rangkuman makalah sejarah peradaban islam

20
1 Nama : Rangkuman Sejarah Peradaban Islam No Sejarah Islam di Andalusia 1 Sejarah Islam Masa Turki Utsmani 4 Perang Salib 7 Sejarah Islam di Asia Tenggara 12 Sejarah Islam di Indonesia: Orde Lama, Baru dan Reformasi 18 SEJARAH ISLAM DI ANDALUSIA A. Orientasi Penaklukan. Penaklukan Andalusia terjadi pada tahun 92 H. Artinya, ia terjadi di masa kekhalifahan Umawiyah. Tepatnya di masa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik rahimahulloh; yang memimpin sejak tahun 86 H (705 M) hingga tahun 96 H (715 M). Ini berarti bahwa penaklukan Andalusia ini terjadi pada pertengahan kekhalifahan Al-Walid Al-Umawy rahimahulloh. Daulah Umawiyah terlalu banyak didzhalimi dalam sejarah Islam, banyak tuduhan, kedustaan dan peristiwa yang keliru yang telah mencoreng citranya. Akibatnya, periode sejarah Islam yang paling cemerlang dimana para sahabat dan tabi’in hidup (pasca era Nabi SAW. dan Khulafaurrasyidin) itupun menjadi sasaran kekejian fitnah. Dampaknya adalah sebagian orang, utamanya musuh-musuh dalam upaya penegakkan syariat Islam berpandangan bahwa sejarah Islam tidak pernah ada kecuali di masa Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. bahkan lebih dari itu, serangan dan tikaman tersebut juga telah sampai kepada sejarah Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. meskipun semua pihak mengetahui keutamaan mereka berdua. B. Penguasaan Islam Atas Andalusia Sebelum menaklukan Spanyol, umat Islam terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya). Afrika Utara dipimpin oleh seorang gubernur, yaitu Husna Ibn Nu’man, kemudian diganti oleh Musa Bin Nushair. Tampaknya tujuan umat Islam menguasai Afrika Utara adalah membuka jalan untuk mengadakan ekspedisi lebih besar ke Spanyol karena dari Afrika Utara itulah, ekspedisi ke Spanyol lebih mudah dilakukan. Kedudukan Musa Bin Nushair semakin kuat di Afrika Utara, Islampun menyebar dan orang-orangpun mulai bersemangat mempelajari Islam. Ketika Musa melihat buah dari hasil pekerjaannya, ia pun mulai berfikir untuk menyebarkan Islam di Negeri yang belum lagi dijangkaunya. Ia mulai berfikir unutk menaklukan Andalusia yang hanya dipisahkan dengan Afrika Utara dengan sebuah selat yang setelah penaklukan Islam dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). ada beberapa penghalang untuk melakukan itu, diantaranya; 1. Minimnya Armada laut 2. Adanya pulau Balyar milik kaum Nashrani dibelakang mereka

Upload: haristiansahroni

Post on 18-Dec-2015

150 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Sejarah Peradaban Islam, File Kuliah Semester II

TRANSCRIPT

  • 1

    Nama : Rangkuman Sejarah Peradaban Islam No Sejarah Islam di Andalusia 1 Sejarah Islam Masa Turki Utsmani 4

    Perang Salib 7 Sejarah Islam di Asia Tenggara 12

    Sejarah Islam di Indonesia: Orde Lama, Baru dan Reformasi 18

    SEJARAH ISLAM DI ANDALUSIA

    A. Orientasi Penaklukan. Penaklukan Andalusia terjadi pada tahun 92 H. Artinya, ia terjadi di masa

    kekhalifahan Umawiyah. Tepatnya di masa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik rahimahulloh; yang memimpin sejak tahun 86 H (705 M) hingga tahun 96 H (715 M). Ini berarti bahwa penaklukan Andalusia ini terjadi pada pertengahan kekhalifahan Al-Walid Al-Umawy rahimahulloh. Daulah Umawiyah terlalu banyak didzhalimi dalam sejarah Islam, banyak tuduhan, kedustaan dan peristiwa yang keliru yang telah mencoreng citranya. Akibatnya, periode sejarah Islam yang paling cemerlang dimana para sahabat dan tabiin hidup (pasca era Nabi SAW. dan Khulafaurrasyidin) itupun menjadi sasaran kekejian fitnah. Dampaknya adalah sebagian orang, utamanya musuh-musuh dalam upaya penegakkan syariat Islam berpandangan bahwa sejarah Islam tidak pernah ada kecuali di masa Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. bahkan lebih dari itu, serangan dan tikaman tersebut juga telah sampai kepada sejarah Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. meskipun semua pihak mengetahui keutamaan mereka berdua. B. Penguasaan Islam Atas Andalusia

    Sebelum menaklukan Spanyol, umat Islam terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya). Afrika Utara dipimpin oleh seorang gubernur, yaitu Husna Ibn Numan, kemudian diganti oleh Musa Bin Nushair. Tampaknya tujuan umat Islam menguasai Afrika Utara adalah membuka jalan untuk mengadakan ekspedisi lebih besar ke Spanyol karena dari Afrika Utara itulah, ekspedisi ke Spanyol lebih mudah dilakukan.

    Kedudukan Musa Bin Nushair semakin kuat di Afrika Utara, Islampun menyebar dan orang-orangpun mulai bersemangat mempelajari Islam. Ketika Musa melihat buah dari hasil pekerjaannya, ia pun mulai berfikir untuk menyebarkan Islam di Negeri yang belum lagi dijangkaunya. Ia mulai berfikir unutk menaklukan Andalusia yang hanya dipisahkan dengan Afrika Utara dengan sebuah selat yang setelah penaklukan Islam dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). ada beberapa penghalang untuk melakukan itu, diantaranya; 1. Minimnya Armada laut 2. Adanya pulau Balyar milik kaum Nashrani dibelakang mereka

  • 2

    3. Adanya pelabuhan Sabtah (Ceuta) tepat di sisi selat Gibraltar yang berada dalam kekuasaan Kristen yang mempunyai hubungan dengan raja-raja Andalusia

    4. Minimnya jumlah kaum muslimin 5. Banyaknya jumlah kaum Kristen 6. Letak geografis Andalusia dan posisinya tidak dikenal oleh kaum muslimin.

    Empat usaha yang akan dilakukan oleh Musa Bin Nushair upaya menghadapi masalah tersebut, diantaranya; 1. Membangun beberapa pelabuhan dan menyiapkan beberapa armada laut 2. Mengajarkan Islam kepada suku Barbar 3. Mengangkat Thariq Bin Ziyad sebagai pemimpin pasukan 4. Penaklukan kepulauan Balyar dan penggabungan kedalam wilayah kaum muslimin Pasukan Tharif Bin Malik; Pasukan Pertama Kaum Muslimin Menuju Andalusia

    Surat izin dari Khalifah Al-Walid Bin Abdul Malik pun tiba. Musa Bin Nushair segera menyiapkan sebuah pasukan kecil yang terdiri dari 500 prajurit (400 orang pasukan infanteri dan 100 orang pasukan kavaleri) yang dipimpin oleh Tharif Bin Malik, yang berasal dari suku Amazing (Barbar). Tharif tiba disana pada bulan Ramadhan 91 H (710 M), beberapa riwayat menyebutkan bahwa Tharif melakukan penyerangan dan berhasil mengambil banyak harta rampasan perang bahkan tawanan. Tharif Bin Malik menjalankan misinya dengan sangat baik untuk mempelajari wilayah Andalusia selatan dimana kaum muslimin akan berlabuh dikemudian hari. Pulau ini lalu dikenal dengan nama sang komandan ini: Pulau Tharifa (Tharifa Island). Setelah selesai dengan misinya, Tharif pun kembali menemui Musa Bin Nushair dan menjelaskan apa yang telah ia saksikan disana. Dengan penuh susah payah dan kerja keras, sepulang tharif Bin Malik, Musa Bin Nushair tetap melakukan persiapan pasukan dan perbekalan selama setahun lamanya. Hingga akhirnya selama setahun itu, ia berhasil menyiapkan 7000 prajurit. Dengan kekuasaan itulah, ia memulai misi penaklukan Islam terhadap Andalusia, meskipun jumlah kaum Kristen jauh lebih besar disana. Thariq Bin Ziyad; Orang Kedua Setelah Tharif Bin Malik

