bab i -...

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, selanjutnya dalam penulisan ini disingkat dengan UUK- PKPU, diundangkan pemerintah dengan dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 dan juga semakin berkembangnya kegiatan perekonomian global. Terdapat beberapa kelebihan dari UUK-PKPU jika dibandingkan dengan Undang- Undang sebelumnya yang mengatur tentang masalah kepailitan. Beberapa kelebihan tersebut adalah (1) lebih diperjelasnya definisi tentang utang, kreditor, debitor, dan pailit; (2) penentuan jangka waktu proses pailit yang lebih singkat; (3) dikecualikannya perusahaan asuransi; serta (4) adanya ketentuan yang mengatur wajibnya menggunakan jasa advokat dalam penyelesaian masalah kepailitan. Selanjutnya yang patut dipertanyakan tentang seberapa jauhkah UUK-PKPU memberikan suatu aturan yang jelas dan konsisten serta jaminan kepastian hukum terhadap para kreditor yang mana debitornya mengalami pailit (kebangkrutan). Dari sisi gugatan perdata, hukum acara membolehkan dilakukan tindakan penyitaan terhadap harta kekayaan debitor atau tergugat sebagaimana diatur dalam TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYA DALAM HAL KEPAILITAN MASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAAN MAINTENANCE, REPAIR & OVERHAUL SEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JO NOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.) ENIASWURI ANDAJANI Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: ngoliem

Post on 15-Aug-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang, selanjutnya dalam penulisan ini disingkat dengan UUK-

PKPU, diundangkan pemerintah dengan dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis moneter

pada tahun 1997 dan juga semakin berkembangnya kegiatan perekonomian global.

Terdapat beberapa kelebihan dari UUK-PKPU jika dibandingkan dengan Undang-

Undang sebelumnya yang mengatur tentang masalah kepailitan. Beberapa kelebihan

tersebut adalah (1) lebih diperjelasnya definisi tentang utang, kreditor, debitor, dan

pailit; (2) penentuan jangka waktu proses pailit yang lebih singkat; (3) dikecualikannya

perusahaan asuransi; serta (4) adanya ketentuan yang mengatur wajibnya menggunakan

jasa advokat dalam penyelesaian masalah kepailitan. Selanjutnya yang patut

dipertanyakan tentang seberapa jauhkah UUK-PKPU memberikan suatu aturan yang

jelas dan konsisten serta jaminan kepastian hukum terhadap para kreditor yang mana

debitornya mengalami pailit (kebangkrutan).

Dari sisi gugatan perdata, hukum acara membolehkan dilakukan tindakan

penyitaan terhadap harta kekayaan debitor atau tergugat sebagaimana diatur dalam

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

2

Pasal 227 jo Pasal 197 Herziene Indonesische Reglement (HIR)1 jo Pasal 720

Rechtsvordering (Rv)2 maupun Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUH Perdata) yang menegaskan bahwa seluruh harta kekayaan debitor menjadi

tanggungan pembayaran utangnya kepada kreditor.

Tujuan dilakukannya penyitaan, antara lain agar barang milik tergugat atau

debitor yaitu tidak dipindahkan kepada orang lain melalui jual beli, hibah dan lain

sebagainya, dan tidak dibebani dengan sewa menyewa atau diagunkan kepada pihak

ketiga. Dengan demikian untuk menjaga keutuhan dan keberadaan harta kekayaan

debitor atau tergugat tetap seperti semula selama proses penyelesaian perkara sampai

adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap. Sehingga tujuan utama penyitaan agar

gugatan penggugat tidak illusoir atau tidak hampa pada saat putusan dilaksanakan.

Untuk menguatkan keyakinan Kreditor bahwa debitor akan secara nyata

melunasi utangnya dikemudian hari, KUH Perdata mengatur dua asas dalam hukum

jaminan yang diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata. Pasal 1131 KUH

Perdata menentukan bahwa segala harta debitor (baik yang bergerak maupun tidak

bergerak, baik yang sudah ada maupun baru akan ada di kemudian hari) menjadi

jaminan untuk segala perikatan debitor. Dalam Pasal 1132 KUH Perdata ditegaskan

bahwa harta kekayaan debitor menjadi agunan bersama-sama bagi semua kreditornya,

1 R. Soesilo, 1995, RIB / HIR, Politeia, Bogor, hlm. 164 2 M. Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 339

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

3

serta diatur bagaimana cara membagi hasil penjualan aset debitor kepada kreditor

apabila debitor tidak membayar utang kepada kreditornya.

Ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata tersebut dapat dikesampingkan dalam

penyelesaian pemenuhan pembayaran utang yang diikat dengan barang jaminan

tertentu. Sita Jaminan (Conservatoir beslag) hanya dapat dimintakan dan dikabulkan

terbatas pada barang jaminan sita sesuai dengan asas spesialitas dan hak separatis yang

dimiliki penggugat atau kreditor.

Pengaturan Sita Jaminan atas pesawat terbang diatur dalam Rv (Pasal 763 h – k)

yang berisi tentang penyimpangan bagi sita jaminan atas pesawat terbang. Diluar

ketentuan penyimpangan tersebut berlaku sepenuhnya ketentuan umum sita jaminan

dalam HIR atau Rv. Pembatasan atas penyitaan tidak berlaku terhadap pesawat asing

yang negaranya tidak menjadi penandatangan (contracting states) Perjanjian Roma,

1933. Dengan perkembangan bisnis dunia penerbangan sekarang, tentu saja ketentuan

yang ada saat ini tidak memadai, sehingga diperlukan pengaturan yang lebih aktual

dalam hukum normatif.

Pesawat terbang tidak termasuk barang yang dilarang untuk disita sesuai

ketentuan Pasal 197 ayat (8) HIR3 dan peraturan perundangan yang berlaku di

Indonesia belum mengatur tentang sita pesawat terbang, namun dalam Cape Town

Convention yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia melalui

3 R. Tresna, 2001, Komentar HIR, Pradnya Paramitha, Jakarta, hlm. 176.

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

4

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2007, pesawat terbang termasuk barang yang dapat

disita4 dan Hakim harus bertindak proaktif untuk dapat meletakkan sita jaminan atas

pesawat terbang.

Cape Town Convention / Konvensi Cape Town 2001 tentang Jaminan-Jaminan

untuk Benda Bergerak (Interest in Mobile Equipment) berisi (diantaranya) beberapa hal

penting berkenaan dengan agunan atau hak-hak lainnya yang berkenaan dengan

perbaikan dari suatu obyek pesawat terbang sebagai benda bergerak. Obyek benda-

benda bergerak yang dapat diagunkan (agunan internasional) berupa (1) kerangka

pesawat terbang (airframe), mesin pesawat, dan helikopter; (2) gerbong kereta api

(railway rolling stock) ; dan (3) aset –aset ruang angkasa.5

Persyaratan pesawat udara sebagai jaminan dalam rangka Konvensi Cape Town

2001 diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dalam

penulisan ini selanjutnya disebut UU Penerbangan. Menurut Pasal 71 UU Penerbangan

ada tiga jenis pesawat udara yang dapat digunakan sebagai obyek perjanjian masing-

masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang (propeller) dan

helikopter. Kerangka pesawat udara dapat dibebani dengan kepentingan internasional

4 Tamiza Saleh, dan Sulistiono Kertawacana, Hipotik Pesawat Udara Di Indonesia Dikaitkan Dengan Cape Town Convention 2001, http://sulistionokertawacana.blogspot.com/2008/10/hipotik-pesawat-udara-di-indonesia.html, diakses pada tanggal 24 Juni 2013.

5 Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2007

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

5

yang timbul akibat perjanjian, pemberian hak jaminan kebandaan, perjanjian pengikatan

hak bersyarat dan/atau perjanjian sewa guna usaha.6

Utang piutang antara perusahaan Maintenance, Repair & Overhaul (MRO)

sebagai kreditor dengan maskapai penerbangan sebagai debitornya timbul sebagai

akibat dari pelaksanaan Perjanjian Perawatan Pesawat, mesin dan komponennya yang

dilakukan dengan memperhatikan sistem terbuka dan menggunakan asas kebebasan

berkontrak sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1319 dan 1338 KUH Perdata,

dimana masing-masing pihak memiliki posisi tawar atau bargaining position sehingga

tidak terdapat suatu posisi yang dominan didalam pembuatan perjanjian perawatan ini.

