rujukan ekoper

22
LAPORAN EKOLOGI PERAIRAN Oleh : Nama : Irman Rumengan Nim : 200830019 P.Studi : MSP Kelompok : 1 ( satu ) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Petrnakan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep ekosistem merupakan suatu yang luas, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari ini dengan cara mengkonsumsi makhluk fotosintesis tersebut diatas. Dan begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu

Upload: abde-firmansyah

Post on 14-Aug-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: rujukan EKOPER

LAPORAN EKOLOGI PERAIRAN

Oleh :Nama : Irman RumenganNim : 200830019P.Studi : MSPKelompok : 1 ( satu )

Program Studi Manajemen Sumberdaya PerairanJurusan PerikananFakultas Petrnakan Perikanan dan Ilmu KelautanUniversitas Negeri PapuaManokwari2010

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKonsep ekosistem merupakan suatu yang luas, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari ini dengan cara mengkonsumsi makhluk fotosintesis tersebut diatas. Dan begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan (Nontji, 1987). Sumberdaya alam pesisir merupakan suatu himpunan integral dari komponen biotik) dan komponen abiotik. Kedua komponen ini secara fungsional berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu sistem, yang dikenal dengan ekosistem. Salah satu ekosistem utama di wilayah pesisir dan lautan adalah ekosistem hutan mangrove(Anonim 2007). Kelangsungan suatu fungsi ekosistem sangat menentukan

Page 2: rujukan EKOPER

kelestariannya. sebagai Sehingga untuk menjamin sumberdaya alam , kita perlu mengkaji dan memperhatikan hubungan-hubungan ekologis yang berlangsung diantara komponen-komponen yang menyusun sebuah ekosistem mangrove(Anonim 2007).Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan habitata bagti berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air dan melindungi komunitas mangrove yang berada di daerah belakan padang lamun. Keberadaan ekosistem lamun belum begitu banyak dikenal oleh masyarakat di nadingkan dengan ekosistem mangrove maupun terumbu karang, meskipun diantara ketiga ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan fungsi ekologisnya.

Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktiv dan paling tinggi keanekaragaman hayatinya. Produktivitas yang tinggi tersebut memungkinkan terumbu karang menjadi tempat pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan dari kebanyakan ikan. Oleh karena itu, secara otomatis produksi ikan di daerah terumbu karang sangat tinggi.Kerangka hewan karang berfunsi sebagai tempat berlindung atau tempat menempelnya biota laut lainnya. Sejumlah ikan pelagis bergantung pada terumbu karang padfa masa larvanya. Terumbu karang juga merupakan habitat bagi banyak spesies laut. Selain itu terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi. Dari sisi sosial ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan yang produktif, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk pesisir, dan devisa negara yang berasal dari perikanan dan pariwisata.

1.2 Tujuan PraktekAdapun tujuan dari praktek ekologi perairan yang dilaksanakan di pantai rendani adalah sebagai berikut :

a. Melihat ekosistem yang ada di daerah pantai rendanib. Melihat kehidupan organisme yang hidup dan yang terdapat pada daerah pantai rendanic. Mempraktekan teori yang telah diberikan pada saat kuliah di dalam kelas dan mempraktekannya di lapangand. Mengetahui jenis- jenis lamun, karang, alga,molusca, mangrove

Page 3: rujukan EKOPER

serta keadaan lingkungan yang ada di daerah pantai rendani atau pada daerah ekosistem pantai rendani.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 MangroveMangrove adalah salah satu diantara sedikit tumbuh-tumbuhan tanah timbul yang tahan terhadap salinitas laut terbuka (Odum, 1996). Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Vegetasi mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi, serta kondisi tanah yang kurang stabil. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang paling bervariasi dalam kelompok tumbuhan, struktur dan laju pertumbuhan, serta memiliki nilai ekologis dan sosial ekonomi yang sangat penting (Anonim, 2007). Menurut Kusmana (2002), pengertian mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove (Anonim, 2007)

Page 4: rujukan EKOPER

2.2 LamunPadang lamun adalah ekosistem yang ditumbuhi lamun sebagai vegetasi yang dominan (Tomascik et al., 1997, Wibowo et al., 1996) . Wilayah ini terdapat antara batas terendah daerah pasang surut sampai kedalaman tertentu di mana matahari masih dapat mencapai dasar laut. Padang lamun mendukung kehidupan biota yang cukup beragam dan berhubungan satu sama lain. Jaringan makanan yang terbentuk antara padang lamun dan biota lain adalah sangat kompleks. Di samping itu, padang lamun adalah “pengekspor” bahan organik ke ekosistem lain seperti ekosistem terumbu karang dan hutan bakau melalui hewan-hewan herbivora atau melaui proses dekomposisi sebagai serasah. Keanekaragaman biota padang lamun adalah cukup tinggi. Sejumlah invertebrata: moluska (Pinna, Lambis, dan Strombus); Echinodermata (teripang - Holoturia, bulu babi – Diadema sp.), dan bintang laut (Archaster, Linckia); serta Krustasea (udang dan kepiting).Di Indonesia, padang lamun sering di jumpai berdekatan dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang (Tomascik et al., 1997, Wibowo et al., 1996) . sehingga interaksi ketiga ekosistem ini sangat erat. Struktur komunitas dan sifat fisik ketiga ekosistem ini saling medukung, sehingga bila salah satu ekosistem terganggu, ekosistem yang lain akan terpengaruh. Seperti terumbu karang, padang lamun memperlambat gerakan arus dan gelombang. Karenanya, sedimen yag tersuspensi dalam air akan mengendap dengan lebih cepat. (Myxomycetes) (Giesen dalam Wibowo, 1996)Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi. Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang tinggi dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air. Alasan lain karena batang lamun dapat menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga kerapatan dan keanekaragaman fauna bentos tinggi. (Romimohtarto dkk, 1999).

2.3 KarangWilayah ekosistem terumbu karang mencakup dataran terumbu (reef

Page 5: rujukan EKOPER

bed), lereng terumbu (fringing reef), goba (laguna yang terdapat didaerah terumbu karang), serta gosong karang (Tomascik et al., 1997) . Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal. Untuk mencapai pertumbuhan maksimumnya, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu yang hangat, gerakan gelombang yang besar, serta sirkulasi yang lancar dan terhindar dari proses sedimentasi. Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktif dan paling tinggi keaneka ragaman hayatinya. Berdasarkan data yang dikumpulkan selama Ekspedisi Snelius II (1984), di perairan Indonesia terdapat sekitar 350 spesies karang keras yang termasuk ke dalam 75 genera. Kerangka hewan karang berfungsi sebagai tempat berlindung atau tempat menempelnya biota laut lainnya. Sejumlah ikan pelagis bergantung pada keberadan terumbu karang pada masa larvanya. Terumbu karang juga merupakan habitat bagi banyak spesies laut. Selain itu, terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi. Dari sisi sosial ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan yang produktif, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk pesisir, dan devisa negara yang berasal dari perikanan dan pariwisata(Tomascik et al., 1997) . Karang memiliki tentakel yang mengelilingi mulut dan dalam tentakel tedapat sel penyengat (nematokis) yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsanya, dengan tentakel tersebut individu karang dinamakan polip karang. Warna tentakel karang keras secara umum tidak berwarna atau bening seperti ubur-ubur, namun ada pula beberapa coklat muda, polip karang keras umumnya hidup berkoloni. Dan mereka menyatukan rangka kapur satu dengan yang lainnya, sehingga dari luar mereka terlihat seperti batu kapur. Kelompok karang lainya yang terdapat di terumbu karang adalah kelompok karang lunak, kelompok anemon, dan kelompok kipas laut. Dengan adanya kelompok-kelompok karang maka terbentuklah suatu hamparan terumbu karang di mana di dalamnya tedapat beberapa tumbuhan dan berbagai hewan laut lainya (Admin, 2008).

BAB IIIMETODE PRAKTEK3.1 Waktu dan Tempat

Page 6: rujukan EKOPER

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ekologi perairan ini adalah :Tempat : pantai rendani, manokwari papua baratWaktu : 08.00 ( waktu surut )

3.2 Alat Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktek ekologi perairan yang dilakukan di pantai rendani adalah sebagai berikut : GPS : menentukan posisi Karen meter : mengukur arus Refraktometer : mengukur salinitas PH air : mengukur PH air Thermometer :mengukur suhu DO meter : mengukur kandungan oksigen terlarut Meteran : mengukur jarak Kamera :sebagai alat dokumentasi Snorkel dan masker : melihat organisme dalam perairan Plot transek : dala pengambilan data lamun Buku identifikasi : untuk mengidentifikasi jenis-jenis Kantong sampel : untuk menyimpan organism yang ditemukan Formalin : cairan yang berfungsi mengawetkan organism Alat tulis menulis : mencatat data yang didapatkan

3.3 Metode yang digunakana. MangrovePengambilan contoh atau sampel mangrove dari jenis yang berbeda-beda di lakukan secara bersama-sama, sampel di kumpulkan satu per satu dan setelah terkumpulkan jenis-jenis mangrove yang berada di tempat pengambilan sampel (tempat praktik) maka mangrove yang telah di ambil sampelnya tadi di teliti berdasarkan deskripsi yang telah ada, setelah itu pemberian nama di lakukan sesuai dengan karakter dan ciri-ciri dari tiap jenis mangrove tersebut. Setelah dilakukan pemberian nama tersebut, maka sampel dari mangrove tersebut di foto sebagai bukti dan bahan untuk membuat laporan dan memberikan deskripsi dari mangrove tersebut.b. Lamun Membuat transek garis lurus sebagai acuan dari tepi pantai ke arah

Page 7: rujukan EKOPER

laut dengan panjang 33 m.  Menentukan 10 titik untuk sepuluh kali pengambilan sampel lamun sepanjang transek garis tersebut berdasarkan karakteristik yang berbeda untuk membuat transek kuadrat ukuran 10cm x 10 cm.  Mencatat setiap jenis lamun yang ditemukan dan jumlah jenis lamun tiap plot yang diamati. Mencatat setiap hewan dan tumbuhan yang ditemukan berasosiasi pada lamun yang ditemukan. Mengidentifikasi setiap jenis lamun yang ditemukan. Membuat data tentang hasil yang telah ditemukan.d. MoluscaMetode yang digunakan dalam mengamati moluska adalh mengambil berbagai macam molusca yang ditemukan di ekosistem pantai rendani, baik itu yang terdapat pada mangrove maupun molusca yang ditemukan dipesisir pantai dan didalam perairan. Setelah mendaptkan molusca, molusca yang didapatkan diidentifikasi menggunakan buku identifikasi.e.karangmetode praktek yang digunakan untuk mengamati karang adalh mengambil sampel karang didalam perairan dengan menggunakan snorkel untuk melihat karang didalam perairan, kemudian mengambil karang tersebut lalu dibawah kedarat untuk diambil datanya.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Parameter Kualitas Air Kecepatan arus = 0,1 DO = 6,68 ppm PH air = 7,70 salinitas = 33 ppt suhu = 30°cDari data pengukuran kualitas air yang kami dapatkan, dapat dilihat bahwa kecepatan arus pantai rendani pada saat melakukan praktek ( mengambil sampel data ) adalah berkisar 0,1 dan tingkat kelarutan oksigen dalam perairan adalah 6,68 ppm. Suhu perairan yang diukur menggunakan thermometer berkisar antar 30°c - 31°c dan kandungan garam terlarut yang ada dalam perairan pantai rendani ( salinitas perairan ) adalah 33 ppt sserta tingkat asam basa ( PH ) adalah 7,70.

Page 8: rujukan EKOPER

4.2 Pembahasan MangroveDari pengamatan dan pengambilan data mangrove yang kami dapatkan, jenis-jenis mangrove yang ada di daerah pantai rendani yaitu : 1. Sonneratia alba

Deskripsi : Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.  Daun : Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar.  Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.  Bunga : Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok.  Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok.  Buah : Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.  Ekologi : Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang padat.

Page 9: rujukan EKOPER

Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh di malam hari, mungkin diserbuki oleh ngengat, burung dan kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir yang berkarang mereka tersebar secara vegetatif. Kunang-kunang sering menempel pada pohon ini dikala malam. Buah mengapung karena adanya jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar nafas tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada substrat yang keras.  Penyebaran : Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Australia Tropis, Kepulauan Pasifik barat dan Oceania Barat Daya.  Kelimpahan : Manfaat : Buahnya asam dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Akar nafas digunakan oleh orang Irian untuk gabus dan pelampung.

2. Rhizopora stylosa

Rhizopora stylosa(Slindur)Family : Rhizoporaceae 

Bentuk : pohon, tinggi hingga mencapai 6 m Akar : akar tunjang Tipe Biji : vivipari DAUN Susunan : tunggal, bersilangan Bentuk : elips Ujung : tajam (ujung memiliki bentukan seperti tonjolan gigi) Ukuran : panjang 10 - 18 cm Lainnya : permukaan bawah daun hijau kekuningan, terdapat bercak hitam kecil yang menyebar di seluruh permukaan bawah daun BUNGA Rangkaian : 8 - 16 atau lebih, tersusun dua-dua, bergantung Mahkota : 4, putih Kelopak : 4 helai, hijau kuning Ukuran : diameter 2,5 - 3,5 cm Lainnya : benang sari panjang dan tipis, panjang 0,4 - 0,6 cm BUAH Ukuran : diameter 1,5 - 2,0 cm, panjang > 30 cm Warna : hipokotil hijau sampai hijau kekuningan, leher kotiledon kuning

Page 10: rujukan EKOPER

kehijauan ketika matang Permukaan : berbintil (relatif halus) Lainnya : buah silindris (hipokotil), lebih kecil dari pada R. mucronata, terlepas mulai dari bawah kotiledon, dapat mengapung, penyebaran melalui arus air LAIN-LAIN Ciri Khusus :daun lebih kecil dari R. mucronata, menyempit ke arah tangkai daun, akar tunjang bercabang-cabang Spesies yang mirip : R. mucronata, R. lamarckii, R. apiculata, B. gymnorrhiza, B. sexangra, B. parviflora, B. cylindricalHabitat : tepian air laut, mudah beradaptasi pada kemiringan rendah 

4.3 Pembahasan LamunDalam pengamilan sampel (data ) mengenai lamun, kami menguunakan pengukuran / penarikan garis transek, dimana plot yang digunakan berukuran 10 x 10 cm atau 0,01 cm².penarikan garis transek menggunakan meteran adalah sejauh 33 meter dari daerah intertidal yang mulai di temukan lamun, kemudian jarak 33 m dibagi dengan jumbah plot pengamatan yaitu 10 plot, jadi 33 m : 10 plot = 3,3 meter jarak antar tiap plot yang akan diamati.Jumblah spesies lamun yang ditemukan di dalam seluruh plot berjumblah 6 jenis lamun yaitu :Halophila ( HP ), ceriops ( CR ), haloudule ( HU ), Thalassia ( TH ) , H. ovalis dan (CS)Plot ( K ) 1- 10 K ( 1 ) = - plot 10cm x 10 cm K ( 2 ) = cr → 18K ( 3 ) = cr→ 27 jarak antar tiap plot 3,3 meter K ( 4 ) = cr →27 K ( 5 ) =cr →34Hp →19K ( 6 ) = cr →30Hp →45K ( 7 ) = cr →8 penarikan garis transek sepanjang 33 meter

Page 11: rujukan EKOPER

Hu →6 Th →19 K ( 8 ) =hu →9Cr →3Hp →10Th →8K ( 9 ) = cs →3Th →7Cr →2K ( 10 ) = cr→19 dan h.ovalis→2

No ni N ni/N log ni/N ni/N x log ni/N (ni/N)²1 168 296 0.567567568 -0.24598243 -0.13961 0.3221332 74 296 0.25 -0.60205999 -0.15051 0.06253 15 296 0.050675676 -1.29520045 -0.06564 0.0025684 34 296 0.114864865 -0.93981279 -0.10795 0.0131945 2 296 0.006756757 -2.17026172 -0.01466 4.57E-056 3 296 0.010135135 -1.99417046 -0.02021 0.000103€ -0.49859 0.400543

Indeks (keanekaragaman)Shannon-Wiener (H’):H'= -€ (ni/N) (log ni/N)= -(-0.4985884)= 0.4985884

Kemerataan ( keseragaman )s = 6 jenis H'maks = ln 6= 1,791 

J’ = H’/H’ maks = 0,4985884/1,791= 0,278

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa dominasi spesiesnya adalah 0,400543, keanekaragaman spesiesnya adalah 0,4985884 atau H'<1; keanekaragaman spesies tidak stabil, serta kemerataannya adalah 0, 278. Gambar jenis-jenis lamun yang didapatkan :

Page 12: rujukan EKOPER

4.4 Pembahasan MoluscaDari praktek ekologi perairan yang dilaksanaka di pantai rendani kami menemukan berbagai macam molusca yang berasosiasi atau yang terdapat pada ekosistem pantai rendani tersebut.Di bawah ini adalah gambar-gambar dari jenis-jenis spesies moluska dan gastropoda yang kami ditemukan :

Morula Arcidae Ocypodidae

Pteriidae Siphonaria sp Rock littoraria

Cerithiidae Conidae 

4.5 Pembahasan KarangData karang yang kami temukan hanya berupa gambar yang kami foto menggunakan kamera, data karang ini belum kami identifikasi karena berbagai alasan.Foto-foto karang yang kami dapatkan di pantai rendani adalah sebagai berikut :

Page 13: rujukan EKOPER

BAB VPENUTUP5.1 Kesimpulana. mangroveDari hasil pengamatan dan praktikum yang telah kami lakukan di pantai rendani, kami mendapatkan beberapa jenis mangrove yang telah di teliti dan telah kami lakukan indentifikasi satu per satu, dan dari jenis-jenis mangrove ini masing-masing mempunyai deskripsi dan keistimewaan tersendiri, mangrove banyak terdapat di daerah-daerah pantai maupun rawa yang bersifat basah dan bergenangan air, disitulah mangrove berkembang dan menjadi salah satu factor penyeimbang di alam.b. lamundari hasil pengamatan, serta perhitungan yang telah kami dapatkan adalah sebagai berikut :• Kami menemukan 6 jenis lamun, dengan menggunakan metode penarikan garis transek.• keanekaragaman spesies lamun yang terdapat pada pantai rendani adalah H' < 1 yang berarti bahwa keanekaragaman spesies tidak stabil, serta keseragaman (kemerataan) spesies lamun adalah mendekati 0 yang berarti kemerataan spesies lamun rendah, yang mencerminkan pula bahwa kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda.c. moluscadari data yang kami dapatkan dilapangan, kelompok kami dap menarik suatu kesimpulan bahwa moluska yang terdapat di pantai rendani sangat banyak, baik yang terdapt di mangrove maupun yang terdapat di pantai.

Page 14: rujukan EKOPER

d. karangkesimpulan yang kami dapatkan mengenai karang adalh , didaerah pantai rendani memiliki berbagai jenis karang yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup di ekosistem pantai tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2008. Ekosistem terumbu Karang. http://web.ipb.ac.id/~dedi_s/index. php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=48. Diakses Pada Tanggal 4 Desember 2009.

Bengen D.G., 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL IPB. Bogor.

___________, 2002. Pedomen Teknik Pengenalan dan Pengelolaan Ekisistem Mangrove. IPB. Bogor.

___________, 2004. Mengenal dan Memelihara Mangrove. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor.

Dahuri, R.J., Rais, S.P, Ginting dan M,S. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Pradya Paramitha. Jakarta.

Darman, 2009. Ekosistem Lamun. http://www.iwf.or.id/ekosistem.htm. Diakses Pada Tanggal 4 Desember 2009.

Departemen Kehutanan, 2002. Kebijakan Departemen Kehutanan dalam Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove. Ditjen RLPS,

Hutabarat S., dan Evans M.S, 1986. Pengantar Oceanografi. UI-Press. Jakarta.

LPP Mangrove, 2008. Ekosistem Mangrove Di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove Indonesia. Jakarta

Pangerang, U.K., 1998. Bahan Ajar Mata Kuliah konservasi Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

Ramli M., Utama K. Pangerang, Dedy Oetama, 2006. Penuntun Praktikum Ekologi Laut Tropis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

Page 15: rujukan EKOPER

Rusila Noor Y., M Khazali, I N.N. Suryadiputra, 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP, Bogor.

Wikipedia, 2008. Laut. http://id.wikipedia.org/wiki.laut. Diakses tanggal 29 Desember 2008.

Wikipedia, 2008 . Tropik. http://id.wikipedia.org/wiki.tropik. Diakses tanggal 29

Desember 2008.

Benthos adalah organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup didasar endapan binatang benthos dapat dibagi berdasarkan caramakannya menjadi pemakan kenyang (seperti kerang) dan pemakan deposit(seperti sioler) (Odum,1993).Organisme benthos adalah binatang yang relative besar dan sebagiansiklus hidupnya berada didalam atau pada substrat di air. Adapun yang termasukdalam kelompok ini adalah cacing, serangga air, annelida, mollusca, dll.Beberapa spesies nyamuk, ialah midgnes alan pada umumnya termasukkelompok yang dapat mengganggu kesehatan (Sutrisno dan Emi, 2004).Hewan-hewan bentos yang sering ada dalam grup dan mempunyai sifatyang khas dikenal sebagai communities (Masyarakat). Dimana hali ini

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14

12

berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Communitiesbiasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan (species) dari mana merekadikena, yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominan (Sahala,1985).

2.9.2.Peranan Benthos di Perairan

Hewan yang hidup didasar perairan adalah mikrozoobenthos,makrozoobenthos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistemperairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jarringmakanan selain itu tingkat kenea ragaman yang terdapat di lingkungan perairandapat digunakan sebagai indicator pencemaran. Dengan adanya kelompokbonthos yang hidup melekat (

sessile

) dan daya adaptasi berfariasi terhadapkondisi lingkungan membuat hewan benthos seringkali digunakan sebagaipetunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan umper air tawar, kijina,kerang cacing pipih, siput memiliki over operkulum dan siput tidak beroperkulumyang hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan ke dalam perairan yangberkulitas sedang (Pratiwi, dkk, 2004

dalam

Parjan 2005).Kominiti benthos sematif pada perubahan kualitas air berbatasan motilitasdan kemampuan yang relative karena merupakan fungsi kualitas perairan yangrelative tidak dapat didefinisikan melalui permukaan fisik dan kimia dapatdidefinisikan melalui organisme benthos.

Page 16: rujukan EKOPER

Dalam mempelajari sifat organismebenthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah pencemaran air. Pada dasarnyatidak ada organisme yang memberikan reaksi sama pada pencemaran karenaadanya hubungan yang sangat kompleks antara faktor genetik denganparameter kualitas air. Berbagai tingkat pencemaran air menentukan macamorganisme di perairan tersebut (Sutrisno dan Eni, 2004).Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklushidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggalilubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan sepertidalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasukiperairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan(Odum,1993).

Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14

13

2.9.3.Jenis Benthos di Perairan

Diantara benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadapperubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalamkelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal denganmakrozoobenthos (Rosenberg, 1993).Menurut Sahala (1985), bentos dapat dibedakan dengan beberapa cara,salah satunya yaitu dengan cara mengidentifikasi ukuran dari bentos tersebut,pengklasifikasian menurut ukuran mereka dibagi menjadi 2 yaitu:

a.

Microfauna: hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm,seluruh protozoa masuk dalam golongan ini.

b.

Meiofauna: golongan hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk protozoa yang bergolongan besar,cnidaria, cacing-cacing yang berukuran sangat kecil, dan beberapacrustacea yang berukuran sangat kecil.Selain itu juga bentos dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat hidupnya,dalam hal ini bentos dibagi menjasi 2 macam yaitu:

a.

Epifauna : hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan. Contohhewan epifauna diantara nya yaitu kepiting berduri Spiny stonecrab, siputlaut (Sea slug), bintang laut (Brittlle star).

b.

Infauna : hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar lautan. Contoh hewan infauna yaitu cacing (Lugworm), tiram (Cockle),macoma, Remis (clam).Menurut Odum (1993), makrozoobenthos merupakan hewan yangsebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil,merayap maupun menggali lubang. Makrozoobenthos dapat bersifat toleranmaupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan

Page 17: rujukan EKOPER

. 4.2 Pembahasan

Dalam penelitian yang kami lakukan di sekitar mangrove, kami menemukan beberapa organisme dan biota yang ada di sekitar magrove tersebut. Adapun jenis organisme yang kami temukan diantaranya adalah jenis mangrove Avicennie sp dan lamun serta biota lainnya yaitu Bintang ular, Teripang, mollusca dan bulu babi. Untuk pengukuran mangrove kami menggunakan petakan yang berukuran 10×10 M, dan ditemui sekitar 8 pohon mangrove dewasa jenis Bruguirea Sp, dalam menghitung mangrove kami menggunakn 4 kuadran dengan kuadran pertama 50 semai, kuadran kedua 49 semai, kuadran ketiga 38 semai dan kuadran keempat 130 semai, jadi dalam petak ukuran 10×10 M tersebut terdapat 668 semai dengan ciri-ciri mangrove Evicennie daunnya agak bulat, pohon yang sedang, buah yang bulat dan akar rendah.

Pada penelitian lamun, kami menemukan bahwa, untuk lamun pada kuadran pertama ada 236 batang lamun dengan setiap batang terdapat 2-3 helai daun lamun. Di sekitar lamun kami temukan jenis teripang, molusca dan bulu babi. Untuk kuadran kedua ada 226 batang lamun dengan setiap batang terdapat 2-3 helai daun lamun. Untuk kuadran ketiga ada 235 batang lamun dengan setiap batang terdapat 2-3 helai daun lamun. Untuk kuadran keempat ada 220 batang lamun dengan setiap batang berjumlah yang sama dengan kuadran pertama, kedua dan ketiga.

Kemudian dalam penelitian terumbu karang, kami menemukan 105 terumbu karang dalam petak ukuran 10×10 M tesebut yang dalam kondisi yang mati. Di sela terumbu karang kami menemukan 31 ekor bintang ular.