pengertian ekoper

Upload: indrianita-wardani

Post on 09-Jul-2015

577 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ PENGERTIAN Zona intertidal (pasang surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudra dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali, hanya beberapa meter luasnya, terletak di antara air tinggi dan air rendah. Walaupun luas daerah ini sangat terbatas tetapi daerah ini memiliki variasi faktor lingkungan yang terbesar di bandingkan dengan daerah bahari lainnya, dan variasi ini dapat terjadi pada daerah yang hanya berbeda jarak beberapa sentimeter saja.

LETAK Di lahan basah pada perbatasan muara atau laut tempat pertemuan air & daratan pantai berpasir/berbatu genangan air pasang surut (tide pools) berada pada zona intertidal ( tergenang saat air pasang & kering saat air surut )

PEMBAGIAN ZONA INTERTIDAL

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ

Secara umum daerah intertidal sangat dipengaruhi oleh pola pasang dan surutnya air laut, sehingga dapat dibagi menjadi tiga zona. 1. Zona supratidal (backshore) Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak yang menerpa daerah tersebut 2. Zona intertidal zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) 3. Zona subtidal. zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut

KOMPONEN PENYUSUN DAERAH INTERTIDAL

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ

1. Komponen biotik: organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut. 1. Formasi pes caprae Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan). 2. Formasi baringtonia Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus 2. Komponen abiotik Selain komponen biotic juga terdapat pula komponen abiotik yang mempengaruhi ekosistem zona intertidal, antara lain: Pasir Sifat-sifa fisik pasir yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur,kematangan, dan kemapuan menahan air. Air. Hal-hal penting pada air yang mempengaruri kehidupan makhluk hidup adalah suhu air,kadar mineral air,salinitas,arus air,penguapan,dan kedalaman air. Udara. Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas.Gas itu berbentuk atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen,karbon dioksida,dan nitrogen merupakan gas yang paling pentung bagi kehidupan makhluk hidup. Cahaya matahari Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi ini. Namun

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ demikian,penyebara cahaya ddi bumi belum merata.Oleh karena itu, organisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda. Suhu atau temperatur. Setiap makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk kegiatan metabolisme dan perkembangbiakannya.

Sea urchin

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ

beberapa spesies alga merah (rhodophyta) FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH Kondisi lingkungan di zona ini cukup bervariasi dan biasanya dipengaruhi oleh faktor harian maupun musiman. Faktor faktor tersebut antara lain : Pasang surut Pasang-surut adalah naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik selama interval waktu tertentu. Pasang-surut terjadi karena adanya interaksi antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi bumi dan system bulan. Akibat gaya gaya ini air di dasar samudra akan tertarik ke atas. Gaya gravitasi satu benda terhadap benda lain adalah merupakan fungsi dari massa setiap benda dan jarak antara keduanya. Kondisi ini menyebabkan gaya gravitasi bulan terhadap bumi lebih besar jika dibandingkan dengan gaya gravitasi matahari terhadap bumi. Bumi dan bulan membentuk sistem orbit yang berputar mengelilingi pusat masanya dan karena bumi relatif lebih besar dari bulan, maka titik pusatnya berada dalam bumi. Perputaran sistem bumi-bulan membentuk gaya sentrifugal (ke arah luar) dan diimbangi oleh gaya gravitasi ke duanya. Pada bagian bumi yang menghadap bulan, gaya gravitasinya lebih kuat dari pada gaya sentrifugalnya sehingga mengakibatkan air laut yang menghadap bulan tertarik ke atas (pasang naik). Pada bagian bumi yang berlawanan, gaya gravitasi bulan minimum dan gaya sentrifugal yang lebih besar akan menarik air menjauhi bumi (pasang naik), jadi terdapat dua pasang naik. Kejadian ini akan mengikuti posisi bulan terhadap bumi yang berputar pada porosnya. Pada lautan yang terjadi dua kali pasang naik dan dua kali air surut seperti contoh di atas disebut pasang tipe semidiurnal. Pasang-surut yang terdiri dari satu pasang naik dan satu pasang turun (surut) disebut pasang-surut diurnal, sedangkan apabila pada satu lautan

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ kadang terjadi pasang-surut diurnal dan kadang pasang-surut semidiurnal disebut pasangsurut campuran. Ketinggian pasang air laut bervariasi dari hari-ke hari mengikuti posisi relatif antara matahari dan bulan terhadap bumi. Pada saat bulan dan matahari terletak sejajar terhadap bumi maka gaya keduanya akan bergabung sehingga menyebabkan terjadinya pasang dengan kisaran terbesar baik naik maupun turun (pasang purnama). Pada saat matahari dan bulan membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, maka gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling melemahkan sehingga terjadi kisaran pasang yang minimum (pasang perbani). Seperti diketahui bahwa bumi tidak tegak lurus dalam orbitnya mengelilingi matahari tetapi membentuk sudut kemiringan 23 dari garis vertikal. Akibatnya, selama bumi berputar pada porosnya, bagian-bagian di permukaan bumi mengalami ketinggian pasang-surut yang berbeda. Ketinggian pasang-surut juga mengalami perbedaan yang disebabkan karena adanya perubahan relatif letak bulan terhadap bumi dalam orbitnya mengelilingi bumi. Orbit bulan tidak bulat melainkan berbentuk elips, maka pada waktu-waktu tertentu, bulan lebih dekat ke bumi (perigee) dan waktu lainnya bulan lebih jauh dari bumi (apogee) Suhu

Daerah intertidal biasanya dipengaruhi oleh suhu udara selama periode yang berbeda, dan mempunyai kisaran yang luas harian atau musiman Kisaran suhu yang ekstrim, organisme semakin lemah

Gerakan ombak Gerakan ombak mempunyai pengaruh terbesar terhadap organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah lainnya, misalnya :

menghancurkan dan menghanyutkan benda Membongkar substrat Memperluas zona intertidal Meningkatkan kandungan gas ke dalam air meningkatkan kandungan oksigen

Salinitas

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ Air laut adalah air murni yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat 99,99% dan sisanya berupa gas. Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut. Komposisi terbesar berasal dari garam-garam anorganik yang berbentuk ion-ion. Enam ion anorganik yang terdiri dari klor, natrium, magnesium, sulfur, kalsium dan kalium membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Lima ion lainnya yaitu bikarbonat, bromide, asam borat, stronsium dan flour sebesar 0,71, sehingga secara bersama-sama 11 ion anorganik membentuk 99,99% berat zat terlarut. dikatakan tetap sehingga pengukuran kadar salinitas dapat dilakukan hanya dengan cara mengukur satu ion saja misalnya konsentarasi klor (salinometer), atau daya konduktivitas (daya hantar) listrik (DHL), atau indeks refraktif (refraktometer). Sebanyak 0,01% dari zat terlarut dalam air laut, terdapat beberapa garam anorganik (nitrat,fosfat, dan silicon dioksida) yang memiliki arti sangat penting bagi kehidupan organisme. Nitrat dan fosfat sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk sintesis zat organik alam fotosintesis sedangkan SiO2 diperlukan oleh diatom dan radiolaria untuk membentuk cangkang. Berbeda dengan unsur-unsur sebelumnya, perbandingan fosfat, nitrat dan SiO2 dengan unsur atau ionion yang lain tidak konstan dan cenderung kurang tersedia dia air permukaan. Jumlahnya bervariasi sebagai akibat kegiatan biologik. Persediaan unsure-unsur esensial ini dalam beberapa hal menjadi pembatas bagi produktivitas primer. Zat-zat lain seperti kobalt, mangan, besi dan tembaga meskipun terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas tetapi dalam ekosistem perairan laut tidak menjadi faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Senyawa organik tertentu, seperti vitamin juga ditemukan dalam jumlah yang sangat terbatas, tetapi sangat minim diketahui variasinya. Kadar salinitas dalam perairan memiliki arti yang sangat penting bagi sifat-sifat air dan memiliki implikasi yang besar terhadap kehidupan. Menurut Nybakken (1993), kerapatan air murni terjadi pada suhu 4C, selanjutnya kerapatan air terus meningkat sampai titik beku. Air yang mengandung garam titik bekunya akan lebih rendah dari air murni yang merupakan cerminan dari fungsi kadar garam. Air laut yang bersalinitas 35 memiliki titik beku 1,9C. terjadinya pembekuan, kerapatan menurun sehingga es terapung. Arti penting kenaikan kerapatan di bawah 4C adalah air permukaan yang dingin dan berat dan mengandung oksigen terlarut yang tinggi dapat terbentuk dan tenggelam ke dasar laut. Perlu diketahui bahwa kelarutan gas-gas dalam air adalah suatu fungsi dari suhu, penurunan suhu akan diikuti oleh kenaikan daya larut gas-gas seperti O2 dan CO2 dalam air sehingga semakin dingin suhu air, makin banyak oksigen yang dikandungnya. Pada suhu 0C air laut dengan salinitas 35 belum beku,

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ mengandung 8 ppm oksigen, sedangkan pada suhu 20C dengan salinitas yang sama air laut hanya mengandung 5,4 ppm oksigen. Air yang kaya oksigen ini akan tenggelam ke dasar laut. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan ekosistem laut dalam yang gelap gulita sepanjang waktu tidak pernah anoksik dan selalu tersedia oksigen untuk kebutuhan organisme laut dalam yang terbatas jumlahnya. Perubahan salinitas mempengaruhi organisme di zona intertidal melalui :

Zona intertidal terbuka pada saat pasang turun dan kemudian digenangi air atau aliran air akibat hujan salinitas akan turun Ada hubungan dengan genangan pasang surut, yaitu daerah yang menampung air laut ketika pasang surut Kenaikan salinitas yang tinggi, jika terjadi penguapan sangat tinggi pada siang hari.

