang

termasuk dalam kelompok ini. Dari Ya'rab inilah lahir suku-suku Kahlan dan

Himyar.

7

Page 8: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

b. Arab Musta'rabah:

Kebanyakan dari penduduk Arabia yang mendiami bahagian tengah Jazirah Arabia

dari Hejaz sampai ke Syam.

Kelompok Arab Musta'arabah inilah yang mendiami Mekkah tinggal   bersama Nabi

Ibrahim   hingga    terjadi percampuran (Perkawinan) yang kemudian melahirkan

suku Arab  termasuk  suku Quraisy, yang tumbuh  dari  induk suku Adnan.

MAJ. Berg (1993: 12) menyatakan, Bangsa Arab pra-Islam yang  tinggal  di

jazirah Arab yang sangat  luas  itu  dapat dibagi  ke  dalam dua kategori atau kelompok,

yaitu  bangsa Arab yang menetap (Hadari) dan pengembara (Badui) di sekitar gurun

pasir.

1. Bangsa  Arab Hadari (menetap) adalah bagian  dari  strata yang sangat kuat. Suku

terkemuka dan terkuat dari  kelompok  masyarakat  Hadari  ini adalah  suku Quraisy.

Suku Aristokrasi terkemuka ini sebagian besar tinggal di  kota Mekkah.  Dari

berbagai suku yang hidup  pada  masa  Arab purbakala,  maka kaum Quraisy

memperoleh  hak  istimewa sebagai  golongan  tertinggi  dalam masyarakat.   Mereka

memiliki sumber prestise dan kekuasaan yang rapi.  Mereka merupakan  pelindung

tempat suci, yakni  Ka'bah.  Mereka juga  kaum bangsawan beragama yang

memperoleh  prestise pilitik dan kekayaan, di samping juga dalam dunia

perdagangan internasional.

Dari segi status sosial, suku Quraisy menempati khirarchi tertinggi  dari  suku

lainnya kecuali  kaum  Thaqiq  di Thaif,  karena mereka berada di bawah suku

Quraisy.  Oleh MAJ.Berg  dikatakan, mereka ini menempatkan diri  sebagai suku

terkemuka  dalam  hierarki  sosial  bangsa   Arab. Sementara  suku-suku non-Quraisy

seperti,  Hudhayl,  Azd, Banu  Hanifah, Bakr bin Wa'il, Aws, dan Khazraj  memiliki

status sosial yang rendah, mereka ini termasuk  suku-suku Arab non-Aristokratis

(1993: 15)

2. Suku  Nomadis (Badui) berada di bawah suku yang  menetap (Hadari). Mereka ini

penduduk yang tinggal di  pedalaman. Sesuai  dengan kondisi alamnya yang gersang

dan  tandus, mereka  tinggal  tidak  menetap di  suatu  daerah  secara permanen

tetapi  berpindah-pindah,  bahkan   perpindahan mereka  sangat  mobil. Guna

kelangsungan  hidup,  mereka berpindah-pindah untuk mencari makan terutama

menggembala binatang  ternak, seperti kambing, biri-biri,  onta,  dan lainnya.

8

Page 9: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Bagaimanapun  masyarakat Badui hanya  memperoleh  sedikit kesempatan untuk

meningkatkan moboilitas sosialnya;  suku ini  dibentuk  atas  dasar kekeluargaan di

antara  para anggotanya.  Untuk  itu tiap suku dipimpin  oleh  seorang Syekh,

bilamana  meninggal, maka salah seorang  di  antara mereka dipilih untuk

menggantikannya.

C. Beberapa Kerajaan Arab

1. Kerajaan Saba

Kerajaan  Saba'  ini terletak di Jazirah  Arab  bagian Selatan,  yaitu  di Yaman.

Kerajaan ini sangat  maju  sekali untuk  ukuran  masa itu, terutama  dalam

bidang pertanian. Dalam  upaya menyuburkan pertanian, masyarakat sudah

memanfaatkan sistem  pengairan, yang terkenal  'Saddul  Maarib'. Kerajaan ini

menurut catatan sejarah terjadi pada masa  Nabi Sulaiman dengan pimpinannya Ratu

Bulqis.

2. Kerajaan Himariyah

Menurut sejarah, Kerajaan Himariyah ini adalah  kelanjutan dari Kerajaan Saba.

Kerajaan ini terletak antara  Saba dan Laut Merah tepatnya di daerah Qitban.

Kerajaan  ini  seperti  halnya  Kerajaan  Saba,  juga memiliki  peradaban yang sudah

maju. Pada saat itu  kerajaan ini sudah memiliki hubungan diplomatik dengan

kerajaan besar seperti Bizantium dan Persia.

Pada  akhirnya  kerajaan  ini  runtuh  sebagai  akibat dikuasai dan dihancurkan oleh

orang-orang Habsyah (Absenia), salah raja yang terekenal adalah Abraham.

3. Kerajaan Hirah

Kerajaan Hirah terletak antara Kerajaan Bizantium dan Persia,  atau terletak di

wilayah Irak sekarang.  Agama  masyarakat adalah Agama Nasrani Nasturia.

4. Kerajaan Ghosasinnah

Kerajaan  ini disebut pula Ghasan, terletak di  daerah Syam.  Kerajaan  ini  cukup

maju,  banyak  kota-kota  yang dibangun, bangunan toko dan istana dibangun

tinggi-tinggi.

Sementara dalam struktur pemerintahan, umumnya sangat dekat dengan yang ada di

Kerajaan Bizantium. Sementara agama masyarakatnya adalah penganut Kristen.

D. Peradaban  Arab Sebelum Islam: Sosial, Keluarga,  Ekonomi dan Agama

1. Kehidupan Sosial

9

Page 10: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Keadaan bangsa Arab yang hidup di daerah padang pasir yang tandus, sedikit

banyaknya turut membuat corak  kehidupan  mereka  berjalan  agak  keras,  penuh

persaingan, perebutan  kekuasaan antara satu kabilah  dengan  kabilah lainnya.  Siapa

yang  kuat, gagah  perkasa  itulah  yang memimpin.

Dalam hidup bermasyarakat, bangsa Arab sangat  menyenangi hal-hal seperti:

= Syair; dengan syair, orang bisa dipuji/mulia dan dihina.  Dari  syair ini akan

tergambar  kehidupan  sosial bangsa Arab;

= Minum  khamar, kendati di antara mereka ada pula  yang mengharamkan hal ini;

= Ada  pula  adat  (tradisi)  pada  saat  itu  kebiasaan “mengawini isteri bapa” yang

telah meninggal dunia (Syalabi:  1973 :42) Di sisi lain,  perkawinan  bentuk

Endogami adalah merupakan ciri khas  masyarakat  Arab pra-Islam (MAJ. Berg:

1993: 17)

= Menganggap hina kaum perempuan;

= Menguburkan  anak  perempuan, namun  hal  ini  menurut Sallabi, ini hanya

dilakukan oleh Bani Asad dan Tamim.

= Sementara mereka yang pandai membaca saat itu hanyalah sebanyak 17 orang

(Syalabi: 1973: 49)

Mengutip pendapat MAJ. Berg, bahwa pada masa Arab pra-Islam,  banyak orang

Yahudi dan Kristen  yang  mampu membaca  kitab  Injil,  sedangkan bangsa  Arab

pada umumnya  buta huruf. Fakta ini lebih jelas  bila  kita mengetahui  bahwa  di

Mekkah hanya terdapat  17  orang Arab  yang  terpelajar di  saat  berakhirnya

periode Jahiliyah dan dimulainya era Islam (1993: 15)

= Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi pada masa Arab pra-Islam.  Mereka ini

memelihara  dan  mempertahankan perbudakan. Para budak diperoleh dari:

1. Melalui  pembelian di pasar-pasar budak terbuka  di Arab atau di pasar-pasar

asing;

2 Hasil  tawanan, yang diperoleh  melalui  peperangan antarsuku (MAJ. Berg:

1993: 16)

2. Keluarga

Kehidupan   bangsa   Arab   lebih   ditentukan    oleh suku/kabilah.  Tiap kabilah

mempunyai adat  istiadat  dan budi pekerti sendiri yang tidak sama dengan kabilah lain.

Pere  Lammens  menyatakan, bangsa Arab sangat  patuh  dan sangat  setia kepada

adat dan tradisi kabilahnya  masing-masing  dan gemar sekali menjamu tamu-tamu.  Bagi

10

Page 11: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

mereka patuh  kepada keluarga, kabilah adalah  suatu  kewajiban, sehingga apapun yang

terjadi kabilah bagi mereka  segala-galanya.   Sementara terhadap  tamu  sangat

dihormati, sehingga bagaimanapun keadaan tamu itu wajib bagi  mereka melindungi

keselamatannya.

3. Ekonomi

Bangsa Arab yang yang nomaden umumnya bekerja  sebagai penggembala.

Mereka ini juga kadangkala menjadi  pengawal para kafilah dagang yang umumnya dari

penduduk perkotaan.

Sementara  Arab  bagian selatan, pesisir  atau  perkotaan umumnya   mereka lebih

banyak   bergerak   di   bidang perdagangan  (niaga).  Perdagangan  ini  mereka lakukan

sampai ke negeri India, Indonesia dan Cina.

4. Agama/Kepercayaan

Sementara  dalam  bidang  agama  (kepercayaan)   pada umumnya  mereka

adalah kaum penyembah  berhala.  Menurut catatan  sejarah,  di dinding Ka’bah terdapat

360buah patung.

Dalam  hal ini menurut teori Ibnu Kalbi:  Bangsa  Arab senang  memuliakan

batu-batu yang ada di sekeliling  Ka’bah/Mekkah kemana mereka pergi selalu membawa

batu tersebut,  untuk kemudian thawaf mengelilingi batu yang  dibawanya itu, sehingga

di mana-mana dibentuk patung. Patung-patung dan berhala itu mereka kumpulkan di

sekitar Ka’bah untuk disembah (Syalabi: 1973: )

Di sisi lain, mereka menyembah berhala adalah hanya untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan (Allah), artinya:

إال مانعبدهم أوليآء دونه من أتخذوا والذين ، الخالص الدين لله أال إن يختلفون فيه هم ما فى بينهم يحكم لله إن زلف لله إلى ليقربونآ

كفار كذب هو من يهدى ال لله Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Tidaklah kami menyembah  mereka (berhala), melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar (Az Zumar: 3).

Di samping itu terdapat pula agama/kepercayaan:

11

Page 12: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

=  Agama  Hanif: yang  mempertahankan  syari'at  Ibrahim, pemeluk  agama ini

termasuk Abd. Muthalib  kakek  Nabi Muhammad SAW.

= Agama Nasrani; masuk melalui Habsyi dan Syiri'a.

= Agama Yahudi; terdapat di Hejaz

= Mereka  juga percaya kepada: Tahayul, Kihanah,  Penenung,  Thiarah:  burung,

bintang  yang   mempengaruhi hidup.  Dalam kaitan ini Syaikhul Islam Muhammad

Bin Abdul  Wahab menyatakan, di antara sikap hidup  mereka (orang  Arab

Jahiliyah,  pen.)  lagi  ialah  mengubah haluan  hidup,  tidak mau mempergunakan

Kitab  Allah, tetapi  justeru menjadikan kitab-kitab  sihir sebagai pegangan hidup

mereka (1985: 69)

12

Page 13: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

III

PERTUMBUHAN PERADABAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH

A. Periode Mekkah

Menurut  sejarah, Nabi Muhammad lahir pada hari  Senin tahun 570 M, disebut

pula tahun Gajah, atau menurut kalender Islam  tepat  12 Rabiul Awal. Kelahiran

Muhammad,  demikian Gibbon,  tepat sekali datangnya di masa kejatuhan dan kekacauan

bangsa  Persia, Roma dan Barbar  Eropah  (M.A.  Enan: 1979: 14)

Setelah  Nabi Muhammad SAW menerima wahyu  dari  Allah SWT di Gua Hira

yang dimulai dengan sebagian dari  ayat-ayat (5 ayat) yang terdapat dalam Surah al-Alaq

pada 17 Ramadhan, pada  saat  itu pulalah nabi secara resmi  diangkat  sebagai Nabi  dan

Rasul Allah. Kemudian disusul dengan  wahyu  yang kedua  Surah  al Mudassir ayat 1-7.

Dengan  ayat  tersebut nyatalah  sudah tugas kerasulan Muhammad SAW, yaitu menyeru

manusia ke jalan yang benar.

Apa yang diinginkannya waktu itu adalah untuk meyakinkan umat sebangsanya

akan kebenaran dan keabsahan wahyu yang dibawanya.  Pernyataannya secara terbuka

tentang  panggilan Tuhan telah mengakibatkan bangkitnya perlawanan dari sukunya

sendiri,  klan Quraisy, yang dari pernyataan  Nabi  Muhammad SAW itu bagi

keuntungan dan prestise mereka sebagai  pewaris penjaga Ka'bah tempat suci berbentuk

persegi di Mekkah, yang didatangi oleh ribuan pengunjung setiap tahun (Reuben  Levy:

1986: 3)

Penyiaran  Islam pada periode pertama di  Mekkah  ini, banyak  tantangan

dan halangan yang  dilakukan  oleh  kaum Quraisy,  ini pula menyebabkan terjadinya

penyiaran  Islam secara  sembunyi-sembunyi dari rumah ke rumah  yang  dimulai oleh

para  keluarga  sendiri. Tantangan  dan  halangan  itu berupa penganiayaan, pembunuhan,

pembaikotan politik, ekonomi  dan  sosial, penghinaan, dsb. Namun demikian,  bukanlah

berarti  Rasulullah  dan  para  pengikutnya  semakin  kecut, melainkan  semakin kuat dan

teguh imannya.  Pada  gilirannya membuat dakwah Islam dilakukan secara terang-

terangan  terutama setelah masuknya Umar bin Khattab ke dalam Islam.

Ada  beberapa  faktor yang menyebabkan  orang  Quraisy menentang Islam yaitu:

13

Page 14: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

1. Persaingan berebut kekuasaan;

2. Ajaran persamaan hak dan derajat yang dibawa Islam; dan

3. Taklid kepada nenek moyang yang dilakukan orang Quraisy. Bahwa  agama mereka

dibangun di atas dasar-dasar  yang sebagian  besarnya  adalah taqlid (ikut-ikutan  pada

orang-orang tua dahulu tanpa mengetahui dalil-dalil yang sebenarnya) demikian

dinyatakan oleh Syaikhul Islam  Muhammad  Bin Abdul Wahab (1985: 30)

Dalam periode Mekkah ini pembinaan yang sangat  diutamakan oleh Rasulullah

adalah:

1. Mengesakan Allah;

2. Mensucikan dan membersihkan hati;

3. Menguatkan barisan (Ukhuwah); dan

4. Meleburkan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.

B. Periode Madinah

Sewaktu beliau berada di Mekkah, kaum muslimin  banyak mendapat  tekanan

oleh kaum Quraisy,  sehingga  oleh  Allah Rasulullah  diperintahkan untuk hijrah ke

Yasyrib  (kemudian menjadi  Madinah). Menurut para ahli, hijrah yang  dilakukan oleh

Rasulullah  adalah dalam  rangka  "Mengatur  starategi untuk  kepentingan umat Islam di

masa  mendatang",  tidaklah berarti  seperti  yang  dikatakan orang  yang tidak  senang

dengan  Islam bahwa hijrah Rasulullah menghindar atau  takut akan ancaman.

Menurut  Reuben  Levy (1986: 3)  di  Madinah  kenabian Muhammad SAW

menemukan tanggapan yang lebih baik, karena itu terjadi peningkatan dengan cepat tidak

hanya dalam kekuasaan agama, tetapi juga dalam kekuasaan politik bagi Nabi Muham-

mad  SAW;  suatu fenomena yang tidak aneh di  antara  rakyat yang sederhana dan

demokratis. Tanggapan positif ini terutama  dari  kalangan kaum Yahudi, khususnya

Suku  Ghazlan  dan Aus, hal ini disebabkan oleh:

1. Pada  masa Rasulullah di Mekkah, beliau  sudah  melakukan komunikasi dan

pembicaraan dengan orang-orang Yahudi;

2. Dalam ajaran Yahudi sendiri, sudah ada ketentuan  tentang Sang Mesiah (Muhammad)

3. Ingin  mencari  figur pendamai orang luar  yang  diterima semua pihak.

Sebagai  seorang  Nabi dan Rasul begitu  juga  sebagai seorang kepala "negara"

Islam, pada dasarnya sistem pemerintahan  berada  di  tangan beliau,  apakah  berkaitan

dengan kekuasaan  legislatif,  eksekutif  dan  yudikatif,   kendati demikian beliau selalu

14

Page 15: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

bermusyawarah dengan para sahabatnya. Berbicara tentang "negara" Islam, menarik apa

yang  diungkap oleh  Ibnu Taymiyyah bahwa Nabi Muhammad memang  menegakkan

negara, tetapi tidaklah tepat jika kita menyebutnya  sebagai raja dan negaranya itu

sebagai negara. Rejimnya adalah rejim kenabian  dan  ia hanyalah seorang  nabi

(Qamaruddin  Khan: 1973: 116)

Ada  beberapa  usaha pokok yang  dilakukan  Rasulullah dalam usaha membina

umat sewaktu berada di Madinah, yaitu:

1. Mendirikan mesjid (Mesjid Quba);

2. Mempersaudarakan  kaum  Muhajirin  dan  Anshar   (Ukhuwah Islamiyah);

3. Perjanjian  perdamaian dengan kaum non  muslim  khususnya kaum Yahudi (baik

dalam bidang ekonomi dan agama); dan

4. Meletakkan  dasar-dasar  politik, ekonomi,  sosial  untuk masyarakat Islam.

Ada  beberapa perubahan yang terjadi  terhadap  bangsa Arab setelah masuknya

ajaran yang dibawa oleh Nabi  Muhammad SAW, yaitu:

1. Segi keagamaan;

2. Segi kemasyarakatan:

- pentingnya disiplin;

- melarang pertumpahan darah;

- menanamkan persaudaraan; dan

- mengangkat derajat kaum wanita, dll.

3. Segi politik:

- adanya ikatan nasional (bangsa);

- kesatuan agama; dan

- tunduk dalam kesatuan hukum.