    Panglima adalah kiblat dan sandaran pasukan perang. Dengan demikian pemahaman inilah Musa Bin Nushair kemudian mengangkat pemimpin Barbar yang pemberani, Thariq Bin Ziyad (50-102 H/670-720 M), sebagai pemimpin pasukan yang akan bergerak menuju Andalusia. Dialah panglima yang menggabungkan antara rasa takut kepada Alloh SWT. dan sikap wara, serta kemampuan militer, kecintaan pada jihad dan keinginan untuk mati syahid di jalan Alloh SWT. Meskipun Thariq Bin Ziyad dari kalangan Barbar bukan dari kalangan bangsa Arab, namun Musa Bin Nushair lebih mengedepankannya dibandingkan orang-orang Arab. Itu semua disebabkan karena: 1. Musa Bin Nushair mengetahui betul bahwa tidak ada kelebihan bagi orang Arab

    atas orang non Arab dan juga sebaliknya, kecuali ketaqwaannya. Ia menemukan hal ini pada diri Thariq Bin Ziyad kelebihan dibandingkan yang lainnya, juga kapabilitas dalam menjalankan misi ini dengan sebaik-baiknya.

    2. Keberadaan Thariq sebagai seorang asli Suku Amazing (Barbar) juga sangat memberikan kontribusi dalam menyelesaikan semua faktor-faktor psikologis yang mungkin saja mengganjal di hati orang-orang Barbar yang belum lama masuk Islam.

  • 3

    Karena itu ia berhasil memimpin dan menundukkan mereka untuk mencapai tujuan yang ia inginkan. Setahun setealh misi intelijen yang sukses dipimpin oleh Tharif Bin Malik, dan

    setelah Musa Bin Nushair menetapkan strategi penaklukan, maka pada bulan syaban tahun 92 H (Juni 711 M), bergeraklah pasukan yang terdiri dari 7.000 prajurit Islam yang dipimpin oleh panglima Thariq Bin Ziyad. Ibnu Al-Kardibus mengatakan, Musa Bin Nushair saat melepas Thariq terus berdoa sembari menangis dan berserah diri kepada Alloh SWT., meminta kepada-Nya untuk memberikan kemenangan kepada kaum muslimin.

    Dalam penyerangan itu Thariq Bin Ziyad membawa pasukan sebanyak 7.000 orang pasukan. Tentara tersebut sebagian besar terdiri atas orang Barbar. Pada tahun 711 M, Thariq berlayar melalui Laut Tengah menuju daratan Spanyol dan berhasil mendarat disebuah bukit yang kemudian diberi nama Gibraltar (Jabal Thariq). Ketika Roderick mengetahui bahwa Thariq dengan pasukannya telah memasuki Negeri Spanyol, ia mengumpulkan pasukan penangkal sejumlah 25.000 tentara. Menyadari jumlah musuh yang jauh berbeda, Thariq meminta bantuan kepada Musa Bin Nushair, akhirnya Thariq mendapat tambahan pasukan sebanyak 12.000 tentara. Pada hari minggu tanggal 18 juli 711 M., kedua pasukan bertemu di Danau Janda dekat mulut sungai Barbate. Pertemuan berlangsung selama 8 hari dan kemenangan berada di pihak Thariq. Tentara Thariq dalam pertempuran itu mendapat bantuan dari pasukan Roderick yang membelot, Thariq kemudian meneruskan penaklukan ke Toledo. Kemudain Archidona dan Granada dapat ditundukkan, dan satu detasemen yang dipimpin oleh Mughitr Ar-Rumi dapat menaklukan kota Cordova yang kemudian dijadikan ibu kota pemerintahan Islam.

    Peperangan ini menghasilkan beberapa hasil penting, diantaranya adalah: 1. Andalus akhirnya menutup sebuah lembaran kegelapan, kebodohan dan

    kehancuran, dan dimulailah sebuah lembaran baru dari lembaran kebangkitan dan kemajuannya.

    2. Kaum muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan perang yang sangat besar; diantaranya adalah kuda-kuda. Sehingga merekapun menjadi pasukan berkuda setelah sebelumnya mereka hanyalah pasukan pejalan kaki (infanteri).

    3. Kaum muslimin memulai peperangan dan jumlah mereka 12.000 orang pasukan. Lalu perang itu berakhir dan jumlah mereka tinggal 9.000 orang pasukan. Sehingga hasil pertempuran itu adalah 3.000 orang syuhada yang menyirami bumi Andalusia dengan darah mereka yang berharga. Dengan itulah mereka menyampaikan agama ini kepada umat manusia. Semoga Alloh membalas mereka untuk Isalm dengan sebaik-baiknya.

    C. Kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan Kebudayaan 1. Kemajuan Intelektual

    a. Filsafat Perkembangan filsafat di Andalusia dimulai sejak abad ke 8 hingga abad ke 10

    b. Sains Yang terdiri dari ilmu-ilmu kedokteran, fisika, matematika, astronomi, kimia, botani zoologi, geolog ilmu obat-obatan, juga berkembang dengan baik.

  • 4

    c. Bahasa dan sastra d. Musik dan kesenian

    2. Ilmu agama a. Ilmu tafsir

    Salah satu mufasir yang terkenal saat itu adalah Imam Al-Qurthubi dengan buah tangannya Tafsir Al-Qurtubi, terdiri dari 20 jilid. b. Fiqih

    Dalam ilmu fiqih Spanyol dikenal sebagai pusat penganut madzhab maliki yang diperkenalkan melalui Ziyad bin Abd Ar-Rahman. Kemudian dikembangkan oleh Ibnu Yahya, Abu Bakr bin Al-Quthiyah, Muniz bin Said Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, Asy-Syatibi dan Ibnu Hazm.

    3. Bidang arsitektur bangunan Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, dan mendapat perhatian

    umat dan penguasa. Umunya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan sebagai alat transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun unutk membangun ekonomi. Demikian pula, dam-dam, kanal-kanal, saluran air dan jembatan-jembatan. D. KERUNTUHAN ISLAM DI ANDALUSIA 1. Konflik Agama

    Setelah menaklukan Spanyol, para penguasa muslim tidak menjalankan kebijakan Islamisasi secara sempurna. Penduduk Spanyol dibiarkan memeluk agamanya, mempertahankan hukum dan tradisi mereka. Penguasa Islam hanya mewajibkan mereka membayar upeti, dan tidak memberontak. Kebijakan ini ternyata menjadi bumerang. Penduduk Spanyol menggalang kekuatan untuk melawan penguasa Islam. Pertentangan Islam dan Kristen tak pernah berhenti sampai jatuhnya kekuasaan Islam. Orang-orang Kristen selalu merasa bahwa kehadiran umat Islam merupakan ancaman bagi mereka. Setelah kekuasaan Islam melemah, satu persatu kota-kota yang dikuasai Islam jatuh ke tangan orang Kristen. 2. Sistem Peralihan Kekuasaan Yang Tidak Jelas

    Terjadinya perebutan kekuasaan ini menyebabkan perang antara kaum elit atau keluarga yang pada akhirnya dapat menggerogoti kekuatan dan stbilitas negara 3. Gaya Hidup Dan Krisis Ekonomi

    Di paruh kedua Islam Spanyol, para penguasa mementingkan bangunan fisik dengan mendirikan bangunan-bangunan megah dan monumental. Demikian juga, bidang IPTEK. Pemerintah dengan giat mengembangkan bidang ini, sehingga bidang perekonomian kurang mendapat perhatian. Selain itu, banyak anggaran negara yang terserap untuk membiayai tentara bayaran demi keamanan negara.

