laporan ekoper
DESCRIPTION
ekologi perairanpantai ketapang, lampungTRANSCRIPT
KONDISI EKOLOGI PADA EKOSISTEM SUNGAI DAN PANTAI DI PANTAI KETAPANG KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN
(LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN)
OLEH
Ahadiftita Hafsha.K 1114111004
Dhany Darmawan 1114111019
Friska Bukit 1114111025
Glycine Astika 1114111028
Ardiansyah 1014111070
Roma Ade Saputra 10141110
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pantai merupakan daerah yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena sebagian
besar penduduk bermukim di daerah pesisir. Adanya karakter pantai yang khas seperti
semilir angin yang bertiup, deburan ombak, pemandangan matahari terbenam (sunset),
pasang surut dan berbagai organisme seperti cangkang kerang-kerangan yang terdampar
serta tepian pantai yang berpasir putih menjadi daya tarik seseorang untuk mendatangi
dan mempelajari pantai lebih jauh.
Pada dasarnya pantai merupakan wilayah yang sangat kompleks sebagai hasil dari
berbagai interaksi antara faktor fisik, kimiawi dan biologis. Daerah pantai merupakan
wilayah pertemuan antara ekositem daratan dan lautan sehingga memiliki krakteristik yang
spesifik. Dengan demikian pantai menjadi wilayah yang sangat menarik untuk dipelajari
karena banyaknya aspek yang dapat dikaji.
Mempelajari pantai termasuk hal yang relatif mudah dan menyenangkan karena adanya
stratifikasi yang jelas dari faktor fisik dan biologis, mulai dari daratan yang tidak pernah
tergenang oleh pasang tertinggi hingga daerah yang terekspose pada saat suut terendah.
Pada pantai berbatu sebagian besar hewan hidup dengan melekat di dasar substrat serta
sesekali melakukan pergerakan yang lambat.
Berbeda dengan pantai berbatu, pantai berpasir dan rataan berlumpur umumnya lebih
cepat rusak, misalnya ketika penyaringan dilakukan untuk menghitung hewan infauna.
Jenis polychaeta dan bivalvia umumnya sulit dicari karena lebih cepat meloloskan diri.
1.2 Tujuan Praktikum
1. mempelajari karakteristik ekosistem pantai serta faktor-faktor pembatasnya
2. mempelajari korelasi antara beberapa tolak ukur lingkungan dengan populasi biota
dasar perairan pantai
3. mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor pembatasnya
4. mempeljari korelasi antara kualitas perairan dengan populasi biota perairan, khususnya
plankton dan/atau makrobentos
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kondisi Umum Pantai Ketapang
Pantai Ketapang merupakan wilayah Pangkalan Utama TNI- AL (Lantamal) Teluk Ratai
yang secara administratif terletak di Desa Ketapang, Kecamatan Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang baru
dibentuk di Provinsi Lampung melalui Undang Undang Republik Indonesia No.33 Tahun
2007 hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan dengan 7 kecamatan.
Dilihat dari lokasinya pantai ini cukup strategis dan potensial untuk dikembangkan sebagai
kawasan wisata karena berbatasan langsung dengan Jalan raya Teluk Ratai yang
memudahkan pengunjung mencapai lokasi pantai.
Kecamatan Padang Cermin termasuk dalam daerah yang memiliki jalur hijau sebesar
43,91 km dengan status lahannya digunakan untuk areal peruntukan lain (APL) yang
artinya lahan hutan tersebut dapat digunakan menjadi fungsi lain seperti tambak, daerah
industri maupun daerah wisata pantai (Viantimala dan Murniati, 2007).
Lokasi Pantai Ketapang tidak begitu jauh dan mudah dicapai karena dihubungkan dengan
jalan raya beraspal dari Kota Bandar Lampung dan terletak di pinggir jalan raya dari
Padang Cermin ke markas TNI AL Piabung. Jalan berliku yang mengitari bibir Pantai Teluk
Lampung menjadi keasyikan tersendiri saat menuju pantai ini. Sistem transportasi untuk
menuju ke pantai ini sudah cukup memadai, pengunjung dapat menggunakan kendaraan
pribadi atau kendaran umum berupa colt bak beratap dari pusat kota. Letak pantai ini di
Teluk Ratai yang merupakan anak teluk dari teluk yang lebih besar yaitu Teluk Lampung
yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda. Secara geografis pantai ini terletak pada
koordinat 105°13’30” BT dan 05°35’10” LS
2.2 Ekosistem Sungai
Sungai merupakan salah satu sumber air tawar yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Antara sungai, ekosistem lentik, ekosistem lotik, dan ekosistem lahan basah
saling berhubungan. Di permukaan bumi ini habitat air tawar relatif sangat kecil
dibandingkan dengan habitat lautan dan daratan, tetapi arti pentingnya dalam kehidupan
manusia sangatlah besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Merupakan sumber yang mudah didapat dan murah untuk keperluan rumah tangga
dan industri.
b. Komponen air tawar merupakan leher botol (bottle neck) dalam siklus hidrologi.
c. Ekosistem air tawar bersama-sama dengan estuari merupakan sistem yang paling
mudah dan termurah untuk pembuangan limbah tertier.
Sungai memiliki sifat yang unik diantaranya adalah sifat termal, yaitu dapat mengurangi
perubahan suhu sehingga perubahan suhu dalam air terjadi sangat lambat daripada di
udara. Sifat lain adalah oada kontinum sungai terjadi perubahan secara longitudinal dalam
metabolisme komunitas, keragaman biotik dan ukuran partikel dari badan sungai ke muara
sungai.
Sungai merupakan salah satu sumber air tawar yang penting dalam kehidupan. Manfaat
sungai antara lain adalah sebagai tempat budidaya ikan, tempat rekreasi, untuk pengairan
dan lain-lain. Sungai juga memiliki peranan penting bagi binatang dan tumbuhan yang
terdapat di dalam perairan tersebut. Eksploitasi terhadap biota perairan yang terdapat di
dalam sungai secara berlebihan dapat mengganggu kesimbangan ekosostem sungai.
Kualitas dari sungai itu sendiri sangat ditentukan oleh faktor-faktor pembatasnya seperti
suhu, pH, alkalinitas, CO2 , DO, kecepatan arus, densitas plankton, dan diversitas
plankton.
Pembangunan yang semakin pesat ternyata juga memberikan dampak negatif terhadap
kelestarian sungai. Seperti penebangan hutan secara liar menyebabkan air hujan yang
turun tidak diserap dengan sempurna oleh tanah, sehingga seringkali mengikis permukaan
tanah dan mengalir bersama aliran sungai yang akhirnya aliran sungai bermuara di danau
dan dapat menimbulkan pengendapan lumpur dan pendangkalan danau. Jadi antara air
sungai dan danau merupakan dua ekosistem air tawar yang sangat erat kaitannya. Limbah
dari industri yang dibuang ke sungai, mengakibatkan sungai menjadi tercemar oleh bahan-
bahan tercemar yang menyebabkan pertumbuhan gulma air yang sangat cepat yang dapat
mengganggu biota perairan, karena biota air akan semakin sulit mendapatkan oksigen.
Ekosistem sungai merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik
(fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan saling
berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari
komponen-komponen tersebut (misalnya perubahan nilai parameter fisika-kimia perairan),
maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya (misalnya perubahan
kualitatif dan kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi
keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam
keseimbangannya.
Sungai merupakan perairan yang mengalir (lotik), oleh karena itu sungai memiliki arus
yang berbeda-beda di setiap tempatnya. Dan di setiap aliran memilki organisme yang
berbeda pula. Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang
menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di bagian hulu dan kemudian
mengarah ke hilir.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Sungai :
Faktor Fisika
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme
baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju
pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan
budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)
(Kordi dan Andi, 2009).
Suhu merupakan salah satu factor pembatas terhadap ikan-ikan atau biota akuatik. Suhu
dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan berperan secara langsung atau tidak
langsung bersama dengan komponen kualitas lainnya mempengaruhi kualitas akuatik.
Temperature air mengendalikan spawing dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu
atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan menyebababkan air menjadi panas
atau dingin sekali secara mendadak . temperature juga mempengaruhi berbagai macam
reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik (Souisa, 2009).
Faktor kecerahan ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi
memenuhi berarti cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang
tinggi pula (Dedi, 2003).
Faktor Kimia
Oksigen adalah salah satu unsure kimia penunjang utama kehidupan. Dalam air laut,
oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan untuk
mengurangi zat organic oleh mikroorgfanisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu perairan
akan menyebabkan organism dalam perairan tersebut tidak akan hidup dalam waktu yang
lama. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga kelestarian kehidupan dalam laut
adalah dengan cara memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut (Hutagalung et-
al,1985).
Menurut Susanto (2002), suatu limbah yang mengandung beban pencemar masuk ke
lingkungan perairan dapat menyebabkan perubhan kualitas air. Salah satu efeknya adalah
menurunnya kadar oksigen terlarut yang berpengaruh terhadap fungsi fisiologis organisme
akuatik. Air limbah memungkinkan mengandung mikroorganisme patogen atau bahan
kimia beracun berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar ke
lingkungan.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad
renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya.
Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai
akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang.
Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya
perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph
7,5 – 8,7 (Kordi dan Andi,2009).
Faktor Biologi
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat
hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu
perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya
seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami
terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
Air dari alam atau natural water secara foundamental akan berbeda kondisinya dengan air
dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang menggunakan akuarium atau bak,
berdasarkan sifat kimia maupun biologi. Jumlah ikan ditempat budidaya umumnya jauh
lebih banyak dibandingkan jumlah air. Akibatnya, material hasil metrabolisme yang
dikeluarkan ikan tidak dapat mengurai seimbang. Artinya, waktu penguraian metabolit
secara alami tidak mencukupi karena jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air tidak
dapat atau sulit kembali menjadi baik dan cenderung menghasilkan substannsi atau bahan
metabolit yang berbahaya bagi ikan (Lesmana,2001).
Untuk melengkapi kekurangan pendekatan fisika kimiawi dapat dilakukan dengan
memberdayakan komunitas makroinvertebrata, yaitu hewan – hewan yang tidak
mempunyai tulang belakang dan berukuran relatif tidak bergerak mempnyai siklus hidup
yang panjang dan mempunayai keanekaragaman tinggi yan tersebar di hulu sampai di hilir
sungai. Ditemukan suatu kelompok mikroinvertebrata mencerminkan kondisi air sungai
apakah masih baik (tidak mengalami pencemaran organik tertentu), atau telah mengalami
pencemaran organik terlarut atau telah mengganggu (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).
2.3 Ekosistem Pantai
Pengertian Pantai
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan. Bentuk-bentuk
pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses yang ada di wilayah
tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan karena
adanya gelombang, arus dan angin yang berlangsung secara terus menerus sehingga
membentuk daerah pantai.
Pesisir adalah wilayah antara batas pasang tertinggi hingga batas air laut yang terendah
pada saat surut. Pesisir dipengaruhi oleh gelombang air laut. Pesisir juga merupakan zona
yang menjadi tempat pengendapan hasil pengikisan air laut dan merupakan bagian dari
pantai.
Ekosistem Pantai
Ekosistem Pantai merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut
dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai,
sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan
sebagainya.
Perairan wilayah pantai merupakan salah satu ekosistem yang sangat produktif di perairan
laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik dan unik, karena pada
mintakat ini terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal daratan, perairan laut dan
udara. Kekuatan dari darat dapat berwujud air dan sedimen yang terangkut sungai dan
masuk ke perairan pesisir, dan kekuatan dari batuan pembentuk tebing pantainya.
Kekuatan dari darat ini sangat beraneka. Sedang kekuatan yang berasal dari perairan
dapat berwujud tenaga gelombang, pasang surut dan arus, sedangkan yang berasal dari
udara berupa angin yang mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai, suhu
udara dan curah hujan (Davies, 1972 in Soetikno, 1993).
Hutan Mangrove adalah salah satu contoh ekosistem di daerah pantai. Di daerah hutan
mangrove hidup berbagai jenis hewan seperti kera, kepiting, ular dan udang. Hutan
mangrove dapat berfungsi menahan abrasi air laut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Siang :
hari jam pos ulan
gan
bentos Parameter
suhu plan
kton
Kecera
han
T arus (s)
Rabu
28/11/
2012
13.00 4 1 Cerithium
sp
30 10 90
2 Cerithium 31 12 60
sp
3 Cerithium
sp
31 19 55
14.20 5 1 Melanoide
s punctata
29 15 45
2 Melanoide
s punctata
30 10 42
3 Kerang
lokan
28 10 45
16.00 3 1 Vexillum
vulpeculu
mv
30 30 40
2 Vexillum
vulpeculu
m
31 30 49
3 Vexillum
vulpeculu
m
31 32 52
17.00 2 1 Tellina sp 31 25 15
2 Tellina sp 31 25 17
3 Tellina sp 32 15 16
17.50 1 1 Tellina sp 31 35 30
2 Tellina sp 31 45 25
3 Tellina sp 32 30 25
Malam
hari jam pos ulangan parameter
suhu plankton T arus
(s)
Rabu,
28/11/201
20.00 1 1 32 45
2 31 40
2 3 32 40
2 1 31 45
2 31 50
3 32 40
3 1 32 30
2 31 30
3 31 35
4 1 32 50
2 32 55
3 31 52
5 1 30 30
2 29 35
3 30 30
hari jam pos ulan
gan
bentos Parameter
suhu plan
kton
Kecera
han
T arus (s)
Kamis
29/11/
2012
09.05 4 1 Cerithium
sp
30 25 50
2 Cerithium
sp
32 23 24
3 Cerithium
sp
30 22 30
09.55 5 1 Melanoide
s punctata
27 11 16
2 Melanoide
s punctata
28 7 19
3 Kerang
lokan
26 8 26
11.00 3 1 Vexillum 31 14 26
vulpeculu
mv
2 Vexillum
vulpeculu
m
31 12 25
3 Vexillum
vulpeculu
m
32 15 20
12.50 2 1 Tellina sp 32 20 28
2 Tellina sp 31 15 25
3 Tellina sp 31 10 20
13.10 1 1 Tellina sp 32 5 15
2 Tellina sp 33 2 17
3 Tellina sp 33 10 22
Data yang diperoleh didapat dari 5 pos yang sudah ditentukan. Pos pertama yang kami
kunjungi adalah pos 4 dimana pos tersebut adalah tempat ekosistem mangrove dengan
substrat berpasir. Disana kami mendapat hasil suhu 30°, 31°, 31°. Kecerahan 10,12,15
dan kecepatan arus 90 s, 60s, dan 55 s. Sedangkan bentos yang kami dapatkan mayoritas
gastropoda dengan pola ulir cangkang ke kanan.
Selanjutnya pos 5 dimana pos tersebut adalah sungai. Pada pos 5 hasil yang kami
dapatkan adalah suhu 29°, 30°, 28°. Kecerahan 15, 10,10. Kecepatan arus 45s, 42s, 45s.
Untuk bentos mayoritas adalah gastropoda dan beberapa bivalvia.
Lalu pos 3 dimana pos tersebut adalah laut dengan subsrat berbatu. Pada pos 3 hasil
yang didapat adalah suhu 30°, 31°, 31°. Kecerahan 30,30,32. Kecepatan arus
40s,49s,52s. Sedangkan untuk bentos kami temukan gastropoda dan bivalvia.
Lanjut pada pos 2, dimana pos 2 dalah laut dengan substrat berpasir. Pada pos 2 hasil
yang didapat untuk suhu 31°, 31°, 32°. Kecerahan 25,25,15. Kecepatan arus 15s,17s,16s.
Sedangkan untuk bentos antara lain gastropoda dan juga bivalvia.
Terakhir pos 1, dimana pos 1 adalah laut yang dekat ekosistem mangrove. Pada pos 1
hasil yang didapat untuk suhu 31°, 31°, 32°. Kecerahan 35,45,30. Kecepatan arus
30s,25s,25s. Sedangkan untuk bentos yang didapat adalah mayoritas gastropoda dengan
ulir cangkang ke kanan.
Praktikum dilanjutkan pada malam hari. Namun pada malam hari parameter yang kami
ukur hanya suhu, plankton dan arus. Pada pos 1 suhu yang didapat adalah 32,31,32. Arus
yang didapat 45,40,40.
Pada pos 2 suhu yang didapat adalah 31,31,32. Arus yang diperoleh adalah 45,50,40.
Pada pos 3 suhu yang didapat adalah 32,31,31. Arus yang didapat adalah 30,30,35. Pada
pos 4 suhu yang diperoleh adalah 32,32,31. Sedangkan arus yang didapat adalah
50,55,52. Pada pos 5 suhu yang didapat adalah 3029,30. Untuk arus yang didapat adalah
30,35,30.
Praktikum kami lanjutkan pada hari kamis tanggal 29 Novmber 2012. Pos yang pertama
kali kami kunjungi adalah pos 4. Hasil yang kami dapatkan untuk suhu adalah 30,32,30.
Kecerahan yang kami peroleh adalah 25,23,22. Untuk arus hasil yang didapat adalah
50,24,30.
Pada pos 5 hasil yang didapat untuk suhu adalah 27,28,26. Untuk kecerahan yang didapat
adalah 11,7,8. Sedangkan untuk arus hasil yang didapat adalah 16s,19s,26s. Pada pos 3
hasil yang didapat untuk 31,31,32. Untuk kecerahan hasil yang didapat adalah 14,12,15.
Sedangkan hasil untuk arus dalah 26,25,20. Pada pos 2 adalah hasil yang didapat untuk
suhu adalah 32,31,31. Untuk kecerahan hasil yang didapat adalah 20,15,10. Sedangkan
untuk arus hasil yang didapat adalah 28,25,20. Pada pos 1 hasil yang didapat untuk suhu
adalah 32,33,33. Untuk kecerahan hasil yang didapat adalah 5,2,10. Sedangkan hasil
yang didapat untuk kecepatan arus adalah 15,17 dan 22.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya tanpa halangan
suatu apapun.
Ucapan terima kasih terhadap dosen pembimbing dan asisten dosen yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan nya sehingga kami dapat menyelesaikan praktiku
ini. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya laporan ini.
Kami menyadari baha laporan ini jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang
membangu sangat kami butuhan untuk menjadi lebih baik lagi kedepan nya.
Bandar Lampung, 18 Desember 2012
Penulis,