s2 psikolog laporan as

138
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan skizofrenia pada umumnya ditandai dengan distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas yang disebabkan oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Onset gangguan ini dapat bersifat akut dengan perilaku yang amat terganggu, atau bersifat tersembunyi dengan perkembangan berbagai gagasan dan tingkah laku yang aneh secara bertahap. Sebelum seseorang terkena gangguan ini, pada umumnya penderita sudah memiliki beberapa ciri tertentu. Kepribadian penderita sebelum sakit disebut sebagai kepribadian premorbid. Kepribadian premorbid ini seringkali digambarkan sebagai orang yang mudah curiga, pendiam, sukar bergaul, lebih senang untuk menarik diri dari lingkungan

Upload: esa-mariya-ajikan

Post on 19-Jan-2016

192 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Pkpp

TRANSCRIPT

Page 1: S2 Psikolog Laporan As

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gangguan skizofrenia pada umumnya ditandai dengan distorsi pikiran

dan persepsi yang mendasar dan khas yang disebabkan oleh afek yang tidak

wajar atau tumpul. Onset gangguan ini dapat bersifat akut dengan perilaku

yang amat terganggu, atau bersifat tersembunyi dengan perkembangan

berbagai gagasan dan tingkah laku yang aneh secara bertahap.

Sebelum seseorang terkena gangguan ini, pada umumnya penderita

sudah memiliki beberapa ciri tertentu. Kepribadian penderita sebelum sakit

disebut sebagai kepribadian premorbid. Kepribadian premorbid ini

seringkali digambarkan sebagai orang yang mudah curiga, pendiam, sukar

bergaul, lebih senang untuk menarik diri dari lingkungan sekitarnya, dan

menyendiri serta eksentrik atau aneh. Kepribadian premorbid sebelumnya

didahului oleh gejala-gejala awal yang disebut dengan fase prodromal yang

ditandai dengan mulai munculnya gejala-gejala yang tidak lazim, misal

pikiran yang tidak rasional, perilaku yang aneh, penarikan diri, perasaan

yang tidak wajar dan sebagainya. Gejala-gejala prodromal ini seringkali

tersamar dan tidak disadari oleh anggota keluarga yang lainnya dan setelah

Page 2: S2 Psikolog Laporan As

2

beberapa bulan kemudian gangguan skizofrenia ini muncul secara klinis dan

nyata, yaitu kekacauan dalam alam perasaan, alam pikiran, dan perilaku.

Gejala gangguan kesehatan mental yang meliputi gangguan kecemasan,

panik, depresi hingga gangguan berat seperti schizophrenia hingga pada

tindakan bunuh diri semakin marak di tengah masyarakat dan yang lebih

buruk lagi adalah pemerintah maupun masyarakat kurang bisa menangani.

Kesehatan mental yang mengalami penurunan disebabkan oleh

gangguan jiwa ini terjadi hampir diseluruh negara di dunia. World Health

Organization (WHO) yang menangani masalah kesehatan dunia

memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global

WHO. Badan kesehatan dunia ini mengangkat beberapa jenis gangguan

jiwa seperti schizophrenia, alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan

ketergantungan terhadap alkohol serta ketergantungan narkoba sebagai isu

yang perlu untuk mendapatkan perhatian yang serius.

Penanganan penderita schizophrenia saat ini belumlah memuaskan,

terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penyebab utama

adalah minimnya penanganan tersebut salah satunya adalah ketidaktahuan

keluarga penderita maupun masyarakat umum tentang jenis penyakit ini.

Stigma yang berkembang saat ini adalah gangguan schizophrenia adalah

suatu penyakit yang tidak bisa diobati dan disembuhkan, sehingga penderita

schizophrenia mendapatkan perlakuan yang berbeda atau diskriminatif yang

nantinya lambat laun akan menyebabkan penderita schizophrenia tidak

mendapatkan pertolongan yang memadai karena banyak penderita

Page 3: S2 Psikolog Laporan As

3

schizophrenia yang tidak dibawa berobat dan bahkan disembunyikan oleh

keluarganya.

Schizophrenia ini memiliki beberapa subtipe, salah satunya adalah

gangguan schizophrenia tipe paranoid yang ciri-cirinya berfokus pada satu

atau lebih waham atau adanya halusinasi audotoris yang sering (APA,

2000). Perilaku dan pembicaraan dari seseorang yang mengalami

skizofrenia paranoid tidak menunjukkan disorganisari yang jelas

sebagaimana ciri dari tipe yang tidak terorganisasi, tidak juga jelas dalam

meunjukkan afek atau memiliki afek datar atau tidak sesuai dengan perilaku

dari gangguan katayonik. Waham mereka seringkali mencakup tema-tema

kebesaran, persekusi, atau kecemburuan. Mereka mungkin meyakini adanya

suatu pemikiran yang tidak ada buktinya sekalipun. Mereka akan merasa

sangat gelisah,bingung, dan ketakutan.

Pada kasus ini, AS mengalami gangguan skizofrenia tipe paranoid

dimana gejala-gejala yang menonjol yang dialami AS adalah menarik diri

dengan berdiam diri di kamar, merasa dirinya terancam, kerap kali

mendengar suara tanpa wujud, tidak berani keluar rumah, takut dengan

orang asing yang melewati depan rumahnya, dan takut dibunuh oleh orang-

orang sewaan. AS sempat melakukan percobaan bunuh diri dengan

meminum cairan pembersih lantai di dalam kamarnya.

Perlu diketahui dari riwayat medis, AS sudah keluar masuk RSJ Menur

Surabaya sebanyak tiga kali dengan gangguan yang sama yaitu gangguan

skizofrenia tipe paranoid. Pertama dan kedua kali AS masuk pada tahun

Page 4: S2 Psikolog Laporan As

4

yang sama yaitu tahun 2012. Pertama tanggal 4 Desember dan sempat

keluar dalam beberapa hari kemudian AS kembali dimasukkan RSJ Menur

pada tanggal 10 dengan gangguan yang sama. Setelah keluar kurang lebih

empat bulan dari Menur, AS dimasukkan kembali ke RSJ Menur dua kali

dengan waktu yang hampir berdekatan yaitu tanggal sembilan dan duapuluh

empat April 2013 dengan gangguan yang sama.

Gejala tersebut nampak lagi lebih kurang empat bulan paska keluar

dari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebelum pihak keluarga kembali

memasukkan AS ke RSJ Menur. Perilaku yang mengganggu khususnya

berdiam diri di kamar dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain yang

mendorong pihak keluarga membawanya ke Rumah Sakit Jiwa. Oleh karena

itu perlu adanya penanganan dan terapi yang tepat dan benar untuk

membantu AS agar lebih adaptif, sehingga akhirnya dapat diharapkan AS

mampu menjalankan fungsinya sehari-hari dengan normal.

B. Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja

1. Tujuan

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, praktek kerja ini

bertujuan untuk mengerti dan memahami fungsi serta peran Psikologi

Klinis di lingkungan masyarakat sekitar, serta mampu

mengidentifikasikan beberapa macam gangguan psikis dan

permasalahannya, juga mampu mengintegrasikan hasil tes psikologi,

Page 5: S2 Psikolog Laporan As

5

mengintepretasikan, serta menganalisa hasil pemeriksaan psikologi

terutama pada gangguan skizofrenia tipe paranoid.

2. Manfaat

Manfaat yang Manfaat yang didapat dari praktek kerja ini adalah :

a. Untuk peneliti

Dapat mengetahui lebih jelas gejala, pemeriksaan, dan penanganan

pada klien yang mengalami gangguan.

b. Untuk klien

Dapat mengungkapkan perasaan klien, mampu bersosialisasi dan

beradaptasi kembali dengan lingkungan dengan baik dan klien

merasa nyaman dalam melakukan kegiatan bersama.

C. Identifikasi Kasus

1. Klien

Nama Lengkap : AS

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : 9 Februari 1984

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Belum bekerja

Status Pernikahan : Belum menikah

Page 6: S2 Psikolog Laporan As

6

Alamat : Ketabang Ngemplak Nomer 22 RT 07 RW

07 Kecamatan Genteng, Surabaya

Anak ke : 3 dari : 5 bersaudara

Hobi/Kegemaran : Mendengarkan musik

2. Orang Tua Klien

a. Ayah Kandung

Nama : M. T

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Ketabang Ngemplak Nomer 22 RT 07 RW

07 Kecamatan Genteng, Surabaya

Umur : 60 tahun

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : STM

Pekerjaan : Wiraswasta (penjual minuman)

Tingkat Ekonomi : Menengah ke bawah

b. Ibu Kandung

Nama : E.S

Jenis Kelamin : Perempuan

Page 7: S2 Psikolog Laporan As

7

Alamat : Ketabang Ngemplak Nomer 22 RT 07 RW

07 Kecamatan Genteng, Surabaya

Umur : 54 tahun

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tingkat Ekonomi : Menengah ke bawah

3. Susunan Keluarga

Tabel 1. Susunan Keluarga

No Nama L/P UsiaPendidi

kanPekerjaan Status Ket

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

M.T

E.S

L.S

H.S

A.S

N.W

S.S

L

P

P

L

L

P

L

60 th

54 th

35 th

32 th

29 th

25 th

21 th

STM

SMA

SMA

SMA

SMA

SMA

SD

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga

Karyawan

Belum bekerja

Belum bekerja

Karyawan

Menikah

Menikah

Menikah

Menikah

Belum

Menikah

Belum

Ayah

Ibu

Kakak

Kakak

Pasien

Adik

Adik

Page 8: S2 Psikolog Laporan As

8

4. Riwayat Kasus

AS adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Sejak kecil, AS

tergolong anak yang biasa saja. AS tidak pernah tinggal kelas dalam

riwayat pendidikannya di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,

maupun di Sekolah Menengah Atas. Ia mendapatkan fasilitas

pendidikan yang terbaik dari orangtuanya dengan disekolahkan ke

sekolah yang terbaik juga. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya,

ia tidak mampu meneruskan kuliahnya dengan alasan orangtuanya tidak

mampu membiayai biaya pendidikannya di bangku kuliah.

Hubungan dengan keluarga menurut AS dahulu terdapat masalah.

Dahulu dia kerap kali bertengkar dengan orangtuanya, khususnya Ayah,

sampai pernah AS akan dibunuh oleh ayahnya. Masalah tersebut dipicu

oleh perasaan AS yang kurang puas dengan keadaan keluarganya dan

menganggap ayahnya adalah orang yang hanya mewarisi kekayaan dari

kakek neneknya. AS lebih suka berteman dengan anak-anakorang kaya

dan anak-anak pejabat yang kerap kali orang tua temannya ia

bandingkan dengan orang tuanya sendiri dan mengatakan ia kurang

puas dengan orang tuanya.

Ketika menginjak SMA, AS mulai menunjukkan perilaku yang

tidak seperti biasanya. AS sering pulang malam dan menunjukkan

emosi negatif dengan sering marah-marah ketika keinginannya tidak

dipenuhi oleh orang tua. AS lebih percaya apa kata teman-temannya

daripada kata keluarga.

Page 9: S2 Psikolog Laporan As

9

Sejak kejadian dimana kakak laki-laki AS, HS, dikejar AS dengan

menggunakan parang membuat hubungan AS dengan keluarga semakin

renggang. Ia kurang bisa berkomunikasi secara baik dengan

keluarganya. Kehidupan sehari-hari AS pada masa itu hanya bermain

dan berkumpul dengan teman-temannya. AS hanya makan dan tidur

saja ketika ia pulang ke rumah dan ketika diajak berkomunikasi dengan

keluarganya, AS tidak menjawab lalu pergi. Kejadian tersebut tidak

hanya sekali dua kali akan tetapi berkali-kali.

Suatu ketika AS menginginkan motor dan orang tua AS

membelikannya dengan harapan AS akan lebih giat belajar. Harapan

orang tua pupus karena AS malah lebih sering pulang malam dan tidak

menuruti permintaan orang tua agar lebih giat belajar. AS menjadi

sering bolos sekolah kurang lebih selama satu bulan setengah.

Untunglah pihak sekolah masih memberi kesempatan pada AS sehingga

ia bisa naik kelas dan tidak dikeluarkan dari sekolah.

Perilaku AS semakin menjadi ketika ia memasuki bangku kuliah. Ia

meneruskan kuliah di salah satu Perguruan Tinggi favorit di Surabaya.

Ia mengikuti teman-temannya untuk mencoba beberapa jenis narkoba,

sabu-sabu. AS yang dahulu di bangku SMA hanya mencicipi, sekarang

ia tidak hanya sekali menikmati barang haram tersebut, dalam kurun

waktu beberapa tahun itu tak terhitung berapa kali ia menikmatinya

selain minuman keras.

Page 10: S2 Psikolog Laporan As

10

Keadaan perekonomian keluarga AS jatuh begitu AS menginjak

semester akhir. Ayah AS yang sebelumnya adalah pengusaha angkutan

umum di Surabaya harus merelakan semua armadanya dijual satu

persatu untuk menutupi biaya hidup keluarga. Selain armada, ayah AS

yang sebelumnya atlet sepeda nasional juga menjual medalinya untuk

biaya hidup.

Perubahan hidup yang drastis tersebut membuat AS dan kakak laki-

laki pertamanya putus kuliah. AS membantu perekonomiankeluarga

dengan bekerja. Ia menghindar dari teman-temannya karena merasa

teman-temannya meninggalkan dirinya yang sudah jatuh. AS menjadi

orang yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari orang yang

terbuka menjadi tertutup dan tidak maumenjalin hubungan dengan

teman-temannya.

Pertama AS bekerja di perusahaan bagian mesin ATM, akan tetapi

hal tersebut tidak bertahan selama satu bulan dan akhirnya ia keluar.

Kedua, AS bekerja di pabrik. Dan di sinilah AS merasa ia membuat

kesalahan dengan mengadukan salah satu rekan kerjanya yang bekerja

merugikan perusahaan. AS yang merasa ketakutan akhirnya berhenti

dan pada saat itu mulai nampak gejala-gejala AS terkena gangguan

jiwa.

Pada tahun 2012 orang tua AS membawa AS ke Rumah Sakit Jiwa

Menur untuk mendapatkan perawatan karena keluarga AS merasa

Page 11: S2 Psikolog Laporan As

11

kesulitan dengan perilaku AS yang mengurung diri dan tidak mau

makan serta tidur untuk waktu yang cukup lama yaitu seminggu.

Ketika ditanya kenapa, AS hanya menjawab kalau ia takut dibunuh

teman kerjanya yang telah ia adukan ke bos. AS lebih sering

mengurung diri di kamar dan lupa untuk makan. AS sering mendengar

suara ancaman akan dibunuh dengan menggunakan pembunuh

bayaran. Setelah keluar dari RSJ Menur, AS meminta bekerja di

Kalimantan bersama kakak laki-lakinya. AS bekerja di pabrik akan

htetapi Hal tersebut tidak bertahan lebih dari tiga bulan karena AS

merasa dirinya terancam akan dibunuh oleh teman kerjanya di tempat

baru itu. Akhirnya AS dimasukkan kembali ke RSJ Menur oleh pihak

keluarga pada tahun 2013.

5. Riwayat Perkembangan, meliputi :

a. Perkembangan Intelektual

Secara intelektual, AS memiliki perkembangan yang tidak

menonjol. AS menempuh pendidikan sampai jenjang kuliah kan

tetapi ia putus di tengah jalan. Dari sekolah dasar sampai SMA hasil

belajar yang diperolehnya tergolong biasa-biasa saja. AS bisa

mengikuti kegiatan belajar yang diberikan guru, tidak pernah tinggal

kelas namun juga tidak pernah mencapai prestasi di kelas. Motivasi

belajar yang ditunjukkannya kurang maksimal dimana AS hanya

belajar di sekolah saja dan tidak mau mengulang pelajaran ketika ia

Page 12: S2 Psikolog Laporan As

12

di rumah. AS kurang disiplin dalam mengatur waktu belajarnya, ia

lebih mementingkan untuk keluar berkumpul bersama temannya dari

SMA lain.

b. Perkembangan Sosial

Sejak kecil secara sosial, AS tidak mengalami hambatan. Ia

dapat berteman dengan siapa saja tanpa terkecuali. Ia tidak

membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menerima dan diterima

oleh teman-temannya saat bermain. Semenjak ia duduk di bangku

SMA, ia mengalami perubahan yang cukup drastis. Ia lebih selektif

dalam memilih teman dan hanya mau berteman dengan anak-anak dari

kalangan berada saja yang setingkat dengan keluarganya. Perilaku

kmemilih teman tersebut berubah total ketika ia menginjak bangku

kuliah. Pada masa itu keadaan ekonomu keluarganya mengalami

gangguan. AS merasa ditinggalkan oleh teman-temannya dan dibenci.

Hal tersebut yang membuatnya mengurung diri dan tidak mau

bersosialisasi dengan teman-temannya lagi.

c. Perkembangan Emosional

AS cenderung tidak mampu mengontrol dorongan-dorongan

yang ada dalam dirinya, sehingga dengan segala daya dan upaya akan

ia lakukan untuk meraih apa yang diinginkannya. Hal tersebut AS

nampakkan dengan cara emosional. AS sejak kecil telah menunjukkan

sifat emosional ketika menginginkan sesuatu, perilaku ini nampak

Page 13: S2 Psikolog Laporan As

13

ketika ia beranjak ke usia remaja. AS suka marah-marah tidak jelas

dan sering menodongkan pisau atau melemparkan barang ketika

menginginkan sesuatu hingga mendapatkan apa yang ia inginkan.

D. Jadwal Pemeriksaan

Tabel 2. Jadwal Pemeriksaan

No

.

Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

1. Selasa 7/05/13 8.30- 12.00= 3.30 Membangun rapport +

assesment (NSQ) a/n AS

2. Rabu 8/05/13 09.00- 12.15= 3.15 Interview + CAQ 2 (sampai

nomer 50)

3. Jum’at 9/05/13 08.30-13.00= 4.30

16.05-17.30= 1.25

Observasi + CAQ2

WWQ+Bender Gestalt+Raport

4. Sabtu 11/05/13 9.30-10.40= 1.10 SSCT

5. Senin 13/05/13 9.00-12.30= 3.30

16.00-18.30= 2.30

Lanjut SSCT

WAIS

6. Selasa

14/05/13

9.00-12.30= 3.30

15.30-17.30= 2.00

WAIS+Wartegg

BAUM+Observasi

7. Rabu 15/05/13 8.00-12.30= 3.30

15.30-18.30= 3.00

BAUM+HTP

Interview+TAT

8. Kamis

16/05/13

9.00-12.30= 3.30

15.30-18.30= 3.00

Observasi+TAT+Rho

Rho+Interview

Page 14: S2 Psikolog Laporan As

14

BAB II

INTERVENSI

A. Problematika

1. Problem yang Dihadapi

Sejak mengalami gangguan, AS menjadi rentan dengan

perubahan yang terjadi di lingkungannya. Gerakan sekecil apapun yang

terjadi di sekitarnya akan ia respon dengan sangat berlebihan. AS

menjadi lebih sensiftif dalam pendengaran dan melihat gerakan sekecil

apapun sebagai ancaman yang akan menyakiti dirinya.

Kecenderungan merespon peristiwa secara berlebihan dan

kecenderungan klien untuk membuat kesimpulan berdasarkan hal yang

terbatas dari pemahaman yang selektif inilah yang memicu kekambuhan

klien. Pembuatan kesimpulan nampak dari cara AS meminum obat

yang diberikan Rumah Sakit. AS minum obat hanya yang ia sukai dan

waktu dia merasa sakit saja.

AS mengembangkan bermacam-macam sikap yang tidak matang

dan tingkah laku abnormal dimana AS cenderung tertutup dan menarik

diri dari lingkungannya. AS mengalami kesulitan dalam

mengekspresikan keinginannya. Kondisi tersebut membuatnya rentan

terhadap frustasi yang berkaitan dengan agresifitas dan antisosial.

Page 15: S2 Psikolog Laporan As

15

Dalam merespon peristiwa dalam kehidupannya, AS mengembangkan

pola-pola yang tidak sesuai dengan realita yang ada. AS selalu

menggunakan mekanisme pertahanan ego yang berlebihan sampai

akhirnya terjadi disentegrasi kepribadian.

2. Keluhan

a. Internal

AS merasa bahwa dirinya sulit untuk tidur. Ia malas untuk

melakukan sesuatu dan merasa dirinya mudah untuk merasa capek

dan lelah. AS lebih suka untuk berdiam diri di kamarnya daripada

melakukan sesuatu diluar. Asjuga sering kali mengatakan bahwa

dirinya sering pusing. AS merasa tidak nyaman apabila keluar rumah

dan bertemu dengan orang lain. Ia merasa bahwa semua orang

terutama para tetangganya membenci dan ingin membunuhnya. AS

juga mengatakan bahwa dirinya manja serta sulit untuk

mengendalikan keinginannya.

b. Eksternal

Kegiatan yang dilakukan AS sehari-hari hanyalah mengurung

diri di kamar, merokok, minum kopi dan mendengarkan musik. Ia

sering melamun jika tidak ada yang mengajaknya bicara dan berdiam

diri untuk jangka waktu beberapa jam. AS sering kali mengatakan

kepada orang tuanya bahwa dia dan seluruh anggota keluarganya

diancam dan ingin lapor ke polisi agar keluarganya aman. Jika ada

salah satu anggota keluarga yang pergi, AS sering gelisah. AS tidak

Page 16: S2 Psikolog Laporan As

16

berani keluar rumah dan ketakutan ketika mendengar atau melihat

orang yang berjalan melewati depan rumahnya.

3. Gejala yang ditunjukkan

Sering melamun dan merokok. Hari berganti hari, AS menjadi

pendiam dan matanya bergerak dengan cepat untuk mengawasi setiap

orang yang lewat. Pekerjaannya hanya di kamar, merasa ketakutan,

mendengar suara mengancam, lupa makan, dan lupa mandi. Sedangkan

kalau ditanya, AS hanya memberikan jawaban kalau dia ketakutan di

kejar temannya yang dendam. Hal ini berkembang hingga AS

menampakkan gejala lebih pendiam, tidak mau makan dan mandi sama

sekali, tidak mau berinteraksi dengan orang luar selain keluarga, dan

sampai ke tahap ia tidak berani keluar rumah sama sekali.

B. Anamnesa

1. Auto Anamnese

AS mengatakan bahwa dahulu dia adalah anak yang suka

melawan perintah orang tuanya, bandel, tidak mau mendengar nasehat

dari kakak-kakaknya dan cenderung menentang perkataan keluarganya.

Ia merasa lebih dekat dengan mamanya dibanding dengan ayah karena

menganggap ayahnya adalah sosok yang kurang bisa mengerti dirinya

dan suka untuk memarahinya.

AS dari kecil mengatakan bahwa ia suka sekali menggoda orang

tua dan saudaranya dengan membalikkan informasi atau perintah yang

Page 17: S2 Psikolog Laporan As

17

diberikan oleh keluarga, misalnya saja ia diminta untuk memakai sandal

dengan benar akan tetapi AS memakai sandal kiri untuk kaki kanan dan

sebaliknya. AS melakukan itu karena ia hanya ingin melihat wajah

ayahnya marah dan membetulkan cara dia memakai sandal dengan

benar.

AS kecil sangat pemalu dan kurang bisa bergaul dengan teman-

temannya. Ia merasa bahwa waktu kecil ia berbeda sekali dengan masa

remajanya. AS bersekolah di sekolah-sekolah favorit dari tingkat SD

sampai masuk kuliah. AS mengatakan bahwa ayahnya menginginkan

pendidikan yang terbaik baginya.

AS mulai menunjukkan sikap memberontak begitu ia masuk ke

jenjang pendidikan SMP. Ia bergaul dengan anak-anak orang

terpandang menurutnya. Ia pernah ikut balapan motor liar tanpa

sepengetahuan orang tuanya dan mulai belajar merokok saat itu.

Perilaku AS semakin menjadi ketika ia masuk di salah satu SMA

favorit di Surabaya. AS yang seharusnya bersekolah di SMA X malah

lebih suka untuk bertemu dengan teman-temannya dari sekolah Y yang

terkenal dengan pergaulan kalangan atas. AS jadi lebih sering

membolos sekolah agar bisa bersama-sama dengan teman-temannya

dari SMA Y.

AS belajar untuk mengenal minuman keras pada waktu ia masuk

SMA. AS tidak hanya mencicipi minuman keras saja, ia juga mencicipi

beberapa jenis narkotika seperti sabu-sabu. AS mengatakan bahwa ia

Page 18: S2 Psikolog Laporan As

18

hanya sekali saja mencicipi barang tersebut waktu SMA. Hubungan AS

dengan keluarganya semakin memburuk dengan adanya kejadian motor

yang dibelikan oleh ayahnya, dalam jarak beberapa hari AS rombak

dengan mengganti ban asli dengan ban sepeda yang dikayuh dengan

kaki hingga akhirnya motor tersebut rusak. AS dimarahi oleh ayahnya

akan tetapi AS kabur dan tidur di rumah temannya dalam jangka waktu

beberapa hari.

AS selalu mengutamakan kepentingan teman-temannya daripada

kepentingan keluarganya. Pernah suatu ketika SS meminjam helm

milik teman AS tanpa ijin, AS emosi dan melempar SS yang baru saja

pulang kerumah dengan menggunakan helm.

Setelah lulus SMA, AS melanjutkan kuliah di salah satu

Perguruan Tinggi yang cukup ternama di Surabaya. Pada waktu itu, AS

mengatakan bahwa ia cukup populer di antara teman-temannya dan

sempat menjalin hubungan dengan mahasiswi kedokteran Perguruan

Tinggi Negeri ternama di Surabaya. Hubungan AS dengan mantan

pacarnya tersebut berjalan kurang lancar karena AS mengatakan bahwa

pacarnya suka selingkuh dan terakhir kali mereka putus dengan alasan

mantan pacar AS selingkuh dan tidur dengan sahabat AS sendiri. Pada

saat itulah AS merasakan dikhianati oleh orang yang ia percaya. AS

sendiri tidak menyangka bahwa ia akan dikhianati oleh sahabat dan

pacarnya sendiri

Page 19: S2 Psikolog Laporan As

19

Setelah kejadian tersebut, terjadi pergolakan keadaan ekonomi

keluarga AS. Usaha yang dijalankan oleh ayah AS mengalami kesulitan

yang mengharuskan ayah AS menjual beberapa armada mikrolet yang

beliau miliki untuk menyambung hidup keluarga. Tidak hanya itu,

ayah AS juga menjual medali hasil olimpiade yang telah beliau

dapatkan dengan susah payah. AS yang baru saja masuk kuliah terpaksa

berhenti di semester 3 karena kekurangan biaya dan berusaha mengalah

untuk kedua adiknya agar mereka berdua bisa melanjutkan sekolah

sampai jenjang SMA.

AS mencoba bekerja di beberapa perusahaan hasil rekomendasi

dari ayahnya. Ia mengatakan bahwa pernah bekerja di supermarket

sampai ia bekerja di Jakarta dan ikut dengan pamannya. Akan tetapi ia

tidak betah di Jakarta dengan alasan bibinya cerewet dan tidak suka

jika AS menumpang hidup dirumah pamannya.

Setelah kembali ke Surabaya, AS bekerja di pabrik. Ia mendapati

salah satu rekan kerjanya melakukan kecurangan. AS melaporkan hal

tersebut ke atasannya agar rekan kerjanya tersebut ditegur dan

dinasehati. Setelah kejadian tersebut AS mengatakan bahwa ia merasa

rekan kerjanya dendam terhadapnya karena rekan kerjanya tersebut

dipecat karena AS telah mengadukannya ke atasan. AS mengatakan

bahwa ia diancam akan dibunuh. AS ketakutan dan akhirnya

mengajukan surat pengunduran diri ke perusahaan tersebut.

Page 20: S2 Psikolog Laporan As

20

AS mengatakan bahwa bukan hanya rekan kerjanya saja yang

mengancam akan membunuhnya, teman SMAnya juga ikut mengancam

akan membunuhnya. AS mengatakan bahwa kejadian tersebut dipicu

karena kesalahpahaman di media sosial Facebook dimana AS menulis

unek-uneknya dari saduran puisi dan teman AS meresponnya negatif.

AS mengatakan ia sudah minta maaf akan tetapi temannya tidakmau

memaafkannya. AS ketakutan dan mengatakan berkali-kali ia minta

maaf akan tetapi ia tetap diancam akan dibunuh meskipun bukan

dengan tangannya. Ia mengatakan bahwa temannya akan menyewa

pembunuh bayaran untuk membunuh ia beserta keluarganya.

Keluarga AS yang mengetahui ada hal yang aneh dengan AS

mulai mengobatkan AS ke Rumah Sakit Jiwa. Setelah sekali masuk

RSJ, AS meminta kepada orang tuanya agar ia dikirim ke Kalimantan

bersama kakaknya agar ia bisa hidup tenang dan mulai lembaran baru.

Akan tetapi tidak sampai tiga bulan AS tinggal di Kalimantan, iamulai

menunjukkan gejala kambuh dan akhirnya dipulangkan kembali ke

Surabaya dan dimasukkan lagi ke RSJ Menur.

AS bercita-cita ingin ke luar negeri agar orang-orang yang

mengejarnya tidak bisa memburunya lagi. Ia ingin membuka lembaran

baru dan memulai kehidupan baru agar ia bisa lebih tenang.

Page 21: S2 Psikolog Laporan As

21

2. Allo Anamnese (keterangan dari Ibu dan Ayah AS)

AS adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Sejak kecil, AS

memang adalah anak kesayangan orang tuanya, terutama ayah. AS

menjadi anak baik sampai dia menginjak bangku SMP. Orang tua AS

selalu memberikan pendidikan yang terbaik untuknya. Selain

pendidikan, AS selalu diberikan fasilitas baik untuk sekolah maupun

kehidupan yang layak.

Sebelum menginjak SMP, AS adalah anak yang suka memutar

balikkan perintah orang tuanya. Misalkan saja orang tua meminta AS

mengenakan sandal dengan benar, akan tetapi AS mengenakan sandal

terbalik dan waktu ditergur, AS hanya tersenyum simpul dan tidak

membenarkan sandal yang ia kenakan.

AS mudah akrab dengan siapapun. Ia mudah bergaul dengan

teman-temannya dibanding dengan saudaranya yang lain. AS tidak

mempermasalahkan timbal balik dalam menolong teman-temannya.

Jika temannya butuh bantuan, ia akan menolong temannya tanpa

imbalan apapun hanya saja AS meminta agar mereka bisa jadi saudara

akrab.

AS cenderung manja dan bertindak semaunya sendiri. AS juga

orang yang kurang bertanggung jawab dengan apa yang telah ia

perbuat. Suatu ketika AS membolos sekolah waktu SMP selama dua

bulan. AS yang ketakutan tidak berani menemui kepala sekolah dan

akhirnya ayah AS, MT, yang meminta kepada kepala sekolah agar AS

Page 22: S2 Psikolog Laporan As

22

diberikan kesempatan lagi agar dia dinaikkan kelas sekaligus tidak

dikeluarkan dari sekolah.

AS memiliki sifat yang keras kepala dimana semua kemauannya

harus dituruti oleh keluarganya. Kejadian dimana AS meminta sesuatu

ke keluarga dan keluarnya kurang bisa memenuhi, AS menjadi emosi

dan tidak pulang beberapa hari sampai keluarga kebingungan

mencarinya baik di sekolah maupun di rumah teman-temannya.

Akhirnya keluarga terpaksamemenuhi keinginan AS tersebutwalaupun

akhirnya AS kurang bisa menjaga barang pemberian orang tuanya.

AS kurang mampu mengontrol emosinya ketika berhadapan

dengan keluarganya dan lebih mementingkan keinginan teman-

temannya. Kejadian itu bermula ketika SS meminjam helmteman AS

tanpa ijin. Teman AS yang meminta helm tersebut menunggui SS

sampaipulang ke rumah meskipun AS bersedia mengganti helm

temannya tersebut dengan helmnya yang jauh lebih bagus dan mahal.

SS yang pulang dini hari menjadi sasaran kemarahan AS. AS yang

tanpa berkata sepatah katapun langsung melempar helm yang ia punya

ke arah SS dengan keras. Untungnya SS memiliki gerak reflek yang

cukup bagus dan bisa menghindar. Helm yang dilemparkan AS berubah

bentuk menjadi pecah berkeping-keping. AS yang berang tersebut

kemudian memarahi adiknya habis-habisan dan sempat memukul SS

dan untungnya keluarga bisa memegangi AS yang kalut karena emosi.

Page 23: S2 Psikolog Laporan As

23

Menurut ayahnya, AS adalah anak yang teguh pada pendiriannya

dan suka menentang perintah orang tuanya. Kalau ia ditegur dan diberi

nasehat, AS akan semakin menentang nasehat orang tuanya. AS kurang

menaruh rasa hormat kepada ayahnya karena AS mengira semua harta

yang dimiliki oleh orang tuanya adalah warisan dari kakek nenek baik

dari ibu atau ayahnya. AS kurang peduli dengan masalah yang terjadi

dikeluarganya dan cenderung lebih suka menghabiskan waktu dengan

teman-temannya yang kebanyakan berasal dari kalangan orang-orang

berada. Ayah AS yang kurang sabar pernah memiliki keinginan untuk

membunuh AS yang menurut beliau tdak pantas untuk hidup karena

menyusahkan keluarga. Niat ayah AS tersebut dicegah oleh ibu AS, ES,

dengan mengatakan bahwa bagaimanapun juga AS adalah anak mereka.

AS lebih dekat dengan ibunya daripada ayah. AS tidaktega

melihat ibunya menangis karena ia merasa gagal dan tidak berguna jadi

anak. Tapi karena dorongan dari teman-temannya, AS lebih cenderung

memusatkan semuanya pada teman dan kurang peduli dengan keadaan

keluarga.

Keluarga akhirnya mengetahui ada yang aneh dengan AS waktu

keluarga mulai memasuki babak kejatuhan. AS lebih banyak

mengurung diri di kamar dan mau keluar. Sampai akhirnya kejadian

dimana AS keluar kerja dengan alasan ada masalah dengan rekan

kerjanya dan akhirnya keluarga memasukkan AS ke Rumah Sakit Jiwa

Menur dan menjalani perawatan selama beberapa kali di sana.

Page 24: S2 Psikolog Laporan As

24

C. Pemeriksaan

1. Observasi

a. Secara Umum

Berdasarkan pengamatan, AS seorang pria yang pendiam, yang

memiliki tinggi badan 165 cm dengan berat 55kg. Bentuk wajah

lonjong dengan kulit putih langsat. Penampilan sehari-hari cukup rapi,

namun kurang bersih karena rambut AS yang dibiarkan agak panjang

dengan alasan ia suka dengan rambut panjang seperti anak-anak zaman

sekarang. AS lebih banyak melamun ketika ia tidak diajak berinteraksi

dengan orang lain.

Page 25: S2 Psikolog Laporan As

25

b. Secara Khusus

Pada saat menikuti tes, AS berusaha mengerjakan dengan

perlahan dan beberapa kali terhenti di tengah atau di akhir tes karena ia

capai. DW dapat menjawab dengan lancara dan pahamdengan instruksi

yang diberikan.

Tabel 3. Observasi pada Saat Tes

No. Jenis Tes Observasi

1. WAIS

NS pada saat mengikuti tes kondisi fisik

kurang baik. AS mengerjakan soal-soal

tersebut kurang kooperatif. AS paham

dengan instruksi yang diberikan. AS

beberapa kalimengatakan bahwa dirinya

bodoh dan takut kelihatan bodohnya.

Beberapa kali berhenti dan mengatakan

tidak sanggup, akan tetapi setalah

diberitahukan bahwa ia bisa akhirnya AS

mau mengerjakan kembali sampai akhir.

Tes ini berlangsung beberapa hari dengan

pemberian subtes yangberselang-seling

antara verbal dan performen.

2. Grafis (DAP, BAUM,

HTP) dan Wartegg

Selama tes berlangsung, AS cenderung

tegang dan beberapa kali berkomentar,

“tidak apa-apa kan mbak gambarnya

Page 26: S2 Psikolog Laporan As

26

jelek”. Setelah diinformasikan bahwa yang

dilihat bukan bagus atau jeleknya gambar,

AS kembali berkomentar takut kalau

gambar yang ia gambar menunjukkan sifat

jeleknya, kembali tester memberikan

keyakinan pada AS bahwa itu semua

untuk membantu kesembuhan AS dan

hanya tester saja yang tahu hasil dari

gambar tersebut, barulah AS mau

menggambar. Ia berhenti beberapa kali

dan menghapus hasil gambarannya. Dalam

tes grafis ini AS kerjakan selama beberapa

hari.

3. Bender Gestalt

AS lebih banyak diam.ia langsung

mengerjakan tanpa menghitung stimulus,

iabaru menghitung stimulus dikartu nomer

2 dan 5. Pada kartu nomer 7, AS

memperbaiki responnya dengan

menghapus.

4. SSCT Ada beberapa kalimat yang kurang ia

pahami dalam SSCT yang mengharuskan

AS bertanya kembali. Hal tersebut tidak

membuat AS mengosongi jawaban

Page 27: S2 Psikolog Laporan As

27

meskipun ia mengerjakannya dengan

melompati beberapa soal dan akhirnya

kembali ke soal yang kurang ia mengerti.

Ia meminta tolong tester untuk menuliskan

jawaban karena ia merasa pusing jika

melihat tulisan yang banyak.

5. NSQ

Selama mengikuti tes, AS kooperatif. AS

langsung mengerjakan tes yang diberikan

tanpa bertanya lagi dengan instruksi. AS

mengerjakan tes ini dengan menghabiskan

beberapa batang rokok.

6. WWQ

Px mendengarkan dengan seksama soal

yang dibacakan oleh tester. Ia tidak

menghiraukan suara lain yang ada di

dalam ruangan dan tetap mendengarkan

soal yang dibacakan oleh tester. AG.ST

tidak berani memandang wajah tester dan

tetap memandang lurus. Walaupun begitu,

ia masih bisa mendengarkan pertanyaan

yang dibacakan tester dengan seksama.

7. CAQ 2 AS mengerjakan tes dengan segera setelah

ia mendapatkan instruksi dari tester. Ia

tetap fokus ke soal-soal yang ada di

Page 28: S2 Psikolog Laporan As

28

hadapannya meskipun teman-temannya

yang lain mengajaknya berbincang-

bincang. Pada pertengahan soal, Px

meminta agar tes dilanjutkan nanti sore

karena ia merasa capai dengan soal yang

begitu banyak. Dan pada sore harinya Px

langsung mengerjakan soal sembari

menghisap rokoknya. Ketika selesai

mengerjakannya, Px mengucap syukur dan

mengatakan bahwa tes tersebut gampang-

gampang susah.

8. TAT

Selama mengikuti tes, AS kurang

semangat dan cenderung diam. AS

menstimulus tiap kartu dengan singkat

sehingga tester mencoba bertanya sesuai

dengan instruksi awal TAT. AS menolak

kartu yang ia anggap suram dan

menakutkan sehingga tester mencoba

memberikan kartu tersebut esok hari.

9. RHO AS cukup kooperatif dalam menyelesaikan

tes ini. Ia beberapa kali tersenyum karena

ia menganggap gambar yang diberikan

adalah gambar aneh. AS menyelesaikan

Page 29: S2 Psikolog Laporan As

29

tes ini dengan kurun waktu kurang lebih

satu jam.

Page 30: S2 Psikolog Laporan As

30

2. Tes Psikologi (WAIS, SSCT, NSQ, WWQ, CAQ2, TAT, Rho, Wartegg

& Grafis : DAP, BAUM, dan HTP)

a. Tes Intelegensi

1. WAIS

Tabel 4. IQ

Sub Test Angka Skala IQ Kategori

Verbal 49 88 Di bawah Rata-rata

Performance 45 94 Rata-rata

Skala Lengkap/Full 94 90 Rata-rata

Tabel 5. Angka Skala Tiap Sub Test WAIS

NO.RINGKASAN

Tes Angka Kasar Angka Skala

1. Informasi 11 8

2. Pengertian 12 7

3. Hitungan 11 10

4. Perssamaa 9 8

5. Rentangan Angka 9 7

6. Perbendaharaan Kata 39 9

Angka Verbal = 49

7. Simbol Angka 25 5

8. Melengkapi Gambar 9 7

9. Rancangan Balok 40 12

Page 31: S2 Psikolog Laporan As

31

10. Mengatur Gambar 16 7

11. Merakit Obyek 40 14

Angka Performance = 45

Angka Total = 94

ANGKA VERBAL : 49 IQ : 88

ANGKA PERFORMANCE : 45 IQ : 94

ANGKA SKALA LENGKAP : 94 IQ : 90

Tabel 6. Interpretasi Kualitatif WAIS

NO. Aspek dalam Tes WAIS Interpretasi

1. Nilai Full IQ 90 Taraf intelegensi AS berada di rentang

normal.

2. MD = 7% Tidak ada indikasi kemunduran mental.

3. Nilai IQ verbal lebih rendah

daripada IQ performance (88

< 94)

Kurang bisa mengungkapkan apa yang

ada dalam hatinya, cenderung melakukan

sesuatu tanpa bicara apapun, cenderung

intelegensi rendah, histerik, narsistik,dan

psikopat.

4. Nilai OIQ lebih besar

daripada nilai FIQ (93 > 90)

IQ individu belum belum berfungsi

secara optimal karena ia sedang dalam

kondisi kurang enak badan atau sakit,

5. Rancangan balok (baik kemampuan berpikir konseptual, pembentukan

Page 32: S2 Psikolog Laporan As

32

sekali) konsep nonverbal, koordinasi visual motor, daya

konsentrasi tinggi, daya tahan terhadap stress,

keluwesan dalam memecahkan masalah (problem

solving)..

6. Merakit obyek (baik sekali) Kemampuan menempatkan sesuatu ke

dalam konsep atau pengalaman yang

sudah familiar, kecepatan persepsi,

kemampuan organisasi visual motorik

dan kemampuan manipulatif.

7. Simbol angka (Kurang Sekal) Konsentrasi lemah dan ingatan jangka pendek,

kelambatan berpikir dan belajar hal-hal baru, daya

tahan terhadap stress lemah.

8. Melengkapi gambar (kurang) Miskinnya pengalaman, cenderung

berpikir globar; dan kurang konseptual

dalam mengamati masalah.

9. Mengatur gambar (kurang) Kurang peka terhdap orang lain, sikap

impulsif atau bertindak sebelum berpikir

panjang, cenderung menghindari situasi

sosial yang menimbulkan kecemasan.

Interpretasi:

Page 33: S2 Psikolog Laporan As

33

Saudara AS mempunyai kapasitas intelektual berada pada

kategori rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa AS mempunyai

kemampuan yang cukup dalam menganalisa, memecahkan masalah

yang bersifat sederhana namun untuk hal-hal yang bersifat kompleks,

AS masih membutuhkan bimbingan dari orang lain. Saudara AS

cenderung kurang mampu membedakan hal-hal yang bersifat penting

dan kurang penting sehingga segala permasalahan yang ia hadapi

diartikan sebagai sesuatu yang besar dan hal tersebut sangat menyita

perhatiannya. Dalam kondisi tidak mampu mengatasi permasalahan

tersebut, saudara AS cenderung mengalami kecemasan yang dapat

menyebabkan depresi. Kemampuan penyesuaian diri terhadap

lingkungan sekitar tergolong kurang. AS bertindak lebih dahulu

daripada berpikir. AS memiliki miskinnya pengalaman untuk

diaplikasikan dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar. Ia

cenderung mengindari situasi sosial dimana situasi tersebut mudah

untuk membuatnya cemas. AS kurang peka terhadap orang lain dan

cenderung memanipulatif masalah yang ia hadapi.

Page 34: S2 Psikolog Laporan As

34

2. Bender Gestalt

Tabel 7. Skoring Tes Bender Gestalt

KARTUSCORE DEVELOPMENTAL

AGEEMOTIONAL INDICATOR

A - -

1 - -

2 - -

3 - -

4 - -

5 - -

618a distortion of shape

19 integrasi-

7 - -

8 - -

TOTAL 2 0

Interpretasi :

Tidak ada indikasi keruskan otak secara organik.

Page 35: S2 Psikolog Laporan As

35

b. Tes Kepribadian dan Inventori

1. NSQ

Tabel 8. Skoring NSQ

Komponen Total Angka Skala Keterangan

I (Sensitifitas) 14 8 Tinggi

F (Depresi) 8 4 Rendah

E (Dominan) 11 6 Normal

An (Kecemasan) 12 7 Tinggi

Total 43 7 Tinggi

Interpretasi:

Adanya gangguan yang terjadi pada AS. Ia merasa menjadi orang

yang lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa dalam menghadapi masalah

meskipun ia tidak mudah untuk mengalami depresi. Ia mudah sekali untuk

cemas ketika akan dihadapkan pada suatu masalah yang menurutnya tidak

dapat ia selesaikan dengan baik.

Page 36: S2 Psikolog Laporan As

36

2. SSCT

Tabel 9. Skoring Tiap Agent SSCT

NO.AGENT OF

RELATIONSKOR KETERANGAN

1. Ibu

1

AS menilai bahwa sosok ibu yang

seharusnya adalah seperti ibunya yang

selalu memanjakan dia dan mengerti

dia,

2. Ayah

3

AS merasa bahwa ayahnya adalah

orang yang keras dan tidak mau

mendengarkan keinginannya. Ayah

dianggap sebagai sosok yang kurang

mengerti dia dan tidak meloloskan

beberapa keinginannya.

3. Kehidupan

Keluarga

2

AS menganggap bahwa keluarganya

kurang bisa menerima keadaan dan

masih memperlakukan dia seperti anak

kecil yang butuh bimbingandan tidak

diperbolehkan melakukan seperti

keinginannya.

4 Wanita 2 AS menilai bahwa wanita cuma memanfaatkan pasangannya dan tidak

Page 37: S2 Psikolog Laporan As

37

tulus mencintai pasangannya.

5. Hubungan

Heteroseksual

3

AS iri dengan orang yang bisa hidup

layak seperti pacaran akan tetapi ia

takut dengan pernikahan karena ia

tidak menyukai wanita yang hanya

memanfaatkan kekasihnya dan tidak

mencintai dengan setulus hati.

6. Teman dan

Kenalan

3

Merasa bahwa teman-temannya telah

meninggalkannya dan menganggap dia

tidak ada. Ia tidak senang terhadap

orang yang tidak mau memaafkan

kesalahan dan menggunakan jalan

belakang.

7. Pimpinan/Atasan

0

AS menganggap bahwa atasan adalah

orang yang baik dan mengerti keadaan

pegawainya.

8. Bawahan

0

Dengan bawahan AS akan menghargai

bawahannya dan berusaha

membimbing bawahannya jika

bawahannya kurang mengerti tugas

yang iaberikan.

9. Teman Sekerja 4 AS mengalami ketakutan dengan

Page 38: S2 Psikolog Laporan As

38

teman sekerja yang ia anggap iri hati

dan ia takut untuk bersaing.

10. Ketakutan

5

AS memiliki ketakutan yang besar

akan kematian, dikhianati, dikejar, dan

diburu sehingga ia akan sering

melarikan diri.

11. Rasa Bersalah

4

AS merasa bahwa ia sering

mengecewakan orang tuanya dengan

bersikap durhaka dan berani terhadap

orang tuanya.

12. Kemampuan Diri

Sendiri1

AS ingin sembuh dari penyakit jiwa

yang ia alami sekarang akan tetapi ia

kurang berusaha maksimal untuk

mencapai kesembuhan tersebut.

13. Masa Lalu

1

AS merasa bahwa masa lalunya baik-

baik saja dan merasa bahwa masa

lalunya lebih bahagia dibanding

sekarang.

14. Masa Depan

3

AS pesimis dengan masa depannya. Ia

selalu ingin melarikan diri keluar

negeri dan sembuh di sana.

Page 39: S2 Psikolog Laporan As

39

15. Cita-cita

4

AS ingin menjadi lebih baik dan

memperbaiki kesalahan di masa lalu,

hidup tenang dan membuka lembaran

baru dengan pergi ke luar negeri.

Kesimpulan Agent Yang Diprediksi Bermasalah :

1. Teman Sekerja : 4

2. Ketakutan : 5

3. Rasa Bersalah : 4

4. Cita-cita : 4

AS cenderung mengalami ketakutan dengan teman sekerja yang

ia anggap iri hati dan ia takut untuk bersaing. AS takut dengan

persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh temannya dan jika ada

sesuatu, temannya itu akan melakukan berbagai macam cara untuk

menyakitinya.

AS memiliki ketakutan yang besar akan kematian, dikhianati,

dikejar, dan diburu sehingga ia akan sering melarikan diri dan

meninggalkan semua yang ia punya agar ia bisa hidup tenang dan

membuka lembaran baru dengan pergi ke luar negeri karena AS

merasa bahwa ia sering mengecewakan orang tuanya dengan bersikap

durhaka dan berani terhadap orang tuanya.

3. WWQ

Page 40: S2 Psikolog Laporan As

40

Tabel 10. Skoring WWQ

Fakto

r

Sten Keterangan Kategori

1 168 Einfacho emotivitat Kecenderungan

patologis

2 168 Psychathenic Obsessionen Kecenderungan

patologis

3 270 Schisoido Tendenze Patologis

4 180 Paranoide Tendenze Patologis

5 234 Depressive und

hypochondriache Tendenze

Patologis

6 180 Impulsive und Epileptische Patologis

7 156 Instabilitie Kecenderungan

patologis

8 0 Antisoziale Tendenze Normal

Page 41: S2 Psikolog Laporan As

41

Keterangan :

>180 : patologis

120-180 : kecenderungan patologis

< 120 : Normal

Interpretasi:

Dengan sakit yang di deritanya saat ini, saudara AS

mengalami indikasi patologis dalam aspek paranoid dan gejala

skizoid yang dimana ia mudah sekali menjadi depresi ketika ia

tidak bisa menyelesaikan masalah yang terjadi padanya. Selain

itu, penyebab lain yang menyebabkan ia mudah masuk ke dalam

depresi adalah AS memiliki ketidakstabilan baik dalam bertindak

yang mengarah ke AS tidak dapat menghentikan dorongan-

dorongan yang terjadi pada dirinya. AS memiliki kedangkalan

emosi sehingga ia sulit untuk mengekspresikan emosi yang ia

rasakan di depan orang lain. Pengekspresian emosi yang kurang

baik tersebut membuat AS merasa dia sakit secara fisik yang tidak

bisa disembuhkan dan itu ia ulang-ulang ketika ia memiliki

masalah yang tak bisaia selesaikan.

Page 42: S2 Psikolog Laporan As

42

4. CAQ2

Tabel 11. Skoring CAQ 2

Faktor TotalAngka

SkalaKeterangan

D1

(Hypocondriasis)8 6 Sedang

D2 (Anxiety) 8 6 Sedang

D3 (Agitation)10 5

Cenderung

Rendah

D4 (Anxious

Depresion)11 7

Cenderung

Tinggi

D5 (Low Energy

Depresion)10 6 Sedang

D6 (Guilt &

Resentment)9 6 Sedang

D7 (Boredom &

Withdrawal)9 7

Cenderung

Tinggi

Pa (Paranoia) 8 6 Sedang

Pp (Penyimpangan

Psikotik)10 7

Cenderung

Tinggi

Sc (Schizofrenia) 11 4 Rendah

As (Psychastenia) 11 7 Sedang

Ps(Ketidakmampuan 9 6 Sedang

Page 43: S2 Psikolog Laporan As

43

Psikologi)

Tabel 12. Profile CAQ 2

STENFAKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 FAKTOR

D1 . . . . . . . . . . D1D2 . . . . . . . . . . D2D3 . . . . . . . . . . D3D4 . . . . . . . . . . D4D5 . . . . . . . . . . D5D6 . . . . . . . . . . D6D7 . . . . . . . . . . D7Pa . . . . . . . . . . PaPp . . . . . . . . . . PpSc . . . . . . . . . . ScAs . . . . . . . . . . AsPs . . . . . . . . . . Ps

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10STEN

Keterangan :

1-5 : Rendah

5,5-7,5 : Sedang

8-10 : Tinggi

Interpretasi :

Berdasarkan hasil tes di atas maka dapat disimpulkan bahwa AS

kurang suka pada hal yang mengambil resiko tinggi dan tanggung jawab.

Canggung, kurang cekatan dalam mengerjakan sesuatu, sering ketakutan,

kurang percaya diri, jarang mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran

Page 44: S2 Psikolog Laporan As

44

mereka, tidak sanggup mengatasi keadaan yang tiba-tiba berubah.

Perasaan-perasaan tersebut didasari oleh perasaan yang tidak berarti dari

dirinya sehingga ia merasa tidak pantas untuk berteman dengan orang lain

atau ia sering menghindari kontak dengan orang lain. Hal tersebut

membuat AS merasa lebih menderita dibandingkan dengan orang lain

yang memiliki penderitaan yang sama dengannya. AS yang merasa lebih

menderita tersebut akhirnya menuangkan semua idenya ke dalam

keinginan untuk melakukan sesuatu di luar pikiran manusia pada

umumnya yang merupakan aspek dari depresi.dan ada indikasi skizofrenia

Page 45: S2 Psikolog Laporan As

45

5. TAT

Subyek adalah seorang yang cukup memiliki semangat

untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, namun setiap usaha

yang ia lakukan jika mengalami hambatan akan membuat

subyek menunjukkan sikap pesimis, pasrah, cenderung mudah

menyerah dan kurang memiliki daya juang untuk bangkit

kembali.

Subyek selalu menunjukkan perasaan sedih, kecewa dan

setiap masalah yang dihadapi dan hidup senantiasa diwarnai

dengan hal-hal yang kurang menyenangkan dan cenderung

menekan dia. Banyak kejadian yang menyedihkan yang dia

alami namun karena sifat tertutup yang dimilikinya yang

cenderung menyimpan semua masalahnya sendiri membuat

subyek kurang mampu mengutarakan perasaan dan pikirannya

dengan lebih terbuka.

Ada keinginan subyek untuk memperbaiki kesalahannya

dan selalu ada penyesalan dalam setiap cerita yang dibuatnya.

Menjalin sosialisai dengan lingkungan seringkali terhambat

karena subyek kurang mampu menjalin hubungan yang baik

dengan orang lain dimana masih adanya perasaan takut dan

kurang mampu memposisikan diri dengan orang lain.

Page 46: S2 Psikolog Laporan As

46

Page 47: S2 Psikolog Laporan As

47

6. Rorschach

AS cenderung melihat segala sesuatu secara keseluruhan

tanpa mau melihat secara mendalam masalah yang ada

dihadapannya yang terbukti dari sebagian respon Whole. Ia

memiliki imajinasi yang cukup bagus dengan memberikan

beberapa respon original dari respon keseluruhan yang ia

berikan. AS suka untuk menyembunyikan apa yang ada di

dalam pikirannya dan suka untuk berpura-pura. AS juga

memiliki sifat yang pemalas dan tergantung dengan orang lain

dengan respon benda mati atau binatang yang tidak bergerak

sama sekali.

Page 48: S2 Psikolog Laporan As

48

7. Wartegg & Grafis

AS memiliki motivasi berprestasi yang kurang dimana ia

tidak menampakkan usaha-usaha untuk maju dan mencapai

suatu prestasi dengan maksimal. Dorongan dan harapannya

besar akan sesuatu akan tetapi AS cenderung mengalami

hambatan dalam mencapai tujuan tersebut karena AS mengalami

kecemasan dan ragu dengan kemampuan yang dimilikinya dan

kurang adanya keberanian untuk mengambil keputusan sendiri.

Setiap permasalahan yang dihadapinya cenderung tidak ia

tuntaskan dalam penyelesaiannya dan AS memilih untuk

melarikan diri yang akan semakin membuat masalahnya

semakin runyam.

AS kurang mau menerima kenyataan dan sering regresi

ke masa lalu dengan mengenang masa lalu yang ia anggap

sebagai masa dimana ia merasa senang dan bahagia. Selain itu,

AS memiliki kecenderungan untuk obsesif kompulsif ketika ia

tidak mampu menyelesaikan masalahnya.

AS kurang mampu menjalin hubungan dengan

lingkungan sekitar. Ia kurang mampu menerima kenyataan yang

terjadi pada dirinya sekarang sehingga ia sering kali

menganggap bahwa dirinya masih berusia lebih muda yang

mengindikasikan sifat manja dan kekanak-kanakan.

Page 49: S2 Psikolog Laporan As

49

AS merasa lebih dekat secara emosional dengan sosok

ibunya yang selalu terbuka dengannya. Ia menggambarkan

sosok ayahnya sebagai sosok yang kuat meskipun menganggap

ayahnya tidak sesempurna sosok ayah yang ia idamkan. AS juga

merasa bahwa keluarga terlalu melindunginya yang

membuatnya tidak dapat bertindak semaunya.

Page 50: S2 Psikolog Laporan As

50

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Definisi Gangguan Skizofren Paranoid

Maramis (1997) menjelaskan bahwa Psikotik adalah suatu gangguan

jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik ataupun emosional

(fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, beraksi

secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan

beritndak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat terganggu.

Gangguan psikotik ditandai oleh preilaku regresif-impulsif serta waham dan

halusinasi. Istilah psikotik dapat dipakai untuk keadaan seperti yang

disebutkan di atas dengan variasi yang luas mengenai berat dan lamanya.

Menninger (dalam Maramis, 1997) menyebutkan limasindrom klasik

yang menyertai sebagian besar pola psikotik, yaitu :

1. Perasaan sedih, bersalah, dan tidak mampu yang mendalam.

2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisai,

disertai pembicaraan dan motorik yang berlebihan.

3. Regresi ke autism manerisme pembicaraan dan perilaku, isi

pikiran yang berwaham, acuh tak acuh terhadapharapan sosial.

4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan

membela diri atau rasa kebesaran.

Page 51: S2 Psikolog Laporan As

51

5. Keadaan bingung dan derilium dengan disorrientasi dan

halusinasi.

Skizofrenia dengan subtipe paranoid mencerminkan ego yang

dibanjiri dengan dorongan seksual primitif atau agresi atau impuls-impuls

yang berasal dari id. Impuls-impuls teersebut mengancam ego dan

berkembang menjadi konflik intrapsikis yang kuat (Nevid, 2003). Ego

menjebatani hubungan atara diri dengan dunia luar, kerusakan pada fungsi

ego ini berpengaruh terhadap adanyajarak terhadap realita. Masukan dari id

menyebabkan fantasi menjadi disalah artikan sebagai realita, menyebabkan

halusinasi dan waham. Impuls-impuls primitif mungkin juga membawa

beban yang lebih berat daripada norma-norma sosial dan diekspresikan pada

perilaku yang aneg dan tidak sesuai secara sosial (Nevid, 2003).

Menurut PPDGJ III (2001) menyatakan suatu deskripsi sindrom

penyebab (banyak belumdiketahui) dan perjalanan penyakit (tidak bersifat

kronis atau berulang) yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung pada

pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya

ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik oikiran dan

persepsi serta afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun

kemundurankognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Pada gejala skizofrenia paranoid, gejala yang dimunculkan akan

didominasi oleh hal-hal antara lain ;

Page 52: S2 Psikolog Laporan As

52

1. Ciri-ciri utamanya adalah waham yang sistematis atau halusinasi

pendengaran.

2. Individu ini dapat penuh curiga, argumentatif, kasar, dan agresif.

3. Perilaku kurang agresif, kerusakan sosial lebih sedikit dan

prognosisnya lebih baik dibandingkan dengan jenis-jenis

skizofrenia lainnya.

Gangguan kepribadian paranoid biasanya dapat dibedakan karena

gangguan delusional karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada

gangguan kepribadian paranoid. Keadaan ini dapat dibedakan dari

skizofrenia paranoid karena halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan

pada gangguan kepribadianparanoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat

dibedakan dari gangguan kepribadian ambang karena pasien paranoid jarang

mampumelibatkan secara berlebuhan dan rusuh dalam persahabatan dengan

orang lain seperti pasien ambang. Pasien paranoid mempunyai karakter anti

sosial sepanjang riwayat antisosial. Orang degan gangguan kepribadian

skizoid adalah menarik diri dam menjauh tetapi tidak memiliki gagasan

paranoid.

B. Terapi Psikologis

1. Cognitive Behavior Therapy

Dalam kasus ini AS megalami perasaan yang kurang dekat

dengan keluarga khususnya orang tuanya. AS senantiasa mencari

kehidupan lain di luar keluarga dimana ia bebas mengekspresikan apa

Page 53: S2 Psikolog Laporan As

53

yang ia inginkan. Keadaan tersebut hanya berlangsung sampai keluarga

AS tertimpa musibah dimana MT, ayah AS, mengalami kebangkrutan

di usaha yang ia jalankan. AS menjadi tertekan dan menghindari teman-

teman yang biasanya berkumpul dan mengajaknya keluar. Berkali-kali

AS merasa kalau teman-temannya mulai menjauhi AS semenjak ayah

AS bangkrut dan menganggapnya sebagai orang yang gagal padahal

teman-temannya, terutama teman yang AS tuduh akan membunuhnya,

bersikap biasa dan mencoba untuk menjalin hubungan yang baik

dengan AS.

Menurut Oemarjoedi (2003), teori Cognitive Behavior pada

dasarnya meyakinibahwa pola pemikiran manusia terbentuk

melaluiproses rangkaian Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling

berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia,

dimana proses kognitif akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan

bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak.

Sementara adanya keyakinan bahwa manusia memiliki potensi

tertentu untuk menyerapkan pemikiran yang rasional dan irasional,

dimana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi

dan tingkah laku, maka Terapi Cognitive Behavior diarahkan kepada

modifikasi fungsi perilaku, merasa bertindak, dengan menekankan

peran orak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat, klien

diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya dari negatif ke positif.

Page 54: S2 Psikolog Laporan As

54

a. Tujuan Terapi

Tujuan terapi Cognitive Behavior adalah mengajakklien

untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan

menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan

klien tentang masalah yang dihadapinya. Terapis diharapkan

mampu menolong klien untuk mencari keyakinan yang sifatnya

dogmatis dalam diri klien dan secara kuat mencoba

menguranginya.

b. Teknik Terapi

Beberapa variasi teknik perubahankognisi, emosi dan

tingkah laku menjadi sarana psikoterapi yang penting dalam

Cognitive Behavior. Metode ini berkembang sesuai kebutuhan

klien, dimana terapis bersikap aktif, direktif, terbatas waktu,

berstruktur, dan berpusat pada masa kini. Teknik ini menyanggah

keyakinan irrasional klien dengan menggunakan pekerjaan

rumah, mengumpulkan data asumsi-asumsi negatif, mencatat

aktivitas, membentuk interpretasi yang berbeda, belajar keahlian

menyelesaikan masalah, merubah pola pikir dan pola bicara,

berimajinasi dan secara kuat menentang keyakinan yang salah.

Page 55: S2 Psikolog Laporan As

55

c. Proses Terapi

Menurut teori Cognitive Behavior yang asli, terapi

Cognitive Behavior memerlukan sedikitnya 12 sesi pertemuan

yang secara sistematis dan terencana meliputi :

1) Asessment dan Diagnosa sesi 1-2

2) Pendekatan Kognitif sesi 2-3

3) Formulasi Kasus sesi 3-5

4) Fokus Terapi sesi 4-10

5) Intervensi Tingkah Laku sesi 5-7

6) Perubahan Core Belief sesi 8-11

7) Pencegahan Relapse sesi 11-12

Namun berdasarkan pengalaman praktek yang telah

dilakukan, jumlah 12 sesi ini menjadi sangat sulit untuk dilakukan

di Indonesia karena proses terapi menjadi :

1) Terlalu lama, sementara klien mengharapkan hasil yang

dapat segera dilaksanakan manfaatnya.

2) Terlalu mahal, karena 12 sesi berarti sedikitnya 12 jam

kunjungan terapi, sementara dalam masyarakat

umumnya mengeluarkan dana untuk terapi masih

dianggap sebagai pemenuhan kebutuhan tersier.

3) Terlalu rumit dimana klien yang mengalami gangguan

padaumunya datang berkonsultasi dalam kondisi

pikiran yang sudah begitu berat, sehingga tidak mampu

Page 56: S2 Psikolog Laporan As

56

lagi mengikuti program terapi yang merepotkan, atau

karena kapasitas intelegensi dan emosi klien yang

terbatas.

4) Membosankan,karena kemajuan dan perkembangan

terapi menjadi sedikit demi sedikit.

5) Menurunkan keyakinan klien akan kemampuan

terapisnya, antara lain karena alasan-alasan yang telah

disebutkan di aras, yang dapat berakibat kegagalan

terapi.

Setelah dilakukan observasi dan waawancara kepada AS,

diketahui bahwa keyakinan irasional yang dimiliki AS sejalan

dengan tujuan terapi Cognitive Behavior maka terapis berusha

mengajak klien menentang pikiran dan emosi yang salah dengan

menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan

klien tentang masalah yang dihadapi.

2. Program Intervensi Keluarga

Konflik-konflik keluarga dan interaksi yang negatif dapat

menumpuk stres pada anggota keluarga yang mengalami gangguan

psikotik, dimana meningkatkan resiko episode berulang (Marsh dan

Jonsosn, 1997). Berharap anggota keluarga daoat membantu klien

dalampenyesuaian diri dengan beban untuk merawat dan membantu

klien dalam mengembalikan cara-cara yang lebih kooperatif dan tidak

terlalu konfrontatif dalam berhubungan dengan orang lain.

Page 57: S2 Psikolog Laporan As

57

BAB IV

INTEGRASI TES DAN PSIKODINAMIKA

A. Integrasi Tes

Tabel 13. Integrasi Tes

Aspek yang

DiungkapIntegrasi Hasil Tes Alat Tes

Intelektual Saudara AS mempunyai kapasitas

intelektual berada pada kategori

rata-rata. Hal ini menunjukkan

bahwa AS mempunyai

kemampuan yang cukup dalam

menganalisa, memecahkan masalah

yang bersifat sederhana namun

untuk hal-hal yang bersifat

kompleks, AS masih membutuhkan

bimbingan dari orang lain. Cara

berpikirnya cenderung kurang

sistematis dan melompat-lompat.

Sehingga dalam mengambil

keputusan, AS kurang mampu

membedakan hal-hal yang bersifat

WAIS dan Bender

Gestalt

Page 58: S2 Psikolog Laporan As

58

penting dan kurang penting

sehingga segala permasalahan yang

ia hadapi diartikan sebagai sesuatu

yang besar dan hal tersebut sangat

menyita perhatiannya. AS

mengalami kecemasan yang dapat

menyebabkan depresi.

Kemampuan penyesuaian diri

terhdap lingkungan sekitar

tergolong kurang. AS bertindak

lebih dahulu daripada berpikir. AS

memiliki miskinnya pengalaman

untuk diaplikasikan dalam

berhubungan dengan lingkungan

sekitar. Ia cenderung mengindari

situasi sosial dimana situasi

tersebut mudah untuk membuatnya

cemas. AS kurang peka terhadap

orang lain dan cenderung

memanipulatif masalah yang ia

hadapi.

Page 59: S2 Psikolog Laporan As

59

Aspek yang

DiungkapIntegrasi Hasil Tes Alat Tes

Emosi/Afeksi AS cenderung memiliki sifat yang

mudah sekali cemas ketika ia

dihadapkan pada suatu masalah

yang dimana ia kurang bisa

mengatasinya.

AS akan menunjukkan gejala

depresi jika ia berada dalam

masalah yang tidak bisa ia

selesaikan karena sifat pemalasnya.

AS memilih untuk melarikan diri.

AS kurang mau menerima

kenyataan dan sering regresi ke

masa lalu dengan mengenang masa

lalu yang ia anggap sebagai masa

dimana ia merasa senang dan

bahagia. Selain itu, AS memiliki

kecenderungan untuk obsesif

kompulsif ketika ia tidak mampu

menyelesaikan masalahnya.

AS selalu menunjukkan perasaan

sedih, kecewa, pesimis, pasrah,

WWQ, NSQ, CAQ2,

Rho, TAT, Wartegg &

Grafis (BAUM, DAP,

HTP)

Page 60: S2 Psikolog Laporan As

60

cenderung mudah menyerah dan

kurang memiliki daya juang untuk

bangkit kembali ketika ia

menghadapi masalah yang

cenderung menekan dia. Banyak

kejadian yang menyedihkan yang

dia alami namun karena sifat

tertutup yang dimilikinya. AS

kurang mampu mengutarakan

perasaan dan pikirannya dengan

lebih terbuka.

Page 61: S2 Psikolog Laporan As

61

Aspek yang

DiungkapIntegrasi Hasil Tes Alat Tes

Sosialisasi Kemampuan penyesuaian diri

terhadap lingkungan sekitar

tergolong kurang karena subyek

kurang mampu menjalin hubungan

yang baik dengan orang lain

dimana masih adanya perasaan

takut dan kurang mampu

memposisikan diri dengan orang

lain dan ia suka untuk

menyembunyikan apa yang ada di

dalam pikirannya dan suka untuk

berpura-pura.. AS bertindak lebih

dahulu daripada berpikir. AS

memiliki miskinnya pengalaman

untuk diaplikasikan dalam

berhubungan dengan lingkungan

sekitar. Ia cenderung mengindari

situasi sosial dimana situasi

tersebut mudah untuk membuatnya

cemas. AS kurang peka terhadap

orang lain dan cenderung

WWQ, CAQ2, Rho,

TAT, SSCT, Wartegg

dan Grafis (BAUM,

DAP, HTP)

Page 62: S2 Psikolog Laporan As

62

memanipulatif masalah yang ia

hadapi. Hal tersebut ditunjukkan

dari ketakutannya dengan teman

sekerja yang ia anggap iri hati dan

ia takut untuk bersaing. AS takut

dengan persaingan tidak sehat yang

dilakukan oleh temannya dan jika

ada sesuatu, temannya itu akan

melakukan berbagai macam cara

untuk menyakitinya.

Ia merasa menjadi orang yang

lemah dan tidak mampu berbuat

apa-apa dalam menghadapi

masalah meskipun ia tidak mudah

untuk mengalami depresi.

AS kurang suka pada hal yang

mengambil resiko tinggi dan

tanggung jawab. Canggung,

kurang cekatan dalam mengerjakan

sesuatu, sering ketakutan, kurang

percaya diri, jarang

mengungkapkan apa yang ada di

dalam pikiran mereka, tidak

Page 63: S2 Psikolog Laporan As

63

sanggup mengatasi keadaan yang

tiba-tiba berubah. Perasaan-

perasaan tersebut didasari oleh

perasaan yang tidak berarti dari

dirinya sehingga ia merasa tidak

pantas untuk berteman dengan

orang lain atau ia sering

menghindari kontak dengan orang

lain.

Page 64: S2 Psikolog Laporan As

64

B. Psikodinamika

1. Uraian Mengapa Subyek Mengalami Gangguan

AS memiliki kapasitas intelektual beradapada kategori rata-rata

dimana AS mempunyai kemampuan yang cukup dalam menganalisa,

memecahkan masalah yang bersifat sederhana namun untuk hal yang

bersifat kompleks, AS masih membutuhkan bimbingan dari orang lain dan

kurang memiliki perencanaan yang matang dalam melakukan sesuatu.

Sehingga dalam bertindak,AS cenderung gegabah dantidak siap menerima

konsekuensi yang akan dihadapinya.

AS adalah orang yang kurang bisa mempertahankan pendapat dan

apa yang diyakininya. Motivasi berprestasinya rendah dimana tidak ada

usaha-usaha nyata yang dilakukan untuk mendapatkan dan meraih cita-cita

yang dia inginkan. AS cenderung menghindar ketika ia dihadapkan pada

tanggung jawab yang harus ia selesaikan. AS tergolong orang yang mudah

menyerah dan tidak menyadari bahwa apa yang ia kerjakan hari ini akan

berpengaruh kepada masa depannya. Begitu pula dengan keinginannya

untuk sembuh yang tidak ia tunjukkan dengan tindakan nyata dengan

minum obat dan mengurus diri sendiri, akan tetapi ia lebih berangan-angan

untuk kerja di luar negeri agar ia tidak dikejar oleh orang-orang yang

menurutnya membenci dan ingin membunuhnya.

AS cenderung mengalami ketakutan akan dikhianati oleh temannya

sehingga ia akan sering melarikan diri dan meninggalkan semua yang ia

Page 65: S2 Psikolog Laporan As

65

punya agar ia bisa hidup tenang dan membuka lembaran baru dengan pergi

ke luar negeri karena AS kurang terlatih dalam mengungkapkan ide atau

perasaannya dan kurang terlatih untuk memutuskan sesuatu dengan tepat.

AS adalah individu yang kurang mampu menjalin hubungan sosial

yang baik dengan lingkungannya, baik di rumah ataupun di tempat kerja.

AS tidak mudah untuk beradaptasi, tidak mempunyai ketajaman pikiran

dan tanggung jawab terhadap apa yang ditugaskan sehingga ia kurang

mampu menempatkan diri pada posisi yang tepat di setiap lingkungannya.

AS juga kurang menyukai adanya perubahan, cenderung kurang percaya

diri, canggung dan tidak sanggup mengatasi keadaan yang tiba-tiba terjadi.

Perkembangan emosi AS cenderung belum mantap, dimana pada

saat dihadapkan dalam situasi keramaian dan disinggung soal temannya

yang ia katakan mencoba untuk menyakitinya, AS merasa sedih dan tidak

berdaya, ada kekhawatiran dan ketidakmampuannya dalam menerima

tanggung jawab yang besar dan hal ini meskipun pernah diutarakan ke

keluarganya, akan tetapi keluarga hanya menganggap hal tersebut hanya

sebagai karangan AS saja. AS memilikiharapan untukdapat menikmati

hidup dengan mendapatkan kebutuhan tanpa harus bekerja terlalu keras.

Setelah adanya hubungan yang memburuk dengan temannya, AS

juga ditinggalkan oleh seseorang yang sangat dikasihinya karena orang

tersebut hanya menganggap AS sebagai teman saja dan hanya AS yang

memiliki perasaan sedangkan si wanita tidak. Hal tersebut semakin

Page 66: S2 Psikolog Laporan As

66

membuat AS merasa rendah diri dan kehilangan harapan dan tumpuan

akan kasih sayang.

Perubahan sikap AS semakin membuat keluarga resah,dimana AS

menjadi lebih pendiam, tidak peduli dengan dirinya sendiri dan orang lain,

tidak lagi emosional dengan membentak keluarganya. Sikap menarik diri

ia tunjukkan dengan lebih suka berada di kamar dengan mendengarkan

musik dan merokok. AS juga kurang mau bergaul dengan tetangga,

berlama-lama duduk di dapur, kurang mengurus diri dan jarang mandi.

Kepribadian yang rapuh karena jati diri yang kurang mantap

menjadikannya individu yang cenderung antisosial dan impulsif dengan

lingkungan sekitarnya. Karena kontrol yang kurang, AS melakukan hal-hal

yang merugikan baik merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

2. Pricipitating Event

Kejadian pencetus yang menyebabkan AS mengalami gangguan ini

adalah peristiwa kejatuhan usaha orang tuanya dan juga kejadian di tempat

dahulu ia bekerja sehingga membuat AS cenderung mengalami ketakutan

akan menghadapi hidupnya dimana ia merasa tidak berguna dan tidak

mampu ketika ia tidak lagi memiliki apa-apa untuk disandingkan dengan

teman-temannya yang lain. AS menjadi takut dan taruma, sehingga

perilaku yang dimunculkan adalah ketika ia bermasalah dengan teman

sekerjanya. Sejak itu AS menjadi lebih pendiam dan lupa akan aktivitas

lainnya yang harus ia lakukan seperti mandi, makan, dan lain sebagainya.

Page 67: S2 Psikolog Laporan As

67

AS hanya berkata bahwa ia sedang diincar dan dicari seseorang yang akan

membunuhnya.

Page 68: S2 Psikolog Laporan As

68

BAB V

DIAGNOSA, PROGNOSA, DAN TERAPI

A. Diagnosa

Berdasarkan pemeriksaan dan evaluasi psikologi yang dilakukan,

diketahui bahwa kecerdasan AS berada pada kategori rata-rata. AS memiliki

tipe kepribadian yang tertutup, kaku, sensitif. AS memiliki motivasi yang

rendah, ingin melarikan diri dari masalah yang ia hadapi, dan cenderung

menyalahkan orang lain ketika ia disudutkan. AS juga memiliki stabilitas

emosi yang belum mantap, kepribadianyang imatur (tidak matang)

cenderung berpikir lebih muda dari usia sesungguhnya, malas dan bertindak

sehingga kurang mampu untuk mengambil keputusan dan sangat tergantung

atau dependen.

Gejala-gejala utama yang ditunjukkan oleh klien adalah perubahan

perilaku yang ia tunjukkan dengan lebih banyak mengurung diri di kamar,

mengalami sulit tidur sampai beberapa hari, ketakutan akan dikejar dan

dibunuh oleh orang, mudah curiga dengan orang asing yang ia temui, dan

indra pendengaran dan pengelihatan menjadi lebih peka.

Berdasarkan gambaran diagnosa psikologik yang ditemukan, bila

ditulis berdasarkan diagnosa multiaksial PPDGJ-III adalah sebagai berikut:

Axis I : F20.2 Skizofrenia Paranoid

Axis II : Z03.2 Tidak Ada Diagnosis

Page 69: S2 Psikolog Laporan As

69

Tipe kepribadian tertutup, kaku, dan sensitif

Axis III : Tidak ada

Axis IV : Tidak ada

Axis V : GAF Scale 60-51 (gejalasedang/moderate, disabilitas

sedang).

B. Prognosa

Dalam Maramis (2007, hal 275) untuk menetapkan prognosa harus

mempertimbangkan faktor-faktor di bawah ini:

1. Kepribadian prepsikotik; bila schizoid dan dalam hubungan

antarmanusia memang kurang memuaskan maka prognosa lebih

jelek.

2. Bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosa lebih baik

daripada penyakit itu mulai secara perlahan-lahan.

3. Jenis : prognosis jenis katatonik yang paling baik dari semua

jenis. Sering penderita skizofrenia katatonik sembuh dan kembali

ke kepribadian prepsikotik. Kemudian menyusul prognosa dengan

jenis paranoid. Banyak dari penderita ini dapat kembali ke

masyarakat. Skizofrenia hebefrenik dan skizofrenia simplex

mempunyai prognosa yang sama jelek. Biasanya penderita

dengan jenis skizofrenia ini menuju ke arah kemunduran mental.

4. Umur. Makin muda umur pemulanya, maka jelek prognosanya.

Page 70: S2 Psikolog Laporan As

70

5. Pengobatan. Makin lekas diberi pengnarkan, makin baik

prognosanya.

6. Ada faktor pencetus, seperti penyakit badaniah atau stress

psikologis, maka prognosianya lebih baik.

7. Faktor keturunan. Prognosa menjadi lebih berat bila di dalam

keluarga terdapat seorang atau lebih yang juga menderita

skizofrenia.

Berdasarkan hasilpemeriksaan dan diagnosis, maka dapat diperkirakan

prognosa untuk gangguan yang dialami AS adalah: BURUK dengan

pertimbangan

1. AS memiliki kepribadian yang kurang matang, stabilitas emosi

yang kurang mantap dan cenderung memiliki pendirian yang

keras.

2. Kurangnya kerjasama yang baik sehingga AS kerap kali kembali

ke delusi pikirannya.

3. Penyakit skizofrenia yang dialami AS termasuk dalam onset

lambat. Gangguan paranoid ini berulang-ulang, mengingat

riwayat medis AS sejak kurang lebih tiga tahun yang lalu hingga

saat ini semakin parah.

4. Kurang adanya dukungan dari keluarga untuk bisa memberikan

ketegasan dalam memberlakukan aturan dalam keluarga sehingga

AS sering berontak dan bertindak semaunya.

Page 71: S2 Psikolog Laporan As

71

5. AS pemalas dan pasif sehingga sulit untuk beraktivitas (terapi

kerja tidak bermanfaat).

6. AS tidak rutin minum obat di rumah dan keluarga lebih banyak

menuruti keinginan AS untuk membiarkannya tidak minum obat

sesui dengan anjuran dokter.

C. Usulan Terapi

1. Konseling Kognitif Behavior

Usulan konseling yang diberikan adalah Cognitive Behavuor

Therapy. Intervensi CBT atau pendekatan konseling kognitif-behavior

ini juga menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengurangi

bahkan menghilangkan halusinasi atau delusi pada pasien skizofrenia

(Bouchard dkk, 1996; Bustillo dkk, 2001). Tujuannya adalah mengajak

AS untuk menentang pikiran-pikirannya yang salah dengan

menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan AS

tentang masalah yang dihadapinya sehingga AS mendapatkan dan bisa

melakukan perilaku yang adaptif di saat menghadapi masalah.

Adabeberapa sesi yang akan dilakukan seperti di bawah ini:

Tabel 14. Usulan Konseling

No.Langkah-langkah

KonselingSesi Konseling Hari/Tanggal

1. Assesment dan Diagnosa 1 dan 2 Sesuai jadwal pemeriksaan

2. Pendekatan Kognitif 3 dan 4 Jadwal menyesuaikan

Page 72: S2 Psikolog Laporan As

72

3. Formulasi Status 4 Jadwal menyesuaikan

4. Fokus Terapi 5-7 Jadwal menyesuaikan

5. Intervensi Tingkah Laku 5-7 Jadwal menyesuaikan

6. Perubahan Core Belief 8 Jadwal menyesuaikan

7. Pencegahan Relaps 8 Jadwal menyesuaikan

2. Psikoedukasi Kepada Orangtua AS

Menururt Arif (2006), penting kiranya memberikan informasi

(psikoedukasi) kepada keluarga sehingga adanya penyesuaian diri

keluarga kepada klien dan mampu menerima, memahami apa yang

menjadi kebutuhan klien. Informasi yang akurat tentang sakit yang

diderita klien, apa penyebab terjadinya gangguan tersebut dan bantuan

apa saja yang diperlukan klien dalammasa pengobatan dan

penyembukan. Informasi yang tepat akan menghilangkan sikap saling

menyalahkan satu samalain, memberikan pegangan untuk dapat

bertahan secara realistis dan membantu keluarga untuk mengarahkan

sumberdaya yang dimiliki pada usaha-usaha produktif. Pemberian

informasi yang tepat dapat dilakukan dengan suatu program

psikoedukasi untuk keluarga.

Psikoedukasi kepada keluarga khususnya orang tua AS yang

merupakan salah satu bagian dari keluar AS yang terdekat. Konseling

ini bertujuan untuk membantu keluarga AS agar memahami kondisi AS

secara keseluruhan dan membantu AS untuk menemukan dirinya

Page 73: S2 Psikolog Laporan As

73

sendiri dan merubah pola pikirnya demi memperoleh cara pandang

yang berbeda terhadap diri dan sekelilingnya. Dengan psikoedukasi ini

diharapkan keluarga AS dapat memahami mengenai gangguan jiwa

skizofeenia dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan

AS.

Tabel 15. Usulan Konseling

No. Hari/Tanggal Agenda Pertemuan Alasan Yang Terlibat

1.Menjelaskan sakit apa yang diderita klien

Orangtua belum memahami gangguan yang dialami klien

Konselor dan orangtua

2. Apa penyebab terjadinya gangguan

Orangtua belum memahami penyebab gangguan yang dialami klien

Konselor dan orangtua

3.Role play: refleksi isi dan perasaan atas respon yang diberikan oleh klien

Orangtua memiliki pengetahuan cara merefleksikan apa yang disampaikan AS

Konselor dan orangtua

4.Menjelaskan efek obat bagi penyembuhan klien.

Orangtua belum memahami efek obat yang dikonsumsi untuk proses penyembuhan klien

Konselor dan orangtua

5.

Memberikan informasi kepada anggota keluarga yang lain (kakak) yang berada di rumah akan pendisiplinan minum obat teratur

LS memahami,menyadari aktivitas minum obat terhadap AS

Konselor dan orangtua

Page 74: S2 Psikolog Laporan As

74

D. Proses Pelaksanaan Terapi

Tabel 16. Proses Pelaksanaan Terapi

No.Langkah-langkah

KonselingSesi Konseling Hari/Tanggal

1. Assesment dan Diagnosa 1 dan 2 Sesuai jadwal pemeriksaan

2. Pendekatan Kognitif 3 dan 4 Jadwal menyesuaikan

3. Formulasi Status 4 Jadwal menyesuaikan

4. Fokus Terapi 5-7 Jadwal menyesuaikan

5. Intervensi Tingkah Laku 5-7 Jadwal menyesuaikan

6. Perubahan Core Belief 8 Jadwal menyesuaikan

7. Pencegahan Relaps 8 Jadwal menyesuaikan

Hasil pencatatan proses pelaksaanaan konseling yang dilakukan ada di

tabel tabel 17. Sedangkan pencatatan psikoedukasi terdapat pada tabel 18,

19, 20, 21, dan 22.

Page 75: S2 Psikolog Laporan As

75

Tabel 17

PENCATATAN HASIL KONSELING DENGAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY

No.Hari/Tanggal

KonselingLangkah-langkah Konseling Hasil dari Konseling

1. Sesuai jadwal

pemeriksaan

Assesment dan Diagnosa

1. AS adalah orang yang kurang mempunyai semangat baik dalam

semangat hidup maupun semangat untuk menggapai cita-citanya, kurang

mandiri dalam mengambil keputusan, permasalahan dengan teman yang

dianggapnya akan menaruh dendam seumur hidup, kurangnya perhatian

dari orangtua dan hanya figur ayah saja yang ia takuti, selebihnya ibu

sebagai tempat ia mengadu. AS mengalami ketakutan akan disakiti

sampai dibunuh oleh orang yang selama ini dendam padanya.

2. Skizofrenia Paranoid.

2. Pendekatan Kognitif Pendekatan Rasional Emotif Behavior, diidentifikasi

pernyataan-pernyataan irasional yang dipegang oleh AS antara

lain:

Aku takut sama teman yang dendam dan akan membunuhku.

Orang yang dendam akan mengejar sampai mati.

Aku rela dibunuh jika saya terbukti salah. Silahkan dia membunuhku.

Page 76: S2 Psikolog Laporan As

76

Temanku menyewa pembunuh bayaran untuk membunuhku.

Dia tidak akan memaafkanku.

Dia di luar kelihatan memaafkan tapi sebenarnya dia masih mengincar

leherku dan ingin membunuhku.

Hidup di luar negeri lebih baik daripada hidup disini karena di sini

dikejar-kejar terus.

Dia tidak hanya mengincar untuk membunuhku tapi juga ingin

membunuh keluargaku.

Teman-temanku meninggalkanku karena aku tidak kaya lagi.

3.

Formulasi Status

Secara kognisi, AS banyak memiliki pemikiran-pemikiran yang

irasional dan adanya distorsi kognitif.

Secara emosional AS masih berada pada kondisi yang labil dimana

masih tergantung.

AS tidak mampu melakukan hubungan atau kontak sosial dengan orang

lain, tidak mampu bekerja dengan baik, dan tidak mampu melakukan

tugas dan tanggung jawab atas diri sendiri.

4. Fokus Terapi Konselor melakukan konfrontasi atas pernyataan yang diberikan AS:

Jika mas seperti ini dengan menglewatkan makan,minum obat dan tidak

tidur, hal itu tidak akan menyelesaikan masalah namun akan membuat

Page 77: S2 Psikolog Laporan As

77

mas AS sakit dan proses penyembuhan mas AS semakin lama.

Kalau mas AS ke luar negeri dengan tidak berbekal apa-apa hanya

nekat saja bukankah di sana mas AS akan semakin bingung. Apalagi

mas AS tidak bisa berbahasa Inggris lho. Bahasa Inggris itu bukanlah

bahasa mudah yang dapat kita pelajari dalam satu atau dua hari saja

tetapi bisa sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Itupun bagi

mereka yang memiliki daya ingat yang baik dan sehat.

Jangan sampai mas AS disana tidak punya sanak saudara dan kambuh

kembali, siapa yang akan menolong mas AS. Kan kalau di sini mas AS

enak masih ada keluarga yang masih memperhatikan mas AS.

Jika teman mas AS dendam dan ingin sekali membunuh mas AS, lalu

kenapa mas AS bisa hidup sampai sekarang? Dan keluarga mas AS

tetap utuh.

Untuk hal kecil saja seperti minum obat mas AS masih menyepelehkan

apalagi kalau mas AS diberi tanggung jawab yang besar?

Kalau tetangga mas AS juga benci dan tidak suka mas AS, kemarin

waktu mas AS mengantar saya ke parkiran tidak mungkin mereka

menyapa mas AS dengan tersenyum dan mengajak mas AS ngobrol

banyak.

Page 78: S2 Psikolog Laporan As

78

Guna-guna itu hanya ada di jaman dahulu mas. Hanya orang yang

imannya kurang kuat percaya dengan hal seperti itu.Coba mas AS lebih

banyak sholat dan mengaji untuk menghindari dari hal semacam itu.

Bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah malah kalau mas AS

bunuh diri nanti di neraka mas AS akan disiksa.

Ada beberapa distorsi kognitif yang dialami AS, antara lain:

a. Mudah membuat kesimpulan tanpa adanya fakta yang mendukung.

“Mereka berkumpul membicarakan aku mbak”.

b. Kecenderungan memperbesar dan memperkecil masalah.

Mendramatisir kondisi, jika aku tetap dikejar seperti ini maka

lebih baik aku mati saja.

Mengabaikan harapan dan peraturan orangtua untuk meminum

obat atau kontrol agar ia sembuh, percuma kontrol dan minum

obat karena obat tidak akan menyelesaikan masalahku.

Merasa dirinya paling menderita, aku sedih dikejar terus dan

tidak ada yang percaya bahwa aku akan dibunuh.

c. Personalisasi: kecenderungan menghubungkan antara kejadian

eksternal dengan diri sendiri dan menyalahkan diri sendiri.

Kenapa selalu aku yang dicari oleh orang dan selalu mereka

Page 79: S2 Psikolog Laporan As

79

ingin membunuhku?

d. Kesalahan dalam menduga pikiran orang lain sehingga salah

mengambil keputusan.

Mereka berkumpul untuk membicarakan aku. Mereka

membicarakan keburukanku pada masa lalu dan menyebutkan

bahwa aku terkena karma. Mereka hanya baik di luar ketika ada

mbak, sebenarnya mereka iri karena aku dekat dengan mbak.

Teman-temanku yang dahulu dekat denganku sekarang pergi

meninggalkanku mbak karena aku sudah tidak berguna lagi bagi

mereka.

5.

Intervensi Tingkah Laku

Intervensi perilaku yang diberikan adalah dengan memberi saran perilaku

apa yang telah AS lakukan. Hal-hal yang dilakukan:

1. Komunikasi yang berkualitas dengan keluarga khususnya orangtua.

2. AS lebih memperhatikan kesehatan terutama pola makan dan minum

obat teratur.

3. Berinteraksi dengan tetangga dengan keluar membeli kebutuhannya

sendiri.

6. Perubahan Core Belief AS :

7. Pencegahan Relaps Usaha-usaha untuk mempertahankan perubahan perilaku sehingga

Page 80: S2 Psikolog Laporan As

80

mencegah terjadinya relapse yaitu dengan :

Mengontrol diri dengan menilai diri sendiri dengan kenyamanan

yang dirasakan ketika ia bergaul dengan orang di sekitarnya.

AS : sejauh ini ya aku bisa ngobrol dengan mereka meski tidak lama

mbak. Aku berusaha baik saja sama mereka dan semoga

mereka tidak berbicara macam-macam di belakangku mbak.

Menyadarkan bahwa AS memiliki kesiapan untuk menerima

konsekuensi atas pilihan yang dibuat.

AS : sejauh ini aku siap mbak jika mereka memintaku minta maaf.

AS : aku akan membuka lembaran baru mbak dengan orang yang

baru juga.

Page 81: S2 Psikolog Laporan As

81

Tabel 18

PENCATATAN HASIL PSIKOEDUKASI I

Tanggal Nama Data FaktualProses Yang Terjadi Selama Sesi

BerlangsungHasil Dari Tiap Sesi

MT &

ES

Orangtua belum memahami

gangguan yang dialami AS

Orangtua tampak lancar dalam

menceritakan kabar AS, dan selalu

menyebutkan bahwa AS memiliki sifat

yang membangkang.

Sakit yang dialami AS karena

perasaan ketakutan, sedih, dan

kecewa yang berkepanjangan

sehingga membuatnya depresi.

Catatan PerbaikanAgenda Pertemuan

Berikutnya

Mencatat Perasaan

Konselor

Tanda Tangan

konselor

Harapan kepada keluarga untuk tetap

melakukan kontak setiap hari dengan

menanyakan ADL AS sehingga AS

merasa diperhatikan. Dan juga

menghilangkan mindset bahwa AS sakit

Adanya kerja sama yang baikApa penyebab terjadinya gangguan

Page 82: S2 Psikolog Laporan As

82

karena diguna-guna.

Tabel 19

PENCATATAN HASIL PSIKOEDUKASI II

Tanggal Nama Data FaktualProses Yang Terjadi Selama Sesi

BerlangsungHasil Dari Tiap Sesi

MT &

ES

Orangtua belum memahami penyebab gangguan yang dialami AS

Orang tua tidak pernah menuntut sesuatu

yang berlebihan kepada AS, AS jarang

mengutarakan perasaannya.

Pemahaman orang tua kalu AS

memiliki harapan yang tinggi,

perasaan sedih karena ditinggalkan

teman-teman baiknya.

Catatan PerbaikanAgenda Pertemuan

Berikutnya

Mencatat Perasaan

Konselor

Tanda Tangan

konselor

Harapan kepada keluarga agar mampu

memberikan refleksi yang tepat atas apa yang

disampaikan AS dan mencoba memahami

Adanya kerja sama yang baikRole play : Refleksi isi dan perasaan.

Page 83: S2 Psikolog Laporan As

83

bahwa penyebab penyakit yang diderita oleh

AS adalah bukan karena faktor ilmu gaib.

Tabel 20

PENCATATAN HASIL PSIKOEDUKASI III

Tanggal Nama Data FaktualProses Yang Terjadi Selama Sesi

BerlangsungHasil Dari Tiap Sesi

MT &

ES

Orangtua belum memahami cara memberikan refleksi yang tepat kepada AS

Orang tua cukup kooperatif untuk belajar

memberikan refleksi

Selama ini orang tua kurang mampu

memberikan refleksi sehingga respon

yang diberikan orangtua cenderung

ketus.

Catatan PerbaikanAgenda Pertemuan

Berikutnya

Mencatat Perasaan

Konselor

Tanda Tangan

konselor

Orang tua lebih bersikap empati Adanya kerja sama yang baik

Psikoedukasi obat

Page 84: S2 Psikolog Laporan As

84

Tabel 21

PENCATATAN HASIL PSIKOEDUKASI IV

Tanggal Nama Data FaktualProses Yang Terjadi Selama Sesi

BerlangsungHasil Dari Tiap Sesi

MT &

ES

Orangtua belum memahami efek obat yang dikonsumsi bagi kesembuhan AS

Orang tua kurang kooperatif dalam untuk

memahami efek obat yang dikonsumsi oleh

AS

Orang tua menjadi pendisiplin untuk

klien agar minum obat dan kontrol

secara teratur.

Catatan PerbaikanAgenda Pertemuan

Berikutnya

Mencatat Perasaan

Konselor

Tanda Tangan

konselor

Orang tua lebih mengetahui efek obat Adanya kerja sama yang baik

Page 85: S2 Psikolog Laporan As

85

bagi kesembuhan AS. Perhatian dari anggota

keluarga yang lain.

Tabel 22

PENCATATAN HASIL PSIKOEDUKASI V

Tanggal Nama Data FaktualProses Yang Terjadi Selama Sesi

BerlangsungHasil Dari Tiap Sesi

LS LS memahami, menyadari

aktivitas minum obat terhadap

AS

LS cukup kooperatif untuk memahami dan

menyadari efek positif dari minum obat

secara teratur bagi kesembuhan AS.

LS memahami pentingnya kontrol

dan minum obat secara teratur bagi

AS.

Catatan PerbaikanAgenda Pertemuan

Berikutnya

Mencatat Perasaan

Konselor

Tanda Tangan

konselor

Page 86: S2 Psikolog Laporan As

86

LS lebih perhatian kepada AS dengan

mengingatkan AS untuk kontrol dan

minum obat secara teratur.

Adanya kerja sama yang baik

Menjadikan keluarga lebih

peduli dengan kesembuhan

AS.

Page 87: S2 Psikolog Laporan As

87

E. Evaluasi Hasil Konseling

F. Saran

1. Klien

a. AS lebih banyak menjalin komunikasi yang baik dengan anggota

keluarganya.

b. AS lebih bersikap terbuka dengan orang lain yang dipercaya, baik

dengan ibu, saudara, maupun teman.

c. Rajin dan teratur minum obat dan mengontrol kondisi kesehatan yang

dialami.

d. Berani untuk berinteraksi dengan tetangga di lingkungan tempat

tinggalnya.

Saran yang ditujukan kepada klien bertujuan untuk menanamkan

kedisiplinan pada klien dalam hal meminum obat baik dalampengawasan

maupun tanpa pengawasan serta mampu memiliki pemahaman bahwa

klien memiliki potensi untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan

orang lain.

2. Keluarga

a. Memberikan dukungan yang penuh terhadap klien agar dapat

menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki klien.

b. Menguatkan bahwa klien dapat sembuh.

c. Membina komunikasi yang baik agar klien dapat lebih terbuka kepada

keluarga tentang masalah yang sedang dihadapi sehingga ia merasa

dihargai dalam keluarga.

d. Memahamidan belajar untuk lebih sabar, apa yang menjadi kebutuhan

klien dan mencoba membantunya.

Page 88: S2 Psikolog Laporan As

88

e. Menciptakan suasana aman dan nyaman di rumah dengan senantiasa

bercerita tentang apa yang dirasakan.

f. Lebih tegas dalam mengontrol klien waktu minum obat dan kontrol

ke RSJ.

Saran pada pihak keluarga bertujuan untuk memberikan

pemahaman akan sakit yang dialami klien, dan bagaimana

memperlakukan sehingga dapat memberikan lingkungan yang kondusif.

3. Lingkungan Tempat Tinggal Klien

a. Menyapa dan mengajak klien bicara agar klien merasa diterima dan

diperhatikan oleh orang-orang sekitarnya serta tidak mengucilkan

klien.

b. Memberikan dorongan dan semangat kepada klien agar dapat menata

masa depan yang penuh harapan dan semangat.

Page 89: S2 Psikolog Laporan As

89

LAMPIRAN: PELAKSANAAN KONSELING

KONSELING COGNITIVE BEHAVIOR

WAWANCARA DENGAN AS (RUANG KENARI)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

EMA :

AS :

WAWANCARA DENGAN AS (RUANG KENARI)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

EMA :

AS :

WAWANCARA DENGAN AS (RUMAH)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

EMA :

AS :

WAWANCARA DENGAN MT & ES (RSJ MENUR)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

EMA :

AS :

WAWANCARA DENGAN MT & ES (RUMAH)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

Page 90: S2 Psikolog Laporan As

90

EMA :

AS :

PSIKOEDUKASI I

KONSELING DENGAN MT DAN ES (DI RUMAH AS)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

Nara

sumbe

r

Dialog Microskill

PSIKOEDUKASI II

KONSELING DENGAN MT DAN ES (DI RUMAH AS)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

Nara

sumbe

r

Dialog Microskill

Page 91: S2 Psikolog Laporan As

91

PSIKOEDUKASI III

KONSELING DENGAN MT DAN ES (DI RUMAH AS)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

Nara

sumbe

r

Dialog Microskill

PSIKOEDUKASI IV

KONSELING DENGAN MT DAN ES (DI RUMAH AS)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

Nara

sumbe

r

Dialog Microskill

Page 92: S2 Psikolog Laporan As

92

PSIKOEDUKASI V

KONSELING DENGAN LS (DI RUMAH AS)

Hari, 00-00-2013, pukul 00.00-00.00

Nara

sumbe

r

Dialog Microskill

NARRATIVE RECORDING

Page 93: S2 Psikolog Laporan As

93

Siang itu, Jum’at, 24 Mei 2013, pukul 13.00 WIB observer datang ke

rumah AS. Cukup sulit untuk mencari alamat rumahnya dengan beberapa kali

observer harus berputar jauh dan bertanya beberapa kali di jalan. Gang yang

sempit dimana hanya bias dilewati oleh motor saja karena jarak antar satu rumah

dengan rumah yang lainnya berdekatan. Kendaraan observer terpaksa diparkir di

parkiran yang disewakan tiap bulannya.

Kami diterima dengan baik oleh para tetangga ketika kami pertama kali

menanyakan alamat rumah pak MT. Dan benar saja ketika kami sampai di depan

rumah, kami disambut dengan baik oleh ibu dan juga ayah dari AS. Kami

berbincang-bincang sesaat di tempat yang dianggap ruang tamu dan pada akhirnya

kami diminta masuk oleh AS ke ruangannya. Rumah terlihat berantakan dari luar

dengan penempatan prabot yang kurang rapi. Ada beberapa ruangan yang hanya

terdiri dari sekat triplek saja. Tembok terlihat kusam dengan penerangan yang

kurang sehingga terlihat suram. Di ruangan AS tersedia sebuah TV berukuran 21

inchi yang berdampingan dengan almari dan juga kasur yang diletakkan langsung

di atas lantai.

Secara ekonomi kelihatan sekali mereka berada dalam keluarga yang

kurang mampu. Namun mereka berusaha untuk menyambut kami dengan

menyuguhkan minuman dan makanan yang menjadi jualan mereka. Ayah AS

bekerja dengan berjualan minuman dan kakaknya, LS, berjualan makanan ringan.

Page 94: S2 Psikolog Laporan As

94