makalah pbl henry

26
Analisa Hasil Belajar Mandiri A. Pemeriksaan : Dari hasil keluhan yang didapatkan dari pasien tentu saja dibutuhkan langkah lebih lanjut untuk memastikan kebenaran diagnosis yang ada. Maka dari itu dibutuhkan tahapan-tahapan pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter kepada pasien. Tahapan tersebut dimulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan laboratorium. 1. Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Anamnesis ialah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang didapat dengan cara dokter mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Dokter akan menentukan beberapa hal berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan, diantaranya : 1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan diagnosis) 2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan pasien (diagnosis banding) 1

Upload: fila-delvia

Post on 07-Dec-2015

228 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mk

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PBL Henry

Analisa Hasil Belajar Mandiri

A. Pemeriksaan :

Dari hasil keluhan yang didapatkan dari pasien tentu saja dibutuhkan langkah lebih

lanjut untuk memastikan kebenaran diagnosis yang ada. Maka dari itu dibutuhkan tahapan-

tahapan pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter kepada pasien. Tahapan tersebut

dimulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan

laboratorium.

1. Anamnesis & Pemeriksaan Fisik

Anamnesis ialah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang didapat

dengan cara dokter mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

keadaan pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara

yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan

yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang

dikeluhkan oleh pasien. Dokter akan menentukan beberapa hal berdasarkan anamnesis

yang telah dilakukan, diantaranya :

1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien

(kemungkinan diagnosis)

2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab

munculnya keluhan pasien (diagnosis banding)

3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut

(faktor predisposisi dan faktor risiko)

4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)

5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien

(faktor prognostik, termasuk upaya pengobatan)

6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk

menentukan diagnosisnya

Selain itu, dokter selaku pemeriksa juga dituntut untuk memiliki kemampuan

dalam melakukan dialog dengan keluarga atau kerabat pasien untuk mendapatkan data

yang lebih tepat dan akurat dalam melakukan anamnesis. Lengkap berarti

1

Page 2: Makalah PBL Henry

mendapatkan semua data yang dibutuhkan dalam menunjang diagnosis dan akurat

berkaitan dengan ketepatan data-data yang didapatkan.

Kelengkapan dan ketepatan data-data yang didapatkan nantinya akan

menunjukkan kemampuan dokter untuk mengungkap dan menangkap informasi dari

pasien dan keluarganya. Hal ini tentunya juga bergantung dengan kedalaman ilmu

yang dimiliki oleh dokter tersebut mengenai penyakit pasien dan dasar-dasar

pengetahuan di balik terjadinya suatu penyakit. Karenanya dokter juga harus mampu

membina hubungan komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya agar

didapatkan keberhasilan dalam suatu anamnesis.

Keluarga pasien juga seharusnya melakukan tindakan yang kooperatif dengan

memberikan data-data yang dibutuhkan secara jujur dan terbuka. Keluarga maupun

pasien sendiri seyogyanya memahami bahwa peran yang mereka lakukan disini

cukuplah besar mengingat pentingnya anamnesis dalam langkah diagnosis dokter.

Pada tahap anamnesis dokter akan mengeksplorasi data dari pasien atau keluarganya

dengan menggunakan bahasa pasien, jadi pasien tidak perlu segan untuk

menyampaikan informasi dengan bahasa dan ekspresi pasien. Rasa nyeri, misalnya

mungkin akan diekspresikan sebagai nyeri yang sangat, hilang timbul atau ekspresi

khas pasien sesuai dengan latar belakang, pengalaman pribadi maupun lingkungan

masyarakatnya.  Dokter dan keluarga perlu menyadari, bahwa dengan anamnesis yang

baik, dokter telah meraih lebih dari separuh kebenaran diagnosisnya.

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan sesuai dengan urutannya dimulai dari

inspeksi, palpasi, perkusi, dan diakhiri dengan auskultasi.

1. Inspeksi. Pada pemeriksaan ini hanya untuk melihat kulit (warna, lesi, dan

sikatrik), bentuk abdomen (cembung, cekung, rata), dsb.