Pada  masa Nabi Muhammad SAW baik pada periode  Mekkah atau periode

Madinah, adalah dasar atau tonggak dari  muncul Peradaban Islam belakangan. Seorang

sejarawan, Finlay menyatakan  seperti dikutip Profesor MA. Enan, untuk menyelidiki

sejarah  pribadi seorang laki-laki yang  mempunyai  pengaruh dan kekuasaan yang

mencengangkan terhadap fikiran dan gerak-gerak  pengikutnya, dan keahliannya dalam

meletakkan  dasar suatu sistem politik dan agama yang semenjak saat itu terus-menerus

mengatur  berjuta-juta manusia dari  berbagai  suku bangsa dengan adat istiadat yang

berbeda-beda.  Hasil  yang dicapainya  sebagai  pembentuk undang-undang  di   kalangan

15

Page 16: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

bangsa-bangsa  yang tertua di Asia, serta kestabilan hukum-hukum  itu  selama rangkaian

panjang  dari  generasi  dalam berbagai suasana politik masyarakat... (1979: 16)

Dalam  peletakkan hukum atau peraturan di  tengah  masyarakat muslim, Nabi

Muhammad SAW selain meletakkan ajaran-ajaran  baru sesuai dengan wahyu yang

diterima,  kadangkala kebiasaan pra Islam tetap diberlakukan selama tidak bertentangan

dengan ajaran Islam. Wali Allah ad-Dahlawi menyatakan sebagaimana dikutip oleh

Ratno Lukito (1998: 7) bahwa “berbagai macam adat pra-Islam diteruskan

pemberlakukannya  selama periode  Rasulullah. Fakta ini mengindikasikan  bahwa  Islam

bukanlah  suatu bentuk revolusi hukum yang  secara  langsung ditujukan  untuk melawan

adat yang telah diketahui  dan  dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum kemunculan

Islam”. Selanjutnya  Ratno Lukito menyatakan, Ringkasnya, pada masa  Nabi dan  para

Sahabat ini, ketika hukum Islam masih dalam  awal pembentukannya,  proses  penciptaan

hukum  bersifat  terbuka terhadap pengadopsian, baik itu institusi hukum  Arab  pra-

Islam  maupun institusi administrasi dan hukum dari  daerah-daerah  yang baru (1998:

14) Contoh dalam hal  ini  seperti, hukuman  qisas,  dan pembayaran diat diadopsi  dari

praktek masyarakat Arab pra-Islam, begitu juga Nabi tetap  mempertahankan  atau

memodifikasi praktek-praktek hukum  yang  lain seperti  poligami,  pembayaran  mahar,

atau   pemberitahuan (iqrar) dalam hal perkawinan. Sementara dalam praktek  kene-

garaan, Khalifah Umar juga mencontoh sistem yang berlaku  di Persia  dan Bizantium,

terutama tentang Administrasi  Negara seperti,  pembagian  berdasar provinsi yang

dikepalai  oleh seorang  gubernur (Wali), dibantu Amil Pajak, Qadhi,  Khatib Panglima

Tentara dan Politik, atau Dewan Balatentara,  Perhitungan Harta dan Pembayaran Gaji,

dan lainnya.

IV

MASA KEMAJUAN ISLAM (650 - 1000 M)

A. Masa Khulafaurrasyidin

Setelah  Rasulullah  wafat, kaum  muslimin  menghadapi persoalan yang cukup

sulit yaitu, berkenaan dengan  penggantian siapa yang akan memimpin "Negara

Madinah". Dalam konsep negara sebenarnya para ahli berbeda pendapat karena ada yang

menyatakan  bukan berwujud negara, Ibnu Taymiyah  menyatakan bahwa "Nabi tidak

pernah menegakkan negara (Qamaruddin Khan: 1983:  98) walaupun begitu tidak dapat

16

Page 17: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

diragukan lagi  bahwa di  kota Madinah Nabi telah menegakkan semacam tata  sosial

yang mirip sekali dengan sebuah negara.

Pada  saat itulah kaum muslimin melakukan  musyawarah, baik kaum Muhajirin

ataupun Anshar masing-masing menonjolkan orang-orang  yang dianggap mampu

menjadi pimpinan.  Tentunya hal  ini lebih disebabkan oleh karena dalam golongan

Suni, semua pihak sependapat bahwa Nabi Muhammad saw. tidak pernah mengangkat

seseorang untuk menggantikan dirinya  (Qamaruddin Khan; 1983; 126). Karena itu

dalam permusyawaratan di  balai kota  Bani Sa'idah yang diikuti oleh masing-masing

golongan tersebut akhirnya disepakati yang terpilih sebagai  pimpinan adalah  Abu Bakar

Shiddiq. Terpilihnya Abu  Bakar  Shiddiq ini  adalah karena semangat keagamaan yang

tinggi  dimiliki oleh beliau. Sebagai sebutan dari pemimpin umat Islam  setelah  Rasul

disebut "Khalifah Rasulillah" (Pengganti Rasul), dalam  perkembangan  selanjutnya

disebut  "Khalifah"  saja. Istilah khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah  Nabi

wafat  untuk  menggantikan  beliau melanjutkan  tugas-tugas sebagai  pemimpin  agama

dan  kepala  pemerintahan. Istilah pemimpin agama bukanlah berarti jabatan "Kerasulan

Muhammad" bisa diganti, tetapi hanyalah sebagai pemimpin agama biasa.

Masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Shiddiq, hanyalah dua tahun. Kendati

masa ini tidak terlalu lama, namun berbagai usaha telah beliau lakukan, antara lain:

1. Pemilihan khalifah;

2. Memerangi kaum murtad, nabi palsu (Musailamah al  Kazzab, Thulaihah bin

Khuwalid, dan Sadjah Tamimiyah);

3. Memerangi  kaum yang enggan membayar zakat (Perang   Riddah); dan

4. Mengumpulkan Al Qur'an.

Kendati masa pemerintahannya hanya sekitar dua  tahun, selain  usaha-usaha di

atas yang  dilakukan  beliau,  juga perhatian terhadap pengembangan pemerintahan ke

luar  negeri juga beliau lakukan, seperti ke Hirah, Syria, dan lainnya.

Sewaktu Khalifah Abu Bakar Shiddiq masih sakit, beliau berusaha

mengumpulkan  tokoh-tokoh Islam  saat  itu  antara lain,  Umar  bin  Khattab, Usman bin

Affan,  Sa'ad  bin  Abi Waqas, dan lainnya, kemudian atas kesepakatan bersama dipi-

lihlah Umar Bin Khattab sepeninggal beliau.

Pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab, beliau menyebut  dirinya Khalifah

Khalifati Rasulillah  (pengganti  dari pengganti  Rasulullah),  di  samping juga

memperekenalkan istilah  Amir  al-Mu'minin (Komandan  orang-orang beriman). Masa

17

Page 18: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab cukup lama yaitu sekitar 10 tahun (634-644

M). Pada masa inilah ekspansi kaum muslimin ke berbagai wilayah dilakukan seperti ke

Syria, Palestina, Afrika (Mesir, Marokko, dll), Bizantium, Persia dan wilayah lain,

sehingga wilayah  kekuasaan Islam semakin luas.

Saat pemerintahan Umar ini pula dilakukan  pembenahan:

= administrasi   negara  mencontoh   administrasi   Persia. Pemerintahan   diatur

berdasar  propinsi  yang  dikepalai seorang gubernur (wali), dibantu oleh Amil Pajak,

Qadhi, Khatib Panglima Tentara dan Polisi;

= mendirikan  berbagai  departemen (dewan)  yang  dipandang perlu seperti:

# Dewan Bala Tentara;

# Dewan Perhitungan harta benda negara, dll.

= saat  ini pula diatur dan ditertibkan  sistem  pembayaran gaji dan pajak tanah, dll.

Khalifah  Umar  Bin  Khattab  meninggal  dunia  dengan tragis, yaitu karena

ditusuk orang. Setelah itu para sahabat yang  masih  ada mengadakan musyawarah untuk

memilih  siapa yang  pantas  menjadi pengganti Khalifah Umar  Bin  Khattab. Atas

kesepakatan bersama dipilihlah sahabat nabi Usman  Bin Affan. Usia beliau kala itu

sudah 70 tahun.

Saat  khalifah ketiga ini (644-655 M),  perluasan  wilayah  terus  dilakukan,

bahkan kekuasaan  Islam  di  barat sampai  ke Maroko dan di timur sampai ke Armenia

dan  Sind, sementara di utara daerah Asia Kecil (Antonia), Cyprus,  dan Rhodes.

Kendati demikian, pada masa ini sistem  pemerintahan   banyak dikendalikan

oleh  kaum kerabat  beliau, terutama dari kalangan keturunan Umayyah.  Dari sini

pulalah  berawal kehancuran  beliau,  karena  sebagian masyarakat  tidak setuju dengan

sistem pemerintahan  seperti ini. Khalifah Usman Bin Affan meninggal karena dibunuh

oleh kaum pemberontak.

Berbagai  usaha  yang dilakukan oleh  Khalifah  Usman, selain perluasan wilayah

seperti disebut di atas, juga  saat beliaulah diadakan Mushab Al Qur'an.

Sedangkan  khalifah  keempat adalah  Ali  Bin  Thalib. Pengangkatan beliau

sebagai khalifah adalah atas  musyawarah para  sahabat yang ada pada saat itu. Sewaktu

pemerintahan berada  di  tangan beliau, usaha perluasan  wilayah  menjadi terhenti.

Tentunya  hal ini lebih disebabkan  karena  beliau lebih memusatkan pada pemerintahan

dalam negeri.

18

Page 19: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Sewaktu pemerintahan khalifah Ali. Ra. untuk pertama kali  terjadi  dua  kali

peperangan  besar,  sesama kaum muslimin  (perang  saudara), yaitu:

1. Perang  antara Ali Bin Abi Thalib dengan  Aisyah  (isteri nabi)  Thalhah,  dan Zubair.

Perang ini  sendiri  disebut Perang  Waqiatul  Jamal atau  Perang  Berunta,

mengingat Aisyah  sebagai pimpinan mengendarai unta.  Dalam  perang ini Ali dapat

mengalahkan Aisyah.

2. Perang  antara  Ali Bin Thalib dengan Mu'awiyah  Bin  Abi Sofyan.  Abi  Sofyan

adalah salah seorang  gubernur  masa pemerintahan  Usman di Damaskus, sewaktu

Usman  meninggal dia  mengangkat  dirinya  menjadi  Khalifah.  Perang  ini sendiri

disebut Perang Shifien.

Akhir  dari  peperangan  Shifien  terjadi  perundingan antara  kelompok Ali Bin

Abi Thalib diwakili oleh  Abu  Musa al-Asy'ari  dengan  Amru Bin Ash dari pihak

Mu'awiyah  yang dikenal dengan Perjanjian Tahkim.

Sebagai  eksis dari adanya perundingan itu,  kelompok-kelompok  tertentu dari

pihak Ali bin Thalib tidak  menyetujui, akhirnya mereka dinamakan kaum "Khawarij".

Akhir dari peperangan setelah diadakan perjanjian  itu dimenangkan oleh

Mu'awiyah Bin Abi Sofyan. Masa pemerintahan Ali Bin Thalib berakhir pada tanggal 20

Ramadhan 40 H/660 M, dibunuh oleh salah seorang anggota kaum Khawarij.

Ada  beberapa  faktor yang menyebabkan  kaum  muslimin mendapat

kemenangan di kala itu, yaitu:

1. Faktor dalam (Intern):

a. Sangat mantapnya roh tauhid

b. Semakin  mantapnya  rasa  persatuan  dan  kesatuan  di kalangan  kaum muslimin,

mereka sama  derajat  kecuali orang yang bertaqwa

c. Sifat toleransi

d. Dibagi-baginya  tanah  milik kaum feodal  kepada  para petani di daerah yang

dikuasai kaum muslimin

e. Adanya pengaturan yang sama, adil terhadap rakyat yang ditaklukan  walaupun

berbeda bangsa, suku,  agama  dan adat kebiasaan

f. Kemampuan  pasukan  Islam  menyesuaikan  diri   dengan lingkungan sekitarnya.

2. Faktor luar (Ekstren):

a. Terjadinya  kelemahan di antara kedua  kerajaan  besar (Bizantium  dan  Persia),

sebagai  akibat   timbulnya peperangan di antara keduanya

19

Page 20: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

b. Adanya  pertentangan keagamaan di antara  rakyat  yang berada di wilayah

kekuasaan kerajaan tersebut

c. Terjadinya   diskriminasi  rakyat  penjajah   terhadap rakyat terjajah, dll.

Sejalan  dengan berkembangnya kerajaan  Islam  semakin berkembang pula

penyiaran agama Islam. Namun demikian bukanlah  berarti  bahwa Islam disiarkan

dengan  ketajaman  mata pedang  (peperangan), tetapi semata-mata karena usaha untuk

menyebarkan Islam lewat jalan damai sudah mengalami hambatan bahkan sudah

mengalami perlawanan.

Dalam  sejarah  Islam, tidak dijumpai  pengajaran  dan peristiwa  berlumur darah

yang  biasa  menyertai  timbulnya sebagian besar agama-agama lama, seperti

umpamanya yang  tak asing di abad-abad pertama dari muncul agama kristen. Ajaran

Islam tersebar dengan cara damainya sendiri, sedang kemenangan  adalah hasil belajar

yang pernah dikenal dalam  sejarah agama dan kepercayaan (MA, Enam; 1979; 26).

Peperangan  dalam  Islam  hanya  semata-mata  bersifat mempertahankan  diri (defensif

positif),  ia  lebih  banyak bersifat  to  be or not to be (hidup  atau  mati). Muhammad

Marmadukh  Picktchall  (1993;  34)  menyatakan,  Peperangan-peperangan  dalam  Islam

pada masa hidupnya  Rasulullah  dan pada masa hidupnya para pengganti beliau terdekat,

semuanya dimulai demi mempertahankan diri (Self-Defence) dan dilakukan dengan

berdasarkan pri kemanusiaan dan pertimbangan bagi musuh  yang sudah pernah dikenal

sebelumnya. Biasanya  dalam hal ini tentara Islam menawarkan:

1. Islam  dan mereka memperoleh hak dan kewajiban yang  sama dengan kaum muslimin

lainnya

2. Membayar Jizyah

3. Berperang.

Pada  masa Khulafaurrasyidin ini pula mulai  dirasakan adanya  gerakan-gerakan

yang berusaha  menghancurkan  Islam. Ada dua  masalah  besar  setelah wafatnya

Rasulullah  SAW, yaitu:

1. Masalah pengganti Rasul sebagai Kepala Negara

2. Masalah apakah 'Islam masih ada' setelah Nabi wafat.

Menyangkut  masalah pertama, adanya ketidak  sepakatan dari  sebagian orang

atas pengangkatan  Abu  Bakar  sebagai khalifah  pertama. Hal ini menyebabkan

terjadinya  beberapa kelompok:

1. Jama'iyah: yang kebanyakan mengangkat Abu Bakar Shiddiq.

20

Page 21: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

2. Syiah,  golongan kecil yang menentang Abu  bakar  sebagai khalifah, golongan ini

beranggapan bahwa masalah pengganti  rasul  sebagai  kepala Negera  adalah  dari

rumpun keturunan nabi sendiri -- Ali dan keturunannya.

3. Khawarij.  Golongan ini lahir sebagai akibat  dari  tidak setujunya mereka diadakannya

Perjanjian Tahkim.

Gerakan-gerakan  tersebut  tumbuh  semakin  subur   di gelanggang  politik,

namun akhirnya juga  berkembang  dalam soal aqidah (gerakan agama).

B. Masa Khilafat Bani Umayyah (40-132 H/660-750 M)

1. Sistem Pemerintahan

Khilafat bani Umayyah didirikan oleh Mu'awiyah Bin Abi Sofyan.  Semula beliau

sebagai seorang gubernur di  Damaskus saat pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan.

Sewaktu  terjadi peperangan dengan Khalifah Ali Bin Abi Thalib, Umayyah mampu

mengalahkannya  dengan  berbagai kelihaiannya.  Saat  itulah mulai berdiri Khilafat Bani

Umayyah. Nama "Umayyah"  sendiri diambil  dari  salah  seorang nenek  moyang

mereka  bernama Mu'awiyah bin Abdi Syam.

Pada masa khilafat Bani Umayyah ini terjadi perubahan:

= Dari  sistem  demokrasi  ke  sistem  monarchi,   terutama sewaktu kekhalifahan

diturunkan ke anaknya Yazid;

= Penggunaan  kalimat  "Khalifah"  yang  berarti   khalifah Allah, berubah menjadi

"yang diangkat oleh Allah".

= Terjadinya  perluasan  wilayah Islam di barat  sampai  ke Andalusia,  sementara  ke

timur ke  India,  Bukhara  dan Samarkand.

= Dihidupkannya kembali rasa kesukuan/Ashabiyah

= Pengangkatan pejabat dari kalangan keluarga

Khilafat  Bani  Umayyah  mengalami  keruntuhan  sewaku berada  di  tangan

Khalifah Marwan bin  Muhammad  (750  M).

Sebab keruntuhannya adalah:

- Penyelewengan dari sistem demokrasi ke monarchi

- Penghianatan  terhadap  Perjanjian Daumatul  Jandal,  dan adanya  penghinaan

terhadap dirri Ali  dan  keturunannya secara terus menerus, terutama dalam khotbah

21

Page 22: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

- Menyalahi perjanjian Madain antara Mu'awiyah dengan Hasan Bin  Ali yaitu,

pengangkatan khalifah  diserahkan  kepada kaum   muslimin  setelah  Mu'awiyah

mangkat,   ternyata Mu'awiyah mengangkat puteranya Yazid

- Pengangkatan  putera  mahkota  lebih  dari  satu   orang, terutama  sewaktu

pengangkatan  Ibrahim  Bin  Walid  dan Marwan Bin Muhammad

- Pemborosan di kalangan keluarga istana

- Muncul kekuatan baru, yaitu Bani Abbasiyah.

Menurut Atho Mudzhar (2002; 86-87) paling tidak ada empat teori mengenai

sebab kejatuhan Bani Umayyah sekaligus naiknya Daulah Abbasiyah, yaitu:

1. Teori Faksionalisme Rasial atau teori Pengelompokan Kebangsaan

Bani Umayyah pada dasarnya kerajaan Arab, karena itu orang-orang Arab

menempati “hak istemewa” dibanding suku bangsa lain. Karena itu kejatuhan Bani

Umayyah adalah kejatuhan kerajaan Arab, dan kebangkitan Dinasti Abbasiyah adalah

kemenangan orang-orang Iran atau non Arab.

2. Taori Faksionalisme Sektarian atau Teori Pengelompokan

Kaum Syiah adalah keturunan Ahli Bait (keturunan Nabi Muhammad SAW).

Menurut kaum ini, merekalah yang berhak mewarisi dinasti pemerintahan, sementara

Bani Umayyah perampas hak ini. Perlawanan selalu mereka lakukan, oleh Bani

Abbasiyah kesempatan dimanfaatkan sebaik-baiknya, mereka bersekutu dengan kaum

Syiah Ahli Bait dari keturunan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah binti Rasulullah

SAW), bahkan dia mengaku juga termasuk keturunan Ahli Bait (keturunan Abbas bin

Abdul Muthalib), walaupun setelah berkuasa kaum Syiah disingkirkan.

3. Teori Faksionalisme Kesukuan

Pertentangan antar suku pada jaman Jahiliyah muncul kembali, yaitu orang-orang

Arab utara disebut Mudhariyah dengan suku Yamaniah dari selatan. Oleh Bani

Abbasiyah kondisi ini dimanfaatkan untuk menjatuhkan Bani Umayyah.

4. Teori Ketidakadilan Ekonomi dan Dispratisme Regional

Adanya hak istemewa dalam aspek ekonomi dan ketidakmerataan pembangunan

di kalangan rakyat, terutama adanya “hak istemewa” orang-orang Arab memunculkan

kekecewaan di kalangan suku lain. Kondisi ini sangat menguntungkan Bani Abbasiyah

untuk merebut kekuasaan.

2. Pertumbuhan Aliran-aliran Keagamaan

22

Page 23: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Munculnya  aliran-aliran  keagamaan di  kalangan  umat Islam berawal dari

muncul perpecahan sewaktu masa khulaurrasyidin ddahulu, terutama yang lebih hebat

sewaktu masa Khalifah Ali Bin Thalib.

Golongan-golongan keagamaan itu adalah:

a. Syi'ah

Golongan ini disebut pula kaum Syi'i. Paham golongan ini tentang:

= Politik:

- tidak mengakui khalifah terdahulu, kecuali Ali

- hak   kekhalifahan   hanya   keturunan   Ali    dan keturunannya

= Keagamaan:

- adanya Imamah, imam yang suci, dan ghaib

- ar-Ruj'ah, kembalinya Muhammad sebagai Nabi Isa

Golongan ini secara garis besarnya terbagi pada :

-- Gol. Imamiyah: Khalifah hanya hak Ali dan keturunannya

-- Gol. Zaidiyah: Khalifah tidak hanya tertuju pada Ali.

b. Golongan Khawarij

Semula  kelompok  ini berasal dari  kelompok  Ali,  namun mereka  tidak setuju

diadakannya  perdamaian/Perjanjian Tahkim    dengan   kelompok Mu'awiyah, maka

mereka keluar/memisahkan diri.

Paham golongan ini:

= Politik:

- Abu  Bakar,  Umar, Usman dan  Ali  (sampai  sebelum perjanjian Tahkim) adalah

sah sebagai khalifah

- Jabatan khalifah adalah jabatan kaum muslimin  yang mampu

= Keagamaan:

- Memegang teguh Al Qur'an

- Ibadah sama dengan iman; siapa yang melanggar kafir

c. Murji'ah

Lahirnya  golongan  ini sebagai reaksi  terhadap  kondisi yang  ada.  Murjiah

berarti  "mengharapkan"   atau "menangguhkan". Menurut mereka ketentuan tentang

sesuatu hukum adalah tidak bisa ditentukan sekarang, tetapi Allah lah nanti yang

menentukan.

Paham golongan ini:

23

Page 24: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

= Politik:

- tetap mengakui kekhalifahan yang ada

- kekhalifahan hak turun temurun kaum muslimin

= Keagamaan:

- menangguhkan hukum dan menyerahkannya kepada Allah

- tidak boleh menghukum kafir pada seseorang

d. Mu'tazilah

Golongan   ini  lebih  mengandalkan  kekuatan   rasional, sehingga lebih

mengandalkan kekuatan manusia "Qadariyah".

Paham golongan ini:

= Politik :

- Siapa saja boleh jadi khalifah asal menuhi syarat

= Keagamaan:

- al Manzilu bainal Manzilatain

- al Qadar, manusia menentukan

- at Tauhid

- Sultan  aqli, kesanggupan akal menentukan baik  dan buruk

- al Waid, Allah tidak menyalahi janji-Nya, dll.

3. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Diakui,  pada  masa Khalifah Abdul Malik  Bin  Marwan, Walid Bin Abdul Malik

dan Umar Bin Abdul Aziz telah terjadi pertumbuhan Ilmu Pengetahuan (Agama, Filsafat,

dan  Sejarah) dan Peradaban (Kebudayaan).

Ilmu  pengetahuan (Agama, Filsafat dan Sejarah)  sudah mulai  mengalami

pertumbuhan. Para ilmuwan telah  memberikan sumbangan  awal  terhadap

perkembangan  ilmu-ilmu  tersebut, kendati perkembangannya pada tahap awal.

= Gerakan  ilmu agama, karena didorong semangat agama  sendiri yang sangat kuat pada

saat itu;

= Gerakan filsafat, karena ahli agama terpaksa  menggunakan filasafat untuk melawan

kaum Yahudi dan Nasrani;

= Gerakan sejarah/tarikh, karena ilmu-ilmu agama memerlukan akan riwayat.

Gerakan  Ilmu  Agama terus semakin maju,  karena  umat Keadaan  demikian

memaksa kaum muslimin untuk lebih  memperluas ddan memperdalam ajaran agamanya.

24

Page 25: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Apalagi di antara suku bangsa yang ditaklukkan itu ada kemungkinan masih

terpengaruh  dengan ajaran lama atau sengaja ingin  merusak  aqidah Islam.

Dalam  bidang filsafat, dirasakan semakin  diperlukan, sebab banyak di antara

orrang-orang non muslim yang  menggunakan filsafat guna menentang hujjah kaum

muslimin.  Keadaan demikian memaksa kaum muslimin untuk mempelajari dan

mendalami  filasafat lebih jauh. Banyak buku-buku  filsafat  dari Yunani atau lainnya

dikuasai oleh kaum muslimin.

Gerakan dalam bidang sejarah tidak ketinggalan, hal ini diperlukan sebagai upaya

lebih melengkapi dan memantapkan iilmu-ilmu agama, seperti sejarah para nabi, dll.

Sementara di bidang budaya (peradaban) telah  terlihat antara lain:

a. Membentuk Mahkamah Tinggi; untuk mengadili pejabat tinggi yang bersalah. Badan

ini dikepalai oleh ulama-ulama  yang saleh

b. Pergantian Bahasa Resmi; Bahasa Romawi dan Persia diganti dan bahasa Arab

dijadikan sebagai bahasa resmi

c. Pergantian  Mata Uang; mata uang Romawi dan Persia  tidak berlaku lagi diganti mata

uang baru bertuliskan "La ilaha illallah"

d. Pembangunan Pos

e. Mendirikan Rumah sakit

f. Mendirikan mesjid, termasuk perluasan Mesjid al Haram  di Mekkah dan Mesjid

Nabawi di Madinah.

C. Masa Khilafat Bani Abbasiyah (132-656 H/750-1258 M)

1. Lahirnya Daulah Abbasiyah

Khilafat  Daulah Abbasiyah didirikan oleh  Abul  Abbas atau  lebih  dikenal

dengan Abul Abbas  Assaffah  tahun  656 H/750  M. Khilafat ini dinamai Daulah Bani

Abbas,  mengambil nama  salah  seorang nenek moyang mereka  ABBAS  anak  Abdul

Muthalib.

Bani  Abbas  dapat  menduduki  jabatan  khilafat  ini, karena  mereka

beranggapan bahwa jabatan  khalifah  dipegang oleh keluarga dekat Rasulullah, sedang

yang dimaksud keluarga  dekat menurut mereka adalah keluarga Abbas dan keluarga

Abu Thalib yang keduanya paman nabi.

25

Page 26: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Terjadinya  perebutan  kekuasaan yang  dilakukan  oleh keturunan Abbas

terhadap Bani Umayyah adalah:

a. Sewaktu  pemerintahan Bani Umayyah mulai lemah,  kalangan Bani Abbas

memperkokoh diri;

b. Kurangnya  pengawasan pemerintahan Bani Umayyah  terhadap kelompok Abbasiyah,

mengingat  gerakan  mereka   tidak terlihat dengan jelas;

c. Kelompok  bani Abbas dalam pergerakannya semula  memakai nama  Bani Hasyim

yang  didalamnya  menampung  kelompok Syi'ah.

Dalam  kelompok Bani Hasyim yang di dalamnya  terdapat kelompok Abbas dan

Syi'ah, ternyata dimenangkan oleh  kelompok Bani Abbas, hal ini disebabkan:

a. Sewaktu  kelompok  mereka masih  kecil,  mereka  berkedok sebagai kelompok Bani

Hasyim, sehingga kelompok ini terus menerus membantu mereka;

b. Sementara kelompok Syi'ah sendiri terus menerus  dipukul dengan hebat oleh

pemerintahan Daulah Bani Umayyah;

c. Dalam  kelompok  Syi'ah sendiri saat itu  tidak  terdapat tokoh kuat yang mempu

membangkitkan mereka.

Saat  awal memegang tampuk pemerintahan,  pemerintahan Bani  Abbas sangat

kejam, tidak saja  dari  kalangan  kaum Umayyah  yang disiksa dan dibunuh tetapi juga

dari  pengikut

Syi'ah, sehingga terkenallah Abul Abbas dengan sebutan  Abul Abbas Assaffah

(si penumpah darah)

Dalam  menjalankan politiknya  pemerintahan  melakukan hal-hal:

a. Para khalifah tetap dari kalangan keturunan Arab  murni, sementara  menteri,

gubernur, panglima dan  lainnya  bisa diangkat dari kalangan "Mawaly" turunan

Persia;

b. Bagdad    dijadikan   ibukota,   baik    sebagai    pusat pemerintahan,   politik,

ekonomi,   sosial   dan   ilmu pengetahuan;

c. Pemerintah  mendukung setiap pengembangan  ilmu  pengetahuan,  para  ulama dan

cendekiawan  mendapat  tunjangan dan penghargaan pemerintah;

d. Kebebasan berpikir mendapat tempat yang tinggi, sementara taqlid ditinggal;

e. Para  menteri  dari Persia diberi hak  penuh  menjalankan pemerintahan, begitu juga

dalam membina tamaddun Islam;

26

Page 27: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Masa  pemerintahan Daulah Abbasiyah  berakhir  sewaktu dipegang  oleh  Al-

Musta'sim  tahun 749 H/1258  M.  Hal  ini disebabkan:

a. Pengingkaran terhadap kaum Alawiyin (penganut Syi'ah dari turunan ajam);

b. Mengutamakan bangsa asing ketimbang bangsa Arab, terutama pada saat pemerintah

Khalifah Al Makmun yang mengutamakan orang Persia, dan Al Musta'sim

mengutamakan bangsa Turki;

c. Adanya kebebasan luar biasa untuk mengadakan  pembahasan soal  agama,  filsafat

sehingga  menimbulkan  bid'ah  dan pertentangan;

d. Adanya penyerbuan bangsa Mongol terhadap kaum muslimin.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pada  masa  ini ilmu pengetahuan  yang  bersifat  aqli (rasio)  atau  naqli (agama)

mengalami  kemajuan  yang  luar biasa.  Pada masa ini banyak sekali buku-buku dari

berbagai bahasa terutama bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam  bahasa Arab. Pada saat

ini pula telah berdiri gedung tempat belajar di samping juga mesjid.

a. Ilmu Pengetahuan Aqli.

Menurut Nikholson dalam bukunya "Literatur History of the Arabs" dikatakannya

secara ringkas: bahwa  kebudayaan Yunani yang dibawa oleh sarjana-sarjana Kristen

yang lari ke  Persia  sebagai  akibat  terjadinya   pertentantangan mazhab.  Di  Persia

diterima  dengan  baik  oleh  Kisrra Anusyarwan  dan aliran filsafat neo Plato  mereka

bawa. Semenjak  kekuasaan  berada di tangan Daulat  Bani Abbas kehidupan ilmu aqli

(Thib, Filsafat, dll) semakin  subur, sehingga ilmu-ilmu tersebut dikuasaai oleh kaum

muslimin.

Ilmu pengetahuan aqli yang berkembang pada masa pemerintahan Harun ar

Rasyid dan al Makmun, yaitu:

= Filsafat

Filsafat  yang dibawa oleh orang (sarjana)  Kristen ke  Persia kemudian dipelajari

dan dikuasai oleh  kaum muslimin,  namun mendapat perubahan hingga melahirkan

"Filsafat  Islam" dengan tokoh-tokohnya; Abu Ishaq  Al Kindi,  Abu Nasr Faraby, Ibnu

Sina, Ibnu  Bajah,  Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd dan Al Abhary.

= Ilmu Thib (Kedokteran)

Ilmu Kedokteran ini mulai berkembang pada awal masa Daulat Bani Abbas, dan

pada masa pertengahan  mencapai puncaknya. Banyak para dokter yang lahir pada masa

27

Page 28: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

ini seperti: Ibnu Masiwaihi, Ibnu Sahal, Abu Bakr ar Razy, Ali bin Abbas, Ibnu Sina, dan

lainnya.

= Fharmasi dan Kimia

Pada masa ini pula Ilmu Fharmasi tumbuh. Para  ahli Eropah  mempelajari ilmu-

ilmu ini dari kaum  muslimin. Tokoh-tokoh  dalam  bidang  ilmu  ini  seperti:   Ibnu

Baithar, Rasyiduddin, Jubair bin Haiyan, dll.

= Ilmu Falaq dan Nujum

Kaum  muslimin mempunyai modal yang terbesar  dalam memperkembangkan

ilmu falaq. Mereka  telah  menggodok menjadi  satu aliran Ilmu Bintang yang dianut

Yunani, Hindi,  Persia, Kaldan dan Arab Jahiliyah.  Di  antara mereka yang termasyhur

adalah: Abu Ma'syar al  Falaqy, Jabir Batany, Abu Hasan, Raihan Bairuny, dll.

Pada  masa ini pula telah berkembang jenis-jenis  Ilmu Aqli  lainnya seperti, Ilmu

Jughrafi, Ilmu  Tarikh,  Ilmu Riyadhiyat, dll.

Pada  masa  Daulat  Abbasiyah ini  telah  muncul  satu organisasi  rahasia yang

bernama "Ikhwanus Safa".  Mereka tersusun  dari berbagai lapisan masyarakat yang

bergerak dalam  bidang ilmu pengetahuan, terutama filsafat,  namun juga mencampuri

urusan politik. "Rasail Ikhwanis  Safa", adalah salah satu karangan organisasi ini berisi

kumpulan Filsafat  Islam  yang meliputi tinjauan  tentang:  dasar-dasar maujudat,  asal

usul kainat, susunan  alam,  bumi, langit,  ilmu  bintang, ilmu hayat, ilmu  pasti,  musik,

mantik, akhlak dan lainnya, jadi semacam Encyclopadia.

b. Ilmu Pengetahuan Naqli

Pada masa ini Ilmu Pengetahuan Naqli berkembang  lebih pesat lagi, ilmu-ilmu

agama seperti Tafsir, Hadist,  Ilmu Kalam,  Ilmu  Tasawuf,  dll.  W. Montgomery  Wath

dalam bukunya Fundamentalisme Islam dan Modernitas  menyatakan, Pengembangan

asli sejarah selama tiga abad pertama  Islam alam   kenyataannya telah mengubah praktek

suatu masyarakat  yang  pada mulanya relatif  primitif  menjadi suatu imprium yang

berbudaya (1997; 9)

= Ilmu Tafsir

Perkembangan  Tafsir  pada masa  ini  sangat  maju. Berbagai aliran munsul baik

Syi'ah, Mu'tazilah,  Ahlus Sunnah dan lainnya. Para ahli Tafsir antara lain: Ibnu Jarir Ath

Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy, As  Suda, Abu  bakar  Asam, Abu Muslim bin Bahr

Isfahany,  Ibnu Jaru al Asady, Abu Yunus Abdus salam al Qazwany, dll.

= Ilmu Hadist

28

Page 29: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Sebagai  sumber hukum Islam kedua, ilmu ini  sangat berkembang.  Pada masa

ini muncullah ahli-ahli  Hadist seperti:  Imam Bukhary, Imam Muslim, Ibnu  Majah, Abu

Daud, At Turmizi, An Nasai, Al Hakim An Naisabury,  Al Ajiry dan Al Baihaqy.

= Ilmu Kalam

Lahirnya ilmu ini karena dua faktor:

-- Untuk  membela  Islam dengan  bersenjata  filsafat, seperti halnya musuh memakai

ilmu ini;

-- Karena semua masalah, termasuk masalah agama, telah berkisar dari pola rasa

kepada pola akal dan ilmu.

Ilmu  kalam ini lahir dengan subur  sekali,  karena itu banyak ditemukan aliran-

aliran Ilmu Kalam semisal, Syi'ah,  Khawarij, Murjiah, Mu'tazilah,  Ahlus  Sunnah Wal

Jama'ah,  dll.  Masing-masing  golongan  memiliki tokoh-tokoh  seperti, Washil bin Atha'

Abu  Huzail  al Allaf, Adh Dhaan, Abu Hasan Al Asy'ary, Imam  Ghazali, dan banyak

lagi tokoh lainnya.

= Ilmu Tasawuf

Ilmu  ini tumbuh dana matang di zaman Daulat  Abbasiyah.  Inti ilmu ini adalah:

tekun  beribadat  dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan

kesenangan dan perhiasan dunia dan bersunyi diri serta beribadah. Tokohnya seperti; Al

Qusyairy, Syahabuddin, Imam Ghazali, dll.

= Ilmu Fiqih

Hukum-hukum  yang pokok diuraikan dengan  dasar  Al Qur'an,  Sunnah

Rasulullah, persetujuan  (Ijma')  dan perbandingan (Qiyas). dengan demikian disusunlah

suatu susunan hukum Islam dengan suatu pembahasan dan analisa  sendiri menjadi suatu

ilmu pengetahuan agama  yang disebut  "Ilmu Fiqih". Ilmu ini berkembang dari  dunia

Islam terutama pada abad ke-3, timbullah aliran-aliran atau mazhab sesuai tokohnya

seperti:

= Mazhab Syafi'i

= Mazhab Hambali

= Mazhab Hanafi

= Mazhab  Maliki,  di samping juga  terdapat  mazhab-mazhab lain antara Daud Az

Zahiri, dll.

c. Dalam  bidang  lain pun juga terdapat  perkembangan  yang sangat pesat seperti:

= Bahasa

29

Page 30: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

= Kesusateraan

= Seni Suara/musik

= Seni Rupa, dan

= Seni Bangunan.

Secara  keseluruhan  kemajuan yang dicapai  oleh  umat Islam pada masa itu

disebabkan oleh:

1. Terjadinya  asimilasi antara bangsa Arab  dengan  bangsa-bangsa lain yang sudah

mengalami perkembangan yang tinggi dalam bidang Ilmu Pengetahuan, seperti:

= Bangsa Persia: -- pengaruh pemerintahan

-- perkembangan Ilmu Pengetahuan

-- Filsafat dan Sastra

= Bangsa India : --- Kedokteran

--- Ilmu Matematika

--- Astronomi

= Bangsa Yunani : -- Filsafat, melalui terjemahan Azyumardi  Azra (1999: 50)

dalam  bukunya  "Esei-Esei Intelektual  Muslim  dan  Pendidikan  Islam"

menyatakan "Terjadinya  penyerapan pemikiran Yunani,  Persia,  India dan

Cina  oleh pemikir Islam  dengan  mengambil  bagian-bagian tertentu  yang

disesuaikan dengan  ajaran  Islam, sehingga menyatu dengan kebudayaan

Islam, secara keseluruhan".

2. Gerakan Terjemahan

Disebutkan bahwa orang pertama yang menerjemahkan pada masa zaman Islam ialah

Khalid bin Yazid al-Umawi (58  H), yang diperinrah menerjemahkan berbagai buku

ilmu kimia ke dalam bahasa Arab (Ahmad Fuad al-Ahwani; 1997; 31) Selain itu

banyak pula buku-buku lain dari disiplin ilmu berbeda seperti filsafat, kedokteran, dan

lainnya  diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Usaha ini tidak saja dilakukan oleh

penterjemah Muslim namun juga non muslim, mereka mendapat tunjangan dari

pemerintah.

3. Yang  lebih mendasar karena memang Ajaran  Islam  sendiri memotivasi   untuk itu.

Terutama  sekali  mendorong  perkembangan  intelektual dalam islam yang bersumber

dari al-Qur'an dan  al-Hadits. Kenyataan itu memperlihatkan, bahwa pengembangan

akal dan intelektual   merupakan  suatu  dorongan  intrensik   dan interen dalam ajaran

islam. Timbul dan berkembangnya akal pikiran  yang menghasilkan kebudayaan Islam

30

Page 31: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

yang  tinggi pada abad pertengahan seperti dikatakan sayyid Hosen Nasr "tidak  lain

disebabkan adanya pandangan kesatuan dalam keseluruhan ajaran Islam" (Azra; 1999;

49)

Catatan:

Dalam kaitan ini S. Waqar Ahmad Husaini menyatakan ada beberapa proses-proses Imitatif-Innovatif dalam usaha  peremajaan Kultur Islam sesudah al-Qur'an diturunkan:

Pertama; Sesudah  al-Qur'an diturunkan, sistem bahasa Arab  secara material dan kultural masih tetap sama seperti sediakala. Bahkan  sebutan Allah dari zaman sebelum al-Qur'an  untuk Yang Tertinggi dari pada tuhan-tuhan bangsa  Arab  Jahiliyah  masih dipertahankan, walaupun  dengan  pengertian-pengertian baru menurut konsep Islam mengenai Tuhan.

Kedua; Teknik  peperangan menggunakan parit yang dilakukan  Nabi Muhammad  SAW, adalah peniruan terhadap innovatif  bangsa Persia.

Ketiga; Khalifah  Umar tanpa perubahan telah menggunakan  sistem-sistem penaksiran  dan pengumpulan pajak dari  Iran  dan Syria.

Keempat; Filosof-filosof  Islam  sejak abad ke-2 H.  telah  banyak meniru  dan  mengambil pemikiran  filsafat  dari  Yunani Klasik, seperti tentang logika, fisika, metafisika, dll. Kemudian  dalam proses  imitatif  dan  inovatif  ini, bangsa Eropah telah mencapai kemajuan dengan mengambil  dari kemajuan  umat  Islam pada masa itu, dalam  hal  ini  antara lain:1. Norma-norma  kedokteran oleh Ibnu Sina,  Pembatasan  Diri oleh Zakariya al-Razy, dan Ilmu Bedah

oleh Abul Qayim al-Zahrawi tetap bertahan sebagai buku-buku kedokteran yang terpenting di Eropah selama lebih enam abad.

Ilmu   bedah   Abul-Qayim  sendiri   misalnya   adalah berdasarkan karya Paulos Aegineta, tokoh Alexandria  yang terkenal  pada  awal abad perta  Hijrriah.  Sedang karya Aegineta  berdasarkan  karya-karya kuno  dari  galen  dan Oribasio.  Di sini jelas bahwa kemajuan dunia Islam  saat itu  dalam berbagai  disiplin Ilmu  Aqli  tidak terjadi secara  begitu saja, tetapi melalui proses-proses  difusi dan imitatif-innovatif.

2. Ilmu  Kedokteran yang disebutkan di  dalam  hadist-hadist (Nabi  Muhammad) bersumber kepada ilmu kedokteran  orang-orang  Badui. Ilmu Kedokteran ini tidak merupakan  sebagian  dari pada wahyu Allah ... Muhammad  diutus  untuk mengajarkan  syari'ah kepada kita. Ia tidak diutus  untuk mengajarkan  ilmu  kedokteran  atau   persoalan-persoalan biasa lainnya kepada kita.

Dari sini dipahami bahwa, di dalam proses transformasi ke dalam sistem sosio-kultural Islam yang empiris, idela-ideal  atau sistem arti al-Qur'an diarabisasikan,  dipersianisasikan, dibizantianisasikan, diyunanisasikan, diafrikanisasikan,  atau  diindiasasikan  melalui   asimilasi imitatif-innovatif  terhadap sarana-sarana  empiris  yang ada  dan  transformasi  tokoh-tokoh  manusianya   menjadi pribadi Islam (1983: 73)

31

Page 32: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

V

ISLAM DI SPANYOL DAN PERKEMBANGAN

PERADABAN ISLAM DI BARAT

A. Perkembangan Islam di Spanyol

Islam masuk ke Spanyol --dalam istilah lain  disebut pula  Andalusia-- melalui

Afrika Utara, menurut para  ahli sekitar tahun 711 M. di bawah pemerintahan Khalifah

Al Walid salah seorang khalifah Bani Umayyah yang berada di Damaskus. Pahlawan

besar yang sangat berjasa dalam  menduduki  negeri Spanyol  adalah Thariq bin Ziyad,

termasuk  pula  Musa  bin Nushair, dan Tharif bin Malik.

Masuknya Islam di Spanyol sejalan dengan  perkembangan politik  di negeri ini.

Kekuasaan Islam yang  mulai  tumbuh, saat  itu  pula agama Islam mulai berkembang.

Perkembangan Islam  terus mengalami kemajuan, terutama setelah banyaknya penduduk

setempat yang memeluk agama ini.  Diakui,  sebelum Islam masuk, agama Kristen

Katholik telah dianut oleh penduduk  setempat. Kendati demikian, tidak sedikit  di

kalangan rakyat terutama kalangan budak masuk Islam, termasuk  mereka yang masih

menyembah berhala.

Ada  beberapa  sebab yang mempermudah Islam  masuk  ke negeri ini:

32

Page 33: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

1. Adanya sifat jihad di kalangan kaum muslimin sendiri.

2. Adanya pertentangan tajam di kalangan penduduk  setempat, terutama

pertentangan:

a. Agama;  antara Katholik dengan faham sekti  Arianisme, (dalam paham agama lebih

dekat dengan Islam)  sehingga tidak sedikit di antara mereka yang disiksa

b. Adanya  pertentangan  di  kalangan  Kristen   Katholik dengan pengikut Yahudi

c. Di  kalangan  pemimpin agama sendiri  yang  membiarkan kepercayaan pengikutnya

terutama di  kalangan  bawah seperti  takhayul,  bid'ah,  sementara  di   kalangan

pimpinannya lebih mementingkan urusan dunia.

d. Pertentangan kelas, terutama dengan kaum budak

e. Bahkan  ada  pula di antara  bangsawan  Kristen  masuk Islam  karena kesadaran

sendiri (Thomas W Arnold:  t.t.; 119)

3. Pada saat itu kebudayaan Gothik di Spanyol sedang  mengalami kemunduran total

Kemajuan Islam di Spanyol mencapai puncaknya  terutama sewaktu

pemerintahan berada di tangan Khalifah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hakam I, Abd al-

Rahman al-Ausath, dan dan  Abdullah Ibn Muhammad.

Sejak Ferdinand dan Isabella mengalahkan Abu  Abdullah (1492 M) praktis

kekuasaan Islam di Spanyol sudah  berakhir, bahkan  disebutkan  sejak 1609 M boleh

dikatakan  tidak  ada lagi umat Islam di daerah ini.

Beberapa sebab kemunduran Islam di Spanyol:

1. Tidak  adanya persatuan di kalangan umat Islam saat  itu, ini  terlihat  dari munculnya

beberapa  kerajaan  kecil, sehingga     memperlihatkan ketidakjelasan sistem

pemerintahan yang ada;

2. Kesulitan ekonomi yang dihadapi penguasa Islam di sana;

3. Konflik yang terjadi antara Islam dan Kristen.

B. Peradaban Islam di Spanyol

Di  negeri  ini  kendati cukup  jauh  terpisah  dengan kekuasaan Daulat

Abbasiyah, namun kemajuan yang telah  dicapainya  juga  tidak  kalah dengan yang

terdapat  di  bagian timur.  Ada  beberapa bidang kemajuan yang  dicapai,  antara lain:

a. Filsafat

Tokoh  filsafat yang terdapat di negeri Andalusia  ini antara lain:

33

Page 34: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya Ibn Al-Sayigh Ibn  Bajja, di  Eropah lebih

dikenal dengan Avempace. Selain  sebagai filosof  ia  juga dikenal sebagai  dokter.

Karya beliau antara lain: Tadbir Al-Mutawahhid. Intisari dari buku ini adalah

"kebenaran dapat dicapai melalui jalan  filsafat", berbeda dengan Al Gazali yang

menyatakan kebenaran  dapat dicapai  dengan  jalan Sufi. (Harun Nasution:  1974:

54) Selanjutnya dikatakannya, untuk mencapai kebenaran  orang harus menyendiri

meninggalkan masyarakat umum.

Tokoh lain adalah, Abu Bakr Muhammad Ibnu Abd Al-Malik Ibn  Tufail.  Selain

sebagai filosof,  ia  juga  sebagai penyair,  dokter, ahli matematikan dan  astronomi.

Karya beliau  yang  terkenal adalah "Hayy Ibn  Yaqzan",  isinya menceriterakan

bagaimana untuk mencapai kebenaran  tidak terdapat perbedaan yang didapat melalui

wahyu dan aqal.

Tokoh  lain adalah Abu Walid Muhammad Ibn  Ahmad  Ibn Muhammad  Ibn

Rusyd.  Beliau juga  dikenal  dalam  dunia kedokteran dan hukum. Dalam bidang

filsafat karya  beliau antara  lain  Tahafut Al-Thafut  (filsafat),  Al  Kulliat

(Kedokteran)  dan  Bidyatul Mujtahid  (Fiqih).  Di  barat beliau dikenal sebagai

penafsir/Komentator Aristoteles.

b. Sains

Di samping nama-nama seperti Ibn Rusyd, Ibn Tufail dan lainnya,  juga dikenal

Ibrahim Ibn Yahya An-Naqash  dalam bidang  Astronomi.  Ahmad Ibn Ibbas dalam

bidang obat-obatan, termasuk pula Umm al-Hasan ibnt Abi Ja'far, dll.

Sementara  dalam  bidang  sejarah  dan  geografi  Ibnu Zubair dan Ibnu Batutah,

termasuk Ibn a-Khaldun.

Dalam  bidang  musik dan  kesenian  juga  mengalami perkembangan  yang

cukup maju termasuk dalam  bahasa  dan sastra.

c. Fiqih

Ilmu agama/hukum ini juga mengalami perkembangan  yang pesat, terlihat dari

karya Ibn Rusy "Bidyatul Mujtahid".

d. Bangunan Fisik

Kemjauan ini terutama terlihat pada  bangunan-bangunan sepert: Mesjid Cordova,

istana al-Zahra, istana al-Gazar dan menara  Girilda,  dan istana al-Hamra di Granada.

Sebagian dari  peninggalan  itu masih terdapat sampai  kini  walaupun sudah beralih

fungsi.

34

Page 35: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

C. Perkembangan Peradaban Islam di Barat

Seandainya  Islam mampu bertahan dari kehancuran  yang dilakukan  oleh

Ferdinand dan Isabella, sangat  mungkin  jalannya  sejarah  tidak seperti sekarang. Dari

akibat  yang diderita  oleh  umat Islam saat itu agama  ini  tidak  dapat meluaskan

sayapnya ke benua Eropah. Kendati demikian,  peradaban Islam terus maju dan

berkembang di benua Eropah.

Transformasi  peradaban  Islam ke  Barat  antara  lain melalui:

1. Penterjemahan

Dr.  S.  Waqar Ahmed Husaini (1983:  374)  menyatakan Islmisasi  Barat pada

zaman pertengahan,  untuk  pertama kalinya terjadi hingga kira-kira pertengahan abad

ke-5 H. (11  M)  sebelum  usaha-usaha  penterjemahan   sistematis terhadap karya-

karya  berbahasa Arab  ke  dalam  bahasa-bahasa Barat dimulai. Untuk kedua kalinya

islamisasi  ini terjadi  pada  masa  karya-karya  berbahasa  Arab  mereka terjemahkan.

Masa ini bertepatan dengan Renaissance Kecil (abad 11 M). Sedang untuk ketiga

kalinya, seiring dengan Reformasi  Katholik-Protestan  dan enaissance,   yaitu sejak

abad ke-8 s.d. 10 Hijriyah (abad ke-14 s.d. 16 M).

2. Munculnya gerakan pemikiran Averroeisme (Ibn  Rusyd-isme) di Eropah, yang

menuntut kebebasan berpikir.

3. Adanya  para pemuda Eropah yang belajar di berbagai  universitas   Islam  di

Cordova,  Servella,  Granada,   dan lainnya.

4. Sementara  lewat timur, transformasi ini sewaktu  terjadi Perang  Salib  dan begitu

juga lewat  pengaruh  peradaban Islam  di  wilayah  Sicilia. Dalam  kaitan  ini

National Commission  for UNESCO menyatakan (1986:  ix)  terjadinya kontak-

kontak  antara orang-orang Eropah dan  orang-orang Timur  selama Perang Salib

berlangsung,  ketika  tentara-tentara  salib  tinggal  dan  hidup  bersama  orang-orang

Muslim dan belajar pada sarjana-sarjana Muslim.  Sehingga terjadi adopsi, oleh Barat,

terhadap arsitektur,  dekorasi, ddan musik Islam, peniruan gaya puisi Arab dan

kecenderungan-kecenderungan  tertentu dalam  ceritera-ceritera fiksi Arab, penerapan

ilmu dan buku-buku tentang geografi dan astronomi Arab.

Aspek-aspek peradaban Islam yang berkembang di  Eropah, antara lain:

1. Ilmu Kedokteran

* Karya Ibn Sina (Al Qanun Fit Thibb) pada abad ke-12  M - 15 M. dicetak sebanyak

21 kali dengan judul "Canon"

35

Page 36: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

* Al Razi (Al Hawi) diterjemahkan ke dalam bahasa  latin dengan  judul The

Conteneus, dalam pandangan  beberapa sarjana Barat termasuk salah seorang

bapak ilmu  kimia (National Commission for UNESCO; 1986: xiii)

* Ishak    Yuda,   buku   beliau    unsur-unsur    kimia diterjemahkan  menjadi  On

Simple Drugs  and  Elements (tentang obat-obatan), On Urine (kancing batu).

* Ibnu Baitar dan Al Harury, buku Materi Medica, masih dijdikan rujukan di Eropah

sampai abad ke-18.

* Al-Zahrawi,  karyanya Bimaristan dijadikan model  oleh orang-orang Barat.

2. Ilmu Falaq

* Abu  Ma'syar  dan Al Khawarizmy, Adelard of  Bath  dan John of Serville

* Ibnu Jubair, Kitabul Hai'ah menjadi Gerard Cremona

* dan lain-lain

3. Ilmu Pasti

* Al Khawarizme, Algebre, Algotrithem

* Al Jarqaly

4. Filsafat

* Ibnu Thufail, Hayy bin Yaqzan

* Ibnu  Arabi,  di  Eropah  dikenal  Alpharabius,  buku beliau  Ihsa'  al-Ulum

diterjemahkan ke  dalam  bahasa Eropah. Buku juga bukunya al-Tanbih Ila al-

Sa'adah.

* Al    Ghazali,   Maqasidul   Falasifah   di    Eropah diterjemahkan oleh Gondsa-linos

* Ibu Rusyd karyanya Tahafut al-Tahafut (kontra karya Al Gazali,  Maqasidul

falasifah) diterjemahkan  ke  dalam bahasa Latin pada abad ke-14.

* Ibnu  Sina,  karyanya  Al-Najah,  al-Isyarat,   begitu bagian  al-Syifa. Pandangan

dalam buku  ini  dijunjung tinggi oleh Albert Yang Agung dan Roger Bacon

(UNESCO: 1986: 134)

* Ibn  Bajjah,  di  Eropah  dikenal  Avempace,  karyanya Tadbir  al-Mutawahhid

diterjemahkan ke  dalam  bahasa Ibrani pada abad ke-14.

36

Page 37: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

VI

MASA DISINTEGRASI DAN KEMUNDURAN

(1000-1250 M, 1250-1500 M)

A. Kondisi Pemerintahan Islam

Menjelang berakhirnya kekuasaan Daulat Bani Abbasiyah, kondisi khilafat dalam

Islam sudah menunjukkan tanda  kemunduran.  Ini terlihat dari munculnya beberapa

kerajaan  kecil yang memerdekakan diri, kendati sebagian mereka masih mengaku berada

di bawah kekuasaan dinasti Bani Abbasaiyah.  Masa ini lebih dikenal masa Disintegrasi

(1000-1250 M).

Dinasti-dinasti  yang melepaskan diri dari Bagdad  itu antara lain:

= Di Persia; Thahiriyah di Khurasan, Shafariyah di Fars, Samaniyah di Transoxania,

Sajiyyah di Azerbaijan dan  Buwaohiyyah bahkan menguasai Bagdad.

= Daulat  yang  didirikan  oleh  mereka  yang  berbangsa Turki; Thuluniyah di Mesir,

Ikhsyidiyah di Turkistan,  Ghaznawiyah di Afghanistan, Dinasti Saljuk.

= Dinasti  yang berbangsa Kurdi; Al-Barzuqani, Abu  Ali, Ayubiyah.

= Berbangsa  Arab; Idrisiyyah di Maroko, Aghlabiyyah  di Tunisia,  Dulafiyah  di

Kurdistan,  Alawiyah  di  Tabristan, Hamdaniyah  di  Aleppo dan Mushil,

Mazyadiyyah  di  Hillah, Ukailiyyah  di Maushil dan Mirdasiyyah di Aleppo.

Sedangkan di  Barat  (Andalusia)  masih  tegak  berdiri  Daulah   Bani Umayyah,

begitu  juga  Bani Fathimiyyyah  di  Mesir  (Badri Yatim: 1994: 66)

Semantara  itu memasuki Masa Kemunduran (1250-1500  M) ini  ditandai dengan

terjadinya  penyerbuan  Bangsa  Mongol terhadap dinasti-dinasti kekuasaan Islam.

Laksana  avalanche pasukan  Jenis Khan menggusur habis seluruh pusat peradaban dan

kebudayaan Islam (Thomas W. Arnold: tt.  192)  Serangan bangsa Mongol  ini

khususnya terhadap kota  Bagdad  terjadi pada  tahun 1258 M, mulai saat itulah kekuasan

dinasti Bani Abbasiyah  lenyap dari kekuasaan, dan pada saat itulah awal dari masa

kemunduran umat Islam.

Hampir beberapa ratus kemudian, pemerintahan di  bawah kendali  bangsa

Mongol, terutama  sekali  keturunan  Jengis Khan.  Kendati diakui, di antara keturunan

mereka  ada  yang memeluk  agama Islam, namun kekjamannya terhadap kaum  mus-

limin  sulit  dilupakan. Disebutkan sewaktu  tentata  Mongol bergerak  meninggalkan

37

Page 38: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Herat, hanya tinggal 40  orang  sisa yang  hidup dari 100.000 penduduknya (Thomas W.

