s1367-henry septian.pdf
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KEBOCORAN GAS PADA SISTEM
PEMANFAATAN GAS KOTA UNTUK RUMAH TANGGA
SKRIPSI
HENRY SEPTIAN
0806456606
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
DEPOK
JANUARI 2012
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KEBOCORAN GAS PADA SISTEM
PEMANFAATAN GAS KOTA UNTUK RUMAH TANGGA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
HENRY SEPTIAN
0806456606
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
DEPOK
JANUARI 2012
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Henry Septian
NPM : 0806456606
Tanda Tangan :
Tanggal :19 Januari 2012
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Henry Septian
NPM : 0806456606
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Skripsi :Analisis Kebocoran Gas pada Sistem Pemanfaatan Gas
Kota untuk Rumah Tangga
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dr .rer. nat. Ir. Yuswan Muharam, M.T.
Penguji : Ir. Kamarza Mulia, M.Sc., Ph.D
Penguji : Ir. Abdul Wahid, M.T.
Penguji : Prof. Dr. Ir. Anondho Wijanarko, M.Eng.
Ditetapkan di : Departemen Teknik Kimia FTUI, Depok
Tanggal : 19 Januari 2012
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWTatas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya.Skripsi dengan judul βAnalisis Kebocoran Gas pada Sistem Pemanfaatan
Gas Kota untuk Rumah Tanggaβ ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Kimia pada Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berterima kasih atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Secara khusus, penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. rer. nat. Ir. Yuswan Muharam, MT atas bimbingan dan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
2. Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto, DEA selaku ketua Departemen Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
3. Orang tua tercinta atas semua dukungan doa dan kasih sayang serta segala hal
yang telah diberikan.
4. Chandra Hadiwijaya, David, Jacquin Suryadi, Marcho Rizal, M. Firzi, dan
Robbin Yonathan sebagai rekan kerja yang sudah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Rekan-rekan mahasiswaTeknik Kimia angkatan 2008 atas semua
kerjasamanya.
6. Semua staf dan karyawan di Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
atas segala bantuannya.
7. Serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu untuk segala
kontribusinya.
Harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat secara keilmuan bagi setiap
orang yang membacanya. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis demi tercapainya hasil yang lebih baik.
Depok, 2012
Penulis
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Henry Septian
NPM : 0806456606
Program Studi : Teknik Kimia
Departemen : Teknik Kimia
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
βAnalisis Kebocoran Gas pada Sistem Pemanfaatan Gas Kota untuk Rumah
Tanggaβbeserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 19 Januari 2012
Yang menyatakan
(Henry Septian)
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Henry Septian
Program Studi : Teknik Kimia
Judul : Analisis Kebocoran Gas pada Sistem Pemanfaatan Gas Kota
untuk Rumah Tangga
Pemerintah sedang mencanangkan program penggunaan gas kota untuk keperluan
rumah tangga. Masyarakat tidak yakin akan keamanan gas kota. Untuk
meyakinkan masyarakat, diperlukan sebuah sistem pemanfaatan gas kota yang
aman. Penelitian ini bertujuan memperoleh rancangan sistem pemanfaatan gas
kota untuk keperluan rumah tangga yang aman dari kebakaran. Penelitian ini
dilakukan dengan simulasi penyebaran gas kota. Penelitian terkait sebelumnya
telah dilakukan oleh Bradley mendapatkan profil konsentrasi campuran propana-
udara. Pemodelan diekspresikan dalam persamaan-persamaan matematis. Model
kemudian disimulasikan menggunakan COMSOL, menghasilkan penyebaran gas
kota. Hasil yang diharapkan adalah rancangan sistem pemanfaatan gas kota yang
aman untuk keperluan rumah tangga.
Kata kunci : difusivitas, gas kota, COMSOL, model, molekular, dan simulasi.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
viii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name :Henry Septian
Major of Study : Chemical Engineering
Title :Analysis of Gas Leakage in A City Gas Utilization System for
Household
The government is setting up a city gas utilization program for household
purposes. People didnβt feel secure, so a safety design of city gas utilization is
needed to convince people about the safety of this plan. This research was
intended to obtain a safety design of city gas utilization for household purposes,
by carry out a simulation of gas leakage. The earlier relevant research was
performed by Bradley which produced the distribution profile of propane-air
mixture. Mathematic modelling and simulation solved using COMSOL, generates
the distribution of city gas leakage, and resulting a safety design of city gas
utilization for household purposes.
Keywords : city gas,COMSOL,modelling, molecular diffusivity, and simulation
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR SIMBOL ............................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup Masalah ........................................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5
2.1 Gas Kota ................................................................................................. 5
2.1.1 Komposisi Gas Bumi ...................................................................... 6
2.1.2 Cadangan Gas Bumi Nasional ........................................................ 8
2.1.3 Produksi Gas Bumi Nasional .......................................................... 8
2.2 Peristiwa Perpindahan ............................................................................ 10
2.2.1 Perpindahan Molekular & Konvektif ............................................. 11
2.2.2 Fluks Total ...................................................................................... 15
2.2.3 Perpindahan Momentum................................................................. 17
2.2.4 Perpindahan Massa ......................................................................... 19
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
x Universitas Indonesia
2.2.5 Aliran Laminar Unsteady Dalam Sebuah Balok ............................ 21
2.3 Hukum Konservasi ................................................................................. 23
2.4 Manajemen Keselamatan ....................................................................... 25
2.5 Computational Fluid Dynamics ............................................................. 26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 29
3.1 Variabel Penelitian ................................................................................. 29
3.2 Prosedur Penelitian................................................................................. 29
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 32
3.3.1 Data Sekunder................................................................................. 32
3.3.2 Data Primer ..................................................................................... 33
3.4 Teknik Analisis Data .............................................................................. 33
BAB 4 PEMODELAN ..................................................................................... 34
4.1 Penyusunan Model Matematika ............................................................. 34
4.1.1 Neraca Massa .................................................................................. 34
4.1.2 Neraca Momentum ......................................................................... 35
4.1.3 Kondisi Batas Model ...................................................................... 36
4.1.4 Parameter Proses............................................................................. 37
4.2 Langkah-Langkah Pengerjaan Dalam Comsol....................................... 40
4.2.1 Model Pertama ................................................................................ 40
4.2.2 Model Kedua .................................................................................. 50
4.3 Verifikasi Model dan Geometri ............................................................. 58
BAB 5 HASIL SIMULASI &PEMBAHASAN ............................................. 60
5.1 Model Pertama ....................................................................................... 60
5.1.1 Perubahan Terhadap Waktu............................................................ 61
5.1.2 Profil Penyebaran Metana .............................................................. 64
5.1.3 Pengaruh Keadaan Pintu Terbuka .................................................. 66
5.2 Model Kedua .......................................................................................... 70
5.2.1 Pengaruh Kecepatan Exhaust Fan .................................................. 71
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
xi Universitas Indonesia
5.2.2 Pengaruh Keadaan Awal Ruangan ................................................. 74
5.2.3 Model Kedua dengan Lubang Tertutup .......................................... 76
BAB 6 KESIMPULAN .................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA............................................................................81
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Gas Bumi ........................................................................ 7
Tabel 2.2 Tingkat Aplikasi dari Konsep Dasar ................................................. 11
Tabel 2.3 Bentuk Analogi Persamaan Konstitutif ............................................. 14
Tabel 2.4 Common Characteristic Velocity ...................................................... 15
Tabel 2.5 Ekspresi Persamaan 2.16 dan 2.17 .................................................... 16
Tabel 2.6 Ekspresi Komponen Persamaan 2.34 ................................................ 19
Tabel 2.7 Ekspresi Komponen Persamaan 2.41 ................................................ 21
Tabel 4.1 Nilai Volum Difusi untuk Beberapa Atom& Molekul ...................... 39
Tabel 4.2 Constants untuk Model Pertama ....................................................... 46
Tabel 4.3 Scalar Expressions untuk Model Pertama ......................................... 46
Tabel 4.4 Pengaturan Subdomain Model Pertama ............................................ 47
Tabel 4.5 Pengaturan Kondisi Batas Neraca Massa .......................................... 49
Tabel 4.6 Constants untuk Model Kedua .......................................................... 53
Tabel 4.7 Scalar Expression untuk Model Kedua ............................................. 53
Tabel 4.8 Pengaturan Subdomain Model Kedua ............................................... 55
Tabel 4.9 Pengaturan Kondisi Batas Neraca Massa .......................................... 56
Tabel 4.10 Kategori Error Menurut COMSOL ................................................. 58
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cadangan Gas Alam Indonesia .............................................................. 8
Gambar 2.2 Skema Penyaluran Gas dari Wellhead ke Konsumen ............................ 9
Gambar 2.3 Produksi dan Konsumsi Gas Bumi Indonesia ....................................... 10
Gambar 2.4 Aliran Tak Tunak Antara Dua Plat Paralel ............................................ 18
Gambar 2.5 Ilustrasi Balok Perpindahan Massa ........................................................ 20
Gambar 2.6 Ilustrasi Aliran Laminar ......................................................................... 22
Gambar 2.7 Program COMSOL ................................................................................ 27
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 32
Gambar 4.1 Tampilan Pemilihan Modul Model Pertama .......................................... 42
Gambar 4.2 Tampilan Pembuatan Geometri Model Pertama .................................... 43
Gambar 4.3 Tampilan Pengaturan Work Plane ......................................................... 44
Gambar 4.4 Tampilan Geometri Model Pertama ...................................................... 44
Gambar 4.5 Meshing Geometri Model Pertama ........................................................ 45
Gambar 4.6 Subdomain Settings Model Pertama ...................................................... 47
Gambar 4.7 Initial Values Model Pertama ................................................................ 48
Gambar 4.8 Tampilan Pemilihan Modul Model Kedua ............................................ 51
Gambar 4.9 Tampilan Geometri Model Kedua ......................................................... 52
Gambar 4.10 Meshing Geometri Model Kedua ........................................................ 52
Gambar 4.11 Subdomain Settings Model Kedua ...................................................... 55
Gambar 4.12 Initial Values Model Kedua ................................................................. 56
Gambar 5.1 Hasil Awal Model Pertama .................................................................... 60
Gambar 5.2 Profil Konsentrasi Metana Fungsi Jarak & Waktu Model a .................. 62
Gambar 5.3 Profil Konsentrasi Metana Fungsi Jarak & Waktu Model b .................. 63
Gambar 5.4 Penyebaran Metana Model Pertama a(kiri) & b(kanan) ........................ 65
Gambar 5.5 Pengaruh Ketinggian Pada Penyebaran Metana Model b ...................... 66
Gambar 5.6 Sampel Pengaruh Keadaan Pintu Tertutup dan Pintu Terbuka .............. 67
Gambar 5.7 Penyebaran Metana Pada Pintu Tertutup dan Pintu Terbuka ............... 68
Gambar 5.8 Profil Konsentrasi Metana Pada Keadaan Steady State......................... 69
Gambar 5.9Hasil Simulasi COMSOL Model Kedua ................................................ 70
Gambar 5.10 Pengambilan Data Model Kedua ......................................................... 71
Gambar 5.11 Profil Konsentrasi Metana Saat Kecepatan 5 m/s ................................ 72
Gambar 5.12 Profil Konsentrasi Metana Saat Kecepatan 10 m/s .............................. 72
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
xiv Universitas Indonesia
Gambar 5.13 Profil Konsentrasi Metana Saat Kecepatan 15 m/s .............................. 72
Gambar 5.14 Profil Konsentrasi Metana Saat Kecepatan 50 m/s .............................. 72
Gambar 5.15 Pengaruh Kecepatan Exhaust Terhadap Penurunan Metana ............... 73
Gambar 5.16 Pengaruh Kecepatan Exhaust Terhadap Penurunan Metana ............... 74
Gambar 5.17Profil Konsentrasi Metana Setelah 15 Menit Kebocoran ..................... 75
Gambar 5.18Profil Konsentrasi Metana Setelah 30 Menit Kebocoran ..................... 75
Gambar 5.19Profil Konsentrasi Metana Setelah 45 Menit Kebocoran ..................... 75
Gambar 5.20Profil Konsentrasi Metana Saat Ruangan Penuh .................................. 75
Gambar 5.21Profil Konsentrasi Metana Saat Lubang Tertutup v = 5m/s.................. 77
Gambar 5.22Profil Konsentrasi Metana Saat Lubang Tertutup v = 10m/s................ 77
Gambar 5.23Profil Konsentrasi Metana Saat Lubang Tertutup v = 15m/s................ 77
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
xv Universitas Indonesia
DAFTAR SIMBOL
Simbol Keterangan
T Temperatur
P Tekanan
v Kecepatan Superfisial
DAB Koefisien Difusivitas A Terhadap B
Ο Massa Jenis
Β΅ Viskositas Campuran
MA Massa Molekul Relatif A
yi Fraksi Mol Komponen i
R
Konstanta Kesetimbangan Gas
Waktu
Konsentrasi dari spesi
Konsentrasi awal dari spesi
t
ic i
0
ic i
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
1 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi minyak tanah bersubsidi di Indonesia semakin meningkat.
Pemerintah telah melaksanakan program konversi dari minyak tanah ke tabung
gas elpiji bersubsidi dalam rangka menekan konsumsi bahan bakar minyak
Indonesia. Program konversi minyak tanah ini sudah berlangsung selama 4 tahun
dan dapat menghemat biaya subsidi pemerintah mencapai Rp 25,21 triliun hingga
akhir tahun 2010 lalu (ESDM, 2011).
Di samping penggunaan tabung gas elpiji bersubsidi, pemerintah telah
melaksanakan penggunaan gas kota sebagai bahan bakar pengganti tabung gas
elpiji. Sampai saat ini, program penggunaan gas kota masih menuai pro dan
kontra. Masyarakat menolak program ini karena kurangnya rasa percaya
masyarakat akan keamanan dari penggunaan gas kota tersebut, melihat
kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada penggunaan tabung gas elpiji bersubsidi.
Di lain pihak, penggunaan gas kota tersebut perlu dilakukan mengingat nilai kalor
per massayang dihasilkan gas kota lebih besar dibanding gas elpiji. Selain itu,
sistem distribusi gas kota yang menggunakan jalur perpipaan akan menghemat
penggunaan bahan bakar yang digunakan untuk transportasi distribusi gas elpiji.
Oleh karena itu, pemerintah perlu menjamin keamanan penggunaan gas kota
tersebut.
Untuk menjamin keamanan akan penggunaan gas kota, maka perlu dibuat
sebuah sistem penggunaan gas kota yang aman dari kebakaran pada kebocoran
gas kota. Penelitian ini dilakukan dengan bantuan simulasi untuk memperoleh
profil distribusi kebocoran gas kota. Berdasarkan model yang diperoleh, dapat
diketahui informasi mengenai karakteristik dari penyebaran gas kota, sehingga
dapat dikembangkan sebuah sistem penggunaan gas kota untuk keperluan rumah
tangga secara aman. Desain sistem tersebut meliputi geometri, posisi sumber gas
kota, dan posisi ventilasi.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
2
UNIVERSITAS INDONESIA
Penelitian mengenai karakteristik aliran pada pembakaran campuran
metana-propana dengan udara telah dilakukan sebelumnya oleh Bradley. Bradley
melakukan pengujian eksperimental dengan kondisi tertentu untuk memprediksi
profil temperatur dan fraksi-fraksi mol karbondioksida dan metana pada sebuah
ruang bakar konikal buatan dengan hasil pengujian menggunakan program
CFDSOF yang berbasis Computational Fluid Dynamics (CFD)(Bradley, 1988).
Secara umum hasil pengujian simulasi menunjukkan kedekatan yang cukup baik
dengan hasil eksperimental Bradley, terutama pada profil konsentrasi CH4.
Prediksi-prediksi yang kurang tepat, seperti konsentrasi karbondioksida dan
temperatur, disebabkan oleh penggunaan asumsi-asumsi dalam pemodelan.
Simulasi CFDSOF telah digunakan untuk aplikasi industri, misalnya pada proyek
analisis nyala api pembakaran dual fuel (Gas dan HSD) oleh PT. Indonesia Power
pada tahun 2010 yang menghasilkan profil temperatur dan panjang nyala api.
Pada penelitian ini, pemodelan penyebaran gas kota dilakukan dengan
menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD). CFD merupakan sebuah
metode untuk mempelajari hidrodinamika, pola aliran, dan peristiwa perpindahan
pada suatu fluida. Salah satu program yang berbasis pada CFD adalah COMSOL
Multiphysics. COMSOL Multiphysics telah digunakan dan teruji mampu
menyelesaikan pemodelan-pemodelan yang rumit dalam fenomena-fenomena
pada suatu sistem. COMSOL Multiphysics adalah suatu program yang
menggunakan teknik numeris untuk menyelesaikan persamaan-persamaan
diferensial parsial dan persamaan integral.
Pemodelan penyebaran dan pembakaran gas kota pada penelitian ini
diekspresikan dalam bentuk persamaan-persamaan matematis. Persamaan β
persamaan matematis tersebut harus diselesaikan secara simultan untuk dapat
menghasilkan model dari profil distribusi gas kota. Penyelesaian persamaan-
persamaan matematis akan dilakukan dengan menggunakan COMSOL
Multiphysics. Berdasarkan model yang dihasilkan, dapat dikembangkan sebuah
desain penggunaan gas kota yang aman untuk keperluan rumah tangga.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
3
UNIVERSITAS INDONESIA
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana mendapatkan
sebuah model penyebaran gas kota dalam fungsi waktu, jarak, dan dalam
kaitannya dengan batas nyala gas kota.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan karakteristik pola aliran gas kota dalam ruangan
2. Mendapatkan desain sistem yang aman jika terjadi kebocoran gas kota
1.4 Ruang Lingkup Masalah
1. Gas kota yang digunakan sebagian besar terdiri dari metana, sehingga
diasumsikan senyawa metana murni tanpa campuran
2. Mempertimbangkan neraca massa dan momentum
3. Geometri sistem/ruangan mengikuti standar dapur secara umum
dengan panjang 3 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 3 meter.
4. Geometri meliputi posisi lubang kebocoran, posisi ventilasi, ukuran
lubang kebocoran, dan ukuran ventilasi
5. Simulasi menggunakan program COMSOL Multiphysics
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian, ruang lingkup permasalahan, dan sistematika
penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan studi literatur secara umum dan secara khusus
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
BAB 3METODOLOGI PENELITIAN
Berisikan diagram alir penelitian, alat yang digunakan dalam
penelitian, dan prosedur penelitian.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
4
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 4 PEMODELAN DAN SIMULASI
Menjelaskan penurunan model matematis dan langkah-langkah
pengerjaan COMSOL Multiphysics.
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan hasil dari simulasi model penyebaran gas kota dan
pembahasan mengenai hasil simulasi model serta menghasilkan
rancangan sistem pemanfaatan gas kota yang aman.
BAB 6 KESIMPULAN
Berisikan mengenai kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
5 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori yang bersifat mendukung penelitian yang dilakukan
penulis. Bagian ini meliputi teori tentang gas kota, fenomena perpindahan, hukum
konservasi, manajemen keselamatan, dan computational fluid dynamics.
2.1 Gas Kota
Gas kota merupakan istilah yang mengacu pada gas yang telah diolah dan
diproduksi untuk dijual kepada konsumen. Gas kota merupakan campuran dari
berbagai macam gas yang memiliki nilai kalor, seperti hidrogen, karbon
monoksida, metana, dan gas hidrokarbon yang mudah menguap. Selain itu
terdapat juga sedikit gas-gas yang tidak memiliki nilai karbon seperti
karbondioksida dan nitrogen.
Gas kota merupakan bahan bakar yang memiliki banyak kegunaan. Untuk
keperluan rumah tangga, gas kota umumnya digunakan untuk keperluan memasak
dan sistem pemanas. Memasak dengan menggunakan gas kota memberikan
beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam kontrol suhu, self ignition, dan
self cleaning. Berikut ini adalah beberapa keuntungan penggunaan gas kota :
Nontoksik, tidak memiliki bahan-bahan yang berbahaya jika terhirup dan
terserap ke dalam darah
Lebih ringan dari udara, jika terjadi kebocoran maka akan langsung
menguap karena berat molekul yang lebih ringan, tidak seperti gas gas
propana dan butana ( LPG )
Tidak berwarna, ketika terbakar akan membentuk api biru dan merupakan
salah satu bahan bakar paling bersih yang umumnya menghasilkan panas,
karbondioksida, dan uap air sebagai hasil pembakaran.
Tidak berbau, bau yang tercium adalah gas tidak berbahaya yang
ditambahkan untuk mendeteksi adanya kebocoran.
Gas kota merupakan salah satu hasil pengolahan gas bumi. Gas bumi
adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang komponen utamanya terdiri dari
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
6
UNIVERSITAS INDONESIA
metana (CH4). Gas alam dapat ditemukan di ladang minyak dalam jumlah besar,
di dasar tambang batu bara dalam jumlah kecil, atau dalam bentuk kondensat
berupa natural gas hydrate (NGH). Gas bumi yang berasal dari sumber minyak
disebut associated gas, sedangkan gas bumi yang berasal dari sumur gas dan
kondensat disebut non-associated gas.
Gas bumi merupakan hidrokarbon tak berwarna dan tak berbau yang
sangat mudah terbakar. Gas alam berasal dari proses geologi dari bahan-bahan
organik selama jutaan tahun. Gas alam lebih ekonomis dibandingkan listrik
sehingga juga digunakan untuk pemanasan rumah, memasak dan menjalankan
peralatan seperti pemanas air dan pengering pakaian.
Meskipun penggunaan gas bumi yang utama adalah sebagai bahan bakar,
gas bumi merupakan sumber hidrokarbon dan sulfur yang merupakan senyawa
penting dalam industri kimia. Dampak penggunaan gas bumi terhadap lingkungan
juga lebih menguntungkan dibandingkan penggunaan minyak bumi maupun
batubara. Karbon dioksida (CO2) sebagai gas penyebab efek rumah kaca
pemanasan global yang dihasilkan oleh minyak bumi dan batubara sekitar 1,4
sampai 1,75 kali lebih tinggi daripada emisi yang dihasilkan dengan penggunaan
gas alam.
2.1.1 Komposisi Gas Bumi
Gas bumi merupakan campuran beberapa gas dengan komposisi terbesar
adalah metana.Gas bumi dari sumber yang berbeda akan mempunyai komposisi
yang berbeda pula. Spesifikasigas bumi terdiri dari senyawa hidrokarbon dan
senyawa ikutan lainnya berupa pengotor (impurities) dalam batas-batas yang
dipersyaratkan. Senyawa hidrokarbon penyusun gas bumi didominasi oleh
senyawa metana (CH4) dengan kadar lebih besar dari 60% volum. Karena
bentuknya yang berupa gas, gas alam dapat diukur berdasarkan volume pada
tekanan dan temperatur tertentu. Satuan yang dipakai adalah CF (cubic feet), MCF
(ribuan cubic feet), dan MMCF (jutaan cubic feet). Satuan BTU juga sering
digunakan sebagai satuan pengukuran gas alam. Satu BTU (British thermal unit )
didefinisikan sebagai sejumlah gas alam yang akan menghasilkan energi yang
cukup untuk memanaskan satu pound air dengan satu derajat pada tekanan
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
7
UNIVERSITAS INDONESIA
normal. Satu cubic feet gas alam mengandung sekitar 1,027 BTU . Tabel 2.1
menunjukkan contoh komposisi gas bumi berdasarkan data dari BPH Migas.
Tabel 2.1Komposisi Gas Bumi
Nama Gas Senyawa Komposisi
Metana CH4 70 - 90 %
Etana C2H6
0 β 20 % Propana C3H8
Butana C4H10
Karbondioksida CO2 0 β 8 %
Oksigen O2 0 β 0,2 %
Nitrogen N2 0 β 5 %
Hidrogen Sulfida H2S 0 β 5 %
Gas lainnya He, Ne, Xe, dll Sedikit
Sumber : Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas)
Dari komposisi sumber gas bumi ini akan memberikan karakteristik fisik
dari sumber gas bumi tersebut yang akan bermanfaat sebagai masukan untuk
melakukan simulasi penurunan tekanan secara bertahap sampai dengan tekanan
akhir yang diterima oleh pengguna atau konsumen sehingga dapat diperoleh
karakteristik fisik untuk setiap rentang tekanan serta suhu-nya.
Gas bumi merupakan sumber energi yang andal dan efisien, mampu
terbakar lebih bersih dibandingkan dengan sumber energi fosil lainnya. Hal
tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan pasokan gas bumi, dengan
pertimbangan:
Pemanfaatan gas bumi sebagai bahan bakar generator untuk
menghasilkan listrik menghemat biaya kapital, menaikkan efisiensi
bahan bakar, memperpendek waktu konstruksi dan menghasilkan emisi
yang rendah.
Sektor rumah tangga memperoleh keuntungan dengan penerapan gas
sebagai bahan bakar rendah emisi dan bahan bakar dengan efisiensi
tinggi.
Sektor industri menyadari pentingnya penggunaan gas bumi sebagai
bahan bakar dan feedstock (umpan)bagi berbagai produk seperti industri
pulp dan kertas, logam, kimia, pupuk, tekstil, obat-obatan dan plastik.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
8
UNIVERSITAS INDONESIA
Sektor transportasi mulai melihat gas bumi sebagai bahan bakar yang
bersih dan alternatif bagi bahan bakar minyak.
2.1.2Cadangan Gas Bumi Nasional
Potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia berdasarkan status tahun 2008
mencapai 170,07 TSCF dan produksi per tahun mencapai 2,87 TSCF, dengan
komposisi tersebut Indonesia memiliki reserve to production (R/P) mencapai 59
tahun. (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2008).
Gambar 2.1Cadangan Gas Alam Indonesia
2.1.3 Produksi Gas Bumi Nasional
Eksplorasi untuk mencari cadangan gas alam merupakan pekerjaan
berisiko tinggi dan beranggaran hingga jutaan US$ dengan kemungkinan hasil
βdry holeβ. Kegiatan eksplorasi dimulai dengan adanya suatu daerah onshore
maupun offshore untuk dikembangkankan. Dengan menggunakan teknologi
seismic berprobabilitas tinggi bermuatan hidrokarbon, dilakukan suatu kegiatan
identifikasi di daerah target. Setelah dilakukan studi Analisa Mengenai Dampak
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
9
UNIVERSITAS INDONESIA
Lingkungan (AMDAL) atau studi pengelolaan dan pemantauan lingkungan,
pengelola wilayah kerja dapat melakukan tes pengeboran sumur. Bila hasil tes
mengindikasikan adanya cadangan gas bumi yang sesuai dengan keekonomian,
maka pengelola wilayah kerja dapat melakukan pengeboran lanjutan untuk sumur
lainnya setelah memiliki konsumen gas dan disetujui Plan of Development-nya
oleh BPMIGAS serta memiliki sertifikasi cadangan gas.
Suatu komitmen finansial yang kuat diperlukan dalam pengeboran sumur
gas, desain dan konstruksi stasiun pengumpul gas, desain dan konstruksi sistem
processing gas serta membangun pipa transmisi dari wellhead ke konsumen gas.
Gambar 2.2 Skema Penyaluran Gas dari Wellhead ke Konsumen
Gambar 2.3 menunjukkan perbandingan produksi dan konsumsi gas bumi di
Indonesia setiap tahunnya dari tahun 2000 sampai dengan Desember 2008
berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
10
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.3Produksi dan Konsumsi Gas Bumi Di Indonesia
Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Berdasarkan data Ditjen Migas, data produksi gas alam Indonesia tahun
2009 sebesar 2,887 BSCF. Sebagian besar produksi gas tersebut dimanfaatkan
untuk ekspor ke luar negeri dan untuk pembakaran industri-industri. Penggunaan
gas kota untuk keperluan rumah tangga masih sangat terbatas, sebagian besar
rakyat masih menggunakan LPG yang kurang efisien dan tidak aman dibanding
dengan gas kota. Masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang keamanan
penggunaan gas kota. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembelajaran mengenai
keamanan penggunaan gas kota agar program pemanfaatan gas kota dapat
berjalan.
2.2 Peristiwa Perpindahan
Pengertian tentang peristiwa perpindahan diperlukan untuk mengatasi
masalah yang berhubungan dengan aliran fluida, perpidahan massa, perpindahan
panas, termodinamika, dan reaksi-reaksi kimia. Terdapat dua langkah dalam
penerjemahan masalah menjadi sebuah bentuk matematis, yaitu persepsi dan
formulasi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dari langkah-langkah tersebut dapat
diatasi apabila konsep dasar teknik dapat dimengerti.
Konsep dasar untuk dapat menyelesaikan masalah teknis antara lain:
konservasi massa, momentum, energi dan spesi-spesi kimia. Keempat besaran ini
adalah besaran terkonservasi, yaitu besaran yang dapat diubah tanpa
mempengaruhi jumlah total dari besaran tersebut. Besaran terkonservasi dapat
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
11
UNIVERSITAS INDONESIA
dijelaskan pada persamaan laju inventori, umumnya dituliskan dalam bentuk
persamaan:
Laju Masukan β Laju Keluaran + Laju Pembentukan = Laju Akumulasi (2.1)
Laju pada persamaan diatas dapat berupa laju konsentrasi, laju massa, laju energi,
dan lain sebagainya.
Konsep dasar mengenai besaran terkonservasi dapat diaplikasikan baik
pada permasalahan mikroskopik, maupun lingkup makroskopik seperti ditunjukan
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.2 Tingkat Aplikasi dari Konsep Dasar
Tingkat Teori Eksperimen
Mikroskopik Persamaan Perubahan Persamaan Konstitutif
Makroskopik Persamaan Desain Korelasi Proses
Pada tingkat mikroskopik, konsep dasar diterjemahkan ke dalam bentuk
persamaan diferensial parsial dengan tiga buah variabel terikat dan waktu. Konsep
dasar pada tingkat mikroskopik disebut persamaan perubahan, misalnya hukum
konservasi spesi kimia, massa, momentum, dan energi. Pada tingkat makroskopik,
konsep dasar merupakan hasil integrasi dari persamaan perubahan, menghasilkan
bentuk persamaan diferensial biasa dengan waktu sebagai satu-satunya variabel
terikat. Pada tingkat ini, konsep dasar disebut persaman desain atau neraca
makroskopik.
2.2.1 Perpindahan Molekular dan Konvektif
Fluks total dari sebuah besaran tertentu merupakan jumlah dari fluks
molekular dan fluks konvektif. Fluks molekular adalah fluks yang dihasilkan dari
gradien potensial atau driving forces. Fluks molekular dinyatakan dalam bentuk
persamaan konstitutif dari perpindahan momentum, energi, dan massa.
Momentum, energi, dan massa juga dapat mengalami perpindahan oleh
pergerakan fluida ruah yang menghasilkan fluks, disebut fluks konvektif. Pada
bagian ini akan dibahas mengenai fluks molekular dan fluks konvektif dalam
peristiwa perpindahan momentum dan massa.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
12
UNIVERSITAS INDONESIA
Perpindahan Molekular
Persamaan konstitutif mengidentifikasi karakteristik dari sifat perpindahan
satu besaran. Misalnya, jika terdapat gradien momentum, maka viskositas
didefinisikan oleh persamaan konstitutif yang disebut Hukum Viskositas Newton.
Jika terdapat gradien konsentrasi, maka koefisien difusi didefinisikan oleh Hukum
Difusi Fick Pertama. Viskositas dan koefisien difusi disebut sifat perpindahan
(transport properties).
Hukum Viskositas Newton
Apabila terdapat perbedaan kecepatan akibat sebuah gaya yang bekerja
pada fluida tertentu, maka pada sistem tersebut terjadi fluks momentum. Hasil
eksperimen menunjukan bahwa gaya yang diperlukan untuk menjaga
kelangsungan fluks momentum proporsional dengan gradien kecepatan:
πΉ
π΄ ππππππ‘π’π πΉππ’π₯
= π πππππ ππππ‘ πππππππ‘π¦
π
π πΊππππππ πΎππππππ‘ππ
(2.2)
Konstanta Β΅ merupakan viskositas. Persamaan 2.2 merupakan persamaan tingkat
makroskopik. Bentuk mikkroskopik dari persamaan diatas adalah:
ππ¦π₯ = βπππ£π₯
ππ¦= βπ πΎ π¦π₯ (2.3)
Persamaan 2.3 dikenal sebagai hukum viskositas Newton, dan setiap fluida yang
mengikuti hukum di atas disebut fluida Newtonian. Bentuk Ξ³yx merupakan laju
regangan atau laju deformasi. Sedangkan bentuk Οyx disebut shear stress. Kedua
konstanta ini mempunyai dua buah subskrip, yaitu x yang menunjukan arah dari
gaya yang bekerja dan y yang menunjukan arah normal dari permukaan tempat
gaya bekerja. Jadi, besaran Οyx dapat diinterpretasikan sebagai fluks dari
momentum-x pada arah y. Pada satuan SI, Οyx diekspresikan dalam N/m2 (Pa) dan
gradien kecepatan dalam (m/s)/m. Sehingga diperoleh satuan untuk viskositas
dalam satuan SI:
π = π/π2
(π/π )/π= ππ π =
ππ
π π (2.4)
Umumnya, data-data viskositas disediakan dalam sistem satuan cgs, yaitu g/(cm s)
yang disebut poise (P) atau centipoise (1cP = 0,01 P).
