sap 3
DESCRIPTION
AKUNTANSI MANAJEMENTRANSCRIPT
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA: ALAT PERENCANAAN MANAJERIAL
Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis) merupakan
suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena
analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang
terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis
CVP dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan
besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari
pemecahannya.
Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus
dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan
dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analisis CVP memungkinkan para manajer
untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga
atau biaya terhadap laba.
TITIK IMPAS DALAM UNIT
Titik impas adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di
mana keuntungan sama dengan nol. Dimana impas dalam unit ini memiliki tujuan untuk
menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai break even atau menghasilkan
target laba. Jadi untuk menentukan titik impas dalam unit, kita harus fokus pada laba
operasional.
Keputusan awal perusahaan untuk menerapkan pendekatan unit yang terjual dalam
analisis CVP adalah untuk menentukan apa yang dimaksud dengan unit. Dan keputusan
kedua difokuskan pada pemisahan biaya ke dalam komponen tetap dan variabel.
Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP
Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan
biaya-biaya perusahaan dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat
dinyatakan sebagai persamaan berikut:
Laba operasi = pendapatan penjualan – beban variabel – beban tetap
Setelah menghitung jumlah unit yang terjual, kita dapat mengembangkan
persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan beban variabel
1
dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Dengan demikian, persamaan laba operasi
menjadi:
Laba operasi = (harga x jumlah unit terjual) – (biaya variabel per unit x jumlah unit terjual) –
total biaya tetap
Misalnya, Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput. Untuk tahun
mendatang, pengontrol telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut:
Penjualan (1.000 unit @ $400) $ 400.000
Dikurangi: Beban variabel 325.000
Margin kontribusi $ 75.000
Dikurangi: beban tetap 45.000
Laba operasi $ 30.000
Harga per unit mesin pemotong rumput di Whittier Company adalah $ 400 dan biaya
variabel per unit adalah $ 325 ($325.000 / 1.000 unit). Biaya tetap adalah $45.000. Jadi,
persamaan laba operasi pada titik impasnya adalah sebagai berikut:
0 = ($400 x unit) – ($325 x unit) - $45.000
0 = (75 x unit) - $45.000
$ 75 x unit = $ 45.000
Unit = 600
Dengan demikian, Whittier harus menjual 600 pemotong rumput untuk menutupi
semua beban tetap dan variabel.
Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Impas
Menghitung titik impas bisa lebih cepat dengan berfokus pada margin kontribusi.
Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya
variabel. Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap.
Bila mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per
unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit, maka didapatkan
persamaan dasar impas:
Jumlah unit = Biaya tetap / Margin kontribusi per unit
2
Penjualan di unit yang dibutuhkan untuk mencapai target profit
1. Target profit dalam jumlah dolar
Contoh laba operasional perusahaan Whittier sebesar $ 60.000. Berapa mesin pemotong
rumput untuk dijual untuk mencapai hasil ini?
$ 60.000 = ($ 400 x Unit) - ($ 325 x unit) - $ 45.000
$ 105.000 = $ 75 x unit
Unit = 1.400
Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba operasi
sebesar $ 60.000. Laporan laba rugi untuk membuktikan hasil sebagai berikut:
Penjualan (1.400 unit @ $ 400) $ 560.000
Dikurangi : variabel biaya 455.000
Margin kontribusi $ 105.000
Dikurangi : biaya tetap 45.000
Laba operasional $ 60.000
2. Target laba dalam persentase dari pendapatan penjualan
Perusahaan Whittier ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual
untuk menghasilkan pendapatan sebesar 15 persen dari pendapatan penjualan. Kemudian:
0,15 ($ 400) (unit) = ($ 400 x Unit) - ($ 325 x unit) - $ 45.000
$ 60 x unit = ($ 400 x Unit) - ($ 325 x unit) - $ 45.000
$ 60 x unit = ($ 75 x unit) - $ 45.000
$ 15 x unit = $ 45.000
Unit = 3000
3. Target laba setelah pajak
Secara umum, pajak dihitung sebagai persentase dari keuntungan. Laba setelah pajak
dihitung dengan mengurangi pajak atas laba usaha (atau laba sebelum pajak).
Laba operasi = Laba bersih / (1 – Tarif pajak)
Misalkan, Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan tarif
pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target
laba sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut.
3
$48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)
$48.750 = 0,65 (Laba operasi)
$75.000 = Laba operasi
Dengan pengonversian ini, kita dapat menghitung jumlah unit yang harus dijual.
Unit = ($45.000 + $75.000) / $75
Unit = $120.000 / $75
Unit = 1.600
Laporan laba rugi membuktikan hasil berikut :
Penjualan (1.600 @ $400) $ 640.000
Dikurangi: Beban variabel 520.000
Margin kontribusi $ 120.000
Dikurangi: beban tetap 45.000
Laba operasi $ 75.000
Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) $ 26.250
Laba bersih $ 48.750
TITIK IMPAS DALAM DOLAR PENJUALAN
Saat menggunakan analisis CVP, manajer umumnya lebih suka menggunakan
pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang terjual. Suatu
ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan dengan
mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Contohnya, titik impas Whittier
Company adalah 600 unit, karena harga jual per unit adalah $400, maka volume impas
dalam pendapatan penjualan adalah $240.000 ($400 x 600).
Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat dikonversi menjadi
jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi jawaban ini bisa dihitung
lebih langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan penjualan.
Pada kasus ini, variable yang penting adalah dolar penjualan sehingga pendapatan dan biaya
variable harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit.
Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variable didefinisikan
sebagai presentase penjualan bukan sebagai jumlah per unit yang terjual. Tampilan 11-1
mengilustrasikan pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variable dan margin
4
kontribusi. Pada tampilan tersebut, harga adalah $10 dan biaya variable adalah $6. Sisanya
adalah margin kontribusi $4 ($10 - $6). Jika dijual 10 unit, maka total biaya variable adalah
$60 ($6 x 10 unit). Jadi dapat kita katakan 60 persen dari setiap dolar pendapatan yang
dihasilkan diakibatkan oleh biaya variable ($6 / $10). Jadi, dengan fokus pada pendapatan
penjualan, kita dapat memperkirakan total biaya variable sebesar $60 untuk pendapatan
$100 (0,60 x $100).
Rasio biaya variable (variable cost ratio) sebesar 60 persen pada contoh sebelumnya
merupakan bagian dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya
variable. Rasio biaya variable dapat dihitung menggunakan data total maupun data per unit.
Sisa presentase dari dolar penjualan setelah biaya variable tertutupi merupaka rasio margin
kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap
dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Sesuai
contoh sebelumnya, jika rasio biaya variable adalah 60 persen, maka rasio margin kontribusi
haruslah 40 persen.
Rasio margin kontribusi juga dapat dihitung dengan menggunakan data total
maupun data per unit. Cara pertama adalah membagi total margin kontribusi dengan total
penjualan ($40 / $100); cara kedua adalah margin kontribusi per unit dibagi denga harga ($4
/ $10). Jika rasio biaya variablenya diketahui, rasio ini dapat dikurangkan dari 1 untuk
menghasilkan rasio margin kontribusi (1 – 0,60 = 0,40).
Karena margin kontribusi merupakan pendapatan yang tersisa setelah biaya variable
tertutupi, margin kontribusi tersebut pastilah merupakan pendapatan penjualan yang
tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menyumbang laba. Terdapat tiga kemungkinan
mengenai biaya tetap: biaya tetap bisa sama, lebih kecil, maupun lebih besar dari margin
kontribusi. Jika sama, maka laba operasi sama dengan nol dan perusahaan dalam keadaan
impas. Jika lebih kecil, perusahaan menghasilkan laba (laba operasi positif). Apabila lebih
besar, perusahaan mengalami kerugian operasi.
Berdasarkan contoh Whittier Company dapat diilustrasikan pendekatan pendapatan
penjualan. Berikut disajikan laporan laba rugi berdasarkan perhitungan biaya variable
Whittier untuk 1.000 mesin pemotong rumput.
5
Dolar Presentase Penjualan
Penjualan $400.000 100,00%
Dikurangi: Biaya variabel 325.000 81,25
Margin kontribusi $75.000 18,75%
Dikurangi: Biaya tetap 45.000
Laba operasi $30.000
Pendapatan penjualan, biaya variable, dan margin kontribusi telah dinyatakan dalam
bentuk presentase dari penjualan.
Rasio biaya variable = Biaya Variabel / Penjualan
= $325.000 / $400.000 = 0,8125
Rasio margin kontribusi = 1 – Rasio Biaya Variabel
= 1 – 0,8125 = 0,1875
Berdasarkan informasi dalam laporan laba rugi ini, maka pendapatan penjualan yang harus
dihasilkan Whittier untuk mencapai impas :
Laba operasi = Penjualan - Biaya variabel - Biaya tetap
0 = Penjualan- (Rasio biaya variabel x Penjualan) - Biaya tetap
0 = Penjualan (1 - Rasio biaya variabel) - Biaya tetap
0 = Penjualan (1 - 0,8125) - $45.000
Penjualan (0,1875) = $45.000
Penjualan = $240.000
Jadi, Whittier harus menghasilkan pendapatan sejumlah $240.000 untuk mencapai
impas.
Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri akan sama dengan
pendapatan penjualan saat impas.
Unit impas x Harga = Harga x [Biaya tetap/ (Harga - Biaya variable per unit)]
Penjualan impas = Biaya tetap x [Harga/ (Harga - Biaya variable per unit)]
Penjualan impas = Biaya tetap x (Harga/ Margin kontribusi)
Penjualan impas = Biaya tetap/ Rasio margin kontribusi
6
Dengan menggunakan data diatas, dolar penjualan impas adalah ($45.000/ 0,1875)
atau $240.000. Hasilnya sama dengan di atas meskipun menggunakan pendekatan yang
sedikit berbeda.
Target Laba dan Pendapatan Penjualan
Secara umum, dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi
dapat digunakan untuk menentukan dampak pada laba atas perubahan pendapatan
penjualan. Untuk mendapatkan perubahan total laba yang disebabkan oleh perubahan
pendapatan, kalikan rasio margin kontribusi dari perubahan penjualan.
Jika target tambahan laba operasional sebesar $ 60.000 biaya tetap $ 45.000 untuk
membagi rasio margin kontribusi. Penjualan Whittier Perusahaan adalah sebagai berikut.
Penjualan = ($45.000 + $60.000/ 0,1875)
= $105.000/ 0,1875
= $560.000
Dalam teori Kontribusi Margin Ratio dapat digunakan untuk menentukan dampak
pada laba atas perubahan pendapatan penjualan. Jika pendapatan penjualan sebesar $
20.000 berasal misalnya hal itu akan menyebabkan pengurangan laba dari $ 3.750 dapat
dari 0,1875 x $ 20.000.
Membandingkan Kedua Pendekatan
Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas
dalam pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit
dengan unit yang terjual. Mengapa kita menggunakan rumus terpisah untuk pendekatan
pendapatan penjualan? Terdapat dua alasan, yaitu rumus pendapatan penjualan
memungkinkan kita untuk mencari pendapatan secara langsung jika hal tersebut yang
dikehendaki, dan pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk digunakan
dalam pengaturan multiproduk.
ANALISIS MULTIPRODUK
Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk
tunggal, tetapi kebanyakan perusahaan menjual sejumlah produk atau jasa. CVP untuk
keadaan multiproduk memang lebih kompleks, tetapi tidak terlalu berbeda dalam
pengoperasiannya. Contohnya adalah Whittier Company memutuskan menawarkan dua
7
model mesin pemotong rumput. Ada yang manual dengan harga jual $400 dan ada yang
otomatis dengan harga jual $800. Departemen pemasaran yakin 1.200 mesin pemotong
rumput manual akan terjual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis akan terjual sampai
dengan tahun depan. Berikut ini adalah proyeksi laba rugi sesuai ramalan penjualan.
Mesin Mesin Total Manual Otomatis Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000 Dikurangi: Beban variabel 390.000 480.000 870.000Margin kontribusi $90.000 $160.000 $250.000 Dikurangi: Beban tetap langsung 30.000 40.000 70.000Margin produk $60.000 $120.000 $180.000
Dikurangi: Beban tetap umum 26.250Laba operasi $153.750
Dapat kita perhatikan pada contoh di atas bahwa pengawas telah memisahkan
beban tetap langsung dan beban tetap umum. Beban tetap langsung adalah biaya tetap
yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada.
Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap
muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.
REPRESENTASI GRAFIS DARI HUBUNGAN CVP
Untuk memahami hubungan CVP lebih mendalam, dapat dilakukan melalui
penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat
perbedaan antara biaya variable dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka
memahami dampak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titik impas dengan cepat.
Dua grafik dasar yang penting, grafik laba volume dan grafik biaya volume laba, yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
Grafik - Laba Volume
Grafik Laba-Volume (profit-volume graph) menggambarkan secara visual
hubungan antara laba dan volume penjualan. Grafik laba-volume merupakan grafik dari
persamaan laba operasi (Laba operasi = (Harga x Unit) – (Biaya variabel per unit x Unit) –
Biaya tetap). Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel terikat, dan unit merupakan
8
variabel bebas. Biasanya, nilai variabel bebas diukur pada sumbu horiontal dan nilai variabel
terikat pada sumbu vertikal.
Anggaplah bahwa Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal dengan
data biaya dan harga sebagai berikut:
Total biaya tetap $100
Biaya variabel per unit 5
Harga jual per unit 10
Dengan menggunakkan data tersebut, laba operasi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Laba Operasi = ($10 x Unit) – ($5 x Unit) - $100
= ($5 x Unit) - $100
Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan meletakkan unit di sepanjang sumbu
horizontal dan laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertikal. Dua titik diperlukan untuk
menggambarkan suatu persamaan linier. Meskipun dua titik manapun dapat digunakan,
kedua titik yang sering dipilih adalah titik-titik yang menggambarkan volume penjualan nol
dan laba nol. Jika unit yang terjual adalah nol, maka Tyson mengalami rugi operasional
sebesar $100 (atau laba -$100). Karena itu, titik yang menggambarkan volume penjualan nol
adalah (0, -$100). Dengan kata lain, jika tidak ada penjualan yang dilakukan, perusahaan
mengalami kerugian sebesar total biaya tetap. Jika laba operasi adalah nol, maka unit yang
terjual sama dengan 20. Dengan demikian, titik yang menggambarkan laba nol (impas)
adalah (20,$0). Kedua titik tersebut yang ditunjukkan dalam tampilan 11-2, membatasi
grafik laba yang diperlihatkan disini.
Grafik dalam tampilan 11-2 dapat digunakan untuk menilai laba (rugi) Tyson pada
setiap tingkat aktivitas penjualan. Sebagai contoh, laba yang berkaitan dengan penjualan 40
unit dapat dibaca melalaui grafik dengan (1) membuat garis vertikal dari sumbu horizontal
ke garis laba dan (2) membuat garis horizontal dari garis laba ke sumbu vertikal. Seperti
diilustrasikan dalam tampilan 11-2, laba dari penjualan 40 unit adalah $100. Grafik laba-
volume, meskipun mudah diinterpretasikan, gagal mengungkapkan bagaimana biaya
berubah ketika volume penjualan berubah. Terdapat sebuah pendekatan alternatif dalam
membuat grafik yang dapat menyediakan rincian ini.
9
Grafik Biaya Volume Laba
Grafik biaya-volume-laba (cost-volume-profit graph) menggambarkan hubungan antara
biaya, volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, perlu dibuat grafik
dengan dua garis terpisah: garis total pendapatan dan garis total biaya. Kedua garis ini
disajikan, masing-masing, dengan dua persamaan berikut:
Pendapatan = Harga x Unit
Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit)+ Biaya tetap
Dengan menggunakkan contoh Tyson Company, persamaan pendapatan dan biayanya
adalah sebagai berikut:
Pendapatan = $10 x Unit
Total biaya = ($5 x Unit) + $100
Untuk menggambarkan kedua persamaan tersebut ke dalam grafik yang sama,
sumbu vertikal diukur dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual. Dua buah
titik itu diperlukan untuk menggambarkan masing-masing persamaan. Kita akan
menggunakkan koordinat-x seperti pada grafik laba-volume. Untuk persamaan pendapatan,
menetapkan jumlah unit sama dengan 20 menghasilkan titik-titik (0, $100) dan (20, $200).
Grafik setiap persamaan tampak dalam tampilan 11-3. Perhatikan bahwa garis total
pendapatan dimulai pada titik nol dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan 10
harga jual per unit (kemiringan sebesar 10). Garis total biaya memotong sumbu vertikal
pada sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap dan meningkat dengan kemiringan
yang sama dengan biaya variabel per unit (kemiringan sebesar 5). Jika garis total
pendapatan berada dibawah garis total biaya, maka akan muncul daerah laba. Titik dimana
garis total pendapatan dan total biaya berpotongan adalah merupakan titik impas. Untuk
mencapai impas, Tyson Company harus menjual 20 unit dan dengan demikian memperoleh
total pendapatan sebesar $200.
Sekarang mari kita bandingkan informasi yang tersedia dari grafik CVP dengan yang
tersedia dari grafik laba-volume. Untuk melakukannya, pertimbangkan penjualan, sebesar
40 unit. Ingat kembali bahwa grafik laba-volume mengungkapkan bahwa penjualan 40 unit
menghasilkan laba $100. Perhatikan kembali tampilan 11-3. Grafik CVP juga
memperlihatkan laba sebesar $100, tetapi grafik itu memberikan lebih bnyak informasi.
Grafik CVP megungkapkan bahwa total pendapatan sebesar $400 dan total biaya $300
berhubungan dengan penjualan 40 unit. Selanjutnya total biaya dapat dibagi menjadi biaya
tetap sebesar $00 dan biaya variabel sebesar $200. Grafik CVP menyediakan informasi
tentang pendapatan dan biaya yang tidak disediakan oleh grafik laba-volume. Berbeda
dengan grafik laba-volume, beberapa penghitungan dibutuhkan untuk menentukan laba
yang berhubungan dengan volume penjualan tertentu. Meskipun demikian, karena
mengandung informasi yang lebih banyak, para manajer kemungkinan besar mendapati
bahwa grafik CVP merupakan suatu alat yang lebih berguna.
11
ASUMSI – ASUMSI PADA ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Grafik laba-volume dan biaya-biaya-volume-laba yang baru saja diilustrasikan
megandalkan pada beberapa asumsi penting. Beberapa dari asumsi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linier.
2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, total, biaya tetap, dan biaya variabel per unit
dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentan yang
relevan.
3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang di produksi dapat dijual.
4. Untuk analisis multi produk, diasumsikan bahwa bauran penjualan diketahui.
5. Diasumsikan bahwa harga jual dan biaya diketahui dengan pasti.
Fungsi Linier Fungsi linear Asumsi pertama, yaitu fungsi linear biaya dan
pendapatan, memerlukan pertimbangan tambahan. Hal ini dijelaskan dengan cukup mudah
oleh kebutuhan untuk menurunkan harga ketika lebih unit terjual. Total biaya fungsi yang
lebih kompleks, yang awalnya meningkat tajam, maka agak datar (sejalan dengan
peningkatan tingkat pengembalian), dan kemudian kembali tajam (seiring dengan
penurunan dalam tingkat pengembalian).
Rentang yang relevan adalah periode khusus dan desain volume produksi atau
kegiatan untuk menentukan biaya tetap atau variabel.
Produksi Sama dengan Penjualan. Asumsi ketiga adalah apa yang diproduksi dapat
dijual. Selama periode tersebut tidak ada prerubahan persediaan. Persediaan tidak
berdampak terhadap analisis impas merupakan hal yang dapat didmengerti. Analisis impas
adalah teknik pengambilan keputusan jangka pendek sehingga kita dapat menutup seluruh
biaya pada periode waktu tertentu. Persediaan mengandung biaya-biaya dari periode
sebelumnya dan tidak dipertimbangkan.
Bauran Penjualan yang Konstan. Dalam analisis produk tunggal, bauran
penjualannya adalah konstan (100% dari penjualan adalah satu produk). Analisis impas
multiproduk mensyaratkan suatu bauran penjualan yang konstan. Namun, tidak mungkin
memprediksikan bauran penjualannya dengan pasti. Dalam praktiknya, kendala ini biasanya
ditangani dengan analisis sensitivitas. Dengan menggunakan kemampuan analisis
12
spreadsheet, sensitivitas variabel pada berbagai bauran penjualan d apat dinilai secara
cepat.
Harga dan Biaya Diketahui dengan Pasti. Suatu perubahan pada satu variabael
dapat mempengaruhi nilai variabel lainnya. Kerap terdapat suatu distribusi probabilitas
untuk diatasi. Selain itu, terdapat cara-cara formal untuk pengaturan ketidakpastian secara
eksplisit ke dalam model CVP.
PERUBAHAN DALAM VARIABEL CVP
Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, mereka harus
memperhatikan perubahan – perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variable, dan biaya
tetap. Perusahaan juga harus memperhitungkan pengaruh resiko dan ketidakpastian.
Perubahan yang menjadi perhatian dalam analisis CVP adalah variasi perubahan yang cepat
dalam biaya variabel, biaya tetap, dan perubahan harga. Sehingga manajer dituntut untuk
lebih concern terhadap perencanaan produksi, laba diinginkan dan pengendalian. Bisa
digunakan beberapa skenario untuk alternatif yang berbeda-beda.
Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian
Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti.
Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari
pengambilan keputusan bisnis dan bagaimananpun hal itu harus ditangani. Secara
formal, risiko berbeda dengan ketidak pastian. Distribusi probabilitas variable pada risiko
dapat diketahui, sedangkan distribusi probabilitas variable pada ketidakpastian tidak
diketahui. Ada berbagai metode yang dapat digunakan para manajer menghadapi risiko
dan ketidakpastian. Pertama, pihak manajemen harus menyadari sifat ketidakpastian
dari harga, biaya, dan kuantitas di masa depan. Selanjutnya, para manajer bergerak dari
pertimbangan titik impas ke pertimbangan yang disebut “kisaran titik impas”. Selain itu,
para manajer dapat menggunakan analisis sensitivitas. Dalam hal ini, penggunaan
spreadsheet komputer akan sangat membantu para manajer. Dua konsep yang
bermanfaat bagi manajemen adalah margin pengaman dan pengungkit operasi.
a. Margin Pengaman
Margin pengaman ( margin of safety ) adalah unit yang terjual atau diharapkan
terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi
13
volume impas. Sebagai contoh, jika volume impas perusahaan adalah 200 unit dan
perusahaan saat ini menjual 500 unit, maka margin pengamannya adalah 300 unit (500-
200). Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko. Apabila
margin pengaman perusahaan besar atas penjualan tertentu yang diharapkan di tahun
depan, maka risiko menderita kerugian jika penjualan menurun lebih kecil daripada
margin pengamanannya kecil. Manajer yang menghadapi margin pengaman yang
rendah mungkin ingin berbagai tindakan yang dapat meningkatkan margin pengaman
dan mengurangi risiko.
b. Pengungkit Operasi
Dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah mesin sederhana yang digunakan untuk
melipatgandakan kekuatan. Semakin besar beban yang digerakkan oleh sejumlah
tertentu tenaga, semakin besar keunggulan mekanis dari alat tersebut. Dalam bidang
keuangan pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relative dari biaya tetap dan
biaya variable dalam suatu organisasi. Pertukaran antara biaya tetap dengan biaya
variable adalah suatu hal yang mungkin dilakukan. Pengungkit operasi merupakan
penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi
ketika aktivitas penjualan berubah. Semakin besar tingkat pengungkit operasi, semakin
banyak perubahan dalam aktivitas penjualan yang akan mempengaruhi laba. Karena itu,
bauran biaya yang dipilih organisasi memiliki pengaruh yang berarti terhadap risiko
operasi dan tingkat laba.
Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage) untuk tingkat penjualan
tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba.
Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi / Laba
Jika biaya tetap digunakan untuk mengurangi biaya variabel sedemikian rupa
sehingga margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat pengungkit
operasinya naik, yang menandakan adanya peningkatan risiko.
Contohnya, pertimbangkan perusahaan yang sedang berencana menambah sebuah lini
produk baru. Untuk itu, perusahaan dapat memilih lebih mengandalkan otomatisasi daripada
tenaga kerja. Jika perusahaan memilih untuk menekankan otomatisasi daripada tenaga kerja,
maka biaya tetap lebih tinggi dan biaya variabel per unit lebih rendah. Data yang relevan untuk
tingkat penjualan sebesar 10.000 unit adalah sebagai berikut :
14
Sistem Sistem Otomatis ManualPenjualan $1.000.000 $1.000.000 Dikurangi: Biaya variabel 500.000 800.000Margin kontribusi $ 500.000 $ 200.000 Dikurangi: Biaya tetap 375.000 100.000 Laba operasi $ 125.000 $ 100.000 Harga jual per unit $ 100 $ 100
BB Beban variabel per unit 50 80 Margin kontribusi per unit 50 20
Tingkat pengungkit operasi untuk sistem otomatis adalah 4,0 ($500.000/$125.000).
tingkat pengungkit operasi untuk sistem manual adalah 2,0 ($200.000/$100.000). Jika
penjualan naik sebesar 40%, maka laba pada setiap sistem akan menjadi :
Sistem Sistem Otomatis ManualPenjualan $1.400.000 $1.400.000 Dikurangi: Biaya variabel 700.000 1.120.000Margin kontribusi $ 700.000 $ 280.000 Dikurangi: Biaya tetap 375.000 100.000 Laba operasi $ 325.000 $ 180.000
Laba untuk sistem otomatis akan naik sebesar $200.000 ($325.000 - $125.000) untuk
kenaikan sebesar 160 persen. Pada sistem manual, laba meningkat hanya sebesar $80.000
($180.000 - $100.000) atas kenaikan sebesar 80 persen. Sistem otomatis menghasilkan
persentase kenaikan yang lebih besar karena memiliki tingkat pengungkit operasi yang lebih
tinggi.
Analisis Sensitivitas dan CVP
Meluasnya penggunaan computer dan spreadsheet telah memudahkan para
manajer melakukan analisis sensitivitas. Sebagai sebuah alat penting, analisis sensitivitas
(sensitivity analysis) adalah teknik “bagaimana-jika” yang menguji dampak dari perubahan
asumsi –asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban.
Sistem Manual Sistem OtomatisHarga Sama Sama
15
Biaya variabel Relatif Lebih Tinggi Relatif Lebih RendahBiaya tetap Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiMergin kontribusi Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiTitik impas Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiMargin pengaman Relatif Lebih Tinggi Relatif Lebih RendahTingkat pengungkit operasi Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiRisiko penurunan Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiPotensi kenaikan Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiTampilan 11.8 Perbedaan antara Sistem Manual dan Otomatis
ANALISIS CVP DAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS
Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat
dikelompokan dalam dua kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan
(biaya variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya, biaya diasumsikan
sebagai fungsi linear dari volume penjualan.
Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori
berdasarkan unit dan nonunit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas mengakui
beberapa biaya yang berubah bergantung pada jumlah unit yang diproduksi sedangkan
beberapa biaya lain tidak. Namun, meskipun perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
mengakui biaya berdasarkan nonunit tetap berkenaan dengan perubahan volume produksi,
sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas juga memperlihatkan banyak biaya
berdasarkan nonunit berubah berkenaan dengan penggerak aktivitas lainnya.
Penggunaan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas tidak berarti analisis
CVP kurang bermanfaat. Pada kenyataanya, analisis CVP menjadi lebih bermanfaat karena ia
memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya. Namun, analisis CVP
dalam kerangka berdasarkan aktivitas harus dimodifikasi. Sebagai ilustrasi, anggaplah biaya
perusahaan dapat dijelaskan dengan tiga variabel: penggerak aktivitas tingkat unit adalah
unit yang dijual, penggerakan aktivitas tingkan batch adalah jumlah pengaturan dan
penggerak aktivitas tingkat produk adalah jam rekayasa (engineering hours). Persamaan
biaya ABC selanjutnya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × Jumlah unit) + (Biaya
pengaturan × Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa × Jumlah jam
rekayasa).
16
Laba operasi seperti sebelumnya adalah total pendapatan dikurangi total biaya. Hal ini
dinyatakan sebagai berikut.
Laba operasi = Total pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × Jumlah
unit) + (Biaya pengaturan × Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa ×
Jumlah jam rekayasa)].
Gunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik impas dalam unit. Pada
impas, laba operasi adalah nol dan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas
adalah sebagai berikut.
Unit impas = [(Biaya tetap + (Biaya pengaturan × Jumlah pengaturan) + (Biaya
rekayasa × Jumlah jam rekayasa)] / (Harga – Biaya variabel per unit).
Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional
mengungkapkan dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda.Kedua,
pembilang pada persamaan impas ABC memiliki dua istilah biaya variabel nonunit: satu
untuk aktivitas yang berkaitan dengan batch dan satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan
keberlanjutan produk.
Contoh Pembandingan Analisis Konvesional dan ABC
Untuk membuat pembahasan ini menjadi lebih jelas, suatu pembandingan antara
analisis biaya volume laba konvensional dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
akan berguna. Kita asumsikan suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual
untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000. Analisis ini didasarkan pada data berikut.
Penggerak AktivitasBiaya Variabel Per
Unit
Tingkat Penggerak
Aktivitas
Unit yang terjual $10 ―
Pengaturan 1.000 20
Jam rekayasa 30 1.000
Data lainnya:
Total biaya tetap (konvensioanl $100.000
Total biaya tetap (ABC) 50.000
Harga jual per unit 20
17
Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah unit yang harus terjual untuk menghasilkan laba
sebelum pajak sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut.
Jumlah unit = (Target laba + Biaya tetap) / (Harga – Biaya variabel per unit)
= ($20.000 + $100.000) / ($20-$10)
= $120.000 / $10
= 12.000 unit
Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus terjual untuk menghasilkan
laba operasi sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut.
Jumlah unit = [Target laba + Biaya tetap ABC + (Biaya pengaturan × Jumlah
pengaturan) + (Biaya rekayasa × Jumlah jam rekayasa)]/(Harga – Biaya
variabel per unit)
Jumlah unit = [$20.000 + $50.000 + ($1.000 × 20) + ($30 × 1.000)]/($20-$10)
= 12.000 unit
Menurut kedua pendekatan tersebut, jumlah unit yang harus dijual adalah sama.
Alasannya sederhana. Kelompok total biaya tetap menurut perhitungan biaya konvensional
terdiri atas biaya variabel berdasarkan nonunit ditambah biaya tetap tanpa memperhatikan
penggerak aktivitas. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas memilah-milah
berbagai biaya variabel berdasarkan nonunit. Biaya-biaya ini berhubungan dengan tingkat
tertentu dari setiap penggerak aktivitas. Pada penggerak aktivitas tingkat batch, tingkatnya
adalah 20 pengaturan. Pada variabel tingkat produk, tingkatnya adalah 1.000 jam rekayasa.
Selama tingkat aktivitas penggerak biaya berdasarkan nonunit tetap sama, hasil perhitungan
konvensional dan ABC akan sama. Namun, tingkat-tingkat tersebut dapat berubah sehingga
informasi yang disediakan oleh kedua pendekatan bisa sangat berbeda. Persamaan ABC
pada analisis CVP merupakan representasi yang lebih lengkap mengenai perilaku biaya yang
mendasari dan dapat memberikan pemahaman strategis yang penting.
Implikasi Strategis: Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC
Misalkan setelah analisis CVP konvensional dilakukan, Departemen Pemasaran
menyatakan penjualan 12.000 unit mustahil dicapai. Unit yang bisa terjual mungkin hanya
10.000. Kemudian, presiden direktur perusahaan memerintahkan para insinyur perancang
produk mencari suatu cara mengurangi biaya pembuatan produk. Para insinyur juga diminta
18
mempertahankan persamaan biaya konvensional, yaitu biaya tetap sebesar $100.000 dan
biaya variabel per unit $10. Biaya variabel per unit sebesar $10 terdiri atas: tenaga kerja
langsung $4, bahan baku langsung $5, dan overhead variabel $1. Untuk memenuhi
permintaan mengurangi titik impas, Departemen Teknik memproduksi suatu rancangan
baru yang membutuhkan tenaga tenaga kerja lebih sedikit. Rancangan baru tersebut
mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar $2 per unit. Rancangan tersebut tidak akan
memengaruhi bahan baku atau overhead variabel. Dengan demikian, biaya variabel yang
baru adalah $8 per unit dan titik impas adalah sebagai berikut.
Jumlah unit = Biaya tetap/(Harga-Biaya variabel per unit)
= $100.000/($20-$8)
= 8.333 unit.
Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sebagai berikut.
Penjualan ($20 × 10.000) $200.000
Dikurangi: Beban variabel ($8 × 10.000) 80.000
Margin kontribusi $120.000
Dikurangi: Beban tetap 100.000
Laba operasi $20.000
Karena senang dengan hasil tersebut, presiden direktur menyetujui rancangan baru
tersebut. Satu tahun kemudian, presiden direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang
diharapkan tidak terjadi. Sebaliknya, perusahaan merugi. Alasan dapat diberikan oleh
Pendekatan ABC pada analisis CPV.
Hubungan biaya ABC awal pada contoh tersebut adalah sebagai berikut.
Total biaya = $50.000 + ($10 × Unit) + ($1.000 × Pengaturan) + ($30 × Jam rekayasa)
Misalkan, rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit sehingga
meningkatkan biaya per pengaturan dari $1.000 menjadi $1.600. Karena peningkatan
kandungan teknis, rancangan baru itu juga membutuhkan dukungan teknik tambahan
sebesar 40 persen (dari 1.000 jam menjadi 1.400 jam). Berikut persamaan biaya yang baru,
termasuk pengurangan biaya variabel tingkat unit.
Total biaya = $50.000 + ($8 × Unit) + ($1.600 × Pengaturan) + ($30 × Jam rekayasa)
19
Titik impas dengan laba operasi nol dan menggunakan persamaan ABC dihitung sebagai
berikut (anggaplah 20 pengaturan masih dilakukan).
Jumlah unit = [$50.000 + ($1.600 × 20) + ($30 × 1.400)]/($20 - $8)
= $124.000/$12
= 10.333 unit
Laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sebagai berikut (ingat kembali bahwa jumlah
maksimal yang dapat terjual adalah 10.000 unit).
Penjualan ($20 × 10.000) $200.000Dikurangi: Beban variabel berdasarkan unit ($8 × 10.000) 80.000
Margin kontribusi $120.000Dikurangi: Beban variabel berdasarkan nonunit:
Pengaturan ($1.600 × 20) $32.000Dukungan teknik ($30 × 1.400) 42.000 74.000
Margin yang dapat ditelusuri $46.000Dikurangi: Beban tetap 50.000
(Rugi) operasional $(4.000)
Analisis CVP dan JIT
Jika suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel per unit yang dijual
berkurang dan biaya tetap bertambah. Sebagai contoh, sekarang tenaga kerja langsung
dianggap sebagai tetap dan bukan variabel. Di lain pihak, bahan baku langsung masih
dianggap sebagai biaya variabel berdasarkan unit. Penekanan pada mutu total dan
pembelian jangka panjang sebenarnya mengasumsikan biaya bahan baku langsung benar-
benar proporsional dengan unit yang diproduksi menjadi semakin terbukti (karena limbah,
sisa bahan, dan diskon kuantitas dieliminasi).
Biaya variabel berdasarkan unit lainnya seperti listrik dan komisi penjualan juga
berlaku. Selain itu, variabel tingkat batch menjadi hilang (pada sistem JIT, batch-nya adalah
satu unit). Dengan demikian, persamaan biaya pada JIT dapat dinyatakan sebagai berikut.
Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × Jumlah unit) + (Biaya rekayasa
× Jumlah jam rekayasa).
20
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, D.R. dan Mowen, M.M. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta Selatan:Salemba
Empat
http://sisilmarmuci.blogspot.com/2013/04/cost-volume-profit-analysis-managerial.html
http://wardahcheche.blogspot.com/2014/01/analisis-biaya-volume-laba.html
https://eviramdani.wordpress.com/2010/06/01/cost-volume-profit-anlysis/
http://rangkumankite.blogspot.com/2012/05/analisa-biaya-volume-laba.html
21
22