Hal tersebut diatas menyebabkan keuntungan pada kedua belah pihak, karena dapat

membuat aturan tersendiri asalkan sesuai dengan undang-undang, ketertiban dan

kesusilaan. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, asas kebebasan berkontrak

mendukung kedudukan yang seimbang di antara para pihak, sehingga sebuah kontrak

akan bersifat stabil dan memberikan keuntungan bagi kedua pihak.7

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (dalam penelitian ini selanjutnya

disebut sebagai PT GMF AeroAsia atau GMF) selaku Penggugat dan PT Metro Batavia

(dalam penelitian ini selanjutnya disebut sebagai PT Batavia) selaku Tergugat

melakukan kerjasama untuk semua pekerjaan perawatan dan perbengkelan yang

diperlukan untuk komponen-komponen dan mesin yang berhubungan dengan pesawat

6 Kemis Martono, H. Agus Pramono, 2013, Hukum Udara Perdata Internasional & Nasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 294.

7 Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, hlm. 46.

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

6

terbang milik Tergugat atau pesawat terbang lain yang dioperasikan oleh Tergugat

sebagaimana dituangkan dalam sebuah perjanjian bernama Long Term Aircraft

Maintenance Agreement Number GMF/PERJ./DT-3046/2003 tertanggal 16 April 2003

(selanjutnya disebut sebagai “Perjanjian Jangka Panjang”) dan Amendment Number 1

to Long Term Aircraft Maintenance Agreement Number GMF/PERJ./AMAND-1/DT-

3046/03/06 tertanggal 5 September 2006 (selanjutnya disebut sebagai “Amandemen

Perjanjian Jangka Panjang”).

Berdasarkan Perjanjian Jangka Panjang dan Amandemen Perjanjian Jangka

Panjang, Tergugat sebagai maskapai penerbangan telah meminta jasa Penggugat

sebagai sebuah perusahaan perawatan dan perbaikan pesawat terbang untuk melakukan

perawatan pesawat dan/atau perbaikan pesawat dan/atau penjualan sparepart dan/atau

penyewaan tools dan/atau penggunaan tenaga kerja, dengan perjanjian-perjanjian

pelaksanaan yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk repair order, Customer Work

Order, Faximile, Non Contracted Sales Report, cost approval dan dokumen perikatan

lainnya. Berdasarkan perjanjian tersebut para pihak telah berjanji dan bersepakat atas

(1) pekerjaan yang akan dikerjakan oleh Penggugat, (2) sparepart/tools/barang yang

dijual atau disewakan dan penggunaan tenaga kerja, (3) harga pekerjaan dan/atau harga

barang dan/atau harga sewa, dan (4) cara pembayaran, dimana Penggugat telah

melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjian tersebut.

Atas jasa yang telah dilakukan Penggugat tersebut, Tergugat belum memenuhi

kewajibannya untuk melakukan pembayaran secara penuh atau belum melunasi

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

7

kewajiban pembayaran kepada Penggugat sebesar USD 1.191.615,02 (satu juta seratus

sembilan puluh satu ribu enam ratus lima belas 2/100 Dollar Amerika Serikat)

(selanjutnya disebut “Utang”) sampai dengan tanggal gugatan wan prestasi didaftarkan

di kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan register perkara Nomor

335/Pdt.G/2008/PN.Jkt.Pst. pada tanggal 25 September 2008. Dengan demikian,

menurut hukum, Tergugat memiliki utang kepada Penggugat dan Tergugat mempunyai

kewajiban hukum untuk melunasi utang kepada Penggugat saat utang dimaksud telah

jatuh tempo. Walaupun sudah melewati jangka waktu yang ditentukan dalam surat

perintah bayar / invoice tersebut, Tergugat belum melaksanakan kewajibannya untuk

membayar dan melunasi utang yang telah jatuh tempo kepada Penggugat. Apabila

dilihat satu persatu, kelalaian yang mengakibatkan keterlambatan pembayaran mulai

dari dua bulan keterlambatan pembayaran sampai dengan lebih dari satu tahun

keterlambatan pembayaran. Dengan demikian Tergugat nyata-nyata telah wanprestasi

terhadap Penggugat karena Tergugat tidak melakukan kewajibannya untuk melakukan

pembayaran berdasarkan Perjanjian dalam jangka waktu yang telah ditentukan

sebagaimana tertuang dalam surat perintah bayar / Invoice yang telah jatuh tempo yang

dikirimkan oleh Penggugat kepada Tergugat. Meskipun Penggugat telah mengingatkan

Tergugat agar segera memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian Jangka Panjang

beserta Amandemennya, namun Tergugat tetap tidak melunasi kewajiban pembayaran

kepada Penggugat.