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
13
UNIVERSITAS INDONESIA
Hukum Difusi Pertama Fick
Apabila pada suatu sistem terdapat perbedaan konsentrasi, maka akan
terjadi fluks perpindahan massa dari daerah dengan konsentrasi tinggi menuju
daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Hasil eksperimen mengindikasikan
bahwa fluks massa sebuah zat A proporsional dengan gradien konsentrasi:
π π΄π΄
πΉππ’ππ πππ π π π΄
= π·π΄π΅ πππππ ππππ‘ πππππππ‘π¦
ππ΄π
π πΊππππππ πΎπππ πππ‘πππ π
(2.5)
dimana konstanta DAB disebut sebagai difusivitas molekular biner (atau koefisien
difusi) dari spesi A di dalam spesi B. Bentuk mikroskopik dari persamaan 2.5
disebut hukum difusi pertama Fick:
ππ΄π¦ = βπ·π΄π΅ ππππ΄
ππ¦ (2.6)
dimana JAy merepresentasikan fluks molekular massa dari spesi A pada arah y,
dan wA menunjukkan fraksi massa spesi A. Jika densitas total, Ο konstan, maka
bentuk dwA/dy dapat diganti dengan dΟA/dy dan menghasilkan
ππ΄π¦ = βπ·π΄π΅
πππ΄
ππ¦ (2.7)
Dalam perhitungan perpindahan massa, konsentrasi sebuah spesi lebih
sering ditunjukan dalam bentuk konsentrasi molar dibandingkan satuan massa.
Dalam bentuk konsentrasi molar, Hukum Difusi Pertama Fick dinyatakan dalam
bentuk:
π½βπ΄π¦ = βπ·π΄π΅ π ππ₯π΄
ππ¦ (2.8)
dimana J*Ay merepresentasikan nilai fluks molekular spesi A pada arah y dan xA
menunjukkan fraksi mol dari spesi A. Jika konsentrasi total molar A, c, bernilai
konstan, maka bentuk c (dxA/dy) dapat digantikan dengan dcA/dy, menjadi
π½βπ΄π¦ = βπ·π΄π΅
ππΆπ΄
ππ¦ (2.9)
Koefisien difusi DAB mempunyai dimensi m2/s dalam satuan SI.
Hukum Viskositas Newton dan Hukum Difusi Pertama Fick umumnya
dikembangkan dalam bentuk persamaan:
ππππππ’πππ πππ’π₯ = πππππ ππππ‘ πππππππ‘π¦ Γ πΊπππππππ‘ ππ π·πππ£πππ πΉππππ (2.10)
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
14
UNIVERSITAS INDONESIA
Meksipun persamaan konstitutif memiliki bentuk yang sama, transport properties
(Β΅ dan DAB) memiliki satuan yang berbeda. Persamaan-persamaan ini
diekspresikan dalam bentuk:
ππ¦π₯ = β π
π
π
ππ¦ (ππ£π₯) (2.11)
pada keadaan densitas konstan dan Οvx= momentum/volume
π½π΄π¦ = β π·π΄π΅
πππ΄
ππ¦ (2.12)
pada keadaan densitas konstan dan ΟA= massa A /volume
Bentuk Β΅/Ο pada persamaan 2.11 disebut sebagai difusivitas momentum
atau viskositas kinematik (v). Viskositas kinematik dan koefisien difusi memiliki
satuan sama, yaitu m2/s. Sehingga persamaan 2.11 dan 2.12 dapat diekspresikan
dalam bentuk umum:
ππππππ’πππ πππ’π₯ = π·ππππ’π ππ£ππ‘π¦ Γ πΊπππππππ‘ ππ ππ’πππ‘ππ‘π¦/ππππ’ππ (2.13)
Bentuk besaran untuk persamaan diatas dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Bentuk Analogi Persamaan Konstitutif untuk Perpindahan Momentum & Massa
Momentum Mass Mole
Molecular Flux ππ¦π₯ ππ΄π¦ π½βπ΄π¦
Transport Property π π·π΄π΅ π·π΄π΅
Gradient of
Driving Force
ππ£π§
ππ¦
πππ΄
ππ¦
πππ΄ππ¦
Diffusivity π£ π·π΄π΅ π·π΄π΅
Quantity/Volume ππ£π§ ππ΄ ππ΄
Gradient of
Quantity/Volume
πππ£π§
ππ¦
πππ΄
ππ¦
πππ΄ππ¦
Perpindahan Konvektif
Fluks konvetif suatu besaran diekspresikan dalam bentuk :
πΆπππ£πππ‘ππ£π πΉππ’π₯ =ππ’πππ‘ππ‘π¦
ππππ’ππΓ πΆπππππ‘ππππ π‘ππ πππππππ‘π¦ (2.14)
Untuk sistem satu fasa dan campuran dari dua atau lebih komponen, definisi dari
dari characteristic velocity adalah:
π£ππ = π½ππ£π
π
π
(2.15)
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
15
UNIVERSITAS INDONESIA
dimana Ξ² adalah faktor berat dan v adalah kecepatan dari komponen.
Tiga besaran kecepatan karakteristik yang umum digunakan dapat dilihat pada
Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Common Characteristic Velocity
Characteristic Velocity Weighting Factor Formulation
Mass Average Mass Fraction (Οi) π£ = πππ£π
Molar Average Mole Fraction (xi) π£β = π₯ππ£π
Volume Average Volume Fraction (ciβπ) π£β = π₯ππ£π
Pernyataan αΉΌ merupakan molar volum parsial komponen. Kecepatan molar rata-
rata sama dengan kecepatan volum rata-rata saat konsentrasi molar total (c)
bernilai konstan. Begitu juga dengan kecepatan massa rata-rata sama dengan
kecepatan volum saat densitas bernilai konstan. Umumnya pada kasus-kasus
tertentu, untuk mempermudah persoalan, nilai konsentrasi molar total dan massa
jenis diasumsikan bernilai konstan.
2.2.2 Fluks Total
Fluks total merupakan jumlah dari fluks molekular dan fluks konvektif.
Fluks total dinyatakan dalam persamaan:
πππ‘ππ
πΉππ’π₯ =
πππππ ππππ‘
πππππππ‘π¦
πΊπππππππ‘ ππ
π·πππ£πππ πΉππππ
πΉπ’ππ ππππππ’πππ
+ ππ’πππ‘ππ‘π¦
ππππ’ππ
πΆππππππ‘ππππ π‘ππ
πππππππ‘π¦
πΉππ’ππ πΎπππ£πππ‘ππ
(2.16)
atau
πππ‘ππ
πΉππ’π₯ = π·ππππ’π ππ£ππ‘π¦
πΊπππππππ‘ ππ
ππ’πππ‘ππ‘π¦/ππππ’ππ
πΉπ’ππ ππππππ’πππ
+ ππ’πππ‘ππ‘π¦
ππππ’ππ
πΆππππππ‘ππππ π‘ππ
πππππππ‘π¦
πΉππ’ππ πΎπππ£πππ‘ππ
(2.17)
Bentuk ekspresi untuk komponen-komponen pada persamaan 2.16 dan 2.17 dapat
dilihat pada Tabel 2.5.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
16
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 2.5 Ekspresi untuk Persamaan 2.16 dan 2.17
Type of
Transport Total Flux
Molecular
Flux
Convective
Flux Constraint
Momentum ππ¦π₯
βπππ£π₯
ππ¦
(ππ£π₯)π£π¦
None
βπ£π(ππ£π₯)
ππ¦ π = cont.
Mass ππ΄π¦
βππ·π΄π΅
πππ΄
ππ¦
ππ΄π£π¦
None
βπ·π΄π΅
πππ΄
ππ¦ π = cont.
Mole ππ΄π¦
βππ·π΄π΅
ππ₯π΄
ππ¦
ππ΄π£βπ¦
None
βπ·π΄π΅
πππ΄ππ¦
π = cont.
Rasio dari fluks konvektif terhadap fluks molekular adalah:
πΆπππ£πππ‘ππ£π πΉππ’π₯
ππππππ’πππ πΉππ’π₯=
(ππ’πππ‘ππ‘π¦/ππππ’ππ)(πΆππππππ‘ππππ π‘ππ πππππππ‘π¦)
(π·ππππ’π ππ£ππ‘π¦)(πΊπππππππ‘ ππ ππ’πππ‘ππ‘π¦/ππππ’ππ) (2.18)
Gradien dari Quantity/Volume dapat diekspresikan sebagai:
πΊπππππππ‘ ππ ππ’πππ‘ππ‘π¦/ππππ’ππ = π·πππππππππ ππ ππ’πππ‘ππ‘π¦/ππππ’ππ
πΆππππππ‘ππππ π‘ππ πΏππππ‘π (2.19)
Substitusi persamaan 2.19 ke dalam persamaan 2.18 menghasilkan:
πΆπππ£πππ‘ππ£π πΉππ’π₯
ππππππ’πππ πΉππ’π₯=
(πΆππππππ‘ππππ π‘ππ πππππππ‘π¦)(πΆππππππ‘ππππ π‘ππ πΏππππ‘π)
π·ππππ’π ππ£ππ‘π¦ (2.20)
Rasio dari fluks konvektif terhadap fluks molekular dikenal sebagai angka Peclet
(Pe). Jadi angka Peclet untuk perpindahan massa adalah:
ππ = π£π‘ππΏπ‘π
π·π΄π΅ (2.21)
Jadi, fluks total dapat dinyatakan dalam bentuk:
πππ‘ππ πΉππ’π₯ = ππππππ’πππ πΉππ’π₯ ππ βͺ 1ππππππ’πππ πΉππ’π₯ + πΆπππ£πππ‘ππ£π πΉππ’π₯ ππ β 1πΆπππ£πππ‘ππ£π πΉππ’π₯ ππ β« 1
(2.22)
Laju Masukan atau Laju Keluaran Massa
Laju alir masukan atau keluaran massa pada suatu sistem, αΉi, dinyatakan
dalam bentuk:
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
17
UNIVERSITAS INDONESIA
ππ = πππ π
π·ππππ’π ππ£ππ‘π¦
πΊπππππππ‘ ππ
πππ π /ππππ’ππ
πΉπ’ππ ππππππ’πππ
+ πππ π
ππππ’ππ
πΆππππππ‘ππππ π‘ππ
πππππππ‘π¦
πΉππ’ππ πΎπππ£πππ‘ππ
(2.23)
Pada umumnya, keluar masuknya massa pada suatu sistem dapat terjadi dengan
dua definisi, yaitu:
- Masuk atau keluar meninggalkan sistem
- Mengalami pertukaran massa dengan lingkungan melalui lapisan batas
sistem
Ketika massa dari sebuah spesi masuk atau keluar meninggalkan sistem,
characteristic velocity dianggap sama dengan kecepatan aliran. Kecepatan ini
cukup besar sehingga fluks molekular dapat diabaikan dibandingkan dengan fluks
konvektif, Pe>>1. Jadi persamaan 2.23 dapat disederhanakan menjadi:
ππ = πππ π π π
ππππ’π
πΎππππππ‘ππ
π ππ‘π β πππ‘π (πΏπ’ππ π΄πππ) (2.24)
atau
ππ = ππ π£ π΄ = πππ (2.25)
Dalam basis molar, persamaan 2.24 dituliskan dalam bentuk:
ππ = ππ π£ π΄ = πππ (2.26)
Sebaliknya, apabila massa masuk atau keluar sistem menyebabkan terjadinya
perpindahan interfasa, persamaan flux yang digunakan mengikuti nilai angka
Peclet seperti pada persamaan 2.22.
2.2.3 Perpindahan Momentum
Diasumsikan sebuah fluida Newtonian yang tidak dapat dikompres yang
mengalir diantara dua plat paralel yang besar dengan luas permukaan A, dan
terpisah sepanjang B seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
18
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.4 Aliran Tak Tunak Antara Dua Plat Paralel
Sistem ini awalnya tidak mengalami perpindahan pada t = 0, plat bagian
bawah diatur dalam arah z dengan kecepatan tetap V, sementara plat yang atas
dijaga tetap. Hal ini diperlukan untuk menentukan profil kecepatan sebagai fungsi
posisi dan waktu.
Dengan menganggap Vz = Vz (t,x) dan Vx = Vy = 0, satu-satunya
komponen yang tidak bernilai 0 adalah Txz. Maka, komponen dari total fluks
momentum dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.
ππ₯π§ = ππ₯π§ + ππ£π§ π£π₯ = ππ₯π§ = βππΏπ£π§
πΏπ₯ (2.27)
ππ¦π§ = ππ¦π§ + ππ£π§ π£π¦ = 0 (2.28)
ππ§π§ = ππ§π§ + ππ£π§ π£π§ = ππ£π§2 (2.29)
Persamaan untuk momentum dinyatakan dalam persamaan berikut.
πΏπππ’ πππ π’πππ
ππππππ‘π’π β
πΏπππ’ πΎπππ’ππππ
ππππππ‘π’π =
πΏπππ’ π΄ππ’ππ’πππ π
ππππππ‘π’π (2.30)
Untuk balok dengan ketebalan Ξx, panjang Ξz, dan lebar W, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 2.4, persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai.
ππ§π§ π§ π βπ₯ + ππ₯π§ π₯ πβπ§ β ππ§π§ π§+βπ§ π βπ₯ + ππ₯π§ π₯+βπ₯ πβπ§
=πΏ
πΏπ‘[πβπ₯βπ§ ππ£π§]
(2.31)
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
19
UNIVERSITAS INDONESIA
Jika persamaan tersebut dibagi dengan WΞxΞz dan limit Ξx 0 dan Ξz 0,
persamaan tersebut akan menjadi :
ππΏπ£π§
πΏπ‘= lim
βπ₯β0
ππ₯π§ π₯ β ππ₯π§ π₯+βπ₯
βπ₯+ lim
βπ§β0
ππ§π§ π§ β ππ§π§ π§+βπ§
βπ§ (2.32)
atau
ππΏπ£π§
πΏπ‘= β
πΏππ₯π§
πΏπ₯β
πΏππ§π§
πΏπ§ (2.33)
Dengan mensubsitusi persamaan 2.27 dan 2.29 ke dalam persamaan 2.33 dan
ππ£π§ ππ§ = 0 menghasilkan
ππΏπ£π§
πΏπ‘= π
πΏ2π£π§
πΏπ₯2 (2.34)
Kondisi awal dan kondisi batas terkait dengan persamaan 2.34 adalah:
Saat t = 0 vz = 0
Saat x = 0 vz = V
Saat x = B vz = 0
Pengertian fisik dan besarnya orde dari persamaan 2.34 dapat dilihat pada Tabel
2.6
Tabel 2.6Ekspresi dari Komponen Persamaan 2.34
Term Physical Significance Order of Magnitude
ππΏ2π£π₯
πΏπ₯2 Viscous Force
ππ
π΅2
ππΏπ£π₯
πΏπ‘ Rate of Momentum Accumulation
ππ
π‘
2.2.4 Perpindahan Massa
Persamaan neraca massa untuk spesies A dinyatakan sebagai:
π ππ‘π ππ
π ππππππ π΄ ππ β
π ππ‘π ππ
π ππππππ π΄ ππ’π‘ =
π ππ‘π ππ π ππππππ π΄
ππππ’ππ’πππ‘πππ (2.35)
Anggap sebuah balok dengan ketebalan 2L seperti pada Gambar 2.5
Konsentrasi awal dari spesies A pada plat adalah sama sepanjang plat dengan nilai
cAo. Asumsikan spesies A berdifusi ke arah z. Pada t = 0, permukaan pada z = Β±L
dijaga pada konsentrasi cA1. Untuk menghitung jumlah spesies A yang
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
20
UNIVERSITAS INDONESIA
dipindahkan pada plat, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan
distribusi konsentrasi dari spesies A sepanjang plat sebagai fungsi posisi dan
waktu.
Gambar 2.5 Ilustrasi Balok Perpindahan Massa
Jika 2L/H << 1 dan 2L/W << 1, maka memungkinkan untuk mengasumsikan
bahwa difusi yang terjadi adalah satu dimensi dan mengasumsikan cA = cA (t,z).
Pada kasus ini, komponen fluks molar yang tidak bernilai nol hanya NAz dan
dinyatakan dalam persamaan :
ππ΄π§= π½βπ΄π§
= βπ·π΄π΅
πππ΄πΏπ§
(2.36)
Untuk persegi panjang dengan elemen volume diferensial ketebalan Ξz, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.5, persamaan 2.37 dapat dinyatakan sebagai
berikut.
π π΄π§ π§ ππ» β π π΄π§ π§+βπ§ ππ» =πΏ
πΏπ‘(ππ»βπ§ππ΄) (2.37)
Membagi persamaan 2.38 dengan W H Ξz dan menganggap Ξz 0 akan
menghasilkan:
πΏππ΄πΏπ‘
= limβπ§β0
π π΄π§ π§ β π π΄π§ π§+βπ§
βπ§ (2.38)
Atau
πΏππ΄πΏπ‘
= βπΏππ΄π§
πΏπ§ (2.39)
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
21
UNIVERSITAS INDONESIA
Subsitusi persamaan 2.37 ke dalam persamaan 2.40 akan menghasilkan
persamaan untuk konsentrasi dari spesies A sebagai :
πΏππ΄πΏπ‘
= π·π΄π΅
πΏ2ππ΄πΏπ§2
(2.40)
Dimana koefisien difusivitas dianggap konstan. Kondisi awal dan kondisi batas
terkait persamaan 2.41 adalah :
Saat t = 0 cA = cA0 Untuk seluruh nilai z
Saat z = L cA = cA1 t > 0
Saat z = -L cA = cA1 t > 0
Z = 0 menyatakan bidang yang simetri ketika tidak ada fluks total (ππΆπ΄ ππ = 0).
Maka, memungkinkan untuk menyatakan kondisi awal dan kondisi batas sebagai :
Saat t = 0 cA = cA0 Untuk seluruh nilai z
Saat z = 0 dcA/dz = 0 t > 0
Saat z = L cA = cA1 t > 0
Arti fisik dan besarnya orde pada persamaan 2.40 dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Ekspresi dari Komponen Persamaan 2.41
Term Physical Significance Order of Magnitude
π·π΄π΅
πΏ2ππ΄πΏπ§2
Rate of Diffusion π·π΄π΅(ππ΄1
β ππ΄0)
πΏ2
πΏππ΄πΏπ‘
Rate of Accumulation of
Mass A
ππ΄1β ππ΄0
π‘
Maka, rasio antara laju difusi dengan laju akumulasi dari massa A (dikenal
dengan sebutan bilangan Fourier) dinyatakan sebagai :
π ππ‘π ππ π·ππππ’π πππ
π ππ‘π ππ πππ π π΄ π΄πππ’ππ’πππ‘πππ=
π·π΄π΅ (ππ΄1β ππ΄0
)/πΏ2
(ππ΄1β ππ΄0
)/π‘=
π·π΄π΅ π‘
πΏ2 (2.41)
2.2.5 Aliran Laminar Unsteady Dalam Sebuah Balok
Sebuah balok dipenuhi dengan fluida newtonian yang tidak bisa
dikompres seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.6. Pada t = 0, gradien
tekanan yang konstan ditentukan dan fluida mulai mengalir. Hal tersebut
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
22
UNIVERSITAS INDONESIA
dibutuhkan untuk menentukan perubahan profil kecepatan sebagai fungsi posisi
dan waktu.
Dengan menganggap vz = vz (t,x) dan vx = vy = 0, komponen yang tidak
bernilai nol adalah Txz dan fluks momentum total dapat dinyatakan sebagai :
ππ₯π§ = ππ₯π§ + ππ£π§ π£π₯ = ππ₯π§ = βππΏπ£π§
πΏπ₯ (2.42)
ππ¦π§ = ππ¦π§ + ππ£π§ π£π¦ = 0 (2.43)
ππ§π§ = ππ§π§ + ππ£π§ π£π§ = ππ£π§2 (2.44)
Gambar 2.6 Ilustrasi Aliran Laminer
Persamaan untuk momentum dinyatakan sebagai :
π ππ‘π ππ
ππππππ‘π’π π΄ ππ β
π ππ‘π ππ
ππππππ‘π’π π΄ ππ’π‘ +
πΉπππππ π΄ππ‘πππ
ππ π ππ¦π π‘ππ
= π ππ‘π ππ ππππππ‘π’π
ππππ’ππ’πππ‘πππ
(2.45)
Tekanan pada balok bergantung pada z. Maka, penting untuk
mempertimbangkan hanya komponen z pada persamaan perpindahan. Untuk
balok, differensial element volume pada ketebalan Ξz dan panjang Ξx, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.6, persamaan 2.45 dapat dinyatakan sebagai :
ππ§π§ π§ π βπ₯ + ππ₯π§ π₯ πβπ§ β ππ§π§ π§+βπ§ π βπ₯ + ππ₯π§ π₯+βπ₯ πβπ§
+ π π§ β π π§+βπ§ πβπ₯ + πβπ₯βπ§ ππ
=πΏ
πΏπ‘[πβπ₯βπ§ ππ£π§]
(2.46)
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
23
UNIVERSITAS INDONESIA
membagi persamaan 2.46 dengan W Ξx Ξz dan limit Ξx 0 dan Ξz 0
memberikan :
ππΏπ£π§
πΏπ‘= lim
βπ§β0
π π§ β π π§+βπ§
βπ§+ lim
βπ₯β0
ππ₯π§ π₯ β ππ₯π§ π₯+βπ₯
βπ₯
+ limβπ§β0
ππ§π§ π§ β ππ§π§ π§+βπ§
βπ§+ ππ
(2.47)
atau
ππΏπ£π§
πΏπ‘= β
ππ
ππ§β
πΏ ππ₯π§
πΏπ₯β
πΏππ§π§
πΏπ§+ ππ (2.48)
Substitusi persamaan 2.42 dan 2.44 ke persamaan 2.48 dan ππ£π§ ππ§ = 0
menghasilkan :
ππΏπ£π§
πΏπ‘= β
ππ
ππ§+ π
πΏ
πΏπ₯ πΏπ£π§
πΏπ₯ + ππ (2.49)
Tekanan yang dimodifikasi dinyatakan sebagai
π = π β πππ§ (2.50)
Maka
ππ
ππ§=
ππ
ππ§β ππ (2.51)
Subsitusi persamaan 2.49 ke persamaan 2.51 menghasilkan persamaan untuk
perpindahan momentum:
ππΏπ£π§
πΏπ‘β π
πΏ2π£π§
πΏπ₯2 = β
ππ
ππ§ (2.52)
2.3 Hukum Konservasi
Konservasi massa yaitu yaitu massa tidak dapat diciptakan ataupun
dihancurkan. Untuk dapat membuat neraca massa, kita perlu menentukan sistem
dan batasan-batasan sistem yang akan dikerjakan. Terdapat dua jenis sistem dalam
konservasi massa, yaitu sistem terbuka merupakan sistem dengan adanya massa
yang keluar dan masuk melalui kondisi batas, dan sistem tertutup merupakan
sistem tanpa adanya perpindahan massa selama jangka waktu yang diinginkan.
Berdasarkan alirannya, neraca massa dibagi menjadi dua jenis, yaitu
unsteady state (keadaan tidak tunak) dimana nilai variabel-variabel yang berkaitan
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
24
UNIVERSITAS INDONESIA
berubah berdasarkan waktu; dan steady state (keadaan tunak) dimana nilai dari
variabel-variabel yang berkaitan tidak berubah terhadap waktu. Keadaan tunak
menyebabkan tidak adanya nilai dari akumulasi sehingga akan mempermudah
persamaan tersebut.
Fenomena-fenomena yang terjadi pada neraca massa adalah konveksi dan
difusi dengan persamaan pada koordinat balok (Bird, 1994):
πππ΄ππ‘ 1
+ π£π₯
πππ΄ππ₯
+ π£π¦
πππ΄ππ¦
+ π£π§
πππ΄ππ§
2
= ππ΄π΅ π2ππ΄ππ₯2
+π2ππ΄ππ¦2
+π2ππ΄ππ§2
3
+ π π΄ 4
(2.53)
dimana,
*1 = suku difusi
*2 = suku konveksi
*3 = suku difusi
*4 = suku generasi massa
ππ΄= konsentrasi A
π£ = kecepatan superficial
ππ΄π΅ = koefisien difusivitas gas A terhadap B
π₯, π¦, π§ = arah
Fenomena-fenomena yang terjadi pada neraca momentum digambarkan dengan
persamaan pada koordinat balok (Bird, 1994):
Komponen x
πππ£π₯
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π₯
ππ₯+ π£π¦
ππ£π₯
ππ¦+ π£π§
ππ£π₯
ππ§
2
= βππ
ππ₯ 3
+ π π2π£π₯
ππ₯2+
π2π£π₯
ππ¦2+
π2π£π₯
ππ§2
4
+ πππ₯ 5
(2.54)
Komponen y
πππ£π¦
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π¦
ππ₯+ π£π¦
ππ£π¦
ππ¦+ π£π§
ππ£π¦
ππ§
2
= βππ
ππ¦ 3
+ π π2π£π¦
ππ₯2+
π2π£π¦
ππ¦2+
π2π£π¦
ππ§2
4
+ πππ¦ 5
(2.55)
Komponen z
πππ£π§
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π§
ππ₯+ π£π¦
ππ£π§
ππ¦+ π£π§
ππ£π§
ππ§
2
= βππ
ππ§ 3
+ π π2π£π§
ππ₯2+
π2π£π§
ππ¦2+
π2π£π§
ππ§2
4
+ πππ§ 5
(2.56)
dimana,
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
25
UNIVERSITAS INDONESIA
*1 = suku akumulasi
*2 = suku momentum dari konveksi
*3 = suku tekanan
*4 = suku momentum dari viskositas
*5 = suku gravitasi
2.4 Manajemen Keselamatan
Di dunia yang sangat kompleks saat ini, keselamatan merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dan menjadi salah satu persyaratan dalam sebuah bisnis
atau industri. Setiap operasi dalam organisasi apapun mempunyai pengaruh
terhadap keselamatan baik keselamatan para pekerja di lapangan, maupun
keselamatan orang lain yang mungkin dapat terkena akibat dari pekerjaan
tersebut. Menurut Health and Safety Commisions (HSC) tingkat pengeluaran
untuk kegagalan manajemen kesehatan dan keselamatan dunia per tahun
mencapai 18 milyar Poundsterling (Furness, 2007).
Kecelakaan, terutama kebakaran, dapat terjadi akibat kegagalan teknis
maupun kesalahan manusia. Oleh karena itu, apabila dalam suatu lokasi terdapat
zat-zat yang berbahaya, terutama zat-zat yang mudah terbakar, maka pekerja yang
bertanggung jawab terhadap zat-zat tersebut harus menjamin risiko kecelakaan di
lokasi tersebut rendah atau tidak berbahaya sama sekali. Untuk lokasi dengan
bahan-bahan mudah terbakar, pihak yang bertanggung jawab wajib menyediakan
berbagai persiapan kebakaran, antara lain : detektor kebakaran, alarm peringatan
kebakaran, peralatan pemadam kebakaran, dan mempersiapkan koneksi
emergency dengan petugas pemadam kebakaran. Selain itu, pihak yang
bertanggung jawab juga wajib mempersiapkan jalur evakuasi apabila terjadi
kebakaran, sehingga para pekerja yang terjebak dalam peristiwa kebakaran
tersebut dapat menyelamatkan diri. Jumlah pintu keluar darurat harus disesuaikan
dengan jumlah orang yang terdapat dalam lokasi tersebut. Jalur evakuasi tersebut
harus dilengkapi dengan penerangan darurat, karena pada umumnya listrik akan
terputus apabila terjadi kebakaran.
Penelitian ini menggunakan gas kota yang sebagian besar berupa metana.
Bahaya yang ditimbulkan oleh metana bukanlah bahaya keracunan, melainkan
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
26
UNIVERSITAS INDONESIA
bahaya kebakaran. Metana bersifat mudah terbakar, rentang pembakaran metana
adalah 5 - 15% volum metana di dalam udara. Oleh karena itu, penting untuk
diketahui beberapa usaha keselamatan dalam peristiwa kebakaran. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari keamanan dari penggunaan gas kota untuk keperluan
rumah tangga. Dengan mengetahui prosedur-prosedur keamanan untukkegagalan
sistem gas kota, maka keamanan masyarakat akan lebih terjamin.
2.5 Computational Fluid Dynamics (CFD)
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah sebuah analisa dari suatu
sistem meliputi aliran fluida, transfer energi, pembakaran serta reaksi kimia yang
menggunakan simulasi yang berbasis komputasi (Coker, 2001). CFD
mengandung tiga elemen penting, yaitu yaitu pre-procesor, solver dan post-
procesor. Pre-procesorterdiri dari pemasukan sebuah masalah dalam program
CFD menggunakan format yang sesuai. Beberapa langkah dalam pre-procesor
meliputi:
Menentukan geometri sistem yang akan disimulasikan.
Menentukan grid.
Menentukan fenomena-fenomena fisik dan kimia yang terjadi di dalam
sistem yang dibuat geometrinya.
Menentukan sifat fisik dan kimia fluida yang digunakan dalam
simulasi.
Menentukan kondisi batas yang tepat
Keakuratan dari CFD sangat bergantung pada jumlah sel pada grid. Semakin
banyak jumlah sel yang dibuat semakin akurat perhitungan yang dilakukan oleh
CFD. Namun dengan tingginya jumlah sel, maka spesifikasi komputer yang
digunakan juga lebih tinggi.
Elemen kedua yaitu solver, atau penyelesaian masalah (perhitungan). Ada
tiga metode numerik yang digunakan oleh CFD, yaitu metode finite different,
metode elemen hingga, dan metode spektral. Dalam melakukan perhitungan,
ketiga metode ini mengikuti langkah-langkah berikut :
Pendekatan dari aliran-aliran yang tidak diketahui secara sederhana.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
27
UNIVERSITAS INDONESIA
Diskritisasi atau pemotongan-pemotongan menjadi beberapa elemen
yang setiap elemennya memiliki persamaan.
Solusi dari persamaan aljabar
Elemen ketiga adalah post-procesor, yaitu untuk melihat berbagai macam
solusi yang telah dihitung pada tahap solver. Solusi ini dapat berupa beberapa
bentuk meliputi: gambar vektor, gambar permukaan 2D maupun 3D.Penggunaan
CFD yang tepat adalah ketika penggunanya mengerti fenomena fisik dn kimia
yang terjadi pada model tersebut. Teknik modelling yang baik diperlukan dalam
menentukan asumsi-asumsi sehingga kompleksitas masalah menjadi sederhana.
Pengetahuan tentang algoritma solusi numeris yang cukup juga diperlukan.
Konsep matematika untuk menentukan kesuksesan algoritma meliputi
konvergensi, konsistensi dan stabilitas.
Salah satu perangkat lunak yang berbasis computational fluid dynamics
adalah COMSOL Multiphysics. COMSOL Multiphysics adalah perangkat lunak
yang dapat menganalisis dan menyelesaikan berbagai aplikasi fisika dan teknik,
terutama yang berfenomena ganda, yang dikenal sebagai multiphysics. COMSOL
dapat dijalankan dalam berbagai sistem operasi (Windows, Mac, Linux, Unix).
Tampilan awal COMSOL terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.7 Program COMSOL
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
28
UNIVERSITAS INDONESIA
COMSOL Multiphysics juga dapat memasukkan sistem persamaan
diferensial parsial ganda. Ada beberapa alasan yang mendasari penggunaan
COMSOL dalam penelitian ini, yaitu: program ini merupakan program user
friendly yang membuat penggunanya mudah dalam memasukkan modelnya
sendiri dan parameter-parameter koefisien lainnya, kondisi batas, kondisi awal
dan hubungannya dengan fenomena fisika lain. Kedua, program ini dibuat
berdasarkan MATLAB, sehingga seluruh kegunaan pemograman yang diperlukan
untuk menyusun model bertingkat kesulitan tinggi tersedia. Ketiga, program ini
berdasar pada gambar geometri dan fenomena-fenomena yang terjadi pada model
tersebut.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
29 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari beberapa prosedur metodologi penelitian untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, dalam bab ini akan
dijelaskan mengenai beberapa bagian dari metodologi penelitian yang terdiri dari
variabel penelitian, prosedur penelitian, diagram alir penelitian, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data. Berikut ini adalah penjelasan lengkap
dari bagian-bagian tersebut.
3.1 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan pada peneletian ini meliputi konsentrasi
awal, tekanan, dan kecepatan exhaust sebagai variabel bebas; konsentrasi dan
kecepatan sebagai variabel terikat; geometri ruang, posisi sumber bahan bakar,
posisi exhaust, dan ventilasi sebagai parameter.
3.2Prosedur Penelitian
Prosedur-prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini cukup sederhana
dan terdiri dari enam tahapan. Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan
dilakukan:
1. Studi Literatur
Studi literatur mengenai gas alam, fenomena perpindahan, manajemen
keselamatan pembakaran, dan computational fluid dynamics. Hal-hal ini
ditujukan agar dapat menyelesaikan masalah yang terjadi.
2. Penentuan Batasan Model
Penentuan batasan model gas kota diasumsikan metana seluruhnya;
mempertimbangkan neraca massa dan momentum; bentuk geometri ruangan
tiga dimensi mengikuti dapur secara umum dengan ukuran 3m x 2m x 3m; dan
penyelesaian model menggunakan program COMSOL Multiphysics.
Penentuan batasan model ini bertujuan untuk menyederhanakan pemodelan
dengan memasukan asumsi β asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
30
UNIVERSITAS INDONESIA
3. Penyusunan Model
Modul yang dipilih pada COMSOL adalah modul chemical engineering
module>> mass transport>>convection and diffusion>> transient analysis
dan untuk model kedua terdapat tambahan modul chemical engineering
module>> momentum transport>>laminar flow>> incompressible Navier-
Stokes>> transient analysis.Pembuatan geometri meliputi geometri ruangan,
posisi keluaran gas kota, ventilasi, dan posisi exhaust fan. Penyusunan
konstanta dan parameter meliputi difusivitas, viskositas, massa jenis, dan
nilai-nilai besaran konstan lain yang dibutuhkan. Penyusunan model dari hasil
penurunan rumus pada tahap studi literatur dimasukkan ke dalam ruang kerja
COMSOL Multiphysics sehingga model hasil penurunan tersebut dapat
dijalankan pada program COMSOL Multiphysics. Persamaan-persamaan ini
dimasukkan dalam beberapa bagian dalam COMSOL Multiphysics, yaitu
subdomain settings untuk persamaan neraca massa dan momentum, boundary
settings untuk kondisi batas neraca massa dan momentum.
4. Verifikasi Model
Setelah geometri dan model dimasukkan, langkah berikut yang
dilakukan adalah verifikasi model, yaitu apakah dengan model yang telah
dimasukkan program COMSOL Multiphysics dapat dirunning. Jika ya, maka
langkah-langkah dalam metodologi penelitian ini dapat dilanjutkan. Namun
jika tidak, maka kembali ke langkah penyusunan model untuk memperbaiki
kesalahan dalam pemasukan model ke dalam COMSOL. Kesalahan-kesalahan
ini biasanya terjadi karena kesalahan tanda model, adanya variabel yang
belum dimasukkan, pemasukan terkaan awal (initial value), serta faktor
satuan.
Untuk kesalahan dalam pemasukkan tanda model dapat dilihat dari
hasil output pada COMSOL, contohnya seperti pemasukkan laju reaksi, ketika
salah pemasukkan tanda maka yang terjadi adalah penambahan konsentrasi
metana. Ketika adanya kesalahan variabel yang belum dimasukkan, COMSOL
Multiphysics akan berhenti melakukan perhitungan dan memberitahukan
bahwa suatu variabel tidak ada dalam ruang kerjanya. Ketika terjadi kesalahan
terkaan awal, biasanya COMSOL tidak dapat menyelesaikan perhitungan
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
31
UNIVERSITAS INDONESIA
dengan pesar error bahwa hasil tidak konvergen. Kesalahan yang juga sering
dilakukan adalah kesalahan pada faktor satuan. COMSOL Multiphysics tidak
dapat menggunakan satuan ber-pangkat setengah (seperti barΒ½ pada konstanta
Arrhenius). Untuk itu pengguna harus secara kreatif membuat satuan-satuan
tersebut tidak berpangkat setengah tanpa mengubah nilainya.
Selain kesalahan akibat pemasukan model, COMSOL Multiphysics
juga terkadang tidak dapat menyelesaikan suatu model oleh karena geometri
dari model tersebut yang terlalu sulit dan meshing yang terlalu tinggi. Untuk
menanggulangi hal tersebut, pengguna COMSOL dapat mengurangi bentuk
geometri tersebut dengan membaginya menjadi beberapa bagian serta
menurunkan tingkat meshing yang digunakan dalam model tersebut meskipun
hal ini juga berarti kurang dalam ketelitian suatu simulasi.
5. Pengambilan Data
Setelah melakukan verifikasi model dan geometri, simulasi dapat
dilakukan dengan menggunakan data-data konsentrasi dan laju. Selain itu juga
dilakukan variasi berupa ketinggian dan waktu pengambilan data.
6. Analisis
Setelah menjalankan seluruh variasi, grafik-grafik penyebaran yang
dihasilkan di-plot untuk kemudian di analisis dengan menggunakan teori-teori
yang telah ada. Apabila sistem yang dihasilkan dinilai kurang aman, maka
disusun ulang model atau geometri sistem hingga aspek keamanan tercapai.
Untuk mempersingkat prosedur penelitian di atas maka dapat dibuat suatu
diagram alir penelitian, yang berisi langkah-langkah dalam penelitian ini. Berikut
ini adalah diagram alir penelitiannya:
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
32
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini tentunya juga membutuhkan data, dan dibutuhkan
teknik dalam pengumpulan data-data tersebut baik yang berupa data primer
maupun data sekunder. Berikut ini adalah data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini:
3.3.1 Data Sekunder
Data penelitian diperoleh dari jurnal, buku, dan internet. Data-data tersebut
dapat berupa data kinetika reaksi, parameter-parameter, dan lain-lain.
Mulai
Studi Literatur
Penentuan Batasan Model
Error?
Penyusunan Model
Pemilihan Modul
Pembuatan Geometri dan Meshing
Penyusunan Konstanta dan Persamaan
Penentuan Sistem Subdomain & Boundary
Verifikasi Model
Pengambilan Data
Ya
Tidak
Analisis
Selesai
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
33
UNIVERSITAS INDONESIA
3.3.2 Data Primer
Penelitian yang dilakukan merupakan simulasi menggunakan piranti lunak
sehingga tidak memerlukan data primer yang diperoleh dari eksperimen di
laboratorium.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis Data yang digunakan adalah menggunakan Software
COMSOL Multiphysics. Model-model yang disimulasikan menggunakan
COMSOL akan menghasilkan data-data baik berupa grafik-grafik maupun
gambar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dianalisis mengenai keamanan
sistem pemanfaatan gas kota tersebut.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
34 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 4
PEMODELAN
Bab ini berisikan pemodelan yang dilakukan untuk mensimulasikan kebocoran
pada sistem pemanfaatan gas kota untuk rumah tangga, yang berupa dapur.
Pemodelan ini meliputipenurunan model-model dari persamaan umum yang
terdapat pada kajian teori beserta asumsi yang digunakan, pembuatan geometri
pada program COMSOL serta memasukkan penurunan model tersebut dalam
COMSOL. Terdapat dua buah model kebocoran gas kota yang akan
disimulasikan, yaitu kebocoran gas kota pada dapur tanpa sistem exhaust dan
dapur dengan sistem exhaust.
4.1Penyusunan Model Matematika
Persamaan model matematis ini dibagi menjadi dua bagian yaitu neraca
massa dan momentum yang akan disederhanakan dengan mengikuti fenomena-
fenomena yang terjadi di dalam model dapur.
4.1.1Neraca Massa
Persamaan untuk koordinat balok adalah:
πππ΄ππ‘ 1
+ π£π₯
πππ΄ππ₯
+ π£π¦
πππ΄ππ¦
+ π£π§
πππ΄ππ§
2
= ππ΄π΅ π2ππ΄ππ₯2
+π2ππ΄ππ¦2
+π2ππ΄ππ§2
3
+ π π΄ 4
(4.1)
dimana *1 merupakan suku difusi, *2 merupakan suku konveksi, *3 merupakan
suku difusi dan *4 merupakan suku generasi massa. Untuk menyederhanakan
persamaan diatas perlu ditetapkan beberapa asumsi, meliputi:
Sistemmerupakan ruangan tertutup, tidak terdapat perbedaan kecepatan di
dalam ruangan, sehingga peristiwa perpindahan massa yang terdapat pada
model adalah perpindahan secara molekular.
Perpindahan secara konvektif dapat diabaikan sehingga persamaan
menjadi:
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
35
UNIVERSITAS INDONESIA
πππ΄ππ‘ 1
= ππ΄π΅ π2ππ΄ππ₯2
+π2ππ΄ππ¦2
+π2ππ΄ππ§2
3
+ π π΄ 4
(4.2)
Di dalam sistem tidak terjadi reaksi kimia, sehingga tidak terdapat
generasi massa. Suku ke-4 persamaan dapat diabaikan, persamaan
menjadi:
πππ΄ππ‘ 1
= ππ΄π΅ π2ππ΄ππ₯2
+π2ππ΄ππ¦2
+π2ππ΄ππ§2
3
(4.3)
4.1.2 Neraca Momentum
Persamaan untuk neraca momentum pada koordinat balok adalah
Komponen x
πππ£π₯
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π₯
ππ₯+ π£π¦
ππ£π₯
ππ¦+ π£π§
ππ£π₯
ππ§
2
= βππ
ππ₯ 3
+ π π2π£π₯
ππ₯2+
π2π£π₯
ππ¦2+
π2π£π₯
ππ§2
4
+ πππ₯ 5
(4.4)
Komponen y
πππ£π¦
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π¦
ππ₯+ π£π¦
ππ£π¦
ππ¦+ π£π§
ππ£π¦
ππ§
2
= βππ
ππ¦ 3
+ π π2π£π¦
ππ₯2+
π2π£π¦
ππ¦2+
π2π£π¦
ππ§2
4
+ πππ¦ 5
(4.5)
Komponen z
πππ£π§
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π§
ππ₯+ π£π¦
ππ£π§
ππ¦+ π£π§
ππ£π§
ππ§
2
= βππ
ππ§ 3
+ π π2π£π§
ππ₯2+
π2π£π§
ππ¦2+
π2π£π§
ππ§2
4
+ πππ§ 5
(4.6)
dimana *1 merupakan suku akumulasi, *2 merupakan suku momentum konveksi,
*3 merupakan suku tekanan, *4 merupakan suku momentum viskositas, dan *5
merupakan suku gravitasi.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
36
UNIVERSITAS INDONESIA
Persamaan ini dapat disederhanakan dengan asumsi pengaruh gravitasi terhadap
kecepatan terlalu kecil dan tidak ada faktor gaya lainnya. Setelah mengaplikasikan
asumsi ini suku *5 dapat diabaikan sehingga persamaan menjadi:
Komponen x
πππ£π₯
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π₯
ππ₯+ π£π¦
ππ£π₯
ππ¦+ π£π§
ππ£π₯
ππ§
2
= βππ
ππ₯ 3
+ π π2π£π₯
ππ₯2+
π2π£π₯
ππ¦2+
π2π£π₯
ππ§2
4
(4.7)
Komponen y
πππ£π¦
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π¦
ππ₯+ π£π¦
ππ£π¦
ππ¦+ π£π§
ππ£π¦
ππ§
2
= βππ
ππ¦ 3
+ π π2π£π¦
ππ₯2+
π2π£π¦
ππ¦2+
π2π£π¦
ππ§2
4
(4.8)
Komponen z
πππ£π§
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π§
ππ₯+ π£π¦
ππ£π§
ππ¦+ π£π§
ππ£π§
ππ§
2
= βππ
ππ§ 3
+ π π2π£π§
ππ₯2+
π2π£π§
ππ¦2+
π2π£π§
ππ§2
4
(4.9)
4.1.3Kondisi Batas Model
Pada sistem dapur yang dibuat, kebocoran gas kota diasumsikan terjadi dengan
konsentrasi dan kecepatan yang tetap, sehingga kondisi batas pada lubang tempat
kebocoran gas kota adalah:
πΆ = πΆ0 (4.10)
π’ = π’0 (4.11)
Dinding dapur merupakan insulasi, sehingga tidak ada massa yang keluar
menyebabkan tidak adanya gradien konsentrasi.Sedangkan, untuk neraca
momentum, tidak ada aliran masuk maupun keluar pada dinding,sehingga
persamaan yang berlaku pada dinding adalah
ππΆ
ππ‘= 0 (4.12)
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
37
UNIVERSITAS INDONESIA
π’ = 0 (4.13)
Terdapat dua buah variasi model yang disimulasikan, yaitu model dengan keadaan
pintu terbuka dan tertutup. Untuk kasus dengan kondisi pintu terbuka, terdapat
gradien konsentrasi antara pintu dengan bagian luar sistem. Peristiwa perpindahan
massa yang terjadi pada pintu adalah fluks molekular (difusif), karena kecepatan
keluar sistem sangat kecil dan dapat diabaikan, sehingga fluks konvektif dapat
diabaikan. Tekanan di dalam dan luar sistem diasumsikan berada pada keadaan
atmosferik. Kondisi batas yang berlaku pada bagian pintuterbuka adalah
π = βπ·π΄π΅
ππΆ
ππ‘ (4.14)
π = π0 (4.15)
Untuk model kedua, yaitu dapur dengan sistem exhaust, terdapat sebuah kipas
(fan) yang berfungsi untuk mengeluarkan gas kota yang terdapat di dalam sistem.
Terdapat peristiwa perpindahan massa dari dalam ruangan keluar ruangan.
Perpindahan massa yang terjadi ialah perpindahan secara konvektif, karena
driving force pada sistem ini adalah kecepatan keluar fluida (gas kota), bukan
gradien konsentrasi antara dalam dan luar ruangan. Sedangkan untuk perpindahan
momentum, kondisi batas yang digunakan adalah fan, dimana kecepatan keluaran
fan divariasikan. Maka, persamaan yang berlaku untuk kondisi batas fan adalah:
π = βπΆ π‘ Γ π£ (4.16)
πππ₯ππ‘ = 1 πππ (4.17)
4.1.4 Parameter Proses
Selain penurunan persamaan serta kondisi batas, ada beberapa parameter proses
yang perlu diketahui secara trial and error. Variabel-variabel ini bergantung
padasuhu, tekanan serta konsentrasi, sehingga agar mencapai hasil yang akurat,
variabel-variabel tersebut harus dicantumkan dalam model. Variabel-varabel
terikat ini meliputi:
Koefisien difusi (Fuller, 1966)
Difusivitas atau koefisien difusi merupakan konstanta proporsional
antara fluks molar karena difusi molekul dan gradien konsentrasi dari suatu
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
38
UNIVERSITAS INDONESIA
campuran. Umumnya koefisien difusi berpasangan, dimana semakin tinggi
difusivitasnya (dari suatu bahan terhadap bahan lain), semakin cepat bahan
tersebut berdifusi satu sama lain. Salah satu persamaan yang paling umum
digunakan untuk memprediksi difusivitas gas adalah persamaaan
Hirschfelder-Bird-Spotz. Korelasi empiris saat ini dikembangkan oleh Fuller
untuk mendapatkan nilai dari koefisien a, b, c, g, dan f pada persamaan:
π·π΄π΅ =πππ
1
ππ΄+
1
ππ΅
0.5
π ππ΄ π + ππ΅ π π (4.18)
Menggunakan analisis least squares nonlinear, persamaan empiris yang
menghasilkan standar deviasi minimum adalah:
π·π΄π΅ =10β3π1,75
1
ππ΄+
1
ππ΅
0.5
π ππ΄ 1
3 + ππ΅ 1
3 2 (4.19)
π = tekanan
ππ΄π΅ = koefisien difusivitas
π = suhu
ππ΄,π΅ = massa molekul relatif komponen A dan B
VA,B = jumlah volum difusi komponen A dan B
Nilai volum difusi dapat dilihat pada tabel 4.1
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
39
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 4.1 Nilai Volum Difusi untuk Beberapa Atom & Molekul
Viskositas (Coulson, 2005)
Viskositas adalah pengukuran dari ketahanan fluida yang dapat
dideformasi oleh tegangan geser dan tegangan tensil. Semakin besar
viskositasnya, suatu bahan akan lebih sulit mengalir dibandingkan dengan
bahan yang memiliki viskositas rendah.
ππ = ππ π¦π ππ
π¦π ππ
(4.20)
dimana,
ππ = viskositas campuran
ππ = viskositas komponen π
π¦π = fraksi mol komponen π
ππ =massa molekul relatif komponen π
Densitas (Persamaan Gas Ideal)
Densitas bahan didefinisikan sebagai massa dari bahan tersebut dibagi
dengan volumenya. Secara umum, densitas dapat berubah seiring dengan
perubahan tekanan dan temperatur. Ketika tekanannya dinaikkan maka
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
40
UNIVERSITAS INDONESIA
densitas suatu bahan akan naik. Ketika temperatur dinaikkan, pada umumnya
densitas akan turun kecuali pada kasus tertentu. Perubahan densitas yang
dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur cukup kecil pada fasa cair dan padat,
tetapi pada wujud gas, densitasnya sangat dipengaruhi oleh tekanan. Densitas
dari gas ideal adalah
ππ =π Γ π
π Γ π (4.21)
dimana,
ππ = densitas
π = massa molekul relatif
π = konstanta ksetimbangan gas
4.2 Langkah-langkah Pengerjaan dalam COMSOL Multiphysics
Simulasi kebocoran gas kota pada dapur dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak bernama COMSOL Multiphysics. Terdapat dua buah model yang
akan disimulasikan pada penelitian ini, yaitu model pertama kebocoran pada
dapur tanpa sistem exhaust dan model kedua kebocoran gas kota pada dapur yang
menggunakan sistem exhaust.
4.2.1 Model Pertama
Pada model yang pertama, yaitu dapur tanpa menggunakan sistem exhaust,
fenomena perpindahan yang terjadi hanyalah perpindahan massa. Perpindahan
momentum tidak terjadi karena di dalam dapur tidak terdapat pergerakan udara
(angin), sehingga tidak terdapat gradien kecepatan, perpindahan terjadi secara
difusi molekular gas di dalam udara. Dengan mengasumsikan perpindahan secara
konvektif diabaikan, generasi massa diabaikan dan tidak adanya neraca
momentum, maka persamaan yang berlaku:
πππ΄ππ‘ 1
= ππ΄π΅ π2ππ΄ππ₯2
+π2ππ΄ππ¦2
+π2ππ΄ππ§2
3
(4.22)
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
41
UNIVERSITAS INDONESIA
- Pemilihan Modul
Modul yang sesuai dengan peristiwa perpindahan massa pada model
pertama adalah modul chemical engineering module>> mass
transport>>convection and diffusion>> transient analysis.
πΏπ‘π 1
βc/ βt 2
+ β βπ·βπ 3
= π 4
β π’βπ 5
(4.23)
dimana suku *1 adalah koefisien scaling waktu, suku *2 dan *3 difusi, suku *4
adalah generasi massa, dan suku *5 adalah konveksi. Koefisien scaling waktu
adalah koefisien yang digunakan apabila satuan waktu yang diinginkan dalam
model tidak sesuai dengan sistem satuan SI (detik). Suku keempat dapat diabaikan
karena tidak terdapat laju reaksi pada model pertama. Suku kelima diabaikan
karena fenomena perpindahan yang terjadi dalam model pertama adalah
perpindahan secara konveksi. Suku kelima dapat diabaikan dengan memasukkan
nilai kecepatan bernilai nol.
Dependent variable (variabel terikat) perlu menjadi perhatian karena akan
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Untuk modul convection and diffusion yang
menjadi variabel terikat adalah c_ch4 (konsentrasi CH4), c_o2(konsentrasi O2)dan
c_n2 (konsentrasi N2).
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
42
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 4.1 Tampilan COMSOL Saat Pemilihan Modul Model Pertama
- Pembuatan Geometri dan Meshing
Untuk membuat geometri model pertama, diperlukan gabungan antara
geometri tiga dimensi dan dua dimensi. Geometri tiga dimensi diperlukan
untuk membuat dapur, sedangkan geometri dua dimensi diperlukan untuk
membuat lubang kebocoran gas dan pintu. Geometri dapur yang akan dibuat
memiliki ukuran panjang (arah x) 3 meter, lebar (arah y) 2 meter, dan tinggi
(arah z) 3 meter. Ha-hal yang perlu dimasukkan saat pembuatan geometri
adalah:
- dimensi ukuran ruang
- basis titik aksis
- vektor arah aksis
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
43
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 4.2 Tampilan Comsol Saat Pembuatan Geometri 3D
Setelah pembuatan geometri tiga dimensi, dilakukan pembuatan
geometri dua dimensi untuk membuat lubang dan pintu. Pada tautan dua
dimensi, pertama-tama diatur bidang pembuatan geometri dua dimensi. Letak
lubang pada model pertama divariasikan, yaitu pada bidang x-z dan bidang y-
z. Sedangkan, letak pintu terdapat pada bidang x-z. Pengaturan bidang ini
dilakukan pada menu draw>>work plane settings
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
44
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 4.3 Tampilan Comsol Saat Pengaturan Work Plane Settings
Geometri lubang merupakan lingkaran dengan diameter 3cm. Letak
lubang dengan ketinggian 1m dari tanah dan terletak di bagian tengah bidang.
Setelah pembuatan geometri dua dimensi, dilakukan penggabungan geometri
tiga dan dua dimensi. Cara menggabungkan kedua geometri ini adalah dengan
cara meng-embed geometri dua dimensi ke dalam geometri tiga dimensi,
draw>> embed. Setelah selesai, gambar model yang dihasilkan dapat dilihat
pada gambar 4.3.
Gambar 4.4 Tampilan Geometri Model Pertama
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
45
UNIVERSITAS INDONESIA
Langkah selanjutnya adalah melakukan meshing pada geometri yang
telah dibuat. Meshing adalah diskretisasi model menjadi elemen-elemen pada
penyelesaian dengan menggunakan metode elemen hingga. Semakin banyak
elemen yang terdapat pada model, semakin halus gambar yang dihasilkan, dan
semakin rumit penyelesaian model tersebut. Meshing yang dilakukan pada
model adalah pemotongan banyak elemen pada bagian dekat lubang dan tidak
terlalu banyak elemen pada bagian tengah ruangan. Hal ini dilakukan agar
penyelesaian model tidak terlalu berat dan lama.
Gambar 4.5 Meshing Geometri Model Pertama
- Penyusunan Konstanta dan Persamaan
Setelah membuat geometri, langkah selanjutnya adalah menentukan
konstanta-konstanta dan persamaan-persamaan variabel sifat fisik fluida yang
akan digunakan pada model. Nilai konstanta dimasukkan ke dalam COMSOL
melalui fasilitas constant, sedangkan persamaan-persamaan melalui scalar
expression. Constant digunakan untuk memasukkan persamaan-persamaan
yang tidak berubah sepanjang simulasi, sedangkan scalar expression
digunakan untuk memasukkan persamaan-persamaan yang berubah menurut
fungsi variabel terikat.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
46
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 4.2 Constants untuk Model Pertama
Name Expression Description
M_ch4 0,016[kg/mol] Berat molekul metana
M_udara 0,016[kg/mol] Berat molekul udara
M_o2 0,016[kg/mol] Berat molekul oksigen
M_n2 0,016[kg/mol] Berat molekul nitrogen
P_d 1[atm] Tekanan
T_d 303[K] Temperatur
V_ch4 24,42[1] Volum difusi metana
V_udara 20,1[1] Volum difusi udara
V_o2 16,6[1] Volum difusi oksigen
V_n2 17,9[1] Volum difusi nitrogen
Persamaan yang dimasukan untuk model pertama adalah konstanta difusivitas
gas.
Tabel 4.3 Scalar Expression untuk Model Pertama
Name Expression Description
D_ch4 ((0.00143*(T_d^1.75)*((1/M_ch4)+(1/M_udara))^0.5)/
(P_d*(((V_ch4)^0.33)+((V_udara)^0.33))^2))[(m^2)/s]
Difusivitas
metana di
udara
D_o2 ((0.00143*(T_d^1.75)*((1/M_o2)+(1/M_udara))^0.5)/
(P_d*(((V_o2)^0.33)+((V_udara)^0.33))^2))[(m^2)/s]
Difusivitas
oksigen di
udara
D_n2 ((0.00143*(T_d^1.75)*((1/M_n2)+(1/M_udara))^0.5)/
(P_d*(((V_n2)^0.33)+((V_udara)^0.33))^2))[(m^2)/s]]
Difusivitas
nitrogen di
udara
- Penentuan Sistem Subdomain dan Boundary
Setelah mengisi tabel data constant dan scalar expression, langkah
selanjutnya adalah mengatur sifat fisik fluida yang telah dimasukkan dalam
constant dan scalar expression ke dalam subdomain settings.Subdomain
settings adalah pengaturan sifat fisik ruang yang ada di dalam dapur dan
pengaturan kondisi awal ruangan. Pengaturan subdomain model pertama dapat
dilihat pada gambar 4.6 dan tabel 4.4.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
47
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 4.6 Subdomain Settings Model Pertama
Tabel 4.4 Pengaturan Subdomain Model Pertama
Subdomain Quantity c_ch4 c_o2 c_n2
1
D D_ch4 D_o2 D_n2
R 0 0 0
u 0 0 0
v 0 0 0
w 0 0 0
Nilai difusivitas gas untuk masing-masing komponen merupakan
persamaan yang telah dimasukkan di dalam fasilitas expression. R merupakan
konstanta laju reaksi. Model yang disimulasikan tidak melibatkan reaksi di
dalamnya, oleh karena itu nilai R dimasukkan nol. Sama halnya dengan nilai
u, v, dan w; yang merupakan kecepatan ke arah sumbu x, y, dan z;
dimasukkan nol karena tidak terjadi perpindahan secara konveksi. Kondisi
awal ruangan diatur pada tautan init, yang berarti initial value.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
48
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 4.7 Initial Values Model Pertama
Kondisi awal ruangan diasumsikan belum terjadi kebocoran, sehingga
komponen penyusun ruangan pada keadaan awal adalah udara. Udara
diasumsikan terdiri dari 79% mol nitrogen dan 21%mol oksigen. Besaran
konsentrasi pada COMSOL memiliki satuan mol/m3, oleh karena itu
diperlukan konversi dari persen mol menjadi mol/m3.
79 % πππ =79 πππ
100 πππ (4.24)
berdasarkan persamaan gas ideal, 1 mol gas memiliki volume sebesar 24 liter
per mol pada keadaan suhu dan tekanan ruangan (RTP), maka:
79 % πππ =79 πππ
100 πππ Γ0,024 π3
πππ
= 32,917 πππ/π3 (4.25)
Jadi, nilai kondisi awal untuk ruangan adalah 32,917 mol/m3 nitrogen dan 8,75
mol/m3 oksigen.
Langkah selanjutnya adalah penentuan kondisi batas pada model
(boundary settings). Terdapat tiga buah kondisi batas yang digunakan pada
model pertama ini, yaitu insulasi (dinding), konsentrasi (lubang), dan fluks
(pintu).
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
49
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 4.5 Pengaturan Kondisi Batas Neraca Massa
Boundary Boundary
condition
Nilai
(c_ch4)
Nilai
(c_o2)
Nilai
(c_n2)
1, 3, 4, 5,
6, 8
(dinding)
Insulation
/Symmetry
7 (lubang) Concentration 41,667
[mol/m3]
Insulation Insulation
2 (pintu) Flux -6,347e-4
[m2/s]
-6,347e-4
[m2/s]
-6,347e-4
[m2/s]
Persamaan-persamaan untuk kondisi batas:
Insulation/Symmetry
π. π = 0; π = βπ·βπΆ + πΆ. π’ (4.26)
Persamaan ini digunakan ketika tidak ada konsentrasi yang keluar
maupun masuk. Pada dinding, tidak terdapat konsentrasi keluar maupun
masuk.
Concentration
πΆ = πΆ0 (4.27)
dimana C0 adalah konsentrasi awal
Persamaan ini digunakan ketika pengguna COMSOL menginginkan
konsentrasi tertentu pada suatu bagian. Nilai konsentrasi masukan gas
kota diasumsikan 100% metana, sehingga konsentrasi bernilai 41,667
mol/m3.
Flux
βπ. π = π0; π = βπ·βπΆ + πΆ. π’ (4.28)
Persamaan ini digunakan ketika ada konsentrasi keluar maupun masuk.
Pada model kedua, fluks keluar dekat pintu bernilai -6,374 x 10-4
m2/s.
Nilai ini didapatkan dari pendekatan:
π = βπ·π΄π΅
ππΆ
ππ‘ (4.29)
nilai diferensial konsentrasi diambil pada suatu titik, dimana jarak antar
kedua titik tersebut sangat dekat. Nilai konsentrasi diambil dari hasil
simulasi model pertama.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
50
UNIVERSITAS INDONESIA
4.2.2 Model Kedua
Pada model yang kedua, yaitu dapur dengan menggunakan sistem exhaust,
fenomena perpindahan yang terjadi adalah perpindahan massa dan momentum.
Perpindahan momentum terjadi karena di dalam dapur terdapat perbedaan
kecepatan antara ruangan (tidak memiliki kecepatan) dan sistem exhaust (berupa
fan), perpindahan terjadi secara difusi molekular gas di dalam ruangan dan secara
konveksi pada bagian fan. Dengan mengasumsikan perpindahan secara konvektif
diabaikan dan mengabaikan generasi massa, maka persamaan neraca massa yang
berlaku:
πππ΄ππ‘ 1
= ππ΄π΅ π2ππ΄ππ₯2
+π2ππ΄ππ¦2
+π2ππ΄ππ§2
3
(4.30)
Sedangkan, untuk perpindahan momentum, pengaruh gaya gravitasi dan gaya-
gaya lainnya dapat diabaikan, sehingga persamaan neraca momentum yang
berlaku:
πππ£
ππ‘ 1
+ π π£π₯
ππ£π₯
ππ₯+ π£π¦
ππ£π₯
ππ¦+ π£π§
ππ£π₯
ππ§
2
= βππ
ππ₯ 3
+ π π2π£π₯
ππ₯2+
π2π£π₯
ππ¦2+
π2π£π₯
ππ§2
4
(4.31)
- Pemilihan Modul
Terdapat dua buah modul yang digunakan pada model kedua, yaitu modul
untuk neraca massa dan modul untuk neraca momentum. Modul yang sesuai
dengan peristiwa perpindahan massa pada model keduasama seperti pada model
pertama, yaitu modul chemical engineering module>> mass
transport>>convection and diffusion>> transient analysis.
πΏπ‘π 1
βc/ βt 2
+ β βπ·βπ 3
= π 4
β π’βπ 5
(4.32)
dimana suku *1 adalah koefisien scaling waktu, suku *2 dan *3 difusi, suku *4
adalah generasi massa, dan suku *5 adalah konveksi. Koefisien scaling waktu
adalah koefisien yang digunakan apabila satuan waktu yang diinginkan dalam
model tidak sesuai dengan sistem satuan SI (detik). Suku keempat dapat diabaikan
karena tidak terdapat laju reaksi pada model pertama. Suku kelima diabaikan
karena fenomena perpindahan yang terjadi dalam model pertama adalah
perpindahan secara konveksi. Suku kelima dapat diabaikan dengan memasukkan
nilai kecepatan bernilai nol.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
51
UNIVERSITAS INDONESIA
Modul yang sesuai dengan peristiwa perpindahan momentum adalah
modul chemical engineering module>> momentum transport>>laminar flow>>
incompressible Navier-Stokes>> transient analysis.
πππ’
ππ‘ 1
+ π π’ Γ β π’ 2
= β βππΌ + π(βu + (βu)T 3 4
β πΉ 5
(4.33)
dimana *1 merupakan suku akumulasi, *2 merupakan suku momentum konveksi,
*3 merupakan suku tekanan, *4 merupakan suku momentum dari viskositas, dan
*5 merupakan suku gravitasi dan gaya-gaya lain.
Dependent variable (variabel terikat) untuk modul convection and
diffusion adalah c_ch4 (konsentrasi CH4), c_o2(konsentrasi O2)dan c_n2
(konsentrasi N2). Sedangkan untuk modul incompressible Navier-Stokes, variabel
terikat terdiri dari u (kecepatan ke arah sumbu x), v (kecepatan ke arah sumbu y),
w (kecepatan ke arah sumbu z), dan p (tekanan).
Gambar 4.8 Tampilan COMSOL Saat Pemilihan Modul Model Kedua
- Pembuatan Geometri dan Meshing
Untuk membuat geometri model kedua, sama seperti model pertama,
hanya terdapat tambahan geometri dua dimensi untuk fan yang terletak pada
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
52
UNIVERSITAS INDONESIA
bidang workplane x-y. Geometri fan merupakan lingkaran dengan diameter
30cm. Letak lubang dengan ketinggian 3m dari tanah dan terletak di bagian
tengah bidang. Setelah selesai, gambar model yang dihasilkan dapat dilihat
pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Tampilan Geometri Model Kedua
Langkah selanjutnya adalah melakukan meshing pada geometri yang
telah dibuat. Meshing yang dilakukan pada model adalah pemotongan banyak
elemen pada bagian dekat lubang dan tidak terlalu banyak elemen pada bagian
tengah ruangan. Hal ini dilakukan agar penyelesaian model tidak terlalu berat
dan lama.
Gambar 4.10 Meshing Geometri Model Kedua
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
53
UNIVERSITAS INDONESIA
- Penyusunan Konstanta dan Persamaan
Nilai konstanta untuk model kedua dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Constants untuk Model Kedua
Name Expression Description
M_ch4 0,016[kg/mol] Berat molekul metana
M_udara 0,016[kg/mol] Berat molekul udara
M_o2 0,016[kg/mol] Berat molekul oksigen
M_n2 0,016[kg/mol] Berat molekul nitrogen
P_d 1[atm] Tekanan
T_d 303[K] Temperatur
V_ch4 24,42[1] Volum difusi metana
V_udara 20,1[1] Volum difusi udara
V_o2 16,6[1] Volum difusi oksigen
V_n2 17,9[1] Volum difusi nitrogen
ve variasi [m/s] Kecepatan Exhaust
miu_met 0,0000127[Pa*s] Viskositas metana
miu_oksi 0.00002[Pa*s] Viskositas oksigen
miu_nitro 0.000018[Pa*s] Viskositas nitrogen
sqrt_Mr_ch4 0,12649 Akar dari berat molekul
metana
sqrt_Mr_o2 0,178885 Akar dari berat molekul
oksigen
sqrt_Mr_n2 0.167332 Akar dari berat molekul
nitrogen
Nilai kecepatan keluar fan pada model kedua ini divariasikan. Variasi pertama
bernilai 5 m/s, berdasarkan pengukuran kecepatan angin keluar exhaust fan
yang berada pada bengkel Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.
Variasi berikutnya adalah 10 m/s dan 15 m/s.
Persamaan yang dimasukan untuk model pertama dapat dilihat pada
tabel 4.7.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
54
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 4.7 Scalar Expression untuk Model Kedua
Name Expression Description
D_ch4 ((0.00143*(T_d^1.75)*((1/M_ch4)+(1/M_udara))^0.5)/
(P_d*(((V_ch4)^0.33)+((V_udara)^0.33))^2))[(m^2)/s]
Difusivitas
metana di
udara
D_o2 ((0.00143*(T_d^1.75)*((1/M_o2)+(1/M_udara))^0.5)/
(P_d*(((V_o2)^0.33)+((V_udara)^0.33))^2))[(m^2)/s]
Difusivitas
oksigen di
udara
D_n2 ((0.00143*(T_d^1.75)*((1/M_n2)+(1/M_udara))^0.5)/
(P_d*(((V_n2)^0.33)+((V_udara)^0.33))^2))[(m^2)/s]]
Difusivitas
nitrogen di
udara
rho (c_ch4*Mr_ch4)+(c_o2i*Mr_o2)+(c_n2*Mr_n2) Densitas
x_ch4 c_ch4/(c_ch4+c_o2+c_n2) Fraksi mol
metana
x_o2 c_o2/(c_ch4+c_o2+c_n2) Fraksi mol
oksigen
x_n2 c_n2/(c_ch4+c_o2+c_n2) Fraksi mol
nitrogen
Mr_mix (Mr_ch4*x_ch4)+(Mr_o2*x_o2)+(Mr_n2*x_n2)
Berat
molekul
campuran
miu_mix
((miu_ch4*x_ch4*sqrt_Mr_ch4) +
(miu_o2*x_o2*sqrt_Mr_o2) +
(miu_n2*x_n2*sqrt_Mr_n2)) /((x_ch4*sqrt_Mr_ch4)+
(x_o2*sqrt_Mr_o2)+(x_n2*sqrt_Mr_n2))
Viskositas
campuran
fluks_ch4 -ve*c_ch4
Fluks
exhaust
metana
fluks_o2 -ve*c_o2
Fluks
exhaust
oksigen
fluks_n2 -ve*c_n2
Fluks
exhaust
nitrogen
- Penentuan Sistem Subdomain dan Boundary
Pengaturan subdomain model kedua untuk modul neraca massa sama
seperti pada model pertama. Pengaturan subdomain untuk modul neraca
momentum dapat dilihat pada gambar 4.11 dan tabel 4.8.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
55
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 4.11 Subdomain Settings Model Kedua
Tabel 4.8 Pengaturan Subdomain Model Kedua
Subdomain Quantity Value
1
Ο rho
Ξ· miu_mix
Fx 0
Fy 0
Fz 0
Nilai densitas dan viskositas merupakan persamaan yang telah
dimasukkan di dalam fasilitas expression. Nilai Fx, Fy, dan Fz; yang
merupakan pengaruh gaya-gaya seperti gravitasi ke arah sumbu x, y, dan z;
dimasukkan nol karena diasumsikan tidak ada gaya-gaya yang mempengaruhi
sistem. Kondisi awal ruangan diatur pada tautan init, yang berarti initial value.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
56
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 4.12 Initial Values Model Pertama
Kondisi awal ruangan diasumsikan memiliki tekanan atmosferik 1 atm.
Terdapat tiga buah kondisi batas pada neraca massa yang digunakan
pada model kedua ini, yaitu insulasi (dinding), konsentrasi (lubang), dan fluks
(pintu dan fan).
Tabel 4.9 Pengaturan Kondisi Batas Neraca Massa
Boundary Boundary
condition
Nilai
(c_ch4)
Nilai
(c_o2)
Nilai
(c_n2)
1, 3, 4, 5,
6, 8
(dinding)
Insulation
/Symmetry
7 (lubang) Concentration 41,667
[mol/m3]
Insulation Insulation
2 (pintu) Flux -6,347e-4
[m2/s]
-6,347e-4
[m2/s]
-6,347e-4
[m2/s]
9 (fan) Flux fluks_ch4 fluks_o2 fluks_n2
Terdapat empat buah kondisi batas pada neraca momentum yang
digunakan pada model kedua ini, yaitu no slip (dinding), inlet (lubang), outlet
(pintu), dan fan (fan)
Persamaan-persamaan untuk kondisi batas neraca momentum:
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
57
UNIVERSITAS INDONESIA
Wall, no slip
π’ = 0 (4.34)
Persamaan ini menunjukkan bahwa tidak ada kecepatan pada suatu bagian.
Dinding ruangan tidak memiliki kecepatan, sehingga kondisi batas pada
dinding adalah no slip.
Inlet, velocity
π’ = βπ0π (4.35)
Persamaan ini digunakan ketika pengguna COMSOL menginginkan ada
kecepatan masuk pada model. Pada model kedua, laju alir masukan
metana diasumsikan memilikki besar 0,058976 m/s (berdasarkan proyek
gas kota di Bogor)
Outlet, pressure
π = π0 (4.36)
Persamaan ini digunakan untuk menentukan laju alir keluar berdasarkan
perbedaan tekanan yang terjadi di kondisi batas dan ruangan. Pada model
kedua, diasumsikan tekanan di luar pintu adalah tekanan atmosferik yaitu
1 atm.
Fan
π = πππ₯ππ‘ β βπππ (4.37)
πππ = π(πππ , π0,ππ ) (4.38)
Persamaan ini merupakan keluaran berdasarkan tekanan luar sistem, static
pressure, dan laju alir volumetrik keluar fan. Pada model kedua ini,
tekanan luar ruangan diasumsikan memiliki tekanan atmosferik 1 atm.
Laju alir volumetrik dapat dihitung dengan mengalikan kecepatan fan
yang divariasikan, dengan luas penampang fan (berupa lingkaran dengan
diameter 30 cm). Besar laju alir volumetrik untuk kecepatan fan 5 m/s
adalah 0,35325 m3/s; untuk kecepatan fan 10 m/s adalah 0,7065 m
3/s; dan
untuk kecepatan fan 15 m/s adalah 1,05975 m3/s.Static pressure adalah
tekanan yang terjadi akibat adanya aliran angin keluar sebuah ruangan.
Berdasarkan publikasi Utah State University, umumnya dalam mendesain
ruangan, static pressure akan dijaga dalam rentang 0,05-0,08 satuan water
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
58
UNIVERSITAS INDONESIA
column. Pada model kedua ini static pressure diasumsikan bernilai 0,065
wc atau setara dengan 16,25 Pascal.
4.3 Verifikasi Model dan Geometri
Verifikasi model merupakan langkah yang dibutuhkan agar program
COMSOL Multiphysics ini dapat dirunning. Ada banyak hal-hal teknis yang
dapat mengganggu program COMSOL untuk dirunning. Hal ini dapat dilihat pada
ebook bawaan dari program COMSOL 3.5 (C:\COMSOL35\doc\multiphysics)
pada bagian diagnostic. Disini terlihat beberapa pesan error yang ditampilkan
oleh COMSOL ketika suatu hal teknis tidak dipenuhi. Secara garis besar, pesan
error pada COMSOL dikategorikan berdasarkan angka, meliputi:
Tabel 4.10 Kategori Error Menurut COMSOL
Numbers Category
1000-1999 Importing models
2000-2999 Geometry Modeling
3000-3999 CAD Import
4000-4999 Mesh Generation
5000-5999 Point, Edge, Boundary, and
Subdomain Specification
6000-6999 Assembly and Extended Mesh
7000-7999 Solvers
8000-8999 Postprocessing
9000-9999 General
Beberapa error yang dihadapi beserta pemecahannya adalah:
Ketika terjadi pesan errorfailed to find a solution, maka yang harus
dilakukan adalah mengganti initial value. Hal ini terjadi karena mungkin
initial value yang dimasukkan melebihi dari range tertentu sehingga
program tidak dapat mencari solusi.
Ketika terjadi pesan errorout of memoryduring meshing, maka yang harus
dilakukan adalah mengkasarkan meshing. Hal ini dapat terjadi karena
COMSOL memerlukan memori yang cukup besar dalam penggunaannya.
Dengan mengurangi kehalusan suatu meshing serta membagi-baginya
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
59
UNIVERSITAS INDONESIA
dalam hal penyelesaian, maka memori yang akan digunakan COMSOL
menjadi berkurang.
Ketika terjadi error 4001, maka dari mesh, harus dikecilkan (lebih
didetailkan). Hal ini terjadi pada saat menyusun geometri, sebab antara
katalis dan reaktor sangat berbeda dalam hal dimensi. Error ini bertolak
belakang dengan pesan errorout of memory, sehingga penyusun harus
menemukan meshing yang pas.
Ketika terjadi pesan errorundefined value, maka ganti initial value. Ini
terjadi karena initial value yang dimasukkan adalah 0. Hal ini disebabkan
adanya persamaan yang dibagi dengan 0 sehingga mendapatkan nilai yang
tak dapat terdefinisikan.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
60 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 5
HASIL SIMULASI& PEMBAHASAN
Bab ini berisikan hasil simulasi yang merupakan produk dari COMSOL
berupa gambar tiga dimensi serta grafik-grafik yang menunjukkan plot
konsentrasi gas kota terhadap waktu dan jarak.
5.1 Model Pertama
Model pertama terdiri dari dua buah variasi posisi lubang, yaitu model a
untuk lubang pada bidang x-z dan model b untuk lubang pada bidang y-z. Simulasi
dengan menggunakan COMSOL akan menghasilkan keluaran berupa pewarnaan
pada gambar dapur yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan konsentrasi
metana. Hasil awal simulasi ditunjukkan pada gambar 5.1
Gambar 5.1 Hasil Awal Model Pertama a (kiri) dan b (kanan)
Gambar 5.1 menunjukkan perbedaan konsentrasi dari metana di dalam
ruangan. Pada gambar ini terlihat konsentrasi metana pada terpusat pada lubang
tempat terjadinya kebocoran dan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya
jarak dari lubang (ditunjukkan dengan perubahan warna). Hal ini menunjukkan
bahwa metana mengalami peristiwa perpindahan dari lubang hingga memenuhi
seluruh ruangan. Peristiwa ini terjadi akibat adanya gradien konsentrasi metana
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
61
UNIVERSITAS INDONESIA
antara lubang dengan ruangan pada saat awal kebocoran. Sesuai dengan tinjauan
pustaka pada bab 2, gradien konsentrasi metana ini memicu terjadinya fluks
perpindahan metana dari daerah dengan konsentrasi tinggi menuju daerah dengan
konsentrasi rendah. Fluks total yang terjadi dapat terdiri dari dua jenis fluks, yaitu
fluks molekular (difusi) dan/atau fluks konveksi. Pada sistem, tidak terdapat
pergerakan udara (angin) yang dapat menyebabkan terjadinya fluks konveksi.
Oleh karena itu, peristiwa perpindahan metana ini diakibatkan oleh fluks
molekular yang terjadi karena metana berdifusi dari lubang hingga ke seluruh
ruangan.
5.1.1 Perubahan Terhadap Waktu
Peristiwa perpindahan metana ini akan terus terjadi hingga mencapai
keadaan steady state, yaitu saat konsentrasi metana di seluruh ruangan sama. Jika
tahap ini tercapai, maka tidak terjadi fluks molekular akibat tidak adanya
perbedaan konsentrasi metana (dCch4/dy = 0) sebagai driving force fluks
molekular.
π½βππ4,π¦ πππ’ππ ππππππ’πππ
= βπ·π΄π΅
ππΆππ4
ππ¦ 0
(4.34)
Hasil simulasi COMSOL ini dapat menunjukkan variabelβvariabel lain
berdasarkan fungsi jarak dan waktu. Untuk melihat hasil simulasi secara lebih
mendetail, digunakan fasilitas cross section plot parameters. Pada fasilitas ini,
diperlukan dua buah titik untuk membuat sebuah garis dalam ruangan. Garis ini
akan menunjukkan grafik konsentrasi metana dengan fungsi jarak dan waktu
seperti ditunjukan pada gambar 5.2.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
62
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.2 Profil Konsentrasi Metana Fungsi Jarak & Waktu Model a
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
63
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.3Profil Konsentrasi Metana Fungsi Jarak & Waktu Model b
Pada gambar 5.2 dan 5.3, sumbu y adalah konsentrasi metana, sumbu x
adalah posisi dapur pada arah x, dan kurva-kurva menunjukkan hubungan waktu
dengan konsentrasi metana dan posisi dapur pada arah x. Berdasarkan gambar
tersebut, dapat dilihat bahwa konsentrasi metana di dalam ruangan akan
meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Bentuk grafik yang menurun
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
64
UNIVERSITAS INDONESIA
menunjukkan bahwa metana berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi
(lubang) menuju ke daerah dengan konsentrasi rendah (ujung ruangan).
Jika konsentrasi metana di dalam ruangan sama dengan konsentrasi
metana pada lubang, maka tercapai keadaan steady state. Semakin tingginya
konsentrasi metana dalam ruangan, maka perbedaan konsentrasi metana di
ruangan dengan konsentrasi metana pada lubang menurun. Hal ini menyebabkan
semakin kecilnya fluks perpindahan metana dari lubang ke seluruh ruangan.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan steady state adalah 4500 detik.
Dari grafik yang terbentuk, dapat dilihat waktu yang diperlukan hingga
ruangan mencapai low flammability limit (LFL) dan upper flammability limit
(UFL) dari metana. LFL dan UFL metana berada pada rentang 5% mol β 15%
mol atau jika dikonversikan ke dalam satuan mol/m3 menjadi 2,08 mol/m
3 β 6,25
mol/m3. Apabila kondisi ruangan berada pada rentang LFL UFL metana, maka
akan terjadi kebakaran jika terdapat pemicu kebakaran di dalam ruangan. Pemicu
kebakaran tersebut dapat berupa nyala korek api, puntung rokok, percikan api alat
elektronik, dll. Berdasarkan gambar 5.2, pada posisi tengah ruangan, rentang LFL
UFL metana terjadi pada waktu 38 detik hingga 117 detik. Maka, pada rentang
waktu tersebut jika terdeteksi adanya kebocoran gas kota, ruangan harus bebas
dari pemicu kebakaran.
5.1.2 Profil Penyebaran Metana
Profil penyebaran metana di dalam ruangan dapat dilihat pada gambar 5.4.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
65
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.4 Penyebaran Metana Pada Model Pertama a (kiri) dan b (kanan)
Pada gambar terlihat bahwa metana berdifusi dari lubang menuju ke
seluruh ruangan. Namun, penyebaran metana ke bagian atas ruangan lebih besar
dibandingkan ke bagian bawah ruangan. Kecenderungan metana yang berdifusi ke
bagian atas ruangan disebabkan oleh berat molekul metana yang lebih ringan
dibandingkan dengan udara sebagai komponen penyusun awal ruangan. Hal ini
berdampak pada profil konsentrasi metana fungsi ketinggian, ketinggian 1 meter
pada gambaratas, ketinggian 1,5 meter pada gambar tengah, dan ketinggian 2
meter pada gambar bawah.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
66
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.5 Pengaruh Ketinggian Pada Penyebaran Metana Model Pertama b
Berdasarkan gambar 5.5, penyebaran metana ke seluruh ruangan akan lebih
cepat pada posisi ruangan lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh massa molekul
metana yang lebih ringan dibanding udara menyebabkan difusi metana pada arah
atas ruangan lebih mudah terjadi dibandingkan difusi metana ke arah bawah
ruangan.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
67
UNIVERSITAS INDONESIA
5.1.3 Pengaruh Keadaan Pintu Terbuka
Pada model pertama, dilakukan simulasi dengan variasi keadaan pintu
tertutup dan terbuka. Perbedaan keadaan pintu akan mempengaruhi penyebaran
metana di dalam ruangan. Hal ini disebabkan karena ketika pintu dibiarkan dalam
keadaan terbuka, maka metana tidak terakumulasi di dalam ruangan, melainkan
dapat berdifusi keluar ruangan. Peneliti mengambil sampel untuk melihat
hubungan konsentrasi metana terhadap waktu pada kondisi pintu terbuka dan
tertutup.
Gambar 5.6 Sampel Pengaruh Keadaan Pintu Tertutup (atas) dan Pintu Terbuka (bawah)
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
68
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.6 merupakan perbandingan antara model a dengan keadaan
pintu tertutup dan pintu terbuka. Titik pengambilan sampel adalah dilakukan
dekat pintu, dengan posisi (0,5 ; 0 ; 1). Tidak terdapat perbedaan konsentrasi
metana yang signifikan antara model dengan pintu tertutup dan model dengan
pintu terbuka. Pada model dengan pintu terbuka, hanya diperlukan waktu 2 detik
lebih lama untuk mencapai konsentrasi metana pada keadaan pintu tertutup. Hal
ini disebabkan oleh fluks metana keluar pintu sangatlah kecil. Fluks yang terjadi
pada pintu adalah fluks molekular, karena tidak terdapat kecepatan keluar pintu.
Pengaruh keadaan pintu terbuka dan tertutup cukup jelas dilihat pada
penyebaran metana dalam kondisi ruangan steady state.
Gambar 5.7 Sampel Pengaruh Keadaan Pintu Tertutup (atas) dan Pintu Terbuka (bawah)
Saat keadaan steady state, profil konsentrasi metana berdasarkan
ketinggian dapat dilihat pada gambar 5.8.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
69
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.8 Profil Konsentrasi Metana Pada Keadaan Steady State
Pada keadaan steady state, konsentrasi metana di dalam ruangan sangat
tinggi. Sedangkan, konsentrasi metana di luar ruangan sangat rendah. Hal ini
menyebabkan terdapat perbedaan konsentrasi yang besar antara dalam dan luar
ruangan, sehingga fluks molekular metana keluar ruangan besar.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
70
UNIVERSITAS INDONESIA
5.2 Model Kedua
Pada model kedua akan ditambahkan sistem exhaust fan pada geometri
yang dibentuk. Geometri model kedua mengikuti geometri model pertama (variasi
b) dengan letak lubang terjadinya kebocoran gas kota terdapat pada bidang y-z.
Simulasi COMSOL untuk model kedua menghasilkan profil konsentrasi metana
seperti pada gambar 5.9.
Gambar 5.9 Hasil Simulasi COMSOL Model Kedua
Sama seperti pada model pertama, gambar 5.9 menunjukkan perbedaan
konsentrasi dari metana di dalam ruangan. Pada gambar ini terlihat konsentrasi
metana pada terpusat pada lubang tempat terjadinya kebocoran dan semakin
berkurang seiring dengan bertambahnya jarak dari lubang (ditunjukkan dengan
perubahan warna). Hal ini menunjukkan bahwa metana mengalami peristiwa
perpindahan dari lubang hingga mencapai seluruh ruangan akibat adanya gradien
konsentrasi metana antara lubang dengan ruangan pada saat awal kebocoran.
Berlawanan dengan lubang, konsentrasi metana pada daerah exhaust fan terlihat
sangat kecil. Hal ini terjadi akibat pada kondisi batas exhaust fan, terdapat laju alir
keluar ruangan. Laju alir ini merupakan driving force dari perpindahan massa
secara konveksi, sehingga mengakibatkan terjadinya fluks konveksi dari dalam
ruangan menuju luar ruangan. Fluks total pada kondisi batas exhaust fan terdiri
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
71
UNIVERSITAS INDONESIA
dari fluks molekular dan fluks konveksi. Hal ini berakibat konsentrasi metana
pada kondisi batas exhaust fan semakin cepat berkurang meninggalkan ruangan.
5.2.1 Pengaruh Kecepatan Exhaust Fan
Sama halnya dengan model pertama, pada model kedua akan tercapai suatu
saat dimana konsentrasi metana pada seluruh ruangan mencapai kesetimbangan
(keadaan steady state). Simulasi model kedua dilakukan dengan memvariasikan
nilai kecepatan exhaust fan sebesar 5 m/s, 10 m/s, dan 15 m/s. Simulasi dilakukan
dengan keadaan awal ruangan sudah penuh oleh metana dan pintu dalam kondisi
terbuka. Data untuk konsentrasi metana diambil pada garis lurus dari lubang
seperti dapat dilihat pada gambar 5.10. Profil konsentrasi metana saat keadaan
setimbang dengan variasi kecepatan angin dapat dilihat pada gambar 5.9 hingga
gambar 5.11.
Gambar 5.10 Pengambilan Data Model 2
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
72 UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.11 Profil Konsentrasi Metana Saat Kecepatan 5m/s Gambar 5.12 Profil Konsentrasi Metana Saat Kecepatan 10 m/s
Gambar 5.13 Profil Konsentrasi Metana Saat Kecepatan 15m/s Gambar 5.14 Profil Konsentrasi Metana Saat Kecepatan 50 m/s
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
73 UNIVERSITAS INDONESIA
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pengaruh kecepatan exhaust fan pada konsentrasi
metana saat setimbang tidak signifikan. Meskipun digunakan kecepatan exhaust fansepuluh
kali lebih besar dibandingkan kecepatan exhaust fan komersial (50m/s), saat keadaan
setimbang, ruangan tidak dapat mencapai keadaan di bawah LFL. Maka, jika terjadi
kebocoran, aliran gas kota harus segera ditutup. Pengaruh kecepatan exhaust terhadap
konsentrasi metana pada keadaan setimbang dapat dilihat pada gambar 5.15.
Gambar 5.15 Pengaruh Kecepatan Exhaust Terhadap Penurunan Konsentrasi Metana
Variasi kecepatan exhaust fan mempengaruhi kecepatan penurunan konsentrasi metana
di dalam ruangan.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0.0 0.1 0.2 0.4 0.7 1.0 1.4 1.8 2.2 2.6 3.0
Ko
nse
ntr
asi M
eta
na
(mo
l/m
3)
Jarak (m)
Angin 50 m/sAngin 15 m/sAngin 10 m/sAngin 5 m/s
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
74
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.16 Pengaruh Kecepatan Exhaust Terhadap Penurunan Konsentrasi Metana
Gambar 5.16 menunjukkan perbedaan penurunan konsentrasi metana di dalam ruangan pada
kecepatan exhaust 50 m/s, 15 m/s, 10 m/s, dan 5 m/s. Pada keadaan awal, penurunan
konsentrasi metana dengan kecepatan exhaust 50 m/s lebih besar daripada kecepatan lainnya.
Hal ini disebabkan kecepatan angin yang besar akan meningkatkan fluks konvektif, sehingga
metana akan lebih cepat berpindah keluar ruangan. Namun, setelah sekitar 160 detik,
penurunan konsentrasi metana pada kasus kecepatan exhaust 5 m/s, lebih besar dibandingkan
kecepatan lainnya. Hal ini terjadi karena pada kasus ini, konsentrasi metana dalam ruangan
lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan lain. Konsentrasi metana yang lebih tinggi
menyebabkan besarnya fluks molekular metana meninggalkan ruangan, sehingga penurunan
konsentrasi metana dalam ruangan lebih besar.
5.2.2 Pengaruh Keadaan Awal Ruangan
Pada model kedua akan divariasikan keadaan awal ruangan saat exhaust fan
dinyalakan. Variasi yang dilakukan adalah ruangan berada dalam keadaan 15 menit setelah
kebocoran, 30 menit setelah kebocoran, 45 menit setelah kebocoran, dan saat ruangan penuh
dengan metana. Profil konsentrasi metana pada variasi-variasi keadaan awal ruangan dapat
dilihat pada gambar 5.17 sampai 5.20.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
60 120 180 240 300
Pe
nu
run
an K
on
sen
tras
i (m
ol/
m3
)
Waktu (detik)
Delta 50
Delta 15
Delta 10
Delta 5
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
75 UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.17 Profil Konsentrasi Metana Setelah 15 Menit Kebocoran Gambar 5.18 Profil Konsentrasi Metana Setelah 30 Menit Kebocoran
Gambar 5.19 Profil Konsentrasi Metana Setelah 45 Menit Kebocoran Gambar 5.20 Profil Konsentrasi Metana Saat Ruangan Penuh Dengan Metana
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
76 UNIVERSITAS INDONESIA
Pada gambar-gambar diatas dapat dilihat bahwa keadaan setimbang didapat setelah 600
detik. Saat setimbang, tidak terdapat perubahan konsentrasi metana di ruangan. Hal ini berarti
jumlah konsentrasi awal metana di dalam ruangan tidak mempengaruhi jumlah konsentrasi
metana saat keadaan di ruangan mencapai kesetimbangan. Hal ini dapat terjadi karena
parameter yang mempengaruhi perpindahan massa metana bukanlah jumlah konsentrasi awal
metana, melainkan fluks total metana. Perbedaan nilai konsentrasi awal hanyalah
mempengaruhi waktu penurunan konsentrasi metana. Pada kasus ini, nilai kecepatan exhaust
fan sebagai driving force dari fluks total dibuat tetap, oleh karena itu saat keadaan setimbang
untuk setiap variasi keadaan awal ruangan akan sama.
5.2.3 Model Kedua Dengan Lubang Tertutup
Pada model kedua akan disimulasikan keadaan ruangan saat sudah penuh dengan
metana, lubang kebocoran ditutup, dan dinyalakan exhaust fan. Kecepatan exhaust fan
divariasikan 5 m/s, 10 m/s, dan 15 m/s. Hasil simulasi COMSOL untuk ruangan dengan
lubang tertutup dapat dilihat pada gambar 5.21 sampai 5.23.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
77 UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 5.21Profil Metana Saat Lubang Tertutup Dengan Kecepatan 5 m/s Gambar 5.22 Profil Metana Saat Lubang Tertutup Dengan Kecepatan 10 m/s
Gambar 5.23 Profil Konsentrasi Metana Saat Lubang Tertutup & Kecepatan 15 m/s
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
78 UNIVERSITAS INDONESIA
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada keadaan lubang kebocoran tertutup,
ruangan dapat mencapai keadaan aman, yaitu di bawah LFL metana. Untuk
kecepatan exhaust 5m/s, keadaan aman dicapai setelah 540 detik. Sedangkan
untuk kecepatan 10 m/s, keadaan aman dicapai setelah 490 detik. Untuk
kecepatan 15 m/s, keadaan aman dicapai setelah 450 detik. Hal ini terjadi karena
semakin besar kecepatan exhaust, maka fluks konveksi metana yang terjadi juga
semakin meningkat. Meningkatnya fluks konveksi metana mengakibatkan
semakin besarnya laju alir metana yang meninggalkan ruangan, sehingga
konsentrasi metana di ruangan semakin cepat turun. Keadaan setimbang dicapai
saat di dalam ruangan tidak terdapat metana sedikitpun, sehingga tidak ada
perbedaan konsentrasi yang dapat menyebabkan terjadinya fluks molekular.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
79 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 6
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada model pertama, rentang LFL UFL terjadi pada waktu 38 detik hingga
117 detik
2. Pada model pertama, waktu yang diperlukan untuk mencapai steady state
adalah 4500 detik
3. Pada model pertama posisi pintu terbuka untuk mencapai LFL memerlukan
waktu 2 detik lebih lama daripada posisi pintu tertutup
4. Apabila terjadi kebocoran gas kota, maka aliran gas kota harus segera ditutup
5. Pada model kedua dengan kecepatan exhaust fan 5 m/s, waktu yang
diperlukan untuk mencapai batas aman adalah 540 detik.
6. Pada model kedua dengan kecepatan exhaust fan 10 m/s, waktu yang
diperlukan untuk mencapai batas aman adalah 490 detik.
7. Pada model kedua dengan kecepatan exhaust fan 15 m/s, waktu yang
diperlukan untuk mencapai batas aman adalah 450 detik.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
80 UNIVERSITAS INDONESIA
ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Verina Warga Dalam,
M.T dari Lembaga Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Energi dan
Kelistrikan (P3TEK) atas izin menggunakan program COMSOL Multiphysics
dalam penelitian ini.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
81 UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. βMengkonversi Minyak Tanah, Mengalihkan Subsidiβ.
http://www.esdm.go.id/berita/artikel/4121-mengkonversi-minyak-tanah-
mengalihkan-subsidi.html(2 Mei 2011)
Andrew Furness , Martin Muckett. 2007.Introduction to Fire Safety Management
(First Edition).
Bradley, D., et al. 1988. 'Laminar Flamelet Modeling of Recirculating Premixed
Methane and Propane-Air Combustion', Combustion and Flame (71).
Bukacek, R.F. 1982. 'Readings for LNG Processing', (1 & 2).
Byron R. Bird, W. R. S., Edwin N. Lightfoot. 1994. Transport Phenomena.
Singapore: John Wiley & Sons.
Coker, Kayode. 2001. Modeling of Chemical Kinetics and Reactor Design. Texas:
Gulf Publishing Company.
Coulson. 2005. Chemical Engineering Design volume 6. Elsevier Butterworth-
Heinemann
Curran, H. J., et al. 1997. βA Comprehensive Modeling Study of Iso-Octane
Oxidationβ
Fogler, H. Scott. Elements of Chemical Reaction Engineering fourth edition.
United States: Pearson Education International
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012
82
UNIVERSITAS INDONESIA
Hermawan .2007. 'Tinjauan Pola Investasi Instalasi Pipa Distribusi Gas Bumi
Berbasis Rumah Tangga Dengan Aplikasi Analisa Resiko'.
Tosun, Ismail. 2002.Modelling in Transport Phenomena.
Yves Bramoulle, Pascale Morin, Jean-Yves Capelle. 2004. 'LNG Quality and
Market Flexibility Challenges and Solutions', The 14th International Conference
& Exhibition on Liquified Natural Gas.
Analisis kebocoran..., Henry Septian, FT UI, 2012