    SEJARAH ISLAM MASA TURKI UTSMANI

    A. Asal-usul Utsmani Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah

    Mongol dan daerah negri Cina. Dalam waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke

  • 5

    Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Mereka melarika diri ke arah barat karena diserang oleh Mongol pada abad ke-13 M, yaitu daerah orang-orang Turki saljuk di dataran Asia kecil. Yang pada saat itu mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II yang dipimpin Orthogul. Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin mendpat kemenangan. Atas jasa baik itu, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu, mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai Ibu kota.

    Orthogul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Utsman. Putra Orthogul inilah yang dianggap sebagai pendiri Utsmani. Utsman memerintahkan pada tahun 1290 M sampai 1326 M. Sebagaimana Ayahnya, ia banyak berjasa pada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya mendudukki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk sampai akhirnya Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian terpecah-terpecah dalam beberapa kerajaan kecil. Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah-daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Utsman dinyatakan berdiri. Dengan penguasa pertamanya yaitu Utsman I B. Kebaikan-kebaikan Khilafah Utsmaniyah 1. Perluasan wilayah negri-negri islam. 2. Kekaisaran Utsmaniyah menghadapi Zionisme. 3. Kekusaan Utsmaniyyah telah memerangi orang-orang Syiah Rofidhoh yang

    menampilkan diri dalam bentuk pemerintahan Syafawi. 4. Berperang dalam menyebarkan islam.banyak kabilah Asyarkis yang telah memeluk

    islam lewat tangan mereka. 5. Masuknya orang-orang Utsmaniyah di sebagian wilayah Islam telah melindunginya

    dari rencana penjajahan yang telah menimpa wilayah lain. 6. Pemerintahan ini telah menguasai sebagian negri-negri islam (hingga luasnya

    mencapai kira-kira 20 juta Km). 7. Eropa memerangi orng-orang Utsmaniyah karena mereka adalah orang-orang

    islam, bukan karena mereka orang-orang Turki, mereka memusuhinya karena kedengkian terhadap perang salib.

    8. Pemerintahan ini mencerminkan kesatuan kaum muslimin, karena merupakan pusat khilafah, tidak ditemukan khilafah-khilafah lain di negri-negri kaum muslim. Karena itu, ia merupakan simbol bagi kaum muslimin yang dipandang oleh orang-orang yang di luar mereka dengan pandangan penuh penghargaan, pemuliaan, dan penghormatan.

    C. Peristiwa-peristiwa Penting Pada Masa Kelemahan 1. 978 H/1568 M: perjanjian damai dengan Austria 2. 978 H/1570 M: penaklukan di kepulauan Siprus 3. 984 H/1576 M: pembaruan pencapaian negara-negara asing 4. 985 H/1577 M: penaklukan Syarwan, Karz, dan Dagestan, serta timbulnya revolusi

    di Anatolia dan Istanbul.

  • 6

    5. 1021 H/1612 M: kekalahan pemerintah Utsmaniya di hadapan orang-orang Safawiyah dan terlepasnya sebagian kerajaan mereka.

    6. 1030 H/ 1620 M: tersebarnya kekacauan dan ketidak stabilan. 7. 1044 H/ 1634 M: penghentian revolusi Fakhruddin al-Mani (dari Duruz) yang telah

    menguasai Libanon, sebagaian besar Palestina dan Suriyah. 8. 1048 H/ 1638 M: peperangan dengan orang-orang safawiyah, dan masuknya orang-

    orang Utsmaniyah ke Baghdad. 9. 1055 H/ 1645 M: penaklukan Karyat. 10. 1074 H/ 1663 M: pasukan Utsmaniyah memasuki wilayah Morovia, dan Sinizia (di

    Bologna). Majrob terbagi menjadi dua wilayah, satu untuk orang-orang Utsmaniyah dan satu lagi untuk Austria.

    11. 1083 H/ 1672 M: ikutnya wilayah Kozaq di Ukraina kepada orang-orang Utsmaniyah.

    12. 1094 H/ 1682 M: pengepungan pemerintahan Utsmaniyah terhadap Austria. 13. 1100 H/ 1688 M: kekalahan di hadapan orang-orang Austria. 14. 1110 H/ 1698 M: perjanjian Karluftisy, orang-orang Utsmaniyah kehilangan

    Ukraina, Bodulia, Azzu, Hungaria, serta Transylvania dan sebagainya. 15. 1130 H/ 1717 M: perjanjian Bisarovetis. Dalam perjanjian ini orang-orang

    Utsmaniyyah melepaskan Serbia, Beograd, dan sebagian wilayah valechie. D. Faktor-faktor Kemunduran

    Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Utsmani itu mengalamin kemunduran, diantaaranya adalah yaitu: 1. Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas

    Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan Utsmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya digunakan untuk membangun negara. 2. Heterogenitas Penduduk

    Sebagai kerajaan beesar, Turki Utsmani menguasai wilayah yang amat luas, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunisia dan Al-Jazair di Afrika; dan bbulgaria, Yunani, Yogoslavia, Al-Bania, Hongaria, dan Rumania di Eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, etnis, ras maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu, diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung oleh didukung administrasi yang baik, kerajaan Utsmani hanya akan menanggung beban berat akibat Heterogenitas tersebut. Perbedaan bangsa dan agama acap kali melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan. 3. Kelemahan Para Penguasa

    Sepeninggal Sulaiman Al-Qonuni, kerajaan Utsmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam keperibadian terutama dalam kepemimpinannya. 4. Budaya Pungli

    Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seorang harus dalam dibayar dengan sogokan

  • 7

    kepada orang yang berhak menerima jabatan tersebut. Berjangkitnya budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh. 5. Pemberontakan Jenissari

    Kemajuan ekspansi kerajaan Utsmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Jenissari. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M. 6. Meroosotnya Ekonomi

    Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian negara merosot. Pendapatan berkuarang, sementara belanja negara sangat besar termasuk untuk biaya perang. 7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi

    Kerajaan Utsmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangin oleh kemajuan ilmu dan teknologi menyebabakan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropanyang lebih maju. Hal itu juga sejalan dengan menurunnya semangat berfikiran bebas akibat tidak berkembangnya pemikiran filsafat sejak masa Al-Ghazali.

    PERANG SALIB

    A. Pemicu Perang Salib Untuk pertama kalinya, pada paruh akhir abad ke-5 atau abad ke-11 M, tepatnya

    pada tahun 491 H/1096 M, bangsa Arab Islam harus menghadapi serangan penjajah yang akan menduduki tanah air mereka serta menghancurkan peradaban yang telah mereka bangun. Serangan militer itulah yang kemudian oleh ahli sejarah di Barat disebut sebagai Crusades (Perang Salib). Perang ini kemudian terus berlangsung selama hampir dua abad dengan beberapa jeda. Perang pertama kemudian berhasil melahirkan beberapa daerah pendudukan pasukan salib di kawasan Timur Arab seperti ar-Ruha, Antakya, Baitul Maqdis dan Tripoli.

    Pada saat itu juga, kaum muslimin menyadari bahaya serangan pasukan salib tersebut. Mereka pun segera merapatkan barisan dan menyatukan suara. Gerakan perlawanan dimulai oleh Syarafud-daulah Maulud at-Turki yang kemudian dilanjutkan oleh Sholahuddin al-Ayyubi al-Kurdi dan ditutup oleh Zhahir Baibars al-Mamluki serta beberapa penguasa setelahnya.

    Berbagai literatur sejarah telah menyebutkan beberapa faktor yang membuat kaum Salib berhasil melakukan penjajahan terhadap dunia Islam. Beberapa faktor itu sebagai berikut: 1. Jauhnya umat Islam dari Alloh 2. Para penguasa sibuk dengan diri sendiri demi melanggengkan kepentingan pribadi

    sehingga mereka sering bertikai satu sama lain. 3. Banyak ulama yang meninggalkan kewajiban mereka untuk berdakwah dan

    berpihak pada kebenaran.

  • 8

    4. Adanya kelompok yang mengeksploitasi perpecahan dalam tubuh umat untuk mereka jadikan sumber penghidupan.

    5. Adanya kengganan di dalam tubuh umat Islam untuk menuntut ilmu; mereka justru terus sibuk dan tenggelam dalam pertikaian di antara para penguasa muslim sendiri.

    6. Terjadinya serangkaian serangan Barbar yang telah meruntuhkan sendi-sendi ilmu pengetahuan pada saat pasukan Mongol menghancurkan kekhilafahan Dinasti Abbasiyah. Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya perang salib. Adapun yang menjadi

    faktor utama yang menyebabkan terjadinya Perang Salib ada tiga hal, yaitu agama, politik dan sosial ekonomi, 1. Faktor Agama

    Sejak Dinasti Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fathimiyah pada tahun 1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah kesana karena penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dinggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis. Bahkan mereka yang hendak pulang berziarah sering mengeluh karena mendapatkan perlakuan jelek dari orang Saljuk yang fanatic. Umat Kristen merasa perlakuan Dinasti Saljuk sangat berbeda dari penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya. 2. Faktor Politik

    Kekalahan Bizantium sejak 330 disebut Konstantinopel (Istanbul) di Manzikart, wilayah Armenia, pada tahun 1071 dan jatuhnya Asia Kecil ke bawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comneus (Kaisar Konstatinopel) untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II (1035-1099); yang menjadi Paus antara tahun 1088-1099, dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah Pendudukan Dinasti Saljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium karena adanya janji Kaisar Alexius untuk tunduk di bawah kekuasaan Paus di Roma dan harapan untuk dapat mempersatukan gereja Romawi dan Roma. Pada waktu itu Paus memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar terhadap raja yang berada di bawah kekuasaannya. Dia dapat menjatuhkan sanksi kepada raja yang membangkang terhadap perintah Paus dengan mencopot pengakuannya sebagai raja.

    Di lain pihak, kondisi kekuasaan Islam pada saat itu sedang melemah sehingga orang Kristen di Eropa berani untuk ikut mengambil bagian di Perang Salib. Ketika itu Dinasti Saljuk di Asia kecil sedang mengalami perpecahan, dan Dinasti Fathimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan Islam di Spanyol semakin goyah. Situasi semakin bertambah parah karena adanya pertentangan segitiga antara kholifah Fathimiyah di Mesir, kholifah Abbasiyyah di Baghdad, dan Amir Umayyah di Cordova yang memproklamasikan dirinya sebagai kholifah. Situasi yang demikian mendorong para penguasa Kristen untuk merebut satu persatu daerah kekuasaan Islam, seperti dinasti kecil di Edessa dan Bautil Maqdis. 3. Faktor Sosial Ekonomi

    Para pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venesia, Genoa, dan Pisa, berambisi untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan

  • 9

    dagang mereka. Untuk itu mereka rela menaggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan. Hal itu dimungkinkan karena jalur Eropa ketika itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu kaum gereja, kaum bangsawan serta kesaria, dan rakyat jelata. Meskipun merupaka mayoritas dalam masyarakat, kelompok yang terakhir ini menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhina, mereka harus tunduk kepada para tuan tanah yang sering bertindak semena-mena dan dibebani berbagai pajak serta sejumlah kewajiban lainnya. Oleh karena itu, ketika mereka dimobilisasi oleh pihak-pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam Perang Salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik apabila perang dapat dimenangkan, mereka menyambut seruan itu secara spontan dengan melibatkan diri dalam perang tersebut.

    Selain stratifikasi sosial masyarakat Eropa yang memberlakukan diskriminasi terhadap rakyat jelata, pada saat itu di Eropa berlaku hukum waris yang menetapkan bahwa hanya anak tertua yang berhak menerima warisan. apabila anak tertua meninggal, harta harus diwariskan kepada gereja. Hal ini telah menyebabkan populasi orang miskin semakin meningkat. Akibatnya anak-anak yang miskin sebagai konsekuensi hukum waris yang mereka taati itu beramai-ramai pula mengikuti seruan mobilisasi umum tersebut dengan harapan yang sama, yakni untuk mendapatkan perbaikan ekonomi. B. Periode Perang Salib

    Para sejarawan berbeda pendapat dalam menetapkan periodisasi Perang Salib. Prof. Ahmad Syalabi dalam at-Tarikh al-Islami wa al-Hadhorot al-Islamiyyah misalnya, membagi periodisasi Perang Salib itu atas tujuh periode.

    Philip K. Hitti menyederhanakan periodesasi perang salib dalam tiga periode. Pertama, masa penaklukan (1009-1144); kedua, masa timbulnya reaksi umat Islam (1144-1192); dan ketiga, masa perang saudara kecil-kecilan yang berakhir sampai 1291 M.

    Sami bin Abdulloh al-Maghluts dalam Atlas Perang Salib membagi rangkaian Perang Salib terhadap kawasan timur Islam menjadi dua. Pertama, Perang Salib Kecil yang berjumlah dua belas peperangan, yaitu: (1) Perang Salib Rakyat; (2) Perang Salib Pisa; (3) Perang Salib Lombardia; (4) Perang Salib Nifern; (5) Perang Salib Bavaria-Akitani; (6) Perang Salib Flamed; (7) Perang Salib Jerman; (8) Perang Salib Anak; (9) Perang Salib Prancis; (10) Perang Salib Inggris; (11) Perang Salib Aragon; dan (12) Perang Salib Nikolai IV; dan kedua, Perang Salib Besaryang berjumlah delapan peperangan.

    Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A., bahwa perang salib dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu periode pertama, kedua dan ketiga. 1. Periode Pertama

    Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Prancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudia ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan pada tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan Kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun sama mereka dapat menguasai Antiochea

  • 10

    dan mendirikan Kerajaan Latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait al-Maqdis (15 Juli 1099 M). Dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah panaklukan Bait al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M). Tripoli (1109 M), dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, rajanya adalah Raymond. 2. Periode Kedua

    Imaduddin Zanki, penguasa Moshul, dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada 1144 M. Namun, ia wafat pada tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki. Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.

    Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengorbankan Perang Salib II. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh Raja Perancis Louis VII dan Raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin Pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syiria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang Sholahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Sholahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem padatahun 1187 M. Dengan demikian, Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.

    Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara Salib. Merekapun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, Raja Jerman, Richard The Lion Heart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Prancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapatkan tantangan berat dari Sholahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi, mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 2 November 1192, dibuat perjanjian antara tentara Salib dengan Sholahuddin yang disebut dengan Shulh al-Romlah. Dalam perjanjian ini disebutkan orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu. 3. Periode Ketiga

    Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibti. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimiyat. Raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin disana dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syiria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Sholih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh Mamalik-yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyah-pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qolawun. Pada masa mereka Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.

  • 11

    Demikianlah, perang Salib berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Sapnyol, sampai umat Islam terusir dari sana.

    Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerah dari tentara-tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan ini terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian, mereka bukan menjadi bersatu, tapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad. C. Akibat Perang Salib

    Pada saat Perang Salib bangsa Eropa telah begitu banyak mengambil manfaat dari khazanah kekayaan timur, khususnya pada sisi pemikiran dan keilmuan. Sebab, pada saat itu dalam bidang keilmuan dan peradabaan, bangsa-bangsa timur jauh lebih unggul dibandingkan Eropa. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor terjadinya renaisans. Berikut ini adalah beberapa bidang yang mengalami kemajuan disebabkan persentuhan Eropa dengan peradaban Islam: 1. Kedokteran.

    Pada saat itu, gereja melarang peraktik medis disebabkan keyakinan mereka bahwa penyakit adalah sanksi dari Tuhan yang tidak boleh dihindari oleh manusia dan seseorang yang sakit memang layak menerimanya. Ditengahkebodohan itu, kaum muslimin sudah melakukan berbagai praktik medis sejak dini. Kaum muslimin sudah melakukan berbagai terobosan medis, menerjemahan berbagai macam buku induk dalam bidang kedokteran yang berasal dari Persia, Yunani, dan Hindustan, kedalam bahasa Arab. Bukan hanya itu, mereka juga menyusun buku induk sendiri yang tidak pernah tertandingi keluasan cakupannya dan kerincian kandungannya. Beberapa buku inilah yang selama berabad-abad terus dipelajari diberbagi universita di Eropa. 2. Matematika.

    Jauh sebelum tejadinya renaisan di Eropa, kaum muslimin sudah menguasai ilmi-ilmu matematika,astronomi,kimia,botani,biologimetalurgi, dan farmasi dengan sangat baik. Kaum muslimin melakukan penerjemahan besar-besaran hampir disemua literature ilmiah dari Yunani, Romawi, Persia, dan Hindustan kedalam bahasa Arab. Mereka bahkan sudah mendirikan begitu banyak perpustakaan dan rumah-rumah baca. Parakholifah dan penguasa muslim selau membuka istana untuk kepentingan para ilmuan dan keilmuan sambil terus berlomba-lomba melayani mereka dengan baik. Sementara itu, para ilmuan musllim terus menemukan berbagai penemuan baru yang memperkaya pendapat para sejawat mereka.

    Pada saat inilah muncul sekian banyak nama besar semisal: Ibnu Miskawaih, al-Khozin, Ibnu Kholdun, Ibnu Nafis, Ibnu Haitsam, al-Battani, al-Farghoni, Al-Kindi,al-Khowarizmi, al-Biruni, al-Ghofiqi, al-Qazwini, Jabir bin Hayan, ibnu Baithor, Daud al-Anthoki, dan sederajat nama lainnya.

    Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia. Perang Salib membawa Eropa kedalam kontak langsung dengan dunia muslim dan terjalinnya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan saling tukar pikiran antara kedua belah pihak. Pengetahuan orang timur yang progresif dan maju memberi daya dorong besar bagi pertumbuhan intelektual Eropa Barat. Hal ini melahirkan suatu bagian penting dalam menumbuhkan Reanisans di Eropa.

  • 12

    Keutungan Perang Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari orang Islam. Meraka juga dapat mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur yang lebih berkembang. Ketika kembali ke Eropa, meraka mendirikan sebuah pasar khusus untuk barang-barang Timur. Orang-orang barta mulai menyadari kebutuhan akan barang-barang Timur, dankarena kepentingan ini perdagangan antar timur dan barat menjadi lebih berkembang.

    Kegiatan perdangan tersebut lebih mengarah pada perkembangan kegiatan maritim diLaut Tengah. Orang-orang Islam yang pernah menguasai laut tengah kehilangan kekuasaan, sementara orang-orang Eropa bebas mengguanakan jalan laut melalui laut tengah tersebut.

    SEJARAH ISLAM DI ASIA TENGGARA

    A. Teori Masuknya Islam di Asia Tenggara Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang. Hal

    ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklukan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.

    Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir. Berikut tentang sejarah masuknya Islam di negara negara ASEAN.

    Teori pertama, dikemukakan oleh beberapa ahli dari Belanda, diantaranya : Pijnappel, yang mengatakan bahwa asal mula Islam menjalin kontak dengan asia tenggara berangkat dari wilayah Gujarat, dan Malabar. Kontak paling awal ini dapat disebut dengan kontak perdagangan. Hal ini didasarkan pada catatan perjalanan Sulaiman, Marcopollo dan Ibnu Batuthah, yang menyebutkan bahwa muslim Arab yang bermadzab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India, yang membawa Islam ke Asia Tenggara.

    Teori Kedua, disampaikan oleh Fatimi yang memberikan kesimpulan bahwa islam masuk ke Asia Tenggara, terutama Nusantara berasal dari Bengal ( Bangladesh). Hipotesis Fatimi, bahwa Islam datang pertama kali disekitar abad ke-8 H (14 Masehi) teori kedua ini juga disebut dengan teori persia. Teori ini menitik beratkan pandangannya pada kesamaan kebudayaan masyarakat Asia Tenggara khususnya di Indonesia dengan Persia. Terori ketiga, menyebutkan bahwa Islam datang ke Asia Tenggara bukan dari bengal, melainkan langsung dari Arab, tepatnya di Hadramaut. Menurut teori ini, Islam

  • 13

    masuk ke Asia Tenggara sejak masa abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 dan ke-8 masehi. B. Sejarah Masuknya Islam Di Filipina

    Islam di asia menurut Dr. Hamid mempunyai 3 bentuk penyebaran. Pertama, penyebaran Islam melahirkan mayoritas penduduk. Kedua, kelompok minoritas Islam. Ketiga, kelompok negera negara Islam tertindas. Dalam referensi lain kita dapati bahwa pedagang dan dai masuk ke kepulauan filipina pada abad ke-3 H/9 M. salah satu dai tersohor waktu itu adalah Syarif Kabu Bakhsawan yang menyebarkan islam di Pulau Mindanao dan Kepaulauan Sulu.

    Hal itu pastinya tidak lepas dari sejarah latar belakang Islam di negeri philipina. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya penjajahan saja, akan tetapi konflik internal yang masih berlanjut sampai saat ini.

    Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga, akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaitu Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan Fathu-i-Qareeb, Taqreebu-i-Intifa dan Mir-atu-Thullab. Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. C. Masa Kolonial Spanyol

    Sejak masuknya orang-orang Spanyol ke Filipina, pada 16 Maret 1521 M, penduduk pribumi telah mencium adanya maksud lain dibalik ekspedisi ilmiah Ferdinand de Magellans. Ketika kolonial Spanyol menaklukan wilayah utara dengan mudah dan tanpa perlawanan berarti, tidak demikian halnya dengan wilayah selatan. Mereka justru menemukan penduduk wilayah selatan melakukan perlawanan sangat gigih, berani dan pantang menyerah. Tentara kolonial Spanyol harus bertempur mati-matian kilometer demi kilometer untuk mencapai Mindanao-Sulu (kesultanan Sulu takluk pada tahun 1876 M). Menghabiskan lebih dari 375 tahun masa kolonialisme dengan perang berkelanjutan melawan kaum Muslimin. walaupun demikian, kaum Muslimin tidak pernah dapat ditundukan secara total. Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah dan kuasai) serta mision-sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi (julukan terhadap hal-hal yang buruk) sebagai Moor (Moro). Artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang-orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan

  • 14

    tersebut. Tahun 1578 M terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina sendiri. Penduduk pribumi wilayah Utara yang telah dikristenkan dilibatkan dalam ketentaraan kolonial Spanyol, kemudian di adu domba dan disuruh berperang melawan orang-orang Islam di selatan. Sehingga terjadilah peperangan antar orang Filipina sendiri dengan mengatasnamakan misi suci. D. Sejarah Islam di Malaysia 1. Masuknya Islam di Malaysia

    Pengakuan Islam di bagian dunia telah menjadi fakta sejak CE 674 (empat puluh dua tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW ketika penguasa Umayyah Muawiyah berkuasa di Damaskus. Dua ratus tahun kemudian pada tahun 878 Masehi Islam dianut oleh orang-orang di sepanjang pantai Semenanjung Malaysia termasuk pelabuhan Kelang yang terkenal pusat perdagangan. Sebelum kedatangan Islam, orang Melayu pribumi memeluk agama kuno dengan berbagai bentuk keyakinan dengan beberapa milik penduduk Hindu / Budha agama. Hidup ini terstruktur dan diatur dengan cara-cara yang menunjukkan pengaruh lebih dari satu agama. Hal ini dapat dilihat tidak hanya dalam pola-pola budaya malay tetapi juga bagian dari 'kekuatan' struktur pejabat negara dan pangeran.

    Kejayaan Malaka dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh Sultan Aludin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah. Kemudian pusat pemerintahannya dari Kampar ke Johor (Semenanjung Malaka). Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama dan negeri Johor makin bertambah ramai dengan datangnya para pedagang dan pendatang.

    Pada tingkat politik, penguasa kerajaan dan kepala negara di sebagian besar masyarakat di dunia malaysia memeluk agama Islam. Orang-orang terkesan dan tertarik oleh ketentuan dalam Alquran dan Hadis bahwa manusia harus digolongkan atas dasar kesetaraan interpersonal. 2. Penyebaran Islam

    Setelah pengenalan awal Islam, agama ini disebarkan oleh para sarjana Muslim lokal atau ulama 'dari satu kabupaten yang lain. Praktik normal mereka adalah untuk membuka pusat pelatihan agama disebut "pondok" atau pondok dari ruang tidur kecil yang dibangun bagi para siswa.

    Selain memberi kuliah di rumah-rumah, rumah doa, atau masjid, mereka juga melakukan tugas-tugas seperti bekerja di ladang padi, berkebun dan craftwork dan pekerjaan lain sesuai dengan kemampuan masing-masing individu. Peran ulama ini 'tidak hanya itu seorang guru tetapi juga bahwa dari penasihat bagi keluarga dan masyarakat desa. Peran yang mereka mainkan cukup luas dengan alasan salah satu keahlian dan kemampuan mereka di lebih dari satu bidang kegiatan manusia. Setelah lulus, murid-murid akan kembali ke tanah air mereka, sering di beberapa sudut terpencil negara, membentuk sebuah mata rantai antara satu ulama 'dan lainnya.

    Islam di Malay Archipelago pada umumnya dan Malaysia khususnya mengikuti Madhab Syafi'i (aliran pemikiran). Namun, ada banyak umat Islam di Malaysia yang tidak mengikuti sekolah tertentu. Di Perlis, konstitusi negara menentukan bahwa Perlis mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dan tidak Madhab tertentu. Banyak umat Islam di

  • 15

    Perlis karenanya tidak mengikuti Madhab, seperti halnya dengan para pengikut dan anggota Organisasi Muhammadiyah di Indonesia.

    Namun ada, sejumlah umat Islam yang merasa bahwa sekolah-sekolah pondok tidak bisa menghadapi tantangan lembaga pendidikan kolonial. Dalam rangka untuk mengatasi masalah, Madrasatul Mashoor Al-Islamiyah didirikan di Pulau Pinang pada tahun 1916 dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Madrasah mengajarkan Fiqh serta mata pelajaran sekuler.

    Sampai sekarang perkembangan agama Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkemabangan Islam di Malaysia, tidak ada hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan, hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992. kelantan adalah negara bagian yang dikuasai partai oposisi, yakni Partai Al-Islam se-Malaysia (PAS) yang berideologi Islam. Dalam pemilu 1990 mengalahkan UMNO dan PAS dipimpin oleh Nik Mat Nik Abdul Azis yang menjabat sebagai Menteri Besar Kelantan. E. Sejarah Islam di Muangthai 1. Latar Belakang Muangthai

    Di Muangthai terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4 % dari penduduk umumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak menganut Islam yaitu di propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan Yala. Pekerjaan kaum muslimin Muangthai cukup beragam, namun yang paling dominan adalah petani, pedagang kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan. Agama Islam di Muangthai merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani pada awal abad ke-17 pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menghasilkan ulama besar seperti Daud bin Abdillah bin Idris al-Fatani. 2. Masyarakat

    Masyarakat Melayu sangat terisolasi dari masyarakat Muangthai pada umumnya dan karakteristik sosial budayanya cenderung untuk mengisolasikan. Istilah masyarakat Muslim hampir sinonim dengan masyarakat pedesaan. Daerah-daerah perkotaan secara dominan merupakan daerah Muangthai Budhis, yang berhubungan dengan birokrasi negara dan para pedagang serta pemilik tokoh Cina. Hanya ada dua alasan bagi orang Muslim pedesaan Melayu untuk berhubungan dengan orang Muslim bukan melayu di daerah perkotaan. Oleh karena itu, usaha-usaha kecil di desa dimiliki oleh orang-orang Muslim Melayu sendiri. Dan untuk berhubungan atau berurusan dengan pemerintahan harus memakai cara penghubung atau perantara, maka kesempatan diadakannya hubungan antar pribadi antara mayoritas Melayu Muslim dan non Muslim di daerah itu sangat terbatas. Para pejabat pemerintah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk mengetahui dari sifat sebenarnya terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh penduduk desa. Penduduk desa menyerahkan persoalan dagangnya dengan para saudagar Cina dipemilik toko di desa. Lingkungan sosialnya cenderung kecil dan mereka tidak merasa perlumemperluas jaringan sosialnya. 3. Penyebaran Islam di daerah Patani

  • 16

    Pada dasarnya yang menyebabkan tetap kuatnya kesetiaan rakyat dan rasa keterikatan kultural mereka dengan Patani adalah peran historisnya sebagai pusat Islam di Asia Tenggara. Bahkan kerabat-kerabat raja dan kaum bangsawan tetap merupakan symbol kemerdekaan Patani selama banyak dasawarsa, setelah negeri itu secara formal dimasukkan ke dalam kerajaan Muangthai dalam tahun 1901. Pada tahun 1613 Patani masuk Islam sebelum Malaka, secara tradisional dikenal sebagai Darussalam (tempat damai) pertama di kawasan itu. Sejalan dengan tradisi antara agama dan system pemerintahan di Asia Tenggara. Di kalangan pemegang kekuasaan untuk menerimaidiologi yang memberi legitimasi sebelum rakyat sendiri memeluknya. Maka Islam dianut oleh keluarga para raja.

    Penyebaran Islam di Muangthai melalui perdagangan, di sana Islam tidak berhasil mendesak pengaruh Budha secara kultural maupun politik. Karena Islam pada saat itu masih sedikit. Kaum muslimin yang menjadi mayoritas menghadapi masalah, namun tak lama kemudian Muslim minoritas bisa berperan penting dalam kehidupan nasional mereka. Karena kemajuan yang telah dicapai di bidang pendidikan. Dan pendidikan inilah faktor terpenting bagi kemajuan kaum muslimin, contohnya berhasilnya Surin Pitsuan dengan nama Muslim Abdul Halim bin Ismail, beliau mendapat gelar kesarjanaan tertinggi di bidang ilmu politik, beliau juga seorang intelektual Muslim berhaluan modernis dan moderat. Surin Pitsuan berfikir bahwa selama ini sistem negara Muangthai berdasarkan budhisme terbukti dalam keanggotaannya dalam parlemen. 4. Perkembangan Keagamaan dan Peradaban di Muangthai

    Islam di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakat Muangthai menganut agama Budha dan Hindu. Orang Melayu Muslim merupakan golongan minoritas terbesar ke-dua di Muangthai, sesudah golongan Cina. Mereka tergolong Muslim Sunni dari madzab Syafii yang merupakan madzab paling besar dikalangan umat Islam di Muangthai. Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu perasaan keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial, budaya, dan politik Muangthai.. Dan Perkembangan Islam di Muangthai telah banyak membawa peradaban-peradaban,misalnya :

    a. Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat megah dan indah.

    b. Golongan Tradisional dan golongan ortodoks telah menerbitkan majalah Islam Rabittah.

    c. Golongam modernis berhasil menerbitkan jurnal Al Jihad. F. Sejarah Islam di Thailand dan Birma (Myanmar)

    Islam datang ke thailand dengan perantaraan pedagang yang berasal dari arab dan india. Para pedagang yang berasal dari arab dan india disebut khek islam(pedagang muslim) oleh penduduk setempat. Para pedagang tersebut meminta kepada raja siam untuk mendirikan masjid. Permohonan mereka dikabulkan oleh raja maka didirikanlah masjid Bangkok Noi (Bangkok Kecil). Islam disebarkan di Siam melalui hubungan dagang dan perkawinan. Asep Ahmad hidayat yang dikutip Jaih Mubarok menjelaskan bahwa sebelum tahun 1801, wilayah Thailand merupakan wilayah kesultanan petani Darussalam ( Patani Raya ) yang meliputi Patani (Thailand selatan), Trengganu, dan kelantan (Malaysia). Pada tahun 1901, wilayah tersebut dikuasai oleh kerejaan Thailand.

  • 17

    Berdasarkan perjanjian 1902, wilayah kesultanan Patani Darussalam dipecah menjadi dua, yaitu patani dimasukan kedalam wilayah Thailand sedangkan trengganu dan klantan dimasukan ke dalam wilayah koloni Inggris. Sekarang, Trengganu dan Klantan merupakan Negara bagian dari Malaysia.

    Peristiwa dimasukannya wilayah Patani secara resmi kedalam Negara Thailand dan dihapuskannya sistem kesultanan, mendapat reaksi keras dari rakyat Patani pada waktu itu. Mereka melakukan perlawanan senjata terhadap kerajaan Thailand. Pada tahun 1903, Abdul Qadir (Raja Patani) melakukan gerakan dengan strategi perlawanan umum untuk memancing tindakan-tindakan penindasan sehingga melahirkan pemberontakan umum terhadap pemerintah Thailand; dan meminta campur tangan asing, terutama dari Inggris di Malaka. Namun, usaha pemberontakan itu dapat ditumpas oleh kerajaan Thailand. Gerakan-gerakan berikutnya adalah : 1. Perlawanan yang menuntut kemerdekaan penuh dari Thailand di bawah pimpinan

    Totae (1901). 2. Perlawanan terhadap pemerintahan dengan cara memboikot pembayaran pajak

    yang dipimpin oleh haji Bula (1911). 3. Pemberontakan yang dipimpin oleh raja Patani terakhir, Sultan Abdul Kadir

    Muhyidin, yang tinggal di Klantan Malaysia (1922). Pada masa pemerintahan Pibul Songkram (1938-1948), muncul tuntutan otonomi

    bangsa melayu Patani yang dipimpin oleh Haji Sulong, seorang ulama karismatik yang pernah bermukim di Mekah. Haji Sulong menuntut 7 persoalan yang harus dipenuhi oleh pemerintah, yaitu : 1. Otonomi penuh empat wilayah (naratiwat, satun, patani, dan jala) di wilayah

    bagian Thailand selatan 2. Pengajaran bahasa melayu bagi anak-anak di empat wilayah tersebut 3. Pendapat yang diperoleh dari wilayah tersebut diperuntukan bagi kesejahteraan

    rakyat wilayah tersebut 4. 80% pegawai pemerintah harus orang muslim 5. Tulisan arab melayu menjadi bahasa resmi 6. Pembentukan mahkamah syariah serta mengadakan mahkamah yang khas untuk

    mengurus dakwaan yang berdasarkan hukum islam 7. Majelis agama islam berhak mengeluarkan undang-undang administrasi agama

    islam dengan disetujui oleh ketua besar di empat wilayah. Karena tuntutan tersebut, Melayu Patani semakin ditekan oleh pemerintah Thailand dan bahkan haji Sulong bersama dua temannya, Wan Usman Ahmad dan Encik Ishak Yusuf, ditangkap dan dibunuh oleh polisi rahasia Thailand pada hari jumat tanggal 15 Agustus 1954.

    G. Sejarah Islam di Singapura Data ini di ringkas dari Wikipedia: Free Encyclopedia. Secara historis, sejak

    ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles dari British East India Company pada tahun 1819 hingga kemerdekaannya pada tahun 1965, perkembangan hukum singapura sangat berhubungan erat dengan majikan kolonial inggrisnya. Sering kali, tradisi-tradisi hukum, kebiasaan- kebiasaan, kasus- kasus hukum, dan perundang-undangan menurut

  • 18

    hukum inggris diserap tanpa banyak pertimbangan apakah hal tersebut cocok dengan keadaan setempat singapura.

    Sistem hukum singapura adalah hamparan permadani yang kaya dengan undang-undang, institusi-institusi, nilai-nilai, sejarah serta budaya. Layaknya sulaman percaala singapura, setiap helai sistem hukum itu dijalin bersama sedemikian sehingga membentuk kaleidoskop yuris prudensidan diikat dengan identitas nasional yang unik. Sistem hukum tersebut sudah tentu akan menyebabkan suatu tekanan, seperti tekanan yang dialami karena adanya perubahan-perubahan sosial-ekonomi dan politik-hukum yang timbul seiring dengan meningkatnya globalisasi dan regionalisasi. Oleh karena itu, singapura harus bereaksi dengan cepat dan tangkas dalam membuat undang-undang dan institusi-institusi yang ada. H. Sejarah Islam di Brunei

    Perkembangan islam di Brunai tidak bisa terlepas dari indonesia yang mayoritas bermadzhab syafii . hal itu terlihat dari madzhab resmi negara tersebut, yaitu madzhab syafii . pengaruh nyata terhadap negara brunei adalah perkembabgan islam yang terjadi di kalimantan sebagai di jelaskan di awal.

    Bagi muslim brunei, hukum islam sangat berpengaruh, terutama hukum keluarga yang bersumber pada madzhab syafii (tiga madzhab sunny lainnya setelah disetujui oleh sultan,tardisi kuno,dan tradisi melayu). Selain itu, secara fakta sejarah, negara brunei adalah jajahan inggris yang memberikan pengaruh besar terhadap konstitusi hukum di negara tersebut. Hal itu terbukti dari konstitusi negara yang dibuat pada tahun 1958 di pengaruhi oleh inggris dengan sistem common law, terutama sistem peradilan yang mengadopsi sistem inggris sejak tahun 1955.

    SEJARAH ISLAM DI INDONESIA: ORDE LAMA, BARU DAN REFORMASI

    A. Islam Pada Masa Orde Lama Orde lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan presiden soekarno di

    Indonesia. Orde lama berlangsung sejak merdeka yaitu tahun 1945 sampai 1968. Sejarah Islam dan kaum muslimin di Indonesia tentunya berlangsung jauh sebelum masa orde lama yaitu pada masa pemerintahan soekarno ataupun pada masa orde lama. Akan tetapi perjuangan umat Islam telah jauh dimulai sebelum masa orde lama, orde baru. Namun sejarah tentang perjuangan ummat Islam Indonesia sangat banyak mendapatkan distorsi oleh orang-orang yang benci terhadap Islam yang pada hakikatnya mereka adalah para pengkhianat perjuangan bangsa Indonesi untuk merebut kemerdekaan. Ummat Islamlah yang paling banyak berkorban menumpahkan darah demi kemerdekaan Indonesia. Mereka berharap kelak jika merdeka, Indonesia harus dijadikan negara Islam, yang menjadikan syariat Islam sebagai sumber hukum utama Indonesia. Hal ini merupakan suatu hal yang rasional, karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim maka sangatlah masuk akan jika kelak ketika merdeka menginginkan agar Indonesia dibangun menjadi sebuah negara Islam.

    Sejarah perjuangan umat Islam di Indonesia ini banyak sekali terjadi pengkhianatan-pengkhianatan oleh kaum nasionalis-sekuler. Lahirnya BPUPKI (Badan

  • 19

    Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 22 April 1945 sekitar empat bulan sebelum kemerdekaan yang didirikan oleh pemerintah fasis jepang. Dari seluruh anggota yang berjumlah 68 orang, ummat Islam hanya diwakili oleh sebelas orang, yaitu Abikusno Tjokrosuyoso, K.H Abdul Halim, K.H. Ahmad Sanusi, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Masjkur, K.H. Mas Mansur, K.H. A. Kahar Mudazakkar, Haji Agus Salim, A. Sukiman, K.H. Wahid Hasjim, dan A.R Baswedan. BPUPKI ini dibentuk sebagai badan persiapan kemerdekaan Indonesia dikarenakan telah nampak kekalahan jepang dalam perang melawan pihak sekutu. Jepang yang telah kalah perang dan dipaksa menyerah tanpa syarat oleh para pemimpin sekutu di Postdam tidak dapat lagi memikirkan tentang kemenangan ataupun tindakan mempertahankan wilayah-wilayah pendudukannya. Tujuannya di Indonesia kini adalah membentuk sebuah negara merdeka dalam rangka mencegah berkuasanya kembali lawan, yaitu Belanda. Akan tetapi pemerintahan jepang yang awalnya lebih simpatik kepada kelompok agasmis alias Islam, kini ia mengalihkan orientasi politiknya dengan memberikan perhatian lebih kepada kelompok nasionalis sekuler. Terbukti dengan dibentuknya BPUPKI yang berjumlah 68 orang hanya 11 orang perwakilan dari kelompok Nasionalis-Islam yang berada dalam BPUPKI, sisanya adalah dari kelompok nasionalis-sekuler dan orang-orang komunis serta beberapa orang jepang. Hal ini adalah sebuah diskriminasi bagi ummat Islam. B. Umat Islam Gagal Pertahankan Jakarta Charter

    Sebagai upaya lebih mematangkan persiapan menerima pelimpahan kemerdekaan dari pihak jepang, PPKI pada 16 Agustus 1945 sekitar pukul 24.00 mengadakan rapat di rumah Laksamana Maeda dalam rangka proses peralihan kekuasaan dari jepang ke Indonesia. Dalam rapat ini seperti diketahui pada sejarah-sejarah yang beredar di masyarakat umum bahwa pada malam itu disusun konsep teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Akhirnya Teks Proklamasi dadakan itu pun selesai dengan naskah yang sebagaimana telah diketahui masyarakat umum.

    Setelah teks proklamasi tersusun, maka pokok pembicaraan selanjutnya adalah mekanise prosesi pembacaan proklamasi itu. Rapat pun berlangsung hingga datangnya waktu subuh. Rapat tersebut menghasilkan kesimpulan proklamasi dibacakan pada hari jumat 17 Agustus 1945 pukul 10.00. Proklamasi itu dibacakan di rumah soekarno yang berada di Jl. Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.

    Kisah pun terus berlanjut. Sebagaimana yang diceritakan oleh Hatta, pada sore hari seusai proklamasi itu ia didatangi tamu seorang perwira angkatan laut Jepang yang mengaku membawa pesan dari golongan Katolik dan Protestan. Pesan yang ia bawa berisi penolakan masyarakat Indonesia bagian timur yang beragama Kristen atas anak kalimat yang berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Jika anak kalimat itu diteruskan, kelompok Kristen protestan dan katholik mengancam, lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia

    Usulan kaum katholik dan protestan itu pun dibahas dalam rapat PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebelum rapat dibuka, Hatta didampingi oleh Teuku Moh. Hasan mencoba melobi Ki Bagus Hadikusumo agar ia bersedia ikut mengubah isi piagam Jakarta itu. Selama dua jam Hatta tidak berhasil mengubah prinsip Ki Bagus

  • 20

    Hadikusumo, karena Piagam Jakarta adalah hasil jerih payah kaum muslimin yang tetap harus ada. Akhirnya Hatta meminta bantuan kepada Kasma Singodimejo (tokoh Masyumi) untuk dapat menundukkan Ki Bagus Hadikusumo. Kemudian cara itu pun berhasil, Hatta kemudia mengajukan janji. Ia meminta umat Islam rela untukmengalah sementara waktu dengan dihilangkannya tujuh kata tersebut, dan dijanjikan menang ketika diadakan pemilihan umum kelak.

    Sidang PPKI pun dibuka oleh soekarno, selanjutnya Hatta menyampaikan empat usul perubahan, yaitu : 1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan 2. Dalam Preambule (Piagam Jakarta), anak kalimat berdasarkan kepada ke-Tuhanan

    dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, diubah menjadi Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

    3. Pasal 6 ayat 1, Presiden ialah orang Indonesia dan beragama Islam, kata-kata beragama Islam dicabut.

    4. Sejalan dengan perubahan yang kedua di atas, maka Pasal 29 yang berbunyi Negara berdasarkan atas Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya berubah menjadi Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam waktu beberapa jam saja, yakni pukul 13.45, PPKI telah mengantongi kata

    sepakat. Sangat Ironis memang, umat Islam yang telah susah payah berkorban untuk kemerdekaan Indonesia yang telah banyak berjuang mengorbankan harta dan nyawanya harus dipaksa menerima putusan sidang PPKI yang sangat mendiskriminasikan umat Islam. C. AGRESI BELANDA I (ISLAM PADA MASA ORDE BARU)

    Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden soeharto di Indonesia. Orde baru menggantikan orde lama yang merujuk pada era kepemimpinan soekarno. Nasib umat Islam pada era pemerintaha soeharto ini justru lebih buruk daripada sebelumnya. Ummat Islam yang turut menumbangkan Orde Lama dan paling depan menumpas komunisme, serta punya andil besar mendirikan Orde Baru, justru hanya diberi peranan marjinal.