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

8

Berdasarkan ketentuan Pasal 1244 KUH Perdata, apabila pihak dalam suatu

perjanjian telah ingkar janji (wanprestasi) maka pihak lainnya dapat atau berhak

menuntut atas penggantian ganti rugi, biaya maupun bunga. Oleh karena dalam perkara

a quo Tergugat telah wanprestasi terhadap Perjanjian yang telah dibuat dengan

Penggugat, maka Penggugat berhak menuntut penggantian ganti rugi, biaya dan bunga.

Untuk menjamin gugatan yang diajukan oleh Penggugat tidak menjadi sia-sia/

illusoir di kemudian hari, maka Penggugat memohon agar Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat berkenan untuk meletakkan sita jaminan terhadap harta-harta kekayaan milik

Tergugat dan aset-aset Tergugat lainnya. Oleh karena itu, Penggugat mereservir atau

mencadangkan haknya untuk mengajukan permohonan sita jaminan atas harta

kekayaan dan aset-aset lain milik Tergugat. Sita jaminan (Conservatoir beslag)

diajukan Penggugat dengan tujuan untuk menjaga hak-hak dari Penggugat ahar sebelum

ada putusan hakim, barang-barang milik Tergugat tidak dihilangkan.

Terhadap perkara a quo, Mahkamah Agung Republik Indonesia telah

mengeluarkan putusan tingkat kasasi Nomor 2923K/Pdt/2010 tanggal 21 Juni 2011

(“Putusan Kasasi No. 2923”).

Terkait dengan Putusan Kasasi No. 2923 tersebut perlu diinformasikan juga

bahwa pada tingkat pertama di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Majelis Hakim Perkara

No. 335 telah mengeluarkan Penetapan Sita Jaminan Nomor :

335/Pdt.G/2008/PN.Jkt.Pst. tertanggal 4 Maret 2009 yang pada pokoknya mengabulkan

Permohonan Sita Jaminan atas tujuh buah pesawat Boeing 737-200 beserta mesin dan

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

9

Auxiliary Power Unit (APU) yang melekat pada ketujuh pesawat milik PT Metro

Batavia tersebut (“Penetapan Sita Jaminan”) dan Hakim Majelis Perkara No. 335 telah

menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah diletakkan, dengan Penetapan

Nomor 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST, tanggal 4 Maret 2009 jo. Penetapan Nomor

01.DEL/PEN.CB/2009/PN.TNG, tanggal 11 Maret 2009 jo. Berita Acara Sita Jaminan

Nomor 01.DEL.BA/PEN.CB/2009/PN.TNG tanggal 12 Maret 2009.

Berdasarkan Penetapan Sita Jaminan dimaksud, Pengadilan Negeri Tangerang

sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Sita Jaminan Nomor

01.DEL.BA/PEN.CB/2009/PN.TNG jo. No.: 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST tertanggal

12 Maret 2009 telah melakukan sita jaminan terhadap empat pesawat milik Tergugat,

dalam penelitian ini selanjutnya disebut “Pesawat Sitaan”, yaitu:

1. Satu buah pesawat Boeing 737-200, dengan nomor seri 22397 dan nomor

registrasi pesawat PK-YTF, beserta mesin dan Auxiliary Power Unit (APU)

yang melekat pada pesawat, milik PT. Metro Batavia, yang diparkir di

Bandara International Soekarno Hatta;

2. Satu buah pesawat Boeing 737-200, dengan nomor seri 22453 dan nomor

registrasi pesawat PK-YTG, beserta mesin dan Auxiliary Power Unit (APU)

yang melekat pada pesawat, milik PT. Metro Batavia, yang diparkir di

Bandara International Soekarno Hatta;

3. Satu buah pesawat Boeing 737-200, dengan nomor seri 21766 dan nomor

registrasi pesawat PK-YTR, beserta mesin dan Auxiliary Power Unit (APU)

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

10

yang melekat pada pesawat, milik PT. Metro Batavia, yang diparkir di

Bandara International Soekarno Hatta; dan

4. Satu buah pesawat Boeing 737-200, dengan nomor seri 22055 dan nomor

registrasi pesawat PK-YTS, beserta mesin dan Auxiliary Power Unit (APU)

yang melekat pada pesawat, milik PT. Metro Batavia, yang diparkir di

Bandara International Soekarno Hatta.

Oleh karena Putusan Kasasi No. 2923 tersebut merupakan putusan yang telah

berkekuatan hukum tetap, maka Penggugat selaku Pemohon Eksekusi telah mengajukan

permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar memerintahkan

Tergugat selaku Termohon Eksekusi untuk melaksanakan isi Putusan Kasasi Nomor

2923K/Pdt/2010 jo. Nomor 504/PDT/2009/PT.DKI jo. Nomor 335/Pdt.G/2008/

PN.Jkt.Pst tersebut.

Atas permohonan Eksekusi yang diajukan Penggugat, telah dilakukan upaya

untuk eksekusi secara sukarela oleh Tergugat namun hingga dilampauinya tenggat

waktu peringatan atau aanmaning (warning) Tergugat tidak memenuhi kewajibannya

untuk membayar utangnya secara sukarela dan tidak tercapai kesepakatan untuk

melakukan penjualan pesawat sitaan secara di bawah tangan, sehingga para pihak

memutuskan untuk melanjutkan ke proses lelang secara terbuka melalui Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKLN).

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

11

Kesepakatan untuk melakukan proses penjualan Pesawat Sitaan milik Termohon

Eksekusi / PT Batavia yang telah diletakkan sita jaminan sebagaimana Penetapan

Nomor : 335/Pdt.G/2008/PN. Jkt.Pst tertanggal 4 Maret 2009 jo. Penetapan Nomor :

01.DEL/PEN.CB/ 2009/PN.TNG tertanggal 11 Maret 2009 jo. Berita Acara Sita

Jaminan Nomor : 1.DEL.BA/PEN.CB/2009/PN.TNG tertanggal 12 Maret 2009 kepada

calon pembeli secara di bawah tangan tidak tercapai disebabkan karena PT Batavia

tidak dapat menerima penawaran harga dari calon pembeli Pesawat Sitaan dan oleh

karenanya para pihak memutuskan untuk melanjutkan ke dalam proses lelang secara

terbuka.

Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (dalam penelitian ini selanjutnya disebut

“KPN Jakpus”) meminta GMF untuk mengajukan permohonan lelang kepada KPN

Jakpus dengan disertai dua calon appraisal untuk disepakati bersama-sama PT Batavia

guna menentukan harga limit Pesawat Sitaan;

Dengan diteruskannya permohonan lelang secara terbuka diharapkan adanya

penawaran harga lelang dari para peserta lelang, sehingga harga penjualan/lelang yang

akan didapatkan akan lebih maksimal dan mendapatkan penawaran yang lebih

kompetitif atas barang sita jaminan.

Pada Bab IX UU Penerbangan diatur mengenai pendaftaran dan kebangsaan

pesawat udara serta penggunaannya sebagai jaminan. Menurut Pasal 71 UU

Penerbangan, objek pesawat udara dapat dibebani dengan kepentingan internasional

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

12

yang timbul akibat perjanjian pemberian hak jaminan kebendaan, perjanjian pengikatan

hak bersyarat, dan/atau perjanjian sewa guna usaha.

Menurut Penjelasan Pasal 71 UU Penerbangan, yang dimaksud dengan objek

pesawat udara adalah rangka pesawat udara, mesin pesawat udara, dan helikopter.

Mesin pesawat udara yang dipasang pada rangka pesawat udara disebut pesawat

terbang.

Dalam Perjanjian Jangka Panjang beserta Amandemennya antara GMF dengan

PT Batavia tidak mengatur tentang hak jaminan kebendaan untuk menjamin pelunasan

utang dalam hal PT Batavia mengalami wanprestasi sehingga meskipun pesawat udara

termasuk barang tidak bergerak (unmoveable property), namun tidak dapat dibebani

dengan Hipotek, dengan demikian berlaku sita jaminan menurut Pasal 720 sampai

dengan Pasal 727Rv. Pada akhirnya GMF selaku kreditor tidak mendapat hak untuk

mengambil pelunasan utang terlebih dahulu dari kreditor lain atas hasil penjualan lelang

pesawat terbang atau dengan kata lain tidak mendapat hak preferen.

Saat proses eksekusi Putusan Kasasi No.: 2923K/Pdt/2010 jo.No.:

504/PDT/2009/PT.DKI jo. No.: 335/Pdt.G/2008/ PN.Jkt.Pst (“Perkara No.335”)

terhadap empat pesawat terbang yang dilakukan sita jaminan oleh Penggugat

dilanjutkan, yaitu ketika permohonan lelang sedang dalam proses pengajuan kepada

Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada tanggal 30 Januari 2013, sesuai Putusan

Nomor : 77/Pailit/2012 PN.Niaga.Jkt.Pst tentang Kepailitan PT Metro Batavia

(“Perkara No. 77”), Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

13

Pusat telah menjatuhkan putusan pailit kepada PT Batavia. Bahwa dengan

dinyatakannya PT Batavia kedalam keadaan pailit, maka proses eksekusi lelang

terhadap aset-aset PT Batavia tersebut dibatalkan. Dengan demikian, aset-aset PT

Batavia tidak berkurang sehubungan dengan proses pailit.

Permohonan Pernyataan Pailit kepada PT Batavia dalam Perkara No. 77 tersebut

diajukan oleh International Lease Finance Corporation (dalam penelitian ini

selanjutnya disebut “ILFC”), suatu badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum

negara bagian California, Amerika Serikat, selaku Kreditor pemohon Pailit dan Sierra

Leasing Limited (dalam penelitian ini selanjutnya disebut dengan “Sierra”, sebuah

Badan Hukum yang didirikan berdasarkan Hukum Negara Bermuda, selaku Kreditor

Lain pemohon Pailit.

Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

menjatuhkan Putusan Pernyataan Pailit kepada PT Batavia berdasarkan pertimbangan

telah terpenuhi unsur-unsur Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU, yaitu :

1. PT Batavia telah terbukti secara sederhana mempunyai utang yaitu sebesar

USD 4.688.064.07 (empat juta enam ratus delapan puluh delapan ribu enam

puluh empat Dollar Amerika Serikat dan tujuh sen) kepada ILFC selaku

Kreditor pemohon pernyataan pailit dan sebesar USD 4.939.166,53 (empat

juta sembilan ratus tiga puluh sembilan ribu seratus enam puluh enam Dollar

Amerika Serikat dan lima puluh tiga sen) kepada Sierra selaku Kreditor

Lainnya.

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

14

2. PT Batavia telah terbukti secara sederhana tidak mampu membayar utangnya

kepada ILFC dan Sierra meskipun sudah disampaikan beberapa kali teguran

untuk segera membayar utangnya.

3. Telah terbukti secara sederhana bahwa utang PT Batavia kepada ILFC dan

Sierra telah jatuh tempo dan dapat ditagih (due and payable).

Berdasarkan Pasal 29 UUK-PKPU disebutkan bahwa suatu tuntutan hukum di

Pengadilan yang diajukan terhadap Debitor sejauh bertujuan untuk memperoleh

pemenuhan kewajiban dari harta pailit dan perkaranya sedang berjalan, gugur demi

hukum dengan diucapkan putusan pernyataan pailit terhadap Debitor. Sementara itu

Pasal 31 ayat (1) mengatur bahwa Putusan pernyataan pailit berakibat bahwa segala

penetapan pelaksanaan Pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan Debitor yang

telah dimulai sebelum kepailitan, harus dihentikan seketika dan sejak itu tidak ada suatu

putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga dengan menyandera Debitor, dan

Pasal 31 ayat (2) mengatur bahwa semua penyitaan yang telah dilakukan menjadi hapus

dan jika diperlukan Hakim Pengawas harus memerintahkan pencoretannya.

Memperhatikan hal ini, maka proses eksekusi sita jaminan atas obyek pesawat

terbang yang dilaksanakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap yang bersifat kondemnatoir untuk pelunasan utang PT Batavia

sebagai debitor kepada GMF, menjadi gugur demi hukum.

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

15

Dengan gugur demi hukum segala tuntutan hukum dan proses eksekusi sita

jaminan sebagai pelaksanaan Putusan Kasasi Perkara No.335 terhadap empat pesawat

terbang yang diajukan GMF sebagai Penggugat dalam Perkara No.335 dan/atau kreditor

dalam Perkara No. 77 kepada PT Batavia sebagai Tergugat dalam Perkara No.335

dan/atau debitor dalam Perkara No. 77 sejak diucapkannya putusan pernyataan pailit

terhadap Debitor, maka selanjutnya berlaku seluruh ketentuan dalam proses kepailitan

yang diatur dalam UUK-PKPU.

Putusan pernyataan pailit menghentikan dan menghapuskan kekuatan mengikat

sita eksekusi maupun eksekui yang hendak atau yang sedang berjalan terhitung sejak

tanggal putusan pernyataan pailit dijatuhkan Hakim, dan sejak itu harta yang disita

eksekusi maupun yang hendak dieksekusi menjadi boedel pailit.8 Selanjutnya demi

untuk kepentingan seluruh kreditor, boedel pailit akan dijual lelang dalam suatu eksekui

massal, dengan cara pembagian hasil penjualan sesuai dengan kedudukan setiap

kreditor.

Dalam Perkara No. 77, mengingat kedudukan GMF bukan sebagai kreditor

preferen, maka GMF tidak mendapat prioritas pelunasan utang yang berasal dari harta

pailit PT Batavia. Dengan demikian, terdapat kemungkinan GMF mendapat

pembayaran pelunasan kurang dari utang PT Batavia yang seharusnya.

8 M. Yahya Harahap, 2005, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 102.

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

16

Pernyataan pailit suatu Debitor dilakukan oleh Hakim Pengadilan Niaga dengan

suatu putusan (Vonnis) tidak dengan suatu ketetapan (beschikking). Suatu putusan pailit

menimbulkan suatu akibat hukum yang baru, yaitu debitor menjadi tidak berwenang

lagi dalam mengurus dan menguasai hartanya setelah putusan pailit.

Dalam proses kepailitan bila Kurator yang bertugas membereskan harta pailit

dirasa kurang cakap dalam melaksanakan tugasnya, maka proses pemberesan terhadap

harta pailit untuk membayar piutang kreditor menjadi berlarut-larut. Kekurangcakapan

pihak kurator dalam mengelola harta pailit dapat merugikan posisi kreditor preferen

dan kreditor konkuren yang mengakibatkan kreditor tersebut kehilangan haknya dalam

pengurusan proses pailit.

Meskipun kreditor konkuren juga memegang hak retensi atas bagian harta pailit,

akibat kekurangcakapan pihak kurator dalam mengelola harta pailit akan berdampak

dapat merugikan posisi kreditor konkuren. Hal ini mungkin terjadi apabila kurator tidak

memiliki kompetensi atau kecakapan yang memadai dalam jenis usaha dari debitor

pailit, sehingga mengalami kesulitan dalam mengelola harta pailit. Disatu sisi

perusahaan MRO sebagai kreditor yang memegang hak retensi atas bagian harta pailit

tidak dapat melakukan pengelolaan atas harta pailit untuk mencegah merosotnya nilai

ekonomis dari harta pailit yang menjadi hak retensinya.

Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan harta

pailit sejak tanggal putusan pailit dibacakan meskipun ada upaya kasasi atau peninjauan

kembali dan putusan pailit dapat dilaksanakan serta merta.

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

17

Lambannya proses pemberesan harta pailit, akan dirasa merugikan ketika

sebagian besar harta pailit merupakan aset yang cepat penyusutannya. Dengan lamanya

penanganan dari kurator akan membuat nilai aset pailit terus-menerus mengalami

penurunan nilai dikarenakan adanya penyusutan. Karena terus menurunnya nilai aset

pailit maka selanjutnya akan mengakibatkan berkurangnya nilai dari harta pailit yang

akan dibagikan kepada para kreditor. Seharusnya, dalam proses kepailitan, kurator dan

hakim pengawas memegang peran yang menentukan.

Proses eksekusi sita jaminan dan kemudian proses Kepailitan atau PKPU yang

berlarut-larut menyebabkan turunnya nilai obyek jaminan berupa pesawat terbang,

mesin dan komponennya.

Dalam pelaksanaan pemberesan harta pailit dan eksekusi barang sita jaminan,

Hakim Pengawas dan Hakim Ketua dianggap benar, memahami dan mengetahui

ketentuan hukum yang mendasari pelaksanaan keputusannya, sehingga diharapkan tidak

terjadi perbedaan dalam pengambilan keputusan dan dapat menjadi yurisprudensi untuk

keputusan dalam perkara yang lain.

Sementara itu dalam hal kreditor memilih menggunakan gugatan wanprestasi

atau perbuatan melawan hukum kepada debitor, maka pada prinsipnya hanya putusan

yang mempunyai kekuatan hukum tetap yang dapat dilaksanakan putusannya. Asas-asas

atau aturan umum eksekusi sebagai berikut :

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

18

1. Eksekusi dilaksanakan hanya terhadap putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap dan bersifat kondemnatoir,

2. Karena putusan telah berkekuatan hukum tetap, didalamnya mengandung

hukuman hukum yang tetap dan pasti antara pihak yang berperkara,

3. Cara mentaati dan memenuhi hubungan hukum yang tetap dan pasti adalah

dengan cara dijalankan dengan sukarela atau paksaan melalui bantuan alat-

alat negara, dan

4. Kewenangan menjalankan eksekusi hanya diberikan kepada Pengadilan

Negeri dan dilaksanakan atas perintah dan pengawasan Ketua Pengadilan

Negeri {Pasal 195 (1) HIR dan 264 (1) Rbg}.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian

yang diteliti adalah :

1. Mengapa penguasaan obyek pesawat terbang oleh perusahaan Maintenance,

Repair & Overhaul (MRO) tidak dapat digunakan untuk menjamin pelunasan

utang?

2. Bagaimana upaya alternatif solusi dari perusahaan Maintenance, Repair

Overhaul (MRO) untuk mengurangi risiko akibat tidak dapat dilakukannya

sita jaminan atas Pesawat Terbang, Mesin dan Komponennya dalam hal

Maskapai Penerbangan pailit?

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

19

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji penguasaan obyek pesawat terbang oleh perusahaan MRO

yang tidak dapat menjamin pelunasan utang.

2. Untuk mengkaji alternatif solusi dari perusahaan MRO dalam mengurangi

risiko akibat tidak dapat dilakukan sita jaminan atas pesawat terbang, mesin

dan komponennya dalam hal maskapai penerbangan pailit.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat dari segi Teoritis

Menambah referensi berkaitan dengan akibat hukum keputusan pailit bagi

proses eksekusi sita jaminan dalam perkara gugatan wanprestasi.

2. Manfaat dari segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi atas efisiensi proses

eksekusi untuk menjaga kepercayaan masyarakat secara umum dan juga para

pelaku bisnis secara khusus, disamping itu untuk menjadi dasar pengaturan

hukum khusus yang mengatur tentang eksekusi sita jaminan berupa pesawat

terbang yang dibangun / dikonstruksi untuk memberikan perlindungan bagi

kepentingan kreditor sehingga diharapkan berdampak kepada perekonomian

global.

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

20

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian kepustakaan khususnya pada lingkungan Perpustakaan

Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, terdapat Penelitian terkait sita eksekusi

yang ditulis oleh Samuel, Bambang Siswanto, Program Studi Magister Hukum tahun

2012, dengan judul Tesis “Kedudukan Sita Eksekusi Terhadap Harta Pailit Dalam

Hukum Kepailitan” dan penelitian terkait kepailitan antara lain pernah dilakukan oleh

Ni Kadek Wiwien Udisumertha, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas

Gadjah Mada, tahun 2013, dengan Judul Tesis “Akibat Hukum Terhadap Benda

Jaminan Milik Pihak Ketiga Dalam Kepailitan (Studi Kasus Pada PT. Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk Denpasar).

Penelitian terkait Kepailitan PT Batavia antara lain pernah dilakukan oleh Aulia

Layinna Khoirunisa, tahun 2013, Program Studi Strata 1 (satu) Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, dengan judul Skripsi “Analisis Yuridis mengenai Hukum

Keagenan dalam hal kepailitan Perusahan Prinsipal, Study Kasus PT Metro Batavia”

dan Armellia Denetta, tahun 2013, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Indonesia dengan judul Tesis “Akibat Putusan Pailit Pengadilan

Terhadap Kedudukan Hukum Direksi Perseroan Terbatas Dalam Hal Perseroan

Dinyatakan Pailit (Studi Kasus PT. Metro Batavia dengan Putusan No.

77/pailit/2012/PN.NIAGA. JKT.PST).

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka permasalahan dalam pelaksanaan

sita jaminan atas Pesawat Terbang, Mesin dan Komponennya untuk menjamin

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69225/potongan/S2-2014-326556-chapter1.pdf · masing kerangka pesawat udara (airframe), mesin pesawat terbang

21

pelunasan utang MRO dalam hal PT Batavia pailit belum ditulis oleh siapapun dan

penulisan ini merupakan karya penulis, bukan hasil duplikasi ataupun plagiasi dari

karya lain.

TINJAUAN YURIDIS SITA JAMINAN ATAS PESAWAT TERBANG, MESIN DAN KOMPONENNYADALAM HAL KEPAILITANMASKAPAI PENERBANGAN UNTUK PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PERUSAHAANMAINTENANCE, REPAIR & OVERHAULSEBAGAI KREDITOR (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR77/PAILIT/2012 PN.NIAGA.JKT.PST DAN PUTUSAN NOMOR 2923K/PDT/2010/PN.JKT.PST JONOMOR 335/PDT.G/2008/PN.JKT.PST.)ENIASWURI ANDAJANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/