Arnold:  tt. 192)  Kota  Bagdad sendiri dihancurkan  rata  dengan  tanah, sebagaimana

kota-kota  lain  yang  dilalui  tentara  Mongol (Badri Yatim; 1994: 115)

Bagdad  dan  daerah lainnya  ditaklukkan  oleh  Hulagu selanjutnya diperintah

dinasti Ilkhan. Namun rupanya  orang-orang Mongol masih merajalela yaitu Timur Lenk

salah seorang keturunan  Jengis Khan walaupun mereka sudah  memeluk  agama Islam.

Setelah  Timur  Lenk meninggal,  dua  orang  anaknya Muhammad Jehanekir dan Khalil

menggantikannya.

B. Perang Salib (Crusade)

Perang  Salib diawali oleh kekalahan  tentara  Kristen (200.000  orang) melawan

tentang Alp Arselan (15.000  orang) di Manzikart tahun 464 H/1071 M. Perang Salib

dimulai  sejak tahun 1071 M s.d. 1291 M.

Dalam perang ini silih berganti menang dan kalah pada akhirnya  tentara  salib

dapat diusir  oleh  kaum  muslimin, dilakukan  oleh Salahuddin Al Ayyubi. Di timur

perang  sudah berakhir, namun di Barat (Andalusia) tetap jalan ini terbukti pada saat

penghancuran Islam Spanyol oleh pihak Kristen.

Namun dari peristiwa ini, ternyata dunia barat  banyak mengambil hikmah dari

kaum muslimin terutama kemajuan  dalam bidang  peradaban, dan dari sini pula salah

satunya  mereka dapat  menyerap  kemajuan  itu  untuk  ditransformasikan  ke Barat.

C. Sebab Kemunduran Kaum Muslimin

Secara  politis  setelah  kejatuhan  Daulah  Abbasiyah tahun 1258 M kaum

muslimin mengalami masa kemunduran,  terutama mereka yang berada di wilayah

kekuasaan sebelah  Timur, kendati pemerintah Islam di Andalusia masih mengalami

masa-masa kemajuan. Hal ini disebabkan oleh:

1. Hancurnya  kekuasaan  khalifah  secara  formil.   Kondisi terlihat manakala

berdirinya/munculnya beberapa  kerajaan kecil  yang melepaskan diri dari kekuasaan

pusat di  Bagdad.

2. Di  antara  kaum  muslimin  sendiri  saat  itu,  terdapat beberapa golongan, yang antara

satu dengan lainnya muncul pertentangan.  Ini  terlihat dengan  munculnya perbedaan

atau perpecahan antara kaum Sunni dengan kaum Syi'ah.

3. Dunia Islam saat itu tampaknya terbagi pada:

38

Page 39: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

a. Arab,   terdiri  Semananjung  Arabia,   Irak,   Siria, Palestina, Mesir, Afrika Utara,

yang menjadikan  Mesir sebagai pusatnya

b. Persia, terdiri dari Balkan, Turki, Persia, Turkistan, India, dengan menjadikan Persia

sebagai pusatnya.

4. Dan  kemunduran ini lebih diperparah lagi sewaktu  terjadinya  penaklukan dan

dihancurkannnya pusat-pusat  kekuasaan kkerajaan Islam oleh tentara Mongol,

terutama  Bagdad yang menjadi simbol dari kekuasaan Islam saat itu.

Sementara di bidang peradaban Islam kondisi ini  tidak jauh  berbeda dengan

kondisi politik/pemerintahan kaum  muslimin. Masa-masa kejayaan yang telah

menguasai dunia  selama hampir lima abad lamanya, mulai mengalami masa-masa

stangnasi atau awal dari suatu kemunduran. Dalam kaitan ini, Dr.  S Waqar Ahmed

Husaini (1983: 50) mengemukakan penyebab terjadinya kemunduran peradaban Islam,

yaitu:

1. Rasionalisme  yang ekstrem dan sikap yang tidak  mengenal toleransi dari sebagian

para ahli hukum dan filsafat.

2. Kebangkitan  Skolastik muslim, mendorong  pemikir  hukum yang  akut menjadi

sufime yang  mementingkan  pengetahuan esoterik  mengenai hukum spritual. Dalam

bagian  lain  S. Waqar  Ahmed Husaini (1983: 54)  menyebutkan “mentalitas kultur

kaum Muslimin berubah dari mentalitas  "rasional-idealistis" atau  "integral"  yang

benar-benar  berjiwa Islam  menjadi mentalitas "ideasional' (mengambil  obyek-obyek

dari luar sebagai sumber ide) yang mantap.  Sufime yang menyukai pertapaan,

menghening, dan hampir  bersikap sinis, sebuah contoh dari mentalitas ideasional,

menjadi pelarian  bagi  Muslim-muslim yang cerdas dan  mempunyai kesadaran

susila.

Sementara   menurut  Amser  Ali  seperti   dikutip   Azra (1999;  52) menyatakan

dalam jal ini ajaran mistik  Islam tidak bisa lain dari mengakibatkan kelumpuhan

intelektual. Ssedangkan Harun Nasution menyatakan, kehancuran kaum muslimin,

termasuk  didalamnya  peradaban  Islam  adalah semakin meningkatnya pengaruh

tarikat.

3. Adanya  kematian,  kehancuran  dan  anarkhis  yang  terus menerus melanda dunia

Islam, apakah dalam bidang  manusia dan budaya.

4. Adanya  sebagian  kaum elite yang  sedang  berkuasa  yang gemar pada kemewahan,

hedonisme.

39

Page 40: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

5. Pajak rakyat yang terlalu tinggi.

6. Syari'at tidak lagi ditaati oleh sebagian orang

7. Politik  berubah dari perjuangan untuk merebut  kekuasaan sehingga terjadi

pembunuhan.

8. Terjadinya penghancuran besar-besaran oleh bangsa Mongol terhadap  kaum

muslimin,  lebih  khusus   dihancurkannya pusat-pusat  peradaban  Islam seperti,

Bagdad,  Isfahan, Bukhara, Samarkand, dll.

9. Munculnya  paham  pengikuti pendapat  orang  lain  secara mutlak. Dikatakan oleh S.

Waqar Ahmed Husaini (1983; 55), Hancurnya kekhalifahan Bani Abbasid pada

pertengahan abad ke-7  Hijriah  (abad ke-13 Masehi)  merupakan  awal  dari zaman

"peniruan  secara mutlak" (taqlid  mahd)  terhadap hukum positip (fiqih) yang

merupakan  kesimpulan-kesimpulan dari para ahli hukum Islam pada zaman dahulu.

William  Montgomery  Watt (1997;  40)  menyatakan  "versi sejarah  yang

disepakati inilah  yang  kemudian  menjadi bagian pandangan dunia standar Islam; dan

setiap  penyimpangan dari dianggap sebagai bid'ah.

Sedangkan  S.  Waqar Ahmed  Husein  menyatakan,  inovasi-inovasi dan ijtihad

di dalam keseluruhan hukum dan kultur Islam  dicegah  oleh konservatisme,

tradisionalisme  dan obskurantisme, yang semuanya telah berurat berakar  dalam dunia

Islam (1983; 56)

40

Page 41: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

BAB VII

KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA

A. Situasi dan Kondisi Politik, Sosial Budaya Sekitar Kedatangan Islam

1. Situasi dan Kondisi Politik

Sewaktu -awal kedatangan Islam- di nusantara sudah terdapat kerajaan, di

antaranya Sriwijaya, Majapahit dan beberapa kerajaan kecil. Kerajaan Sriwijaya yang

berpusat di Pulau Sumatra (dulu Andalas) tepatnya menurut para ahli di sekitar

Palembang sekarang, adalah sebuah kerajaan yang sangat besar pada saat itu. Kerajaan

ini mengembangkan kekuasaannya sekitar abad ke-7 dan 8 M. Selain sebagai pusat

kekuasaan yang cukup besar, Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat agama Budha di

nusantara. Konon disebutkan, kalau orang ingin mendalami agama ini ke India (sebagai

pusat agama Budha) terlebih dulu harus belajar di tempat ini.

Sebagai sebuah kerajaan besar, kekuasaannya hampir ke seluruh nusantara,

Selat Malaka menjadi arus pelayaran yang sangat vital dan strategis saat itu,

sepenuhnya dikuasai oleh pengusa Sriwijaya, termasuk Malaka. Saat itu kerajaan ini

sudah dikenal para pedagang baik yang berasal dari India, Persia atau negeri Arab

(Hadramaut, Yaman dan lainnya), tidak menutup kemungkinan di antara para

pedagang itu terdapat orang-orang Islam. Perkenalan mereka dengan Sriwijaya,

terutama lebih dimungkinkan mengingat hubungan dagang dengan negara-negara yang

disebutkan di atas sudah terjadi cukup lama dengan kekaisaran Cina, terutama di daerah

Canton. Secara geografis, ini mudah dipahami, mengingat keberadaan para pedagang

itu harus melalui wilayah-wilayah yang dikuasai Sriwijaya, terutama Selat Malaka.

Namun sejak abad ke-12, kerajaan ini menunjukkan kemundurannya, terutama di

bidang ekonomi dan politik.

a. Dalam bidang ekonomi: Hal ini ditandai kurang tersedianya barang-barang di

kerajaan ini, sehingga harga barang semakin naik. Untuk itulah penguasa kerajaan

berusaha bea cukai terutama terhadap para pedagang yang singgah di bandar-

bandar Sriwijaya. Akibat dari kondisi ini, banyak para pedagang yang berusaha

menyingkir ke wilayah lain terutama Malaka dan ujung Sumatara (Aceh dan

lainnya).

b. Dari segi politik:

41

Page 42: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Pertama, adanya politik Pemalayu pada tahun 1275, terutama ditandai

dengan adanya pengiriman arca Amoghapaca, sebagai perlambang ayah raja

Kertanegara sekitar tahun 1286, merupakan pengukuhan kekuasaannya

terhadap kerajaan Melayu di Sumatera.

Kedua, adanya ekspansi Cina ke wilayah Asia Tenggara adalah ancaman

terhadap kerajan Sriwijaya.

Sementara di Jawa sendiri telah muncul kekuatan baru baik yang dilakukan

oleh Kerajaan Singosari terlebih lagi oleh Kerajaan Majapahit.

Di kepulauan lain, seperti Kalimantan telah berdiri Kerajaan Kutai yang

kendati tidak terlalu besar, namun termasuk salah satu kerajaan tertua di

nusantara, begitu juga Kerajaan Terumanegara di Jawa Barat.

2. Situasi Kondisi Sosial Budaya

Penduduk kepulauan nusantara, terdiri banyak suku bangsa, mereka tinggal di

daerah pedalaman dan juga pesisir pantai. Dari kedua type masyarakat ini terdapat

perbedaan di berbagai hal, antara lain:

a. Pekerjaan:

Di kalangan masyarakat pedalaman, mereka umumnya bekerja di sektor

pertanian. Masyarakat mengolah sawah, ladang, sebagai mata pencaharian utama.

Sebagai masyarakat agraris, --apalagi sistem tradisional,-- keterikatan dengan alam

begitu sangat kuatnya, sehingga tidak jarang berbagai tatanan sosial, dan tradisi budaya,

termasuk kepercayaan, lebih kental dan lebih kuat menjadi pegangan hidup masyarakat.

Berbeda dengan masyarakat pantai, dari aspek pekerjaan lebih bervariasi, baik sebagai

pedagang, buruh, nelayan atau lainnya. Sebagai penduduk yang tinggal di dekat pantai

-apalagi dekat bandar pelabuhan-, dengan kondisi pekerjaan yang mereka lakukan, lebih

memungkin warga penduduk yang ada, berinteraksi dan berkomunikasi dengan

masyarakat luar yang bisa jadi berbeda nilai dan tatanan sosial budaya termasuk

kepercayaan (agama). Sehingga masyarakat yang “terbuka” lebih memungkinkan mereka

untuk dengan mudah menerima nilai, dan tatanan sosial budaya termasuk kepercayaan.

Karena itu, tidak heran kalau masyarakat pantai lebih mudah dan lebih cepat menerima

dan mengalami perubahan.

b. Kepercayaan:

42

Page 43: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Menurut sejarah, masyarakat yang mendiami kepulauan nusantara, pada awalnya

menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Sebelum agama Islam masuk di

nusantara, agama Hindu dan Budha (berasal dari India) sejak beberapa abad sudah

dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia. Kerajaan Syailendra dan Sriwijaya adalah

penganut agama Budha. Demikian pula, Candi Brobodor merupakan bukti sejarah sisa-

sisa peninggalan ajaran Budha. Agama Hindu juga dianut oleh sebagian masyarakat

Indonesia. Kerajaan Singosari, Majapahit, dan Kutai adalah penganut agama Hindu.

Penganut kepercayaan dan agama-agama tersebut lebih menonjol di kalangan masyarakat

yang tinggal di daerah pedalaman.,

Sementara bagi masyarakat yang tinggal di daerah pantai, selain agama -agama tersebut,

di sini juga ditemukan kepercayaan lain, termasuk agama Islam.

c. Struktur masyarakat:

Struktur masyarakat di pedalaman; lebih terikat dengan tradisi budaya yang ada, karena

itu lebih kuat memegang ikatan primordial, kekeluargaan dan lebih bersifat

paternalistik, cenderung berstrata (terdiri berbagai lapisan dan golongan).

Sementara di kalangan masyarakat pantai; lebih terbuka, terjadinya assimilasi, dan

akulturasi, dengan budaya (masyarakat) luar lebih banyak, sehingga cenderung

memunculkan ikatan yang lebih longgar..

d. Budaya:

Di kalangan masyarakat pedalaman; karena kurang bahkan tidak adanya komunikasi dan

interaksi dengan masyarakat luar, tatanan sosial budaya lebih langgeng, lebih kuat

memegang tatanan tradisi sosial budaya lama, sehingga kesan keterbelakangan,

keterlambatan, lebih terasa. Namun di sinilah, budaya asli dari masyarakat yang

bersangkutan tetap terjaga.

Sementara di kalangan masyarakat pantai; perubahan budaya lebih mudah, lebih

cepat, dan lebih maju dan lebih dinamis, di banding masyarakat pedalaman..

Cepatnya perubahan untuk daerah pesisir pantai adalah, lebih dikarenakan di

daerah pantai lebih mudah terjadi hubungan, komunikasi, interaksi, assimilasi dan

akulturasi dengan berbagai bangsa pendatang, termasuk para pedagang yang berasal

dari Arab/Muslim. Tidaklah heran kalau pada saat itu, untuk daerah pantai sudah

terdapat orang-orang Islam.

43

Page 44: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Gambaran di atas memperlihatkan bahwa, pada waktu awal kedatangan Islam

di Nusantara, baik kondisi politik, ekonomi, sosio-budaya, tradisi, dan

kepercayaan/agama masyarakat, sudah cukup maju, kendati tidak semaju peradaban

Mesir, Yunani atau Persia. Peradaban yang ada itu, berakar pada sumber-sumber

kebudayaan sendiri, kemudian menyerap ke dalamnya pengaruh peradaban Hindu-

Budha dari India.. Namun jelas Islam datang di kepulauan Nusantara tidak dalam

suatu vacuum kultural atau vacuum peradaban (Ruslan Abdulgani: 1983; 20).

B. Kedatangan Islam di Indonesia

Berkaitan dengan persoalan ini, para sejarawan berbeda pendapat. Ada dua

pendapat berkenaan dengan hal ini.

1. Pada abad ke-13 M.

Pendapat ini lebih didasari oleh pakta:

a. Catatan perjalanan Marco Polo (1292 M/692 H), sewaktu singgah di Kerajaan

Samudera Pasai. Dalam catatannya disebutkan bahwa, waktu itu Sultan dan seluruh

perangkat kerajaan pada hari Jum'at bersama-sama pergi ke mesjid, begitu juga

rakyatnya.

b. Runtuhnya Daulah Abbasiyah (1258 M) sewaktu dihancurkan oleh tentara

Hulagu Khan, sehingga tidak sedikit para keluarga sultan dan rakyatnya pergi ke luar

daulah Abbasiyah, dan bahkan ada yang sampai ke nusantara.

c. Catatan dari Tiongkok, pada tahun 1416 M yang menyatakan bahwa , di pulau

Jawa sudah ditemukan orang-orang Islam, tetapi bukan orang pribumi.

d. Menurut catatan bangsa Portogis, pada tahun 1498 di beberapa kabupaten di

pesisir utara pulau Jawa ditemukan rakyat dan rajanya yang memeluk agama Islam.

Kemudian dijelaskannya, bahwa masuknya Islam itu pada tahun 1416 M, mengingat

seorang muballig pertama yang menyiarkan Islam di pulau Jawa wafat pada 12 Rabiul

Awal 822 H (1419 M) yaitu Maulana Malik Ibrahim dimakamkan di Gresik.

Sejumlah sarjana, kebanyakan asal Belanda, memegang teori bahwa asal-muasal

Islam di Nusantara adalah Anak Benua India (Guzarat), bukannya Persia atau Arabia.

Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah Pijnappel, ahli dari Universitas

Leiden. Menurut dia, adalah orang-orang Arab bermazhab Syafi'i yang bermigrasi dan

menetap di wilayah India tersebut yang kemudian membawa Islam ke Nusantara

(Azyumardi Azra (a); 1995; 24).

Di antara para sarjana yang berpendapat demikian antara lain, adalah:

44

Page 45: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

= Prof Dr. N. J. Krom dalam bukunya "De Hindoe Javanche" menyatakan ... bahwa

Islam datang dan berkembang di Indonesia pada abad ke-13 M.

= C. Snouck Hurgronje menyatakan, bahwa masuknya Islam ke Indonesia terjadi

pada abad ke-13 M ... tidak dari Arab tetapi dari Guzarat (India).

= H.J. Van Den Berg; ... tahun 1292 amat besar artinya bagi bangsa Indonesia, karena

ketika itulah bertemu beberapa kekuatan-kekuatan yang menentukan hari

kemudian Indonesia ..., selanjutnya dikatakannya bahwa para pedagang tersebut adalah

berasal dari Guzarat.

= A.H. Johns menyebutkan bahwa, masuknya Islam ke Indonesia hingga terbentuknya

masyarakat muslim adalah pada abad ke-13 yang didasarkan atas penyebaran dan

kedatangan Tasawuf.

= Ong Hok Ham menyatakan, bahwa Islam masuk ke Indonesia terjadi pada abad ke-

13 berasal dari Guzarat.

2. Pada abad ke-7/8 M atau I/II H.

Pendapat ini lebih didasari oleh:

a. Berita dari Cina pada zaman dinasti T'-ang (618-918 M), tentang adanya orang-

orang Ta-shih yang mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ho-ling di

bawah pemerintahan Ratu Sima (674 M) karena ternyata pemerintahan Ho-ling itu

sangat kuat. Sebuatan Ta-shih di sini ditafsirkan dengan orang-orang Arab.

b. Berita dari Jepang yang ditulis dari tahun 748 M yang menceriterakan perjalanan

pendeta Kanshin. Disebutkan pula bahwa pada masa itu di Kanton terdapat kapal-kapal

Po-sse dan Ta-shih-K-ou. Menurut Rita Rose di Meglio (seorang ahli bahasa), istilah

Po-sse dapat pula menunjukkan jenis bangsa Melayu, tetapi Ta-shih K-ou hanya untuk

menunjukkan orang-orang Arab dan Persia, bukan untuk orang-orang Muslim India

(Nogoro Notosusanto; 1975; 110).

Di antara para sarjana yang berpendapat demikian antara lain:

a. Raymond Le Roy Archer Ph D, menulis masuknya Islam ke Sumatera lebih

tepat disebut oleh pedagang Arab bukan khusus muballigh mereka, di masa abad

Hijriyah yang paling terdahulu. Di awal abad ke-8 M, pedagang Arab sudah bermukim

di Cina dalam jumlah besar. Maka sangat mungkin bahwa mereka menetap berdagang di

sementara pulau sepanjang Barat Sumatera Utara.

45

Page 46: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

b. Sir Thomas Arnold dalam mengutip seorang peneliti bernama P. Groeneveld

menyatakan bahwa menurut catatan tahunan yang diperbuat oleh pelajar-pelajar

bangsa Tionghoa tahun 684 M (abad I H), tentang berjumpanya mereka dengan seorang

pemimpin Arab yang menurut penelitian terakhir ialah pemimpin dari satu koloni orang

Arab di pantai Sumatera sebelah Barat.

c. Prof. Dr. Hamka yang menyatakan tentang Marah Silu masuk Islam dengan

berganti nama al Malikus Shaleh pada abad ke 7/8 M, dengan membawa mazhab Syafi'i.

d. Prof. Pakistan Sayid Qudratullah Fatimi menyimpulkan:

= bahwa kotak permulaan terjadi tahun 674 M;

= Islam menjajakkan kaki di kota-kota pantai sejak tahun 878 M;

= Islam memperoleh kekuasaan politik, dan berkembang secara besar-besaran

sejak tahun 1204 M.

e. L. Stoddard (1966; 277) dalam bukunya "Pasang Naik Kulit Berwarna" dalam

bagian Suplemen menyatakan, penyebaran Islam yang merambat dari bagian utara ke

barat Indonesia di abad ketujuh (abad I H, pen.) terus menghebat terutama setelah

abad ke sebelas dan dua belas.

Sementara Dr Adil Muhyid Din Al Allusi (1992; 22) dalam bukunya Arab

Islam di Indonesia dan India menyatakan:

1. Diduga para pedagang Arab dari Hadramaut orang pertama menyebarkan Islam di

Indonesia.

2. Diduga para da'i dari India, orang pertama menyebarkan Islam ke seluruh

kepulauan Melayu.

3. Diperkirakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dengan perantaraan para

pedagang Indonesia sendiri yang kontak dengan pedagang kaum muslimin dari India,

Cina, dan Arab.

Sedangkan menurut kesimpulan hasil seminar masuknya Islam di Medan

tanggal 17 s.d. 20 Maret 1963 menyatakan:

1. Bahwa menurut sumber-sumber yang kita ketahui, Islam untuk pertama kalinya telah

masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah (abad ke-7/8 M) dan langsung dari Arab.

2. Bahwa daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera; dan

bahwa setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama di Aceh.

3. Bahwa dalam proses peng-Islaman selanjutnya orang-orang Indonesia ikut aktif

mengambil bagian.

46

Page 47: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

4. Bahwa muballigh-muballigh Islam yang lama-lama itu sebagai penyiar agama juga

sebagai saudagar.

5. Bahwa penyiaran Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai.

6. Bahwa kedatangan Islam ke Indonesia itu membawa kecerdasan dan peradaban yang

tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia (A. Hasymi: 1981; 7).

Sementara itu, berdasarkan kesimpulan hasil seminar di Aceh seperti

dikatakan A. Hasymi (1981; 12) di antaranya dinyatakan, pada abad pertama Hijriah

Islam sudah masuk di Aceh. Kerajaan-kerajaan Islam pertama adalah Perlak, Lamuri dan

Pasei.

Selanjutnya oleh Adil Muhyid Din Al Allusi (1992; 26) dijelaskannya tentang

situasi dan kondisi para pedagang muslim di Indonesia saat itu:

1. Para pedagang Arab yang pernah singgah di India, lebih mungkin dapat

menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat Indonesia;

2. Para pedagang muslim itu mendapat sambutan baik dari masyarakat Indonesia

yang disinggahi;

3. Ditutupnya pelabuhan Kanton (Cina) bagi pedagang Arab menyebabkan mereka

mengalihkan perhatian ke wilayah Malaka;

4. Jalan damai yang ditempuh tidak banyak menimbulkan konflik;

5. Kemenangan berturut-turut dalam bidang politik dan ekonomi oleh Kerajaan Arab

(Muawiyah dan Abbasiyah) telah memberi peluang baik bagi pedagang Islam di

nusantara.

Teori lain, mengenai awal masuknya Islam di Nusantara, seperti diungkap oleh

Onggang Parlindungan dinyatakan bahwa, dominasi Syi'ah itu juga terbukti pada dua

hal: pertama, tardisi tabut Hasan-Husen di Pariaman; kedua, tradisi bapasah yaitu keluar

rumah ramai-ramai pada hari Rabu terakhir dari bulan Shafar (Azyumardi Azra (b);

1999; 133).

Dari berbagai keterangan di atas, terutama silang pendapat mengenai kapan awal

mula kedatangan (masuk) Islam di nusantara, memang sukar untuk dapat menentukan

dengan pasti dan tepat. Persoalan ini, dimungkinkan pertama, cara memandang terhadap

faktor atau saluran apa yang menjadi tumpuan utama. Melihat dari saluran perdagangan,

tentu berbeda dari faktor tasawuf.

47

Page 48: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Kedua, dalam melihat kondisi umat Islam di Indonesia, lebih dilihat dari kondisi umat

Islam sudah mapan (terbentuk) apalagi sebagai suatu komunitas masyarakat atau

kerajaan, tidak dilihat dari unsur individual (perorangan).

Ketiga, dilihat dari pengamalan atau paham agama yang berkembang di suatu masyarakat

bisa saja mengalami dinamika. Artinya, pemahaman tentang ajaran tasawuf (Tasawuf

Falsafi, abad ke-13 M) merupakan yang paham yang berkembang dan ada di masyarakat,

namun, bisa saja sebelum paham tersebut masuk, sudah ada pemahaman lain.

Keempat, para pengembang agama Islam di Nusantara, --karena luas wilayah-- tidak

hanya pada suatu tempat/wilayah tertentu, bisa saja dalam waktu bersamaan atau berbeda

berada di wilayah yang berbeda pula.

Kelima, para pengembang agama Islam di nusantara, dimungkinkan datang

bergelombang. Dalam kurun waktu dan tempat tertentu dari bangsa Arab, namun pada

waktu dan tempat lain dari bangsa lain.

Beranjak hal tersebut di atas, Nogroho Notosusanto (1975; 113) mengatakan, "mungkin

lebih baik dikatakan bahwa pembawa Islam ke Indonesia antara abad ke-7 sampai 13

ialah orang-orang dari Arab, Persia, India (Guzarat, Benggala). Sedangkan KH.

Saifuddin Zuhri (1979; 75) dalam menjelaskan kurun abad ke-7 s.d. 13 M menyatakan,

tahap kedatangan, proses penyebaran dan selanjutnya perkembangan Islam.

C. Berbagai Faktor yang Mendorong Proses Islamisasi di Nusantara

Terdapat berbagai faktor yang mendorong terjadinya proses penyebaran Islam di

nusantara, yaitu:

1. Pedagang/perdagangan;

Kepulauan nusantara, terutam Selat Malaka, merupakan daerah yang

strategis untuk daerah pelayaran, terutama dari negara-negara Asia Belakang dan Selatan;

Arab, India, dan lainnya ke negara-negara Timur Jauh; Cina, Jepang dan lainnya.

Mereka, terutama para pedagang, banyak yang berkeliaran lalu lalang dan singgah di

bandar-bandar yang ada di kepulauan ini, di antara mereka terdapat orang-orang muslim.

Nell mengemukakan, demikianlah para pedagang dari Hadramaut itu sampai ke

Indonesia sejak dahulu kala, malah jauh sebelum datangnya Islam. Diduga bahwa para

pedagang Arab dari Hadramaut adalah orang-orang pertama yang menyebarkan Islam ke

Indonesia, karena Arab Hadramaut itu sudah sampai ke pulau-pulau itu sejak abad

pertama Hijriyah (Adil Muhyid Din Al Allusi: 1992; 19).

48

Page 49: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Kedatangan mereka di kepulauan nusantara, terutama bandar-bandar di

Sumatera dan kepulauan lainnya, tidak menutup kemungkinan terjadi perpindahan

kepercayaan/agama. Reid mengungkapkan, bahwa, konversi massal masyarakat Indo-

Melayu kepada Islam terjadi berbarengan dengan apa yang disebutnya “masa

perdagangan” (the age of Commerce), masa ketika Asia Tenggara mengalami “trade

baru” karena meningkatnya posisi Nusantara dalam perdagangan Timur-Barat

(Azyumardi Azra (c ) 1999; 71).

2. Muballig

Ajaran Islam yang menekankan “Sampaikan dariku walau hanya satu

ayat” (Hadis), adalah ciri dari agama missi (dakwah). Setiap orang Islam, baik sebagai

buruh, tani, pedagang, apalagi khusus yang berprofesi sebagai da’i, berusaha

menyebarkan Islam kepada mereka yang belum memeluk agama ini. Upaya penyebaran

melalui dakwah ini, dilakukan dengan cara edukatif dan persuasif, disesuaikan dengan

kemampuan dan sosial budaya masyarakat yang didatangi.

Di kalangan ulama-ulama sufi, cara ini sangat mereka tonjolkan, dalam

penyebarannya, mereka sangat memahami akan situasi dan kondisi tradisi budaya lokal.

Sehingga seringkali dakwah yang mereka lakukan, lebih banyak diterima oleh

masyarakat setempat.

3. Perkawinan;

Perkwianan, terutama dilakukan oleh kalangan pedagang Arab (muslim)

mengawini wanita penduduk nusantara, yang mereka singgahi. Umumnya dari segi

ekonomi para pedagang itu memiliki kelebihan. Atau bisa pula sebaliknya,

kadangkala wanita muslim dikawini oleh penduduk non muslim. Sebelum kawin,

mereka diislamkan lebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan

mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-

kerajaan muslim.

Kadangkala, perkawinan tersebut, tidak saja dilakukan terhadap wanita atau lelaki

pribumi orang-orang biasa, namun ada pula pula mereka dari kalangan atas (bangsawan,

tetuha adat, kepala suku). Dalam kondisi demikian, tentu semakin memperpudah

perluasan Islam. Karena itu menurut Azra (d): 2002; 31), terbentuknya keluarga-keluarga

muslim yang merupakan nekleus komunitas muslim selanjutnya memainkan peranan

beras dalam menyebarkan Islam.

4. Tasawuf;

49

Page 50: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Anthony John, seperti dikutip Martin Van Bruinessen (1995; 189)

mengemukakan bahwa, islamisasi tersebut disebabkan adanya pengislaman yang secara

aktif dilakukan oleh para penyebar sufi, mereka datang bersama-sama dengan para

pedagang asing. John bahkan mengajukan spekulasi bahwa ada hubungan yang erat

antara serikat-serikat sekerja (guild), tarekat-tarekat sufi dan dan para penyebar ini yang

memberikan daya dorong bagi berlangsungnya Islamisasi. Hal senada juga diungkap

Mukti Ali (1971; 5), tersiarnya Islam di Indonesia, sebagian besar adalah hasil pekerjaan

kaum sufi dan mistik.

Memang, peran kaum sufi dalam penyebaran Islam di Nusantara diakui

banyak pihak, ini terutama karena cara penyampaian dakwah yang mereka lakukan

bersifat persuasif, edukatif dan kadangkala tidak mempersoalkan tatanan tradisi, budaya

dan kepercayaan masyarakat setempat, bahkan lebih akomudatif, sehingga hampir tidak

banyak membawa perubahan, kecuali mereka menjadi muslim.

Dari segi ajaran/paham kaum sufi awal yang datang di Indonesia,

terutama ini kalau dilihat fakta sejarah seperti Hamzah Fansuri, Syams Al Din Al

Samatrai dan lainnya, merupakan tokoh Tasawuf Falsafi/Nazari. Azyumardi Azra (b)

1999; 151) menyatakan, agaknya sufisme yang pertama kali menyebar dan dominan di

Nusantara adalah sufisme yang sering dikategorisasikan sebagai "tasawuf falsafi";

yakni, tasawuf yang sangat filosofis, dan karena itu cenderung spekulatif, sebagaimana

tercermin di dalam konsep-konsep mistiko-filosofis semacam Ittihad1, Hulul2 dan

Wahdat al-Wujud3.

1 ? Ittihad ialah satu tingkatan dalam tasawuf, di mana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan; suatu tingkatan di mana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata: Hai aku. Paham ini semula diajarkan oleh Abu Yazid al-Bustami (200-261 H) (Harun Nasution: 1973; 82).2 ? Paham ini dikemukakan oleh Husain Ibn Mansur al-Hallaj lahir di Tur Persia pada 244 H. Menurut keterangan Abu Nasr at-Tusi dalam al-Luma’ seperti dikutip Harun Nasution, ialah faham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan (Nasut) dalam tubuh dilenyapkan. Selanjutnya Harun menyatakan, untuk itu orang harus bersih dari segala noda dan suci, sehingga sifat kemanusiaan lenyap dan tinggal sifat Ketuhanan (Lahut). Di situlah baru Tuhan dapat mengambil tempat dalam dirinya, dan ketika itu roh Tuhan dan roh manusia bersatu dalam tubuh manusia (Harun Nasution, 1973; 88-89).3 ? Paham ini diajarkan oleh Abu Bakar Muhammad ibn ‘Ali ibn Ahmad ‘Abdullah al-Tha’I al-Hatimi atau disebut Syekh Akbar Muhyiddin ibn’Arabi lahir Murcia Spanyol 17 Ramdhan 560 H. Maksud dari ajaran ini adalah seluruh yang ada, walaupun ia nampak, sebenarnya tidak ada dan keberadaannya tergantung pada Tuhan Sang Pencipta. Yang nampak hanya bayang-bayang dari Yang Satu (Tuhan). Seandainya Tuhan tidak ada, yang merupakan sumber bayang-banyang, yang lainnya tidak ada, karena seluruh alam ini tidak memiliki wujud dan yang sebenarnya memiliki wujud hanya Tuhan. Dengan kata lain, yang ada hanya satu wujud, yaitu wujud Tuhan, dan yang lainnya hanya merupakan bayang-bayang (Lihat Dewan Redaksi. Ensiklopdi Islam, Vol 5: t.t.; 158. Atau seperti diungkap oleh Muhammad Abd. Haq Anshari, bahwa hanya ada Zat Tunggal, berarti 1). Bahwa semua yang ada adalah Zat Tunggal, 2) bahwa Zat Tunggal tidak terpecah ke dalam bagian-bagian, dan 3) bahwa tidaklah ada berlebih di sini atau

50

Page 51: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Kendati tidak dipungkiri, terutama untuk tanah Jawa, tasawuf yang dikembangkan

tidaklah beraliran Tasawuf Falsafi. Buku-buku tasawuf yang ditulis di Sumatera tidak

representatif mewakili cara dan metodologi pelopor dakwah pertama di Indonesia,

terutama Wali Songo, yang secara keagamaan bermazhab Syafi’i dalam aspek syariat,

beraliran Asy’ari dalam aspek akidah, pengikut Al Ghazali dalam aspek tarekat (Alwi

Shihab; 2001; 17).

5. Kesenian

Sunan Kalijaga dalam rangka melaksanakan dakwah melakukan lewat pertunjukan

"wayang". Untuk memainkan wayang dan gemalannya para walipun mengarang cerita

yang bernafaskan nilai keislaman, di samping wayang terdapat pula seni ukir, suara dan

lainnya (Nur Amin Fatah: 1984; 52).

6. Pendidikan.

Khusus tentang pendidikan, lembaga semacam pesantren banyak berperan dalam proses

Islamisasi di Nusanatara. Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah sebagai pendiri

pondok pesatren di Indonesia. Dari hasil didikannya melalui pondok pesantrennya,

banyak menghasilkan para muballigh Islam yang menyiarkan agama Islam ke seluruh

pulau Jawa (Marwan Saridjo, dkk: 1979; 19). Dalam kaitan ini, Sartono Kartodirdjo, dkk

(1987; 124) lebih jauh menyatakan, “pesantren-pesantren atau pondok-pondok

merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam”. “Jika tanpa adanya

Pesantren dan kemudian Madrasah serta Sekolah Islam, mungkin di Indonesia tidak

terdapat apa yang disebut sebagai masyarakat Islam” (Tim Penyusun BKP3: t.t.; 20).

7. Politik.

Pengaruh raja yang lebih dulu masuk Islam, tidak jarang senantiasa diikuti oleh para

pengikutnya termasuk rakyat kebanyakan. Di Maluku dan Sulawesi Selatan,

kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam lebih dulu. Atau bisa

jadi kemenangan suatu kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk

kerajaan yang bukan Islam untuk masuk Islam.

juga tidak berkurang di sana. Oleh sebab itu tidaklah ada sesuatu kecuali Zat Tunggal (Lihat Muhammad Abdul Haq Ansari, Sufisme and Shari’ah: 1986; 103) Lihat pula terjemahan Achmad Nashir Budiman, Merajut Tradisi Syari’ah Sufisme: 1997; 168).

51

Page 52: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Kasus berdirinya Kerajaan Banjar, sebagai akibat adanya perjanjian dengan Kerajaan

Demak. Dalam pertarungan perebutan kekuasaan antara, Pangeran Samudra dengan

pamannya Pangeran Mangkubumi, pada akhirnya kemenangan berpihak kepada

Pangeran Samudera, adalah akibat dari perjanjian politik dengan Kerajaan Demak . Salah

satu perjanjian itu adalah, kesediaan Pangeran Samudera (setelah menjadi Muslim

berganti nama menjadi Pangeran Surainsyah) memeluk agama Islam, untuk selanjutnya

agama ini tersebar di seluruh wilayah Kerajaan Banjar, dan bahkan menjadikan Islam

sebagai agama Kerajaan Banjar.

Leur percaya, bahwa motif ekonomi dan politik bertperan penting dalam konversi orang-

orang Melayu-Indonesia ke dalam Islam.(Azyumardi Azra (d): 2002; 31).

8. Kompetesi antara Ialam dan Kristen (Teori Balapan)

Perang Salib selama 200 tahun (489-663 H = 1097-1270) tidak saja membawa

luka yang dalam di kalangan kaum Muslimin dan kaum Nasrani, namun juga membawa

dendam berkepanjangan di antara keduanya. Usaha perluasan wilayah (politik), dan

perdangan yang dilakukan oleh orang-orang Eropah (Nasrani), juga diikuti oleh

penyebaran agama Kristen, terutam ke wilayah-wilayah di mana penduduknya menganut

kepercayaan animisme, dinamisme, dan bahkan terhadap kaum muslimin. Kondisi ini,

tentu membuat kaum Muslimin terutama di wilayah Timur termasuk kepulauan

nusantara, berupaya membendung arus perluasan wilayah, ekonomi dan agama., bahkan

mendahului mereka terutama dalam penyebaran agama. Ini terutama terjadi pada saat

orang-orang Eropah (Spanyol, Portogis, Belanda, Inggris) mulai memasuki nusantara

(sekitar abad ke-15). Akibatnya, kaum muslimin berusaha untuk mendahului

mengembangkan ajaran agamanya (Islam), terutama ke daerah-daerah yang penduduknya

masih non muslim. Inilah yang disebut Teori “Balapan” (Race Theory).

Schrieke menyatakan, semangat dan cita-cita yang terkandung dalam Perang salib

terus melanjutkan pengaruhnya. Untuk waktu yang lama, Portogis melakukan aliansi

dengan penguasa-penguasa legendaris Kristen. Prester John, yang imperiumnya dianggap

mencapai India; dengan bantuannya, mereka berharap akan mampu menggalang perang

salib melawan bangsa (Islam, pen.) menuju akhir yang sukses di jantung kekuasaan

mereka sendiri (Azyumardi Azra (d): 2002; 39).

D. Faktor Mempermudah/Mempercepat Proses Islamisasi Nusantara

Dalam kaitan ini ada beberapa hal, yaitu antara lain:

52

Page 53: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Pertama, para muballig Islam di masa itu sangat piawai dan bijaksana dalam

mengembangkan agama Islam. Islam dikembangkan dengan cara persuasif,

menghindarkan kekerasan, konfrontasi dengan agama/kepercayaan lain.

Kedua, adanya sentral (pusat) pengembangan Islam, yaitu kerajaan Pase dan kerajaan

lainnya.

Ketiga, terjadinya pertarungan politik di antara penguasa di nusantara.

Keempat, faktor ekonomis, yaitu bagi penyebar Islam saat itu adalah sebagai

pedagang yang tentunya memiliki kekayaan yang cukup berarti.

Kelima, dimungkinkan kondisi masyarakat di nusantara sendiri kala itu, umumnya

berada pada kelompok masyarakat lapisan bawah, sebagai akibat dari sistem kasta di

kalangan pemeluk Hindu.

Keenam, faktor inti terletak pada ajaran agama Islam yang bersifat misi, di samping

ajaran yang mudah dipahami dan dimengerti. Atau sebagaimana dikemukakan Reid,

adalah portabilitas sistem keimanan Islam(Azyumardi Azra (c): 1999; 31).

Dalam proses penyebaran Islam di nusantara, pada awalnya sebagai kelompok

pembawa adalah mereka yang berasal dari luar apakah dari bangsa Arab atau India,

sementara masyarakat nusantara lebih sebagai penerima. Dalam perkembangan

selanjutnya, kelompok penerima berperan sebagai kelompok pembawa, terutama

terhadap kelompok masyarakat lain, yang masih mengikuti agama dan kepercayaan lama.

E. Pengaruh dari Adanya Islamisasi Nusantara

Dalam kaitan ini paling tidak ada tiga hal, yaitu:

1. Kedatangan Islam membawa kecerdasan bangsa, terutama dalam segi pemahaman

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dari polytheisme ke monotheisme.

2. Kedatangan Islam turut andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini terlihat

dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam.

53

Page 54: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Pengaruh Islam dalam pola pengajaran dan pendidikan di Indonesia

kuat sekali hingga saat ini. Di samping mesjid, para da'i kaum Muslimin itu

membangun pusat-pusat penyebaran dakwah Islam. Mereka mendirikan sekolah dan

lembaga pengajaran dan pendidikan untuk mencerdaskan masyarakat pada umumnya

dan umat Islam pada khususnya untuk memahami ajaran agamanya. Lembaga seperti

ini di Sumatera disebut surau, sedangkan di Jawa dan daerah lain dinamakan Pesantren.

Disadari memang sebelum berdiri sekolah-sekolah Belanda, jauh sebelumnya sudah

berdiri lembaga-lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh umat Islam, apakah

berbentuk langgar, surau, mesjid, dan pesantren.

3. Ajaran Islam yang masuk dan berkembang di nusantara, dibarengi dengan berdirinya

lembaga-lembaga pendidikan Islam, sebagai wahana transmisi dan transformasi ajaran

Islam, melahirkan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam melawan penjajah.

4. Pengaruh Islam di nusantara, terutama bisa dilihat dari sosial, budaya, dan

kebiasaan hidup masyarakatnya. Dari segi bahasa umpamanya,,bahasa Indonesia adalah

sebagian besar berasal dari bahasa Melayu. Bahasa ini, sebagian besar diambil dari

bahasa Arab. Bahasa Arab, kendati tidak dikatakan sama, namun paling tidak identik

dengan Islam.-.

54

Page 55: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

55

Page 56: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

VIII

BEBERAPA KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA

A. Kerajaan Perlak

Menurut kesimpulan Seminar di Aceh kerajaan Islam pertama adalah Kerajaan

Perlak yang berdiri tahun 840 M, rajanya yang pertama adalah Sultan Alaidin Sayid

Maulana Abdul Aziz Syah (840-864 M) Lebih jauh, menurut Yunus Jamil dan Hasymi,

kerajaan Islam yang pertama berdiri di Nusantara adalah Kerajaan Peureulak (Perlak)

yang, konon, didirikan pada 225 H/845 M. Pendiri kerajaan ini adalah para pelaut-

pedagang Muslim asal Persia, Arab dan Gujarat yang mula-mula datang untuk

mengislamkan penduduk setempat (Azyumardi Azra (b): 1999: 130)

B. Kerajaan Pase

Kerajaan ini berdiri tahun 1009 M. Pada saat Marco Polo datang di kerajaan ini

tahun 1292 M yang berkuasa saat itu adalah Sultan Malik Al Saleh ke-2 (1276-1300 M).

Sedangkan Ibnu Bathuthah -salah seorang ilmuwan muslim- sewaktu dia mengadakan

perjalan dari Maroko ke Cina dan singgah di Kerajaan Pase pada tahun 1345 M

diceriterakannya "Kemudian sayapun masuklah menghadap sultan. Di samping baginda

saya dapati Qadli Amir Rasyid, sedangkan para penuntut ilmu duduk di sebelah kanan

dan kiri baginda. Lalu saya disuruh duduk di sebelah kirinya. Maka raja menanyakan

kepada saya dari hal Sultan Muhammad dan dari hal aperjalanan saya, semuanya saya

jawab. Kemudian baginda pun meneruskan muzakarah ilmu fiqih Mazhab Syafi'i..."

Sewaktu perjalan pulangnya (1346 M) beliau sekali lagi singgah di kerajaan ini dan

berdialog dengan Sultan Al Malik Al Zhahir buat keduanya kalinya (Saifuddin Zuhri;

1979; 205)

Sebelumnya kerajaan ini telah diperintah oleh beberapa orang sultan. Sedangkan

sultan yang pertama menurut Prof. Dr. H. Muhammad Yamin adalah Sultan al Malik

Ibnu Khaldum (388-402 H/1009-1013 M. Kerajaan ini hanya berkuasa sampai tahun

1412 M sewaktu kekuasaan berada di tangan Sultan Iskandar Muda, kendati menurut

Tuanku Hasyim, SH. (Risalah Seminar Medan, 1963) Kerajaan Pase berkuasa sampai

tahun 1444 M sewaktu kekuasaan berada di tangan al Malik Sabar Syah.

C. Kerajaan Demak (Jawa)

Ada beberapa pendapat mengenai awal mula masuknya Islam di Jawa, yaitu:

a. Menurut Dr. BJO Schrieke dalam bukunya "Het Boek van Bonang" menerangkan

bahwa Islam mula pertama masuk ke pulau Jawa pada tahun 1416 M.

56

Page 57: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

b. Sayid Alwi bin Thahir Al Haddad Mufti Kerajaan Johor dalam bukunya "Sejarah

Perkembangan Islam di Timur Jauh" menyebutkan dua orang muballigh bernama

Maulana Malik Ibrahim dan keponakannya Mahdum Ishaq yang wafat di Gresik pada 12

Rabi'ul Awal 822 H (1419 M). Lebih lanjut dikatakannya bahwa Maulana Malik Ibrahim

mukim di Jawa selama 20 tahun, jadi dapat dihitung bahwa beliau menginjakkan kakinya

pada tahun 1399 M.

c. Prof. Dr. Hamka, menyatakan umat Islam telah ada di sana semasa kekuasaan

Kerajaan Janggala. Dikatakannya "mungkin benar sudah ada orang Arab dan orang

Persia di tanah Jawa sebelah Timur dalam abad-abad permulaan itu. Perkuburan

Fathimah binti Maimon didesa Leren (495 H/1101 M) telah membuktikan hal ini.

d. Sementara Nur Amin Fatah (1984: 26) menyebutkan "agama Islam masuk ke pulau

Jawa sekitar abad ke-11 M. Sumber ini berasal dari data sejarah yang ditemukan pada

batu nisan Fatimah binti Hibatullah di desa Leren dekat Gresik Jawa Timur yang wafat

tanggal 7 Rajab 745 H atau 2 Desember 1082 M.

Kerajaan Demak berdiri tahun 1478 M dengan rajanya yang pertama Raden

Fatah, beliau adalah anak dari Sri Kertabumi raja Majapahit. Sewaktu awal mula berdiri

kerajaan ini, Majapahit masih tetap berdiri walaupun sudah hampir tenggalam. Salah satu

sebab jatuhnya Kerajaan Majapahit adalah karena masuknya Islam.

Banyak masyarakat dan pemuka Kerajaan Majapahit masuk Islam, hal ini disebabkan:

a. Mereka memandang agama Islam membawa kecerdasan berpikir dalam soal

kepercayaan (mudah dipahami);

b. Adanya ritus (dalam Islam) yang amat praktis;

c. Mereka memandang Islam sebagai suatu kekuatan baru, satu kekuatan politik, sosial

ekonomi dan sosial budaya yang mendatangkan kesejahteraan lahir dan bathin.

Kerajaan Demak berkembang pesatnya, namun tidak begitu lama hingga tahun

1547 M kerajaan ini pindah ke daerah pedalaman dan berganti nama dengan Kerajaan

Islam Pajang.

Adapun sebab-sebab runtuhnya adalah:

= Menitik beratkan pada masalah politik luar negeri (portogis) sementara politik dalam

negeri terabaikan;

= Tidak adanya keseimbangan antara kebijakan politik (lebih diperhatikan) ketimbang

amar ma'ruf nahi munkar;

57

Page 58: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

= Pertentangan para penguasa (Arya Penanggang Adipati Jipang putra P. Sekar Seda

Lepen yang dibunuh Sultan Prawoto); dan = Diabaikannya sistem musyawarah

(demokrasi).

Ekstensi Kerajaan Demak tidaklah bisa dilepaskan dari peran Wali Songo.

Keberadaan para wali ini, tidak saja terlibat dalam upaya pengembangan agama Islam,

tetapi juga sebagai penasehat bahkan ada yang sebagai panglima, misalnya Sunan

Gunung Jati, yang sebenarnya beliau ini juga adalah Panglima Falatehan.

Para Wali Songo ialah: (1) Maulana Malik Ibrahim atau disebut juga Sulthan

Magribi, wafat tahun 882 H/1419 M. (2) Sunan Ampel atau Raden Rahmat 1401-1478

M, (3) Sunan Bonang, beliau adalah putera Sunan Ampel, 1465-1525 M, (4) Sunan Giri

atau disebut pula Raden Paku, putera Maulana Ishak, juga murid Sunan Ampel, (5)

Sunan Drajat atau Raden Qasim adalah putera Sunan Ampel yang kelima, anak beliau

adalah Pangeran Tringgano menjadi Sultan Demak ketiga, (6) Sunan Kalijaga atau

disebut pula Raden Syahid, (7) Sunan Kudus atau disebut pula Ja'far Shidiq salah seorang

ahli Ilmu Hadist, Mantiq dan Fiqih, (8) Sunan Muria atau Raden Said adalah anak Sunan

Kalijaga, dan (9) Sunan Gunung Jati disebut pula Syarif Hidayatull atau Falatehan yang

wafat tahun 1570 M.

Dalam upaya pengembangan Islam telah dilakukan oleh Wali Songo dengan

mempergunakan berbagai strategi, yaitu:

# Mendirikan mesjid

# Dakwah lewat seni: wayang kulit, ukir (kalighrafi), sastra, suara, dll.

# Mencetak kader/regenarasi: - pesantren

# Dakwah kepada para raja dan keluarganya

# Menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi. Menurut Mukti Ali "Barangkali bolehlah

kita berkata, selain sukses dari pada penyiaran Islam di Indonesia, selain memang ajaran

Islam itu gampang dimengerti, juga karena kesanggupan pembawa Islam tempo hari

dalam memberi konsesi terhadap adat istiadat kebiasaan yang ada hidup dalam

masyarakat (1971; 6).

Nur Amin Fatah (1984: 37) menyatakan dalam pengembangan dakwah, para wali

ini terbagi pada dua cara/metode, yaitu:

58

Page 59: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

a. Kelompok yang terdiri Sunan Giri, Sunan Ampel dan Sunan Drajat. Kelompok ini

dikenal dengan "Golongan Islam Putih (putihan). Dalam dakwahnya, kelompok ini

berusaha untuk mengembangkan Islam tidak mau berkompromi dengan kepercayaan-

kepercayaan lama; Hindu, Budha, Animisme dan Dinamisme.

Beliau berpendapat bahwa kepercayaan lama itu harus dikikis habis dan dikuburkan,

rakyat harus dididik untuk mengamalkan ajaran Islam yang sejati. Adat istiadat lama

yang tidak sesuai dengan ajaran Islam harus dilenyapkan.

b. Kelompok yang dipimpin oleh Sunan Kalijaga yang didukung oleh Sunan Kudus,

Sunan Bonang, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.

Golongan ini berpendirian sebagai berikut:

= Membiarkan dulu adat-adat yang sukar diubah dan adat-adat kepercayaan lama itu

sangat berat untuk dirubah dengan kekerasan dan tergesa-gesa atau radikal.

= Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam tetapi agak mudah dirubah segera

dihilangkan.

= Tutwuri Handayani. Artinya mengikuti dari belakang terhadap kelakuan dan adat

rakyat tetapi diusahakan untuk dapat mempengaruhi sedikit demi sedikit, dan tutwuri

hangiseni, artinya mengikuti dari belakang sambil mengisi kepercayan atau ajaran agama

Islam.

= Menghindarkan konfrontasi secara langsung dengan masyarakat di dalam pasal

menyiarkan agama Islam itu dengan maksud berusaha untuk mengambil ikannya tetapi

tidak mengeruhkan airnya sehingga menjadi butek.

Kelompok kedua inilah yang oleh orang belakangan seperti Clifford Geertz

disebut kaum Abangan, dengan kepercayaan yang berporos pada slametan (Taufik

Abdullah, ed., 1987: 19).

D. Kesultanan Banjar

Mengenai kapan masuknya Islam di daerah Kalimantan Selatan, banyak terdapat

pendapat yang antara satu saling berbeda, kendati perbedaan itu tidak terlalu jauh.

Dalam kaitan ini ada beberapa pendapat tentang hal itu:

a. J. Maallinckrodt salah seorang sarjana Belanda dalam bukunya "Het Adatrech van

Borneo" (Hukum Adat Kalimantan) jilid II menjelaskan bahwa "pengislaman itu terjadi

di waktu pemerintahan Pangeran Samudera kemudian bernama Sultan Suriansyah pada

lebih kurang tahun 1540 M. (H. Ahmad Basuni; 1986: 10)

59

Page 60: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

b. Muchtar Kawi dalam bukunya "Ikhtisar Sejarah Islam: menjelaskan masuknya Islam

di Kerajaan Banjar pada tahun 1520, dibantu oleh Kesultanan Demak.

c. H. Gt. Abd. Muis menunjuk buku "Kalimantan Memanggil" tulisan Cilik Riwut

mengemukakan bahwa berdirinya Kerajaan Islam Kalimantan dihitung sejak Pangeran

Samudera mendirikan kerajaan, yaitu lebih kurang pada tahun 1540. Pangeran Samudera

setelah menjadi pemeluk Islam berganti nama menjadi Pangeran Suriansyah atau

Pangeran Marruhum. Kerajaannya terletak di Banjarmasin. Disebut juga nama Bandar

Masih (Saifuddin Zuhri: 1979: 387)

d. Idwar Saleh, menyatakan tahun 1520 Islam sudah ada di Kalimantan Selatan, tahun

1525-1546 berdiri Kerajaan Islam Banjar.

Sebagian dari pendapat di atas dikemukakan dalam Seminar Sejarah Kalimantan

Selatan yang dilangsungkan pada tanggal 23-25 September 1975. Dalam kaitan ini pula

dinyatakan bahwa Agama Islam masuk ke Kalimantan pada abad ke-16 Masehi.

Kedatangan Islam serta perkembangannya berjalan secara damai.

H. Ahmad Basuni mengemukakan, dari pendapat Mallinckrodt bisa diberi

beberapa catatan:

# Agama Islam pada tahun-tahun disebutkan itu sudah masuk dan berkembang di

kerajaan-kerajaan yang penting di Kalimantan.

# Agama masuk sampai ke daerah pedalaman Kalimantan berlangsung dengan cara

damai, tanpa paksaan senjata, seperti melalui perkawinan, perdagangan dan pertanian.

# Agama Islam telah mengikat kuat persatuan antar umat Islam yang terdiri dari

berbagai ras (suku bangsa) baik pendatang maupun penduduk asli.

# Mudah berkembangnya agama Islam di Kalimantan karena kota dan tempat penduduk

yang penting berada di sepenjang sungai dan pantai. Kota dan tempat itu mendapat

kunjungan pendatang dari mana-mana, terutama pedagang, pelaut dan nelayan.

# Hubungan Kalimantan dan Jawa sudah ada sejak zaman Hindu Majapahit dan

berlangsung pada zaman Islam Demak (1986: 12)

Menarik untuk dilihat lebih kebelakang, ternyata sebelum proses Islamisasi secara

resmi tersebut, surat yang dikirim oleh Pangeran Samudera kepada Sultan Demak

bertuliskan hurup Arab (Arab Melayu). Dari tulisan surat ini dimungkinkan orang-orang

Islam sudah ada bermukim di daerah ini sebelum kedatangan pasukan Demak.

60

Page 61: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Kedatangan tentara Kesultanan Demak tidak saja dalam upaya menanamkan

kekuasan terhadap keabsahan Pangeran Suriansyah sebagai pewaris tahta kerajaan, tetapi

juga upaya proses Islamisasi di Kalimantan. Salah seorang tokoh yang banyak berperan

dalam hal ini adalah Khatib Dayan.

Proses Islamisasi terus berjalan dengan damai, terutama sepanjang daerah aliran

sungai, bahkan sampai ke wilayah pedalaman, terutama sekali dibawa oleh para

pedagang. Dalam kaitan ini Scott berargumen, bahwa adalah kekuatan ekonomi yang

kuat yang membawa Islam ke Kalimantan (Azyumardi Azra: 1999: 231) Selanjutnya

Azyumardi Azra dalam mengutip pendapat Syamsuddin, menyatakan seperti bisa diduga,

terlibat dalam interaksi yang cukup intens dengan masyarakat Melayu Banjar, khususnya

melalui perdagangan, yang dalam sejumlah kasus berujung dengan perkawinan. Interaksi

melalui medium seperti ini mendorong orang-orang Bakumpai memeluk Islam, atau di

dalam sementara istilah masuk Melayu atau menjadi Melayu (1999: 236) Para pedagang

ini sangat mungkin sambil berdakwah, adakalanya kawin dengan penduduk setempat

yang masih belum muslim, pada gilirannya mereka masuk Islam.

Mereka yang menjadi penganut Islam tidak saja mereka yang dinamakan masyarakat

"Banjar" sehingga setiap orang Banjar selalu identik dengan Islam. Kendati demikian

Islam juga dianut oleh penduduk asli Dayak, sehingga kasus-kasus orang Dayak

memeluk agama Islam dikatakan sebagai menjadi orang Banjar (Alfani Daud: 1997: 5)

Dalam proses kultural edukatif dan internalisasi norma-norma Islam selanjutnya

tidak dapat dilupakan jasa Ulama Besar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Beliau

salah seorang ulama yang terkenal terutama dalam bidang Fiqih, salah satu karya beliau

adalah Sabil al Muhtadin. Kendati begitu beliau juga terkenal ahli dalam bidang tasawuf.

Ulama besar lain yang ahli dalam bidang ini adalah Syekh Muhammad Nafis al-Banjari.

Kedua tokoh ini, menurut saya (pen. Azyumardi Azra), adalah di antara tokoh utama

dalam penyebaran satu bentuk tasawuf yang disebut dengan neosufisme (1999: 257)

Kendati Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sebagai seorang sufi, namun corak sufi

beliau bukan Wihdah al-Wujud. Hal ini terbukti sewaktu diadakan pengadilan terhadap

Haji Abdul Hamid (seorang penganut Wahdah al Wujud) di Kerajaan Banjar. Karel A.

Steenbrink dalam mengutip tulisan Zafri Zamzam menyatakan. Akhirnya, atas nasehat

Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, Sultan mengambil keputusan untuk menghukum

mati Haji Abdul Hamid. Makamnya sekarang masih ada, beberapa kilometer saja dari

kampung Dalam Pagar (1984: 96)

61

Page 62: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Suatu kenyataan, pengaruh kedua ulama tersebut, terutama Syekh Muhammad

Arsyad al-Banjari dan keturunannya banyak memberikan sumbangan dalam

pengembangan Islam di Kalimantan, bahkan sampai ke Malaysia dan Petani (Thailan).

IX

GERAKAN UMAT ISLAM DI INDONESIA DI AWAL ABAD XX

A. Timbulnya Pergerakan Nasional

Di awal abad ke-20, di Nusantara terjadi perubahan perjuangan melawan

Belanda. Dahulu, perjuangan umumnya dilakukan dengan cara:

= Perlawanan dalam bentuk bersenjata

= Perlawanan lebih bersifat lokal

= Perlawanan hanya dilakukan oleh kalangan kerajaan/bangsawan

= Kepemimpinan lebih bersifat kharismatik.

Sedangkan pada awal abad ke-20 strategi perjuangan dilakukan dengan cara:

= Perlawanan dalam bentuk organisasi

= Lebih bersifat nasional

= Lebih banyak dilakukan oleh rakyat kebanyakan

= Kepemimpinan berada di tangan kaum terpelajar.

Pergerakan bangsa Indonesia umumnya dan khususnya umat Islam lebih

disebabkan oleh:

1. Dalam negeri.

a. Sebagai akibat penjajahan selama kurang lebih 350 tahun, yang meliputi penindasan

dalam bidang:

1) Politik

2) Ekonomi --- monopoli

3) Sosial, budaya dan agama.

b. Timbulnya perasaan senasib dan sepenanggungan, sebagai akibat penjajahan,

sehingga melahirkan perasaan nasionalisme yang mendalam.

c. Timbulnya kesadaran terutama di kalangan golongan muda/terpelajar untuk tampil

ke depan.

2. Luar negeri.

Peristiwa kemenangan Jepang (Asia) atas Rusia (Eropah), melahirkan semangat

patriotisme.

62

Page 63: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

b. Timbulnya berbagai gerakan di negara-negara tetangga dan sahabat, seperti

Philipina, India berpengaruh banyak bagi bangsa Indonesia terutama kalangan terpelajar.

B. Lahirnya Organisasi-organisasi Sosial Kemasyarakatan

Pergerakan nasional atau disebut pula sebagai tonggak Hari kebangkitan Nasional

pada 20 Mei 1908 lebih didasari oleh lahirnya Budi Utomo. Setelah itu lahirnya berbagai

organisasi baik yang bersifat nasionalis/kebangsaan dan ada pula keagamaan.

1. Bersifat Nasionalis/Kebangsaan:

a. Budi Utomo

b. Indische Party

c. Partai Nasional Indonesia (PNI)

d. Gerindo, dan lain-lain.

2. Bersifat Keagamaan:

a. Serikat Dagang Islam (SDI) - SI - PSII

b. Al Irsyad

c. Jami'atul Khair

d. Muhammadiyah

e. Nahdhatul Ulama (NU), dan lainnya.

Gerakan kebangkitan keagamaan seperti tersebut di atas, ada yang kiprahnya

dalam dunia politik, dan ada pula yang hanya dalam dimensi sosial keagamaan semata,

atau ada pula yang kedua-duanya.

1. Serikat Dagang Islam

Serikat Dagang Islam (SDI) pada awalnya berdiri di Bogor pada tahun 1909 atas

usaha R.M. Tirtohadisuryo. Kemudian pada tahun 1912 di Solo berdiri pula SDI oleh H.

Samanhudi.

Tujuan didirikannya SDI ini adalah:

= Dalam usaha untuk mempertinggi mutu perekonomian rakyat

= Mengadakan pembelaan terhadap penghinaan kolonial pada agama Islam.

Pada tanggal 10 September 1912 disahkan Anggaran Dasar SDI, kemudian

dirubah menjadi Serikat Islam (SI) atas prakarsa R.O.S. Cokroaminoto di Surabaya.

Sementara SI sendiri berdiri dilatarbelakangi oleh:

# Perlawanan terhadap dagang dengan orang Cina

# Fron terhadap penghinaan Belanda pada bumiputera

# Reaksi dari rencana Kristensasi, dan

63

Page 64: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

# Reaksi kecurangan dan penindasan kesewenangan pihak ambetanaar bumiputera.

Pada zamannya organisasi ini termasuk yang paling banyak memiliki massa,

sampai tahun 1919 sudah memiliki anggota 2.250.000 orang oleh karena itu sangat

ditakui Belanda (L. Stoddard: 1966: 330). Pada tahun 1921 sewaktu berlangsung

pertemuan di Yogayakarta secara resmi SI menjadi Partai Politik dengan nama Partai

Serikat Islam, dengan tokoh-tokoh HOS. Cokroaminoto, H. Agus Salim dan Abdul Muis.

Dalam perkembangan selanjutnya PSI terpecah menjadi dua bagian, yaitu SI

Putih dan SI Merah. SI Putih dipimpin oleh HOS. Cokroaminoto dan H. Agus Salim

untuk selanjunya pada tahun 1929 menjadi Partai Serikat Islam Indonesia, sedang SI

Merah dipimpin oleh Semaun, Moso, Alimin dan lainnya pada akhirnya mendirikan

Partai Komunis Indonesia (PKI).

2. Muhammadiyah

Muhammadiyah, adalah sebuah organisasi keagamaan yang didirikan pada 18

November 1912 di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan. Menurut H. Rosihan Anwar

(1979: 248) sifat gerakan ini non-politik dan tujuannya yang utama ialah menggiatkan

pendidikan agama Islam dan studi-studi Islam di Indonesia dan seterusnya memajukan

kehidupan keagamaan di kalangan para anggotanya.

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi beraliran Salaf adalah gerakan

Reform. Gerakan yang berusaha memurnikan ajaran agama. gerakan pembaharuan yang

berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam pada relnya kaum Salaf, kembali kepada Al

Qur'an dan Hadist Rasulullah, mengikis habis bid'ah dan khurafat, takhayul serta klenik,

membuka terus pintu ijtihad dan menolak sifat membabi buta dalapan taqlid. Selain

melainkan perombakan total luar dan dalam, jiwa dikembalikan, kemudian usaha

disesuaikan dengan perkembangan zaman (L. Stoddard: 1966: 318)

Dalam aspek ibadah, diakui organisasi ini melakukan sebagai apa yang telah dilakukan

oleh Rasulullah, apa yang tertuang dalam Al Qur'an dan Hadist itulah yang diamalkan.

Konsekuensinya, demikian tulis Azyumardi Azra (199: 67) ibadah-ibadah kaum

modernis dan reformis cenderung tidak berbunga-bunga; dengan kata lain, cenderung

sangat "bersahaja" dan, karena itu, agaknya "kering" dari pengalaman keberagamaan

yang intens.

Melihat dari gerakan organisasi ini, para ahli sebagian menyatakan bahwa

lahirnya gerakan ini salah satunya dipengaruhi oleh paham gerakan Muhammad bin

Abdul Wahab di Mekkah.

64

Page 65: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Namun juga pengaruh Pan Islamisme atau pembaharuan di Timur Tengah yang

dicetuskan oleh Abduh, Al Afghani, Rasyid Ridha dengan majalah Al Manar, Al Liwa

dan lainnya turut pula memberi pemikiran organisasi ini.

Kiprah Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan, terutama dalam

pengembangan sumber daya manusia sangat dipujikan, ini terlihat dalam banyaknya

lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh organisasi ini. Kendati diakui, sekolah-

sekolah yang didirikannya lebih banyak terpusat di wilayah perkotaan, sementara di

daerah pedesaan tampaknya diisi oleh organisasi Nahdhatul Ulama adengan Pondok

Pesantrennya. Sehingga wajarlah kalau ada yang mengatakan bahwa organisasi semacam

Muhammadiyah ini memiliki keanggotaan di kalangan lapisan menengah ke atas yang

umumnya berada di perkotaan. Dalam kaitan ini Dr. Alfian seperti dikutip oleh KH.

Saifuddin Zuhri (1979: 607) menyatakan bahwa, baik Syarikat Islam maupun

Muhammadiyah gagal menyusup kepedesaan, mereka tidak dapat membawa pikiran-

pikiran perjuangan memakai bahasa yang dimengerti rakyat.

Selain aktivitasnya di bidang pendidikan, juga di bidang kesehatan dan panti

sosial. Sehingga sebagian orang berkata dan ini ada benarnya kalaulah bukan

Muhammadiyah (bukan satu-satunya) maka usaha Kristenisasi sudah lebih maju. Karena

itu tujuan kehadiran Muhammadiyah bukan semata seperti disebut di atas, tetapi lebih

dari itu, ia adalah sebagai upaya untuk menahan arus Kristenisasi di Indonesia.

Organisasi mulai didirikan sampai kini adalah murni organisasi yang berkiprah

dalam bidang sosial keagamaan. Muhammadiyah tetap dalam bentuknya yang semula

untuk seterusnya sebagai Gerakan Islam. Namun sebagai pribadi, banyak anggota-

anggota Muhammadiyah tidak ketinggalan ikut serta duduk dalam badan-badan

perwakilan, baik yang bersifat daerah maupun pusat, anggota-anggota itu aktif pula

dalam gerakan-gerakan nasional, yang berkecimpung dalam bidang politik kenegaraan

(L. Stoddard: 1966: 315).

3. Nahdhatul Ulama (NU)

Pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya berdirilah organisasi yang diberi nama

Nahdhatul Ulama atau NU. Berdirinya organisasi "Perkumpulan para Ulama" ini semula

adalah lanjutan dari adanya "Komite Hijaz". Komite Hijaz ini adalah suatu delagasi para

ulama untuk berjumpa muka dengan raja Ibnu Sa'ud di Mekkah, khususnya akan

membicarakan perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam bidang ibadah, akibat

jatuhnya kota Mekkah ke dalam kekuasaan yang beraliran Salaf.

65

Page 66: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Adapun maksud didirikannya organisasi ini sebagai tertuang dalam Anggaran

dasar yang disahkan oleh Belanda pada tanggal 16 Pebruari 1930 No. 23 dijelaskan

"Maksud perkumpulan ini ialah memegang teguh pada salah satu dari Mazhabnya Imam

empat, yaitu Imam Muhammad bin Idris As-Syafi'ie, Imam Malik bin Anas, Imam Abu

Hanifah dan Nu'man atau Imam Ahmad Ibn Hambal, dan mengerjakan apa saja yang

menjadikan kemaslahatan agama Islam (L. Stoddard: 1966: 323)

NU sebagai salah satu organisasi Islam memiliki masa yang cukup besar,

terutama berbasis di pedasaan, dalam gerak langkah keagamaannya lebih bersifat

"tradisional" (meminjam istilah Azyumardi Azra). Karena tradisonal, khsusu NU,

cenderung menerima hadis secara relatif longgar dan, karena itu, tidak terlalu kritis atau

tidak sangat mempersoalkan tentang apakah hadist-hadist yang mereka terima itu benar-

benar merupakan hadist shahih atau hadist dhaif, khusus dari segi sanadnya.

Pengadopsian hadits seperti itulah yang menjadikan ibadah kaum tradisional lebih

"berbunga-bunga", penuh dengan tambahan-tambahan Azyumardi Azra: 1999: 67) yang

oleh kaum modernis dan reformis disebut sebagai "bid'ah" karena semata-mata berlan-

daskan pada hadist-hadist yang lemah.

Dalam menggerakkan organisasi ini, terdapat kepengurusan yang disebut Syuriah

dan Tanfidziyah. Pada dasarnya mereka duduk di Syuriah adalah para alim ulama, atau

para Kiyai yang memiliki kharismatik tinggi baik dalam bidang keilmuan atau ibadah.

Sementata pada Tanfidziyah lebih banyak diduduki oleh kalangan terpelajar atau cerdik

pandai. Saat ini (2004) sewaktu diadakan Muktamar di Solo (Jawa Tengah) untuk

kepemimpinan periode 2004-2009 Tanfidziyah kembali (dua periode) diketuai KH.

Hasyim Mudzadi, demikian pula ra’is Syuri’ah diketuai oleh KH. Sahal Mahfudz.

Kiprah organisasi ini selain dalam bidang keagamaan, juga dalam bidang sosial

dan pendidikan. Kendati diakui kiprah NU dalam bidang pendidikan lebih banyak di

pedesaan, terutam Pondok Pesantren. Dalam bidang kesehatan NU juga memiliki rumah

sakit, puskesmas. Inilah gerak awal NU, namun dalam perjalanan sejarah selanjutnya NU

terlibat dalam bidang politik, bahkan organisasi ini menjadi Partai Politik. Sejak tahun

1945 - 1951 Nahdhatul Ulama bersatu di dalam Partai "Masyumi". Namun sewaktu

diadakan muktamar ke-19 Jam'iyah di Palembang tanggal 1 Mei 1952 NU secara tegas

keluar dari Masyumi menjadi partai politik tersendiri.

66

Page 67: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Pada tahun 1955 sewaktu diadakan Pemilu I, NU menjadi pemenang pemilu

ketiga setelah PNI, Masyumi. Dalam peran politiknya NU lebih mengadepankan

akomudatif. Namun sewaktu Abdurrahman Wahid berseberangan dengan Presiden

Soeharto, seperti dikemukakan Nakamura pada tahun 1970-an, NU tampil sebagai

kelompok pengeritik yang paling lugas terhadap pemerintah Orde Baru. Penyimpangan

dari tradisi politik akomodatif inilah yang menghasilkan apa yang disebut Nakamura

sebagai tradisionalisme radikal NU (Azyumardi Azra: 1999: 75)

Semenjak tahun 1973 struktur kepartaian mengalami perubahan dengan adanya

penyederhanaan partai politik yaitu, partai Islam menjadi Pertai Persatuan Pembangunan

(PPP), partai nasionalis menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan Golongan Karya.

Beberapa tahun kemudian, terutama setelah terjadinya konplik di dalam tubuh

PPP, maka dalam Muktamar Sitobondo, NU kembali ke khittah 1926, yaitu keluar dari

partai politik, dan ini dipertahankannya sampai sekarang, kendati untuk menampung

aspirasi anggota untuk berkreasi dalam kegiatan politik, warga NU ada yang di PKB,

PKU, PNU, dan Suni, di samping juga orang-orang NU tidak sedikit berkiprah di partai

lain seperti PPP, PDI-P, atau Golongan Karya.

Setelah lengsernya Presiden BJ. Habibi, mantan ketua Tanfiziyah K.H.

Abdurrahman Wahid (Deklarator PKB), terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia,

kendati masa pemerintahannya baru berjalan sekitar satu tahun lebih, Abdurrahman

Wahid dipaksa oleh Majelis Permusyarawatan Rakyat untuk menyerahkan jabatannya

kepada Wakilnya Megawati Sokarnoputri. Dalam pemilu presiden (2004), Presiden

Megawati Sokarnoputri harus menyerahkan kekuasaannya kepada Sosilu Bambang

Yodoyono dari Partai Demokrat.

Pasca kejatuhan Orde Baru ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto,

Indonesia memasuk Orde Reformasi. Munculnya partai politik bak cendawan di musim

hujan baik yang bersifat nasionalis maupun agama. Di kalangan Islam, muncul berpuluh-

puluh partai politik. Di kalangan masyarakat yang berbasis kaum Nahdhiyin terdapat

PKB, PNU, PKU, Suni, di kalangan masyarakat muslim lain terdapat Partai Keadilan

Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB), Masyumi Baru, dan banyak lagi partai-

partai kecil yang tumbuh berbasiskan agama (Islam). Orang-orang Muhammdiyah

banyak berada di Partai Amanat Nasional (PAN) di mana ketuanya adalah Amin Rais

(mantan Ketua Umum Muhmmadiyah).

67

Page 68: Sejarah Dan Peradaban Islam Bab i s.d.ix

Munculnya partai-partai yang berbasis Islam -kendati ada yang mengaku

berpaham nasionalis- menunjukkan bangkitnya umat Islam di kancah politik dalam

upaya memperjuangkan nasib mereka sebagai kelompok mayoritas. Kendati diakui pada

pemilu 1999 berada di tangan PDI-P, dan pada pemilu 2004 yang lalu suara terbanyak

berada di tangan Partai Golongan Karya. Artinya, umat Islam Indonesia -kalau ini

dilihat dari Partai Politik Islam- sebagai kelompok mayoritas harus masih berjuang

untuk benar-benar menjadi kelompok mayoritas dalam dinamika politik.

68