s2-2014-310776-chapter1

9
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi tiroid (USG). Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa nodul tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10- 67% dengan pemeriksaan USG, 50% dengan pemeriksaan autopsi. Pada evaluasi dengan biopsi fine needle aspiration (FNA) didapatkan nodul maligna sebanyak 9- 20% (Moon et al., 2011; Mackenzie dan Mortimer, 2004; Polyzos et al., 2007; Neki et al., 2006; Moon et al, 2008; Klencka et al., 2011; Hegedus, 2004; Sharma et al., 2011; Frates et al., 2006). Menurut data WHO 2004, angka kejadian karsinoma tiroid sebesar 1,5% dari keganasan seluruh tubuh. Karsinoma tiroid ini merupakan penyakit keganasan tersering yang ditemukan pada sistem endokrin, yaitu 90% dari seluruh karsinoma endokrin (Cobin dan Gharib, 2001). Nodul tiroid lebih banyak terjadi pada pasien usia lanjut, jenis kelamin wanita, pasien dengan defisiensi yodium dan pasien dengan riwayat iradiasi leher. Walaupun jarang, nodul tiroid dapat menyebabkan kompresi lokal atau hipertiroiditis sehingga penatalaksanaannya harus sesuai. Kepentingan klinis pada nodul tiroid terletak pada deteksi kemungkinan keganasan nodul tersebut. Faktor resiko yang terkait dengan kemungkinan peningkatan keganasan pada nodul tiroid meliputi riwayat irradiasi, riwayat keluarga dengan karsinoma tiroid, usia kurang

Upload: febby-apri-wenardo

Post on 14-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Nodul Tiroid

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian

    nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi

    tiroid (USG). Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa nodul

    tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

    67% dengan pemeriksaan USG, 50% dengan pemeriksaan autopsi. Pada evaluasi

    dengan biopsi fine needle aspiration (FNA) didapatkan nodul maligna sebanyak 9-

    20% (Moon et al., 2011; Mackenzie dan Mortimer, 2004; Polyzos et al., 2007; Neki

    et al., 2006; Moon et al, 2008; Klencka et al., 2011; Hegedus, 2004; Sharma et al.,

    2011; Frates et al., 2006). Menurut data WHO 2004, angka kejadian karsinoma

    tiroid sebesar 1,5% dari keganasan seluruh tubuh. Karsinoma tiroid ini merupakan

    penyakit keganasan tersering yang ditemukan pada sistem endokrin, yaitu 90% dari

    seluruh karsinoma endokrin (Cobin dan Gharib, 2001).

    Nodul tiroid lebih banyak terjadi pada pasien usia lanjut, jenis kelamin

    wanita, pasien dengan defisiensi yodium dan pasien dengan riwayat iradiasi leher.

    Walaupun jarang, nodul tiroid dapat menyebabkan kompresi lokal atau

    hipertiroiditis sehingga penatalaksanaannya harus sesuai. Kepentingan klinis pada

    nodul tiroid terletak pada deteksi kemungkinan keganasan nodul tersebut. Faktor

    resiko yang terkait dengan kemungkinan peningkatan keganasan pada nodul tiroid

    meliputi riwayat irradiasi, riwayat keluarga dengan karsinoma tiroid, usia kurang

  • 2

    dari 20 tahun atau lebih dari 60 tahun, nodul yang pertumbuhannya cepat, nodul

    dengan konsistensi yang keras, batas yang tegas dan terfiksasi pada palpasi, adanya

    pembesaran getah bening leher ( Moon et al., 2011; Cobin dan Gharib, 2001;

    Cooper et al., 2009; Frates et al., 2005).

    Sebagai pembantu dalam menunjang diagnosis karsinoma tiroid, dapat

    dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium, melalui pencitraan misalnya dengan

    ultrasonografi (USG), biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH), dan pemeriksaan

    biopsi patologi anatomi. Sebagai baku emas untuk penegakkan diagnosis adalah

    dengan pemeriksaan biopsi patologi anatomi (Parengi, 2011; Nadia et al., 2003).

    Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid

    belum ada yang khusus. Dalam mengevaluasi suatu nodul tiroid perlu dimulai

    dengan mengevaluasi status fungsi dari kelenjar tiroid tesebut, pemeriksaan yang

    perlu dilakukan adalah thyroid stimulating hormone (TSH), free tetraiodothyroxine

    (FT4), dan triiodothyroxine (T3). Pemeriksaan TSH merupakan langkah pertama

    yang sangat penting karena dapat mengetahui disfungsi dari tiroid dan dapat

    diketahui hanya dengan pemeriksaan ini saja. Pada karsinoma meduler, yaitu

    pemeriksaan kalsitonin (tumor marker) dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4

    kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksikosis

    walaupun jarang. Human Thyroglobulin (HTG) dapat dipergunakan sebagai tumor

    marker terutama pada karsinoma berdiferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini

    tidak khas untuk karsinoma tiroid, namun peninggian HTG setelah tiroidektomi

    total merupakan indikator tumor residif (Harach et al., 1991).

    Pemeriksaan pencitraan yang sering digunakan sebagai evaluasi awal

  • 3

    adalah USG, diikuti oleh tiroid skintigrafi dan Whole Body Radioactive I-131

    Scanning sedangkan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computerized

    Tomographic scanning (CT scan) tidak direkomendasikan untuk evaluasi nodul

    tiroid terutama keganasan tiroid karena tidak memberikan keterangan diagnosis

    yang berarti dan juga dari segi biaya yang mahal. MRI dan CT scan dilakukan bila

    ingin mengetahui adanya perluasan struma substernal atau adanya kompresi trakhea

    (Subekti, 2010).

    USG merupakan pemeriksaan yang non invasif, mudah didapat dan relatif

    murah, setiap penderita yang ditemukan nodul dalam tiroidnya harus menjalani

    evaluasi seluruh jaringan tiroidnya termasuk nodul dan kelenjar limfe leher dengan

    USG. Yang dievaluasi adalah ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain dalam tiroid,

    komposisi dalam nodul dan tanda tanda ganas dalam nodul tersebut. Ciri-ciri yang

    menunjukkan suatu keganasan adalah adanya mikrokalsifikasi, tepi irreguler, aliran

    darah meningkat, hipoekoik. USG merupakan pemeriksaan yang cukup sensitif dan

    akurat dalam mendeteksi metastasis kelenjar dan rekurensi dari kanker tiroid (Lang

    et al., 2007).

    High frequency, real - time ultrasonography merupakan alat yang sangat

    sensitif untuk mengevaluasi nodul pada tiroid, USG ini bisa mendeteksi metastasis

    kanker tiroid ke kelenjar limfe, infiltrasi tumor kejaringan sekitar dan juga dapat

    dipakai untuk menuntun jarum biopsi kearah yang tepat saat melakukan FNAB

    (Lang et al., 2007).

    Menurut American Thyroid Association (ATA) diantara modalitas

    pencitraan modern, USG dengan resolusi tinggi merupakan modalitas diagnostik

  • 4

    yang paling sensitif untuk mendeteksi nodul tiroid dan perlu dilakukan pemeriksaan

    USG pada nodul setelah ditemukan secara palpasi (Cooper, 2009). Lokasi kelenjar

    tiroid yang superfisial membuat ultrasonografi (USG) grey scale dengan resolusi

    tinggi maupun colour doppler dapat memvisualisasikan anatomi tiroid yang normal

    maupun patologis dengan baik, sehingga USG memegang peran penting untuk

    evaluasi diagnostik penyakit tiroid, walaupun USG hanya salah satu cara dari

    berbagai cara diagnostik. Sangat penting mengetahui kemampuan dan keterbatasan

    USG sehingga bisa digunakan secara efektif. Berdasarkan beberapa laporan untuk

    membedakan nodul benigna dan maligna, USG mempunyai sensitivitas 63-94%,

    spesifisitas 61-95%, akurasi 78-94% (Solbiati et al., 2011).

    Penggunaan USG dapat juga mengevaluasi ukuran dan karakteristik nodul

    yang tak teraba, digunakan juga sebagai pemandu pada FNA nodul tiroid dan dapat

    mendiagnosis metastasis ke kelenjar getah bening. Meskipun USG pada nodul

    tiroid telah dianggap sebagai pencitraan andalan untuk diagnosis nodul tiroid,

    belum ada konsensus mengenai manajemen berbasis USG, seperti tindak lanjut dari

    USG nodul tiroid, pemilihan nodul untuk biopsi FNA, dan terminologi standar pada

    pemeriksaan nodul tiroid dengan USG ( Moon et al., 2011; Cobin dan Gharib, 2001;

    Cooper et al., 2009; Frates et al., 2005).

  • 5

    B. Perumusan Masalah

    Nodul tiroid walau merupakan masalah klinik masyarakat yang umum tapi

    prevalensinya semakin meningkat, epidemiologi menunjukkan prevalensi nodul

    tiroid ditemukan pada 5% wanita dan 1% pria. Frekuansi karsinoma tiroid pada

    nodul tiroid dilaporkan sebesar 5-20% (Moon et al., 2011; Mackenzie dan

    Mortimer, 2004; Polyzos et al., 2007; Neki et al., 2006; Moon et al, 2008; Klencka

    et al., 2011; Hegedus, 2004; Sharma et al., 2011; Frates et al., 2006). Data dari

    journal of cancer epidemiology (2013) menunjukan bahwa peningkatan karsinoma

    tiroid 0,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sangat penting untuk

    mendiagnosis nodul tiroid seawal mungkin mengingat progresifitas yang lambat

    sehingga angka harapan hidupnya lebih panjang bila ditemukan dan diterapi sedini

    mungkin, hal ini juga diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas.

    Menurut American Thyroid Association (ATA) diantara modalitas

    pencitraan modern, USG dengan resolusi tinggi merupakan modalitas diagnostik

    yang paling sensitif untuk mendeteksi nodul tiroid dan perlu dilakukan pemeriksaan

    USG pada nodul setelah ditemukan secara palpasi (Cooper et al., 2009).

    Berdasarkan beberapa laporan untuk membedakan nodul benigna dan maligna,

    USG mempunyai sensitivitas 63-94%, spesifisitas 61-95%, akurasi 78-94%

    (Solbiati et al., 2011).

    Terdapat perbedaan penatalaksanaan antara nodul benigna dan maligna,

    dimana pada nodul benigna hanya di follow up dengan interval 6-12 bulan. Bila ada

    pertambahan ukuran 20% pada 2 dimensi mengukuran atau lebih perlu dilakukan

    FNAB ulang (Polyzos et al., 2007; Neki et al., 2006). Sedangkan pada karsinoma

  • 6

    tiroid dilakukan pembedahan dengan tiroidektomi (terutama pada nodul > 2cm),

    ablasi tiroid dengan iodine radioaktif, supresi thyrotropin dan radiasi eksterna

    (Polyzos et al., 2007; Neki et al., 2006; Freeby et al., 2007).

    Dari beberapa hal yang disebutkan, maka perlu dilakukan penelitian analisis

    korelasi gambaran komponen interna dan ekogenisitas pada pemeriksaan

    ultrasonografi dengan kejadian nodul maligna, dimana belum ada data tersebut

    diatas di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.

    C. Pertanyaan Penelitian

    Berapakah nilai akurasi, sensitivitas dan spesifisitas dari karakteristik nodul

    pada pemeriksaan ultrasonografi tiroid untuk memdiagnosis nodul maligna.

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Tujuan umum penelitian ini adalah menjelaskan nilai diagnostik

    karakteristik nodul pada pemeriksaan ultrasonografi tiroid dibandingkan dengan

    pemeriksaan histopatologi dalam mendiagnosis nodul tiroid maligna di RSUP Dr.

    Sardjito Yogyakarta.

    2. Tujuan khusus

    1) Membuktikan nilai diagnostik gambaran komponen interna nodul pada

    pemeriksaan ultrasonografi dalam mendiagnosis nodul tiroid maligna.

    2) Membuktikan nilai diagnostik bentuk nodul pada pemeriksaan ultrasonografi

  • 7

    dalam mendiagnosis nodul tiroid maligna.

    3) Membuktikan nilai diagnostik batas nodul pada pemeriksaan ultrasonografi

    dalam mendiagnosis nodul tiroid maligna.

    4) Membuktikan nilai diagnostik ekogenisitas nodul pada pemeriksaan

    ultrasonografi dalam mendiagnosis nodul tiroid maligna.

    5) Membuktikan nilai diagnostik kalsifikasi nodul pada pemeriksaan ultrasonografi

    dalam mendiagnosis nodul tiroid maligna.

    E. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pasien maupun

    masyarakat untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan tentang nodul

    tiroid dan pemeriksaan radiologi apa yang perlu dilakukan. Selain itu, pada pasien

    nodul tiroid dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat berdasarkan hasil

    ultrasonografi tiroid yang dilakukan. Bermanfaat bagi pelayanan rumah sakit, untuk

    mendapatkan data nilai diagnostik pemeriksaan USG tiroid untuk mendiagnosis

    nodul maligna, sebagai acuan pemeriksaan diagnostik pada nodul tiroid.

    Bermanfaat bagi pendidikan, untuk melatih cara berpikir dan melakukan penelitian

    serta menambah wawasan dalam bidang radiodiagnostik. Bermanfaat untuk

    penelitian selanjutnya, dapat dijadikan dasar teori ataupun sumber kepustakaan,

    sehingga hasil penelitian ini menjadi suatu karya yang dapat bermanfaat.

  • 8

    G. Keaslian Penelitian

    Dari penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, di Instalasi Radiologi

    RSUP Dr. Sardjito belum ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini.

    Beberapa artikel atau jurnal penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan,

    diantaranya terlihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Penelitian nodul tiroid benigna dan maligna

    Tahun/ Peneliti

    Subyek Topik Hasil

    Yandi et al,. 2013

    Prospektif 36 pasien

    Korelasi Ultrasonografi Nodul Tiroid TIRADS Dengan Hasil Histopatologi Pada Penderita Struma Noduler

    Terdapat korelasi yang bermakna antara TIRADS berdasarkan pemeriksaan USG leher dengan hasil histopatologi

    Moon et al., 2011

    Retrospektif 831 pasien

    Tiroid Nodul Benigna dan Maligna: Perbedaan USG

    Ciri maligna : tinggi > lebar (sensitivitas 40.0%; spesifitas 91.4%), batas spiculated (sensitivity, 48.3%; spesifitas 91.8%), hipoekoik (sensitivitas 41.4%; spesisitas 92.2%), mikrokalsifikasi (sensitivitas 44.2%; spesifitas 90.8%), makrokalsifikasi (sensitivitas 9.7%; spesifitas 96.1%). Ciri benigna ialah isoekoik (sensitivitas 56.6%; spesifitas 88.1%) , spongiform appearance (sensitivitas 10.4%; spesifitas 99.7%).

    Juliamor et al., 2009

    Prospektif 17 pasien

    Akurasi diagnostik USG power doppler dan biopsi jarum halus dalam memprediksi keganasan pada uninodusa tiroid

    Akurasi power doppler vascular index (PDV) pada nodul tiroid lebih tinggi dibandingkan biopsi aspirasi jarum halus.

  • 9

    Frates et al., 2006

    Retrospektif 1985 pasien

    Prevalensi dan distribusi karsinoma pada nodul tiroid dengan USG

    Keganasan lebih banyak ditemukan pada nodul soliter.

    Virmani dan Hammond, 2011

    Retrospektif 950 nodul

    Pola sonografi nodul benigna tiroid

    Empat pola nodul benigna tiroid: Spongioform, coloid with colloid clot, giraffe, white knight.