2. Palpasi. Pada pemeriksaan ini, pasien diminta untuk menekuk lutut

membentuk sudut 45-60 derajat agar otot abdomen teregang sehingga

memudahkan pemeriksaan. Selanjutnya, dilakukan palpasi hepar, lien, ginjal

dan pemeriksaan asites untuk mengetahui apakah ada kelainan dan rasa nyeri

pada abdomen pasien.

2

Page 3: Makalah PBL Henry

3. Perkusi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan batas-batas hepar, lien,

dan organ abdomen lainnya agar dapat mengetahui apakah ada perbesaran

organ atau tidak.

4. Auskultasi. Dalam pemeriksaan ini, kita dapat mendengar bunyi pada

abdomen pasien, seperti normoperistaltik, hipoperistaltik, dan hiperperistaltik.

2. Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen

Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang

tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.

Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:

- suatu penyumbatan

- kelumpuhan saluran pencernaan

- pola udara abnormal di dalam rongga perut

- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

2. Sinar X pada Abdomen

Sinar X pada abdomen berguna untuk mendeteksi ukuran, struktur, dan

jaringan tubuh yang abnormal. Dalam pemeriksaan ini, prosedur yang harus

dijalankan, antara lain:

Asupan makanan dan cairan biasa tidak dibatasi.

Pakaian dilepaskan dan pasien hanya menggunakan gaun kertas atau

kain.

Pasien berbaring pada posisi terlentang dengan lengan terlentang di

atas meja sinar X yang telah dimiringkan.

3

Page 4: Makalah PBL Henry

3. CT scan abdomen

CT abdomen berguna untuk mendiagnosis tumor, obstruksi, kista,

hematoma, dan kondisi lainnya yang terjadi pada abdomen. Zat pewarna

kontras per IV dapat digunakan unutk meningkatkan visualisasi. Ginjal dan

aliran urin mudah terlihat dengan zat kontras.

4. USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran

dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai

organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah

abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi

USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan,

sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di

lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak

menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat

kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian

perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa

dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam film video.

3. Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan Lipase (serum)

Nilai normal:

Dewasa : 114-286 U/l

Anak : 20-136 IU/l

Tujuan : mengetahui keberadaan pancreatitis akut atau gangguan

pankreatitik lainnya.

Prosedur : Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung tertutup merah.

Cegah terjadinya hemolisis. Pasien dianjurkan untuk puasa, kecuali tetap

diperbolehkan minum air selama 8-12 jam.

2. Pemeriksaan Amilase (serum)4

Page 5: Makalah PBL Henry

Nilai normal:

Dewasa : 30-170 U/I

Hamil : Sedikit meningkat

Anak : tidak dapat dilakukan

B. Organ yang Terlibat :

1. Tractus Digestivus

Struktur :

Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang ± 6 m. Fungsi usus halus

adalah mencerna dan mengabsorpsi chyme dari lambung.. Usus halus memanjang dari

pyloric sphincter lambung sampai sphincter ileocaecal, tempat bersambung dengan

usus besar. Usus halus terdiri atas tiga bagian , yaitu: duodenum, jejunum, ileum.

Duodenum, bagian terpendek (25cm), yang dimulai dari pyloric sphincter di perut

sampai jejunum. Berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini

terdapat pancreas dan duodenal papilla, tempat bermuaranya pancreas dan kantung

empedu. Empedu berfungsi mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase. Pankreas

menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan

tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino/albumin dan

polipeptida. Dinding usus halus mempunyai lapisan mukosa yang banyak

mengandung kelenjar brunner yang berfungsi memproduksi getah intestinum.

Jejunum memiliki panjang antara 1,5 m – 1,75 m. Di dalam usus ini, makanan

mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan dinding usus.

Getah usus yang dihasilkan mengandung lendir dan berbagai macam enzim yang

dapat memecah makanan menjadi lebih sederhana. Di dalam jejunum, makanan

menjadi bubur yang lumat yang encer.

Usus penyerapan (ileum), panjangnya antara 0,75m – 3,5m terjadi penyerapan

sari–sari makanan. Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh jonjot-jonjot usus/vili.

Adanya jonjot usus mengakibatkan permukaan ileum menjadi semakin luas sehingga

penyerapan makanan dapat berjalan dengan baik. Dinding jonjot usus halus tertutup

5

Page 6: Makalah PBL Henry

sel epithelium yang berfungsi untuk menyerap zat hara. Terdapat sekitar 1000

mikrovili dalam tiap sel. Dinding tersebut juga mengeluarkan mucus. Enzim pada

mikrovili menghancurkan makanana menjadi partikel yang cukup kecil untuk diserap.

Di dalam setiap jonjot terdapat pembuluh darah halus dan saluran limfa yang

menyerap zat hara dari permukaan jonjot. Vena porta mengambil glukosa dan asam

amino, sedangkan asam lemak dan gliserol masuk ke sel limfa.

Lapisan usus halus terdiri atas 4 lapisan yang sama dengan lambung, yaitu :

1. Lapisan luar adalah membran selulosa, yaitu peritornium yang melapisi usus

halus dengan erat.

2. Lapisan otot polos terdiri atas 2 lapisan serabut, lapisan luar yang memanjang

(longitudinal) dan lapisan dalam yang melingkar (serabut sirkuler). Kontraksi otot

polos dan bentuk peristaltic usus yang turut serta dalam proses pencernaan mekanis,

pencampuran makanan dengan enzim-enzim pencernaan dan pergerakkan makanan

sepanjang saluran pencernaan.. Diantara kedua lapisan serabut berotot terdapat

pembuluh darah, pembuluh limfe, dan pleksus syaraf.

3. Submukosa terdiri dari jaringan ikat yang mengandung saraf otonom, yaitu

plexus of meissner yang mengatur kontraksi muskularis mukosa dan sekresi dari

mukosa saluran pencernaan. Submukosa ini terdapat diantara otot sirkuler dan lapisan

mukosa. Dinding submukosa terdiri atas jaringan alveolar dan berisi banyak

pembuluh darah, sel limfe, kelenjar, dan pleksus syaraf yang disebut plexus of

meissner. Pada duodenum terdapat kelenjar blunner yang berfungsi untuk melindungi

lapisan duodenum dari pengaruh isi lambung yang asam. Sistem kerjanya adalah

kelenjar blunner akan mengeluarkan sekret cairan kental alkali.

4. Mukosa dalam terdiri dari epitel selapis kolumner goblet yang mensekresi

getah usus halus (intestinal juice). Intestinal juice merupakan kombinasi cairan yang

disekresikan oleh kelenjar-kelenjar usus (glandula intestinalis) dari duodenum,

jejunum, dan ileum. Produksinya dipengaruhi oleh hormon sekretin dan enterokrinin.

Pada lapisan ini terdapat vili yang merupakan tonjolan dari plica circularis (lipatan

yang terjadi antara mukosa dengan submukosa). Lipatan ini menambah luasnya

permukaan sekresi dan absorpsi serta memberi kesempatan lebih lama pada getah

cerna untuk bekerja pada makanan. Lapisan mukosa berisi banyak lipatan Lieberkuhn

6

Page 7: Makalah PBL Henry

yang bermuara di atas permukaan, di tengah-tengah villi. Lipatan Lieberkuhn

diselaputi oleh epithelium silinder.

Mekanisme :

Absorpsi zat gizi (nutrient) terjadi terutama di usus halus (90%), dan sisanya

(10%) di dalam lambung dan usus besar. Terdapat dua jenis gerakan yang terjadi di

dalam usus halus, yaitu :

Gerakan segmental adalah gerakan yang memisahkan segmen usus yang satu

dengan yang lain. Hal ini memungkinkan chyme dari lambung bergerak maju mundur

dengan tendensi yang menyebabkan chyme tercampur dengan enzim-enzim

pencernaan dan berkontak dengan mukosa usus untuk diabsorpsi. Setelah makanan

diabsorpsi, segmentasi berkurang dan diganti dengan gerakan peristaltik yang akan

mendorong makanan menuju distal.

Gerakan pendulum atau ayunan menyebabkan isi usus bercampur.

Semua nutrien yang diabsorpsi terjadi melalui membran plasma sel. Villi-villi

usus halus merupakan tempat terjadinya absorpsi karena pada bagian ini terdapat

pembuluh darah kapiler dan pembuluh limfe yang akan mengirim zat-zat makanan ke

seluruh tubuh. Mekanisme penyerapan yang terjadi di usus halus, yaitu pasif-difusi

dan aktif-difusi. Penyerapan secara pasif-difusi, yaitu penyerapan yang berlangsung

menurut hukum keseimbangan osmosis dan difusi dimana diketahui zat-zat makanan

akan mengalir dari yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.

Sedangkan penyerapan aktif-difusi, yaitu proses penyerapan yang membutuhkan

energi.

Selain itu terdapat pula penyerapan lain seperti karbohidrat dan protein. Proses

pencernaan pati (starch) secara sempurna dimulai di lambung yang selanjutnya akan

diserap melalui pompa mekanisme yang membutuhkan energi dan perlu bantuan

“Carrier” (Tranporting Agents). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan

karbohidrat, yaitu:

7

Page 8: Makalah PBL Henry

1. Hormon insulin akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel.

Berarti juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan, akibatnya akan

mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati.

2. Tiamin (Vitamin B1), Piridoksin, Asam panthotenat, hormon tiroksin berperan

besar di dalam penyerapan dan metabolisme karbohidrat.

Karbohidrat diserap dalam usus halus dalam bentuk monosakarida, yaitu

glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Proses pemecahan karbohidrat dimulai di dalam

mulut. Saat makanan dikunyah, kelenjar saliva, terutama kelenjar parotis,

mengsekresikan enzim ptialin yang dapat menghidrolisis pati menjadi disakarida

(maltosa dan isomaltosa). Akan tetapi makanan yang tertinggal didalam mulut hanya

dalam waktu singkat, dan mungkin tidak lebih dari 3%-5% dari semua pati yang

dimakan akan dihidrolisis menjadi maltosa dan isomaltosa pada waktu makanan

ditelan. Sisanya hanya diubah menjadi senyawa antara yaitu dekstrin.

Walaupun makanan tidak tinggal di mulut dalam waktu yang cukup bagi

ptialin untuk menyelesaikan pemecahan pati menjadi maltosa. Kerja ptialin terus

berlangsung selama 15-30 menit setelah makanan masuk ke dalam lambung, yaitu

sampai isi fundus dicampur dengan sekret lambung. Kemudian aktivitas ptialin

dihambat oleh asam dari sekret lambung. Ptialin pada hakekatnya tidak aktif sebagai

enzim bila pH medium turun kira-kira dibawah 4,0. Walaupun demikian, sebelum

makanan bercampur sempurna dengan sekret lambung, kurang lebih sebanyak 30%-

40 % pati telah diubah menjadi maltosa dan isomaltosa. Asam getah lambung, dalam

arti sempit dapat menghidrolisis pati dan disakarida. Akan tetapi, secara kuantitatif

reaksi ini terjadi sangat sedikit sehingga biasanya dianggap merupakan efek yang

penting.

Makanan yang telah dicerna di dalam lambung disebut chyme. Chyme

memasuki usus halus melalui sphincter pilorus. Pencernaan dilanjutkan di dalam usus

halus oleh amilase pankreas. Sekret pankreas, seperti saliva, mengandung α-

amilase dalam jumlah besar yang hampir identik dengan fungsinya dengan α-

amilase saliva dan mampu memecahkan pati menjadi maltosa dan isomaltosa. Oleh

8

Page 9: Makalah PBL Henry

karena itu, segera setelah kimus dikosongkan dari lambung masuk duodenum dan

bercampur dengan getah pankreas. Pati yang belum dipecahkan akan dicerna oleh

amilase. Pada umumnya, pati hampir seluruhnya diubah menjadi maltosa dan

isomaltosa sebelum mereka masuk ke jejunum.

Sel epitel yang membatasi usus halus mengandung empat enzim yaitu laktase,

sukrase, maltase, dan isomaltase, yang masing-masing mampu memecahkan

disakarida laktosa, sukrosa, maltosa, dan isomaltosa menjadi unsur-unsur

monosakaridanya. Enzim-enzim ini terletak pada brush border (sel yang membatasi

lumen usus halus). Disakarida dicerna menjadi monosakarida pada waktu

berhubungan dengan brush border tersebut. Monosakarida glukosa, galaktosa dan

fruktosa kemudian diabsorpsi melalui sel-sel epitel usus halus dan diangkut oleh

sistem sirkulasi darah melalui vena porta. Bila konsentrasi monosakarida di dalam

usus halus atau mukosa sel cukup tinggi, absorpsi dilakukan secara pasif atau

fasilitatif. Bila konsentrasi turun, absorpsi dilakukan secara aktif melawan gradien

konsentrasi dengan menggunakan energi dari ATP dan ion natrium.

Di hati, fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa karena tubuh

hanya bisa memanfaatkan energi dari karbohidrat dalam bentuk glukosa. Dari hati ini,

glukosa akan dikirim ke seluruh jaringan tubuh menurut kebutuhan. Sebagian glukosa

disimpan di otot dan di hati sebagai cadangan yang disebut glikogen. Kapasitas

pembentukan glikogen ini terbatas, kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak

dan ditimbun di dalam jaringan adiposa.

Laktosa dipecahkan menjadi satu molekul galaktosa dan satu molekul glukosa.

Sukrosa dipecahkan menjadi satu molekul fruktosa dan satu molekul glukosa. Maltosa

dan isomaltosa masing-masing pecah menjadi dua molekul glukosa. Jadi, hasil akhir

pencernaan karbohidrat yang diabsorpsi ke dalam darah semua berupa monosakarida.

Kadar glukosa darah akan naik dalam jangka waktu ± 30 menit setelah makan

dan secara perlahan kembali ke kadar gula normal (70-100 mg/100 ml) dalam waktu

90-180 menit. Kadar gula darah maksimal dan kecepatan untuk kembali pada kadar

normal bergantung pada jenis makanan.

9

Page 10: Makalah PBL Henry

Pencernaan protein dimulai di organ lambung. Sebagian protein yang ada di

lambung dicerna menjadi peptida oleh enzim pepsin. Sifat setiap jenis protein

ditentukan oleh jenis asam amino dalam molekul protein dan oleh susunan asam-asam

amino tersebut.

Pepsin paling aktif pada pH sekitar 2 dan tidak aktif sama sekali pada pH

diatas 5. Kelenjar gastrik mensekresikan asam klorida dalam jumlah besar. Asam

klorida ini disekresikan oleh sel parietal pada pH sekitar 0,8. Tetapi pada saat ia

dicampur dengan isi lambung dan dengan sekresi dari sel kelenjar non parietal

lambung, pH berkisar antara 2 atau 3, batas keasaman yang sangat menguntungkan

bagi aktivitas pepsin. Pepsin biasanya hanya mengawali proses pencernaan,

memecahkan protein menjadi protease, pepton dan polipeptida besar. Pemecahan

protein ini merupakan suatu proses ”hidrolisis” yang terjadi pada ikatan peptida antara

asam-asam amino.

Bila protein meninggalkan lambung, protein biasanya dalam bentuk proteosa,

pepton, polipeptida besar, dan sekitar 15 % asam amino. Segera setelah masuk ke

usus halus, hasil pemecahan parsial diserang oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan

karboksipeptidase pankreas. Enzim-enzim ini mampu menghidrolisis semua hasil

pemecahan parsial protein menjadi asam amino. Akan tetapi, sebagian besar hasilnya

adalah dipeptida atau polipeptida kecil lainnya.

Ikatan antara pasangan asam amino tertentu berbeda dalam ikatan energi dan

sifat fisikanya dari ikatan antara pasangan lain. Oleh karena itu, dibutuhkan enzim

spesifik untuk setiap jenis ikatan spesifik. Hal ini menyebabkan tidak ada satu enzim

pun yang dapat mencernakan protein sepenuhnya menjadi unsur-unsur asam amino.

Asam amino keluar dari sel epitel melalui difusi ke dalam aliran darah. Asam

amino mengikuti aliran yang sama dengan yang ditempuh monosakarida. Dalam

waktu yang bersamaan, dipeptida dan tripeptida dibawa oleh sel epitel melalui

transport aktif. Dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel

dan melewati kapiler yang ada di dalam villi. Dari kapiler, asam amino diangkut ke

dalam darah menuju ke hati melalui sistem peredaran darah porta.

10

Page 11: Makalah PBL Henry

Ternyata tidak semua protein dipecah sampai ke tingkat asam amino, sebagian

tetap dalam bentuk ptoteosa, pepton, dan berbagai ukuran polipeptida. Terkadang ada

protein atau peptida yang lolos dari kerja enzim pencernaan, sehingga ia diserap

dalam bentuk bukan asam amino. Protein dan peptida yang lolos itu bisa aktif bekerja

dan sering memberikan manfaat atau berfungsi secara khusus. Sehingga kedua

senyawa itu dikenal sebagai protein dan peptida aktif atau fungsional. Bila makanan

dikunyah dengan semestinya dan tidak dimakan dalam jumlah yang terlalu banyak

pada saat yang sama, sekitar 98% semua protein akhirnya menjadi asam amino.

2. Hepar

Struktur :

Hepar merupakan kelenjar terbesar pada tubuh yang berbentuk baji yang

dibungkus oleh jaringan ikat, serta mempunyai fungsi yang sangat banyak. Fungsi

hepar terutama dapat dibagi menjadi tiga, diantaranya dapat memproduksi dan sekresi

empedu, berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, serta berperan

dalam filtrasi darah, mengeliminasi bakteri dan benda asing yang masuk peredaran

darah dari saluran pencernaan. Hepar merupakan satu-satunya organ yang bisa

meregenerasi sendiri, jika salah satu bagian diangkat maka sisanya dapat tumbuh

kembali ke besar dan bentuk semula.

Hepar mempunyai dua facies (permukaan) yaitu :

1. Facies Diaphragmatica

Facies diaphragmatica berbentuk konveks, menempel di permukaan

bawah diaphragma dan dibagi lagi menjadi facies anterior, superior,

posterior dan dextra yang batasan satu sama lainnya tidak jelas, kecuali

dimana margo inferior yang tajam terbentuk. Dari facies diaphragmatica

dan visceralis, lipatan peritoneum menyeberang berturut-turut ke

diaphragma lalu turun ke lambung, hal ini menetap dari mesogastrium

ventralis dimana bakal hepar berasal dan berkembang.

Sebagian besar facies diaphragmatica terbungkus oleh peritoneum.

Facies anterior dilihat dari depan berbentuk segitiga serta berhubungan

dengan diaphragma, paru-paru dan pleura kanan dengan batas :

Superior : diafragma

11

Page 12: Makalah PBL Henry

Inferior : cartilago costae 6-10 pada sisi kanan dan 6-7 pada sisi

kiri

Sebagian facies ini berada dibelakang angulus costae dan ditutupi oleh

dinding abdomen anterior daerah epigastrium. Facies superior berbatasan

dengan diafragma bawah jantung dan perikardium pada bagian tengahnya

dan bawah pleura dan paru pada sisi-sisinya. Pada lengkung anterior,

ligamentum falsiformis terikat pada hepar bagian tengah menuju pada titik

dimana ligamentum teres terletak di tepi bebasnya. Titik ini terdapat di

sebelah kiri fundus vesika felea. Perlekatan di bagian atas ligamentum

falsiformis berjalan ke kiri sepanjang permukaan superior sebagai

ligamentum triangularis. Lembar ligamentum falsiformis yang kanan

berjalan didepan vena kava inferior, dan akan menjadi lapisan atas

ligamentum koronarius yang tidak akan terlihat dari depan.

Facies dekstra meluas dari iga ke -7 ke iga ke-11 dengan struktur

sebagai berikut :

- Sepertiga bawah berbatasan dengan iga dan diafragma

- Sepertiga tengah dengan iga, pleura dan diafragma

- Sepertiga atas dengan iga, pleura dan diafragma.

Facies posterior merupakan lanjutan permukaan konveksitas superior

dan dekstra, yang berlanjut kebawah menjadi facies viseralis atau facies

inferior. Struktur yang terdapat pada permukaan ini adalah area nuda,

impresio supra renal kanan, alur v. cava inferior, lobus caudatus dan

processus kaudatus, fisura lig. venosum, impresio oesophagus dan bagian

atas gaster, serta tuber omentalis pankreas.

2. Facies visceralis (inferior)

Facies visceralis agak datar dan melandai kebawah, kedepan dan ke

sebelah kanan dari facies posterior tanpa batas yang jelas. Perbatasan

facies anterior dan viseral membentuk margo inferior yang tajam,

menyusuri lengkung arkus aortae melintasi epigastrium. Umumnya

12

Page 13: Makalah PBL Henry

pembuluh darah besar dan duktus masuk keluar porta hepatis yang terletak

di facies visceralis, kecuali v. hepatica yang muncul dari facies posterior.

Gambaran utamanya adalah struktur-struktur yang tersusun

membentuk huruf H. Pada bagian tengahnya terletak porta hepatis (hilus

hepar). Sebelah kanannya terdapat v. cava inferior dan vesika fellea.

Sebelah kiri porta hepatis terbentuk dari kelanjutan fissura untuk

ligamentum venosum dan ligamentum teres. Vena cava terletak dalam

sulcus yang dalam atau terkadang terdapat dalam canalis pada bagian

cembung facies superior. Di bagian v. cava terdapat area nuda yang

berbentuk segitiga dengan v. cava sebagai dasarnya dan sisi-sisinya

terbentuk oleh lig. coronarius bagian atas dan bawah. Puncak segitiga ini

(pertemuan lapisan atas dan bawah lig. coronarium), membentuk lig.

triangularis dextra. Lapisan bawah ligamentum coronarius terdapat pada

batas tumpul antara permukaan difragmatica dan viseral. Disini sebuah

lapisan peritoneum menyelimuti kebawah diatas hepatorenal pouch dan

ruang paracollic gutter dextra. Bila diikuti terus ke kiri perlekatan, lapisan

bawah lig. coronarius akan bertemu dengan lig. falsiformis. Pertemuan ini

ke posterior melalui celah membentuk lig. venosum. Ligamen-ligamen

tersebut membatasi lobus caudatus hepar. Lobus caudatus hepar

merupakan bagian yang berada pada bursa omentum. Lobus ini melalui

diafragma di sebelah depan aorta thoracalis, disebelah sinistra v. cava

inferior dan sebelah kanan oesophagus.

Porta hepatis adalah hilus hepar dan dilengkapi oleh kedua lapisan

omentum minus yang pada sebelah kirinya terikat dengan ligamentum

venosum. Porta ini ditempati oleh duktus hepatika dextra dan sinistra, a.

hepatika dextra dan sinistra serta v. porta. Susunannya dari belakang ke

depan adalah vena-arteri-ductus.

Ductus cystikus terletak pada sebelah kanan porta hepatis dan pada tempat

ini terdapat beberapa nodus limftikus. Nodus limfatikus ini bersama saraf

menempel diantara tepi bebas omentum minus. Di sebelah kanan porta

terdapat vesika fellea yang terletak dalam fossa. Leher vesika ini terletak

dalam tempat yang lebih tinggi dari fundusnya. Struktur yang ada pada

permukaan viseral adalah porta hepatis, omentum minus yang berlanjut

13

Page 14: Makalah PBL Henry

hingga fissura lig. venosum, impresio ginjal dextra dan glandula supra

renal, bagian kedua duodenum, fleksura kolli dextra, vesika fellea, lobus

kuadratus, fissura ligamentum teres dan impresio gaster.

Hepar dipertahankan pada tempatnya oleh vena hepatica dan vena cava

inferior. Seluruh vena hepatica terletak intra hepatica dan masuk kedalam vena cava

inferior ketika melewati sulcus di facies posterior hepar. Hepar dihubungkan dengan

dinding abdomen dan diaphragma oleh 5 ligamen yaitu lig. falsiformis, lig.

koronarius, lig. triangularis kanan dan kiri, dan lig. fibrosa (terbentuk dari

embriogenik vena umbilikalis)

Aliran darah dari seluruh traktus gastrointestinal dibawa menuju ke hepar oleh

v. porta hepatis. Cabang dari vena ini berjalan diantara lobulus dan berakhir di

sinusoid. Oksigenasi darah disuplai oleh arteri hepatica. Darah meninggalkan hepar

melalui v. sentralis dari setiap lobulus yang mengalir melalui v. hepatica. Vena

hepatica merupakan satu dari beberapa vena pendek yang berasal dari lobus hepar

sebagai cabang

kecil. Vena ini mengarah langsung menuju v. cava inferior, mengalirkan darah dari

hepar. Vena cava inferior terbentuk dari bersatunya v. iliaca comunnis kanan dan kiri,

mengumpulkan darah dari bagian tubuh di bawah diafragma dan mengalir menuju

atrium kanan jantung. Arteri hepatica merupakan cabang dari truncus coeliacus

(berasal dari aorta abdminalis) dan mensuplai 20 % darah hepar. Vena porta hepatis

merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah yang berasal dari seluruh traktus

gastrointestinal. Pembuluh ini mensuplai 80 % darah hepar. Hepar menerima darah

dari dua sumber : arterial dan vena. Perdarahan arterial dilakukan oleh a. hepatica

yang bercabang menjadi kiri dan kanan dalam porta hepatis (berbentuk Y). Cabang

kanan melintas di posterior duktus hepatis dan di hepar menjadi segmen anterior dan

posterior. Cabang kiri menjadi medial dan lateral. Kadang-kadang a. hepatica

communis muncul dari a. mesenterica superior atau a. gastrica sinistra disebut a.

hepatica abberans. Mereka ini dapat menggantikan cabang-cabang normal atau

merupakan tambahan. Yang paling umum dijumpai adalah a. hepatika sinistra dari a.

gastrika sinistra.

Darah vena dibawa ke hepar oleh v. porta yang didalam porta hepatis terbagi menjadi

14

Page 15: Makalah PBL Henry

cabang kanan dan kiri. Vena ini mengandung darah yang berisi produk-produk

digestif dan dimetabolisme oleh sel hepar. Hepar sebelah kiri dan kanan tidak

mempunyai hubungan arterial. Jika terpaksa dilakukan ligasi pada salah satu cabang

a. hepar, maka suplai darah dialkukan oleh anastomosis afienicus yang cukup

memberikan kolateralisasi. Dari v. porta darah memasuki sinusoid-sinusoid hati lalu

menuju ke lobulus-lobulus hepar untuk mencapai sentralnya. Darah arteri dan vena

bergabung dalam sinusoid dan masuk kedalam vena sentral dan berakhir pada v.

hepatika. Terdapat tiga vena utama, yaitu medial (terbesar), dextra dan sinistra.

Secara mikroskopis hepar tersusun dari lobulus-lobulus hepar yang berbentuk

heksagonal dengan v. sentral di tengahnya. Dari vena sentral, sel-sel hepatosit dan

sinusoid tersusun radier ke lateralnya. Antara dua lobulus yang berdekatan terdapat

kanalis porta yang berisi a. hepatica, v. porta dan duktus biliaris. Kedua struktur

tersebut membentuk asinus yang merupakan unit fungsional hepar. Jika terdapat

aliran darah maka perjalanannya dari arah kanalis porta hepatis dan akan berakhir

pada v. sentral. Rongga sinusoid dibatasi oleh sel-sel endotelial dengan rongga-rongga

interseluler yang memungkinkan plasma mengalir keluar untuk nutrisi sel-sel hati.

Sel-sel endothelia ini mempunyai kemampuan fagositik, berisi sel Kupferr sistem

retikuloendothelial.

Mekanisme :

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan

pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam

vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke

dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil

di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.

Darah diolah dalam 2 cara :

- Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang

- Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat

digunakan oleh tubuh. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan

tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam

sirkulasi umum.

15

Page 16: Makalah PBL Henry

Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh,

sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati

digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan

di dalam kandung empedu. Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri

dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum. Saluran

ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu

(duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus

bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum.

Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu

dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum

memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu

berkontraksi.

Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan

makanan.

Empedu memiliki 2 fungsi penting :

- Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

- Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama

hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan

kelebihan kolesterol.

Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut :

- Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang

larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan

- Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu

menggerakkan isinya

- Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai

limbah dari sel darah merah yang dihancurkan

- Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang

dari tubuh

- Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam

empedu.

16

Page 17: Makalah PBL Henry

Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan

dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi

enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak

10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam

usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi

berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya

dibuang bersama tinja.

17