POLA ADAPTASI ORGANISME DAERAH INTERTIDAL Bentuk adaptasi adalah mncakup adaptasi structural, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. Adaptasi structural merupakan cara hdup untuk menyesuaikan dirinya dengan mengembangkan struktur tubuh atau alat-alat tubuh kearah yang lebh sesuai dengan keadaan lingkungan dan keperluan hidup. Adaptasi fisiologi adalah cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara penyesaian proses-proses fisiologis dalam tubuhnya. Adaptasi tingkah laku adalah respon-respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Organisme intertidal memilki kemampuan untuk beradaptasi dngan kondisi lingkungan yang dapat berubah secara signifikan, pola tersebut meliputi: a) Daya Tahan terhadap Kehilangan air Organisme laut berpindah dari air ke udara terbuka, mereka mulai kehilangan air.Mekanisme yang sederhana untuk menghindari kehilangan air terlihat pada hewanhewan yang bergerak seperti kepiting dan anemon. b) Pemeliharaan Keseimbangan Panas Organisme intertidal juga mengalami keterbukaan terhadap suhu panas dan dingin yang ekstrim dan memperlihatkan adaptasi tingkah laku dan struktur tubuh untuk menjaga keseimbangan panas internal.

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ c) Tekanan mekanik Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda, pada pantai berbatu dan pada pantai berpasir. Untuk mempertahankan posisi menghadapi gerakan ombak, organism intertidal telah membentuk beberapa adaptasi. d) Pernapasan Diantara hewan intertidal terdapat kecenderungan organ pernapasan yang mempunyai tonjolan kedalam rongga perlindungan untuk mencegah kekeringan. Hal ini dapat terlihat jelas pada berbagai moluska dimana insang terdapat pada rongga mantel yang dilindungi cangkang. e) Cara Makan Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal harusmengeluarkan bagian-bagian berdaging dari tubuhnya. Karena ituseluruh hewan intertidal hanya aktif jika pasang naik dan tubuhnyaterendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan detritus maupun predator. f) Tekanan Salinitas Zona intertidal juga mendapat limpahan air tawar yang dapat menimbulkan masalah tekanan osmotik bagi organisme intertidal yang hanya dapat menyesuaikan diri denagn air laut. Kebanyakan tidak mempunyai mekanisme untuk mengontrol kadar garam cairantubuhnya dan disebutosmokonformer. Adaptasi satu-satunya samadengan adaptasi untuk melindungi dari kekeringan g) Reproduksi Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau bahkanmelekat, sehingga dalam penyebarannya mereka mmenghasilkan telur atau larva yang terapung bebas sebagai plankton. Hampir semua organisme mempunyai daur perkembangbiakan yang seirama dengan munculnya arus pasang surut tertentu, seperti misalnya pada waktu pasang purnama. Komunitas yang terdapat pada zona pasang surut ini terpapar pada variasi harian yang sangat tinggi dalam hal ketersediaan air laut (dan nutrein yang dibawanya) dan dalam hal suhu. Barang kali yang terpenting dari semuanya, organism zona pasang surut terpapar pada gaya mekanis terpaaan gelombang, yang dapat melepaskan organism tersebut dari habitatnya. Zona pasang surut berbatu terstratifikasi secara vertical (Pantai berbatu). Sebagian besar organism memiliki adaptasi structural yang memungkinkan organism tersebut menempel pada subrat atau permukaan yang keras dalam lingkungan hiruk pikuk secara fisik. (Campbell et al,2004)

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ

Gambar 1.2 Kerang yang menempel pada subtrat berbatu (Sumber : www. Wikipidia.com) Pada saat organism berpindah dari air ke udara terbuka, mereka mulai kehilangan air. Jika meraka ingin mempertahankan diri di daerah intertidal, mereka harus beradaptasi terhadap kehilangan air yang cukup besar selam berada di udara terbuka. Mekanisme yang sederhana untuk menghindari kehilangan air terlihat pada hewanhewan yag bergerak, misalnya kepiting. Hewan ini dengan mudah berpindah dari daerah permukaan yang terbuka ke dalam lubang-lubang,celah atau galian yang sangt basah sehingga kehilangan air dapat diatasi. Sebagai kemugkinan lain meraka berlindung dibawah alga yang basah.

Gambar 1.3 Kepiting yang terdapat di zona intertidal (Sumber : imagehost.ngobrolaja.com) Mekanisme sederhana lainnya terlihat pada beberapa genera alga. Alga ini tidak dapat bergerak dan tidak memiliki mekanisme untuk menghindari kehilangan air. Mereka menagtasi kehilanga air yang besar hanya dengan jaringannya. Alga ini sering dijumpai dalam keadaan kering dan kisut selama berada di udara terbuka pada saat surut. Tetapi pada saat pasang kembali, mereka akan cepat menyerap air dan kembali menjalankan proses tubuhnya seperti biasa.

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ Alga yang kusut terjalin menopang alga lainnya dan memberi perlindungan kepada protista dan kepada banyak hewan. Selain organism tadi, banyak teriptip, kepah dan siput melekat pada batu-batu atau rumput laut dan pada saat tumbuhnya tidak terpendam air mengatupkan kulitnya dengan erat untuk melindung diri terhadap udara panas. (Sastrodinito,1980)

Gambar 1.4 Alga pada saat surut (Sumber : ubcbotanicalgarden.org) Organism intertidal juga mengalami keterbukaan terhadap suhu panas da ekstrim dan memperlhatkan adaptasi tingkah laku da struktur tubuh untuk menjaga keseimbangan panas internal. Suhu rendah yang ektsrim nampaknya tidak begitu menjadi masalah bagi organisme pantai di bandingkan dengan suhu yang sangat tinggi. Organism mengatasi suhu yang sangat tinggi dengan dua cara: (1) pengurangan panas yang di dapat dari lingkungan dan (2) meningkatkan kehilangan panas dari tubuh hewan. Panas yang didapt dari lingkungan dapat di kurangi dengan beberapa cara. Cara pertama dengan memperbesar ukuran tubuh. Dengan memperbesar ukuran tubuh berarti antara perbandingan luas permukaan dengan luas volume tubuh menjadi lebih kecil sehingga luas tubuh yang mengalami peningkatan suhu menjadi lebih kecil. Mekanisme lain untuk mengurangi panas adalah dengan cara mengurangi kontak antara jaringan tubuh dengan subtrat. Hal ini sukar dilakukan oleh kebanyakan hewan intertidal karena mereka memerlukan alat tambahan, melengkapi jaringan yang besar, yang akan berhubungan dengan subtrat untuk menghindarkan diri dari kemungkinan tersapu ombak. Hewan intertidal menghilangkan panas dari tubuhnya dengan memperluas cangkang dan memperbanyak ukiran pada cangkang. Ukiran-ukiran tersebut berfungi sebagai sirip radiator sehingga memudahkan hilangnya panas. Hampir semua organisme intertidal

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ mempunyai suatu strategi adaptasi untuk mendinginkan tubuh dengan jalan penguapan dan sekaligus menghindarkan kekeringan yang berlebih.

Gambar 1.5 Cangkang yang banyak ukiran Sumber : www.sinarharapan.co.id Hewan laut mempunyai tonjolan organ pernapasan yang mampu mengambil O 2 dari air. Tonjolan ini tidak akan berfungsi apabila tidak di celupkan kedalam air. Organ seperti ini tidak diperlukandi daerah intertidal, terdapat kecenderungan untuk memaksukkan organ pernapasan ini kedalam rongga perlindungan untuk mencegah kekeringan. Hewan-hewan dengan organ pernapasan yang terlindung juga harus mempertahankan air pada waktu surut, karena itu mereka sering menutup (operkulum) atau mengaitkan diri (kiton, limpet), dengan demikian pertukaran gas juga berkurang. Jadi untuk mempertahankan O2 dan air ketika surut, banyak hewan yang berdiam diri.

Gambar 1.6 citon (sumber : flickriver.com) Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal harus mengeluarkan bagian-bagian berdaging dari tubuhnya. Hal ini berarti bahwa bagian-bagian yang terbuka ini harus tahan terhadap kekeringan. Karena itu, seluruh hewan intertidal hanya aktif jika pasang dan tubuhnya terendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan detritus maupun predrator. (Wnybakker, 1982)

Kel:indrianiata, alvien, novita dan Guntur UNEJ

DAFTAR PUSTAKA Nybakken, J.W., 1992. (Terjemahan: H.M. Eidman et al) Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta