ridwan, s.psi., m.psi., psikolog

111

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Page 2: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog Susi Dwi Astuti, M.Pd

PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA ANAK USIA DINI

Page 3: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

ii

PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA ANAK USIA DINI

Penulis : Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog Susi Dwi Astuti, M.Pd

ISBN : 978-623-96856-7-6

Editor : Anhar, SE

Penyunting : Anhar, SE

Desain Sampul dan Tata Letak : Sukron

Penerbit : Anugerah Pratama Press Jl. Pekan Baru RT. 08 No. 01 Kel. Rawasari Kec. Alam Barajo Kota Jambi Email: [email protected] Telp: (0741) 3069708 / Hp. 0852 66 177 280

Cetakan Pertama 2021

Copyright © 2021 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab penerbit. Ketentuan pidana terkait pelanggaran hak cipta diatur di dalam pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Page 4: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah

menciptakan manusia dengan keadaan sempurna, memberikan

nikmat tersebsar yakni iman dan islam serta kesehatan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SWA, beserta keluarnya,

sahabatnya, tabi’in dan seluruhnya umatnya yang istikomah

mengikuti tuntunan dan teladannya akhir zaman.

Atas berkat Allah SWT kami dapat menyelesaikan buku ini

dengan judul PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA UNTUK

ANAK USIA DINI”.

Seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak

retak, kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini,

masih banyak terdapat kekeliruan, kami akan sangat

berterimakasih dan bebesar hati menerima saran dan kritik

yang bersifat membangun, bermanfaat bagi kesempurnaan

pembuatan buku berikutnya.

Jambi, Juli 2021

Penulis

Page 5: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................... i

Kata Pengantar .............................................................................................. iii

Daftar Isi .......................................................................................................... iv

BAB I : PENDIDIKAN JASMANI ......................................................... 1

1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani (Penjas) .................................1

1.1.1 Pengertian Pendidikan jasmani ...............................1

1.1.2 Tujuan Pendidikan Jasmani .......................................6

1.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ......................7

1.2 Hakikat Olahraga .........................................................................9

1.2.1 Pengertian Olahraga .....................................................9

1.2.2 Manfaat Olahraga ....................................................... 10

1.2.3 Pembinaan Olahraga Usia Dini .............................. 12

1.2.4 Nilai-nilai Pendidikan Jasmani dan Olahraga 14

BAB II : TUJUAN PENDIDIKAN JASMANI ................................... 16

A. Pendidikan Jasmani ................................................................. 16

B. Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga ....................... 17

1) Tujuan pendidikan jasmani ........................................... 17

2) Tujuan Olahraga ................................................................. 19

C. Fungsi Pendidikan Jasmani dan Olahraga ....................... 21

D. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga ................... 26

E. Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga ............... 30

BAB III : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ................. 32

A. DEFENISI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

ANAK USIA DINI ........................................................................ 32

1. Pertumbuhan ...................................................................... 32

Page 6: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

v

2. Perkembangan ................................................................... 37

B. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI .............. 40

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH

KEMBANG ANAK USIA DINI ................................................. 42

1. Faktor Lingkungan ............................................................ 42

2. Faktor Sosial ........................................................................ 42

3. Faktor Emosi ....................................................................... 42

4. Faktor Fisik .......................................................................... 43

D. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI 43

1. Kesadaran personal .......................................................... 44

2. Perkembangan Emosi ...................................................... 44

3. Membangun Sosialisasi ................................................... 44

4. Kemampuan Berbahasa Anak ...................................... 44

5. Pengembangan kognitif .................................................. 45

6. Pengembangan Kemampuan Motorik ....................... 45

BAB IV : GERAKAN DASAR ANAK USIA DINI ............................ 48

A. Pengertian Gerakan Dasar Pendidikan Jasmani dan

Olah Raga Anak Usia Dini ...................................................... 48

B. Gerakan Dasar Anak Usia Dini ............................................. 49

C. Manfaat Pentingnya Pendidikan Jasmani Dan Olah Raga

Anak Usia Dini ............................................................................ 60

BAB V : BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI ......... 66

A. Pentingnya Bermain Bagi Anak Usia Dini ....................... 66

B. Ciri-Ciri Bermain ....................................................................... 73

C. Jenis – Jenis Bermain ............................................................... 75

D. Bermain Bagi Anak Berkebutuhan Khusus .................... 80

E. Masalah Gender Dalam Bermain ........................................ 82

F. Guru Dalam Bermain ............................................................... 83

Page 7: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

vi

G. Bermain Seraya Belajar .......................................................... 84

H. Belajar Seraya Bermain .......................................................... 86

I. Menggali dan Mengoptimalkan Bakat Anak ................... 86

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 96

RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................ 99

Page 8: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

1

BAB I

PENDIDIKAN JASMANI

1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani (Penjas)

1.1.1 Pengertian Pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani lebih menekankan pada

pemberian pengajaran tentang olahraga pada masa sekolah

yang bertujuan untuk mengembangkan fisik dan kognitif.

Menurut Undang-undnag No. 4 tahun 1950 tentang dasar-

dasar pendidikan dan pengajaran pasal 9 “Pendidikan

jasmani ialah keselarasan antara tumbuhnya badan dan

perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk

membuat bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan

pada segala jenis sekolah”. Pendidikan jasmani sangat

menguntungkan bagi peserta didik untuk mempelajari gerak,

sosial, dan kebudayaan, baik juga untuk perkembangan

emosional dan etika.

Pendidikan jasmani berarti program pendidikan

lewat gerak atau permainan dan kegiatan olahraga. Di

dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau

cabang olahraga tertentu yang dipilih hanya lah alat untuk

mendidik. Mendidik apa? Paling tidak fokusnya pada sisi

keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik

dan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan

suatu masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan

sosial.

Pendidikan jasmani adalah sebuah kegiatan yang

dimulai dari pendidikan formal terendah seperti pada tataran

anak usia dini, sekolah dari tingkat paling dasar hingga pada

level perguruan tinggi (universitas). Kegiatan Pendidikan

Page 9: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

2

jasmanai ini sejatinya untuk mencegah rasa kebosanan

karena ketidak adaanya kegiatan yang menarik lainnya

disekolah bagi anak yang bisa menyebabkan anak melakukan

hal lain untuk mengatasi rasa bosan dan jenuh.

Samsudin (2008) mengatakan bahwa pendidikan

jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran

jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif

serta dapat meningkatkan kecerdasan emosi pada anak.

Dengan pengaturan yang terencana sedemikian rupa

pendidikan jasmani dapat menciptakan lingkungan dan

proses belajar yang baik dalam rangka mengembangkan

serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

seluruh aspek perkembangan anak, baik itu aspek motorik

(jasmani) maupun aspek kognitif dan afektif anak yang

sedang dalam tahap belajar.

Pada dasarnya konsep pendidikan jasmani

merupakan bagian penting dari proses pendidikan, artinya

pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen

pelengkap yang ditempel pada program sekolah sebagai alat

untuk menambah kegiatan pada anak didik saja. Lebih dari

itu, pendidikan jasmani adalah bagian penting dari

pendidikan itu sendiri dan semestinya dapat terlaksana

dengan acuan dan standar yang jelas sehingga dapat memacu

keterampilan pada anak didik sebagaimana materi

pembelajaran yang lainnya pada kurikulum di sekolah.

Pendidikan jasmani yang diatur dan dilaksanakan

dengan baik, maka anak-anak dapat mengembangkan

keterampilan yang bermanfaat pada kegiatan diwaktu

Page 10: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

3

senggangnya, dengan keterlibatan dalam aktivitas yang

kondusif dan produktif untuk mengembangkan gaya hidup

sehat, berkembang secara sosial, serta menyumbang pada

kesehatan fisik dan mentalnya (Husdarta, 2009). Pendidikan

jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan

secara menyeluruh dalam kualitas individu, yang mencakup

fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani

memperlakukan anak sebagai suatu kesatuan utuh, makhluk

total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang

yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Hakikatnya, sebuah pendidikan yang mengedepankan

jasmani merupakan suatu bidang kajian ilmu yang tidak

terbatas hanya pada satu aspek saja. Meski terfokus pada

kegiatan aktivitas peningkatan pada gerak manusia, namun

lebih terarah lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan

hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan

lainnya seperti hubungan ari perkembangan tubuh atau fisik

dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh

perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan

perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang

menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya

seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan

perkembangan total manusia (Agus Mahendra, 2004:6).

Melalui pendidikan jasmani, diharapkan siswa dapat

memperoleh pengalaman gerak secara keseluruhan sebagai

ungkapan perasaan yang menyenangkan, kreatif, dan

terampil serta dapat mengembangkan intelektual, emosional

dan meningkatkan kebugaran jasmani.

Page 11: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

4

Untuk mencapai kualitas pendidikan jasmani yang

optimal, perlu dukungan dari pendidik yang memiliki

kualifikasi keilmuan untuk menjadi pengajar pada satuan

kurikulum pendidikan jasmani di sekolah sehingga

pembelajaran Pendidikan jasmani menjadi lebih terarah.

Berikut ini tujuh komponen yang secara fisik harus dimiliki

oleh pendidik kesehatan jasmani (olahraga) yakni:

1. Menunjukkan kompetensi dan ahli dalam banyak bentuk

Gerakan.

2. Menggunakan konsep gerakan dan prinsip-prinsip

pembelajaran dan pengembangan keterampilan motorik.

3. Menunjukkan gaya hidup aktif secara fisik.

4. Menjaga dan mempertahankan kesehatan serta

meningkatkan kebugaran fisik.

5. Menunjukkan perilaku pribadi dan sosial yang

bertanggung jawab dalam pengaturan aktivitas fisik.

6. Menunjukkan pemahaman dan menghargai perbedaan

antara orang yang satu dengan yang lainnya.

7. Memahami bahwa aktivitas fisik memberikan

kesempatan untuk kesenangan, tantangan, ekspresi diri

dan interaksi sosial (Angela, 2002).

Pendidikan jasmani adalah salah satu mata pelajaran

di sekolah yang merupakan media pendorong perkembangan

keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, sikap

sportifitas, pembiasaan pola hidup sehat dan pembentukan

karakter (mental, emosional, spiritual dan sosial) dalam

rangka mencapai tujuan sistem pendidikan Nasional. Bahkan

ditingkatan Pendidikan Anak Usia Dinipun sudah

diperkenalkan kegiatan olahraga yang arah tujuannya untuk

melatih dan mengembangkan motorik pada anak.

Page 12: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

5

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

merupakan satu mata ajar yang diberikan di suatu jenjang

sekolah tertentu yang merupakan salah satu bagian dari

pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas

jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh dan

perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang

serasi, selaras dan seimbang (Depdiknas, 2006:131).

Menurut Sukintaka (2000:2), pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari

pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan

mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta

emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani.

Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam

memperlajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada

hasilnya. Dengan demikian,bagaimana guru memilih metode,

melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta

merangsang interaksi murid dengan murid lainnnya, harus

menjadi pertimbangan utama. Guru dapat menyesuaikan

dengan kebutuhan pada usia anak.

Pendidikan jasmani dan olahraga yang benar akan

memberikan sumbang yang sangat berarti terhadap

pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang

diperoleh dari pendidikan jasmani dan olahraga adalah

perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental,

emosi, sosial dan moral. Maka, Pendidikan jasmani di sekolah

merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan mengingat

kebermanfaatan yang luar biasa bagi perkembangan anak.

Page 13: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

6

1.1.2 Tujuan Pendidikan Jasmani

Menurut Suherman (2009:7), tujuan pendidikan

jasmani secara umum diklasifikasi menjadi empat tujuan

perkembangan, yaitu:

a. Perkembangan fisik.

Tujuan dari perkembangan fisik ini berhubungan dengan

kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang

melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ

tubuh seseorang (physical fitnes).

b. Perkembangan gerak.

Tujuan dari perkembangan gerak ini berhubungan

dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif,

efisien, halus, indah, dan sempurna (skill full).

c. Perkembangan mental.

Tujuan dari perkembangan mental ini berhubungan

dengan kemampuan berfikir dan menginterpretasikan

keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani

ke dalam lingkungannya.

d. Perkembangan sosial.

Tujuan dari perkembangan sosial ini berhubungan

dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri

pada suatu kelompok atau masyarakat.

Sebagaimana diterapkan dalam Undang-Undang RI.

Nomor II Tahun 1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional

bahwa tujuan pendidikan termasuk pendidikan jasmani di

Indonesia adalah pengembangan manusia Indonesia

seutuhnya ialah manusia yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

Page 14: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

7

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Selain itu pendidikan jasmani juga bertujuan untuk:

1. Mengembangkan pengetahauan dan keterampilan yang

berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan

estetika, dan perkambangan sosial.

2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan

untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan

mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran

jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-

hari secara efisien dan terkendali.

4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui pastisipasi

dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun

perorangan.

5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat

mengembangkan keterampilan sosial yang

memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam

hubungan antar manusia.

6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas

jasmani, termasuk permainan olahraga.

Selain meningkatkan perkembangan secara fisik,

Pendidikan jasmani dapat pula meningkatkan perkembangan

psikologis manusia karena menimbulkan rasa senang dan

Bahagia.

1.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Menurut BNSP (2006:513), ruang lingkup mata

pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

adalah sebagai berikut:

Page 15: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

8

1. Permainan dan olahraga.

Meliputi olahraga tradisional, permainan, eksplorasi

gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan

manipulatif, atletik, kasti, rounders, sepakbola,

bolabasket, bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, bulu

tangkis, dan beladiri serta aktivitas lainnya.

2. Aktivitas pengembangan.

Meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran

jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

3. Aktivitas senam. Meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai serta aktivitas lainnya.

4. Aktivitas ritmik.

Meliputi: Gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam

aerobik serta aktivitas lainnya.

5. Aktivitas air.

Meliputi: permainan di air, keselamatan air,

keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas

lainnya.

6. Pendidikan luar sekolah.

Meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,

berkemah, menjelajah dan mendaki gunung.

7. Kesehatan.

Meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam

kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan

perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan

yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat,

mencegah dan merawat cedera, mengatur waktu

istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan

P3K dan UKS.

Page 16: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

9

Pendidikan jasmani tidak saja melakukan sebuah

aktivitas didalam Gedung (sekolah) tetapi bisa juga

dihalaman sekolah bahkan ditempat alam terbukapun bisa

menjadi tempat dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan

yang bermanfaat bagi jasmani anak.

1.2 Hakikat Olahraga

1.2.1 Pengertian Olahraga

Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh

seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga secara

rohani. Olahraga lebih menekankan pada unsur prestasi

sehingga tujuannya adalah untuk mencapai prestasi yang

semaksimal mungkin. Hal ini sangat berbeda dengan

pendidikan jasmani yang berorientasi pada tercapainya

aktivitas fisik anak di sekolah-sekolah. Olahraga adalah suatu

bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan,

perlombaan dan kegiatan intesif dalam rangka memperoleh

relevansi kemenangan dan prestasi.

Kegiatan olahraga sangat lah terstruktur dengan rapi

dan terencana dengan baik karena akan menciptakan atau

membina anak yang memiliki bakat terhadap suatu cabang

olahraga tertentu untuk meraih hasil dari proses latihan yang

telah dijalani. Dalam UU Sistem Keolahragaan Nasional

Tahun 2005 pasal 1 no 4 di jelaskan bahwa olahraga adalah

segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina,

serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.

Dalam kegiatan olahraga dapat mengembangkan potensi

bakat dan minat seseorang untuk dapat meraih prestasi yang

setinggi-tingginya.

Page 17: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

10

Menurut Aliah B. Purwakania (2008:187). Olahraga

memiliki banyak manfaat dari sisi kesehatan. Dalam

kesehariannya, manusia mengkomsumsi makanan sebanyak

tiga kali dalam sehari oleh karenanya manusia membutuhkan

sebuah kegiatan olahraga agar dapat mengurangi kolestrol

yang ada dalam tubuh dan meningkatkan peredaran darah

setelah makan, mempertebal peredaran darah serta

penyimpanan darah pada arteri. Olahraga menjadikan tubuh

aktif, membuat otot dan persendian terlatih serta membantu

melancarkan sistem pembuangan. Untuk mencapai

keseimbangan, energi yang didapat dari makanan harus

dikeluarkan melalui aktifitas sehari-hari termasuk

diantaranya adalah dengan berolahraga untuk menjaga

keseimbangan sisitim tubuh.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

olahraga adalah suatu aktivitas fisik yang dilakukan di luar

jam sekolah (extrakurikuler) untuk lebih mengembangkan

potensi jasmani anak yang berbakat/berminat terhadap

cabang olahraga tertentu sehingga menghasilkan anak yang

berprestasi di berbagai kejuaran atau paling tidak dapat

meningkatkan rasa percaya diri anak untuk dapat tampil

diberbagai event sesuai dengan yang menjadi minatnya.

1.2.2 Manfaat Olahraga

Menurut KTSP (Depdiknas, 2006), manfaat pendidikan

jasmani, olahraga dan kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak.

Pendidikan jasmani merupakan sebuah kegiatan

pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-

anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil

Page 18: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

11

bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk

bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak

dalam masa-masa pertumbuhan, makin besar bagi

kualitas pertumbuhan itu sendiri.

2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya.

Pendidikan Jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-

anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu dari pada

hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain

ketika mereka sedang belajar. Dengan bermain dan

bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya

dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali

lingkungan sekitarnya.

3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna.

Peranan Pendidikan Jasmani di tingkatan Pendidikan

dasar cukup unik, karena turut mengembangkan potensi

keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai

berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian

hari.

4. Menyalurkan energi yang berlebihan.

Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam masa

kelebihan energi. Kelebihan energi ini sangatlah perlu

disalurkan agar tidak mengganggu keseimbangan

perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan

energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali

keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan

kembali memperbaharui dan memulihkan energinya

secara optimal.

5. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik,

mental maupun emosional.

Page 19: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

12

Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani

adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik,

mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli

percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana

yang paling tepat untuk membentuk manusia seutuhnya.

Olahraga memberikan banyak manfaat pada tubuh

kita. Menurut Fatmah (2010:173) menjelaskan bahwa ada

lima manfaat olahraga bagi tubuh, yang pertama adalah

meningkat kan kekuatan otak. Jika otak cukup mendapatkan

suplai darah maka reaksi fisik dan mental seseorang akan

meningkat. Kedua, melawan penuaan karena membuat

peredaran darah menjadi lancar. Ketiga, menghilangkan

stress karena memunculkan perasaan bahagia. Pada saat

melakukan olahraga, jantung akan bekerja lebih berat untuk

menyuplai darah, maka dengan sendirinya pikiran kita tidak

akan terfokus lagi dengan masalah pekerjaan. Keempat,

meningkatkan perasaan bahagia secara alami. Ketika

seseorang melakukan olahraga maka disaat itu juga hormone

adrenalin, serotonin, dopanin, dan endorphin diproduksi,

kesemua hormone tersebut adalah hormone yang berfungsi

untuk menumbuhkan rasa sengat dalam diri kita. Kelima,

meningkatkan kepercayaan diri. Dengan berolahraga maka

citra diri tubuh yang sehat dan kekuatan fisik yang prima

akan didapatkan.

1.2.3 Pembinaan Olahraga Usia Dini

Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan

salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan jasmani dan rohani serta meningkatkan prestasi

Page 20: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

13

olah raga yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan

nasional, sehingga akan dapat membentuk watak dan

kepribadian yang baik, disiplin dan sportivitas yang tinggi

(Depdikbud, 1997). Oleh karena itu upaya peningkatan

prestasi olahraga perlu terus dilakukan secara terpogram

dan berkelanjutan melalui pemanduan bakat, pembibitan,

pendidikan dan pelatihan olah raga. Pembibitan atlet

sebaiknya dilakukan sejak usia dini, karena untuk menjadi

atlet yang berprestasi membutuhkan waktu yang lama.

Hewia Fallak (dalam Wie Crozek, 1978) menyusun

pembinaan olahraga dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan,

tahap pembangunan dan tahap spesialisasi. Wismoyo (1997)

menyebutkan bahwa prestasi dan bidang olah raga dapat

dicapai jika bibit-bibit atlet dibina sejak dini, dengan

penanganan secara alamiah, latihan kontinyu, bertahap dan

berkelanjutan selama delapan sampai sepuluh tahun.

Dengan demikian, peran olahraga usia dini sebagai

pembentuk dasar dalam membina atlit hingga usia lanjut,

dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi dibidang

olahraga baik itu prestasi secara Nasional maupun

Internasional.

Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai

anak adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan

kemampuan yang sudah dilatih ke dalam sebuah

pertandingan. Usaha yang terbesar adalah meningkatkan

kepribadian anak sebagai individu yang merasa dihargai dan

bukan untuk mencapai kemenangan dalam pertandingan.

Tujuan aktivitas olahraga untuk anak usia dini adalah sebagai

pengenalan pengalaman berolahraga, meningkatkan

keterampilan fisik, dan membangun kepercayaan diri. Dalam

Page 21: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

14

masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam

melakukan latihan olahraga. Oleh karena itu pelatihnya tidak

perlu menekankan pada penguasaan teknik atau peraturan

pertandingan. Pujian atau hadiah diberikan kepada usaha

yang dilakukan anak, bukan terhadap hasil akhir. Perlu

ditanamkan perasaan “mencapai sukses” bukan hanya

sebagai juara, tetapi juga sebagai partisipan. Semakin tinggi

kemampuan seseorang mencapai tujuan yang diharapkan,

maka semakin terampil orang tersebut (Sage, 1984: 17). Oleh

karena itu, pembinaan olahraga untuk anak dan keterlibatan

anak dalam kegiatan kejuaraan merupakan satu bentuk

partisipasi anak dalam berolahraga tidak hanya untuk

menjadi juara. Latihan mental dalam menghadapi

pertandingan juga merupakan target lain dalam pembinaan

olah raga untuk anak. Anak dibina untuk terbiasa berpikir

positif bahwa dalam pertandingan nanti, dirinya mampu

menampilkan keterampilan yang sudah dilatihkan

sebelumnya. Pendidikan jasmani olahraga untuk anak

melalui bermain berimplementasi sebagai sebuah sarana

pembentukan fisik anak, mental dan sosial. Pemenuhan

kebutuhan anak dalam beraktivitas fisik diharapkan dapat

meningkatkan perhatian anak terhadap pembelajaran

akademik.

1.2.4 Nilai-nilai Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Beberapa nilai pendidikan dalam kegiatan olahraga

yang dikatakan oleh Siregar, yaitu:

a. Olahraga memberikan kesempatan belajar bagaimana

bertindak kalau kalah atau menang.

Page 22: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

15

b. Olahraga memberikan kesempatan bagi perorangan

untuk mengorganisir sendiri pertandingan-pertandingan

olahraga dan membentuk regunya, dengan demikian

kepada perorangan diajarkan mendidik dan

mengorganisir diri sendiri.

c. Dalam olahraga memungkinkan para guru atau pelatih

mengamati perilaku anak didik yang tidak

memungkinkan dilakukan dalam kondisi kehidupan

normal.

d. Sebagian besar cabang olahraga memungkinkan

perorangan mengambil bagian dalam kelompok yang

menganut kepentingan bersama.

e. Olahraga seperti lari lintas alam, mendaki gunung dan

sebagainya memberikan pengalaman untuk mengenal

lingkungan hutan, lembah, sungai dan sebagainya.

f. Prestasi dihasilkan melalui proses yang panjang, ini akan

membentuk kepribadian dan ketangguhan dalam

mewujudakan cita-cita bagi anak.

Page 23: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

16

BAB II

TUJUAN PENDIDIKAN JASMANI

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani (PENJAS) adalah mata pelajaran

untuk melatih kemampuan psikomotorik yang mulai

diajarkan secara formal di sekolah dasar hingga sekolah

menengah atas. Pendidikan Jasmani ialah suatu proses

pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang serta

dibuat untuk menaikkan dan meningkatkan aspek pada

kebugaran jasmani, peningkatan pada keterampilan motorik

terutama motoric kasar, pengetahuan serta sikap hidup sehat

dan aktif, perilaku sportif, dan pengembangan aspek

kecerdasan emosi.

Pendidikan jasmani adalah salah mata pelajaran di

sekolah yang merupakan media pendorong pada

perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik,

pengetahuan, sikap sportifitas, pembiasaan pola hidup sehat

dan pembentukan karakter (mental, emosional, spiritual dan

sosial) dalam rangka mencapai tujuan sistem pendidikan

nasional.

Pendidikan jasmani merupakan sebuah kegiatan yang

melibatkan aspek fisik sehingga dapat meningkatkan respon

emosional yang lebih baik serta hubungan interpersonal

dengan orang lain agar dapat membangun sebuah kerjasama

antar satu dengan yang lainnya untuk menciptakan rasa

saling percaya. Disamping itu, Pendidikan jasmani juga dapat

membangun tingkah laku yang lebih baik dalam kelompok

serta melatih intelektual agar dapat terangsang untuk

menghasilkan sebuah ide atau gagasan yang bermanfaat bagi

Page 24: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

17

individu. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik,

pikiran (mental) juga dikembangkan sebagaimana yang kita

ketahui bahwasanya didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa

yang sehat.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

merupakan satu mata ajar yang diberikan di suatu jenjang

sekolah tertentu yang merupakan salah satu bagian dari

pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas

jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh dan

pengembangan pada aspek jasmani, mental, sosial dan

emosional yang serasi, selaras dan seimbang (Depdiknas,

2006:131).

B. Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga

1) Tujuan pendidikan jasmani

Menurut Suryobroto (2004:8), tujuan pendidikan

jasmani adalah untuk pembentukan perkembangan anak,

yaitu sikap atau nilai, kecerdasan, fisik, dan keterampilan

(psikomotorik), sehingga siswa akan dewasa dan mandiri,

yang nantinya dapat digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Tujuan Pendidikan Jasmani menurut Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam

upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran

jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas

jasmani dan olahraga yang terpilih.

b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan

psikis yang lebih baik.

c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak

dasar.

Page 25: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

18

d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui

internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam

pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin,

bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan

demokratis.

f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga

keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di

lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk

mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup

sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang

positif.

Menurut Suherman (2009:7), tujuan pendidikan

jasmani secara umum diklasifikasi menjadi empat tujuan

perkembangan, yaitu:

a. Perkembangan Fisik.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan

aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan

fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical

fitnes).

b. Perkembangan Gerak.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan

gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna

(skill full). c. Perkembangan mental.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya.

Page 26: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

19

d. Perkembangan sosial.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

2) Tujuan Olahraga

Tujuan olahraga secara utama ialah membuat tubuh menjadi lebih sehat, menguatkan tubuh, mengatur pernapasan, serta membantu meningkatkan kekebalan tubuh. (imun). Sedangkan, tujuan olahraga setiap orang tentu

saja berbeda-beda. Misal, ada yang bertujuan untuk

menurunkan berat badan, membentuk otot, menjaga kesehatan dan lain sebagainya. Namun jika dirinci, tujuan olahraga bisa dibedakan menjadi beberapa hal: a. Olahraga Pendidikan: hal ini digunakan dalam kurikulum

pendidikan b. Olahraga Rekreasi: hal ini digunakan untuk bersenang-

senang dan bergembira

c. Olahraga Prestasi: hal ini digunakan dalam kejuaraan dan dalam perlombaan

d. Olahraga Rehabilitas: hal ini digunakan untuk memperbaiki keadaan tubuh seseorang

Tujuan Olahraga untuk Kesehatan 1. Peningkatan

Meskipun orang itu bebas penyakit belum tentu orang itu sehat secara fisik. Dengan mengukur beban latihan yang

di berikan pada seseorang, maka kebugaran fisiknya dapat di klasifikasi atau dinilai. Bisa saja kebugarannya sangat kurang sehingga diperlukan latihan fisik yang teratur dan terukur di sertai gizi yang cukup dan seimbang akan meningkatkan kebugaran seseorang. Kebugaran ini di tandai olah daya

Page 27: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

20

tahan jantung, otot, kelenturan tubuh, komposisi tubuh,

kecepatan gerak, kelincahan, denyut nadi. Pada sesi Latihan, slalu di monitor (periksa) agar tidak melebihi denyut yang di perbolehkan antara72-87% dari denyut yang maksimal.

2. Pencegahan

Olahraga dapat mencegah dampak negatif dari

hopokenisia (kurang gerak), memperlambat proses penuaan,

membuat tubuh menjadi lebih elastis dan meningkatkan daya

tahan tubuh.

3. Pengobatan

Olahraga juga dapat membantu proses penyembuhan

pada beragam penyakit, seperti : jantung, kencing manis,

rematik, asma, kropos tulang, dll. Peredaran darah pada

orang yang berolahraga akan lebih lancar, sehingga racun

yang menumpuk pada tubuh dapat dengan cepat di

keluarkan.

4. Pemulihan

Pada penyandang cacat, kerusakan otak, tuna rungu,

epilepsi serta penyakit lainnya membutuhkan olahraga yang

sesuai dengan keadaan yang ada pada penderita. Dibutuhkan

kegiatan yang rutin sesuai dengan porsi dan aspek

gangguannya serta jangan sampai olehraga yang berat

diberikan kepada penderita penyakit jantung atau penyakit

kronis lainnya.

Apabila penyandang cacat atau yang mengalami

penyakit bawaan ini tidak melakukan olahraga, maka

cacatnya akan bertambah karena terjadi kekurangan gerak,

Otak menjadi lemah sehingga mudah menimbulkan berbagai

Page 28: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

21

macam penyakit-penyakit, jantung, ginjal, penyumbatan

saluran darah, dll. Selain itu olahraga bagi penyandang cacat

juga sangat di perlukan untuk menghilangkan anggapan

masyarakat bahwa mereka tidak mampu berbuat apa-apa.

Tabel. 1

Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pendidikan Jasmani Olahraga

Objek Seluruh Siswa pada cabang olahraga tertentu

Siswa yang berminat/berbakat dalam bidangnya

Subjek Guru Pendamping Pelatih

Tujuan Untuk mencapai tujuan pendidikan

Untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya

Materi Semua aktivitas fisik / gerak (termasuk olahraga)

Termasuk dari bagian cabang- cabang olahraga

Sasaran aktivitas fisik / gerak sebagai alat

Terkuasainya cabang olahraga

Sifat Wajib tertentu/yang diminati

Waktu Intrakurikuler Ekstrakurikuler

C. Fungsi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Annarino, Cowell, and Hazelton (1980: 62-63)

mengklasifikasikan fungsi pendidikan jasmani ke dalam

enam aspek, yaitu: organik, neuromuskuler, perseptual,

kognitif, sosial, dan emosi.

Page 29: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

22

1. Aspek Organik:

a. Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik

sehingga individu dapat memenuhi tuntutan

lingkungannya secara memadai serta memiliki

landasan-landasan untuk pengembangan

keterampilan.

b. Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga

maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok

otot

c. Meningkatkan daya tahan otot, yaitu kemampuan otot

atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam

waktu yang lama.

d. Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas

individu untuk melakukan secara terus menerus

dalam aktivitas yang berat dalam waktu relatif lama;

hal ini tergantung pada efisiensi yang terdiri dari

aliran darah, jantung dan paru-paru.

e. Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam

persendian yang diperlukan untuk menghasilkan

gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.

2. Aspek Neuromuskuler:

a. Menjadikan keharmonisan antara fungsi sistem saraf

dan otot untuk menghasilkan gerakan yang

diinginkan.

b. Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti:

berjalan, melompat, meloncat, meluncur, melangkah,

mendorong, berlari, menderap/mencongklang,

bergulir, menarik, dan sebagainya.

Page 30: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

23

c. Mengembangkan keterampilan non-lokomotor,

seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang,

meregang, menekuk, mengantung, membungkuk.

d. Mengembangkan keterampilan dasar jenis

permainan, seperti memukul, menendang,

menangkap, berhenti, melempar, memulai, mengubah

arah, memantul, bergulir, memvoli.

e. Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti

ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi,

kelincahan

f. Mengembangkan keterampilan olahraga dan dansa,

seperti sepakbola, softball, bola voli, gulat, atletik,

baseball, bola basket, panahan, hoki, anggar, tenis,

bowling, golf, dansa.

g. Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti

hiking, tenis meja, berenang, berlayar.

3. Aspek perseptual:

a. Mengembangkan kemampuan menerima dan

membedakan di antara isyarat yang ada, dalam

berbagai situasi yang dihadapi agar dapat melakukan

kinerja yang lebih terampil.

b. Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan

dengan tempat/ruang, yaitu kemampuan mengenali

objek-objek yang berada di depan, di belakang, di

bawah, di sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari

dirinya.

c. Mengembangkan koordinasi gerak-visual, yaitu

kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan

keterampilan gerak kasar yang melibatkan tangan,

tubuh, dan/atau kaki

Page 31: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

24

d. Mengembangkan hubungan sikap tubuh, yaitu

kemampuan memilih stimulus dari massa sensori yang

diterima dari lingkungan atau memilih jumlah

stimulus terbatas yang menjadi fokus perhatian

e. Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis,

dinamis), yaitu kemampuan mempertahankan

keseimbangan tubuh secara statis dan dinamis

sehingga tidak mudah goyah.

f. Mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu

konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki baik

kanan ataupun kiri dalam melempar maupun

menendang sebuah objek yang menjadi sasaran

kegiatan pengembangan otot.

g. Mengembangkan lateralitas (laterility), yaitu

kemampuan membedakan perbedaan di antara sisi

kanan atau kiri tubuh dan di antara bagian dalam

kanan atau kiri tubuhnya sendiri

h. Mengembangkan image tubuh (body image), yaitu

kesadaran bagan-bagian tubuh atau seluruh tubuh dan

hubungannya dengan tempat atau ruang

4. Aspek Kognitif:

a. Mengembangkan kemampuan mengeksplorasi,

menemukan sesuatu, memahami, memperoleh

pengetahuan, dan membuat keputusan-keputusan yang

bernilai.

b. Meningkatkan pengetahuan peraturan tentang sebuah

permainan, keselamatan, dan etika.

c. Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan

teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.

Page 32: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

25

d. Meningatkan pengetahuan bagaimana fungsi-fungsi

tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani

e. Menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan

yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat,

bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam

mengimplementasikan aktivitas, bola, dan dirinya.

f. Meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor

pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi

oleh gerakan

g. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan

problem-problem perkembangan melalui gerakan.

5. Aspek sosial:

a. Penyesuaian baik dengan dirinya sendiri dan orang

lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam

masyarakat dan lingkungannya dimana ia berada

(tinggal).

b. Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan

dan keputusan dalam situasi kelompok.

c. Belajar berkomunikasi dengan orang lain.

d. Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan

mengevaluasi ide dalam kelompok.

e. Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar

dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.

f. Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di

masyarakat.

g. Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif

h. Belajar menggunakan waktu luang yang lebih

konstruktif

i. Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter

moral yang baik.

Page 33: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

26

6. Aspek emosional:

a. Mengembangkan respons yang sehat terhadap

aktivitas jasmani melalui pemenuhan kebutuhan dasar.

b. Mengembangkan reaksi yang positif terhadap

penonton dan partisipasi melalui keberhasilan atau

kegagalan.

c. Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat

d. Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan

kreativitas

e. Menghargai pengalaman estetika dari berbagai

aktivitas yang relevan.

Begitu banyak aspek yang dapat dikembangkan

dengan pendidikan jasmani ini dan bukan hanya dari sisi

gerak yang berkaitan dengan motorik, namun tak kalah

penting aspek psikologispun menyatu sebagai nuansa

relaksasi serta dapat meningkatkan kestabilan emosi bahkan

juga secara faali mampu untuk diselaraskan dalam struktur

organ tubuh untuk mencapai kesempurnaannya. Hal ini

menandakan bahwa Pendidikan jasmani begitu penting

dalam kehidupan manusia dalam sehari-harinya dan selama

manusia masih hidup dan berkatifitas dari sejak masa

dininya hingga dimasa tuanya.

D. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Budaya hidup sehat dengan berolahraga tentunya

harus menjadi sebuah life style ataupun gaya hidup bagi

setiap individu dalam segala rentang usia tidak terkecuali

pada anak usia dini. untuk menerapkan budaya hidup sehat

dengan berolahraga tentunya harus dimulai dari keluarga

khususnya orang tua dengan mengajak anak sedini mungkin

Page 34: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

27

melakukan sebuah aktivitas olahraga sehingga anak nantinya

akan terbiasa melakukan kegiatan yang melibatkan jasmani

yang dilakukan oleh kedua orangtuanya, karena apabila anak

mempunyai gerak yang cukup tentunya perkembangan

motoriknya akan menjadi baik dan terhindar dari obesitas

dan segala macam penyakit yang bisa saja menghampiri.

Pada saat sekarang ini terlihat bahwa partisipasi anak

usia dini dalam bidang olahraga semakin besar, ini terbukti

telah banyak dibukanaya club-club olahraga atau sekolah-

sekolah sepak bola bagi anak tataran usia dini maupun

sekolah dasar. Dalam institusi pendidikanpun semakin

diperhatikan sarana dan prasarana kompetisi olahraga,

bahkan sampai dengan kompetisi olahraga usia dini tingkat

nasional,

Keterlibatan atlit-atlit usia dini ini juga tidak terlepas

dari keterlibatan orang dewasa sebagai pelatih, pembina

maupun orangtua atlet anak sendiri. Oleh karena itu

pelatihan olahraga usia dini harus dilakukan secara terus

menerus dan terprogram agar dapat terciptanya atlet-atlet

usia dini yang potensial kedepannya.

Olahraga juga mempunyai peran yang sangat penting

bagi anak usia dini khususnya bagi tumbuh dan kembang

anak agar menjadi optimal baik dari segi fisik, mental dan

emosionalnya. Semakin dini dilakukan pelatihan pada anak,

maka semakin mudah pula untuk dibentuk potensi bakatnya

dibidang olahraga dikemudian harinya.

Dari aspek fisik, olahraga yang diberikan bagi anak usia

dini merupakan hal yang sangat berperan penting dalam

tumbuh kembang nya secara jasmani. Aktivitas fisik yang

tepat akan memacu tumbuh kembang anak secara optimal

Page 35: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

28

tapi itu bukan berarti anak harus melakukan senam jasmani

setiap hari seperti hal nya pada orang dewasa, olahraga bagi

anak terutama anak balita tidak harus dalam bentuk gerakan

terstruktur, seperti senam jasmani, gym, ataupun permainan

seperti bulutangkis.

Kegiatan seperti bersepeda, bermain lompat tali dan

berlari-larian itu sudah merupakan latihan jasmani bagi anak

yang dapat mendukung bagi anak untuk mengeksplorasi

gerak agar menjadi lebih baik. Olahraga untuk anak sarat

dampak positif seperti manfat dibawah ini.

1. Kesehatan

Dengan berolahraga dapat mengurangi resiko

berbagai penyakit khususnya berkaitan dengan obesitas

(kegemukan) yang sering kita temukan pada anak masa

kini yang lebih banyak diam ditempat serta

menghabiskan kegiatannya untuk menyantap makanan

dengan porsi yang berlebih-lebihan sehingga anak

menjadi kesulitan untuk bergerak.

Berbagai penelitian menunjukkan, pada usia yang

lebih muda obesitas pada anak-anak meningkatkan risiko

terjadinya penyakit degeneratif, seperti jantung, stroke,

dan diabetes. Belum lagi anak akan lebih mudah terkena

infeksi dan risiko kanker. Disamping secara psikologis

anak menjadi lebih minder dengan kondisi tubuhnya yang

kegemukan dan kesulitan untuk bermain bersama-sama

temannya yang membutuhkan aktivitas kecepatan fisik

yang tinggi.

2. Kebugaran

Olahraga yang dilakukan sesuai takaran akan

membuat anak bugar sehingga ia bisa lebih aktif dan

Page 36: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

29

produktif. Anak akan lebih mudah fokus pada hal yang

dikerjakannya jika ia memiliki kebugaran tubuh yang

optimal.

3. Pertumbuhan

Kombinasi olahraga dan diet yang tepat sangat

bermanfaat untuk pertumbuhan anak karena

merangsang tubuh untuk mengaktifkan hormon

pertumbuhan sehingga anak bisa mencapai potensi

pertumbuhan maksimal yang dimilikinya.

4. Perkembangan

Olahraga membantu meningkatkan perkembangan

fungsional semua panca indra. Karena saat berolahraga

anak-anak dilatih untuk bisa memahami perintah, aturan

main, kerja sama, mencari solusi, dan mencapai tujuan.

5. Kecerdasan

Olahraga bagi anak dapat menstimulasi

perkembangan otak mereka, dengan aktivitas jasmani

yang teratur dapat membuat koordinasi kerja otak yang

semakin bagus sehingga anak mudah menyerap informasi

yang diberikan. Dampak lainnya yang terjadi adalah anak

mempunyai sikap percaya diri yang jauh lebih baik dan

ketrampilan membangun hubungan sosialnya dengan

rekan sebaya menjadi lebih baik.

6. Psikologis

Pada masa kanak-kanak, anak selalu ingin mencari

pengakuan akan kemampuannya pada orang dewasa,

dalam melakukan aktivitas olahraga pujian yang

diberikan keanak akan memberikan dampak positif bagi

anak dan akan memberikan dampak psikologis yang baik

untuk anak antara lain seperti perasaan percaya diri,

Page 37: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

30

gembira, harga diri, merasa dihargai serta pengalaman

merasakan pencapaian tujuan dan pengakuan dari

teman-teman sebaya akan kemampuan yang dimilikinya.

Oleh karena itu olahraga sangat berperan penting

bagi anak usia dini untuk mengembangkan aspek sosial,

emosional dan kejiwaannya untuk membentuk

karakternya dimulai sejak usia dini. Dengan berolahraga

anak akan menjadi mudah untuk berinteraksi bersama

teman-temannya untuk meningkatkan pergaulan sesama

mereka yang membuat anak menjadi lebih fleksibel

dalam menerima perbedaan.

E. Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pendidikan Jasmani (physical education) digunakan

sebagai istilah untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk

mencapai sebuah tujuan pendidikan. Sedangkan Olahraga

(Sport) merupakan sebuah kegiatan di luar pendidikan yang

berorientasi pada peningkatan prestasi untuk dapat diraih

melalui pertandingan dan perlombaan pada kejuaran yang

diadakan oleh pihak tertentu. Perbedaan Pendidikan Jasmani

dan Olahraga dapat dilihat pada keterangan dibawah ini :

Tabel 2.

Pendidikan Jasmani Olahraga

1. Pemahaman gerak

2. Berpacu pada satuan

kurikulum

3. Subjeknya pelajar (child

centered) 4. Entry behavior

1. Prestasi

2. Bebas

3. Subjeknya atlet (subject

centered)

4. Kinerja motorik 5. Aturan baku

Page 38: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

31

5. Pribadi anak seluruhnya

6. Pengaturan disesuaikan

7. Gerak kehidupan sehari-

hari

8. Perhatian ekstra pada

anak lamban

9. Tidak mesti bertanding 10. Wajib

6. Gerak fungsional cabang

7. Ditinggalkan

8. Selalu bertanding

9. Bebas

10. Talent scouting

Unsur Pendidikan jasmani tidak serta merta untuk

mendapatkan atlit yang profesional yang nantinya dilibatkan

dalam sebuah event pertandingan agar anak memiliki prestasi

membanggakan bagi diri dan lingkungannya tetapi

penekanannya lebih bagaimana anak dapat melakukan

kegiatan aktivitas fisik yang bermanfaat bagi kesehatan fisik

dan psikisnya, dimana intinya anak dapat diajarkan untuk

mengembangkan kemampuan motoriknya sebagai upaya

menjaga keseimbangan, baik aspek jasmani maupun rohani.

Berbeda dengan kegiatan olahraga yang memang sejak

awal untuk mempersiapkan anak dapat beprestasi dengan

potensi yang dimilikinya. Anak diajarkan untuk secara terus

menerus dan tekun mengikuti program yang disiapkan demi

peningkatan kemampuannya dibidang olahraga tertentu

seperti atletik dan lain sebagainya, bahkan hingga masa

remaja dan dewasa pun selalu dipersiapkan menu latihan-

latihan yang semakin meningkat porsinya.

Page 39: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

32

BAB III

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. DEFENISI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

USIA DINI Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sering

kali dipergunakan seolah-olah keduanya mempunyai pengertian yang sama, karena menunjukan adanya suatu proses perubahan tertentu yang mengarah kepada kemajuan. Padahal sesungguhnya istilah pertumbuhan dan

perkembangan ini mempunyai pengertian yang berbeda. 1. Pertumbuhan

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik yang terjadi pada manusia.

Selain dari pengertian diatas, pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan, bertambah tinggi dan berat badan serta semakin bertambah

sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf.

➢ Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan 1). Faktor sebelum lahir

Misalnya : pristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada

dikandungan, terkena infeksi oleh bakteri syphilis,

Page 40: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

33

terkena penyakit gabag, TBC , cholera, TYPUS, gondok,

sakit gula Dll.

2). Faktor ketika lahir

Misalnya: intracravial haemorrahage/ pendarahan

pada bagian kepala bayi disebabkan oleh tekanan dari

dinding Rahim ibu sewaktu dilahirkan dan efek pada

susunan syaraf-syaraf.

3). Faktor sesudah lahir

Misalnya : pengalaman traumatic (luka-luka) pada

kepala, kepala bagian dalam terluka, kepala terpukul atau

mengalami serangan sinar matahari ( zonnesteek ),

infeksi pada otak/selaput otak, kekurangan nutrisi/ zat

makanan dan gizi

4). Faktor psikologis

Misalnya: bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua

orang tuanya, anak-anak dititipkan dalam suatu

institusionalia (rumah sakit, rumah yatim piatu, yayasan

perawatan bayi, Dll.

Menurut Sudarwan Danim (2013:12) ada beberapa

hala yang dapat mempengaruhi pertumbuhan manusia,

diantaranya:

1. Status sosial ekonomi

Anak-anak dari keluarga dengan status sosial

ekonomi rendah atau anak-anak dari keluarga besar

sering menjadi lebih lamban pertumbuhannya, sehingga

lebih kecil dan lebih ringan berat badannya daripada

anak-anak dari keluarganya yang lebih mapan. Hal ini

diduga karena anak-anak itu kekurangan zat atau gizi

tertentu dibandingkan dengan anak-anak yang

Page 41: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

34

keluarganya relative memiliki kemampuan financial yang

lebih baik (kaya).

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

anak-anak dari keluarga professional atau berstatus

social ekonomi tinggi biasanya lebih tinggi daripada anak-

anak yang keluarganya kurang dan memperoleh

peringkat yang lebih rendah pada skala social.

2. Genetika

Sebuah hal yang umum terjadi, bahwa tinggi badan

orangtua secara langsung berkaitan dengan tinggi badan

masin-masing anaknya. Jika kedua orangtuanya pendek

tetapi anaknya tinggi, bisa jadi mereka mewarisi gen dari

nenek atau kakeknya.

Menurut Anne Tecklenburg Strehlow, ahli genetika

di standford university, ilmuwan memperkirakan bahwa

sekitar 7 sampai dengan 20 gen dapat mempengaruhi

pertumbuhan manusia. Dengan demikian, pola

pertumbuhan anak dalam keluarga yang sama mungkin

saja jauh berbeda, karean setiap anak menerima

kombinasi yang berbeda dari gen berbeda.

3. Tumor Hipofisis

Anak yang dilahirkan dengan atau menderita tumor

hipofisis mungkin mengalami pola pertumbuhan yang

berbeda dari mereka yang dinyatakan tidak

mengalaminya. Menurut Dr. Daniel Kelley, seorang ahli

bedah saraf di John Wayne Cancer Institue California,

tumor pada kalenjer hipofisis dapat menyebabkan

kelenjer melepaskan lebih besar dari jumlah hormone

pertumbuhan manusia sehingga akromegali, yang sering

dikenal sebagai “gigantisme”. Gejala inipun mungkin

Page 42: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

35

disebabkan oleh mutase genetic, bukan karena tumor

hipofisis.

4. Obat

Mengkomsumsi obat tertentu dapat menghambat

pola pertumbuhan manusia dan mengakibatkan seorang

individu tumbuh lebih lambat atau tidak pernah

mencapai tinggi idealnya. Anak-anak yang

mengkomsumsi obat tertentu karena alas an tertentu

pula sangat potensial menjadi lebih pendek dan lebih

ringan berat badannya daripada teman sebaya mereka

pada usia yang sama.

5. Penyakit

Anak yang menderita penyakit yang parah pada

masa bayi atau semasa anak usia dini lebih mungkin

menunjukkan pola pertumbuhan yang terhambat.

Catatan menunjukkan bahwa orang yang tinggal didaerah

yang penuh infeksi dan penyakit pada abad ke-18 dan 19

lalu tumbuh hingga ketinggian lebih pendek dari mereka

yang tidak terkena penyakit parah. Ketika kemajuan

tekhnologi abad ke-20 dapat mengatasi penyakit

tersebut, pola tinggi manusia secara signifikan mengalami

peningkatan.

Penting bagi kita untuk memperhatikan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pada anak. Hal-hal

yang berkaitan dengan keturunan, satus sosial, ekonomi,

penyakit, pengaruh obat-obatan baik yang dikomsumsi

selama kehamilan maupun dikomsumsi sendiri oleh anak

perlu menjadi perhatian khusus bagi orangtua sehingga

perlu berkonsultasi kepada para ahli seperti dokter, psikolog

termasuk juga ahli gizi yang memahami ukuran atau porsi

Page 43: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

36

yang seharusnya. Dimasa kini pada abad dimana kita

dimudahkan dengan berbgai sumber informasi, maka peran

social media sangat membantu sebagai sumber

mendapatkan pengetahuan untuk mencegah dari

keterlambatan tumbuh kembang anak.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua

istilah yang mempunyai pengertian yang berbeda, namun

keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat bahkan

tidak dapat dipisahkan antara yang satu degan

lainnya. Pertumbuhan merupakan proses kuantitatif yang

menunjukkan perubahan yang dapat diamati secara fisik.

Pertumbuhan dapat diamati melalui penimbangan berat

badan, pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan

sebagainya. Sementara itu, perkembangan merupakan

proses kualitatif yang menunjukkan bertambahnya

kemampuan (ketrampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola yang beraturan dan dapat

diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.

Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan

kepribadian individu, karena kepribadian individu

membentuk suatu kesatuan yang terintegrasi. Secara

sederhana aspek utama kepribadian dapat dibedakan

sebagai berikut: aspek fisik motorik, aspek intelektual, aspek

sosial, aspek bahasa, aspek emosi, aspek moral, dan aspek

keagamaan (Sukmadinata, 2009: 114).

Tahap perkembangan manusia memiliki fase-fase yang

cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan

pemahaman, pada umumnya perkembangan digambarkan

dalam periode-periode atau fase-fase tertentu. Klasifikasi

periode perkembangan yang paling luas digunakan

Page 44: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

37

sebagaimana dikemukakan oleh Santrock (1993) meliputi

urutan sebagai berikut: Periode pra kelahiran (prenatal

period), periode bayi (infacy period), periode awal anak-

anak (early childhood period), periode pertengahan dan

akhir anak anak (middle and late childhood period),

periode remaja (adolescence period), periode awal dewasa

(early adulthood period), periode pertengahan dewasa

(middle adulthood period), dan periode akhir dewasa (late

adulthood period).

2. Perkembangan

Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional

yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik

maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan

pengaruh lingkungan.

Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu

urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti

saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara

aspek-aspek fisik dan psikis merupakan satu kesatuan yang

harmonis. (contoh: anak diperkenalkan bagaimana cara

memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan

oleh orang tuanya).

Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa

pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki pengertian

yang berbeda tetapi memiliki kesinambungan makna yang

membangun karakter dan pendidikan anak usia dini. Begitu

juga kita perlu mengetahui prinsip-prinsip perkembangan

anak usia dini.

Perkembangan itu secara umum mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

Page 45: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

38

a. Terjadinya perubahan dalam

1) Aspek fisik : perubahan tinggi dan berat badan serta

organ-organ tubuh lainnya.

2) Aspek psikis : semakin bertambahnya perbendaharaan

kata dan matangnya kemampuan berfikir, mengingat,

serta menggunakan imajinasi kreatifnya.

b. Terjadinya perubahan dalam propersi

1) Aspek fisik : proporsi tubuh anak berubah sesuai

dengan fase perkembangannya dan pada usia remaja

proporsi tubuh anak mendekati proporsi tubuh usia

remaja.

2) Aspek psikis : perubahan imajinasi dari yang fantasi ke

realitas, dan perubahan perhatiannya dari yang tertuju

kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada

orang lain ( kelompok teman sebaya ).

c. Lenyapnya tanda-tanda yang lama

1) Tanda-tanda fisik : lenyapnya kelenjar thymus

(kelenjar kanak-kanak) yang terletak pada bagian

dada, kelenjar pineal pada bawah bagian otak, rambut-

rambut halus dan gigi susu.

2) Tanda-tanda psikis: lenyapnya masa menyoceh

(meraban), bentuk gerak-gerik kanak-kanak (seperti

merangkak), dan prilaku impulsive (dorongan untuk

bertindak sebelum berfikir).

d. Diperoleh tanda-tanda yang baru

1) Tanda-tanda fisik : pergantian gigi dan karakteristik

pada usia remaja, baik primer (menstruasi pada anak

wanita dan mimpi basah pada anak laki-laki), maupun

skunder (perubahan pada anggota tubuh seperti

Page 46: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

39

pinggul dan buah dada pada wanita dan kumis, jakun,

serta suara pada anak laki-laki).

2) Tanda-tanda psikis : seperti berkembangnya rasa igin

tahu terutama ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu moral dan

keyakinan beragama.

Perkembangan anak tidak berlangsung secara

mekanis-otomatis, sebeb perkembangan tersebut sangat

bergantung pada beberapa faktor yaitu :

1) faktor hereditas (warisan sejak lahir/bawaan)

2) faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang

merugikan.

3) kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi

psikis

4) aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan,

kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya

emosi, serta usaha membangun diri sendiri.

Setiap fenomena atau gejala perkembangan anak

merupakan produk dari kerja sama dan pengaruh dari

timbal balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-

faktor lingkungan. Jelasnya perkembangan merupakan

produk dari :

• Pertumbuhan berkat pematangan fungsi-fungsi fisik

• Pematangan fungsi-fungsi psikis dsn

• Usaha belajar oleh obyek/anak dalam mencobakan

segenap potensialitas rohani dan jasmaninya.

Para pendidik perlu kiranya mengetahui factor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

dari berbagai sudut pandang teori yang telah dikemukakan

oleh para ahli. Para ahli berpendapat, bahwasanya

pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada manusia

Page 47: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

40

itu melalui berbagai tahapan, hanya saja mereka berbeda

dalam hal penekanannya, diantaranya :

Tabel 3.1

No Teori Tokoh

1 Tahap pertumbuhan dan

perkembangan genetik dan

biologis pada proses

perkembangan

Gesel

2 Tahapan tumbuh dan

berkembang berdasarkan

pengalaman masa awal kehidupan pada usia anak-anak

Freud dan

erikson

3 Tahapan tumbuh dan kembang

yang dipengaruhi oleh sebuah

proses interaksi antara

pengaruh social yang saling berkaitan

Vygotski

4 Tahapan proses interaksi antara

perkembangan dan lingkungan

dan terfokus pada aspek kognitif

Piaget

5 Pertumbuhnan dan

perkembangan yang

dipengaruhi oleh faktor

lingkungan sebagai hasil belajar

Skinner dan

Bandura

B. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Pada umumnya ciri-ciri perkembangan bayi dan anak

kecil sifatnya individual dan kontekstual. Bayi dapat

mengalami dan menghayati secara langsung keadaan

Page 48: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

41

disekitarnya melalui indera mereka seperti melihat,

mendengar, mengecap, mencium, dan merasakan. Bayi yang

berkembang secara normal akan secara aktif memfungsikan

inderanya untuk menangkap, merasakan, dan menghayati

hal-hal yang ada di luar dirinya secara langsung. Namun

aktivitas bayi secara biologis, psikologis, dan sosiologis

berbeda dengan anak kecil, remaja atau dewasa. Seekor anak

itik baru Netas dari telur bisa langsung berenang, tetapi bayi

tidak langsung berjalan. Ia masih belum berdaya meskipun

memiliki potensi untuk berkembang. Karena itu ia

memerlukan bantuan dari orang dewasa agar ia bisa tumbuh

mengenal dan memahami lingkungannya.

Dengan demikian orang dewasa sangat memegang

peranan penting dalam membantu anak dalam ketidak

berdayaannya melalui sosialisasi nilai-nilai, kebiasaan, dan

norma-norma kehidupan sosial. Hubungan yang hangat dan

positif antara orang dewasa dengan bayi dan anak-anak akan

membantu bayi dan anak kecil untuk dapat mengembangkan

rasa percaya diri terhadap lingkungan. Selain itu, orang

dewasa perlu mengajarkan nilai-nilai dasar bagi

pengembangan disiplin, kemandirian, dan tanggung jawab

anak. Misalnya anak mulai dilatih, dibiasakan, dan dididik

untuk dapat mengatur diri sendiri seperti makan, berpakain,

mandi serta buang air. Dalam hal ini orangtua, para pengasuh,

dan tenaga profesional perlu memahami dan

mengembangkan berbagai metode dan teknik pedidikan,

bimbingan dan pengembangan anak usia dini.

Selanjutnya agar pendidik dapat menanamkan dan

mengajarkan disiplin pada anak maka tentunya harus

mengetahui dengan jelas taraf perkembangan menurut usia

Page 49: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

42

anak dan beberapa prinsip dasar sehingga dapat

membimbing anak tersebut. Ciri-ciri perkembangan anak

adalah sebagai berikut:

1. Seumur hidup (life-long) adalah tidak ada periode usia

yang mendominasi perkembangan individu.

2. Multidimensional adalah terdiri atas biologis, kognitif dan

sosial

3. Multidirectional adalah beberapa komponen dari satu

dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan,

sementara komponen lain menurun.

4. Lentur (plastis) adalah bergantung pada kondisi

kehidupan individu

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH

KEMBANG ANAK USIA DINI

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan disini ialah berupa lingkungan fisik

yang ada di PAUD deperti halnya adanya suara, cahaya, suhu,

dan desain kelas. Apabila lingkungan fisik tersebut terkontrol

dengan baik maka anak usia dini akan merasa nyaman dalam

belajar.

Contohnya : ketika desaian ruangan di dalam

lingkungan kelas belajar di desaian dengan sangat

menarik,anak akan lebih tertarik dan semangat untuk belajar.

2. Faktor Sosial

Faktor sosial ini sangat berpengaruh dalam

perkembangan kecakapan sosial anak akan belajar

bagaimana bekerja sama, berinteraksi, sehingga anak akan

belajar menghargai orang lain. Ketika faktor sosial berperan

Page 50: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

43

sangat baik di dalam pendidikan anak usia dini,maka

perkembangan belajar anakpun nantinya juga akan

meningkat,khususnya dalam bidang social

3. Faktor Emosi

Faktor emosi berkaitan dengan motivasi anak dalam

belajar. Ketika anak memiliki emosi yang bagus dia akan

semangat dalam belajar dan ketika mereka sedang dalam

emosi yang tidak bagus anak usia dini cenderung tidak mau

untuk diajak belajar. Karena kondisi emosi tiap anak

berbeda-beda, maka pendidik memiliki tugas ekstra untuk

mencari strategi yang dapat membangkitkan motivasi

mereka dalam belajar.

4. Faktor Fisik

Faktor fisik dalam anak usia dini harus memerlukan

kesiapa fisik yang cukup baik untuk belajar. Kesiapan fisik

yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan kondisi anak

yang berkaitan dengan kondisi dengan makan dan minum,

istirahat, kecukupan waktu tidur, dan aktivitas yang

dilakukan. Ketika kondisi anak tidak dalam keadaan baik,

misalnya terlalu lelah, hal tersebut akan mempengaruhi

bagaimana anak dalam belajar. Ketika anak lelah anak akan

tidak semangat lagi dalam belajar. Oleh karena itu faktor

kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran di PAUD harus

memperhatikan hal tersebut sehingga kegiatan dalam

pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal.

D. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Menurut catron dan allen menyebutkan bahwa

terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini. Diantaranya:

Page 51: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

44

1. Kesadaran personal

Perkembangan kesadaran sosial bermain mendukung

anak tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas

lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal

yang baru, bereksplorasi. Meniru dan mempraktekkan

kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam

membangun keterampilan menolong diri sendiri,

ketrampilan ini membuat anak untuk mengenal diri mereka

dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan

dalam hidup.

2. Perkembangan Emosi

Melalui permainan anak dapat belajar menerima

berekspresi dan mengatasi masalah. Dengan bermain pula

anak dapat memahami dan mengenali emosinya sendiri

dimana anak diharuskan untuk dapat mengendalikan

emosinya agar dapat diterima oleh rekan sepermainannya.

3. Membangun Sosialisasi

Kemamuan sosialisai dan memperluas empati terhadap

orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Anak

diharuskan untuk dapat mengerti dan memahami orang lain

yang sedang bermain bersamanya sehingga terbangun rasa

memiliki satu dengan yang lainnya.

4. Kemampuan Berbahasa Anak

Memperluas kosa kata dan mengembangkan daya

penerimaan serta mengekspresikan kemampuan berbahasa

mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang

dewasa pada situasi bermain spontan. Anak diharapkan

dapat memahami apa yang menjadi keinginan dan harapan

Page 52: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

45

orang lain terhadap dirinya dan mengekspresikan yang

menjadi keinginannya terhadap orang lain melalui Bahasa.

5. Pengembangan kognitif

Memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan. Anak dapat banyak belajar dari lingkungan untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya sebagai upaya memahami sebuah proses terjadinya sesuatu, disini anak belajar sebab akibat dari setiap hubungan yang terjadi dengan orang lain.

6. Pengembangan Kemampuan Motorik

Kesempatan yang luas untuk bergerak merupakan sebuah pengalaman belajar untuk menemukan aktivitas sensorik motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil. Memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan preseptual motorik.

Sementara itu ada beberapa aspek perkembangan

menurut Hurlock, diantaranya : 1) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik merupakan sebuah perkembangan yang harus dilewati tiap fase perjalanan manusia dari sejak lahir hingga dewasa. Perkembangan fisik pula yang dapat mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya dan orang lain. Anak yang meiliki

ukuran tubuh yang berbeda dari anak lainnya tentu akan mempengaruhi caranya menilai diri termasuk juga

bagaimana ia menilai orang lain. Seperti pada anak yang memiliki tubuh yang gemuk dengan sendirinya ini mempengaruhi konsep diri demikian pula bila ia memiliki tubuh yang sangat kurus tentu ia akan merasa menjadi

Page 53: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

46

bahan olokan dari teman sebayanya dikala ia melakukan

aktivitas bermain. 2) Perkembangan Motorik

Jika anak tidak memiliki hambatan dalam proses perkembangan motoriknya, maka anak dengan mudah mengikuti semua aktivitas yang terjadi dilingkungannya termasuk Bersama teman-temannya. Kenormalan pada perkembangan motorik pada anak juga membuat ia menjadi lebih mandiri dalam menjalankan kegiatannya.

3) Perkembangan Bicara

Bicara merupakan sebuah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau pengucapan yang digunakan untuk menyampaikan sebuah maksud dan tujuan kepada orang lain. Bicara disini sebagai bagian dari alat komunikasi termasuk komunikasi lisan maupun tulisan.

4) Perkembangan Emosi

Emosi memiliki peran yang penting dalam kehidupan anak. Anak dituntut untuk dapat mempelajari berbagai macam ekspresi seperti marah, benci, takut, cemburu dan sebagainya serta mampu menempatkan

perasaan emosinya secara wajar ditempat yang seharusnya. Kesemuanya ini akan berdampak pada penilaian dari lingkungan social terhadapa dirinya.

5) Perkembangan Bermain

Bermain merupakan sebuah istilah yang dapat digunakan secara bebas. Secara tepat bermain sebagai

sebuah kegiatan yang menimbulkan rasa senag dan bahagia bagi pelakunya dimana bermain dilakukan secara sukarela tanpa ada paksaan ataupun tekanan untuk melakukannya. Bermain sendiri dapat bersifat aktif

maupun pasif dan anak-anak dalam bermain melakukan

Page 54: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

47

kegiatan yang pasif maupun aktif tergantung peran yang

dimainkannya.

Page 55: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

48

BAB IV

GERAKAN DASAR ANAK USIA DINI

Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk

belajar, sehingga disebut usia emas (golden age). Pada usia ini

anak memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa

khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini

merupakan usia emas maka pada masa itu perkembangan anak

harus dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya

holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat

badannya, cukup gizinya dan diarahkan secara baik dan benar.

Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu aspek

fisiknya, aspek kognitif, aspek sosial dan emosional.

Perkembangan fisik merupakan hal yang sangat penting bagi

anak usia dini khususnya anak di Taman Kanak-kanak (TK) dan

anak yang menginjak bangku sekolah dasar (SD).

A. Pengertian Gerakan Dasar Pendidikan Jasmani dan Olah

Raga Anak Usia Dini

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari

pendidikan di sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan

tinggi. Pelaksanaan pendidikan jasmani merupakan

penyeimbang untuk mencegah kebosanan dan kejenuhan

yang terjadi pada anak di sekolah. Samsudin (2008)

mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses

pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan

keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup

sehat, aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Lingkungan

belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah jasmani,

Page 56: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

49

kognitif dan afektif setiap siswa. Konsep pendidikan jasmani

merupakan bagian penting dari proses pendidikan, artinya

pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen

yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk

kesibukan anak. Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian

penting dari pendidikan. Melalui pendidikan jasmani yang

diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan

keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang,

terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk

mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan

menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya (Husdarta,

2009).

B. Gerakan Dasar Anak Usia Dini

Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000 : 73)

ruang lingkup pendidikan jasmani salah satunya adalah

pembentukan gerak, yang meliputi keinginan untuk

bergerak, menghayati ruang waktu dan bentuk termasuk

perasaan irama, mengenal kemungkinan gerak diri sendiri,

memiliki keyakinan gerak dan perasaan sikap (kinestetik)

dan memperkaya kemampuan gerak. Sedangkan menurut

Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (2000: 20)

“kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang

biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup”.

Selanjutnya masih menurut Amung Ma’mun dan Yudha M.

Saputra (2000: 20) menyatakan bahwa kemampuan gerak

dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

1. Kemampuan locomotor.

Kemampuan locomotor digunakan untuk

memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau

Page 57: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

50

untuk mengangkat tubuh ke atas seperti lompat dan

loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan,

berlari, skipping, melompat, meluncur dan lari seperti

kuda berlari (gallop).

2. Kemampuan non locomotor.

Kemampuan non locomotor dilakukan di tempat.

Tanpa ada ruang gerak yang memadai kemampuan non

locomotor terdiri dari menekuk dan meregang,

mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan,

melipat dan memutar, mengocok, melingkar,

melambungkan dan lain-lain.

3. Kemampuan manipulatif. Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika

anak tengah menguasai macam-macam objek.

Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan

Page 58: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

51

dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat

digunakan. Manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item : berjalan (gerakan langkah) dalam ruang.

Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari: a) Gerakan mendorong (melempar, memukul,

menendang). b) Gerakan menerima (menangkap) objek adalah

kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet (bola medisin) atau macam: bola yang lain.

c) Gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola.

Sedangkan menurut Sukintaka (1992: 11) gerak dasar

dibagi tiga bentuk gerakan yaitu

1. Lokomotor: jalan, lari, loncat, lompat dn jengket. Gerak

kombinasi: bercongklang (“gallop”) meluncur, menggeser

ke kanan atau ke kiri, memanjat dan berguling.

Page 59: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

52

2. Nir lokomotor: mengulur, menekuk, mengayun,

bergoyang, berbelok, berputar, meliuk, mendorong,

mengangkat dan mendarat.

3. Manipulatif: mendorong, memukul, memantul,

melempar, menyepak serta mengguling, menerima,

menangkap dan menghentikan.

Dunia anak adalah dunia bermain, dari mulai bangun

tidur sampai tidur kembali yang ada dalam fikiran anak

adalah bermain. Maka wajar apabila bermain merupakan

salah satu prinsip dasar dalam pendidikan anak usia dini.

Melalui bermain anak akan belajar berbagai hal, antara lain

anak akan belajar mengenal lingkungan di sekitarnya, belajar

dalam menguasai beberapa keterampilan hidup seperti

keterampilan berbahasa, bersosialisasi, dan lainnya.

Keseimbangan antara permainan tidak terstruktur

kearah olahraga yang terorganisasi ditandai oleh

perkembangan-perkembangan sebagai berikut:

1. Gerakan spontan menjadi sangat berkurang, dan kegiatan

menjadi bukan untuk kebutuhan atau harapan masing-

masing pemain.

2. Peraturan resmi menjadi penting, dengan demikian

menekankan pada hubungan fungsi dan posisi masing-

masing pemain.

3. Tanggung jawab individu terhadap perannya bagi

kelompok meningkat disertai dengan meningkatnya

tanggung jawab terhadap kualitas dan perilaku

pribadinya.

4. Relevansi terhadap hasil menjadi lebih penting bagi para

peserta dan demikian pula bagi non peserta.

Page 60: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

53

5. Sasaran menjadi lebih meluas, kompleks dan lebih

mengait kepada nilai-nilai yang berasal dari luar kegiatan.

6. Diperlukan lebih banyak waktu untuk persiapan dan

latihan.

7. Diperlukan lebih banyak upaya fisik dan mental lebih dari

sekedar untuk rekreasi atau sekedar kegiatan untuk

kesenangan. Santosa Giriwijoyo dkk, (2013:70-71)

Begitu pentingnya kegiatan bermain dalam kehidupan

anak, sehingga kegiatan bermain harus menjadi sebuah

proses agar anak mendapatkan pengalaman hidup. Orang tua

atau guru harus memfasilitasi kegiatan bermain agar mampu

memaksimalkan perkembangan dan pertumbuhan anak.

Melalui kegiatan bermain maka kreatifitas anak akan tumbuh

dan berkembang dengan baik. Piaget, seorang ahli

pendidikan, berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan

yang sangat penting dalam proses belajar anak, melalui

bermain anak akan didorong untuk bereksperimen dan

tumbuh dengan baik dalam kehidupannya (Marlan E Borden,

2001:37).

Latihan fisik pada anak usia dini masih harus

memperhatikan gerak dasar yang sederhana. Gerak yang

sederhana akan membuat anak gampang untuk memahami

dan melaksanakan intruksi. Hal tersebut juga akan

meminimalisir terjadinya cidera pada anak. Untuk dapat

mengembangkan fisk anak usia dini diperlukan kajian yang

dilakukan sebelum melakukan latihan.

Kemampuan motorik anak diawali dengan melakukan

latihan- latihan gerak dasar. Gerak dasar sangat penting

dalam upaya menanamkan dasar yang benar dalam bergerak.

Oleh karena itu maka perlu kiranya ada pembahasan tentang

Page 61: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

54

apa saja gerak dasar yang penting dan harus dikuasai oleh

anak usia dini.

Berikut beberapa bentuk permainan yang mampu

meningkatkan keterampilan motoriknya, sehingga secara

langsung maupun tidak langsung mampu pula merangsang

kecerdasan kinestetik (tubuh) sebagaimana yang

diungkapkan dalam teori Howard Garnerd mengenai

kecerdasan majemuk.

1. Bermain Basket

Tujuan permainan ini adalah memberikan

kesempatan bagi anak-anak berlatih koordinasi mata

dengan tangannya, selain itu dalam permainan ini sang

pelempar dengan jaringnya sama-sama aktif.

Cara permainan:

o Hamparkan selembar kertas koran di atas lantai

sebagai titik pinalti atau pijakan anak dalam

melempar. Dorong anak untuk melempar bola ke

dalam “ring” dari titik pinalti tersebut.

o Buatlah bulatan dengan tangan (tutor) sebagai

“ring”nya, kemudian tutor boleh bergerak, misalnya

memutari anak, untuk melatih anak

mengkoordinasikan pengamatannya.

o Apabila anak merasakan kesulitan dalam memasukan bola dalam dalam “ring”, gerakan dengan sengaja “ring” kearah bola yang dilempar sehingga bola masuk dan anak tidak menjadi frustasi.

2. Bisbol Bola

Tujuan permainan ini adalah anak belajar tentang proses suatu gerakan dilakukan, mulai mata menatap objek, otak memerintahkan tangan untuk memukul,

sampai tangan melaksanakan perintah tersebut.

Page 62: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

55

Cara permainan:

o Buatlah pemukul dari kertas koran yang digulung, atau benda lain yang tidak berbahaya. Jangan gunakan pemukul dari bahan-bahan keras seperti kayu, besi atau jenis lainnya.

o Berikan alat pemukul tersebut kepada anak, yang harus digunakan anak untuk memukul balon yang terbang bergerak pelan.

o Jumlah balon disesuaikan dengan jumlah anak, dalam satu kali permainan jangan terlalu banyak anak agar mereka dapat bergerak dengan lebih bebas.

3. Balapan unik Tujuan dari bentuk permainan fisik ini adalah agar

anak-anak belajar mengendalikan tubuhnya untuk melakukan gerakan dengan cara tertentu. Mereka juga

belajar mengatur dan memperkuat keseimbangannya dalam melakukan gerakan yang tidak biasa.

Cara permainan:

o Susun beberapa anak (misalnya 3-5 orang) untuk

melakukan balapan dengan berjalan menggunakan

bagian telapak kaki bagian belakang sampai ke finis.

o Balapan dapat juga menggunakan beberapa alat tubuh

lainnya, seperti berjalan memakai tumit, jongkok,

balapan mundur, berjalan kepiting (berjalan

menyamping), melompat satu kaki, melompat

mundur, atau berjalan sambil berpegangan tangan.

4. Lemparan variatif

Permainan ini bertujuan untuk melatih koordinasi

mata dan tangan, sehingga dapat pula merangsang

perkembangan kemampuan lainnya, seperti menulis,

menyimpan benda kecil, dan lainnya. Ketika kita

Page 63: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

56

mengarahkan dengan otak dan melihat dengan mata,

anak dapat menyelesaikannya dengan tangan.

Cara permainan:

o Buatlah bola dari gulungan kertas atau plastik,

rekatkan dengan menggunakan selotip. Selain itu bola

busa, bola kantong kacang yang jenis bola yang ringan

dapat dijuga untuk permainan ini.

o Cara permainannya antara lain melempar bola rendah

atau tinggi kemudian tangkap dengan tangan, atau

melempar bola kemudian tepuk tangan sekali dan

tangkap.

o Selain itu, dapat dilakukan dengan meletakan bola di atas, lalu kepala anak dicondongkan ke depan dan tangkap bolanya.

o Tangkap bola sambil di atas satu kaki, dan atau variasi lainnya.

5. Balon Melayang

Tujuan permainan ini adalah untuk melatih

koordinasi mata dan tangan, gerak kaki dan kerjasama

tim.

Cara permainan:

o Siapkan balon, mulailah dengan kegiatan di mana

setiap anak memukul balon dengan tangan tetapi

balon tidak sampai menyentuh tanah. Sejumlah anak

dalam satu tim harus mempertahankan balon agar

tidak menyentuh tanah.

o Berilah nomor pada setiap anak, ketika balon dipukul

anak nomor 1 maka gilirannya berikutnya adalah anak

nomor 2, dan seterusnya sampai kembali lagi ke anak

nomor 1.

Page 64: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

57

o Jika balon menyentuh tanah, mulailah dari pemain

nomor 1 kembali. Gunakan bagian-bagian tubuh

berbeda dalam memukul balon, seperti kepala, siku,

telunjuk, atau bagian lainnya.

o Dapat juga divariasikan dengan menggunakan jaring (tali) sebagaimana dalam permainan bola voli.

6. Ular Bergoyang

Permainan ini bermanfaat dalam melatih koordinasi

mata dengan kaki, juga melatih keseimbangan tubuh.

Selain itu, permainan ular bergoyang dapat melatih

mengembangkan refleksnya, karena hanya punya

sepersekian detik untuk menginjak tali sebelum tali itu

bergerak.

Cara permainan:

o Sediakan tali atau sumbu kompor, pegang ujung

satunya, dengan lembut goyang-goyang ujung tali

yang anda pegang seperti ular. Lakukan sambil

berputar atau berjalan.

o Anak disuruh untuk menginjak ujung tali yang

bergerak tersebut, mulailah dengan gerakan yang

mudah dan kemudian berilah gerakan-gerakan tali

yang lebih sulit agar anak tertantang.

o Pemegang tali dapat juga dilakukan oleh anak lainnya, sehingga terdapat variasi yang menyenangkan.

7. Karambol Uang Receh

Permainan ini melatih otot kecil pada tangan

sekaligus kepekaan ketika menaksir tenaga yang

digunakan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Page 65: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

58

Cara permainan:

o Bagikan beberapa koin kepada setiap anak. Tunjukan

cara menggerakan koin dengan dorongan atau

sentakan jari.

o Tutor menggerakan koin, kemudian beberapa anak

berusaha menabrakan koin tersebut dengan koin

mereka yang disentakkan dengan jari.

o Setiap yang berhasil menambrakkan koin terlebih dahulu diberi poin, dan begitu seterusnya.

8. Melompati Bentuk

Permainan ini sangat berguna untuk memperkuat

otot kaki anak, selain itu anak juga dapat belajar bentuk-

bentuk benda. Sehingga selain kemampuan kinestetiknya,

kemampuan logis-matematisnya juga dapat dilatih.

Cara permainan:

o Buatlah bentuk-bentuk benda dari kertas koran atau

bahan lainnya, bentuk dapat berupa lingkaran, segi

tiga, segi empat atau lainnya.

o Rentangkan bentuk-bentuk tersebut berjajar ke

depan, buatlah jarak antar bentuk dengan

menyesuaikan kemampuan melompat anak.

o Suruh anak melompat bentuk-bentuk kertas tersebut

sambil menyebut bentuk benda yang dilompatinya.

Misalnya, segi empat, segi tiga, lingkaran, dan

seterusnya.

9. Permainan tradisional (oray-orayan)

Banyak permainan tradisional yang dapat

merangsang perkembangan motorik (kinestetik) anak.

Biasanya permainan tradisional anak dapat berupa

permainan benda, nyayian dan gerak atau

Page 66: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

59

menggabungkan dua atau lebih bentuk tersebut.

Beberapa permainan seperti petak umpet, oray-orayan

dan lainnya sangat baik dalam merangsang

perkembangan motorik anak. Berikut adalah salah satu

permainan tradisional, yaitu oray-orayan yang dapat

merangsang perkembangan motorik anak sekaligus

salah satu bentuk bermain anak. Dalam tradisi Sunda,

permainan ini lazim dilakukan oleh anak-anak ketika

mereka sedang bermain. Permainan oray-orayan

merupakan permainan yang cukup dinamis,

menggabungkan aspek gerakan dan menyanyi, sehingga

sangat disukai oleh anak-anak. Adapun syair nyanyian

permainan oray-orayan adalah sebagai berikut:

1. Oray-orayan, luar leor mapay sawah

Tong ka sawah, di sawah keur seudeung beukah

2. Oray-orayan, luar leor mapay kebon

Tong ka kebon, di kebon loba nu ngangon

Oray –orayan luar leor mapay leuwi

Tong kaleuwi di leuwi loba nu mandi

3. Mending ge teuleum, di leuwi loba nu mandi

Saha anu mandi, anu mandina pandeuri

Oray-orayan oray naon oray bungka

Bungka naon bungka laut laut naon

Laut dipa dipa naon dipandeuri

Ri ri ri ri ri ri

ORAY BUNGKA

Oray bungka keur lapar taya hakaneun

Luar leor pasamon pikagilaeun

Matana curinghak sungutna calawak

Page 67: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

60

Nembongkeun gugusi rek nyaplok nu tipandeuri

Luar-leor hulu rek ngahakan buntut

Kupat-kepot sang buntut sieun karebut

Hulu rek ngorontok, buntut lumpat kagok

Buntut kabeunangan sorakna aeuh-aeuhan

Sambil bernyanyi, semua anak saling memegang

pundak secara berurutan menyerupai ular mereka

meliuk-liuk mengikuti irama nyanyian, dan setelah ada

tanda tertentu, anak yang depan yang diibaratkan

kepalanya harus menangkap anak yang paling belakang

yang diibaratkan ekornya.

C. Manfaat Pentingnya Pendidikan Jasmani Dan Olah Raga

Anak Usia Dini

Tidak hanya bagi orang dewasa, olahraga juga memiliki

sederet manfaat bagi anak. Pendidikan jasmani di sekolah

sebagai bagian integral dari pendidikan akan membantu para

siswa untuk dapat menjalani proses pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal baik fisik, motorik, mental,

Page 68: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

61

dan sosial. Selain menunjang proses pertumbuhan dan

perkembangannya, aktivitas fisik juga sangat berguna bagi

kesehatan mental maupun mood si Kecil. Oleh sebab itu,

hampir setiap sekolah memiliki pendidikan jasmani dan

kesehatan sebagai bagian dari kurikulum pendidikannya.

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui konsep

gerak dasar untuk anak usia dini sehingga pemilihan latihan

yang tepat untuk perkembangan fisik anak dan menemukan

konsep dasar gerak yang efektif. Manfaat kajian adalah untuk

menambah kasanah ilmu konsep gerak dasar untuk anak usia

dini serta latihan yang tepat untuk pengembangan fisik anak

serta konsep dasar gerak yang efektif.

ANAK USIA DINI Siapa yang disebut anak usia dini?

Ada beragam pendapat tentang anak usia dini ini.

Batasan tentang anak usia dini antara lain disampaikan oleh

NAEYC (National Association for The Education of Young

Children), yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah

anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup

dalam program pendidikan di taman penitipan anak,

penitipan anak pada keluarga (family child care home),

pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan

SD (NAEYC, 1992).

Sedangkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini

adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

Page 69: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

62

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut (Depdiknas, 2003).

Sementara itu, UNESCO dengan persetujuan negara-

negara anggotanya membagi jenjang pendidikan menjadi 7

jenjang yang disebut International Standard Classification of

Education (ISDEC). Pada jenjang yang ditetapkan UNESCO

tersebut, pendidikan anak usia dini termasuk pada level 0

atau jenjang prasekolah yaitu untuk anak usia 3-5 tahun.

Dalam implementasinya di beberapa negara,

pendidikan usia dini menurut UNESCO ini tidak selalu

dilaksanakan sama seperti jenjang usianya. Pada rentang usia

4 sampai dengan 6 tahun merupakan jenjang pendidikan

yang berada pada taman kanak-kanak.

Tujuan utama pendidikan usia dini adalah

memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sejak

awal yang meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial secara

menyeluruh. Seperti dikemukakan oleh Rahman (2005: 6)

bahwa secara umum tujuan program pendidikan usia dini

adalah untuk mengembangkan seluruh potensi dan

kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan agama

secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif,

demokratis dan kompetitif.

Pendidikan jasmani merupakan sesuatu yang sangat

diperlukan bagi anak serta memiliki beberapa manfaat,

diantaranaya :

1. Memenuhi kebutuhan ruang gerak anak.

Pendidikan jasmani merupakan dunia anak-anak dan

sesuai dengan kebutuhan mereka. Di dalamnya, anak-

anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran

hasratnya untuk bergerak, apalagi ditunjang dengan

Page 70: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

63

penggunaan peralatan. Semakin terpenuhi kebutuhan

akan gerak dalam masa pertumbuhannya, makin besar

dampaknya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.

Selain itu, pada dasarnya anak-anak sedang mengalami

masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu

disalurkan agar tidak mengganggu perilaku dan mental

anak. Segera setelah kelebihan energi ini tersalurkan,

anak akan kembali memperoleh keseimbangan dirinya,

karena setelah istirahat anak akan kembali memperbarui

dan memulihkan energinya secara optimal.

2. Memiliki otot dan tulang yang lebih kuat

Pendidikan jasmani mendukung anak untuk memilih

aktivitas fisik yang disukainya dan melakukannya secara

rutin. Membiasakan anak untuk berolahraga dapat

membantu pembentukan otot dan tulang anak akan

menjadi lebih maksimal. Hal ini dapat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan si Kecil menjadi

optimal.

3. Mencegah terjadinya obesitas

Melakukan pendidikan jasmani dan berolahraga dapat

membantu menjaga agar berat badan anak tetap ideal,

sesuai dengan tahapan pertumbuhannya. Hal ini dapat

mencegah terjadinya berat badan berlebih pada anak,

yang paling sering disebabkan oleh rendahnya aktivitas

fisik. Dengan memastikan bahwa berat badan tetap ideal

dan proporsional dengan tinggi badan, anak akan

terhindar dari obesitas.

4. Menurunkan risiko terjadinya diabetes tipe 2 dan

hipertensi

Page 71: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

64

Mengajak si Kecil untuk menjalani pendidikan jasmani

tidak hanya bermanfaat baginya untuk saat itu saja,

namun juga merupakan bekal baginya di masa depan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang

dididik untuk berolahraga sejak dini memiliki

kemungkinan yang lebih rendah untuk mengalami

diabetes tipe 2 dan hipertensi ketika mereka tumbuh

menjadi dewasa.

5. Meningkatkan mood dan kreativitas

Menjalani pendidikan jasmani dan beraktivitas fisik juga

dapat sangat bermanfaat bagi kesehatan jiwa si Kecil. Hal

ini tidak hanya membuatnya menjadi lebih semangat dan

bahagia, namun juga dapat menunjang kreativitas dan

performanya dalam kegiatan sehari-hari.

6. Pembinaan nalar anak

Pembinaan nalar anak melalui pemecahan masalah

menjadi sangat penting untuk meningkatkan pencapaian

domain kognitif dan afektif yang selama ini dirasa kurang

dominan dalam pendidikan jasmani.

Adegan atau simulasi pergaulan, kesetaraan kesempatan

siswa laki-laki maupun perempuan, serta pengembangan

sikap sosial merupakan sumbangan penting dalam

pendidikan jasmani, kejujuran, sportifitas, dan berbuat

adil (fair). Semua hal tersebut yang merupakan napas inti

dalam olahraga dan merupakan investasi penting dalam

pengembangan sosial mereka.

Pengajaran pendidikan jasmani di sekolah punya

banyak sekali manfaat untuk anak. Dengan adanya berbagai

pilihan olahraga, permainan, serta metode pengajaran yang

tepat, anak-anak diharapkan akan mampu tumbuh dan

Page 72: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

65

berkembang secara optimal baik secara fisik, motorik,

mental, dan sosial. Sebuah paket lengkap yang akan

membawa manfaat besar bagi tumbuh kembang untuk anak.

Tentu sebuah upaya yang dapat dilakukan secara

berkesinambungan dalam setiap jenjang pendidikan yang

dijalani oleh anak sehingga sewajarnya pendidikan jasmani

diperkenalkan sedini mungkin pada anak dan tentu pula

ditunjang oleh tenaga profesional yang memahami benar

pada aspek motorik yang semestinya dikembangkan. Tanpa

pemahaman yang benar, justru dapat menyebabkan

terjadinya proses yang tidak wajar pada anak bahkan bisa

saja menimbulkan cidera pada anak.

Guru dan orangtua sebaiknya saling berkomunikasi

agar dapat memahami segala jenis kegiatan yang dapat

dimanfaatkan bagi tumbuh kembang anak yang bermuara

pada satu tujuan untuk mencerdaskan serta memberi

kesempatan kepada anak untuk mengeksplor bagian-bagian

tubuhnya. Disamping itu anak juga akan dapat melakukan

sebuah kegiatan yang tentunya memberi manfaat, dimana

anak dapat memahami setiap aturan ataupun proses dari

setiap aktivitas yang dijalankan.

.

Page 73: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

66

BAB V

BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI

A. Pentingnya Bermain Bagi Anak Usia Dini

Bermain bagi anak usia dini merupakan sesuatu untuk

dapat mempelajari serta belajar banyak hal, dimana anak

dapat mengenal aturan, bersosialisasi dengan teman-

temannya, menempatkan diri disituasi sosial, menata emosi,

bersikap toleransi, kerjasama, dan menjunjung tinggi

sportivitas. Disamping itu, aktivitas bermain juga dapat

mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan

keterampilan motorik anak pada usia dini. Oleh karena itu,

bagi anak usia dini, tidak ada hari tanpa bermain, dan bagi

mereka bermain merupakan kegiatan pembelajaran yang

sangat penting.

Bermain juga menjadi prinsip pembelajaran di Taman

Kanak-Kanak karena bermain merupakan cara yang paling

baik untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini.

Sebelum sekolah, bermain merupakan cara ilmiah anak

untuk menemukan lingkungan, orang lain dan dirinya

sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang

dan lebih mementingkan proses daripada hasilnya. Dengan

bermain pula anak dapat mengembangkan ekspresi sekaligus

menunjukkan aktualisasi dirinya.

Bermain sebagai pendekatan pembelajaran hendaknya

disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan

anak didik, sehingga dalam bermain harus memperhatikan

kematangan dan tahap perkembangan anak didik, alat

bermain atau alat bantu, metode yang digunakan, waktu dan

tempat serta teman bermain. Melalui kegiatan bermain yang

Page 74: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

67

dilakukan anak, guru akan mendapat gambaran tentang

tahap perkembangan dan kemampuan umum mereka.

Dengan bermain, anak akan tumbuh dan berkembang.

Paling tidak ada 5 aspek perkembangan yang akan

dirangsang dengan bermain, diantaranya:

1. Aspek Fisik-Motorik

Yang dimaksud aspek “fisik-motorik” adalah kemampuan

gerak, baik gerakan kasar maupun gerakan halus. Dengan

bermain, anak diharapkan dapat mengontrol, baik gerakan

kasar maupun gerakan halusnya.

Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk

merangsang gerakan kasar adalah:

a. Gerakan-gerakan menendang atau mengisap jari

jemari pada bayi.

b. Berjalan pada satu garis lurus atau mengangkat satu

kaki untuk keseimbangan.

c. Dudukkan anak di pangkuan, pegang di bawah

ketiaknya, gerakkan kaki Ibu/Ayah, dan buat suara

seolah-olah anak sedang naik mobil/motor/kuda.

d. Menangkap atau menendang bola.

e. Bermain lompat tali.

f. Bermain ayunan dan banyak lagi.

Page 75: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

68

Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan

untuk mengontrol gerakan halus adalah:

a. Menggenggam dan menggerak-gerakkan mainan

pada bayi.

b. Bermain dengan tanah liat, ubleg, play dough.

Kegiatan ini baik untuk melatih keterampilan

mengontrol jari-jemari. Sediakan adonan sagu

dicampur air, berikan pewarna makanan atau

menggunakan saus tomat, kemudian minta anak

mengambil adonan tersebut ke sebuah kertas dan

membuat pola atau bentuk sesuai kehendak yang

mereka inginkan.

c. Mengambil benda-benda berukuran kecil.

Kumpulkan beberapa benda kecil seperti biskuit,

permen, batu kerikil, kulit kerang, dan lain-lain, lalu

minta ananda mengambil benda-benda tersebut dan

menaruhnya ke dalam botol. Kegiatan ini baik untuk

melatih kemampuan gerakan halus serta menyatukan

gerak dan irama antara mata dan tangan.

2. Aspek Sosial

Melalui bermain, ananda belajar mengenal jenis kelamin

mereka, bagaimana membina hubungan dengan orang

Page 76: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

69

lain, mengerti aturan, bisa berbagi dengan orang lain,

menunggu giliran, dan mampu memahami orang lain.

a. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk

mengembangkan aspek komunikasi anak dengan

teman sebayanya adalah: Ajak anak bermain teka teki

mengenai nama tetangga di sebelah kiri, kanan, dan

depan rumah. Misalnya, “Siapakah nama ayah yang

rumahnya ada di depan rumah kita?”

b. Saat anak bermain dengan teman-temannya, ajarkan

agar ia mau berbagi mainan dengan teman atau

menunggu giliran.

3. Aspek Emosi

Melalui kegiatan bermain, anak dapat melatih

kesabaran, belajar menerima kekalahan, kecewa,

Page 77: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

70

mengatur emosi marah, tidak mudah menyerah, dan

dapat mengemukakan perasaan mereka secara wajar.

Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan

untuk merangsang perkembangan emosi adalah:

a. Saat bermain bersama teman, lalu mereka rebutan

mainan, maka anak akan mencoba belajar mengatur

emosi mereka.

b. Anak bermain peran sebagai guru, hal ini dapat melatih

rasa percaya diri.

4. Aspek Bahasa

Saat bermain, anak akan mendengar dan berbicara

dengan orang lain. Hal ini akan melatihnya untuk

memahami orang lain serta menggunakan bahasa untuk

Page 78: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

71

mengungkapkan pikirannya. Selain itu, melalui bahasa,

anak juga belajar untuk menjalin hubungan dengan orang

lain dan menambah penguasaan kata.

Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan

untuk mengembangkan aspek bahasa adalah:

a. Membacakan buku cerita.

b. Menyanyi lagu-lagu sederhana seperti “Balonku”.

c. Mengajak anak berbicara dan bermain cilukba pada

bayi.

d. Bermain tebak kata. Contoh, “Benda ini dipakai untuk

makan, bentuknya biasanya bulat, apakah itu?”

5. Aspek Kecerdasan

Melalui bermain anak dapat belajar bagaimana

menyelesaikan suatu masalah, meningkatkan daya ingat,

memusatkan perhatian pada suatu kegiatan, dan lain-lain.

Pengembangan kognitif bermain dapat memenuhi

kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan

Page 79: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

72

lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam

menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-

tugas perkembangan kognitif lainnya.

Selama bermain, anak menerima pengalaman baru,

memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang

lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain

menyediakan kerangka kerja pada anak untuk

mengembangkan pemahaman tentang diri mereka

sendiri, orang lain dan lingkungan.

Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan aspek kecerdasan adalah:

a. Ajak anak menyanyikan lagu “Satu-satu aku sayang

ibu” hingga selesai. Saat menyanyi dan mengucapkan

satu-satu, tunjukkan angka satu dengan jari, begitu

seterusnya hingga tiga.

b. Ajak anak menebak nama-nama anggota wajah, lalu

beri pujian bila ia berhasil menunjukkan/

menyebutkan. Misal, “Ayo Nak, apa namanya ini?”

sambil Ibu/Ayah menunjuk hidung atau mata, dan

lainnya.

c. Bermain jual beli. Ini adalah awal anak mengenal

angka.

d. Bermain Ludo.

Permainan ini dapat melatih strategi dengan

mengumpulkan angka terbanyak agar anak bisa

mengalahkan lawan, sepertinya sederhana, namun

ketika dimainkan, otak kiri dan kanan aktif dengan

perhitungan numerik. Dengan kata lain permainan ini

melatih kemampuan menganalisa pada anak.

Page 80: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

73

e. Bermain congklak.

Dengan permainan ini banyak aspek perkembangan

yang dapat ditingkatkan pada diri anak, salah satunya

adalah kemampuannya untuk berhitung jumlah biji

permainan dan memasukkannya ketempat yang tepat.

f. Menyusun pola warna

B. Ciri-Ciri Bermain

Adapun ciri-ciri dalam bermain menurut Slamet

Suyanto (2005:117-118) yaitu:

1. Aktif

Hampir pada semua permainan membuat anak menjadi

lebih aktif, baik secara fisik maupun psikis. Anak

melakukan eksplorasi, investigasi, ekperimen, dan ingin

tahu tentang orang, benda, ataupun kejadian.

Page 81: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

74

2. Menyenangkan

Kegiatan bermain tampak sebagai kegiatan yang sejatinya

ditujukan untuk bersenang-senang. Anak-anak tertawa,

berteriak lepas, dan ceria seakan tidak memiliki beban

hidup.

3. Motivasi intrinsik

Bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena itu

dilakukan bukan hanya karena adanya tuntunan

masyarakat tetapi lebih dari itu, bermain merupakan

kebutuhan dasar pada diri anak-anak.

4. Memiliki aturan

Setiap permainan ada aturannya. Anak-anak harus

menaati peraturan itu demi tercapainya permainan yang

menarik dan terhindar dari konflik.

5. Simbolis dan berarti

Pada saat bermain, anak menghubungkan antara

pengalaman lampaunya dengan kenyataan yang ada.

Bermain memungkinkan anak menggunakan berbagai

objek sebagai simbol dari benda atau orang lain sehingga

disebut simbolis. Peran-peran yang dimainkan anak

biasanya meniru peran orang yang lebih dewasa dalam

masyarakatnya sehingga kegiatan tersebut sangat berarti

bagi anak.

6. Memiliki kelenturan

Bermain memerlukan kelenturan. Kelenturan ditujukan

baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta

berlaku dalam setiap situasi.

Page 82: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

75

C. Jenis – Jenis Bermain

Berdasarkan berbagai pengamatan terhadap kegiatan

anak-anak dalam bermain, dan berbagai hasil kajian

beberapa ahli yang peduli terhadap perkembangan anak,

dapat dikemukakan berbagai jenis bermain yang sering

dilakukan oleh anak usia dini, antara lain adalah bermain

sosial, bermain benda, bermain peran dan bermain

sosiodrama.

1. Bermain sosial

Dalam bermain sosial, gurulah yang mengamati cara

bermain anak, dan dia akan memperoleh kesan bahwa

partisipasi anak dalam kegiatan bermain dengan teman-

temannya akan menunjukkan derajat partisipasi yang

berbeda. Menurut Partern, ia mengelompokan kegiatan

bermain berdasarkan derajat partisipasi seseorang dalam

bermain, diantaranya:

a) Unoccupied Play (tidak peduli) adalah kegiatan

bermain ketika anak hanya mengamati kejadian yang

menarik perhatiannya. Jika pendidik melihat anak

masih ada pada tahap ini, ajak ia untuk memperhatikan

kegiatan temannya agar muncul keinginan dan

semangatnya untuk bermain. Seperti permainan

olahraga lari yang bisa dilakukan oleh anak setelah

melihat beberapa temannya melakukan kegiatan

tersebut.

b) Solitary Play (bermain soliter) adalah kegiatan

bermain yang dilakukan oleh seorang anak, dan ketika

bermain, anak tidak memperhatikan apa yang

dilakukan anak lain disekitarnya. Seperti permainan

puzzle yang dilakukan secara bersama tetapi anak

Page 83: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

76

bermain sendiri Menyusun puzlenya tanpa terlibat

permainan yang sama dengan teman-temannya.

c) Onlooker Play (bermain sebagai penonton) adalah

bentuk bermain ketika anak hanya sebagai penonton

saja, anak bermain sendiri sambil melihat anak lain

bermain di dalam ruangan yang sama. Seperti bermain

tebak lagu dengan gerakan yang tujuannya untuk

memastikan anak-anak untuk bertanya serta

mempraktekkannya.

d) Parallel Play (bermain pararel) dalah kegiatan bermain

yang dilakukan sekelompok anak dengan

menggunakan alat permainan yang sama, tetapi

masing-masing bermain sendiri-sendiri. Anak akan

menunjukan tahapan perkembangan bermain sosial

yang berbeda-beda. Seperti anak bermain dengan

menggunakan peraga yang sama tetapi masing-masing

anak tidak terjadi komunikasi untuk meningkatkan

interaksi.

2. Bermain dengan benda

Bermain dengan benda merupakan bentuk kegiatan

ketika anak dalam bermain menggunakan atau

mempermainkan benda-benda tertentu, dan benda-

benda tersebut dapat menjadi hiburan tersendiri yang

menyenangkan bagi anak yang sedang memainkannya.

Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan anak usia

dini sebaiknya menyiapkan berbagai permainan,

sekaligus menyediakan benda-benda yang dapat

digunakan secara aman dan nyaman bagi anak-anak

dalam bermain.

Page 84: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

77

Beberapa tipe bermain dengan benda menurut Piaget

(1962) adalah sebagai berikut :

a) Bermain praktis adalah bentuk bermain ketika anak-

anak melakukan berbagai kemungkinan

mengeksplorasi berbagai objek yaang digunakan.

b) Bermain simbolik adalah bentuk bermain dimana

anak-anak menggunakan imajinasi dalam bermain.

c) Bermain dengan aturan adalah bentuk bermain yang

dapat dilakukan secara optimal apabila syarat-syarat

dalam bermain dipenuhi dan dipatuhi oleh semua

anak yang yang sedang bermain. Syarat-syarat

tersebut, antara lain berkaitan dengan waktu (time),

tempat (pleace), peralatan (things), teman (fellows),

aturan (rules).

3. Bermain peran

Pendidikan anak usia dini sering dihadapkan oleh

berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan bidang

pengembangan maupun yang menyangkut hubungan

sosial. Melalui permainan peran, anak dapat mencoba

mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara

memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga

secara bersama dapat mengeksplorasi perasaan, sikap,

nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah.

Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran

berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi

pribadi model ini membantu anak-anak menemukan

makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi

dirinya. Maka dari itu, melalui model ini anak-anak diajak

untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang

Page 85: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

78

dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang

beranggotakan teman-temannya.

4. Bermain di sekolah

Dalam beberapa hal, bermain di sekolah berbeda

dengan bermain di rumah. Biasanya di sekolah memiliki

kesempatan bermain dalam kelompok lebih besar

daripada di rumah. Dalam bermain di sekolah, terkadang

anak sering sekali mengalami berbagai gangguan dari

teman-temannya sehingga mereka perlu belajar

mengatasi gangguan yang diterimanya tersebut. Di

sekolah, guru juga biasanya lebih sering berusaha

melakukan perencanaan pembelajaran dibandingkan

orang tua mereka pada umumnya.

Bermain disekolah dapat membantu

perkembangan anak apabila guru cukup memberikan

waktu, ruang, materi dan kegiatan bermain yang tepat.

Anak-anak membutuhkan waktu tertentu untuk

mengembangkan keterampilan dalam bermain.

Tersedianya ruang dan materi mainan merupakan

prasyarat tumbuhnya bermain yang produktif.

Sejalan dengan perkembangan usia dan

kematangan anak, sedikit demi sedikit mereka akan

mengurangi kegiatan bermain di dalam kelas, bukan

karena bosan atau tidak suka lagi bermain, tetapi mereka

mulai berkonsentrasi pada pembelajaran yang sedang

dijalani. Bermain di lembaga-lembaga pendidikan anak

usia dini pada umumnya dapat dilakukan didalam dan

diluar ruangan tergantung dari situasi dan kebutuhan.

Page 86: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

79

5. Bermain di dalam ruangan.

Bermain dalam ruangan biasanya melibatkan

lebih sedikit anak serta situasi ruangan lebih tenang

dimana ruangannya juga cukup luas karena ruangan

untuk bermain biasanya dirancang dan ditata sedemikian

rupa sehingga dapat dipergunakan untuk berbagai

macam kegiatan. Pada umumya, setiap kegiatan bermain

memiliki ruangan tersendiri.

Dalam rangka memperlancar kegiatan anak dalam

bermain, guru harus berusaha menyediakan berbagai

macam alat dan perlengkapan untuk memperluas ide

bermain anak. Umumnya kelas untuk anak usia dini

memiliki sarana bermain dengan menggunakan meja atau

benda lainnya yang menopang dalam aktivitas bermain

anak.

6. Bermain diluar ruangan

Bermain diluar ruangan lebih banyak

menimbulkan suara serta membutuhkan kekuatan dan

lebih bersemangat. Bermain diluar ruangan

membutuhkan lokasi yang luas untuk anak berlari,

melompat bahkan anak bisa menggunakan sepeda pada

permainannya.

Sebaiknya guru menyadari bahwa tempat luar

ruangan kelas tidak terbatas hanya untuk

mengembangkan otot atau gerakan kasar saja, tetapi

dapat digunakan untuk berbagai aktivitas yang dilakukan

pada saat di dalam ruangan.

Sarana dan prasarana bermain dengan

mengutamakan perkembangan gerakan kasar harus

ditata sedemikian rupa, sehingga tidak membahayakan

Page 87: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

80

anak-anak. Alat-alat yang digunakan di luar biasanya

bersifat menantang, tetapi harus aman dan mudah dalam

penggunaannya sehingga anak terhindar dari perasaan

frustasi. Alat-alat yang akan dipergunakan diluar ruangan

harus dicek setiap kali sehingga yakin bahwa keadaan

alat-alat dalam kondisi yang baik dan bersih serta tidak

menimbulkan risiko bahaya bagi anak.

D. Bermain Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Bermain bagi anak berkebutuhan khusus (spesial

needs) membutuhkan pengaturan lingkungan secara khusus

pula sehingga mereka dapat melakukan kegiatan bermainnya

secara efektif. Misalnya, seorang anak yang menggunakan

kursi roda tidak akan mampu bermain balok apabila balok

tersebut diletakkan dilantai, ini merupakan sebuah contoh

yang kurang efektif.

Anak yang perkembangannya terlambat, pada

umumnya akan bermain seperti anak yang usianya lebih

muda, mereka biasanya tidak mampu bermain secara normal

dan alami bersama anak lain serta tidak mampu memainkan

kegiatan bermain dengan aturan tertentu yang telah

ditetapkan. Bahkan beberapa anak perlu bimbingan khusus

dalam menjalankan aktivitas bermainnya.

Gunsberg dalam Patmonodewo (2003),

mengemukakan bahwa kegiatan bermain yang dapat

dimainkan secara berulang-ulang sangat baik untuk anak

yang ditelantarkan dan kurang mendapat perhatian. Dengan

mempergunakan alat permainan para guru dapat melakukan

pendekatan yang efektif, memberikan respons kepada anak-

anak yang diterlantarkan oleh orang tua mereka, bahkan

Page 88: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

81

anak-anak yang terlantarkan akan melakukan kelekataan dan

percaya pada guru mereka.

Anak dengan kebutuhan khusus perlu diperhatikan

dengan khusus pula. Agar perkembangannya sesuai dengan

yang diharapkan, inilah kiat yang pas untuk anak balita

berkebutuhan khusus, diantaranya:

a) Ketika bermain bersama, dorong balita untuk berbicara

b) Gunakan satu mainan pada satu waktu

c) Lantai dapat dipilih untuk tempat bermain yang aman.

d) Gunakan kata-kata yang nyata sebanyak mungkin.

Seperti anak normal, anak berkebutuhan khusus juga

membutuhkan alat bermain yang dapat menstimulasi otak

dan membantu mereka mengeksplorasi disekeliling mereka,

diantaranya pada anak:

a) Sindroma down

1. Boneka empuk dan lembut, karena kebutuhan untuk

mendapatkan pelukan atau kehangatan sangat tinggi

bagi penyandang sindroma down.

2. Mainan dorong, bisa membantu anak latihan berjalan dan mendapatkan keseimbangan. Mainan dorong yang bisa berbunyi akan sekaligus menstimuli pendengarannya

3. Buku sentuh dapat membuat anak merasakan, karena melihat gambar, menyentuh, merasakan tekstur dan mendengarkan kata-kata saat dibacakan buku dapat juga merangsang semua indera anak.

Page 89: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

82

b) Cerebral Palsy 1. Mainan dengan remote control, yang bisa dioperasikan

dengan satu tangan, seperti mobil-mobilan yang menggunakan remote control.

2. Puzzle keping besar dilengkapi knop, agar mudah dipegang, dilepas dan dipasang kembali, sangat baik untuk anak penyandang cerebral palsy yang memiliki kekakuan di bagian tangan.

E. Masalah Gender Dalam Bermain Cara bermain pada anak usia dini menunjukan

perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Perbedaan

tersebut telah dibawa sejak lahir, atau lebih ditentukan secara genetik. Perbedaan tersebut juga disebabkan oleh cara pengasuhan yang berbeda sejak anak dilahirkan.

Banyak dijumpai, bahwa anak laki-laki lebih banyak bermain secara kasar, lebih aktif dibandingkan cara bermain

Page 90: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

83

pada anak perempuan. Anak laki-laki juga lebih menyukai

permainan yang bersifat petualangan dan perang-perangan yang disertai unsur perlawanan. Sedangkan anak perempuan lebih suka bermain yang alat permainan dan kegiatan yang lebih bervariasi. Anak perempuan juga lebih suka bermain secara berkelompok kecil dan lebih sering mempunyai teman khayalan daripada anak laki-laki. Pada umumnya, dalam permainan pada anak usia dini cenderung memilih teman sejenis yang dianggap mempunyai minat dan hobi yang sama dengan mereka.

Peran guru disini disarankan untuk tidak membedakan sarana dan kegiatan bermain antara anak laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, anak akan memiliki peluang yang sama dan kesempatan luas, baik dalam mengembangkan kegiatan bermain maupun keterampilannya sehingga menjadi sebuah kesinambungan nilai bermain tersebut, baik di dalam pendidikan formal maupun di masyarakat pada lingkungan dimana anak

berada.

F. Guru Dalam Bermain

Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan dan kebijakan pemerintah khususnya dalam pengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pemerintah telah mempertegas Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar (SK-KD) dalam didang pengembangan anak usia dini. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mengembangkan silabus

dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara cermat setiap bidang pengembangan sehingga kegiatan bermain tersebut mendapat dukungan dari lingkungan sekolah dan bermain dapat mengembangkan dan mewujudkan kompetensi anak.

Page 91: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

84

Dalam kegiatan bermain di sekolah, baik di kelas

maupun luar kelas guru memiliki peran yang sangat penting.

Paling tidak, sedikitnya guru harus mampu memerankan

dirinya sebagai:

1. Perencana.

Guru harus mampu membuat RPP yang diintregrasikan

dalam setiap permainan. Guru juga harus merencanakan

pengalaman baru agar anak-anak terdorong untuk

mengembangkan minatnya.

2. Pengamat.

Guru harus melakukan pengamatan terhadap setiap

kegiatan anak serta mengamati berapa lamanya anak

melakukan kegiatan bermain.

3. Model.

Guru harus terjun langsung mengikuti kegiatan bermain

yang sedang dilakukan anak-anak sehingga mereka harus

memahami berbagai aturan dari setiap permainan

tersebut dengan menghargai kegiatan bermain pada

setiap permainan anak.

G. Bermain Seraya Belajar

Bermain seraya belajar menekankan pada jenis

permainannya. Artinya, ada jenis-jenis permainan yang

tentunya lebih cocok atau bahkan didesain secara khusus

untuk mempermudah anak dalam belajar.

Banyak orangtua yang mengeluhkan anaknya lebih

senang bermain daripada belajar. Belajar yang dimaksud,

barangkali seperti duduk manis sambil membaca buku,

mengerjakan sesuatu dengan tekun dan tertib, atau

mendengarkan petuah yang diberikan oleh orangtua.

Page 92: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

85

Padahal sebuah penelitian dari The Smithsonian Institute, di

Amerika Serikat menyebutkan bahwa bermain adalah sarana

paling tepat untuk menumbuhkan pola berpikir kritis dan

kreatif pada anak.

Saat bermain anak akan menemukan banyak hal yang

menggelitik otak maupun perasannya. Misalnya mengapa

ular berjalan merayap, kelinci melompat, burung bisa

terbang dan ikan bisa berenang. Tanpa pernah menyaksikan

peristiwa secara langsung pada hewan yang menjadi contoh

tersebut tentu pertanyaan itu tidak akan muncul dalam

benak anak.

Selama bermain, orangtua hendaknya menanggapi

secara positif pertanyaan kritis yang muncul pada anak.

Berikan penjelasan yang bisa memancing pikiran kritis

selanjutnya, misalnya dengan mengajak anak melihat hewan-

hewan yang lain, seperti ayam yang memiliki dua kaki, sapi

memiliki empat kaki dan seterusnya. Ajak anak membuat

perbandingan kehidupan hewan dengan benda-benda yang

pernah dijumpainya, seperti burung yang terbang dengan

perumpamaan pesawat udara, ikan yang berenang dengan

perumpamaan kapal laut dan sebagainya.

Bila anak sudah besar, orangtua dapat mengajaknya

mencoba permainan yang ilmiah tanpa harus membuatnya

mengerutkan kening, misalnya mengapa air tidak bisa

menyatu dengan minyak, jeruk yang tidak dikupas akan

mengambang di air sedangkan jeruk yang telah dikupas akan

tenggelam. Meski tampak sederhana, sebenarnya anak

sedang belajar tentang hukum Archimendes. Kulit jeruk

banyak mengandung udara sehingga membuatnya menjadi

mengambang dan tidak mudah untuk tenggelam. Sehingga,

Page 93: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

86

satu pertanyaan yang muncul saat anak sedang bermain ada

banyak manfaat yang didapatkannya sekaligus pada saat

bersamaan. Walau begitu, pengawasan memang diperlukan

bagi anak saat bermain tetapi tidaklah juga bijak jika terus

membuntutinya kemanapun ia bergerak karena anak juga

memiliki hak dan kebebasan untuk melakukan hal sendiri.

Dengan demikian, permainan yang dimaksud bukan

hanya untuk mainan semata, tetapi permainan yang dapat

menstimulasi minat belajar anak. Oleh karena itu, jika anak

mampu memainkan jenis mainan tertentu secara sempurna,

maka anak tersebut dikatakan berhasil bermain secara

belajar.

H. Belajar Seraya Bermain

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa ketika anak sedang

bermain, sesungguhnya mereka sedang belajar. Karena anak

yang bermain adalah anak yang menyerap berbagai hal baru

di sekitarnya. Proses ini disebut montessori sebagai aktivitas

belajar.

Dengan demikian, tekanan pada belajar seraya

bermain adalah lebih mengutamakan belajar daripada

bermain. Bermain hanya sebatas sarana dan bukan sebagai

tujuan. Ini semata-mata dilakukan agar anak lebih terfokus

pada apa yang sedang dipelajarinya.

I. Menggali dan Mengoptimalkan Bakat Anak

Setiap anak pada dasarnya terlahir memiliki bakat

dalam dirinya, meskipun demikian potensi yang

tersembunyi pada tiap anak tentu butuh untuk diasah dan

anakpun tetap memerlukan motivasi agar bakatnya dapat

Page 94: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

87

berkembang secara optimal dan peran orangtua maupun

lingkungan dimana anak berada sangat besar pengaruhnya

dalam pengembangan potensi bakat anak.

Anak membutuhkan kesempatan yang diberikan oleh

lingkungan untuk mengembangkan segala sesuatu yang

belum atau telah mereka miliki, dengan cara mengenal,

menggali, dan menyalurkan bakat dan minat yang ada pada

diri mereka. Sebagai orang tua ada beberapa hal yang dapat

kita lakukan agar anak dapat menyalurkan dan

mengembangkan bakat dan minatnya, diantaranya :

1. Eksplorasi Diri

Orangtua perlu membantu anak untuk dapat

mengeksplorasi dirinya. Bila anak kelihatan menyukai

olahraga tertentu, ikutkan ia pada klub-klub olahraga

yang menjadi minatnya tersebut demikian pula bila anak

lebih menyukai musik, ikutkan ia pada kursus musik.

Kalau anak menyukai kegiatan berlama-lama di air, ia

bisa diikutkan kursus renang tapi tentunya tanpa disertai

sebuah pemaksaan karena hal ini dapat membuat anak

tertekan dan terpaksa harus mengikutinya. Beri

kesempatan yang seluas-luasnya pada anak untuk

mencoba berbagai hal yang positif, kemudian biarkan ia

sendiri yang memutuskan bidang dan kegemaran apa

yang menjadi pilihan minatnya sehingga ini bisa

membantu ia untuk dapat fokus menekuninya.

2. Menetapkan Cita-cita

Arahkan anak untuk menetapkan satu impian dan

bimbinglah anak untuk meneropong minat yang sesuai

dengan kemampuannya. Sesuatu yang tersembunyi dan

harus dieksplor inilah yang disebut sebagai bakat. Bila ini

Page 95: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

88

tidak dieksplor maka selamanya ia akan menjadi

terpendam dalam diri anak-anak apa yang sering kita

sebut sebagai bakat terpendam, tentu kita tidak ingin jika

nanti anak menyalahkan kita sebagai orang tua karena

tidak mendukung sesuatu yang menjadi bakatnya.

3. Membuat Rencana Matang

Selaku orantua sebaiknya kita mendampingi anak

membuat sebuah perencanaan yang matang dan terarah.

Selaku orangtua perlu untuk memperhitungkan usia anak,

kegiatan anak serta kemampuan belajarnya apakah cepat

menangkap sesuatu atau justru lamban. Siapkan dana

untuk memfasilitasi itu semua agar kedepan kita tidak

dipusingkan oleh berbagai hal karena adanya

pembangkangan pada diri anak.

Jikalau anak memiliki cita-cita menjadi pemain bola

profesional, maka ikutkan ia ke klub sepakbola yang kini

banyak dan menjamur di kota-kota tempat kita tinggal.

Demikian pula bila ia ingin menjadi pemain gitar yang

profesional, maka siapkan dan cari guru yang mumpuni

dibidang gitar untuk melatih anak dan sebagainya. Kita

juga perlu menyediakan berbagai sumber buku bacaan

dan rujukan bagi anak yang ini semua dapat menunjang

minatnya dan tentunya sekolah formal juga dipersiapkan

agar anak dapat berkonsentrasi secara penuh serta

semakin fokus dengan kegiatan yang dijalaninya.

Kesiapan mental anak juga perlu dibangun dengan

memaparkan secara jujur prospek yang menjadi cita-

citanya sehingga pilihan profesi menjadi sesuatu yang

disadari oleh anak akan kebermanfaatannya kelak.

Page 96: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

89

4. Mengajak Anak Melihat Kesuksesan

Seandainya anak sudah merasa mantap dengan

pilihannya, maka galilah potensi anak yang dapat

mendukung keberhasilannya dalam mencapai cita-cita

tersebut dan doronglah anak untuk dapat berprestasi

dibidang yang ia minati. Peliharalah motivasi anak dengan

mengikutkan dan menyaksikan pertunjukan atau melihat

karya para tokoh yang sukses dibidang yang ia minati

5. Menumbuhkan Ketekunan

Bakat saja ternyata tidaklah cukup bagi

pengembangan anak. Dibutuhkan sebuah ketekunan dan

konsistensi dalam memelihara dan memupuk itu semua

karena bisa saja menimbulkan suatu yang menyebabkan

rasa jenuh dan bosan pada diri anak ketika menjalaninya.

Sebagai orangtua tentu memiliki tanggung jawab yang

besar agar dapat selalu memotivasi pada diri anak agar

tidak gampang menyerah begitu saja terhadap hal yang

menjadi cita-citanya.

Perlu juga kiranya memperhatikan rambu-rambu dalam

mengasah bakat dan kemampuan anak, oleh karenanya

stimulasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk

dilakukan. Mengikutkannya dalam berbagai kegiatan yang

digemarinya memang baik buat anak tetapi penting juga bila

kegiatan tersebut disertai dengan latihan yang dapat diulang

di rumah. Bila dalam perjalanannya anak mengalami rasa

jenuh dan bosan dengan kegiatan yang ia jalani, itu

mengindikasikan kalau anak sudah tidak menikmati kegiatan

mengasah bakat yang ia jalani. Padahal apapun bentuk

pelatihannya dan berapapun jumlah serta lamanya kegiatan,

kalau itu dapat dinikmati maka tidak ada masalah.

Page 97: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

90

Anak dengan multitalenta biasanya sangat berselera

untuk mengikuti beberapa kegiatan asah bakat sekaligus.

Orangtua dapat membantu anak dalam menyusun dan

membantu mengatur waktu anak agar ia tidak terlalu letih

menjalani itu semua atau membuat skenario supaya aktivitas

yang satu dengan aktivitas lain yang sedang dijalani menjadi

tidak tumpang tindih. Agar kegiatan mengasah bakat anak-

anak betul-betul dapat memberikan manfaat, maka ada

rambu-rambu yang sebaiknya dikuti, diantaranya :

a. Sesuaikan stimulasi dengan usia dan kemampuan anak

Kita tidak perlu memaksa anak untuk dapat dengan cepat

mempelajari tekhnik-tekhnik keterampilan tertentu yang

diberikan kepadanya. Bila anak belum mampu

melakukannya dengan baik, berilah kesempatan pada

anak untuk dapat memperbaiki diri dengan tidak

membentak anak, mengancam atau memarahi apalagi

menghujat dengan perkataan-perkataan yang negatif yang

nantinya bisa saja direkam oleh anak serta bisa menjadi

sumber traumatik pada fase-fase berikutnya.

b. Jangan terlalu berambisi

Sebagai orangtua sebaiknya kita tidak boleh terlalu

berlebih-lebihan terhadap anak karena yang akan

menjalaninya adalah anak itu sendiri dan bila ini terus

dilakukan oleh orangtua akan bisa menyebabkan sumber

frustasi, bukan hanya pada anak tapi juga pada orangtua

sehingga bisa sering menimbulkan pertengkaran diantara

orangtua dan anak terutama seandainya minat anak

sendiri tidak sesuai dengan yang menjadi keinginan

orangtua yang bisa jadi ambisi atau harapan yang tinggi ini

Page 98: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

91

sebenarnya merupakan ambisi dari orangtua itu sendiri

yang dibebankan kepada anaknya.

c. Batasi jumlah kursus

Berbagai les dan kursus yang diikuti begitu banyak oleh

anak tak akan bermanfaat bila ia mengikutinya dengan

setengah hati. Bahkan bisa jadi menimbulkan kelelahan

fisik dan mental bagi anak. Kelelahan fisik bisa saja lebih

mudah untuk diatasi dengan beristirahat. Namun,

kelelahan mental lebih rumit untuk memulihkannya

karena terkadang disertai dengan perilaku negatif yang

tentunya tidak kita inginkan. Pilihlah kursus yang benar-

benar menjadi minatnya anak.

d. Jangan memberi jadwal terlalu padat

Perlu diingat kalau masa kanak-kanak adalah masanya

dimana ia bermain bersama teman-temannya. Bila ia

sudah dituntut untuk menjalani jadwal yang super padat

dan ketat, tentu ini membuat anak kehilangan waktu

bermainnya. Meskipun terlihat baik dimata orangtua,

sebenarnya rutinitas semacam ini sangat merugikan jika

anak kehilangan masa indahnya bermain.

e. Jangan memaksa

Pemaksaan hanya akan menelurkan hasil yang tidak

optimal termasuk dalam hal menstimulasi bakat dan

minat anak. Sebagai contoh anak dipaksa untuk bermain

gitar supaya semakin mahir dan biar kelihatan keren

ketika memainkannya didepan orang yang mengakibatkan

anak dipaksa latihan seharian penuh. Sebaiknya, biarkan

ia sendiri memilih bidang yang menjadi minatnya selama

itu masih merupakan hal yang positif. Orangtua sejatinya

hanya mengarahkan dan memfasilitasi saja.

Page 99: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

92

f. Jangan terlalu mendorong

Ada beberapa anak-anak yang membutuhkan dorongan

dan motivasi yang kuat untuk menguasai suatu bidang

tertentu. Namun, dorongan yang begitu kuat dan berlebih-

lebihan malah akan membuatnya kehilangan konsentrasi

untuk dapat fokus menekuninya. Sebagian anak dapat

melakukannya tetapi ada juga yang merasa dorongan yang

diberikan tersebut sangat memberatkan dan

membebaninya. Jadi aturlah waktu sedemikian rupa agar

selama anak berlatih, anak selalu dalam kondisi yang

nyaman untuk melakukannya.

Jika anak tidak termotivasi menjalani kegiatan yang

mengembangkan bakatnya, maka dalam waktu empat,

lima tahun kedepan mungkin anak akan segera merasakan

kebosanan. Akhirnya, anak menjadi malas untuk belajar

dan terus mengambangkannya yang tentunya ini sangat

disayangkan sekali bagi pengembangan bakat anak. Yang

cukup mengenaskan lagi jika anak menjadi benci terhadap

bidang yang tadinya sangat ia minati dan gemari karena

merasa tertekan dalam menjalaninya bahkan bisa saja ia

memiliki konsep hidup terhadap dirinya sendiri yang

negatif. Anak bisa saja memandang kalau hidup adalah

sesuatu yang sangat berat, tidak menyenangkan,

membosankan, sehingga akibat tekanan tersebut akhirnya

menimbulkan situasi stres pada diri anak. Bila ini terjadi,

mungkin akan membuat minat anak menjadi turun bahkan

padam sama sekali.

Page 100: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

93

Untuk mencermati bakat yang dimiliki oleh anak, ada

baiknya melihat beberapa hal untuk diperhatikan,

diantaranya :

1. IQ Anak

Anak yang memiliki IQ yang tinggi memiliki potensi untuk

mengingat lebih kuat. Otak seolah-olah mampu merekam

segala yang terlihat oleh anak. Ketika anak dijelaskan

jenis-jenis hewan, anak dalam waktu yang tidak begitu

lama akan mudah mengingatnya bahkan beserta ciri

hewan yang dijelaskanpun dapat diingat dengan sedetil-

detilnya. Anak juga memiliki perbendaharaan kata yang

relatif banyak dan memiliki kemampuan memberi makna

pada kata yang diketahuinya.

Anak juga mampu berpikir logis dan kritis dan saat

menginjak usia prasekolah anak sudah mampu

memecahkan soal aljabar sederhana. Kejeniusannya

terlihat dari kesenangannya mempelajari berbagai

bacaan tebal seperti kamus, ensiklopedia dan sejenisnya,

serta mampu memecahkan berbagai soal dengan cepat,

serta cepat pula anak menemukan kesalahan dan

kekliruan. Tak jarang anak juga menunjukkan

kemampuan supernya seperti mampu membaca lebih

cepat diusia yang relatif lebih muda dibandingkan dengan

teman-teman seusianya. Kemampuan membaca ini

kadang muncul tanpa pernah diajarkan sebelumnya

secara khusus.

2. Kreativitas Anak

Kreativitas ditandai dengan dorongan ingin tahu yang

begitu besar pada diri anak. Anak sering mengajukan

beberapa pertanyaan yang berbobot, memberi banyak

Page 101: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

94

gagasan dan usulan terhadap suatu masalah, anak bebas

saat menyatakan pendapat, memiliki rasa keindahan,

menonjol dalam satu bidang seni, memiliki pendapat

sendiri, dapat mengutarakan pendapatnya dan tak mudah

terpengaruh oleh pendapat orang lain yang ada

disekitarnya, punya rasa humor yang tinggi, daya

imajinasinya kuat, serta orisinalitasnya tinggi yang

tampak kala anak mengungkapkan gagasan, buah pikiran

dan sejenisnya.

Selain itu, anak juga mampu bekerja sendiri, senang

mencoba hal-hal baru, dan mampu mengembangkan atau

memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasinya

bagus).

3. Motivasi Anak

Anak kecendrungan memiliki ketekunan menghadapi

tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang

lama dan tak mau berhenti sebelum selesai).

Anak juga ulet dalam menghadapi suatu kesulitan (tak

mudah putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar

untuk menunjukkan prestasi, ingin mengetahui dan

mendalami materi atau bidang pengetahuan yang

diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin

(tak mudah puas dengan prestasi yang diraihnya),

menunjukkan minat terhadap aneka permasalahan

“orang dewasa” semisal soal pembangunan, korupsi,

keadilan dan sebagainya. Anak juga senang dan rajin

dengan penuh semangat, sehingga cepat bosan pada

tugas-tugas yang sifatnya rutinitas, memiliki orientasi

pada tujuan-tujuan jangka panjang disamping itu anak

dapat pula menunda pemenuhan kebutuhan yang sesaat.

Page 102: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

95

Meskipun terdapat keistimewaan anak berbakat dalam

proses belajarnya, sebagai orangtua jangan segan-segan

untuk membacakan berbagai cerita menarik pada anak dan

setelah itu, biarkan anak untuk menanggapi cerita tersebut

dan orangtua dapat pula mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kritis pada anak.

Buku-buku pengetahuan dan fiksi, video, mainan, alat-

alat musik, alat melukis, dan alat permainan olahraga baik

digunakan untuk menemukan dan mengasah bakat anak-

anak. Setelah bakatnya terlihat, orantua bisa melatih

mendalaminya atau mengikuti pada kelompok-kelompok

sanggar yang mampu menempa bakat anak.

Page 103: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

96

DAFTAR PUSTAKA

Bayu Nugraha, dkk. 2015 Pendidikan Jasmani Olahraga Usia Dini.

Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 1.

Depdiknas. 2006. Permendiknas.No.22 tentang Tujuan

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta:

Depdiknas.

, 2007. Mengembangkan Bakat Anak. Nakita, panduan

tumbuh kembang anak.

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini. 2011. Bermain

Bagi AUD Dan Alat Permainan Yang Sesuai Usia Anak.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan

Nasional

Elva Wati. 2018. Pengembangan Permainan Aktivitas Jasmani

Dalam Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Anak

Usia 5-6 Tahun Di Paud Permata Bunda Kota Bengkulu.

Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga.

Firmansyah, H. 2009. Hubungan Motivasi Berprestasi Siswa

dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani. Jurnal

Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 6 No. 1.

Giriwijono, Santosa dan Dikdik Zafar. 2013. Ilmu Kesehatan

Olahraga. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Hasan, Aliah B. Purwakania. 2008. Pengantar Psikologi

Kesehatan Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jilid VI,

Terjemahan Meitasari dan Muslischah. Jakarta : PT.

Erlangga. (Inggris : Mc Graw-Hill, Inc.

Page 104: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

97

https://www.google.com/amp/s/mithayani.wordpress.com/20

12/06/05/gerakdasardalam-pendidikan-

jasmani/amp/ diakses 5 okt 2020

https://www.academia.edu/36736797/Pengertian_Pendidikan

_Olahraga. Diakses pada 04 Oktober 2020

http://paudbook.blogspot.com/2012/01/pertumbuhan-dan-

perkembangan-anakusia diakses 5 okt 2020

http://penjaskes-

pendidikanjasmanikesehatan.blogspot.com/2010/12/p

eranan-olahraga-usia-dini.html

http://www.ayahbunda.co.id/balita-bermain-

permainan/mainan-anak-berkebutuhan-khusus

http://yudhaenisanew.blogspot.com/2014/11/peran-

pendidikan-jasmani-dalam_7.htmli/

https://quebie.wordpress.com/kesehatan/jasmani/pengertian-

jasmani-dan-olahraga/ diakses 5 okt 2020

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3636266/6-

manfaat-olahraga-untuk-tumbuh-kembang-anak.

Diakses pada 04 Oktober 2020

https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-tujuan-

ruang-lingkup-dan-manfaat-pendidikan-jasmani.html.

Diakses pada 04 Oktober 2020

http://ardyansyahprasetiadi.blogspot.com/2014/11/olahraga-

bagi-usia-dini.html. Diakses pada 04 September 2020

Ma’mun, Amung dan Saputra, Yudha M. 2000. Perkembangan

Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Ditjen Pendidikan

dasar dan Menengah. diakses 5 okt 2020

Maria Martha, Veramyta. 2015. “Aktivitas Pendidikan Jasmani

Bagi Anak Usia Dini”. Motion, Volume VI, No.1.

Page 105: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

98

Masitoh, dkk. Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-

Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005.

Mulyana. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Rosda.

Mulyanto, Respaty. 2014. Belajar dan Pembelajaran Penjas.

Bandung: UPI.

Nadi, S. 2013. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Jasmani.

Nugraha, Bayu. 2015. “Pendidikan Jasamni Olahraga Usia Dini”.

Jurnal Pendidikan Anak. Volume IV. No 1. Hal 559.

diakses 17/12/2015 pukul 15:50 WIB

Aditama. Wahyudin, Uyu dan Mubiar Agustin. 2011.

Perkembangan anak usia dini. Bandung : PT Refika

Riadi, Muchlisin. 2018. “Pengertian Tujuan Ruang Lingkup dan

Manfaat Pendidikan Jasamani”.

Rubiyato. 2014. “Peranan Aktifitas Olahraga Bagi Tumbuh

Kembang Anak”. Jurnal Pendidikan Olah Raga.Volume. 3.

No. 1. Hal 61-63.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan (SD/MI). Jakarta: Litera.

Sudarwan Danim. 2013. Pekembangan Peserta Didik. Bandung :

Alfabeta

Suherman, Adang. 2009. Revitalisasi Pengajaran Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI.

Supomo, H. 2010. Hakikat Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Sutirna. (2013). Perkembangan Dan Pertumbuhan Peserta Didik.

Yogyakarta: penerbit andi

Syahputra Setiadi, Ardyan. 2014. “Olahraga Bagi Anak Usia Dini”.

Wikipedia .2015.Pendidikan Jasmani.

Zulkifli, L. 2001. Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 106: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

99

DAFTAR RIWAYAT PENULIS

Ridwan, M.Psi, Psikolog, Tempat/Tgl.

Lahir: Sarko, 16 oktober 1973, merupakan candidat Doktor, S2 Magister Profesi Psikologi

UNISBA (Lulus 2012), dan S1 Fakultas Psikologi UNISBA (Lulus 1998) saat ini

sebagai Dosen dan Kepala Jurusan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Di Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Yang Beralamat Kantor Di Jalan Jambi- Muara Bulian KM 16, Simp, Sei Duren Kab. Ma. Jambi, E-mail: [email protected].

Orangtua laki bernama Bapak : H. Yahya Nawawi (Almarhum), ibunya bernama Rosda (Almarhumah), Menikah dengan Sriwahyuni, dikaruniai 3 orang anak yaitu Rhasendrya Pradipta Bagaskara, Alzena Ghania dan Nugie Fikri Anugrah.

Aktifitas: 1. Dosen PNS pada UIN STS Jambi (2007-sekarang) 2. Koordinator terapis ABK di Yayasan Bunga Bangsa Jambi

(2001-2006) 3. Konsultan Psikologis Yayasan Bunga Bangsa Jambi (2006-

sekarang) 4. Psikolog Tetap pada Psikologi Consulting Bunga Bangsa

Jambi (2013-2015)

5. Psikolog Tetap pada Psikologi Consulting Pekan Baru (2013-

2015) 6. Pimpinan Biro Psikologi Konsulting wilayah Jambi (2013

hingga 2015)

Page 107: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

100

7. Psikolog diperbantukan pada biro psikologi BIPI counsulting

Jakarta (2014-sekarang) 8. Psikolog diperbantukan pada biro Logos Consulting Jakarta

(2018-sekarang) 9. Psikolog diperbantukan pada Biro Azzuhro Jakarta untuk

pengetesan pegawai Indofood, BCA, CIMB, dsbnya (2014 s/d sekarang)

10. Psikolog diperbantukan pada Biro Humanika Jakarta untuk pengetesan pegawai Bukopin dan BSM (2014 s/d sekarang)

11. Psikolog diperbantukan pada Biro Manajemen PNPM Jakarta

untuk pengetesan Bank Indonesia wilayah Jambi (2017) 12. Psikolog diperbantukan pada Biro Arka Trans Padang

cabang Jambi untuk pengetesan karyawan, pegawai maupun SIM wilayah Jambi (2019 s/d sekarang)

13. Konselor layanan gangguan kejiwaan secara mandiri (2013- sekarang)

14. Asesor di lingkungan kementerian agama Provinsi Jambi (2015-2016)

15. Auditor Mutu Internal UIN STS Jambi (2013-2014) 16. Koordinator Audit Mutu Internal UIN STS Jambi (2014-

2017) 17. Wakil Ketua Pusat Layanan dan Kajian Psikologi UIN STS

Jambi (2013-2017) 18. Wakil Ketua komite sekolah SD 11 Jambi (2013-2015) 19. Sekretaris Jurusan PGRA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN STS Jambi (2015-2016)

20. Sekretaris Prodi PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN STS Jambi (2016 sd 2018) 21. Ketua Prodi PAI Fakultas tarbiyah dan keguruan UIN STS

Jambi (2018-2020) 22. Ketua Prodi PIAUD Fakultas tarbiyah dan keguruan UIN STS

Jambi (2020-2023)

Page 108: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

101

23. Pengurus Asosiasi PAI Indonesia (2018-2021)

24. Pengurus ICMI Wilayah Provinsi Jambi sebagai Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga dan Badan Otonom (2018-2020)

25. Pengurus Pimpinan Wilayah Gerakan Nasional Anti Narkoba Majelis Ulama Indonesia (GANAS ANNAR-MUI) sebagai Koordinator Bidang Rehalibitasi (2018-2021)

26. Pengurus Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama

Indonesia Provinsi Jambi (2020-2025) 27. Pengurus Perkumpulan Program Studi Pendidikan Islam

Anak Usia Dini (PPS PIAUD) Indonesia sebagai Ketua Bidang Kerjasama, Mahasiswa dan Advokasi masa bakti (2019- 2024)

28. Sebagai Penyelia Nasional Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kementerian Agama Republik Indonesia (2019-sekarang)

29. Mengisi kegiatan seminar, workshop, ToT dilingkungan Kementerian Agama Kanwil Provinsi Jambi dan kota Jambi.

30. Bersama tim menulis buku “Kumpulan Hasil Karya Pengabdian Dosen” penerbit LP2M IAIN SUlthan Thaha Saifuddin Jambi (2015)

31. Bersama tim menulis buku “Panduan Penulisan Skripsi”. Penerbit Salim Media Indonesia (2018).

32. Bersama tim menulis buku “Administrasi Pendidikan” CV. Penerbit Qiara Media (2021).

33. Menulis Buku “Seni Bercerita, Bermain & Bernyanyi”. Penerbit “Anugrah Pratama Press” (2021).

34. Menulis Buku “Seni Rupa Anak Usia Dini”. Penerbit “Anugrah

Pratama Press” (2021)

35. Menulis Buku “Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini”. Penerbit “Anugrah Pratama Press” (2021).

36. Menulis Buku “Konsep Metodologi Penelitian Bagi pemula”. Penerbit “Anugrah Pratama Press” (2021) .

Page 109: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

102

37. Menulis Buku “Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”.

Penerbit “Anugrah Pratama Press” (2021).

Page 110: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

103

I. DATA DIRI

DAFTAR RIWAYAT PENULIS

Nama : Susi Dwi Astuti S.Pd, M.Pd. Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 01-031992 Jenis Kelamin : Perempuan Tinggi, Berat Badan : 167 cm, 70 Kg Agama : Islam Alamat Asal : Perumahan Mutiara Hijau. RT 27 Blok l

Kenali Asam Bawah Kecamatan Kota Baru Kota Jambi Provinsi Jambi

Alamat Tinggal : Perumahan Mutiara Hijau. RT 27 Blok l

Kenali Asam Bawah Kecamatan Kota Baru Kota Jambi Provinsi Jambi

Status Menikah

Telepon 082282408092 Email : [email protected]

1. SD : SD Negeri 106 talang banjar provinsi jambi (1998-2004)

2. SMP : SMP Negeri 8 provinsi jambi (2004- 2007)

II. PENDIDIKAN

Page 111: Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog

104

III. KETERAMPILAN

IV. PENGALAMAN KERJA

3. SMA : SMA Negeri 4 Provinsi jambi jurusan

IPS (2007-2010) 4. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Jambi S1 Jurusan

pendidikan olahraga (2010-2014) 5. Perguruan tinggi : Universitas Negeri Padang S2 Jurusan

Pendidikan Olahraga (2016-2018)

1. 6 tahun di gulat (2008&2013) 2. 1 tahun di dayung (2013-2014)

3. 2 tahun di wushu sansho ( terakhir 2015)

1. Honor di excelent kota jambi 1 bln 2. Honor di smp 21 kota jambi 2 tahun 3. Kerja di alfamart jd acos selama 5 bulan 4. Guru Honor SMP N 6 Kota Jambi (2016-Sekarang)

5. Dosen DLB Pendidikan Jasmani & Olahraga Jurusan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Di Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas