sampah sebagai energi listrik henry (revisi 3) print

32
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan kota Jakarta, jumlah penduduknya pun bertambah banyak. Para penduduk inilah yang kemudian membuat Jakarta semakin padat dengan berdirinya pemukiman di seluruh penjuru kota. Selain itu, sebagai salah satu kota pusat ekonomi di Indonesia, berbagai macam perusahaan mendirikan kantornya di Jakarta sehingga kepadatan Jakarta juga disebabkan oleh daerah- daerah perkantoran. Akan tetapi dibalik perkembangan yang sangat pesat ini juga menyebabkan beberapa masalah, salah satunya adalah sampah. Berdasarkan data dari situs berita bisnis.com volume sampah di Jakarta diperkirakan telah mencapai lebih dari 5.000-6.000 ton/hari (Herry Suhendra, 2011, p. 1). Keberadaan sampah di setiap sudut Kota Jakarta semakin bertambah dikarenakan penduduk yang selalu bertambah. Sampah yang berasal dari industri, dan rumah tangga kebanyakan dibuang atau digeletakkan secara sembarangan. Penduduk yang menganggap sampah hanya sebagai sebuah benda kotor bersikap seakan-akan tidak peduli dengan kebiasaan buang sampah sembarangan karena sudah dianggap sebagai hal yang lumrah. Padahal sejak tahun 1790-an Pemerintah Kota Jakarta telah 1

Upload: andhika-senno-ariyo

Post on 05-Aug-2015

203 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan kota Jakarta, jumlah penduduknya pun bertambah banyak.

Para penduduk inilah yang kemudian membuat Jakarta semakin padat dengan berdirinya

pemukiman di seluruh penjuru kota. Selain itu, sebagai salah satu kota pusat ekonomi di

Indonesia, berbagai macam perusahaan mendirikan kantornya di Jakarta sehingga kepadatan

Jakarta juga disebabkan oleh daerah-daerah perkantoran.

Akan tetapi dibalik perkembangan yang sangat pesat ini juga menyebabkan beberapa

masalah, salah satunya adalah sampah. Berdasarkan data dari situs berita bisnis.com volume

sampah di Jakarta diperkirakan telah mencapai lebih dari 5.000-6.000 ton/hari (Herry Suhendra,

2011, p. 1). Keberadaan sampah di setiap sudut Kota Jakarta semakin bertambah dikarenakan

penduduk yang selalu bertambah. Sampah yang berasal dari industri, dan rumah tangga

kebanyakan dibuang atau digeletakkan secara sembarangan. Penduduk yang menganggap

sampah hanya sebagai sebuah benda kotor bersikap seakan-akan tidak peduli dengan kebiasaan

buang sampah sembarangan karena sudah dianggap sebagai hal yang lumrah. Padahal sejak

tahun 1790-an Pemerintah Kota Jakarta telah memiliki Peraturan Daerah mengenai larangan

membuang sampah sembarangan (“Sampah bukanlah masalah sepele”).

Meski Perda Sampah terus diperbaiki, kebiasaan warga membuang sampah tidak pernah

berubah. Padahal bila sampah dibuang pada tempatnya, sampah dapat dibawa ke tempat

penampungan untuk kemudian didaur ulang sehingga dapat membuat lingkungan bersih. Dengan

daur ulang, sampah dapat dimanfaatkan kembali dan dengan teknologi yang berkembang sangat

pesat, sampah juga bisa diolah menjadi sebuah energi listrik.

1

Page 2: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

1.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana proses pengolahan sampah menjadi energi listrik?

- Seberapa efektif pengolahan sampah menjadi energi listrik, untuk menciptakan sumber

daya baru yang ramah lingkungan?

- Apakah teknologi pengolahan sampah menjadi listrik dapat diterapkan di Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Menjelaskan bagaimana proses teknologi pengolahan sampah menjadi energi listrik, dan

seberapa efektif teknologi ini, serta penerapannya di Kota Jakarta.

2

Page 3: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

BAB 2

KERANGKA PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan

Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia

dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki

oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud dengan sampah

adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang

yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi

bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya. Manik

(2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki

dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah

sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang

berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa

sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan

demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia

3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)

3

Page 4: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

2.1.2 Sumber Sampah

Sumber-sumber sampah adalah sebagai berikut:

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga

yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum,

bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-

bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik,

botol, daun, dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip

dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).

d. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari: kertas-

kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang

jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari

pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya : sampah-

sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa

sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

4

Page 5: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis

usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran

(arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran

ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).

2.1.3 Jenis Sampah

Sampah Organik

Sampah Organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh

pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang

benar. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan

terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).

Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-

alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh

bantuan manusia.

Jenis-jenis Sampah Organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Sampah organik sendiri dibagi menjadi : 

• Sampah organik basah.

Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang

cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.

• Sampah organik kering.

5

Page 6: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang

kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting

pohon, dan dedaunan kering.

Sampah Anorganik

Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara

biologis sehingga penghancurannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Sampah Anorganik

berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses

industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian

zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya

dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga,

misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.

Jenis-jenis Sampah Anorganik

Contoh sampah dari sampah anorganik adalah: potongan-potongan / pelat-pelat dari

logam, berbagai jenis batu-batuan, pecahan-pecahan gelas, tulang-belulang, kaleng bekas, botol

bekas, bahkan kertas, dan lain-lain.

2.1.4 Komposisi Sampah

Menurut Achmadi (2004) secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan negara

hampir sama, yaitu :

Tabel 2.1 Komposisi Sampah di Setiap Kota atau Negara

No Komposisi Sampah Persentase

1 Kertas dan Karton ± 35 %

2 Logam ± 7 %

3 Gelas ± 5 %

4 Sampah halaman dan dapur ± 37 %

5 Kayu ± 3 %

6 Plastik, karet, dan kulit ± 7 %

6

Page 7: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

7 Lain-lain ± 6 %

Sedangkan komposisi sampah di Jakarta, lebih tepatnya, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Komposisi Sampah Di Kota Jakarta

No Komposisi Sampah Jakarta (%)

1 Makanan 86,41

2 Kertas 10,11

3 Karton 3,12

4 Plastik dan Karet 11,90

5 Logam 1,12

6 Kaca 1,60

7 Tekstil 0.55

8 Daun-daun 2,45

9 Debu 2,74

10 Total Organik 82,09

11 Total Non Organik 17,91

Sumber: Buku Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup, 2005

Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang perlu diketahui, hal

ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan alat atau sarana yang

diperlukan untuk pengelolaan sampah.

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah

Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi

oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :

a. Jumlah Penduduk

Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk semakin banyak pula

sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.7

Page 8: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

b. Keadaan sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita

sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.

Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku

serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan

meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunanbangunan, transportasi pun

bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi

bertambahnya volume dan jenis sampah.

c. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian

bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin

beragam pula.

d. Tingkat pendidikan

Menurut Hermawan (2005) Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan

mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar

akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap

kesehatan manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional.

Semakin tinggi tingkat pendidikan selayaknya semakin tinggi kesadaran dan kemampuan

masyarakat dalam pengelolaan sampah.

2.1.6 Pengelolaan Sampah

Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah sangat

penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah

harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi

kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah

dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit

serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat 8

Page 9: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan

tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

Techobanoglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan pengelolaan sampah adalah

suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan

(sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan

sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat,

ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan

lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat.

Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R(Reduce,

Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan.

2.1.7 Alasan Sulitnya Pengelolaan Sampah

Kenyataan yang ada saat ini ialah bahwa sampah sulit dikelola oleh karena berbagai hal

antara lain :

a. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk

mengelola dan memahami persoalan persampahan.

b. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan

pengetahuan tentang persampahan.

c. Meningkatnya biaya operasi dan konstruksi disegala bidang termasuk bidang

persampahan.

d. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan

permasalahan pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena

daerah yang turun kadar estetikanya, bau dan memperbanyak populasi lalat dan tikus.

e. Kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Tidak

mampunya orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak, ataupun produk yang

sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah.

9

Page 10: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

f. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir sampah, selain

tanah tidak cocok sebagai tempat pembuangan, juga terjadi kompetisi yang semakin

rumit akan penggunaan tanah.

g. Semakin banyak masyarakat keberatan daerahnya dipakai sebagai tempat pembuangan

sampah.

h. Kurangya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.

i. Sulit menyimpan sampah sementara yang cepat membusuk, karena cuaca yang panas.

j. Sulit mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan

memelihara kebersihan.

k. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah

dikelola oleh jawatan oleh pemerintahan.

l. Pengelolaan sampah dimasa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor non-teknis

seperti partisipasi msyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

2.2 Energi Listrik

Energi listrik (kekuatan listrik / daya listrik) adalah bentuk energi yang dihasilkan dari

adanya perbedaan potensial antara dua titik, sehingga membentuk sebuah arus listrik diantara

keduanya ketika dibawa ke dalam kontak melalui sebuah konduktor listrik, dan untuk

memperoleh kerja listrik tersebut. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain energi seperti

energi cahaya atau sinar, energi mekanik dan energi panas. (Nazawir, 2012, p. 1)

2.3 Metodologi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses, keefektivitas, dan penerapan teknologi

pengolahan sampah menjadi sumber energi listrik di Jakarta, sehingga diperlukan data, dan 10

Page 11: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

informasi yang tepat untuk mengkajinya melalui sumber-sumber yang tersedia. Maka dari itu

penelitian dilakukan dengan menggunakan metode literatur.

2.3.1 Metode Penelitian Literatur

A literature review is a survey and discussion of the literature in a given area of study. It

is a concise overview of what has been studied, argued, and established about a topic, and it is

usually organized chronologically or thematically (“Writing a Literature Review”).

Studi literatur merupakan survei dan pembahasan literatur pada bidang tertentu dari suatu

penelitian. Studi ini merupakan gambaran singkat dari apa yang telah dipelajari, argumentasi,

dan ditetapkan tentang suatu topik, dan biasanya disusun secara kronologis atau tematis. Pada

studi literatur dilakukan pencarian informasi melalui sumber kepustakaan yang dapat membantu

penulisan penelitian. Pencarian informasi tersebut mencakup proses pengolahan sampah menjadi

energi listrik, keefektifannya, dan penerapannya di Kota Jakarta.

11

Page 12: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1.1 Proses

Berdasarkan Website Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, teknologi

pengolahan sampah untuk menjadi energi listrik pada  prinsipnya sangat sederhana sekali yaitu:

Sampah di bakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal)

Panas dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk merubah air menjadi uap dengan bantuan

boiler

Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin

Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros

Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan kerumah - rumah atau ke pabrik.

Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi,  pirolisa,

dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi

bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan  reaksi oksidasi cepat antara bahan organik

dengan oksigen. Sampah dibongkar dari truk pengakut sampah dan diumpankan ke inserator.

Didalam  inserator sampah dibakar. Panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran  digunakan

untuk merubah air menjadi uap bertekanan tinggi. Uap dari  boiler langsung ke turbin. Sisa

pembakaran seperti debu diproses lebih  lanjut agar tidak mencemari lingkungan (truk

mengangkut sisa proses pembakaran) (“Cara merubah Sampah Menjadi Energi Listrik”).

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan metode gasifikasi. Metode ini berbeda

karena tidak dilakukan pembakaran. Dalam metode ini, sampah yang berupa biomassa akan

diubah menjadi synthetic gas yang kemudian akan dimurnikan kembali. Gas yang telah

dimurnikan tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel atau mesin bensin.

Bambang Sudarmanta, dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh November (ITS),

12

Page 13: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

mengembangkan metode lain yakni metode fermentasi. Diakui olehnya, metode ini belum

pernah diterapkan pada sampah (Nur Syafei, 2012, p. 8-9).

Penjelasan lain mengenai konsep pengolahan sampah menjadi energi (Waste to Energy)

atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai

berikut :

1.        Pemilahan sampah

Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang. Sisa

sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.

2.        Pembakaran sampah

Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan berjalan

efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat

pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C). Asap yang keluar dari pembakaran juga

dikendalikan untuk dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang.

3.        Pemanfaatan panas

Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk

memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan

selanjutnya menggerakkan generator listrik.

4.        Pemanfaatan abu sisa pembakaran

Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang dihasilkan

diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula sebelum di bakar.

Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan

lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan bahan bangunan.

13

Page 14: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

Dikota-kota besar di Eropa, Amerika, Jepang, Belanda waste energy sudah dilakukan

sejak berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui lebih dapat menyelesaikan masalah sampah

(Yattie Setiati, n.d., p. 14-20).

3.1.2 Keefektifan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Untuk 4 sampai 6 jam beroperasinya, alat pembangkit listrik tenaga sampah, dapat

menghasilkan energi listrik sebesar 2 kilo watt dan listrik tersebut dapat langsung digunakan dan

juga bisa disimpan dalam baterai atau aki (accu) untuk penerangan malam hari. Teknologi

pengolahan sampah ini lebih menguntungkan dari  pembangkit listrik lainnya (Nur Syafei, 2012,

p. 10). Sebagai ilustrasi: 100.000 ton sampah  sebanding dengan 10.000 ton batu bara. Selain

mengatasi masalah polusi  bisa juga untuk menghasilkan energi berbahan bahan bakar gratis

juga  bisa menghemat devisa (“Cara merubah Sampah Menjadi Energi Listrik”).

Terlebih lagi sekarang, PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor

minyak dan gas, akan membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan kapasitas

120 megawatt (Nurseffi Dwi Wahyuni, 2012, p. 1). Untuk tahap awal, pembangkit listrik ini

mampu memproduksi listrik berkapasitas terpasang 120 MW dari pengolahan feedstock

sebanyak 2.000 ton sampah setiap harinya. Karakteristik sampah yang ada di Bantargebang juga

harus memenuhi tingkat pemanfaatan sampah secara maksimal (“Pertamina Bangun Pembangkit

Rp 1,7 Triliun”).

Selain menjadi sumber energi listrik, pencemaran dari PLTSa yang selama ini

dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah dapat diantisipasi oleh negara yang telah

menggunakan PLTSa terlebih dahulu, dan tentunya dapat dimanfaatkan di Indonesia terutama

Kota Jakarta. Pencemaran- pencemaran tersebut seperti :

Dioxin

Dioxin adalah senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari sintesa

kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung

14

Page 15: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

unsur halogen pada temperatur tinggi, misalnya plastik pada sampah, dapat menghasilkan

dioksin pada temperatur yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan akhir

sampah (TPA) (Shocib, Rosita, 2005).

PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan

yang dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari

lingkungan.

Residu

Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu

bawah  (bottom ash)   dan abu terbang (fly ash) yang termasuk limbah B3, namun hasil-hasil

studi dan pengujian untuk pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara

lain. Di Singapura saat ini digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029 Singapura

akan memiliki sebuah pulau baru seluas 350 Ha (Pasek, Ari Darmawan, 2007). 

PLTSa akan memanfaatkan abu tersebut sebagai bahan baku batako atau bahan

bangunan.

Bau

Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap

baik saat pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu kenyamanan bagi

masyarakat umum.

Untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan tersendiri ke lokasi

PLTSa melalui jalan Tol, di sekeliling bagunan PLTSa akan ditanami pohon sehingga

membentuk greenbelt (sabuk hijau) seluas 7 hektar (Yattie Setiati, n.d., p. 21-26).

3.1.3 Penerapan

15

Page 16: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

Upaya pengolahan sampah untuk menghasilkan energi terbarukan terus dilakukan

Pemprov DKI Jakarta dan salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengoptimalkan

keberadaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, sebagai lokasi

pengolahan sampah untuk dijadikan energi listrik. Sejak berdiri tahun 2008, hingga saat saat ini,

lokasi pengolahan sampah milik Pemprov DKI Jakarta itu telah menghasilkan energi listrik

sebesar 10,5 Megawatt (MW), sementara Pemprov DKI Jakarta menargetkan TPST

Bantargebang bisa menghasilkan energi listrik sebesar 26 MW untuk dimanfaatkan warga

Bantargebang dan sekitarnya (Levi, 2011, p. 1-2).

Berdasarkan kontrak antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT Godang Tua Jaya dan PT

NOEI, dengan total lahan seluas 110,8 hektare, Pemprov DKI Jakarta, pada akhir pembangunan

TPST Bantargebang harus menghasilkan sebanyak 26 MW energi listrik. Target ini akan

dihasilkan dari pengolahan sampah yang berasal dari sanitary landfill sebesar 19 MW dan 7 MW

berasal dari structure landfill cell (Levi, 2011, p. 4-5).

Teknologi pengolahan sampah menjadi energi listrik semakin mungkin untuk di terapkan

di Kota Jakarta, dengan didukung PT Pertamina yang mengembangkan proyek Pembangkit

Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)

Bantargebang, Bekasi. Proyek tersebut merupakan komitmen perseroan untuk meningkatkan

pemanfaatan energi baru dan terbarukan berkapasitas 120 MW … dengan perkiraan nilai

investasi sekitar 180 juta dollar AS (Didik Purwanto, 2012, p. 1-3).

Perusahaan akan melakukan seleksi terhadap beberapa penyedia teknologi yang sudah

terbukti (proven) dan memenuhi karakteristik sampah yang ada di Bantargebang dengan tingkat

pemanfaatan sampah secara maksimal hingga mencapai zero waste ... proyek ini juga tidak

terlepas dari adanya regulasi pemerintah yang sangat mendukung bagi tumbuhnya investasi di

sektor ini (Didik Purwanto, 2012, p. 5-6).

Hanya saja dalam penerapannya masih ada beberapa kendala, Wakil Ketua Masyarakat

Energi Terbarukan Indonesia Djoko Winarno memaparkan, kendala utama rendahnya

pemanfaatan sampah organik untuk tenaga listrik adalah tingginya biaya investasi untuk

mengumpulkan sampah, memilah antara sampah organik dan non-organik, mengolah sampah

16

Page 17: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

organik menjadi biogas, serta membangun pembangkit listrik tenaga sampah. Rendahnya harga

jual listrik dari pembangkit listrik tenaga sampah mengakibatkan biaya investasi sulit kembali,

terutama jika memakai teknologi gasifikasi. Harga keekonomian listrik dari sampah itu di atas

Rp 1.000 per kWh, sedangkan saat ini harganya baru Rp 820 per kWh.

Kemudian, agar sampah bisa dikelola dengan baik, idealnya biaya pengelolaan sampah di

atas Rp 200.000 per ton … Sejauh ini, baru Pemprov DKI Jakarta yang mengalokasikan dana Rp

103.000 per ton untuk pengelolaan sampah, dan 20 persen di antaranya masuk ke kas Pemerintah

Kota Bekasi sebagai kompensasi pemakaian lahan di Bekasi untuk TPA. Adapun volume

sampah di Jakarta sekitar 6.000 ton per hari (Evy Rachmawati, 2012, p. 13-17).

Dalam menangani masalah investasi dan menarik minat investor untuk PLTSa

(Pembangkit Tenaga Listrik Sampah), pemerintah baru menerbitkan Peraturan Menteri ESDM

Nomor 4 Tahun 2012 tentang harga pembelian tenaga listrik oleh PT PLN dari pembangkit

listrik yang menggunakan energi terbarukan skala kecil dan menengah atau kelebihan tenaga

listrik. Aturan pelaksanaan itu juga memuat tentang harga jual listrik dari pembangkit listrik

berbasis sampah kota.

Dalam aturan tersebut, harga jual listrik dengan kapasitas hingga 10 MW, apabila

berbasis sampah kota dengan teknologi ”sanitary landfill”, ditetapkan Rp 850 per kWh jika

terinterkoneksi pada tegangan menengah dan Rp 1.198 per kWh jika terinterkoneksi pada

tegangan rendah. ”Sanitary landfill” merupakan teknologi pengolahan sampah dalam kawasan

tertentu yang terisolasi sampai aman untuk lingkungan.

Sementara harga jual listrik berbasis sampah kota menggunakan teknologi ”zero waste”

ditetapkan Rp 1.050 per kWh jika terinterkoneksi pada tegangan menengah dan Rp 1.398 per

kWh jika terinterkoneksi pada tegangan menengah. ”Zero waste” merupakan teknologi

pengelolaan sampah sehingga terjadi penurunan volume sampah yang signifikan melalui proses

terintegrasi dengan gasifikasi atau insinerator dan anaerob (Evy Rachmawati, 2012, p 20-22).

17

Page 18: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang akan dipaparkan dibawah ini adalah gambaran secara umum mengenai

proses pengolahan sampah menjadi energi listrik, serta keefektifannya sebagai sumber daya

energi baru yang ramah lingkungan, dan penerapannya di Kota Jakarta yang sangat

memungkinkan.

Pada dasarnya proses pengolahan sampah menjadi energi listrik sangatlah sederhana,

yaitu:

Sampah di bakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal)

Panas dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk merubah air menjadi uap dengan bantuan

boiler

Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin

Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros

Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan kerumah - rumah atau ke pabrik.

Untuk keefektifannya sendiri, PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) dapat

menghasilkan listrik sebesar 2 kilowatt dalam waktu beroperasi selama 4-6 jam, selain itu

pembangkit baru dengan kapasitas 120 megawatt dan daya tampung 2.000 ton sampah per hari,

yang dimana jumlah tersebut adalah ⅓ produksi sampah harian kota Jakarta, tengah

dikembangkan oleh PT Pertamina di Bantargebang, Bekasi.

Dalam penerapannya di Kota Jakarta, sebelumnya PLTSa sudah ada dan dikelola oleh

Pemprov DKI di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, dengan

total luas lahan sebesar 110,8 hektare, PLTSa ini pastinya akan terus dikembangkan dan 18

Page 19: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

dioptimalkan oleh Pemprov DKI demi mencari dan memaksimalkan sumber energi baru yang

ramah lingkungan.

Ditambah lagi dengan pengembangan PLTSa baru oleh PT Pertamina, dimana nantinya

semakin banyak lagi energi listrik berasal dari sampah, yang dapat dimanfaatkan dan digunakan

oleh masyarakat Jakarta, tidak hanya masyarakat sekitar Bantargebang saja.

4.2 Saran

Sesuai dengan pembahasan serta kesimpulan mengenai Pembangkit Listrik Tenaga

Sampah, maka muncul beberapa saran terhadap pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan dan

pendukungan terhadap PLTSa. Adapun pihak terkait dengan saran yang akan diberikan ialah

Pemprov DKI dan Masyarakat Kota Jakarta.

4.2.1 Saran untuk Pemprov DKI

Pemprov DKI diharapkan dapat mensosialisasikan hal-hal mengenai PLTSa yang sudah

dipaparkan dalam pembahasan diatas terhadap masyarakat, sosialisasi bertujuan agar masyarakat

mengerti dan mau bekerjasama dengan Pemprov DKI untuk memaksimalkan penggunaan PLTSa

demi sumber energi listrik baru yang ramah lingkungan.

Saran berikutnya adalah pemerintah harus bisa melindungi dan mendukung para

pengelola, pengembang, dan investor PLTSa. Perlindungan ini berguna agar tidak terjadi

penyelewangan-penyelewengan dalam tahap pengembangan PLTSa, serta pemberian dukungan

agar pengembangan dan pembangunan PLTSa dapat berjalan dengan lancar sesuai prosedur dan

tanpa hambatan.

4.2.2 Saran untuk Masyarakat Kota Jakarta

Masyarakat Kota Jakarta harus bisa mendukung Pemprov DKI dalam mensukseskan

program PLTSa sebagai sumber energi listrik baru yang ramah lingkungan, yang nantinya juga

akan menguntungkan masyarakat karena listriknya bisa digunakan untuk keperluan rumah

tangga, dan keperluan lainnya yang membutuhkan energy listrik.

19

Page 20: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

Masyarakat juga harus membantu dengan mengumpulkan sampah secara teratur dan tidak

membuangnya sembarangan, agar nanti dapat digunakan pada PLTSa. Persepsi masyarakat

terhadap sampah pun harus dirubah, dan disadarkan, karena sampah yang dibuang sembarangan

bisa digunakan untuk PLTSa.

20

Page 21: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

Daftar Pustaka

Herry Suhendra. “Sampah di DKI Jakarta 6.000 Ton Sehari.” Bisnis.com 29 September 2011. 28

Oktober 2012 <http://m.bisnis.com/articles/sampah-di-dki-jakarta-6-dot-000-ton-sehari>.

Hilman, Masnellyarti. Pendidikan Lingkungan Bagi Pendidik Usia Dini Pengelolaan Sampah.

Kementerian Lingkungan Hidup, 2005.

Tabloid Jakarta Press Edisi 02. “Sampah Bukan Maslaah Sepele” Inilah.com 16 Mei 2012. 28

Oktober 2012 <http://m.inilah.com/read/detail/1861843/sampah-bukan-masalah-sepele>.

Chapter II. Universitas Sumatera Utara, 2012.

<http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30773/4/Chapter%20II.pdf>.

Patrick Power Library. Saint Mary’s University. 28 Oktober. 2012.

<http://www.smu.ca/administration/library/litrev.html>.

Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Cara merubah Sampah Menjadi Energi

Listrik. Juni 2010.28 Oktober 2012 <http://www.ristek.go.id/?module=News

%20News&id=6084>.

Nur Syafei. “Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ala Bambang Sudarmanta.” Okezone 26 Juni

2012. 28 Oktober 2012 <http://techno.okezone.com/read/2012/06/26/363/653765/pembangkit-

listrik-tenaga-sampah-ala-bambang-sudarmanta>.

Alpensteel Kumpulan Artikel. Alpensteel. 28 Oktober. 2012.

<http://www.alpensteel.com/article/56-110-energi-sampah--pltsa/2594--pltsa-pembangkit-listrik-

tenaga-sampah.html>.

Anwar. “Sampah Organik dan Anorganik.” Belantara 17 Mei 2012. 28 Oktober 2012

<http://www.buletinbelantara.com/2012/05/sampah-organik-dan-anorganik.html>.

21

Page 22: Sampah Sebagai Energi Listrik Henry (Revisi 3) Print

Shvoong The Global Source for Summaries & Reviews.2012. Shvoong.com. 28 Oktober. 2012

http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2286288-pengertian-energi-listrik/

Nurseffi Dwi Wahyuni. “Pertamina Bangun Pembangkit Tenaga Sampah US$ 180 Juta.”

Indonesia Finance Today 24 Oktober 2012. 28 Oktober 2012

<http://www.indonesiafinancetoday.com/read/35435/Pertamina-Bangun-Pembangkit-Tenaga-

Sampah-US-180-Juta>.

Koran Jakarta. “Pertamina Bangun Pembangkit Rp 1,7 Triliun.” Koran Jakarta 24 Oktober 2012.

28 Oktober 2012 <http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/103893>.

Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi. TPST Bantargebang Hasilkan Listrik 10,5 Mw.

Maret 2011.28 Oktober 2012 <http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?

page=news&newsid=410>.

Didik Purwanto. “Pertamina Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah.” Kompas 23

Oktober 2012. 28 Oktober 2012

<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/10/23/13284313/Pertamina.Kembangkan.Pemban

gkit.Listrik.Tenaga.Sampah>.

Evy Rachmawati. “Dari Sampah Menjadi Listrik.” Kompas 22 Maret 2012. 28 Oktober 2012

<http://internasional.kompas.com/read/2012/03/22/05204510/Dari.Sampah.Menjadi.Listrik>.

Kisworo. “Analisis Kebutuhan Peralatan Angkut Berdasarkan Timbulan Sampah Di Kelurahan

Bejen Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.” (2010): 9-10.

22