ridwan, s.psi., m.psi., psikolog
TRANSCRIPT
Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog Susi Dwi Astuti, M.Pd
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA ANAK USIA DINI
ii
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA ANAK USIA DINI
Penulis : Ridwan, S.Psi., M.Psi., Psikolog Susi Dwi Astuti, M.Pd
ISBN : 978-623-96856-7-6
Editor : Anhar, SE
Penyunting : Anhar, SE
Desain Sampul dan Tata Letak : Sukron
Penerbit : Anugerah Pratama Press Jl. Pekan Baru RT. 08 No. 01 Kel. Rawasari Kec. Alam Barajo Kota Jambi Email: [email protected] Telp: (0741) 3069708 / Hp. 0852 66 177 280
Cetakan Pertama 2021
Copyright © 2021 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab penerbit. Ketentuan pidana terkait pelanggaran hak cipta diatur di dalam pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah
menciptakan manusia dengan keadaan sempurna, memberikan
nikmat tersebsar yakni iman dan islam serta kesehatan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SWA, beserta keluarnya,
sahabatnya, tabi’in dan seluruhnya umatnya yang istikomah
mengikuti tuntunan dan teladannya akhir zaman.
Atas berkat Allah SWT kami dapat menyelesaikan buku ini
dengan judul PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA UNTUK
ANAK USIA DINI”.
Seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak
retak, kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini,
masih banyak terdapat kekeliruan, kami akan sangat
berterimakasih dan bebesar hati menerima saran dan kritik
yang bersifat membangun, bermanfaat bagi kesempurnaan
pembuatan buku berikutnya.
Jambi, Juli 2021
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
BAB I : PENDIDIKAN JASMANI ......................................................... 1
1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani (Penjas) .................................1
1.1.1 Pengertian Pendidikan jasmani ...............................1
1.1.2 Tujuan Pendidikan Jasmani .......................................6
1.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ......................7
1.2 Hakikat Olahraga .........................................................................9
1.2.1 Pengertian Olahraga .....................................................9
1.2.2 Manfaat Olahraga ....................................................... 10
1.2.3 Pembinaan Olahraga Usia Dini .............................. 12
1.2.4 Nilai-nilai Pendidikan Jasmani dan Olahraga 14
BAB II : TUJUAN PENDIDIKAN JASMANI ................................... 16
A. Pendidikan Jasmani ................................................................. 16
B. Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga ....................... 17
1) Tujuan pendidikan jasmani ........................................... 17
2) Tujuan Olahraga ................................................................. 19
C. Fungsi Pendidikan Jasmani dan Olahraga ....................... 21
D. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga ................... 26
E. Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga ............... 30
BAB III : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ................. 32
A. DEFENISI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANAK USIA DINI ........................................................................ 32
1. Pertumbuhan ...................................................................... 32
v
2. Perkembangan ................................................................... 37
B. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI .............. 40
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH
KEMBANG ANAK USIA DINI ................................................. 42
1. Faktor Lingkungan ............................................................ 42
2. Faktor Sosial ........................................................................ 42
3. Faktor Emosi ....................................................................... 42
4. Faktor Fisik .......................................................................... 43
D. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI 43
1. Kesadaran personal .......................................................... 44
2. Perkembangan Emosi ...................................................... 44
3. Membangun Sosialisasi ................................................... 44
4. Kemampuan Berbahasa Anak ...................................... 44
5. Pengembangan kognitif .................................................. 45
6. Pengembangan Kemampuan Motorik ....................... 45
BAB IV : GERAKAN DASAR ANAK USIA DINI ............................ 48
A. Pengertian Gerakan Dasar Pendidikan Jasmani dan
Olah Raga Anak Usia Dini ...................................................... 48
B. Gerakan Dasar Anak Usia Dini ............................................. 49
C. Manfaat Pentingnya Pendidikan Jasmani Dan Olah Raga
Anak Usia Dini ............................................................................ 60
BAB V : BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI ......... 66
A. Pentingnya Bermain Bagi Anak Usia Dini ....................... 66
B. Ciri-Ciri Bermain ....................................................................... 73
C. Jenis – Jenis Bermain ............................................................... 75
D. Bermain Bagi Anak Berkebutuhan Khusus .................... 80
E. Masalah Gender Dalam Bermain ........................................ 82
F. Guru Dalam Bermain ............................................................... 83
vi
G. Bermain Seraya Belajar .......................................................... 84
H. Belajar Seraya Bermain .......................................................... 86
I. Menggali dan Mengoptimalkan Bakat Anak ................... 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 96
RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................ 99
1
BAB I
PENDIDIKAN JASMANI
1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani (Penjas)
1.1.1 Pengertian Pendidikan jasmani
Pendidikan jasmani lebih menekankan pada
pemberian pengajaran tentang olahraga pada masa sekolah
yang bertujuan untuk mengembangkan fisik dan kognitif.
Menurut Undang-undnag No. 4 tahun 1950 tentang dasar-
dasar pendidikan dan pengajaran pasal 9 “Pendidikan
jasmani ialah keselarasan antara tumbuhnya badan dan
perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk
membuat bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan
pada segala jenis sekolah”. Pendidikan jasmani sangat
menguntungkan bagi peserta didik untuk mempelajari gerak,
sosial, dan kebudayaan, baik juga untuk perkembangan
emosional dan etika.
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan
lewat gerak atau permainan dan kegiatan olahraga. Di
dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau
cabang olahraga tertentu yang dipilih hanya lah alat untuk
mendidik. Mendidik apa? Paling tidak fokusnya pada sisi
keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik
dan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan
suatu masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan
sosial.
Pendidikan jasmani adalah sebuah kegiatan yang
dimulai dari pendidikan formal terendah seperti pada tataran
anak usia dini, sekolah dari tingkat paling dasar hingga pada
level perguruan tinggi (universitas). Kegiatan Pendidikan
2
jasmanai ini sejatinya untuk mencegah rasa kebosanan
karena ketidak adaanya kegiatan yang menarik lainnya
disekolah bagi anak yang bisa menyebabkan anak melakukan
hal lain untuk mengatasi rasa bosan dan jenuh.
Samsudin (2008) mengatakan bahwa pendidikan
jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran
jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif
serta dapat meningkatkan kecerdasan emosi pada anak.
Dengan pengaturan yang terencana sedemikian rupa
pendidikan jasmani dapat menciptakan lingkungan dan
proses belajar yang baik dalam rangka mengembangkan
serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
seluruh aspek perkembangan anak, baik itu aspek motorik
(jasmani) maupun aspek kognitif dan afektif anak yang
sedang dalam tahap belajar.
Pada dasarnya konsep pendidikan jasmani
merupakan bagian penting dari proses pendidikan, artinya
pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen
pelengkap yang ditempel pada program sekolah sebagai alat
untuk menambah kegiatan pada anak didik saja. Lebih dari
itu, pendidikan jasmani adalah bagian penting dari
pendidikan itu sendiri dan semestinya dapat terlaksana
dengan acuan dan standar yang jelas sehingga dapat memacu
keterampilan pada anak didik sebagaimana materi
pembelajaran yang lainnya pada kurikulum di sekolah.
Pendidikan jasmani yang diatur dan dilaksanakan
dengan baik, maka anak-anak dapat mengembangkan
keterampilan yang bermanfaat pada kegiatan diwaktu
3
senggangnya, dengan keterlibatan dalam aktivitas yang
kondusif dan produktif untuk mengembangkan gaya hidup
sehat, berkembang secara sosial, serta menyumbang pada
kesehatan fisik dan mentalnya (Husdarta, 2009). Pendidikan
jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
secara menyeluruh dalam kualitas individu, yang mencakup
fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani
memperlakukan anak sebagai suatu kesatuan utuh, makhluk
total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang
yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Hakikatnya, sebuah pendidikan yang mengedepankan
jasmani merupakan suatu bidang kajian ilmu yang tidak
terbatas hanya pada satu aspek saja. Meski terfokus pada
kegiatan aktivitas peningkatan pada gerak manusia, namun
lebih terarah lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan
hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan
lainnya seperti hubungan ari perkembangan tubuh atau fisik
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh
perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan
perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya
seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia (Agus Mahendra, 2004:6).
Melalui pendidikan jasmani, diharapkan siswa dapat
memperoleh pengalaman gerak secara keseluruhan sebagai
ungkapan perasaan yang menyenangkan, kreatif, dan
terampil serta dapat mengembangkan intelektual, emosional
dan meningkatkan kebugaran jasmani.
4
Untuk mencapai kualitas pendidikan jasmani yang
optimal, perlu dukungan dari pendidik yang memiliki
kualifikasi keilmuan untuk menjadi pengajar pada satuan
kurikulum pendidikan jasmani di sekolah sehingga
pembelajaran Pendidikan jasmani menjadi lebih terarah.
Berikut ini tujuh komponen yang secara fisik harus dimiliki
oleh pendidik kesehatan jasmani (olahraga) yakni:
1. Menunjukkan kompetensi dan ahli dalam banyak bentuk
Gerakan.
2. Menggunakan konsep gerakan dan prinsip-prinsip
pembelajaran dan pengembangan keterampilan motorik.
3. Menunjukkan gaya hidup aktif secara fisik.
4. Menjaga dan mempertahankan kesehatan serta
meningkatkan kebugaran fisik.
5. Menunjukkan perilaku pribadi dan sosial yang
bertanggung jawab dalam pengaturan aktivitas fisik.
6. Menunjukkan pemahaman dan menghargai perbedaan
antara orang yang satu dengan yang lainnya.
7. Memahami bahwa aktivitas fisik memberikan
kesempatan untuk kesenangan, tantangan, ekspresi diri
dan interaksi sosial (Angela, 2002).
Pendidikan jasmani adalah salah satu mata pelajaran
di sekolah yang merupakan media pendorong perkembangan
keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, sikap
sportifitas, pembiasaan pola hidup sehat dan pembentukan
karakter (mental, emosional, spiritual dan sosial) dalam
rangka mencapai tujuan sistem pendidikan Nasional. Bahkan
ditingkatan Pendidikan Anak Usia Dinipun sudah
diperkenalkan kegiatan olahraga yang arah tujuannya untuk
melatih dan mengembangkan motorik pada anak.
5
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
merupakan satu mata ajar yang diberikan di suatu jenjang
sekolah tertentu yang merupakan salah satu bagian dari
pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas
jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh dan
perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang
serasi, selaras dan seimbang (Depdiknas, 2006:131).
Menurut Sukintaka (2000:2), pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari
pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan
mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta
emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani.
Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam
memperlajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada
hasilnya. Dengan demikian,bagaimana guru memilih metode,
melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta
merangsang interaksi murid dengan murid lainnnya, harus
menjadi pertimbangan utama. Guru dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan pada usia anak.
Pendidikan jasmani dan olahraga yang benar akan
memberikan sumbang yang sangat berarti terhadap
pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang
diperoleh dari pendidikan jasmani dan olahraga adalah
perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental,
emosi, sosial dan moral. Maka, Pendidikan jasmani di sekolah
merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan mengingat
kebermanfaatan yang luar biasa bagi perkembangan anak.
6
1.1.2 Tujuan Pendidikan Jasmani
Menurut Suherman (2009:7), tujuan pendidikan
jasmani secara umum diklasifikasi menjadi empat tujuan
perkembangan, yaitu:
a. Perkembangan fisik.
Tujuan dari perkembangan fisik ini berhubungan dengan
kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang
melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ
tubuh seseorang (physical fitnes).
b. Perkembangan gerak.
Tujuan dari perkembangan gerak ini berhubungan
dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif,
efisien, halus, indah, dan sempurna (skill full).
c. Perkembangan mental.
Tujuan dari perkembangan mental ini berhubungan
dengan kemampuan berfikir dan menginterpretasikan
keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani
ke dalam lingkungannya.
d. Perkembangan sosial.
Tujuan dari perkembangan sosial ini berhubungan
dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri
pada suatu kelompok atau masyarakat.
Sebagaimana diterapkan dalam Undang-Undang RI.
Nomor II Tahun 1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa tujuan pendidikan termasuk pendidikan jasmani di
Indonesia adalah pengembangan manusia Indonesia
seutuhnya ialah manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
7
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Selain itu pendidikan jasmani juga bertujuan untuk:
1. Mengembangkan pengetahauan dan keterampilan yang
berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan
estetika, dan perkambangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan
untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan
mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran
jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-
hari secara efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui pastisipasi
dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun
perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat
mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam
hubungan antar manusia.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas
jasmani, termasuk permainan olahraga.
Selain meningkatkan perkembangan secara fisik,
Pendidikan jasmani dapat pula meningkatkan perkembangan
psikologis manusia karena menimbulkan rasa senang dan
Bahagia.
1.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
Menurut BNSP (2006:513), ruang lingkup mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
adalah sebagai berikut:
8
1. Permainan dan olahraga.
Meliputi olahraga tradisional, permainan, eksplorasi
gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan
manipulatif, atletik, kasti, rounders, sepakbola,
bolabasket, bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, bulu
tangkis, dan beladiri serta aktivitas lainnya.
2. Aktivitas pengembangan.
Meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran
jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3. Aktivitas senam. Meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai serta aktivitas lainnya.
4. Aktivitas ritmik.
Meliputi: Gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam
aerobik serta aktivitas lainnya.
5. Aktivitas air.
Meliputi: permainan di air, keselamatan air,
keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas
lainnya.
6. Pendidikan luar sekolah.
Meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah dan mendaki gunung.
7. Kesehatan.
Meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan
perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan
yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat,
mencegah dan merawat cedera, mengatur waktu
istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan
P3K dan UKS.
9
Pendidikan jasmani tidak saja melakukan sebuah
aktivitas didalam Gedung (sekolah) tetapi bisa juga
dihalaman sekolah bahkan ditempat alam terbukapun bisa
menjadi tempat dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan
yang bermanfaat bagi jasmani anak.
1.2 Hakikat Olahraga
1.2.1 Pengertian Olahraga
Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh
seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga secara
rohani. Olahraga lebih menekankan pada unsur prestasi
sehingga tujuannya adalah untuk mencapai prestasi yang
semaksimal mungkin. Hal ini sangat berbeda dengan
pendidikan jasmani yang berorientasi pada tercapainya
aktivitas fisik anak di sekolah-sekolah. Olahraga adalah suatu
bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan,
perlombaan dan kegiatan intesif dalam rangka memperoleh
relevansi kemenangan dan prestasi.
Kegiatan olahraga sangat lah terstruktur dengan rapi
dan terencana dengan baik karena akan menciptakan atau
membina anak yang memiliki bakat terhadap suatu cabang
olahraga tertentu untuk meraih hasil dari proses latihan yang
telah dijalani. Dalam UU Sistem Keolahragaan Nasional
Tahun 2005 pasal 1 no 4 di jelaskan bahwa olahraga adalah
segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina,
serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.
Dalam kegiatan olahraga dapat mengembangkan potensi
bakat dan minat seseorang untuk dapat meraih prestasi yang
setinggi-tingginya.
10
Menurut Aliah B. Purwakania (2008:187). Olahraga
memiliki banyak manfaat dari sisi kesehatan. Dalam
kesehariannya, manusia mengkomsumsi makanan sebanyak
tiga kali dalam sehari oleh karenanya manusia membutuhkan
sebuah kegiatan olahraga agar dapat mengurangi kolestrol
yang ada dalam tubuh dan meningkatkan peredaran darah
setelah makan, mempertebal peredaran darah serta
penyimpanan darah pada arteri. Olahraga menjadikan tubuh
aktif, membuat otot dan persendian terlatih serta membantu
melancarkan sistem pembuangan. Untuk mencapai
keseimbangan, energi yang didapat dari makanan harus
dikeluarkan melalui aktifitas sehari-hari termasuk
diantaranya adalah dengan berolahraga untuk menjaga
keseimbangan sisitim tubuh.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
olahraga adalah suatu aktivitas fisik yang dilakukan di luar
jam sekolah (extrakurikuler) untuk lebih mengembangkan
potensi jasmani anak yang berbakat/berminat terhadap
cabang olahraga tertentu sehingga menghasilkan anak yang
berprestasi di berbagai kejuaran atau paling tidak dapat
meningkatkan rasa percaya diri anak untuk dapat tampil
diberbagai event sesuai dengan yang menjadi minatnya.
1.2.2 Manfaat Olahraga
Menurut KTSP (Depdiknas, 2006), manfaat pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak.
Pendidikan jasmani merupakan sebuah kegiatan
pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-
anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil
11
bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk
bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak
dalam masa-masa pertumbuhan, makin besar bagi
kualitas pertumbuhan itu sendiri.
2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya.
Pendidikan Jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-
anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu dari pada
hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain
ketika mereka sedang belajar. Dengan bermain dan
bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya
dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali
lingkungan sekitarnya.
3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna.
Peranan Pendidikan Jasmani di tingkatan Pendidikan
dasar cukup unik, karena turut mengembangkan potensi
keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai
berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian
hari.
4. Menyalurkan energi yang berlebihan.
Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam masa
kelebihan energi. Kelebihan energi ini sangatlah perlu
disalurkan agar tidak mengganggu keseimbangan
perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan
energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali
keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan
kembali memperbaharui dan memulihkan energinya
secara optimal.
5. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik,
mental maupun emosional.
12
Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani
adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik,
mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli
percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana
yang paling tepat untuk membentuk manusia seutuhnya.
Olahraga memberikan banyak manfaat pada tubuh
kita. Menurut Fatmah (2010:173) menjelaskan bahwa ada
lima manfaat olahraga bagi tubuh, yang pertama adalah
meningkat kan kekuatan otak. Jika otak cukup mendapatkan
suplai darah maka reaksi fisik dan mental seseorang akan
meningkat. Kedua, melawan penuaan karena membuat
peredaran darah menjadi lancar. Ketiga, menghilangkan
stress karena memunculkan perasaan bahagia. Pada saat
melakukan olahraga, jantung akan bekerja lebih berat untuk
menyuplai darah, maka dengan sendirinya pikiran kita tidak
akan terfokus lagi dengan masalah pekerjaan. Keempat,
meningkatkan perasaan bahagia secara alami. Ketika
seseorang melakukan olahraga maka disaat itu juga hormone
adrenalin, serotonin, dopanin, dan endorphin diproduksi,
kesemua hormone tersebut adalah hormone yang berfungsi
untuk menumbuhkan rasa sengat dalam diri kita. Kelima,
meningkatkan kepercayaan diri. Dengan berolahraga maka
citra diri tubuh yang sehat dan kekuatan fisik yang prima
akan didapatkan.
1.2.3 Pembinaan Olahraga Usia Dini
Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani serta meningkatkan prestasi
13
olah raga yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan
nasional, sehingga akan dapat membentuk watak dan
kepribadian yang baik, disiplin dan sportivitas yang tinggi
(Depdikbud, 1997). Oleh karena itu upaya peningkatan
prestasi olahraga perlu terus dilakukan secara terpogram
dan berkelanjutan melalui pemanduan bakat, pembibitan,
pendidikan dan pelatihan olah raga. Pembibitan atlet
sebaiknya dilakukan sejak usia dini, karena untuk menjadi
atlet yang berprestasi membutuhkan waktu yang lama.
Hewia Fallak (dalam Wie Crozek, 1978) menyusun
pembinaan olahraga dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan,
tahap pembangunan dan tahap spesialisasi. Wismoyo (1997)
menyebutkan bahwa prestasi dan bidang olah raga dapat
dicapai jika bibit-bibit atlet dibina sejak dini, dengan
penanganan secara alamiah, latihan kontinyu, bertahap dan
berkelanjutan selama delapan sampai sepuluh tahun.
Dengan demikian, peran olahraga usia dini sebagai
pembentuk dasar dalam membina atlit hingga usia lanjut,
dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi dibidang
olahraga baik itu prestasi secara Nasional maupun
Internasional.
Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai
anak adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan
kemampuan yang sudah dilatih ke dalam sebuah
pertandingan. Usaha yang terbesar adalah meningkatkan
kepribadian anak sebagai individu yang merasa dihargai dan
bukan untuk mencapai kemenangan dalam pertandingan.
Tujuan aktivitas olahraga untuk anak usia dini adalah sebagai
pengenalan pengalaman berolahraga, meningkatkan
keterampilan fisik, dan membangun kepercayaan diri. Dalam
14
masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam
melakukan latihan olahraga. Oleh karena itu pelatihnya tidak
perlu menekankan pada penguasaan teknik atau peraturan
pertandingan. Pujian atau hadiah diberikan kepada usaha
yang dilakukan anak, bukan terhadap hasil akhir. Perlu
ditanamkan perasaan “mencapai sukses” bukan hanya
sebagai juara, tetapi juga sebagai partisipan. Semakin tinggi
kemampuan seseorang mencapai tujuan yang diharapkan,
maka semakin terampil orang tersebut (Sage, 1984: 17). Oleh
karena itu, pembinaan olahraga untuk anak dan keterlibatan
anak dalam kegiatan kejuaraan merupakan satu bentuk
partisipasi anak dalam berolahraga tidak hanya untuk
menjadi juara. Latihan mental dalam menghadapi
pertandingan juga merupakan target lain dalam pembinaan
olah raga untuk anak. Anak dibina untuk terbiasa berpikir
positif bahwa dalam pertandingan nanti, dirinya mampu
menampilkan keterampilan yang sudah dilatihkan
sebelumnya. Pendidikan jasmani olahraga untuk anak
melalui bermain berimplementasi sebagai sebuah sarana
pembentukan fisik anak, mental dan sosial. Pemenuhan
kebutuhan anak dalam beraktivitas fisik diharapkan dapat
meningkatkan perhatian anak terhadap pembelajaran
akademik.
1.2.4 Nilai-nilai Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Beberapa nilai pendidikan dalam kegiatan olahraga
yang dikatakan oleh Siregar, yaitu:
a. Olahraga memberikan kesempatan belajar bagaimana
bertindak kalau kalah atau menang.
15
b. Olahraga memberikan kesempatan bagi perorangan
untuk mengorganisir sendiri pertandingan-pertandingan
olahraga dan membentuk regunya, dengan demikian
kepada perorangan diajarkan mendidik dan
mengorganisir diri sendiri.
c. Dalam olahraga memungkinkan para guru atau pelatih
mengamati perilaku anak didik yang tidak
memungkinkan dilakukan dalam kondisi kehidupan
normal.
d. Sebagian besar cabang olahraga memungkinkan
perorangan mengambil bagian dalam kelompok yang
menganut kepentingan bersama.
e. Olahraga seperti lari lintas alam, mendaki gunung dan
sebagainya memberikan pengalaman untuk mengenal
lingkungan hutan, lembah, sungai dan sebagainya.
f. Prestasi dihasilkan melalui proses yang panjang, ini akan
membentuk kepribadian dan ketangguhan dalam
mewujudakan cita-cita bagi anak.
16
BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN JASMANI
A. Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani (PENJAS) adalah mata pelajaran
untuk melatih kemampuan psikomotorik yang mulai
diajarkan secara formal di sekolah dasar hingga sekolah
menengah atas. Pendidikan Jasmani ialah suatu proses
pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang serta
dibuat untuk menaikkan dan meningkatkan aspek pada
kebugaran jasmani, peningkatan pada keterampilan motorik
terutama motoric kasar, pengetahuan serta sikap hidup sehat
dan aktif, perilaku sportif, dan pengembangan aspek
kecerdasan emosi.
Pendidikan jasmani adalah salah mata pelajaran di
sekolah yang merupakan media pendorong pada
perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik,
pengetahuan, sikap sportifitas, pembiasaan pola hidup sehat
dan pembentukan karakter (mental, emosional, spiritual dan
sosial) dalam rangka mencapai tujuan sistem pendidikan
nasional.
Pendidikan jasmani merupakan sebuah kegiatan yang
melibatkan aspek fisik sehingga dapat meningkatkan respon
emosional yang lebih baik serta hubungan interpersonal
dengan orang lain agar dapat membangun sebuah kerjasama
antar satu dengan yang lainnya untuk menciptakan rasa
saling percaya. Disamping itu, Pendidikan jasmani juga dapat
membangun tingkah laku yang lebih baik dalam kelompok
serta melatih intelektual agar dapat terangsang untuk
menghasilkan sebuah ide atau gagasan yang bermanfaat bagi
17
individu. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik,
pikiran (mental) juga dikembangkan sebagaimana yang kita
ketahui bahwasanya didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa
yang sehat.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
merupakan satu mata ajar yang diberikan di suatu jenjang
sekolah tertentu yang merupakan salah satu bagian dari
pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas
jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh dan
pengembangan pada aspek jasmani, mental, sosial dan
emosional yang serasi, selaras dan seimbang (Depdiknas,
2006:131).
B. Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga
1) Tujuan pendidikan jasmani
Menurut Suryobroto (2004:8), tujuan pendidikan
jasmani adalah untuk pembentukan perkembangan anak,
yaitu sikap atau nilai, kecerdasan, fisik, dan keterampilan
(psikomotorik), sehingga siswa akan dewasa dan mandiri,
yang nantinya dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Tujuan Pendidikan Jasmani menurut Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam
upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran
jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas
jasmani dan olahraga yang terpilih.
b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan
psikis yang lebih baik.
c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak
dasar.
18
d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui
internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin,
bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan
demokratis.
f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga
keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di
lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk
mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup
sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang
positif.
Menurut Suherman (2009:7), tujuan pendidikan
jasmani secara umum diklasifikasi menjadi empat tujuan
perkembangan, yaitu:
a. Perkembangan Fisik.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan
aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan
fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical
fitnes).
b. Perkembangan Gerak.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan
gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna
(skill full). c. Perkembangan mental.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya.
19
d. Perkembangan sosial.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.
2) Tujuan Olahraga
Tujuan olahraga secara utama ialah membuat tubuh menjadi lebih sehat, menguatkan tubuh, mengatur pernapasan, serta membantu meningkatkan kekebalan tubuh. (imun). Sedangkan, tujuan olahraga setiap orang tentu
saja berbeda-beda. Misal, ada yang bertujuan untuk
menurunkan berat badan, membentuk otot, menjaga kesehatan dan lain sebagainya. Namun jika dirinci, tujuan olahraga bisa dibedakan menjadi beberapa hal: a. Olahraga Pendidikan: hal ini digunakan dalam kurikulum
pendidikan b. Olahraga Rekreasi: hal ini digunakan untuk bersenang-
senang dan bergembira
c. Olahraga Prestasi: hal ini digunakan dalam kejuaraan dan dalam perlombaan
d. Olahraga Rehabilitas: hal ini digunakan untuk memperbaiki keadaan tubuh seseorang
Tujuan Olahraga untuk Kesehatan 1. Peningkatan
Meskipun orang itu bebas penyakit belum tentu orang itu sehat secara fisik. Dengan mengukur beban latihan yang
di berikan pada seseorang, maka kebugaran fisiknya dapat di klasifikasi atau dinilai. Bisa saja kebugarannya sangat kurang sehingga diperlukan latihan fisik yang teratur dan terukur di sertai gizi yang cukup dan seimbang akan meningkatkan kebugaran seseorang. Kebugaran ini di tandai olah daya
20
tahan jantung, otot, kelenturan tubuh, komposisi tubuh,
kecepatan gerak, kelincahan, denyut nadi. Pada sesi Latihan, slalu di monitor (periksa) agar tidak melebihi denyut yang di perbolehkan antara72-87% dari denyut yang maksimal.
2. Pencegahan
Olahraga dapat mencegah dampak negatif dari
hopokenisia (kurang gerak), memperlambat proses penuaan,
membuat tubuh menjadi lebih elastis dan meningkatkan daya
tahan tubuh.
3. Pengobatan
Olahraga juga dapat membantu proses penyembuhan
pada beragam penyakit, seperti : jantung, kencing manis,
rematik, asma, kropos tulang, dll. Peredaran darah pada
orang yang berolahraga akan lebih lancar, sehingga racun
yang menumpuk pada tubuh dapat dengan cepat di
keluarkan.
4. Pemulihan
Pada penyandang cacat, kerusakan otak, tuna rungu,
epilepsi serta penyakit lainnya membutuhkan olahraga yang
sesuai dengan keadaan yang ada pada penderita. Dibutuhkan
kegiatan yang rutin sesuai dengan porsi dan aspek
gangguannya serta jangan sampai olehraga yang berat
diberikan kepada penderita penyakit jantung atau penyakit
kronis lainnya.
Apabila penyandang cacat atau yang mengalami
penyakit bawaan ini tidak melakukan olahraga, maka
cacatnya akan bertambah karena terjadi kekurangan gerak,
Otak menjadi lemah sehingga mudah menimbulkan berbagai
21
macam penyakit-penyakit, jantung, ginjal, penyumbatan
saluran darah, dll. Selain itu olahraga bagi penyandang cacat
juga sangat di perlukan untuk menghilangkan anggapan
masyarakat bahwa mereka tidak mampu berbuat apa-apa.
Tabel. 1
Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pendidikan Jasmani Olahraga
Objek Seluruh Siswa pada cabang olahraga tertentu
Siswa yang berminat/berbakat dalam bidangnya
Subjek Guru Pendamping Pelatih
Tujuan Untuk mencapai tujuan pendidikan
Untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya
Materi Semua aktivitas fisik / gerak (termasuk olahraga)
Termasuk dari bagian cabang- cabang olahraga
Sasaran aktivitas fisik / gerak sebagai alat
Terkuasainya cabang olahraga
Sifat Wajib tertentu/yang diminati
Waktu Intrakurikuler Ekstrakurikuler
C. Fungsi Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Annarino, Cowell, and Hazelton (1980: 62-63)
mengklasifikasikan fungsi pendidikan jasmani ke dalam
enam aspek, yaitu: organik, neuromuskuler, perseptual,
kognitif, sosial, dan emosi.
22
1. Aspek Organik:
a. Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik
sehingga individu dapat memenuhi tuntutan
lingkungannya secara memadai serta memiliki
landasan-landasan untuk pengembangan
keterampilan.
b. Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga
maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok
otot
c. Meningkatkan daya tahan otot, yaitu kemampuan otot
atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam
waktu yang lama.
d. Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas
individu untuk melakukan secara terus menerus
dalam aktivitas yang berat dalam waktu relatif lama;
hal ini tergantung pada efisiensi yang terdiri dari
aliran darah, jantung dan paru-paru.
e. Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam
persendian yang diperlukan untuk menghasilkan
gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
2. Aspek Neuromuskuler:
a. Menjadikan keharmonisan antara fungsi sistem saraf
dan otot untuk menghasilkan gerakan yang
diinginkan.
b. Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti:
berjalan, melompat, meloncat, meluncur, melangkah,
mendorong, berlari, menderap/mencongklang,
bergulir, menarik, dan sebagainya.
23
c. Mengembangkan keterampilan non-lokomotor,
seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang,
meregang, menekuk, mengantung, membungkuk.
d. Mengembangkan keterampilan dasar jenis
permainan, seperti memukul, menendang,
menangkap, berhenti, melempar, memulai, mengubah
arah, memantul, bergulir, memvoli.
e. Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti
ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi,
kelincahan
f. Mengembangkan keterampilan olahraga dan dansa,
seperti sepakbola, softball, bola voli, gulat, atletik,
baseball, bola basket, panahan, hoki, anggar, tenis,
bowling, golf, dansa.
g. Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti
hiking, tenis meja, berenang, berlayar.
3. Aspek perseptual:
a. Mengembangkan kemampuan menerima dan
membedakan di antara isyarat yang ada, dalam
berbagai situasi yang dihadapi agar dapat melakukan
kinerja yang lebih terampil.
b. Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan
dengan tempat/ruang, yaitu kemampuan mengenali
objek-objek yang berada di depan, di belakang, di
bawah, di sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari
dirinya.
c. Mengembangkan koordinasi gerak-visual, yaitu
kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan
keterampilan gerak kasar yang melibatkan tangan,
tubuh, dan/atau kaki
24
d. Mengembangkan hubungan sikap tubuh, yaitu
kemampuan memilih stimulus dari massa sensori yang
diterima dari lingkungan atau memilih jumlah
stimulus terbatas yang menjadi fokus perhatian
e. Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis,
dinamis), yaitu kemampuan mempertahankan
keseimbangan tubuh secara statis dan dinamis
sehingga tidak mudah goyah.
f. Mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu
konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki baik
kanan ataupun kiri dalam melempar maupun
menendang sebuah objek yang menjadi sasaran
kegiatan pengembangan otot.
g. Mengembangkan lateralitas (laterility), yaitu
kemampuan membedakan perbedaan di antara sisi
kanan atau kiri tubuh dan di antara bagian dalam
kanan atau kiri tubuhnya sendiri
h. Mengembangkan image tubuh (body image), yaitu
kesadaran bagan-bagian tubuh atau seluruh tubuh dan
hubungannya dengan tempat atau ruang
4. Aspek Kognitif:
a. Mengembangkan kemampuan mengeksplorasi,
menemukan sesuatu, memahami, memperoleh
pengetahuan, dan membuat keputusan-keputusan yang
bernilai.
b. Meningkatkan pengetahuan peraturan tentang sebuah
permainan, keselamatan, dan etika.
c. Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan
teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.
25
d. Meningatkan pengetahuan bagaimana fungsi-fungsi
tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani
e. Menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan
yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat,
bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam
mengimplementasikan aktivitas, bola, dan dirinya.
f. Meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor
pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi
oleh gerakan
g. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan
problem-problem perkembangan melalui gerakan.
5. Aspek sosial:
a. Penyesuaian baik dengan dirinya sendiri dan orang
lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam
masyarakat dan lingkungannya dimana ia berada
(tinggal).
b. Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan
dan keputusan dalam situasi kelompok.
c. Belajar berkomunikasi dengan orang lain.
d. Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan
mengevaluasi ide dalam kelompok.
e. Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar
dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
f. Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di
masyarakat.
g. Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif
h. Belajar menggunakan waktu luang yang lebih
konstruktif
i. Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter
moral yang baik.
26
6. Aspek emosional:
a. Mengembangkan respons yang sehat terhadap
aktivitas jasmani melalui pemenuhan kebutuhan dasar.
b. Mengembangkan reaksi yang positif terhadap
penonton dan partisipasi melalui keberhasilan atau
kegagalan.
c. Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat
d. Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan
kreativitas
e. Menghargai pengalaman estetika dari berbagai
aktivitas yang relevan.
Begitu banyak aspek yang dapat dikembangkan
dengan pendidikan jasmani ini dan bukan hanya dari sisi
gerak yang berkaitan dengan motorik, namun tak kalah
penting aspek psikologispun menyatu sebagai nuansa
relaksasi serta dapat meningkatkan kestabilan emosi bahkan
juga secara faali mampu untuk diselaraskan dalam struktur
organ tubuh untuk mencapai kesempurnaannya. Hal ini
menandakan bahwa Pendidikan jasmani begitu penting
dalam kehidupan manusia dalam sehari-harinya dan selama
manusia masih hidup dan berkatifitas dari sejak masa
dininya hingga dimasa tuanya.
D. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Budaya hidup sehat dengan berolahraga tentunya
harus menjadi sebuah life style ataupun gaya hidup bagi
setiap individu dalam segala rentang usia tidak terkecuali
pada anak usia dini. untuk menerapkan budaya hidup sehat
dengan berolahraga tentunya harus dimulai dari keluarga
khususnya orang tua dengan mengajak anak sedini mungkin
27
melakukan sebuah aktivitas olahraga sehingga anak nantinya
akan terbiasa melakukan kegiatan yang melibatkan jasmani
yang dilakukan oleh kedua orangtuanya, karena apabila anak
mempunyai gerak yang cukup tentunya perkembangan
motoriknya akan menjadi baik dan terhindar dari obesitas
dan segala macam penyakit yang bisa saja menghampiri.
Pada saat sekarang ini terlihat bahwa partisipasi anak
usia dini dalam bidang olahraga semakin besar, ini terbukti
telah banyak dibukanaya club-club olahraga atau sekolah-
sekolah sepak bola bagi anak tataran usia dini maupun
sekolah dasar. Dalam institusi pendidikanpun semakin
diperhatikan sarana dan prasarana kompetisi olahraga,
bahkan sampai dengan kompetisi olahraga usia dini tingkat
nasional,
Keterlibatan atlit-atlit usia dini ini juga tidak terlepas
dari keterlibatan orang dewasa sebagai pelatih, pembina
maupun orangtua atlet anak sendiri. Oleh karena itu
pelatihan olahraga usia dini harus dilakukan secara terus
menerus dan terprogram agar dapat terciptanya atlet-atlet
usia dini yang potensial kedepannya.
Olahraga juga mempunyai peran yang sangat penting
bagi anak usia dini khususnya bagi tumbuh dan kembang
anak agar menjadi optimal baik dari segi fisik, mental dan
emosionalnya. Semakin dini dilakukan pelatihan pada anak,
maka semakin mudah pula untuk dibentuk potensi bakatnya
dibidang olahraga dikemudian harinya.
Dari aspek fisik, olahraga yang diberikan bagi anak usia
dini merupakan hal yang sangat berperan penting dalam
tumbuh kembang nya secara jasmani. Aktivitas fisik yang
tepat akan memacu tumbuh kembang anak secara optimal
28
tapi itu bukan berarti anak harus melakukan senam jasmani
setiap hari seperti hal nya pada orang dewasa, olahraga bagi
anak terutama anak balita tidak harus dalam bentuk gerakan
terstruktur, seperti senam jasmani, gym, ataupun permainan
seperti bulutangkis.
Kegiatan seperti bersepeda, bermain lompat tali dan
berlari-larian itu sudah merupakan latihan jasmani bagi anak
yang dapat mendukung bagi anak untuk mengeksplorasi
gerak agar menjadi lebih baik. Olahraga untuk anak sarat
dampak positif seperti manfat dibawah ini.
1. Kesehatan
Dengan berolahraga dapat mengurangi resiko
berbagai penyakit khususnya berkaitan dengan obesitas
(kegemukan) yang sering kita temukan pada anak masa
kini yang lebih banyak diam ditempat serta
menghabiskan kegiatannya untuk menyantap makanan
dengan porsi yang berlebih-lebihan sehingga anak
menjadi kesulitan untuk bergerak.
Berbagai penelitian menunjukkan, pada usia yang
lebih muda obesitas pada anak-anak meningkatkan risiko
terjadinya penyakit degeneratif, seperti jantung, stroke,
dan diabetes. Belum lagi anak akan lebih mudah terkena
infeksi dan risiko kanker. Disamping secara psikologis
anak menjadi lebih minder dengan kondisi tubuhnya yang
kegemukan dan kesulitan untuk bermain bersama-sama
temannya yang membutuhkan aktivitas kecepatan fisik
yang tinggi.
2. Kebugaran
Olahraga yang dilakukan sesuai takaran akan
membuat anak bugar sehingga ia bisa lebih aktif dan
29
produktif. Anak akan lebih mudah fokus pada hal yang
dikerjakannya jika ia memiliki kebugaran tubuh yang
optimal.
3. Pertumbuhan
Kombinasi olahraga dan diet yang tepat sangat
bermanfaat untuk pertumbuhan anak karena
merangsang tubuh untuk mengaktifkan hormon
pertumbuhan sehingga anak bisa mencapai potensi
pertumbuhan maksimal yang dimilikinya.
4. Perkembangan
Olahraga membantu meningkatkan perkembangan
fungsional semua panca indra. Karena saat berolahraga
anak-anak dilatih untuk bisa memahami perintah, aturan
main, kerja sama, mencari solusi, dan mencapai tujuan.
5. Kecerdasan
Olahraga bagi anak dapat menstimulasi
perkembangan otak mereka, dengan aktivitas jasmani
yang teratur dapat membuat koordinasi kerja otak yang
semakin bagus sehingga anak mudah menyerap informasi
yang diberikan. Dampak lainnya yang terjadi adalah anak
mempunyai sikap percaya diri yang jauh lebih baik dan
ketrampilan membangun hubungan sosialnya dengan
rekan sebaya menjadi lebih baik.
6. Psikologis
Pada masa kanak-kanak, anak selalu ingin mencari
pengakuan akan kemampuannya pada orang dewasa,
dalam melakukan aktivitas olahraga pujian yang
diberikan keanak akan memberikan dampak positif bagi
anak dan akan memberikan dampak psikologis yang baik
untuk anak antara lain seperti perasaan percaya diri,
30
gembira, harga diri, merasa dihargai serta pengalaman
merasakan pencapaian tujuan dan pengakuan dari
teman-teman sebaya akan kemampuan yang dimilikinya.
Oleh karena itu olahraga sangat berperan penting
bagi anak usia dini untuk mengembangkan aspek sosial,
emosional dan kejiwaannya untuk membentuk
karakternya dimulai sejak usia dini. Dengan berolahraga
anak akan menjadi mudah untuk berinteraksi bersama
teman-temannya untuk meningkatkan pergaulan sesama
mereka yang membuat anak menjadi lebih fleksibel
dalam menerima perbedaan.
E. Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pendidikan Jasmani (physical education) digunakan
sebagai istilah untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk
mencapai sebuah tujuan pendidikan. Sedangkan Olahraga
(Sport) merupakan sebuah kegiatan di luar pendidikan yang
berorientasi pada peningkatan prestasi untuk dapat diraih
melalui pertandingan dan perlombaan pada kejuaran yang
diadakan oleh pihak tertentu. Perbedaan Pendidikan Jasmani
dan Olahraga dapat dilihat pada keterangan dibawah ini :
Tabel 2.
Pendidikan Jasmani Olahraga
1. Pemahaman gerak
2. Berpacu pada satuan
kurikulum
3. Subjeknya pelajar (child
centered) 4. Entry behavior
1. Prestasi
2. Bebas
3. Subjeknya atlet (subject
centered)
4. Kinerja motorik 5. Aturan baku
31
5. Pribadi anak seluruhnya
6. Pengaturan disesuaikan
7. Gerak kehidupan sehari-
hari
8. Perhatian ekstra pada
anak lamban
9. Tidak mesti bertanding 10. Wajib
6. Gerak fungsional cabang
7. Ditinggalkan
8. Selalu bertanding
9. Bebas
10. Talent scouting
Unsur Pendidikan jasmani tidak serta merta untuk
mendapatkan atlit yang profesional yang nantinya dilibatkan
dalam sebuah event pertandingan agar anak memiliki prestasi
membanggakan bagi diri dan lingkungannya tetapi
penekanannya lebih bagaimana anak dapat melakukan
kegiatan aktivitas fisik yang bermanfaat bagi kesehatan fisik
dan psikisnya, dimana intinya anak dapat diajarkan untuk
mengembangkan kemampuan motoriknya sebagai upaya
menjaga keseimbangan, baik aspek jasmani maupun rohani.
Berbeda dengan kegiatan olahraga yang memang sejak
awal untuk mempersiapkan anak dapat beprestasi dengan
potensi yang dimilikinya. Anak diajarkan untuk secara terus
menerus dan tekun mengikuti program yang disiapkan demi
peningkatan kemampuannya dibidang olahraga tertentu
seperti atletik dan lain sebagainya, bahkan hingga masa
remaja dan dewasa pun selalu dipersiapkan menu latihan-
latihan yang semakin meningkat porsinya.
32
BAB III
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
A. DEFENISI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
USIA DINI Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sering
kali dipergunakan seolah-olah keduanya mempunyai pengertian yang sama, karena menunjukan adanya suatu proses perubahan tertentu yang mengarah kepada kemajuan. Padahal sesungguhnya istilah pertumbuhan dan
perkembangan ini mempunyai pengertian yang berbeda. 1. Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik yang terjadi pada manusia.
Selain dari pengertian diatas, pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan, bertambah tinggi dan berat badan serta semakin bertambah
sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf.
➢ Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan 1). Faktor sebelum lahir
Misalnya : pristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada
dikandungan, terkena infeksi oleh bakteri syphilis,
33
terkena penyakit gabag, TBC , cholera, TYPUS, gondok,
sakit gula Dll.
2). Faktor ketika lahir
Misalnya: intracravial haemorrahage/ pendarahan
pada bagian kepala bayi disebabkan oleh tekanan dari
dinding Rahim ibu sewaktu dilahirkan dan efek pada
susunan syaraf-syaraf.
3). Faktor sesudah lahir
Misalnya : pengalaman traumatic (luka-luka) pada
kepala, kepala bagian dalam terluka, kepala terpukul atau
mengalami serangan sinar matahari ( zonnesteek ),
infeksi pada otak/selaput otak, kekurangan nutrisi/ zat
makanan dan gizi
4). Faktor psikologis
Misalnya: bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua
orang tuanya, anak-anak dititipkan dalam suatu
institusionalia (rumah sakit, rumah yatim piatu, yayasan
perawatan bayi, Dll.
Menurut Sudarwan Danim (2013:12) ada beberapa
hala yang dapat mempengaruhi pertumbuhan manusia,
diantaranya:
1. Status sosial ekonomi
Anak-anak dari keluarga dengan status sosial
ekonomi rendah atau anak-anak dari keluarga besar
sering menjadi lebih lamban pertumbuhannya, sehingga
lebih kecil dan lebih ringan berat badannya daripada
anak-anak dari keluarganya yang lebih mapan. Hal ini
diduga karena anak-anak itu kekurangan zat atau gizi
tertentu dibandingkan dengan anak-anak yang
34
keluarganya relative memiliki kemampuan financial yang
lebih baik (kaya).
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
anak-anak dari keluarga professional atau berstatus
social ekonomi tinggi biasanya lebih tinggi daripada anak-
anak yang keluarganya kurang dan memperoleh
peringkat yang lebih rendah pada skala social.
2. Genetika
Sebuah hal yang umum terjadi, bahwa tinggi badan
orangtua secara langsung berkaitan dengan tinggi badan
masin-masing anaknya. Jika kedua orangtuanya pendek
tetapi anaknya tinggi, bisa jadi mereka mewarisi gen dari
nenek atau kakeknya.
Menurut Anne Tecklenburg Strehlow, ahli genetika
di standford university, ilmuwan memperkirakan bahwa
sekitar 7 sampai dengan 20 gen dapat mempengaruhi
pertumbuhan manusia. Dengan demikian, pola
pertumbuhan anak dalam keluarga yang sama mungkin
saja jauh berbeda, karean setiap anak menerima
kombinasi yang berbeda dari gen berbeda.
3. Tumor Hipofisis
Anak yang dilahirkan dengan atau menderita tumor
hipofisis mungkin mengalami pola pertumbuhan yang
berbeda dari mereka yang dinyatakan tidak
mengalaminya. Menurut Dr. Daniel Kelley, seorang ahli
bedah saraf di John Wayne Cancer Institue California,
tumor pada kalenjer hipofisis dapat menyebabkan
kelenjer melepaskan lebih besar dari jumlah hormone
pertumbuhan manusia sehingga akromegali, yang sering
dikenal sebagai “gigantisme”. Gejala inipun mungkin
35
disebabkan oleh mutase genetic, bukan karena tumor
hipofisis.
4. Obat
Mengkomsumsi obat tertentu dapat menghambat
pola pertumbuhan manusia dan mengakibatkan seorang
individu tumbuh lebih lambat atau tidak pernah
mencapai tinggi idealnya. Anak-anak yang
mengkomsumsi obat tertentu karena alas an tertentu
pula sangat potensial menjadi lebih pendek dan lebih
ringan berat badannya daripada teman sebaya mereka
pada usia yang sama.
5. Penyakit
Anak yang menderita penyakit yang parah pada
masa bayi atau semasa anak usia dini lebih mungkin
menunjukkan pola pertumbuhan yang terhambat.
Catatan menunjukkan bahwa orang yang tinggal didaerah
yang penuh infeksi dan penyakit pada abad ke-18 dan 19
lalu tumbuh hingga ketinggian lebih pendek dari mereka
yang tidak terkena penyakit parah. Ketika kemajuan
tekhnologi abad ke-20 dapat mengatasi penyakit
tersebut, pola tinggi manusia secara signifikan mengalami
peningkatan.
Penting bagi kita untuk memperhatikan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pada anak. Hal-hal
yang berkaitan dengan keturunan, satus sosial, ekonomi,
penyakit, pengaruh obat-obatan baik yang dikomsumsi
selama kehamilan maupun dikomsumsi sendiri oleh anak
perlu menjadi perhatian khusus bagi orangtua sehingga
perlu berkonsultasi kepada para ahli seperti dokter, psikolog
termasuk juga ahli gizi yang memahami ukuran atau porsi
36
yang seharusnya. Dimasa kini pada abad dimana kita
dimudahkan dengan berbgai sumber informasi, maka peran
social media sangat membantu sebagai sumber
mendapatkan pengetahuan untuk mencegah dari
keterlambatan tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua
istilah yang mempunyai pengertian yang berbeda, namun
keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat bahkan
tidak dapat dipisahkan antara yang satu degan
lainnya. Pertumbuhan merupakan proses kuantitatif yang
menunjukkan perubahan yang dapat diamati secara fisik.
Pertumbuhan dapat diamati melalui penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan
sebagainya. Sementara itu, perkembangan merupakan
proses kualitatif yang menunjukkan bertambahnya
kemampuan (ketrampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang beraturan dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan
kepribadian individu, karena kepribadian individu
membentuk suatu kesatuan yang terintegrasi. Secara
sederhana aspek utama kepribadian dapat dibedakan
sebagai berikut: aspek fisik motorik, aspek intelektual, aspek
sosial, aspek bahasa, aspek emosi, aspek moral, dan aspek
keagamaan (Sukmadinata, 2009: 114).
Tahap perkembangan manusia memiliki fase-fase yang
cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan
pemahaman, pada umumnya perkembangan digambarkan
dalam periode-periode atau fase-fase tertentu. Klasifikasi
periode perkembangan yang paling luas digunakan
37
sebagaimana dikemukakan oleh Santrock (1993) meliputi
urutan sebagai berikut: Periode pra kelahiran (prenatal
period), periode bayi (infacy period), periode awal anak-
anak (early childhood period), periode pertengahan dan
akhir anak anak (middle and late childhood period),
periode remaja (adolescence period), periode awal dewasa
(early adulthood period), periode pertengahan dewasa
(middle adulthood period), dan periode akhir dewasa (late
adulthood period).
2. Perkembangan
Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional
yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik
maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan
pengaruh lingkungan.
Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu
urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti
saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara
aspek-aspek fisik dan psikis merupakan satu kesatuan yang
harmonis. (contoh: anak diperkenalkan bagaimana cara
memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan
oleh orang tuanya).
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa
pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki pengertian
yang berbeda tetapi memiliki kesinambungan makna yang
membangun karakter dan pendidikan anak usia dini. Begitu
juga kita perlu mengetahui prinsip-prinsip perkembangan
anak usia dini.
Perkembangan itu secara umum mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
38
a. Terjadinya perubahan dalam
1) Aspek fisik : perubahan tinggi dan berat badan serta
organ-organ tubuh lainnya.
2) Aspek psikis : semakin bertambahnya perbendaharaan
kata dan matangnya kemampuan berfikir, mengingat,
serta menggunakan imajinasi kreatifnya.
b. Terjadinya perubahan dalam propersi
1) Aspek fisik : proporsi tubuh anak berubah sesuai
dengan fase perkembangannya dan pada usia remaja
proporsi tubuh anak mendekati proporsi tubuh usia
remaja.
2) Aspek psikis : perubahan imajinasi dari yang fantasi ke
realitas, dan perubahan perhatiannya dari yang tertuju
kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada
orang lain ( kelompok teman sebaya ).
c. Lenyapnya tanda-tanda yang lama
1) Tanda-tanda fisik : lenyapnya kelenjar thymus
(kelenjar kanak-kanak) yang terletak pada bagian
dada, kelenjar pineal pada bawah bagian otak, rambut-
rambut halus dan gigi susu.
2) Tanda-tanda psikis: lenyapnya masa menyoceh
(meraban), bentuk gerak-gerik kanak-kanak (seperti
merangkak), dan prilaku impulsive (dorongan untuk
bertindak sebelum berfikir).
d. Diperoleh tanda-tanda yang baru
1) Tanda-tanda fisik : pergantian gigi dan karakteristik
pada usia remaja, baik primer (menstruasi pada anak
wanita dan mimpi basah pada anak laki-laki), maupun
skunder (perubahan pada anggota tubuh seperti
39
pinggul dan buah dada pada wanita dan kumis, jakun,
serta suara pada anak laki-laki).
2) Tanda-tanda psikis : seperti berkembangnya rasa igin
tahu terutama ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu moral dan
keyakinan beragama.
Perkembangan anak tidak berlangsung secara
mekanis-otomatis, sebeb perkembangan tersebut sangat
bergantung pada beberapa faktor yaitu :
1) faktor hereditas (warisan sejak lahir/bawaan)
2) faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang
merugikan.
3) kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi
psikis
4) aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan,
kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya
emosi, serta usaha membangun diri sendiri.
Setiap fenomena atau gejala perkembangan anak
merupakan produk dari kerja sama dan pengaruh dari
timbal balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-
faktor lingkungan. Jelasnya perkembangan merupakan
produk dari :
• Pertumbuhan berkat pematangan fungsi-fungsi fisik
• Pematangan fungsi-fungsi psikis dsn
• Usaha belajar oleh obyek/anak dalam mencobakan
segenap potensialitas rohani dan jasmaninya.
Para pendidik perlu kiranya mengetahui factor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
dari berbagai sudut pandang teori yang telah dikemukakan
oleh para ahli. Para ahli berpendapat, bahwasanya
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada manusia
40
itu melalui berbagai tahapan, hanya saja mereka berbeda
dalam hal penekanannya, diantaranya :
Tabel 3.1
No Teori Tokoh
1 Tahap pertumbuhan dan
perkembangan genetik dan
biologis pada proses
perkembangan
Gesel
2 Tahapan tumbuh dan
berkembang berdasarkan
pengalaman masa awal kehidupan pada usia anak-anak
Freud dan
erikson
3 Tahapan tumbuh dan kembang
yang dipengaruhi oleh sebuah
proses interaksi antara
pengaruh social yang saling berkaitan
Vygotski
4 Tahapan proses interaksi antara
perkembangan dan lingkungan
dan terfokus pada aspek kognitif
Piaget
5 Pertumbuhnan dan
perkembangan yang
dipengaruhi oleh faktor
lingkungan sebagai hasil belajar
Skinner dan
Bandura
B. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Pada umumnya ciri-ciri perkembangan bayi dan anak
kecil sifatnya individual dan kontekstual. Bayi dapat
mengalami dan menghayati secara langsung keadaan
41
disekitarnya melalui indera mereka seperti melihat,
mendengar, mengecap, mencium, dan merasakan. Bayi yang
berkembang secara normal akan secara aktif memfungsikan
inderanya untuk menangkap, merasakan, dan menghayati
hal-hal yang ada di luar dirinya secara langsung. Namun
aktivitas bayi secara biologis, psikologis, dan sosiologis
berbeda dengan anak kecil, remaja atau dewasa. Seekor anak
itik baru Netas dari telur bisa langsung berenang, tetapi bayi
tidak langsung berjalan. Ia masih belum berdaya meskipun
memiliki potensi untuk berkembang. Karena itu ia
memerlukan bantuan dari orang dewasa agar ia bisa tumbuh
mengenal dan memahami lingkungannya.
Dengan demikian orang dewasa sangat memegang
peranan penting dalam membantu anak dalam ketidak
berdayaannya melalui sosialisasi nilai-nilai, kebiasaan, dan
norma-norma kehidupan sosial. Hubungan yang hangat dan
positif antara orang dewasa dengan bayi dan anak-anak akan
membantu bayi dan anak kecil untuk dapat mengembangkan
rasa percaya diri terhadap lingkungan. Selain itu, orang
dewasa perlu mengajarkan nilai-nilai dasar bagi
pengembangan disiplin, kemandirian, dan tanggung jawab
anak. Misalnya anak mulai dilatih, dibiasakan, dan dididik
untuk dapat mengatur diri sendiri seperti makan, berpakain,
mandi serta buang air. Dalam hal ini orangtua, para pengasuh,
dan tenaga profesional perlu memahami dan
mengembangkan berbagai metode dan teknik pedidikan,
bimbingan dan pengembangan anak usia dini.
Selanjutnya agar pendidik dapat menanamkan dan
mengajarkan disiplin pada anak maka tentunya harus
mengetahui dengan jelas taraf perkembangan menurut usia
42
anak dan beberapa prinsip dasar sehingga dapat
membimbing anak tersebut. Ciri-ciri perkembangan anak
adalah sebagai berikut:
1. Seumur hidup (life-long) adalah tidak ada periode usia
yang mendominasi perkembangan individu.
2. Multidimensional adalah terdiri atas biologis, kognitif dan
sosial
3. Multidirectional adalah beberapa komponen dari satu
dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan,
sementara komponen lain menurun.
4. Lentur (plastis) adalah bergantung pada kondisi
kehidupan individu
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH
KEMBANG ANAK USIA DINI
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan disini ialah berupa lingkungan fisik
yang ada di PAUD deperti halnya adanya suara, cahaya, suhu,
dan desain kelas. Apabila lingkungan fisik tersebut terkontrol
dengan baik maka anak usia dini akan merasa nyaman dalam
belajar.
Contohnya : ketika desaian ruangan di dalam
lingkungan kelas belajar di desaian dengan sangat
menarik,anak akan lebih tertarik dan semangat untuk belajar.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial ini sangat berpengaruh dalam
perkembangan kecakapan sosial anak akan belajar
bagaimana bekerja sama, berinteraksi, sehingga anak akan
belajar menghargai orang lain. Ketika faktor sosial berperan
43
sangat baik di dalam pendidikan anak usia dini,maka
perkembangan belajar anakpun nantinya juga akan
meningkat,khususnya dalam bidang social
3. Faktor Emosi
Faktor emosi berkaitan dengan motivasi anak dalam
belajar. Ketika anak memiliki emosi yang bagus dia akan
semangat dalam belajar dan ketika mereka sedang dalam
emosi yang tidak bagus anak usia dini cenderung tidak mau
untuk diajak belajar. Karena kondisi emosi tiap anak
berbeda-beda, maka pendidik memiliki tugas ekstra untuk
mencari strategi yang dapat membangkitkan motivasi
mereka dalam belajar.
4. Faktor Fisik
Faktor fisik dalam anak usia dini harus memerlukan
kesiapa fisik yang cukup baik untuk belajar. Kesiapan fisik
yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan kondisi anak
yang berkaitan dengan kondisi dengan makan dan minum,
istirahat, kecukupan waktu tidur, dan aktivitas yang
dilakukan. Ketika kondisi anak tidak dalam keadaan baik,
misalnya terlalu lelah, hal tersebut akan mempengaruhi
bagaimana anak dalam belajar. Ketika anak lelah anak akan
tidak semangat lagi dalam belajar. Oleh karena itu faktor
kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran di PAUD harus
memperhatikan hal tersebut sehingga kegiatan dalam
pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal.
D. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Menurut catron dan allen menyebutkan bahwa
terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini. Diantaranya:
44
1. Kesadaran personal
Perkembangan kesadaran sosial bermain mendukung
anak tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas
lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal
yang baru, bereksplorasi. Meniru dan mempraktekkan
kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam
membangun keterampilan menolong diri sendiri,
ketrampilan ini membuat anak untuk mengenal diri mereka
dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan
dalam hidup.
2. Perkembangan Emosi
Melalui permainan anak dapat belajar menerima
berekspresi dan mengatasi masalah. Dengan bermain pula
anak dapat memahami dan mengenali emosinya sendiri
dimana anak diharuskan untuk dapat mengendalikan
emosinya agar dapat diterima oleh rekan sepermainannya.
3. Membangun Sosialisasi
Kemamuan sosialisai dan memperluas empati terhadap
orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Anak
diharuskan untuk dapat mengerti dan memahami orang lain
yang sedang bermain bersamanya sehingga terbangun rasa
memiliki satu dengan yang lainnya.
4. Kemampuan Berbahasa Anak
Memperluas kosa kata dan mengembangkan daya
penerimaan serta mengekspresikan kemampuan berbahasa
mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang
dewasa pada situasi bermain spontan. Anak diharapkan
dapat memahami apa yang menjadi keinginan dan harapan
45
orang lain terhadap dirinya dan mengekspresikan yang
menjadi keinginannya terhadap orang lain melalui Bahasa.
5. Pengembangan kognitif
Memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan. Anak dapat banyak belajar dari lingkungan untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya sebagai upaya memahami sebuah proses terjadinya sesuatu, disini anak belajar sebab akibat dari setiap hubungan yang terjadi dengan orang lain.
6. Pengembangan Kemampuan Motorik
Kesempatan yang luas untuk bergerak merupakan sebuah pengalaman belajar untuk menemukan aktivitas sensorik motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil. Memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan preseptual motorik.
Sementara itu ada beberapa aspek perkembangan
menurut Hurlock, diantaranya : 1) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan sebuah perkembangan yang harus dilewati tiap fase perjalanan manusia dari sejak lahir hingga dewasa. Perkembangan fisik pula yang dapat mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya dan orang lain. Anak yang meiliki
ukuran tubuh yang berbeda dari anak lainnya tentu akan mempengaruhi caranya menilai diri termasuk juga
bagaimana ia menilai orang lain. Seperti pada anak yang memiliki tubuh yang gemuk dengan sendirinya ini mempengaruhi konsep diri demikian pula bila ia memiliki tubuh yang sangat kurus tentu ia akan merasa menjadi
46
bahan olokan dari teman sebayanya dikala ia melakukan
aktivitas bermain. 2) Perkembangan Motorik
Jika anak tidak memiliki hambatan dalam proses perkembangan motoriknya, maka anak dengan mudah mengikuti semua aktivitas yang terjadi dilingkungannya termasuk Bersama teman-temannya. Kenormalan pada perkembangan motorik pada anak juga membuat ia menjadi lebih mandiri dalam menjalankan kegiatannya.
3) Perkembangan Bicara
Bicara merupakan sebuah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau pengucapan yang digunakan untuk menyampaikan sebuah maksud dan tujuan kepada orang lain. Bicara disini sebagai bagian dari alat komunikasi termasuk komunikasi lisan maupun tulisan.
4) Perkembangan Emosi
Emosi memiliki peran yang penting dalam kehidupan anak. Anak dituntut untuk dapat mempelajari berbagai macam ekspresi seperti marah, benci, takut, cemburu dan sebagainya serta mampu menempatkan
perasaan emosinya secara wajar ditempat yang seharusnya. Kesemuanya ini akan berdampak pada penilaian dari lingkungan social terhadapa dirinya.
5) Perkembangan Bermain
Bermain merupakan sebuah istilah yang dapat digunakan secara bebas. Secara tepat bermain sebagai
sebuah kegiatan yang menimbulkan rasa senag dan bahagia bagi pelakunya dimana bermain dilakukan secara sukarela tanpa ada paksaan ataupun tekanan untuk melakukannya. Bermain sendiri dapat bersifat aktif
maupun pasif dan anak-anak dalam bermain melakukan
47
kegiatan yang pasif maupun aktif tergantung peran yang
dimainkannya.
48
BAB IV
GERAKAN DASAR ANAK USIA DINI
Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk
belajar, sehingga disebut usia emas (golden age). Pada usia ini
anak memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa
khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini
merupakan usia emas maka pada masa itu perkembangan anak
harus dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya
holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat
badannya, cukup gizinya dan diarahkan secara baik dan benar.
Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu aspek
fisiknya, aspek kognitif, aspek sosial dan emosional.
Perkembangan fisik merupakan hal yang sangat penting bagi
anak usia dini khususnya anak di Taman Kanak-kanak (TK) dan
anak yang menginjak bangku sekolah dasar (SD).
A. Pengertian Gerakan Dasar Pendidikan Jasmani dan Olah
Raga Anak Usia Dini
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari
pendidikan di sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi. Pelaksanaan pendidikan jasmani merupakan
penyeimbang untuk mencegah kebosanan dan kejenuhan
yang terjadi pada anak di sekolah. Samsudin (2008)
mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses
pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup
sehat, aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Lingkungan
belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah jasmani,
49
kognitif dan afektif setiap siswa. Konsep pendidikan jasmani
merupakan bagian penting dari proses pendidikan, artinya
pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen
yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk
kesibukan anak. Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian
penting dari pendidikan. Melalui pendidikan jasmani yang
diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan
keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang,
terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk
mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan
menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya (Husdarta,
2009).
B. Gerakan Dasar Anak Usia Dini
Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000 : 73)
ruang lingkup pendidikan jasmani salah satunya adalah
pembentukan gerak, yang meliputi keinginan untuk
bergerak, menghayati ruang waktu dan bentuk termasuk
perasaan irama, mengenal kemungkinan gerak diri sendiri,
memiliki keyakinan gerak dan perasaan sikap (kinestetik)
dan memperkaya kemampuan gerak. Sedangkan menurut
Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (2000: 20)
“kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang
biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup”.
Selanjutnya masih menurut Amung Ma’mun dan Yudha M.
Saputra (2000: 20) menyatakan bahwa kemampuan gerak
dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
1. Kemampuan locomotor.
Kemampuan locomotor digunakan untuk
memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau
50
untuk mengangkat tubuh ke atas seperti lompat dan
loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan,
berlari, skipping, melompat, meluncur dan lari seperti
kuda berlari (gallop).
2. Kemampuan non locomotor.
Kemampuan non locomotor dilakukan di tempat.
Tanpa ada ruang gerak yang memadai kemampuan non
locomotor terdiri dari menekuk dan meregang,
mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan,
melipat dan memutar, mengocok, melingkar,
melambungkan dan lain-lain.
3. Kemampuan manipulatif. Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika
anak tengah menguasai macam-macam objek.
Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan
51
dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat
digunakan. Manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item : berjalan (gerakan langkah) dalam ruang.
Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari: a) Gerakan mendorong (melempar, memukul,
menendang). b) Gerakan menerima (menangkap) objek adalah
kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet (bola medisin) atau macam: bola yang lain.
c) Gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola.
Sedangkan menurut Sukintaka (1992: 11) gerak dasar
dibagi tiga bentuk gerakan yaitu
1. Lokomotor: jalan, lari, loncat, lompat dn jengket. Gerak
kombinasi: bercongklang (“gallop”) meluncur, menggeser
ke kanan atau ke kiri, memanjat dan berguling.
52
2. Nir lokomotor: mengulur, menekuk, mengayun,
bergoyang, berbelok, berputar, meliuk, mendorong,
mengangkat dan mendarat.
3. Manipulatif: mendorong, memukul, memantul,
melempar, menyepak serta mengguling, menerima,
menangkap dan menghentikan.
Dunia anak adalah dunia bermain, dari mulai bangun
tidur sampai tidur kembali yang ada dalam fikiran anak
adalah bermain. Maka wajar apabila bermain merupakan
salah satu prinsip dasar dalam pendidikan anak usia dini.
Melalui bermain anak akan belajar berbagai hal, antara lain
anak akan belajar mengenal lingkungan di sekitarnya, belajar
dalam menguasai beberapa keterampilan hidup seperti
keterampilan berbahasa, bersosialisasi, dan lainnya.
Keseimbangan antara permainan tidak terstruktur
kearah olahraga yang terorganisasi ditandai oleh
perkembangan-perkembangan sebagai berikut:
1. Gerakan spontan menjadi sangat berkurang, dan kegiatan
menjadi bukan untuk kebutuhan atau harapan masing-
masing pemain.
2. Peraturan resmi menjadi penting, dengan demikian
menekankan pada hubungan fungsi dan posisi masing-
masing pemain.
3. Tanggung jawab individu terhadap perannya bagi
kelompok meningkat disertai dengan meningkatnya
tanggung jawab terhadap kualitas dan perilaku
pribadinya.
4. Relevansi terhadap hasil menjadi lebih penting bagi para
peserta dan demikian pula bagi non peserta.
53
5. Sasaran menjadi lebih meluas, kompleks dan lebih
mengait kepada nilai-nilai yang berasal dari luar kegiatan.
6. Diperlukan lebih banyak waktu untuk persiapan dan
latihan.
7. Diperlukan lebih banyak upaya fisik dan mental lebih dari
sekedar untuk rekreasi atau sekedar kegiatan untuk
kesenangan. Santosa Giriwijoyo dkk, (2013:70-71)
Begitu pentingnya kegiatan bermain dalam kehidupan
anak, sehingga kegiatan bermain harus menjadi sebuah
proses agar anak mendapatkan pengalaman hidup. Orang tua
atau guru harus memfasilitasi kegiatan bermain agar mampu
memaksimalkan perkembangan dan pertumbuhan anak.
Melalui kegiatan bermain maka kreatifitas anak akan tumbuh
dan berkembang dengan baik. Piaget, seorang ahli
pendidikan, berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan
yang sangat penting dalam proses belajar anak, melalui
bermain anak akan didorong untuk bereksperimen dan
tumbuh dengan baik dalam kehidupannya (Marlan E Borden,
2001:37).
Latihan fisik pada anak usia dini masih harus
memperhatikan gerak dasar yang sederhana. Gerak yang
sederhana akan membuat anak gampang untuk memahami
dan melaksanakan intruksi. Hal tersebut juga akan
meminimalisir terjadinya cidera pada anak. Untuk dapat
mengembangkan fisk anak usia dini diperlukan kajian yang
dilakukan sebelum melakukan latihan.
Kemampuan motorik anak diawali dengan melakukan
latihan- latihan gerak dasar. Gerak dasar sangat penting
dalam upaya menanamkan dasar yang benar dalam bergerak.
Oleh karena itu maka perlu kiranya ada pembahasan tentang
54
apa saja gerak dasar yang penting dan harus dikuasai oleh
anak usia dini.
Berikut beberapa bentuk permainan yang mampu
meningkatkan keterampilan motoriknya, sehingga secara
langsung maupun tidak langsung mampu pula merangsang
kecerdasan kinestetik (tubuh) sebagaimana yang
diungkapkan dalam teori Howard Garnerd mengenai
kecerdasan majemuk.
1. Bermain Basket
Tujuan permainan ini adalah memberikan
kesempatan bagi anak-anak berlatih koordinasi mata
dengan tangannya, selain itu dalam permainan ini sang
pelempar dengan jaringnya sama-sama aktif.
Cara permainan:
o Hamparkan selembar kertas koran di atas lantai
sebagai titik pinalti atau pijakan anak dalam
melempar. Dorong anak untuk melempar bola ke
dalam “ring” dari titik pinalti tersebut.
o Buatlah bulatan dengan tangan (tutor) sebagai
“ring”nya, kemudian tutor boleh bergerak, misalnya
memutari anak, untuk melatih anak
mengkoordinasikan pengamatannya.
o Apabila anak merasakan kesulitan dalam memasukan bola dalam dalam “ring”, gerakan dengan sengaja “ring” kearah bola yang dilempar sehingga bola masuk dan anak tidak menjadi frustasi.
2. Bisbol Bola
Tujuan permainan ini adalah anak belajar tentang proses suatu gerakan dilakukan, mulai mata menatap objek, otak memerintahkan tangan untuk memukul,
sampai tangan melaksanakan perintah tersebut.
55
Cara permainan:
o Buatlah pemukul dari kertas koran yang digulung, atau benda lain yang tidak berbahaya. Jangan gunakan pemukul dari bahan-bahan keras seperti kayu, besi atau jenis lainnya.
o Berikan alat pemukul tersebut kepada anak, yang harus digunakan anak untuk memukul balon yang terbang bergerak pelan.
o Jumlah balon disesuaikan dengan jumlah anak, dalam satu kali permainan jangan terlalu banyak anak agar mereka dapat bergerak dengan lebih bebas.
3. Balapan unik Tujuan dari bentuk permainan fisik ini adalah agar
anak-anak belajar mengendalikan tubuhnya untuk melakukan gerakan dengan cara tertentu. Mereka juga
belajar mengatur dan memperkuat keseimbangannya dalam melakukan gerakan yang tidak biasa.
Cara permainan:
o Susun beberapa anak (misalnya 3-5 orang) untuk
melakukan balapan dengan berjalan menggunakan
bagian telapak kaki bagian belakang sampai ke finis.
o Balapan dapat juga menggunakan beberapa alat tubuh
lainnya, seperti berjalan memakai tumit, jongkok,
balapan mundur, berjalan kepiting (berjalan
menyamping), melompat satu kaki, melompat
mundur, atau berjalan sambil berpegangan tangan.
4. Lemparan variatif
Permainan ini bertujuan untuk melatih koordinasi
mata dan tangan, sehingga dapat pula merangsang
perkembangan kemampuan lainnya, seperti menulis,
menyimpan benda kecil, dan lainnya. Ketika kita
56
mengarahkan dengan otak dan melihat dengan mata,
anak dapat menyelesaikannya dengan tangan.
Cara permainan:
o Buatlah bola dari gulungan kertas atau plastik,
rekatkan dengan menggunakan selotip. Selain itu bola
busa, bola kantong kacang yang jenis bola yang ringan
dapat dijuga untuk permainan ini.
o Cara permainannya antara lain melempar bola rendah
atau tinggi kemudian tangkap dengan tangan, atau
melempar bola kemudian tepuk tangan sekali dan
tangkap.
o Selain itu, dapat dilakukan dengan meletakan bola di atas, lalu kepala anak dicondongkan ke depan dan tangkap bolanya.
o Tangkap bola sambil di atas satu kaki, dan atau variasi lainnya.
5. Balon Melayang
Tujuan permainan ini adalah untuk melatih
koordinasi mata dan tangan, gerak kaki dan kerjasama
tim.
Cara permainan:
o Siapkan balon, mulailah dengan kegiatan di mana
setiap anak memukul balon dengan tangan tetapi
balon tidak sampai menyentuh tanah. Sejumlah anak
dalam satu tim harus mempertahankan balon agar
tidak menyentuh tanah.
o Berilah nomor pada setiap anak, ketika balon dipukul
anak nomor 1 maka gilirannya berikutnya adalah anak
nomor 2, dan seterusnya sampai kembali lagi ke anak
nomor 1.
57
o Jika balon menyentuh tanah, mulailah dari pemain
nomor 1 kembali. Gunakan bagian-bagian tubuh
berbeda dalam memukul balon, seperti kepala, siku,
telunjuk, atau bagian lainnya.
o Dapat juga divariasikan dengan menggunakan jaring (tali) sebagaimana dalam permainan bola voli.
6. Ular Bergoyang
Permainan ini bermanfaat dalam melatih koordinasi
mata dengan kaki, juga melatih keseimbangan tubuh.
Selain itu, permainan ular bergoyang dapat melatih
mengembangkan refleksnya, karena hanya punya
sepersekian detik untuk menginjak tali sebelum tali itu
bergerak.
Cara permainan:
o Sediakan tali atau sumbu kompor, pegang ujung
satunya, dengan lembut goyang-goyang ujung tali
yang anda pegang seperti ular. Lakukan sambil
berputar atau berjalan.
o Anak disuruh untuk menginjak ujung tali yang
bergerak tersebut, mulailah dengan gerakan yang
mudah dan kemudian berilah gerakan-gerakan tali
yang lebih sulit agar anak tertantang.
o Pemegang tali dapat juga dilakukan oleh anak lainnya, sehingga terdapat variasi yang menyenangkan.
7. Karambol Uang Receh
Permainan ini melatih otot kecil pada tangan
sekaligus kepekaan ketika menaksir tenaga yang
digunakan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
58
Cara permainan:
o Bagikan beberapa koin kepada setiap anak. Tunjukan
cara menggerakan koin dengan dorongan atau
sentakan jari.
o Tutor menggerakan koin, kemudian beberapa anak
berusaha menabrakan koin tersebut dengan koin
mereka yang disentakkan dengan jari.
o Setiap yang berhasil menambrakkan koin terlebih dahulu diberi poin, dan begitu seterusnya.
8. Melompati Bentuk
Permainan ini sangat berguna untuk memperkuat
otot kaki anak, selain itu anak juga dapat belajar bentuk-
bentuk benda. Sehingga selain kemampuan kinestetiknya,
kemampuan logis-matematisnya juga dapat dilatih.
Cara permainan:
o Buatlah bentuk-bentuk benda dari kertas koran atau
bahan lainnya, bentuk dapat berupa lingkaran, segi
tiga, segi empat atau lainnya.
o Rentangkan bentuk-bentuk tersebut berjajar ke
depan, buatlah jarak antar bentuk dengan
menyesuaikan kemampuan melompat anak.
o Suruh anak melompat bentuk-bentuk kertas tersebut
sambil menyebut bentuk benda yang dilompatinya.
Misalnya, segi empat, segi tiga, lingkaran, dan
seterusnya.
9. Permainan tradisional (oray-orayan)
Banyak permainan tradisional yang dapat
merangsang perkembangan motorik (kinestetik) anak.
Biasanya permainan tradisional anak dapat berupa
permainan benda, nyayian dan gerak atau
59
menggabungkan dua atau lebih bentuk tersebut.
Beberapa permainan seperti petak umpet, oray-orayan
dan lainnya sangat baik dalam merangsang
perkembangan motorik anak. Berikut adalah salah satu
permainan tradisional, yaitu oray-orayan yang dapat
merangsang perkembangan motorik anak sekaligus
salah satu bentuk bermain anak. Dalam tradisi Sunda,
permainan ini lazim dilakukan oleh anak-anak ketika
mereka sedang bermain. Permainan oray-orayan
merupakan permainan yang cukup dinamis,
menggabungkan aspek gerakan dan menyanyi, sehingga
sangat disukai oleh anak-anak. Adapun syair nyanyian
permainan oray-orayan adalah sebagai berikut:
1. Oray-orayan, luar leor mapay sawah
Tong ka sawah, di sawah keur seudeung beukah
2. Oray-orayan, luar leor mapay kebon
Tong ka kebon, di kebon loba nu ngangon
Oray –orayan luar leor mapay leuwi
Tong kaleuwi di leuwi loba nu mandi
3. Mending ge teuleum, di leuwi loba nu mandi
Saha anu mandi, anu mandina pandeuri
Oray-orayan oray naon oray bungka
Bungka naon bungka laut laut naon
Laut dipa dipa naon dipandeuri
Ri ri ri ri ri ri
ORAY BUNGKA
Oray bungka keur lapar taya hakaneun
Luar leor pasamon pikagilaeun
Matana curinghak sungutna calawak
60
Nembongkeun gugusi rek nyaplok nu tipandeuri
Luar-leor hulu rek ngahakan buntut
Kupat-kepot sang buntut sieun karebut
Hulu rek ngorontok, buntut lumpat kagok
Buntut kabeunangan sorakna aeuh-aeuhan
Sambil bernyanyi, semua anak saling memegang
pundak secara berurutan menyerupai ular mereka
meliuk-liuk mengikuti irama nyanyian, dan setelah ada
tanda tertentu, anak yang depan yang diibaratkan
kepalanya harus menangkap anak yang paling belakang
yang diibaratkan ekornya.
C. Manfaat Pentingnya Pendidikan Jasmani Dan Olah Raga
Anak Usia Dini
Tidak hanya bagi orang dewasa, olahraga juga memiliki
sederet manfaat bagi anak. Pendidikan jasmani di sekolah
sebagai bagian integral dari pendidikan akan membantu para
siswa untuk dapat menjalani proses pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal baik fisik, motorik, mental,
61
dan sosial. Selain menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangannya, aktivitas fisik juga sangat berguna bagi
kesehatan mental maupun mood si Kecil. Oleh sebab itu,
hampir setiap sekolah memiliki pendidikan jasmani dan
kesehatan sebagai bagian dari kurikulum pendidikannya.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui konsep
gerak dasar untuk anak usia dini sehingga pemilihan latihan
yang tepat untuk perkembangan fisik anak dan menemukan
konsep dasar gerak yang efektif. Manfaat kajian adalah untuk
menambah kasanah ilmu konsep gerak dasar untuk anak usia
dini serta latihan yang tepat untuk pengembangan fisik anak
serta konsep dasar gerak yang efektif.
ANAK USIA DINI Siapa yang disebut anak usia dini?
Ada beragam pendapat tentang anak usia dini ini.
Batasan tentang anak usia dini antara lain disampaikan oleh
NAEYC (National Association for The Education of Young
Children), yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah
anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup
dalam program pendidikan di taman penitipan anak,
penitipan anak pada keluarga (family child care home),
pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan
SD (NAEYC, 1992).
Sedangkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
62
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut (Depdiknas, 2003).
Sementara itu, UNESCO dengan persetujuan negara-
negara anggotanya membagi jenjang pendidikan menjadi 7
jenjang yang disebut International Standard Classification of
Education (ISDEC). Pada jenjang yang ditetapkan UNESCO
tersebut, pendidikan anak usia dini termasuk pada level 0
atau jenjang prasekolah yaitu untuk anak usia 3-5 tahun.
Dalam implementasinya di beberapa negara,
pendidikan usia dini menurut UNESCO ini tidak selalu
dilaksanakan sama seperti jenjang usianya. Pada rentang usia
4 sampai dengan 6 tahun merupakan jenjang pendidikan
yang berada pada taman kanak-kanak.
Tujuan utama pendidikan usia dini adalah
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sejak
awal yang meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial secara
menyeluruh. Seperti dikemukakan oleh Rahman (2005: 6)
bahwa secara umum tujuan program pendidikan usia dini
adalah untuk mengembangkan seluruh potensi dan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan agama
secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif,
demokratis dan kompetitif.
Pendidikan jasmani merupakan sesuatu yang sangat
diperlukan bagi anak serta memiliki beberapa manfaat,
diantaranaya :
1. Memenuhi kebutuhan ruang gerak anak.
Pendidikan jasmani merupakan dunia anak-anak dan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Di dalamnya, anak-
anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran
hasratnya untuk bergerak, apalagi ditunjang dengan
63
penggunaan peralatan. Semakin terpenuhi kebutuhan
akan gerak dalam masa pertumbuhannya, makin besar
dampaknya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.
Selain itu, pada dasarnya anak-anak sedang mengalami
masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu
disalurkan agar tidak mengganggu perilaku dan mental
anak. Segera setelah kelebihan energi ini tersalurkan,
anak akan kembali memperoleh keseimbangan dirinya,
karena setelah istirahat anak akan kembali memperbarui
dan memulihkan energinya secara optimal.
2. Memiliki otot dan tulang yang lebih kuat
Pendidikan jasmani mendukung anak untuk memilih
aktivitas fisik yang disukainya dan melakukannya secara
rutin. Membiasakan anak untuk berolahraga dapat
membantu pembentukan otot dan tulang anak akan
menjadi lebih maksimal. Hal ini dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan si Kecil menjadi
optimal.
3. Mencegah terjadinya obesitas
Melakukan pendidikan jasmani dan berolahraga dapat
membantu menjaga agar berat badan anak tetap ideal,
sesuai dengan tahapan pertumbuhannya. Hal ini dapat
mencegah terjadinya berat badan berlebih pada anak,
yang paling sering disebabkan oleh rendahnya aktivitas
fisik. Dengan memastikan bahwa berat badan tetap ideal
dan proporsional dengan tinggi badan, anak akan
terhindar dari obesitas.
4. Menurunkan risiko terjadinya diabetes tipe 2 dan
hipertensi
64
Mengajak si Kecil untuk menjalani pendidikan jasmani
tidak hanya bermanfaat baginya untuk saat itu saja,
namun juga merupakan bekal baginya di masa depan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang
dididik untuk berolahraga sejak dini memiliki
kemungkinan yang lebih rendah untuk mengalami
diabetes tipe 2 dan hipertensi ketika mereka tumbuh
menjadi dewasa.
5. Meningkatkan mood dan kreativitas
Menjalani pendidikan jasmani dan beraktivitas fisik juga
dapat sangat bermanfaat bagi kesehatan jiwa si Kecil. Hal
ini tidak hanya membuatnya menjadi lebih semangat dan
bahagia, namun juga dapat menunjang kreativitas dan
performanya dalam kegiatan sehari-hari.
6. Pembinaan nalar anak
Pembinaan nalar anak melalui pemecahan masalah
menjadi sangat penting untuk meningkatkan pencapaian
domain kognitif dan afektif yang selama ini dirasa kurang
dominan dalam pendidikan jasmani.
Adegan atau simulasi pergaulan, kesetaraan kesempatan
siswa laki-laki maupun perempuan, serta pengembangan
sikap sosial merupakan sumbangan penting dalam
pendidikan jasmani, kejujuran, sportifitas, dan berbuat
adil (fair). Semua hal tersebut yang merupakan napas inti
dalam olahraga dan merupakan investasi penting dalam
pengembangan sosial mereka.
Pengajaran pendidikan jasmani di sekolah punya
banyak sekali manfaat untuk anak. Dengan adanya berbagai
pilihan olahraga, permainan, serta metode pengajaran yang
tepat, anak-anak diharapkan akan mampu tumbuh dan
65
berkembang secara optimal baik secara fisik, motorik,
mental, dan sosial. Sebuah paket lengkap yang akan
membawa manfaat besar bagi tumbuh kembang untuk anak.
Tentu sebuah upaya yang dapat dilakukan secara
berkesinambungan dalam setiap jenjang pendidikan yang
dijalani oleh anak sehingga sewajarnya pendidikan jasmani
diperkenalkan sedini mungkin pada anak dan tentu pula
ditunjang oleh tenaga profesional yang memahami benar
pada aspek motorik yang semestinya dikembangkan. Tanpa
pemahaman yang benar, justru dapat menyebabkan
terjadinya proses yang tidak wajar pada anak bahkan bisa
saja menimbulkan cidera pada anak.
Guru dan orangtua sebaiknya saling berkomunikasi
agar dapat memahami segala jenis kegiatan yang dapat
dimanfaatkan bagi tumbuh kembang anak yang bermuara
pada satu tujuan untuk mencerdaskan serta memberi
kesempatan kepada anak untuk mengeksplor bagian-bagian
tubuhnya. Disamping itu anak juga akan dapat melakukan
sebuah kegiatan yang tentunya memberi manfaat, dimana
anak dapat memahami setiap aturan ataupun proses dari
setiap aktivitas yang dijalankan.
.
66
BAB V
BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI
A. Pentingnya Bermain Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak usia dini merupakan sesuatu untuk
dapat mempelajari serta belajar banyak hal, dimana anak
dapat mengenal aturan, bersosialisasi dengan teman-
temannya, menempatkan diri disituasi sosial, menata emosi,
bersikap toleransi, kerjasama, dan menjunjung tinggi
sportivitas. Disamping itu, aktivitas bermain juga dapat
mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan
keterampilan motorik anak pada usia dini. Oleh karena itu,
bagi anak usia dini, tidak ada hari tanpa bermain, dan bagi
mereka bermain merupakan kegiatan pembelajaran yang
sangat penting.
Bermain juga menjadi prinsip pembelajaran di Taman
Kanak-Kanak karena bermain merupakan cara yang paling
baik untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini.
Sebelum sekolah, bermain merupakan cara ilmiah anak
untuk menemukan lingkungan, orang lain dan dirinya
sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang
dan lebih mementingkan proses daripada hasilnya. Dengan
bermain pula anak dapat mengembangkan ekspresi sekaligus
menunjukkan aktualisasi dirinya.
Bermain sebagai pendekatan pembelajaran hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan
anak didik, sehingga dalam bermain harus memperhatikan
kematangan dan tahap perkembangan anak didik, alat
bermain atau alat bantu, metode yang digunakan, waktu dan
tempat serta teman bermain. Melalui kegiatan bermain yang
67
dilakukan anak, guru akan mendapat gambaran tentang
tahap perkembangan dan kemampuan umum mereka.
Dengan bermain, anak akan tumbuh dan berkembang.
Paling tidak ada 5 aspek perkembangan yang akan
dirangsang dengan bermain, diantaranya:
1. Aspek Fisik-Motorik
Yang dimaksud aspek “fisik-motorik” adalah kemampuan
gerak, baik gerakan kasar maupun gerakan halus. Dengan
bermain, anak diharapkan dapat mengontrol, baik gerakan
kasar maupun gerakan halusnya.
Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk
merangsang gerakan kasar adalah:
a. Gerakan-gerakan menendang atau mengisap jari
jemari pada bayi.
b. Berjalan pada satu garis lurus atau mengangkat satu
kaki untuk keseimbangan.
c. Dudukkan anak di pangkuan, pegang di bawah
ketiaknya, gerakkan kaki Ibu/Ayah, dan buat suara
seolah-olah anak sedang naik mobil/motor/kuda.
d. Menangkap atau menendang bola.
e. Bermain lompat tali.
f. Bermain ayunan dan banyak lagi.
68
Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan
untuk mengontrol gerakan halus adalah:
a. Menggenggam dan menggerak-gerakkan mainan
pada bayi.
b. Bermain dengan tanah liat, ubleg, play dough.
Kegiatan ini baik untuk melatih keterampilan
mengontrol jari-jemari. Sediakan adonan sagu
dicampur air, berikan pewarna makanan atau
menggunakan saus tomat, kemudian minta anak
mengambil adonan tersebut ke sebuah kertas dan
membuat pola atau bentuk sesuai kehendak yang
mereka inginkan.
c. Mengambil benda-benda berukuran kecil.
Kumpulkan beberapa benda kecil seperti biskuit,
permen, batu kerikil, kulit kerang, dan lain-lain, lalu
minta ananda mengambil benda-benda tersebut dan
menaruhnya ke dalam botol. Kegiatan ini baik untuk
melatih kemampuan gerakan halus serta menyatukan
gerak dan irama antara mata dan tangan.
2. Aspek Sosial
Melalui bermain, ananda belajar mengenal jenis kelamin
mereka, bagaimana membina hubungan dengan orang
69
lain, mengerti aturan, bisa berbagi dengan orang lain,
menunggu giliran, dan mampu memahami orang lain.
a. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan aspek komunikasi anak dengan
teman sebayanya adalah: Ajak anak bermain teka teki
mengenai nama tetangga di sebelah kiri, kanan, dan
depan rumah. Misalnya, “Siapakah nama ayah yang
rumahnya ada di depan rumah kita?”
b. Saat anak bermain dengan teman-temannya, ajarkan
agar ia mau berbagi mainan dengan teman atau
menunggu giliran.
3. Aspek Emosi
Melalui kegiatan bermain, anak dapat melatih
kesabaran, belajar menerima kekalahan, kecewa,
70
mengatur emosi marah, tidak mudah menyerah, dan
dapat mengemukakan perasaan mereka secara wajar.
Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan
untuk merangsang perkembangan emosi adalah:
a. Saat bermain bersama teman, lalu mereka rebutan
mainan, maka anak akan mencoba belajar mengatur
emosi mereka.
b. Anak bermain peran sebagai guru, hal ini dapat melatih
rasa percaya diri.
4. Aspek Bahasa
Saat bermain, anak akan mendengar dan berbicara
dengan orang lain. Hal ini akan melatihnya untuk
memahami orang lain serta menggunakan bahasa untuk
71
mengungkapkan pikirannya. Selain itu, melalui bahasa,
anak juga belajar untuk menjalin hubungan dengan orang
lain dan menambah penguasaan kata.
Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan aspek bahasa adalah:
a. Membacakan buku cerita.
b. Menyanyi lagu-lagu sederhana seperti “Balonku”.
c. Mengajak anak berbicara dan bermain cilukba pada
bayi.
d. Bermain tebak kata. Contoh, “Benda ini dipakai untuk
makan, bentuknya biasanya bulat, apakah itu?”
5. Aspek Kecerdasan
Melalui bermain anak dapat belajar bagaimana
menyelesaikan suatu masalah, meningkatkan daya ingat,
memusatkan perhatian pada suatu kegiatan, dan lain-lain.
Pengembangan kognitif bermain dapat memenuhi
kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan
72
lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam
menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-
tugas perkembangan kognitif lainnya.
Selama bermain, anak menerima pengalaman baru,
memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang
lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain
menyediakan kerangka kerja pada anak untuk
mengembangkan pemahaman tentang diri mereka
sendiri, orang lain dan lingkungan.
Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan aspek kecerdasan adalah:
a. Ajak anak menyanyikan lagu “Satu-satu aku sayang
ibu” hingga selesai. Saat menyanyi dan mengucapkan
satu-satu, tunjukkan angka satu dengan jari, begitu
seterusnya hingga tiga.
b. Ajak anak menebak nama-nama anggota wajah, lalu
beri pujian bila ia berhasil menunjukkan/
menyebutkan. Misal, “Ayo Nak, apa namanya ini?”
sambil Ibu/Ayah menunjuk hidung atau mata, dan
lainnya.
c. Bermain jual beli. Ini adalah awal anak mengenal
angka.
d. Bermain Ludo.
Permainan ini dapat melatih strategi dengan
mengumpulkan angka terbanyak agar anak bisa
mengalahkan lawan, sepertinya sederhana, namun
ketika dimainkan, otak kiri dan kanan aktif dengan
perhitungan numerik. Dengan kata lain permainan ini
melatih kemampuan menganalisa pada anak.
73
e. Bermain congklak.
Dengan permainan ini banyak aspek perkembangan
yang dapat ditingkatkan pada diri anak, salah satunya
adalah kemampuannya untuk berhitung jumlah biji
permainan dan memasukkannya ketempat yang tepat.
f. Menyusun pola warna
B. Ciri-Ciri Bermain
Adapun ciri-ciri dalam bermain menurut Slamet
Suyanto (2005:117-118) yaitu:
1. Aktif
Hampir pada semua permainan membuat anak menjadi
lebih aktif, baik secara fisik maupun psikis. Anak
melakukan eksplorasi, investigasi, ekperimen, dan ingin
tahu tentang orang, benda, ataupun kejadian.
74
2. Menyenangkan
Kegiatan bermain tampak sebagai kegiatan yang sejatinya
ditujukan untuk bersenang-senang. Anak-anak tertawa,
berteriak lepas, dan ceria seakan tidak memiliki beban
hidup.
3. Motivasi intrinsik
Bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena itu
dilakukan bukan hanya karena adanya tuntunan
masyarakat tetapi lebih dari itu, bermain merupakan
kebutuhan dasar pada diri anak-anak.
4. Memiliki aturan
Setiap permainan ada aturannya. Anak-anak harus
menaati peraturan itu demi tercapainya permainan yang
menarik dan terhindar dari konflik.
5. Simbolis dan berarti
Pada saat bermain, anak menghubungkan antara
pengalaman lampaunya dengan kenyataan yang ada.
Bermain memungkinkan anak menggunakan berbagai
objek sebagai simbol dari benda atau orang lain sehingga
disebut simbolis. Peran-peran yang dimainkan anak
biasanya meniru peran orang yang lebih dewasa dalam
masyarakatnya sehingga kegiatan tersebut sangat berarti
bagi anak.
6. Memiliki kelenturan
Bermain memerlukan kelenturan. Kelenturan ditujukan
baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta
berlaku dalam setiap situasi.
75
C. Jenis – Jenis Bermain
Berdasarkan berbagai pengamatan terhadap kegiatan
anak-anak dalam bermain, dan berbagai hasil kajian
beberapa ahli yang peduli terhadap perkembangan anak,
dapat dikemukakan berbagai jenis bermain yang sering
dilakukan oleh anak usia dini, antara lain adalah bermain
sosial, bermain benda, bermain peran dan bermain
sosiodrama.
1. Bermain sosial
Dalam bermain sosial, gurulah yang mengamati cara
bermain anak, dan dia akan memperoleh kesan bahwa
partisipasi anak dalam kegiatan bermain dengan teman-
temannya akan menunjukkan derajat partisipasi yang
berbeda. Menurut Partern, ia mengelompokan kegiatan
bermain berdasarkan derajat partisipasi seseorang dalam
bermain, diantaranya:
a) Unoccupied Play (tidak peduli) adalah kegiatan
bermain ketika anak hanya mengamati kejadian yang
menarik perhatiannya. Jika pendidik melihat anak
masih ada pada tahap ini, ajak ia untuk memperhatikan
kegiatan temannya agar muncul keinginan dan
semangatnya untuk bermain. Seperti permainan
olahraga lari yang bisa dilakukan oleh anak setelah
melihat beberapa temannya melakukan kegiatan
tersebut.
b) Solitary Play (bermain soliter) adalah kegiatan
bermain yang dilakukan oleh seorang anak, dan ketika
bermain, anak tidak memperhatikan apa yang
dilakukan anak lain disekitarnya. Seperti permainan
puzzle yang dilakukan secara bersama tetapi anak
76
bermain sendiri Menyusun puzlenya tanpa terlibat
permainan yang sama dengan teman-temannya.
c) Onlooker Play (bermain sebagai penonton) adalah
bentuk bermain ketika anak hanya sebagai penonton
saja, anak bermain sendiri sambil melihat anak lain
bermain di dalam ruangan yang sama. Seperti bermain
tebak lagu dengan gerakan yang tujuannya untuk
memastikan anak-anak untuk bertanya serta
mempraktekkannya.
d) Parallel Play (bermain pararel) dalah kegiatan bermain
yang dilakukan sekelompok anak dengan
menggunakan alat permainan yang sama, tetapi
masing-masing bermain sendiri-sendiri. Anak akan
menunjukan tahapan perkembangan bermain sosial
yang berbeda-beda. Seperti anak bermain dengan
menggunakan peraga yang sama tetapi masing-masing
anak tidak terjadi komunikasi untuk meningkatkan
interaksi.
2. Bermain dengan benda
Bermain dengan benda merupakan bentuk kegiatan
ketika anak dalam bermain menggunakan atau
mempermainkan benda-benda tertentu, dan benda-
benda tersebut dapat menjadi hiburan tersendiri yang
menyenangkan bagi anak yang sedang memainkannya.
Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan anak usia
dini sebaiknya menyiapkan berbagai permainan,
sekaligus menyediakan benda-benda yang dapat
digunakan secara aman dan nyaman bagi anak-anak
dalam bermain.
77
Beberapa tipe bermain dengan benda menurut Piaget
(1962) adalah sebagai berikut :
a) Bermain praktis adalah bentuk bermain ketika anak-
anak melakukan berbagai kemungkinan
mengeksplorasi berbagai objek yaang digunakan.
b) Bermain simbolik adalah bentuk bermain dimana
anak-anak menggunakan imajinasi dalam bermain.
c) Bermain dengan aturan adalah bentuk bermain yang
dapat dilakukan secara optimal apabila syarat-syarat
dalam bermain dipenuhi dan dipatuhi oleh semua
anak yang yang sedang bermain. Syarat-syarat
tersebut, antara lain berkaitan dengan waktu (time),
tempat (pleace), peralatan (things), teman (fellows),
aturan (rules).
3. Bermain peran
Pendidikan anak usia dini sering dihadapkan oleh
berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan bidang
pengembangan maupun yang menyangkut hubungan
sosial. Melalui permainan peran, anak dapat mencoba
mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara
memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga
secara bersama dapat mengeksplorasi perasaan, sikap,
nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran
berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi
pribadi model ini membantu anak-anak menemukan
makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi
dirinya. Maka dari itu, melalui model ini anak-anak diajak
untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang
78
dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang
beranggotakan teman-temannya.
4. Bermain di sekolah
Dalam beberapa hal, bermain di sekolah berbeda
dengan bermain di rumah. Biasanya di sekolah memiliki
kesempatan bermain dalam kelompok lebih besar
daripada di rumah. Dalam bermain di sekolah, terkadang
anak sering sekali mengalami berbagai gangguan dari
teman-temannya sehingga mereka perlu belajar
mengatasi gangguan yang diterimanya tersebut. Di
sekolah, guru juga biasanya lebih sering berusaha
melakukan perencanaan pembelajaran dibandingkan
orang tua mereka pada umumnya.
Bermain disekolah dapat membantu
perkembangan anak apabila guru cukup memberikan
waktu, ruang, materi dan kegiatan bermain yang tepat.
Anak-anak membutuhkan waktu tertentu untuk
mengembangkan keterampilan dalam bermain.
Tersedianya ruang dan materi mainan merupakan
prasyarat tumbuhnya bermain yang produktif.
Sejalan dengan perkembangan usia dan
kematangan anak, sedikit demi sedikit mereka akan
mengurangi kegiatan bermain di dalam kelas, bukan
karena bosan atau tidak suka lagi bermain, tetapi mereka
mulai berkonsentrasi pada pembelajaran yang sedang
dijalani. Bermain di lembaga-lembaga pendidikan anak
usia dini pada umumnya dapat dilakukan didalam dan
diluar ruangan tergantung dari situasi dan kebutuhan.
79
5. Bermain di dalam ruangan.
Bermain dalam ruangan biasanya melibatkan
lebih sedikit anak serta situasi ruangan lebih tenang
dimana ruangannya juga cukup luas karena ruangan
untuk bermain biasanya dirancang dan ditata sedemikian
rupa sehingga dapat dipergunakan untuk berbagai
macam kegiatan. Pada umumya, setiap kegiatan bermain
memiliki ruangan tersendiri.
Dalam rangka memperlancar kegiatan anak dalam
bermain, guru harus berusaha menyediakan berbagai
macam alat dan perlengkapan untuk memperluas ide
bermain anak. Umumnya kelas untuk anak usia dini
memiliki sarana bermain dengan menggunakan meja atau
benda lainnya yang menopang dalam aktivitas bermain
anak.
6. Bermain diluar ruangan
Bermain diluar ruangan lebih banyak
menimbulkan suara serta membutuhkan kekuatan dan
lebih bersemangat. Bermain diluar ruangan
membutuhkan lokasi yang luas untuk anak berlari,
melompat bahkan anak bisa menggunakan sepeda pada
permainannya.
Sebaiknya guru menyadari bahwa tempat luar
ruangan kelas tidak terbatas hanya untuk
mengembangkan otot atau gerakan kasar saja, tetapi
dapat digunakan untuk berbagai aktivitas yang dilakukan
pada saat di dalam ruangan.
Sarana dan prasarana bermain dengan
mengutamakan perkembangan gerakan kasar harus
ditata sedemikian rupa, sehingga tidak membahayakan
80
anak-anak. Alat-alat yang digunakan di luar biasanya
bersifat menantang, tetapi harus aman dan mudah dalam
penggunaannya sehingga anak terhindar dari perasaan
frustasi. Alat-alat yang akan dipergunakan diluar ruangan
harus dicek setiap kali sehingga yakin bahwa keadaan
alat-alat dalam kondisi yang baik dan bersih serta tidak
menimbulkan risiko bahaya bagi anak.
D. Bermain Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Bermain bagi anak berkebutuhan khusus (spesial
needs) membutuhkan pengaturan lingkungan secara khusus
pula sehingga mereka dapat melakukan kegiatan bermainnya
secara efektif. Misalnya, seorang anak yang menggunakan
kursi roda tidak akan mampu bermain balok apabila balok
tersebut diletakkan dilantai, ini merupakan sebuah contoh
yang kurang efektif.
Anak yang perkembangannya terlambat, pada
umumnya akan bermain seperti anak yang usianya lebih
muda, mereka biasanya tidak mampu bermain secara normal
dan alami bersama anak lain serta tidak mampu memainkan
kegiatan bermain dengan aturan tertentu yang telah
ditetapkan. Bahkan beberapa anak perlu bimbingan khusus
dalam menjalankan aktivitas bermainnya.
Gunsberg dalam Patmonodewo (2003),
mengemukakan bahwa kegiatan bermain yang dapat
dimainkan secara berulang-ulang sangat baik untuk anak
yang ditelantarkan dan kurang mendapat perhatian. Dengan
mempergunakan alat permainan para guru dapat melakukan
pendekatan yang efektif, memberikan respons kepada anak-
anak yang diterlantarkan oleh orang tua mereka, bahkan
81
anak-anak yang terlantarkan akan melakukan kelekataan dan
percaya pada guru mereka.
Anak dengan kebutuhan khusus perlu diperhatikan
dengan khusus pula. Agar perkembangannya sesuai dengan
yang diharapkan, inilah kiat yang pas untuk anak balita
berkebutuhan khusus, diantaranya:
a) Ketika bermain bersama, dorong balita untuk berbicara
b) Gunakan satu mainan pada satu waktu
c) Lantai dapat dipilih untuk tempat bermain yang aman.
d) Gunakan kata-kata yang nyata sebanyak mungkin.
Seperti anak normal, anak berkebutuhan khusus juga
membutuhkan alat bermain yang dapat menstimulasi otak
dan membantu mereka mengeksplorasi disekeliling mereka,
diantaranya pada anak:
a) Sindroma down
1. Boneka empuk dan lembut, karena kebutuhan untuk
mendapatkan pelukan atau kehangatan sangat tinggi
bagi penyandang sindroma down.
2. Mainan dorong, bisa membantu anak latihan berjalan dan mendapatkan keseimbangan. Mainan dorong yang bisa berbunyi akan sekaligus menstimuli pendengarannya
3. Buku sentuh dapat membuat anak merasakan, karena melihat gambar, menyentuh, merasakan tekstur dan mendengarkan kata-kata saat dibacakan buku dapat juga merangsang semua indera anak.
82
b) Cerebral Palsy 1. Mainan dengan remote control, yang bisa dioperasikan
dengan satu tangan, seperti mobil-mobilan yang menggunakan remote control.
2. Puzzle keping besar dilengkapi knop, agar mudah dipegang, dilepas dan dipasang kembali, sangat baik untuk anak penyandang cerebral palsy yang memiliki kekakuan di bagian tangan.
E. Masalah Gender Dalam Bermain Cara bermain pada anak usia dini menunjukan
perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Perbedaan
tersebut telah dibawa sejak lahir, atau lebih ditentukan secara genetik. Perbedaan tersebut juga disebabkan oleh cara pengasuhan yang berbeda sejak anak dilahirkan.
Banyak dijumpai, bahwa anak laki-laki lebih banyak bermain secara kasar, lebih aktif dibandingkan cara bermain
83
pada anak perempuan. Anak laki-laki juga lebih menyukai
permainan yang bersifat petualangan dan perang-perangan yang disertai unsur perlawanan. Sedangkan anak perempuan lebih suka bermain yang alat permainan dan kegiatan yang lebih bervariasi. Anak perempuan juga lebih suka bermain secara berkelompok kecil dan lebih sering mempunyai teman khayalan daripada anak laki-laki. Pada umumnya, dalam permainan pada anak usia dini cenderung memilih teman sejenis yang dianggap mempunyai minat dan hobi yang sama dengan mereka.
Peran guru disini disarankan untuk tidak membedakan sarana dan kegiatan bermain antara anak laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, anak akan memiliki peluang yang sama dan kesempatan luas, baik dalam mengembangkan kegiatan bermain maupun keterampilannya sehingga menjadi sebuah kesinambungan nilai bermain tersebut, baik di dalam pendidikan formal maupun di masyarakat pada lingkungan dimana anak
berada.
F. Guru Dalam Bermain
Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan dan kebijakan pemerintah khususnya dalam pengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pemerintah telah mempertegas Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar (SK-KD) dalam didang pengembangan anak usia dini. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mengembangkan silabus
dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara cermat setiap bidang pengembangan sehingga kegiatan bermain tersebut mendapat dukungan dari lingkungan sekolah dan bermain dapat mengembangkan dan mewujudkan kompetensi anak.
84
Dalam kegiatan bermain di sekolah, baik di kelas
maupun luar kelas guru memiliki peran yang sangat penting.
Paling tidak, sedikitnya guru harus mampu memerankan
dirinya sebagai:
1. Perencana.
Guru harus mampu membuat RPP yang diintregrasikan
dalam setiap permainan. Guru juga harus merencanakan
pengalaman baru agar anak-anak terdorong untuk
mengembangkan minatnya.
2. Pengamat.
Guru harus melakukan pengamatan terhadap setiap
kegiatan anak serta mengamati berapa lamanya anak
melakukan kegiatan bermain.
3. Model.
Guru harus terjun langsung mengikuti kegiatan bermain
yang sedang dilakukan anak-anak sehingga mereka harus
memahami berbagai aturan dari setiap permainan
tersebut dengan menghargai kegiatan bermain pada
setiap permainan anak.
G. Bermain Seraya Belajar
Bermain seraya belajar menekankan pada jenis
permainannya. Artinya, ada jenis-jenis permainan yang
tentunya lebih cocok atau bahkan didesain secara khusus
untuk mempermudah anak dalam belajar.
Banyak orangtua yang mengeluhkan anaknya lebih
senang bermain daripada belajar. Belajar yang dimaksud,
barangkali seperti duduk manis sambil membaca buku,
mengerjakan sesuatu dengan tekun dan tertib, atau
mendengarkan petuah yang diberikan oleh orangtua.
85
Padahal sebuah penelitian dari The Smithsonian Institute, di
Amerika Serikat menyebutkan bahwa bermain adalah sarana
paling tepat untuk menumbuhkan pola berpikir kritis dan
kreatif pada anak.
Saat bermain anak akan menemukan banyak hal yang
menggelitik otak maupun perasannya. Misalnya mengapa
ular berjalan merayap, kelinci melompat, burung bisa
terbang dan ikan bisa berenang. Tanpa pernah menyaksikan
peristiwa secara langsung pada hewan yang menjadi contoh
tersebut tentu pertanyaan itu tidak akan muncul dalam
benak anak.
Selama bermain, orangtua hendaknya menanggapi
secara positif pertanyaan kritis yang muncul pada anak.
Berikan penjelasan yang bisa memancing pikiran kritis
selanjutnya, misalnya dengan mengajak anak melihat hewan-
hewan yang lain, seperti ayam yang memiliki dua kaki, sapi
memiliki empat kaki dan seterusnya. Ajak anak membuat
perbandingan kehidupan hewan dengan benda-benda yang
pernah dijumpainya, seperti burung yang terbang dengan
perumpamaan pesawat udara, ikan yang berenang dengan
perumpamaan kapal laut dan sebagainya.
Bila anak sudah besar, orangtua dapat mengajaknya
mencoba permainan yang ilmiah tanpa harus membuatnya
mengerutkan kening, misalnya mengapa air tidak bisa
menyatu dengan minyak, jeruk yang tidak dikupas akan
mengambang di air sedangkan jeruk yang telah dikupas akan
tenggelam. Meski tampak sederhana, sebenarnya anak
sedang belajar tentang hukum Archimendes. Kulit jeruk
banyak mengandung udara sehingga membuatnya menjadi
mengambang dan tidak mudah untuk tenggelam. Sehingga,
86
satu pertanyaan yang muncul saat anak sedang bermain ada
banyak manfaat yang didapatkannya sekaligus pada saat
bersamaan. Walau begitu, pengawasan memang diperlukan
bagi anak saat bermain tetapi tidaklah juga bijak jika terus
membuntutinya kemanapun ia bergerak karena anak juga
memiliki hak dan kebebasan untuk melakukan hal sendiri.
Dengan demikian, permainan yang dimaksud bukan
hanya untuk mainan semata, tetapi permainan yang dapat
menstimulasi minat belajar anak. Oleh karena itu, jika anak
mampu memainkan jenis mainan tertentu secara sempurna,
maka anak tersebut dikatakan berhasil bermain secara
belajar.
H. Belajar Seraya Bermain
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa ketika anak sedang
bermain, sesungguhnya mereka sedang belajar. Karena anak
yang bermain adalah anak yang menyerap berbagai hal baru
di sekitarnya. Proses ini disebut montessori sebagai aktivitas
belajar.
Dengan demikian, tekanan pada belajar seraya
bermain adalah lebih mengutamakan belajar daripada
bermain. Bermain hanya sebatas sarana dan bukan sebagai
tujuan. Ini semata-mata dilakukan agar anak lebih terfokus
pada apa yang sedang dipelajarinya.
I. Menggali dan Mengoptimalkan Bakat Anak
Setiap anak pada dasarnya terlahir memiliki bakat
dalam dirinya, meskipun demikian potensi yang
tersembunyi pada tiap anak tentu butuh untuk diasah dan
anakpun tetap memerlukan motivasi agar bakatnya dapat
87
berkembang secara optimal dan peran orangtua maupun
lingkungan dimana anak berada sangat besar pengaruhnya
dalam pengembangan potensi bakat anak.
Anak membutuhkan kesempatan yang diberikan oleh
lingkungan untuk mengembangkan segala sesuatu yang
belum atau telah mereka miliki, dengan cara mengenal,
menggali, dan menyalurkan bakat dan minat yang ada pada
diri mereka. Sebagai orang tua ada beberapa hal yang dapat
kita lakukan agar anak dapat menyalurkan dan
mengembangkan bakat dan minatnya, diantaranya :
1. Eksplorasi Diri
Orangtua perlu membantu anak untuk dapat
mengeksplorasi dirinya. Bila anak kelihatan menyukai
olahraga tertentu, ikutkan ia pada klub-klub olahraga
yang menjadi minatnya tersebut demikian pula bila anak
lebih menyukai musik, ikutkan ia pada kursus musik.
Kalau anak menyukai kegiatan berlama-lama di air, ia
bisa diikutkan kursus renang tapi tentunya tanpa disertai
sebuah pemaksaan karena hal ini dapat membuat anak
tertekan dan terpaksa harus mengikutinya. Beri
kesempatan yang seluas-luasnya pada anak untuk
mencoba berbagai hal yang positif, kemudian biarkan ia
sendiri yang memutuskan bidang dan kegemaran apa
yang menjadi pilihan minatnya sehingga ini bisa
membantu ia untuk dapat fokus menekuninya.
2. Menetapkan Cita-cita
Arahkan anak untuk menetapkan satu impian dan
bimbinglah anak untuk meneropong minat yang sesuai
dengan kemampuannya. Sesuatu yang tersembunyi dan
harus dieksplor inilah yang disebut sebagai bakat. Bila ini
88
tidak dieksplor maka selamanya ia akan menjadi
terpendam dalam diri anak-anak apa yang sering kita
sebut sebagai bakat terpendam, tentu kita tidak ingin jika
nanti anak menyalahkan kita sebagai orang tua karena
tidak mendukung sesuatu yang menjadi bakatnya.
3. Membuat Rencana Matang
Selaku orantua sebaiknya kita mendampingi anak
membuat sebuah perencanaan yang matang dan terarah.
Selaku orangtua perlu untuk memperhitungkan usia anak,
kegiatan anak serta kemampuan belajarnya apakah cepat
menangkap sesuatu atau justru lamban. Siapkan dana
untuk memfasilitasi itu semua agar kedepan kita tidak
dipusingkan oleh berbagai hal karena adanya
pembangkangan pada diri anak.
Jikalau anak memiliki cita-cita menjadi pemain bola
profesional, maka ikutkan ia ke klub sepakbola yang kini
banyak dan menjamur di kota-kota tempat kita tinggal.
Demikian pula bila ia ingin menjadi pemain gitar yang
profesional, maka siapkan dan cari guru yang mumpuni
dibidang gitar untuk melatih anak dan sebagainya. Kita
juga perlu menyediakan berbagai sumber buku bacaan
dan rujukan bagi anak yang ini semua dapat menunjang
minatnya dan tentunya sekolah formal juga dipersiapkan
agar anak dapat berkonsentrasi secara penuh serta
semakin fokus dengan kegiatan yang dijalaninya.
Kesiapan mental anak juga perlu dibangun dengan
memaparkan secara jujur prospek yang menjadi cita-
citanya sehingga pilihan profesi menjadi sesuatu yang
disadari oleh anak akan kebermanfaatannya kelak.
89
4. Mengajak Anak Melihat Kesuksesan
Seandainya anak sudah merasa mantap dengan
pilihannya, maka galilah potensi anak yang dapat
mendukung keberhasilannya dalam mencapai cita-cita
tersebut dan doronglah anak untuk dapat berprestasi
dibidang yang ia minati. Peliharalah motivasi anak dengan
mengikutkan dan menyaksikan pertunjukan atau melihat
karya para tokoh yang sukses dibidang yang ia minati
5. Menumbuhkan Ketekunan
Bakat saja ternyata tidaklah cukup bagi
pengembangan anak. Dibutuhkan sebuah ketekunan dan
konsistensi dalam memelihara dan memupuk itu semua
karena bisa saja menimbulkan suatu yang menyebabkan
rasa jenuh dan bosan pada diri anak ketika menjalaninya.
Sebagai orangtua tentu memiliki tanggung jawab yang
besar agar dapat selalu memotivasi pada diri anak agar
tidak gampang menyerah begitu saja terhadap hal yang
menjadi cita-citanya.
Perlu juga kiranya memperhatikan rambu-rambu dalam
mengasah bakat dan kemampuan anak, oleh karenanya
stimulasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
dilakukan. Mengikutkannya dalam berbagai kegiatan yang
digemarinya memang baik buat anak tetapi penting juga bila
kegiatan tersebut disertai dengan latihan yang dapat diulang
di rumah. Bila dalam perjalanannya anak mengalami rasa
jenuh dan bosan dengan kegiatan yang ia jalani, itu
mengindikasikan kalau anak sudah tidak menikmati kegiatan
mengasah bakat yang ia jalani. Padahal apapun bentuk
pelatihannya dan berapapun jumlah serta lamanya kegiatan,
kalau itu dapat dinikmati maka tidak ada masalah.
90
Anak dengan multitalenta biasanya sangat berselera
untuk mengikuti beberapa kegiatan asah bakat sekaligus.
Orangtua dapat membantu anak dalam menyusun dan
membantu mengatur waktu anak agar ia tidak terlalu letih
menjalani itu semua atau membuat skenario supaya aktivitas
yang satu dengan aktivitas lain yang sedang dijalani menjadi
tidak tumpang tindih. Agar kegiatan mengasah bakat anak-
anak betul-betul dapat memberikan manfaat, maka ada
rambu-rambu yang sebaiknya dikuti, diantaranya :
a. Sesuaikan stimulasi dengan usia dan kemampuan anak
Kita tidak perlu memaksa anak untuk dapat dengan cepat
mempelajari tekhnik-tekhnik keterampilan tertentu yang
diberikan kepadanya. Bila anak belum mampu
melakukannya dengan baik, berilah kesempatan pada
anak untuk dapat memperbaiki diri dengan tidak
membentak anak, mengancam atau memarahi apalagi
menghujat dengan perkataan-perkataan yang negatif yang
nantinya bisa saja direkam oleh anak serta bisa menjadi
sumber traumatik pada fase-fase berikutnya.
b. Jangan terlalu berambisi
Sebagai orangtua sebaiknya kita tidak boleh terlalu
berlebih-lebihan terhadap anak karena yang akan
menjalaninya adalah anak itu sendiri dan bila ini terus
dilakukan oleh orangtua akan bisa menyebabkan sumber
frustasi, bukan hanya pada anak tapi juga pada orangtua
sehingga bisa sering menimbulkan pertengkaran diantara
orangtua dan anak terutama seandainya minat anak
sendiri tidak sesuai dengan yang menjadi keinginan
orangtua yang bisa jadi ambisi atau harapan yang tinggi ini
91
sebenarnya merupakan ambisi dari orangtua itu sendiri
yang dibebankan kepada anaknya.
c. Batasi jumlah kursus
Berbagai les dan kursus yang diikuti begitu banyak oleh
anak tak akan bermanfaat bila ia mengikutinya dengan
setengah hati. Bahkan bisa jadi menimbulkan kelelahan
fisik dan mental bagi anak. Kelelahan fisik bisa saja lebih
mudah untuk diatasi dengan beristirahat. Namun,
kelelahan mental lebih rumit untuk memulihkannya
karena terkadang disertai dengan perilaku negatif yang
tentunya tidak kita inginkan. Pilihlah kursus yang benar-
benar menjadi minatnya anak.
d. Jangan memberi jadwal terlalu padat
Perlu diingat kalau masa kanak-kanak adalah masanya
dimana ia bermain bersama teman-temannya. Bila ia
sudah dituntut untuk menjalani jadwal yang super padat
dan ketat, tentu ini membuat anak kehilangan waktu
bermainnya. Meskipun terlihat baik dimata orangtua,
sebenarnya rutinitas semacam ini sangat merugikan jika
anak kehilangan masa indahnya bermain.
e. Jangan memaksa
Pemaksaan hanya akan menelurkan hasil yang tidak
optimal termasuk dalam hal menstimulasi bakat dan
minat anak. Sebagai contoh anak dipaksa untuk bermain
gitar supaya semakin mahir dan biar kelihatan keren
ketika memainkannya didepan orang yang mengakibatkan
anak dipaksa latihan seharian penuh. Sebaiknya, biarkan
ia sendiri memilih bidang yang menjadi minatnya selama
itu masih merupakan hal yang positif. Orangtua sejatinya
hanya mengarahkan dan memfasilitasi saja.
92
f. Jangan terlalu mendorong
Ada beberapa anak-anak yang membutuhkan dorongan
dan motivasi yang kuat untuk menguasai suatu bidang
tertentu. Namun, dorongan yang begitu kuat dan berlebih-
lebihan malah akan membuatnya kehilangan konsentrasi
untuk dapat fokus menekuninya. Sebagian anak dapat
melakukannya tetapi ada juga yang merasa dorongan yang
diberikan tersebut sangat memberatkan dan
membebaninya. Jadi aturlah waktu sedemikian rupa agar
selama anak berlatih, anak selalu dalam kondisi yang
nyaman untuk melakukannya.
Jika anak tidak termotivasi menjalani kegiatan yang
mengembangkan bakatnya, maka dalam waktu empat,
lima tahun kedepan mungkin anak akan segera merasakan
kebosanan. Akhirnya, anak menjadi malas untuk belajar
dan terus mengambangkannya yang tentunya ini sangat
disayangkan sekali bagi pengembangan bakat anak. Yang
cukup mengenaskan lagi jika anak menjadi benci terhadap
bidang yang tadinya sangat ia minati dan gemari karena
merasa tertekan dalam menjalaninya bahkan bisa saja ia
memiliki konsep hidup terhadap dirinya sendiri yang
negatif. Anak bisa saja memandang kalau hidup adalah
sesuatu yang sangat berat, tidak menyenangkan,
membosankan, sehingga akibat tekanan tersebut akhirnya
menimbulkan situasi stres pada diri anak. Bila ini terjadi,
mungkin akan membuat minat anak menjadi turun bahkan
padam sama sekali.
93
Untuk mencermati bakat yang dimiliki oleh anak, ada
baiknya melihat beberapa hal untuk diperhatikan,
diantaranya :
1. IQ Anak
Anak yang memiliki IQ yang tinggi memiliki potensi untuk
mengingat lebih kuat. Otak seolah-olah mampu merekam
segala yang terlihat oleh anak. Ketika anak dijelaskan
jenis-jenis hewan, anak dalam waktu yang tidak begitu
lama akan mudah mengingatnya bahkan beserta ciri
hewan yang dijelaskanpun dapat diingat dengan sedetil-
detilnya. Anak juga memiliki perbendaharaan kata yang
relatif banyak dan memiliki kemampuan memberi makna
pada kata yang diketahuinya.
Anak juga mampu berpikir logis dan kritis dan saat
menginjak usia prasekolah anak sudah mampu
memecahkan soal aljabar sederhana. Kejeniusannya
terlihat dari kesenangannya mempelajari berbagai
bacaan tebal seperti kamus, ensiklopedia dan sejenisnya,
serta mampu memecahkan berbagai soal dengan cepat,
serta cepat pula anak menemukan kesalahan dan
kekliruan. Tak jarang anak juga menunjukkan
kemampuan supernya seperti mampu membaca lebih
cepat diusia yang relatif lebih muda dibandingkan dengan
teman-teman seusianya. Kemampuan membaca ini
kadang muncul tanpa pernah diajarkan sebelumnya
secara khusus.
2. Kreativitas Anak
Kreativitas ditandai dengan dorongan ingin tahu yang
begitu besar pada diri anak. Anak sering mengajukan
beberapa pertanyaan yang berbobot, memberi banyak
94
gagasan dan usulan terhadap suatu masalah, anak bebas
saat menyatakan pendapat, memiliki rasa keindahan,
menonjol dalam satu bidang seni, memiliki pendapat
sendiri, dapat mengutarakan pendapatnya dan tak mudah
terpengaruh oleh pendapat orang lain yang ada
disekitarnya, punya rasa humor yang tinggi, daya
imajinasinya kuat, serta orisinalitasnya tinggi yang
tampak kala anak mengungkapkan gagasan, buah pikiran
dan sejenisnya.
Selain itu, anak juga mampu bekerja sendiri, senang
mencoba hal-hal baru, dan mampu mengembangkan atau
memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasinya
bagus).
3. Motivasi Anak
Anak kecendrungan memiliki ketekunan menghadapi
tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama dan tak mau berhenti sebelum selesai).
Anak juga ulet dalam menghadapi suatu kesulitan (tak
mudah putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar
untuk menunjukkan prestasi, ingin mengetahui dan
mendalami materi atau bidang pengetahuan yang
diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin
(tak mudah puas dengan prestasi yang diraihnya),
menunjukkan minat terhadap aneka permasalahan
“orang dewasa” semisal soal pembangunan, korupsi,
keadilan dan sebagainya. Anak juga senang dan rajin
dengan penuh semangat, sehingga cepat bosan pada
tugas-tugas yang sifatnya rutinitas, memiliki orientasi
pada tujuan-tujuan jangka panjang disamping itu anak
dapat pula menunda pemenuhan kebutuhan yang sesaat.
95
Meskipun terdapat keistimewaan anak berbakat dalam
proses belajarnya, sebagai orangtua jangan segan-segan
untuk membacakan berbagai cerita menarik pada anak dan
setelah itu, biarkan anak untuk menanggapi cerita tersebut
dan orangtua dapat pula mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kritis pada anak.
Buku-buku pengetahuan dan fiksi, video, mainan, alat-
alat musik, alat melukis, dan alat permainan olahraga baik
digunakan untuk menemukan dan mengasah bakat anak-
anak. Setelah bakatnya terlihat, orantua bisa melatih
mendalaminya atau mengikuti pada kelompok-kelompok
sanggar yang mampu menempa bakat anak.
96
DAFTAR PUSTAKA
Bayu Nugraha, dkk. 2015 Pendidikan Jasmani Olahraga Usia Dini.
Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV, Edisi 1.
Depdiknas. 2006. Permendiknas.No.22 tentang Tujuan
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta:
Depdiknas.
, 2007. Mengembangkan Bakat Anak. Nakita, panduan
tumbuh kembang anak.
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini. 2011. Bermain
Bagi AUD Dan Alat Permainan Yang Sesuai Usia Anak.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan
Nasional
Elva Wati. 2018. Pengembangan Permainan Aktivitas Jasmani
Dalam Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Anak
Usia 5-6 Tahun Di Paud Permata Bunda Kota Bengkulu.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga.
Firmansyah, H. 2009. Hubungan Motivasi Berprestasi Siswa
dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 6 No. 1.
Giriwijono, Santosa dan Dikdik Zafar. 2013. Ilmu Kesehatan
Olahraga. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Hasan, Aliah B. Purwakania. 2008. Pengantar Psikologi
Kesehatan Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jilid VI,
Terjemahan Meitasari dan Muslischah. Jakarta : PT.
Erlangga. (Inggris : Mc Graw-Hill, Inc.
97
https://www.google.com/amp/s/mithayani.wordpress.com/20
12/06/05/gerakdasardalam-pendidikan-
jasmani/amp/ diakses 5 okt 2020
https://www.academia.edu/36736797/Pengertian_Pendidikan
_Olahraga. Diakses pada 04 Oktober 2020
http://paudbook.blogspot.com/2012/01/pertumbuhan-dan-
perkembangan-anakusia diakses 5 okt 2020
http://penjaskes-
pendidikanjasmanikesehatan.blogspot.com/2010/12/p
eranan-olahraga-usia-dini.html
http://www.ayahbunda.co.id/balita-bermain-
permainan/mainan-anak-berkebutuhan-khusus
http://yudhaenisanew.blogspot.com/2014/11/peran-
pendidikan-jasmani-dalam_7.htmli/
https://quebie.wordpress.com/kesehatan/jasmani/pengertian-
jasmani-dan-olahraga/ diakses 5 okt 2020
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3636266/6-
manfaat-olahraga-untuk-tumbuh-kembang-anak.
Diakses pada 04 Oktober 2020
https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-tujuan-
ruang-lingkup-dan-manfaat-pendidikan-jasmani.html.
Diakses pada 04 Oktober 2020
http://ardyansyahprasetiadi.blogspot.com/2014/11/olahraga-
bagi-usia-dini.html. Diakses pada 04 September 2020
Ma’mun, Amung dan Saputra, Yudha M. 2000. Perkembangan
Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Ditjen Pendidikan
dasar dan Menengah. diakses 5 okt 2020
Maria Martha, Veramyta. 2015. “Aktivitas Pendidikan Jasmani
Bagi Anak Usia Dini”. Motion, Volume VI, No.1.
98
Masitoh, dkk. Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-
Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005.
Mulyana. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Rosda.
Mulyanto, Respaty. 2014. Belajar dan Pembelajaran Penjas.
Bandung: UPI.
Nadi, S. 2013. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Jasmani.
Nugraha, Bayu. 2015. “Pendidikan Jasamni Olahraga Usia Dini”.
Jurnal Pendidikan Anak. Volume IV. No 1. Hal 559.
diakses 17/12/2015 pukul 15:50 WIB
Aditama. Wahyudin, Uyu dan Mubiar Agustin. 2011.
Perkembangan anak usia dini. Bandung : PT Refika
Riadi, Muchlisin. 2018. “Pengertian Tujuan Ruang Lingkup dan
Manfaat Pendidikan Jasamani”.
Rubiyato. 2014. “Peranan Aktifitas Olahraga Bagi Tumbuh
Kembang Anak”. Jurnal Pendidikan Olah Raga.Volume. 3.
No. 1. Hal 61-63.
Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (SD/MI). Jakarta: Litera.
Sudarwan Danim. 2013. Pekembangan Peserta Didik. Bandung :
Alfabeta
Suherman, Adang. 2009. Revitalisasi Pengajaran Dalam
Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI.
Supomo, H. 2010. Hakikat Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Sutirna. (2013). Perkembangan Dan Pertumbuhan Peserta Didik.
Yogyakarta: penerbit andi
Syahputra Setiadi, Ardyan. 2014. “Olahraga Bagi Anak Usia Dini”.
Wikipedia .2015.Pendidikan Jasmani.
Zulkifli, L. 2001. Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
99
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
Ridwan, M.Psi, Psikolog, Tempat/Tgl.
Lahir: Sarko, 16 oktober 1973, merupakan candidat Doktor, S2 Magister Profesi Psikologi
UNISBA (Lulus 2012), dan S1 Fakultas Psikologi UNISBA (Lulus 1998) saat ini
sebagai Dosen dan Kepala Jurusan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Di Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Yang Beralamat Kantor Di Jalan Jambi- Muara Bulian KM 16, Simp, Sei Duren Kab. Ma. Jambi, E-mail: [email protected].
Orangtua laki bernama Bapak : H. Yahya Nawawi (Almarhum), ibunya bernama Rosda (Almarhumah), Menikah dengan Sriwahyuni, dikaruniai 3 orang anak yaitu Rhasendrya Pradipta Bagaskara, Alzena Ghania dan Nugie Fikri Anugrah.
Aktifitas: 1. Dosen PNS pada UIN STS Jambi (2007-sekarang) 2. Koordinator terapis ABK di Yayasan Bunga Bangsa Jambi
(2001-2006) 3. Konsultan Psikologis Yayasan Bunga Bangsa Jambi (2006-
sekarang) 4. Psikolog Tetap pada Psikologi Consulting Bunga Bangsa
Jambi (2013-2015)
5. Psikolog Tetap pada Psikologi Consulting Pekan Baru (2013-
2015) 6. Pimpinan Biro Psikologi Konsulting wilayah Jambi (2013
hingga 2015)
100
7. Psikolog diperbantukan pada biro psikologi BIPI counsulting
Jakarta (2014-sekarang) 8. Psikolog diperbantukan pada biro Logos Consulting Jakarta
(2018-sekarang) 9. Psikolog diperbantukan pada Biro Azzuhro Jakarta untuk
pengetesan pegawai Indofood, BCA, CIMB, dsbnya (2014 s/d sekarang)
10. Psikolog diperbantukan pada Biro Humanika Jakarta untuk pengetesan pegawai Bukopin dan BSM (2014 s/d sekarang)
11. Psikolog diperbantukan pada Biro Manajemen PNPM Jakarta
untuk pengetesan Bank Indonesia wilayah Jambi (2017) 12. Psikolog diperbantukan pada Biro Arka Trans Padang
cabang Jambi untuk pengetesan karyawan, pegawai maupun SIM wilayah Jambi (2019 s/d sekarang)
13. Konselor layanan gangguan kejiwaan secara mandiri (2013- sekarang)
14. Asesor di lingkungan kementerian agama Provinsi Jambi (2015-2016)
15. Auditor Mutu Internal UIN STS Jambi (2013-2014) 16. Koordinator Audit Mutu Internal UIN STS Jambi (2014-
2017) 17. Wakil Ketua Pusat Layanan dan Kajian Psikologi UIN STS
Jambi (2013-2017) 18. Wakil Ketua komite sekolah SD 11 Jambi (2013-2015) 19. Sekretaris Jurusan PGRA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN STS Jambi (2015-2016)
20. Sekretaris Prodi PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN STS Jambi (2016 sd 2018) 21. Ketua Prodi PAI Fakultas tarbiyah dan keguruan UIN STS
Jambi (2018-2020) 22. Ketua Prodi PIAUD Fakultas tarbiyah dan keguruan UIN STS
Jambi (2020-2023)
101
23. Pengurus Asosiasi PAI Indonesia (2018-2021)
24. Pengurus ICMI Wilayah Provinsi Jambi sebagai Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga dan Badan Otonom (2018-2020)
25. Pengurus Pimpinan Wilayah Gerakan Nasional Anti Narkoba Majelis Ulama Indonesia (GANAS ANNAR-MUI) sebagai Koordinator Bidang Rehalibitasi (2018-2021)
26. Pengurus Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama
Indonesia Provinsi Jambi (2020-2025) 27. Pengurus Perkumpulan Program Studi Pendidikan Islam
Anak Usia Dini (PPS PIAUD) Indonesia sebagai Ketua Bidang Kerjasama, Mahasiswa dan Advokasi masa bakti (2019- 2024)
28. Sebagai Penyelia Nasional Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kementerian Agama Republik Indonesia (2019-sekarang)
29. Mengisi kegiatan seminar, workshop, ToT dilingkungan Kementerian Agama Kanwil Provinsi Jambi dan kota Jambi.
30. Bersama tim menulis buku “Kumpulan Hasil Karya Pengabdian Dosen” penerbit LP2M IAIN SUlthan Thaha Saifuddin Jambi (2015)
31. Bersama tim menulis buku “Panduan Penulisan Skripsi”. Penerbit Salim Media Indonesia (2018).
32. Bersama tim menulis buku “Administrasi Pendidikan” CV. Penerbit Qiara Media (2021).
33. Menulis Buku “Seni Bercerita, Bermain & Bernyanyi”. Penerbit “Anugrah Pratama Press” (2021).
34. Menulis Buku “Seni Rupa Anak Usia Dini”. Penerbit “Anugrah
Pratama Press” (2021)
35. Menulis Buku “Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini”. Penerbit “Anugrah Pratama Press” (2021).
36. Menulis Buku “Konsep Metodologi Penelitian Bagi pemula”. Penerbit “Anugrah Pratama Press” (2021) .
102
37. Menulis Buku “Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”.
Penerbit “Anugrah Pratama Press” (2021).
103
I. DATA DIRI
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
Nama : Susi Dwi Astuti S.Pd, M.Pd. Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 01-031992 Jenis Kelamin : Perempuan Tinggi, Berat Badan : 167 cm, 70 Kg Agama : Islam Alamat Asal : Perumahan Mutiara Hijau. RT 27 Blok l
Kenali Asam Bawah Kecamatan Kota Baru Kota Jambi Provinsi Jambi
Alamat Tinggal : Perumahan Mutiara Hijau. RT 27 Blok l
Kenali Asam Bawah Kecamatan Kota Baru Kota Jambi Provinsi Jambi
Status Menikah
Telepon 082282408092 Email : [email protected]
1. SD : SD Negeri 106 talang banjar provinsi jambi (1998-2004)
2. SMP : SMP Negeri 8 provinsi jambi (2004- 2007)
II. PENDIDIKAN
104
III. KETERAMPILAN
IV. PENGALAMAN KERJA
3. SMA : SMA Negeri 4 Provinsi jambi jurusan
IPS (2007-2010) 4. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Jambi S1 Jurusan
pendidikan olahraga (2010-2014) 5. Perguruan tinggi : Universitas Negeri Padang S2 Jurusan
Pendidikan Olahraga (2016-2018)
1. 6 tahun di gulat (2008&2013) 2. 1 tahun di dayung (2013-2014)
3. 2 tahun di wushu sansho ( terakhir 2015)
1. Honor di excelent kota jambi 1 bln 2. Honor di smp 21 kota jambi 2 tahun 3. Kerja di alfamart jd acos selama 5 bulan 4. Guru Honor SMP N 6 Kota Jambi (2016-Sekarang)
5. Dosen DLB Pendidikan Jasmani & Olahraga Jurusan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Di Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas