sap 3

32
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA: ALAT PERENCANAAN MANAJERIAL Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis CVP dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya. Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analisis CVP memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. TITIK IMPAS DALAM UNIT Titik impas adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana keuntungan sama dengan nol. Dimana impas dalam unit ini memiliki tujuan untuk menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai break even atau menghasilkan target laba. Jadi untuk menentukan titik impas dalam unit, kita harus fokus pada laba operasional. Keputusan awal perusahaan untuk menerapkan pendekatan unit yang terjual dalam analisis CVP adalah untuk menentukan 1

Upload: jessica

Post on 29-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AKUNTANSI MANAJEMEN

TRANSCRIPT

Page 1: SAP 3

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA: ALAT PERENCANAAN MANAJERIAL

Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis) merupakan

suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena

analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang

terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis

CVP dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan

besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari

pemecahannya.

Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus

dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan

dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analisis CVP memungkinkan para manajer

untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga

atau biaya terhadap laba.

TITIK IMPAS DALAM UNIT

Titik impas adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di

mana keuntungan sama dengan nol. Dimana impas dalam unit ini memiliki tujuan untuk

menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai break even atau menghasilkan

target laba. Jadi untuk menentukan titik impas dalam unit, kita harus fokus pada laba

operasional.

Keputusan awal perusahaan untuk menerapkan pendekatan unit yang terjual dalam

analisis CVP adalah untuk menentukan apa yang dimaksud dengan unit. Dan keputusan

kedua difokuskan pada pemisahan biaya ke dalam komponen tetap dan variabel.

Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP

Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan

biaya-biaya perusahaan dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat

dinyatakan sebagai persamaan berikut:

Laba operasi = pendapatan penjualan – beban variabel – beban tetap

Setelah menghitung jumlah unit yang terjual, kita dapat mengembangkan

persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan beban variabel

1

Page 2: SAP 3

dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Dengan demikian, persamaan laba operasi

menjadi:

Laba operasi = (harga x jumlah unit terjual) – (biaya variabel per unit x jumlah unit terjual) –

total biaya tetap

Misalnya, Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput. Untuk tahun

mendatang, pengontrol telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut:

Penjualan (1.000 unit @ $400) $ 400.000

Dikurangi: Beban variabel 325.000

Margin kontribusi $ 75.000

Dikurangi: beban tetap 45.000

Laba operasi $ 30.000

Harga per unit mesin pemotong rumput di Whittier Company adalah $ 400 dan biaya

variabel per unit adalah $ 325 ($325.000 / 1.000 unit). Biaya tetap adalah $45.000. Jadi,

persamaan laba operasi pada titik impasnya adalah sebagai berikut:

0 = ($400 x unit) – ($325 x unit) - $45.000

0 = (75 x unit) - $45.000

$ 75 x unit = $ 45.000

Unit = 600

Dengan demikian, Whittier harus menjual 600 pemotong rumput untuk menutupi

semua beban tetap dan variabel.

Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Impas

Menghitung titik impas bisa lebih cepat dengan berfokus pada margin kontribusi.

Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya

variabel. Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap.

Bila mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per

unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit, maka didapatkan

persamaan dasar impas:

Jumlah unit = Biaya tetap / Margin kontribusi per unit

2

Page 3: SAP 3

Penjualan di unit yang dibutuhkan untuk mencapai target profit

1. Target profit dalam jumlah dolar

Contoh laba operasional perusahaan Whittier sebesar $ 60.000. Berapa mesin pemotong

rumput untuk dijual untuk mencapai hasil ini?

$ 60.000 = ($ 400 x Unit) - ($ 325 x unit) - $ 45.000

$ 105.000 = $ 75 x unit

Unit = 1.400

Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba operasi

sebesar $ 60.000. Laporan laba rugi untuk membuktikan hasil sebagai berikut:

Penjualan (1.400 unit @ $ 400) $ 560.000

Dikurangi : variabel biaya 455.000

Margin kontribusi $ 105.000

Dikurangi : biaya tetap 45.000

Laba operasional $ 60.000

2. Target laba dalam persentase dari pendapatan penjualan

Perusahaan Whittier ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual

untuk menghasilkan pendapatan sebesar 15 persen dari pendapatan penjualan. Kemudian:

0,15 ($ 400) (unit) = ($ 400 x Unit) - ($ 325 x unit) - $ 45.000

$ 60 x unit = ($ 400 x Unit) - ($ 325 x unit) - $ 45.000

$ 60 x unit = ($ 75 x unit) - $ 45.000

$ 15 x unit = $ 45.000

Unit = 3000

3. Target laba setelah pajak

Secara umum, pajak dihitung sebagai persentase dari keuntungan. Laba setelah pajak

dihitung dengan mengurangi pajak atas laba usaha (atau laba sebelum pajak).

Laba operasi = Laba bersih / (1 – Tarif pajak)

Misalkan, Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan tarif

pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target

laba sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut.

3

Page 4: SAP 3

$48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)

$48.750 = 0,65 (Laba operasi)

$75.000 = Laba operasi

Dengan pengonversian ini, kita dapat menghitung jumlah unit yang harus dijual.

Unit = ($45.000 + $75.000) / $75

Unit = $120.000 / $75

Unit = 1.600

Laporan laba rugi membuktikan hasil berikut :

Penjualan (1.600 @ $400) $ 640.000

Dikurangi: Beban variabel 520.000

Margin kontribusi $ 120.000

Dikurangi: beban tetap 45.000

Laba operasi $ 75.000

Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) $ 26.250

Laba bersih $ 48.750

TITIK IMPAS DALAM DOLAR PENJUALAN

Saat menggunakan analisis CVP, manajer umumnya lebih suka menggunakan

pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang terjual. Suatu

ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan dengan

mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Contohnya, titik impas Whittier

Company adalah 600 unit, karena harga jual per unit adalah $400, maka volume impas

dalam pendapatan penjualan adalah $240.000 ($400 x 600).

Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat dikonversi menjadi

jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi jawaban ini bisa dihitung

lebih langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan penjualan.

Pada kasus ini, variable yang penting adalah dolar penjualan sehingga pendapatan dan biaya

variable harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit.

Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variable didefinisikan

sebagai presentase penjualan bukan sebagai jumlah per unit yang terjual. Tampilan 11-1

mengilustrasikan pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variable dan margin

4

Page 5: SAP 3

kontribusi. Pada tampilan tersebut, harga adalah $10 dan biaya variable adalah $6. Sisanya

adalah margin kontribusi $4 ($10 - $6). Jika dijual 10 unit, maka total biaya variable adalah

$60 ($6 x 10 unit). Jadi dapat kita katakan 60 persen dari setiap dolar pendapatan yang

dihasilkan diakibatkan oleh biaya variable ($6 / $10). Jadi, dengan fokus pada pendapatan

penjualan, kita dapat memperkirakan total biaya variable sebesar $60 untuk pendapatan

$100 (0,60 x $100).

Rasio biaya variable (variable cost ratio) sebesar 60 persen pada contoh sebelumnya

merupakan bagian dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya

variable. Rasio biaya variable dapat dihitung menggunakan data total maupun data per unit.

Sisa presentase dari dolar penjualan setelah biaya variable tertutupi merupaka rasio margin

kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap

dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Sesuai

contoh sebelumnya, jika rasio biaya variable adalah 60 persen, maka rasio margin kontribusi

haruslah 40 persen.

Rasio margin kontribusi juga dapat dihitung dengan menggunakan data total

maupun data per unit. Cara pertama adalah membagi total margin kontribusi dengan total

penjualan ($40 / $100); cara kedua adalah margin kontribusi per unit dibagi denga harga ($4

/ $10). Jika rasio biaya variablenya diketahui, rasio ini dapat dikurangkan dari 1 untuk

menghasilkan rasio margin kontribusi (1 – 0,60 = 0,40).

Karena margin kontribusi merupakan pendapatan yang tersisa setelah biaya variable

tertutupi, margin kontribusi tersebut pastilah merupakan pendapatan penjualan yang

tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menyumbang laba. Terdapat tiga kemungkinan

mengenai biaya tetap: biaya tetap bisa sama, lebih kecil, maupun lebih besar dari margin

kontribusi. Jika sama, maka laba operasi sama dengan nol dan perusahaan dalam keadaan

impas. Jika lebih kecil, perusahaan menghasilkan laba (laba operasi positif). Apabila lebih

besar, perusahaan mengalami kerugian operasi.

Berdasarkan contoh Whittier Company dapat diilustrasikan pendekatan pendapatan

penjualan. Berikut disajikan laporan laba rugi berdasarkan perhitungan biaya variable

Whittier untuk 1.000 mesin pemotong rumput.

5

Page 6: SAP 3

Dolar Presentase Penjualan

Penjualan $400.000 100,00%

Dikurangi: Biaya variabel 325.000 81,25

Margin kontribusi $75.000 18,75%

Dikurangi: Biaya tetap 45.000

Laba operasi $30.000

Pendapatan penjualan, biaya variable, dan margin kontribusi telah dinyatakan dalam

bentuk presentase dari penjualan.

Rasio biaya variable = Biaya Variabel / Penjualan

= $325.000 / $400.000 = 0,8125

Rasio margin kontribusi = 1 – Rasio Biaya Variabel

= 1 – 0,8125 = 0,1875

Berdasarkan informasi dalam laporan laba rugi ini, maka pendapatan penjualan yang harus

dihasilkan Whittier untuk mencapai impas :

Laba operasi = Penjualan - Biaya variabel - Biaya tetap

0 = Penjualan- (Rasio biaya variabel x Penjualan) - Biaya tetap

0 = Penjualan (1 - Rasio biaya variabel) - Biaya tetap

0 = Penjualan (1 - 0,8125) - $45.000

Penjualan (0,1875) = $45.000

Penjualan = $240.000

Jadi, Whittier harus menghasilkan pendapatan sejumlah $240.000 untuk mencapai

impas.

Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri akan sama dengan

pendapatan penjualan saat impas.

Unit impas x Harga = Harga x [Biaya tetap/ (Harga - Biaya variable per unit)]

Penjualan impas = Biaya tetap x [Harga/ (Harga - Biaya variable per unit)]

Penjualan impas = Biaya tetap x (Harga/ Margin kontribusi)

Penjualan impas = Biaya tetap/ Rasio margin kontribusi

6

Page 7: SAP 3

Dengan menggunakan data diatas, dolar penjualan impas adalah ($45.000/ 0,1875)

atau $240.000. Hasilnya sama dengan di atas meskipun menggunakan pendekatan yang

sedikit berbeda.

Target Laba dan Pendapatan Penjualan

Secara umum, dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi

dapat digunakan untuk menentukan dampak pada laba atas perubahan pendapatan

penjualan. Untuk mendapatkan perubahan total laba yang disebabkan oleh perubahan

pendapatan, kalikan rasio margin kontribusi dari perubahan penjualan.

Jika target tambahan laba operasional sebesar $ 60.000 biaya tetap $ 45.000 untuk

membagi rasio margin kontribusi. Penjualan Whittier Perusahaan adalah sebagai berikut.

Penjualan = ($45.000 + $60.000/ 0,1875)

= $105.000/ 0,1875

= $560.000

Dalam teori Kontribusi Margin Ratio dapat digunakan untuk menentukan dampak

pada laba atas perubahan pendapatan penjualan. Jika pendapatan penjualan sebesar $

20.000 berasal misalnya hal itu akan menyebabkan pengurangan laba dari $ 3.750 dapat

dari 0,1875 x $ 20.000.

Membandingkan Kedua Pendekatan

Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas

dalam pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit

dengan unit yang terjual. Mengapa kita menggunakan rumus terpisah untuk pendekatan

pendapatan penjualan? Terdapat dua alasan, yaitu rumus pendapatan penjualan

memungkinkan kita untuk mencari pendapatan secara langsung jika hal tersebut yang

dikehendaki, dan pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk digunakan

dalam pengaturan multiproduk.

ANALISIS MULTIPRODUK

Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk

tunggal, tetapi kebanyakan perusahaan menjual sejumlah produk atau jasa. CVP untuk

keadaan multiproduk memang lebih kompleks, tetapi tidak terlalu berbeda dalam

pengoperasiannya. Contohnya adalah Whittier Company memutuskan menawarkan dua

7

Page 8: SAP 3

model mesin pemotong rumput. Ada yang manual dengan harga jual $400 dan ada yang

otomatis dengan harga jual $800. Departemen pemasaran yakin 1.200 mesin pemotong

rumput manual akan terjual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis akan terjual sampai

dengan tahun depan. Berikut ini adalah proyeksi laba rugi sesuai ramalan penjualan.

Mesin Mesin Total Manual Otomatis Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000 Dikurangi: Beban variabel 390.000 480.000 870.000Margin kontribusi $90.000 $160.000 $250.000 Dikurangi: Beban tetap langsung 30.000 40.000 70.000Margin produk $60.000 $120.000 $180.000

Dikurangi: Beban tetap umum 26.250Laba operasi $153.750

Dapat kita perhatikan pada contoh di atas bahwa pengawas telah memisahkan

beban tetap langsung dan beban tetap umum. Beban tetap langsung adalah biaya tetap

yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada.

Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap

muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.

REPRESENTASI GRAFIS DARI HUBUNGAN CVP

Untuk memahami hubungan CVP lebih mendalam, dapat dilakukan melalui

penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat

perbedaan antara biaya variable dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka

memahami dampak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titik impas dengan cepat.

Dua grafik dasar yang penting, grafik laba volume dan grafik biaya volume laba, yang akan

dijelaskan sebagai berikut :

Grafik - Laba Volume

Grafik Laba-Volume (profit-volume graph) menggambarkan secara visual

hubungan antara laba dan volume penjualan. Grafik laba-volume merupakan grafik dari

persamaan laba operasi (Laba operasi = (Harga x Unit) – (Biaya variabel per unit x Unit) –

Biaya tetap). Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel terikat, dan unit merupakan

8

Page 9: SAP 3

variabel bebas. Biasanya, nilai variabel bebas diukur pada sumbu horiontal dan nilai variabel

terikat pada sumbu vertikal.

Anggaplah bahwa Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal dengan

data biaya dan harga sebagai berikut:

Total biaya tetap $100

Biaya variabel per unit 5

Harga jual per unit 10

Dengan menggunakkan data tersebut, laba operasi dapat dinyatakan sebagai berikut:

Laba Operasi = ($10 x Unit) – ($5 x Unit) - $100

= ($5 x Unit) - $100

Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan meletakkan unit di sepanjang sumbu

horizontal dan laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertikal. Dua titik diperlukan untuk

menggambarkan suatu persamaan linier. Meskipun dua titik manapun dapat digunakan,

kedua titik yang sering dipilih adalah titik-titik yang menggambarkan volume penjualan nol

dan laba nol. Jika unit yang terjual adalah nol, maka Tyson mengalami rugi operasional

sebesar $100 (atau laba -$100). Karena itu, titik yang menggambarkan volume penjualan nol

adalah (0, -$100). Dengan kata lain, jika tidak ada penjualan yang dilakukan, perusahaan

mengalami kerugian sebesar total biaya tetap. Jika laba operasi adalah nol, maka unit yang

terjual sama dengan 20. Dengan demikian, titik yang menggambarkan laba nol (impas)

adalah (20,$0). Kedua titik tersebut yang ditunjukkan dalam tampilan 11-2, membatasi

grafik laba yang diperlihatkan disini.

Grafik dalam tampilan 11-2 dapat digunakan untuk menilai laba (rugi) Tyson pada

setiap tingkat aktivitas penjualan. Sebagai contoh, laba yang berkaitan dengan penjualan 40

unit dapat dibaca melalaui grafik dengan (1) membuat garis vertikal dari sumbu horizontal

ke garis laba dan (2) membuat garis horizontal dari garis laba ke sumbu vertikal. Seperti

diilustrasikan dalam tampilan 11-2, laba dari penjualan 40 unit adalah $100. Grafik laba-

volume, meskipun mudah diinterpretasikan, gagal mengungkapkan bagaimana biaya

berubah ketika volume penjualan berubah. Terdapat sebuah pendekatan alternatif dalam

membuat grafik yang dapat menyediakan rincian ini.

9

Page 10: SAP 3

Grafik Biaya Volume Laba

Grafik biaya-volume-laba (cost-volume-profit graph) menggambarkan hubungan antara

biaya, volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, perlu dibuat grafik

dengan dua garis terpisah: garis total pendapatan dan garis total biaya. Kedua garis ini

disajikan, masing-masing, dengan dua persamaan berikut:

Pendapatan = Harga x Unit

Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit)+ Biaya tetap

Dengan menggunakkan contoh Tyson Company, persamaan pendapatan dan biayanya

adalah sebagai berikut:

Pendapatan = $10 x Unit

Total biaya = ($5 x Unit) + $100

Untuk menggambarkan kedua persamaan tersebut ke dalam grafik yang sama,

sumbu vertikal diukur dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual. Dua buah

titik itu diperlukan untuk menggambarkan masing-masing persamaan. Kita akan

menggunakkan koordinat-x seperti pada grafik laba-volume. Untuk persamaan pendapatan,

menetapkan jumlah unit sama dengan 20 menghasilkan titik-titik (0, $100) dan (20, $200).

Grafik setiap persamaan tampak dalam tampilan 11-3. Perhatikan bahwa garis total

pendapatan dimulai pada titik nol dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan 10

Page 11: SAP 3

harga jual per unit (kemiringan sebesar 10). Garis total biaya memotong sumbu vertikal

pada sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap dan meningkat dengan kemiringan

yang sama dengan biaya variabel per unit (kemiringan sebesar 5). Jika garis total

pendapatan berada dibawah garis total biaya, maka akan muncul daerah laba. Titik dimana

garis total pendapatan dan total biaya berpotongan adalah merupakan titik impas. Untuk

mencapai impas, Tyson Company harus menjual 20 unit dan dengan demikian memperoleh

total pendapatan sebesar $200.

Sekarang mari kita bandingkan informasi yang tersedia dari grafik CVP dengan yang

tersedia dari grafik laba-volume. Untuk melakukannya, pertimbangkan penjualan, sebesar

40 unit. Ingat kembali bahwa grafik laba-volume mengungkapkan bahwa penjualan 40 unit

menghasilkan laba $100. Perhatikan kembali tampilan 11-3. Grafik CVP juga

memperlihatkan laba sebesar $100, tetapi grafik itu memberikan lebih bnyak informasi.

Grafik CVP megungkapkan bahwa total pendapatan sebesar $400 dan total biaya $300

berhubungan dengan penjualan 40 unit. Selanjutnya total biaya dapat dibagi menjadi biaya

tetap sebesar $00 dan biaya variabel sebesar $200. Grafik CVP menyediakan informasi

tentang pendapatan dan biaya yang tidak disediakan oleh grafik laba-volume. Berbeda

dengan grafik laba-volume, beberapa penghitungan dibutuhkan untuk menentukan laba

yang berhubungan dengan volume penjualan tertentu. Meskipun demikian, karena

mengandung informasi yang lebih banyak, para manajer kemungkinan besar mendapati

bahwa grafik CVP merupakan suatu alat yang lebih berguna.

11

Page 12: SAP 3

ASUMSI – ASUMSI PADA ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA

Grafik laba-volume dan biaya-biaya-volume-laba yang baru saja diilustrasikan

megandalkan pada beberapa asumsi penting. Beberapa dari asumsi tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linier.

2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, total, biaya tetap, dan biaya variabel per unit

dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentan yang

relevan.

3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang di produksi dapat dijual.

4. Untuk analisis multi produk, diasumsikan bahwa bauran penjualan diketahui.

5. Diasumsikan bahwa harga jual dan biaya diketahui dengan pasti.

Fungsi Linier Fungsi linear Asumsi pertama, yaitu fungsi linear biaya dan

pendapatan, memerlukan pertimbangan tambahan. Hal ini dijelaskan dengan cukup mudah

oleh kebutuhan untuk menurunkan harga ketika lebih unit terjual. Total biaya fungsi yang

lebih kompleks, yang awalnya meningkat tajam, maka agak datar (sejalan dengan

peningkatan tingkat pengembalian), dan kemudian kembali tajam (seiring dengan

penurunan dalam tingkat pengembalian).

Rentang yang relevan adalah periode khusus dan desain volume produksi atau

kegiatan untuk menentukan biaya tetap atau variabel.

Produksi Sama dengan Penjualan. Asumsi ketiga adalah apa yang diproduksi dapat

dijual. Selama periode tersebut tidak ada prerubahan persediaan. Persediaan tidak

berdampak terhadap analisis impas merupakan hal yang dapat didmengerti. Analisis impas

adalah teknik pengambilan keputusan jangka pendek sehingga kita dapat menutup seluruh

biaya pada periode waktu tertentu. Persediaan mengandung biaya-biaya dari periode

sebelumnya dan tidak dipertimbangkan.

Bauran Penjualan yang Konstan. Dalam analisis produk tunggal, bauran

penjualannya adalah konstan (100% dari penjualan adalah satu produk). Analisis impas

multiproduk mensyaratkan suatu bauran penjualan yang konstan. Namun, tidak mungkin

memprediksikan bauran penjualannya dengan pasti. Dalam praktiknya, kendala ini biasanya

ditangani dengan analisis sensitivitas. Dengan menggunakan kemampuan analisis

12

Page 13: SAP 3

spreadsheet, sensitivitas variabel pada berbagai bauran penjualan d apat dinilai secara

cepat.

Harga dan Biaya Diketahui dengan Pasti. Suatu perubahan pada satu variabael

dapat mempengaruhi nilai variabel lainnya. Kerap terdapat suatu distribusi probabilitas

untuk diatasi. Selain itu, terdapat cara-cara formal untuk pengaturan ketidakpastian secara

eksplisit ke dalam model CVP.

PERUBAHAN DALAM VARIABEL CVP

Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, mereka harus

memperhatikan perubahan – perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variable, dan biaya

tetap. Perusahaan juga harus memperhitungkan pengaruh resiko dan ketidakpastian.

Perubahan yang menjadi perhatian dalam analisis CVP adalah variasi perubahan yang cepat

dalam biaya variabel, biaya tetap, dan perubahan harga. Sehingga manajer dituntut untuk

lebih concern terhadap perencanaan produksi, laba diinginkan dan pengendalian. Bisa

digunakan beberapa skenario untuk alternatif yang berbeda-beda.

Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian

Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti.

Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari

pengambilan keputusan bisnis dan bagaimananpun hal itu harus ditangani. Secara

formal, risiko berbeda dengan ketidak pastian. Distribusi probabilitas variable pada risiko

dapat diketahui, sedangkan distribusi probabilitas variable pada ketidakpastian tidak

diketahui. Ada berbagai metode yang dapat digunakan para manajer menghadapi risiko

dan ketidakpastian. Pertama, pihak manajemen harus menyadari sifat ketidakpastian

dari harga, biaya, dan kuantitas di masa depan. Selanjutnya, para manajer bergerak dari

pertimbangan titik impas ke pertimbangan yang disebut “kisaran titik impas”. Selain itu,

para manajer dapat menggunakan analisis sensitivitas. Dalam hal ini, penggunaan

spreadsheet komputer akan sangat membantu para manajer. Dua konsep yang

bermanfaat bagi manajemen adalah margin pengaman dan pengungkit operasi.

a. Margin Pengaman

Margin pengaman ( margin of safety ) adalah unit yang terjual atau diharapkan

terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi

13

Page 14: SAP 3

volume impas. Sebagai contoh, jika volume impas perusahaan adalah 200 unit dan

perusahaan saat ini menjual 500 unit, maka margin pengamannya adalah 300 unit (500-

200). Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko. Apabila

margin pengaman perusahaan besar atas penjualan tertentu yang diharapkan di tahun

depan, maka risiko menderita kerugian jika penjualan menurun lebih kecil daripada

margin pengamanannya kecil. Manajer yang menghadapi margin pengaman yang

rendah mungkin ingin berbagai tindakan yang dapat meningkatkan margin pengaman

dan mengurangi risiko.

b. Pengungkit Operasi

Dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah mesin sederhana yang digunakan untuk

melipatgandakan kekuatan. Semakin besar beban yang digerakkan oleh sejumlah

tertentu tenaga, semakin besar keunggulan mekanis dari alat tersebut. Dalam bidang

keuangan pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relative dari biaya tetap dan

biaya variable dalam suatu organisasi. Pertukaran antara biaya tetap dengan biaya

variable adalah suatu hal yang mungkin dilakukan. Pengungkit operasi merupakan

penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi

ketika aktivitas penjualan berubah. Semakin besar tingkat pengungkit operasi, semakin

banyak perubahan dalam aktivitas penjualan yang akan mempengaruhi laba. Karena itu,

bauran biaya yang dipilih organisasi memiliki pengaruh yang berarti terhadap risiko

operasi dan tingkat laba.

Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage) untuk tingkat penjualan

tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba.

Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi / Laba

Jika biaya tetap digunakan untuk mengurangi biaya variabel sedemikian rupa

sehingga margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat pengungkit

operasinya naik, yang menandakan adanya peningkatan risiko.

Contohnya, pertimbangkan perusahaan yang sedang berencana menambah sebuah lini

produk baru. Untuk itu, perusahaan dapat memilih lebih mengandalkan otomatisasi daripada

tenaga kerja. Jika perusahaan memilih untuk menekankan otomatisasi daripada tenaga kerja,

maka biaya tetap lebih tinggi dan biaya variabel per unit lebih rendah. Data yang relevan untuk

tingkat penjualan sebesar 10.000 unit adalah sebagai berikut :

14

Page 15: SAP 3

Sistem Sistem Otomatis ManualPenjualan $1.000.000 $1.000.000 Dikurangi: Biaya variabel 500.000 800.000Margin kontribusi $ 500.000 $ 200.000 Dikurangi: Biaya tetap 375.000 100.000 Laba operasi $ 125.000 $ 100.000 Harga jual per unit $ 100 $ 100

BB Beban variabel per unit 50 80 Margin kontribusi per unit 50 20

Tingkat pengungkit operasi untuk sistem otomatis adalah 4,0 ($500.000/$125.000).

tingkat pengungkit operasi untuk sistem manual adalah 2,0 ($200.000/$100.000). Jika

penjualan naik sebesar 40%, maka laba pada setiap sistem akan menjadi :

Sistem Sistem Otomatis ManualPenjualan $1.400.000 $1.400.000 Dikurangi: Biaya variabel 700.000 1.120.000Margin kontribusi $ 700.000 $ 280.000 Dikurangi: Biaya tetap 375.000 100.000 Laba operasi $ 325.000 $ 180.000

Laba untuk sistem otomatis akan naik sebesar $200.000 ($325.000 - $125.000) untuk

kenaikan sebesar 160 persen. Pada sistem manual, laba meningkat hanya sebesar $80.000

($180.000 - $100.000) atas kenaikan sebesar 80 persen. Sistem otomatis menghasilkan

persentase kenaikan yang lebih besar karena memiliki tingkat pengungkit operasi yang lebih

tinggi.

Analisis Sensitivitas dan CVP

Meluasnya penggunaan computer dan spreadsheet telah memudahkan para

manajer melakukan analisis sensitivitas. Sebagai sebuah alat penting, analisis sensitivitas

(sensitivity analysis) adalah teknik “bagaimana-jika” yang menguji dampak dari perubahan

asumsi –asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban.

Sistem Manual Sistem OtomatisHarga Sama Sama

15

Page 16: SAP 3

Biaya variabel Relatif Lebih Tinggi Relatif Lebih RendahBiaya tetap Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiMergin kontribusi Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiTitik impas Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiMargin pengaman Relatif Lebih Tinggi Relatif Lebih RendahTingkat pengungkit operasi Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiRisiko penurunan Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiPotensi kenaikan Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih TinggiTampilan 11.8 Perbedaan antara Sistem Manual dan Otomatis

ANALISIS CVP DAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat

dikelompokan dalam dua kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan

(biaya variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya, biaya diasumsikan

sebagai fungsi linear dari volume penjualan.

Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori

berdasarkan unit dan nonunit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas mengakui

beberapa biaya yang berubah bergantung pada jumlah unit yang diproduksi sedangkan

beberapa biaya lain tidak. Namun, meskipun perhitungan biaya berdasarkan aktivitas

mengakui biaya berdasarkan nonunit tetap berkenaan dengan perubahan volume produksi,

sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas juga memperlihatkan banyak biaya

berdasarkan nonunit berubah berkenaan dengan penggerak aktivitas lainnya.

Penggunaan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas tidak berarti analisis

CVP kurang bermanfaat. Pada kenyataanya, analisis CVP menjadi lebih bermanfaat karena ia

memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya. Namun, analisis CVP

dalam kerangka berdasarkan aktivitas harus dimodifikasi. Sebagai ilustrasi, anggaplah biaya

perusahaan dapat dijelaskan dengan tiga variabel: penggerak aktivitas tingkat unit adalah

unit yang dijual, penggerakan aktivitas tingkan batch adalah jumlah pengaturan dan

penggerak aktivitas tingkat produk adalah jam rekayasa (engineering hours). Persamaan

biaya ABC selanjutnya dapat dinyatakan sebagai berikut:

Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × Jumlah unit) + (Biaya

pengaturan × Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa × Jumlah jam

rekayasa).

16

Page 17: SAP 3

Laba operasi seperti sebelumnya adalah total pendapatan dikurangi total biaya. Hal ini

dinyatakan sebagai berikut.

Laba operasi = Total pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × Jumlah

unit) + (Biaya pengaturan × Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa ×

Jumlah jam rekayasa)].

Gunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik impas dalam unit. Pada

impas, laba operasi adalah nol dan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas

adalah sebagai berikut.

Unit impas = [(Biaya tetap + (Biaya pengaturan × Jumlah pengaturan) + (Biaya

rekayasa × Jumlah jam rekayasa)] / (Harga – Biaya variabel per unit).

Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional

mengungkapkan dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda.Kedua,

pembilang pada persamaan impas ABC memiliki dua istilah biaya variabel nonunit: satu

untuk aktivitas yang berkaitan dengan batch dan satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan

keberlanjutan produk.

Contoh Pembandingan Analisis Konvesional dan ABC

Untuk membuat pembahasan ini menjadi lebih jelas, suatu pembandingan antara

analisis biaya volume laba konvensional dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas

akan berguna. Kita asumsikan suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual

untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000. Analisis ini didasarkan pada data berikut.

Penggerak AktivitasBiaya Variabel Per

Unit

Tingkat Penggerak

Aktivitas

Unit yang terjual $10 ―

Pengaturan 1.000 20

Jam rekayasa 30 1.000

Data lainnya:

Total biaya tetap (konvensioanl $100.000

Total biaya tetap (ABC) 50.000

Harga jual per unit 20

17

Page 18: SAP 3

Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah unit yang harus terjual untuk menghasilkan laba

sebelum pajak sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut.

Jumlah unit = (Target laba + Biaya tetap) / (Harga – Biaya variabel per unit)

= ($20.000 + $100.000) / ($20-$10)

= $120.000 / $10

= 12.000 unit

Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus terjual untuk menghasilkan

laba operasi sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut.

Jumlah unit = [Target laba + Biaya tetap ABC + (Biaya pengaturan × Jumlah

pengaturan) + (Biaya rekayasa × Jumlah jam rekayasa)]/(Harga – Biaya

variabel per unit)

Jumlah unit = [$20.000 + $50.000 + ($1.000 × 20) + ($30 × 1.000)]/($20-$10)

= 12.000 unit

Menurut kedua pendekatan tersebut, jumlah unit yang harus dijual adalah sama.

Alasannya sederhana. Kelompok total biaya tetap menurut perhitungan biaya konvensional

terdiri atas biaya variabel berdasarkan nonunit ditambah biaya tetap tanpa memperhatikan

penggerak aktivitas. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas memilah-milah

berbagai biaya variabel berdasarkan nonunit. Biaya-biaya ini berhubungan dengan tingkat

tertentu dari setiap penggerak aktivitas. Pada penggerak aktivitas tingkat batch, tingkatnya

adalah 20 pengaturan. Pada variabel tingkat produk, tingkatnya adalah 1.000 jam rekayasa.

Selama tingkat aktivitas penggerak biaya berdasarkan nonunit tetap sama, hasil perhitungan

konvensional dan ABC akan sama. Namun, tingkat-tingkat tersebut dapat berubah sehingga

informasi yang disediakan oleh kedua pendekatan bisa sangat berbeda. Persamaan ABC

pada analisis CVP merupakan representasi yang lebih lengkap mengenai perilaku biaya yang

mendasari dan dapat memberikan pemahaman strategis yang penting.

Implikasi Strategis: Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC

Misalkan setelah analisis CVP konvensional dilakukan, Departemen Pemasaran

menyatakan penjualan 12.000 unit mustahil dicapai. Unit yang bisa terjual mungkin hanya

10.000. Kemudian, presiden direktur perusahaan memerintahkan para insinyur perancang

produk mencari suatu cara mengurangi biaya pembuatan produk. Para insinyur juga diminta

18

Page 19: SAP 3

mempertahankan persamaan biaya konvensional, yaitu biaya tetap sebesar $100.000 dan

biaya variabel per unit $10. Biaya variabel per unit sebesar $10 terdiri atas: tenaga kerja

langsung $4, bahan baku langsung $5, dan overhead variabel $1. Untuk memenuhi

permintaan mengurangi titik impas, Departemen Teknik memproduksi suatu rancangan

baru yang membutuhkan tenaga tenaga kerja lebih sedikit. Rancangan baru tersebut

mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar $2 per unit. Rancangan tersebut tidak akan

memengaruhi bahan baku atau overhead variabel. Dengan demikian, biaya variabel yang

baru adalah $8 per unit dan titik impas adalah sebagai berikut.

Jumlah unit = Biaya tetap/(Harga-Biaya variabel per unit)

= $100.000/($20-$8)

= 8.333 unit.

Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sebagai berikut.

Penjualan ($20 × 10.000) $200.000

Dikurangi: Beban variabel ($8 × 10.000) 80.000

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi: Beban tetap 100.000

Laba operasi $20.000

Karena senang dengan hasil tersebut, presiden direktur menyetujui rancangan baru

tersebut. Satu tahun kemudian, presiden direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang

diharapkan tidak terjadi. Sebaliknya, perusahaan merugi. Alasan dapat diberikan oleh

Pendekatan ABC pada analisis CPV.

Hubungan biaya ABC awal pada contoh tersebut adalah sebagai berikut.

Total biaya = $50.000 + ($10 × Unit) + ($1.000 × Pengaturan) + ($30 × Jam rekayasa)

Misalkan, rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit sehingga

meningkatkan biaya per pengaturan dari $1.000 menjadi $1.600. Karena peningkatan

kandungan teknis, rancangan baru itu juga membutuhkan dukungan teknik tambahan

sebesar 40 persen (dari 1.000 jam menjadi 1.400 jam). Berikut persamaan biaya yang baru,

termasuk pengurangan biaya variabel tingkat unit.

Total biaya = $50.000 + ($8 × Unit) + ($1.600 × Pengaturan) + ($30 × Jam rekayasa)

19

Page 20: SAP 3

Titik impas dengan laba operasi nol dan menggunakan persamaan ABC dihitung sebagai

berikut (anggaplah 20 pengaturan masih dilakukan).

Jumlah unit = [$50.000 + ($1.600 × 20) + ($30 × 1.400)]/($20 - $8)

= $124.000/$12

= 10.333 unit

Laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sebagai berikut (ingat kembali bahwa jumlah

maksimal yang dapat terjual adalah 10.000 unit).

Penjualan ($20 × 10.000) $200.000Dikurangi: Beban variabel berdasarkan unit ($8 × 10.000) 80.000

Margin kontribusi $120.000Dikurangi: Beban variabel berdasarkan nonunit:

Pengaturan ($1.600 × 20) $32.000Dukungan teknik ($30 × 1.400) 42.000 74.000

Margin yang dapat ditelusuri $46.000Dikurangi: Beban tetap 50.000

(Rugi) operasional $(4.000)

Analisis CVP dan JIT

Jika suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel per unit yang dijual

berkurang dan biaya tetap bertambah. Sebagai contoh, sekarang tenaga kerja langsung

dianggap sebagai tetap dan bukan variabel. Di lain pihak, bahan baku langsung masih

dianggap sebagai biaya variabel berdasarkan unit. Penekanan pada mutu total dan

pembelian jangka panjang sebenarnya mengasumsikan biaya bahan baku langsung benar-

benar proporsional dengan unit yang diproduksi menjadi semakin terbukti (karena limbah,

sisa bahan, dan diskon kuantitas dieliminasi).

Biaya variabel berdasarkan unit lainnya seperti listrik dan komisi penjualan juga

berlaku. Selain itu, variabel tingkat batch menjadi hilang (pada sistem JIT, batch-nya adalah

satu unit). Dengan demikian, persamaan biaya pada JIT dapat dinyatakan sebagai berikut.

Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × Jumlah unit) + (Biaya rekayasa

× Jumlah jam rekayasa).

20

Page 21: SAP 3

DAFTAR PUSTAKA

Hansen, D.R. dan Mowen, M.M. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta Selatan:Salemba

Empat

http://sisilmarmuci.blogspot.com/2013/04/cost-volume-profit-analysis-managerial.html

http://wardahcheche.blogspot.com/2014/01/analisis-biaya-volume-laba.html

https://eviramdani.wordpress.com/2010/06/01/cost-volume-profit-anlysis/

http://rangkumankite.blogspot.com/2012/05/analisa-biaya-volume-laba.html

21

Page 22: SAP 3

22