rubella

10
Definisi Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-kali terdapat infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat rubela pada kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gregg di Australia pada tahun 1941. Rubela pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan menimbulkan kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubela kongenital merupakan penyakit yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas. Hingga saat ini penyakit rubela masih merupakan masalah dan terus diusahakan eliminasinya. Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan; risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu. Infeksi janin pada usia lebih muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim, abortus spontan dan kecacatan congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi bisa satu atau kombinasi dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia, glaucoma congenital, mikrosefali, meningoensefalitis, keterbelakangan mental, patent ductus arteriosus, defek septum atrium atau ventrikel jantung, purpura, hepatosplenomegali, icterus dan penyakit tulang radiolusen. Penyakit CRS yang sedang dan berat biasanya sudah dapat diketahui ketika bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan yang mengganggu organ jantung atau tuli sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa bulan bahkan hingga beberapa tahun setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus dengan ketergantungan insulin diketahui sebagai manifestasi lambat dari CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian janin bisa terjadi pada ibu yang menderita rubella tanpa gejala. Epidemiologi Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemik terjadi dengan interval 5-7 tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak serta dewasa muda. Pada manusia

Upload: fafa

Post on 07-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ILMU

TRANSCRIPT

Definisi

Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-kali terdapat infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat rubela pada kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gregg di Australia pada tahun 1941. Rubela pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan menimbulkan kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubela kongenital merupakan penyakit yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas. Hingga saat ini penyakit rubela masih merupakan masalah dan terus diusahakan eliminasinya.

Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan; risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.

Infeksi janin pada usia lebih muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim, abortus spontan dan kecacatan congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi bisa satu atau kombinasi dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia, glaucoma congenital, mikrosefali, meningoensefalitis, keterbelakangan mental, patent ductus arteriosus, defek septum atrium atau ventrikel jantung, purpura, hepatosplenomegali, icterus dan penyakit tulang radiolusen. Penyakit CRS yang sedang dan berat biasanya sudah dapat diketahui ketika bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan yang mengganggu organ jantung atau tuli sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa bulan bahkan hingga beberapa tahun setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus dengan ketergantungan insulin diketahui sebagai manifestasi lambat dari CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian janin bisa terjadi pada ibu yang menderita rubella tanpa gejala.

Epidemiologi

Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemik terjadi dengan interval 5-7 tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak serta dewasa muda. Pada manusia virus ditularkan secara oral droplet dan melalui plasenta pada infeksi kongenital. Sebelum ada vaksinasi, angka kejadian paling tinggi terdapat pada anak usia 5-14 tahun. Dewasa ini kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa muda.

Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubela pada ibu hamil selama minggu pertama kehamilan. Risiko kelainan pada fetus tertinggi (50-60%) terjadi pada bulan pertama dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat kehamilan ibu. Survei di Inggris (1970-1974) menunjukkan insidens infeksi fetus sebesar 53% dengan rubela klinis dan hanya 19% yang subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubela kongenital mengalami defek.

Etiologi

Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini sama dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin.

Virus rubela tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan manusia merupakan satu-satunya pejamu golongan vertebrata.

Cara Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi. Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi. Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam jumlah besar, sehingga menjadi sumber infeksi.

Penyebab rubella atau campak Jerman adalah virus rubella. Meski virus penyebabnya berbeda, namun rubella dan campak (rubeola) mempunyai beberapa persamaan. Rubella dan campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada kulit pada penderitanya.

Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu menular dibandingkan campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari penderitanya ke orang lain terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara yang terkontaminasi. Virus ini cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik merah pada kulit si penderita, sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut menghilang.

Namun bila seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru timbul kira-kira 14 21 hari kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses penyembuhannya sementara rubella hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering disebut campak 3 hari.

Patogenesis

Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Selanjutnya virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubela telah diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.

Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.

Patofisiologi

Periode inkubasi rata-rata 18 hari (12-23 hari). Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Rubella baik yang bersifat klinis maupun sub klinis akan bersifat sangat menular terhadap sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama fase prodromal yang berlanjut sampai satu minggu sesudah muncul gejala klinis. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.

5. Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan

Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College Obstrician and gynecologis, 1981). Rubella dapat menimbulkan abortfus, anomaly congenital dan infeksi pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)

6. Pengaruh rubella pada janin

Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat bawaan pada janin. sering dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan trimester I (30 50%). Anggota tubuh anak yang bisa menderita karena rubella :

a. Mata (katarak, glaucoma, mikroftalmia)

b. Jantung (duktus arteriosus persisten, stenosis fulmonalis, septum terbuka)

c. Alat pendengaran (tuli)

d. Susunan syaraf pusat (meningoesefalitis, kebodohan)

Dapat pula terjadihambatan pertumbuhan intra uterin. kelainan hematologgik (termasuk trombositopenia dan anemia), hepotosplenomegalia dan ikterus, pneumonitis interfisialis kronika difusa dan kelainan kromosom. Selain itu bayi dengan rubella bawaan selama beberapa bulan merupakan sumber infeksi bagi anak-anak dan orang dewasa lain.

Manifestasi Klinis

a. Masa inkubasi

Masa inkubasi berkisar 14 21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.

b. Masa prodromal

Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai gejala dan tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada konjungtiva, rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda Forschheimer, yaitu makula atau petekiia pada palatum molle. Pembesaran kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar suboksipital, postaurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.

c. Masa eksantema

Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubela terjadi tanpa eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi posteksantematik.

Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari.

Pada penyakit rubela yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekerja seperti biasa pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata, rasa gatal selama 7-10 hari

Diagnosis Banding

Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai rubela adalah :

a.Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa dan Pityriasis rosea

b.Penyakit bakteri : scarlet fever (Skarlatina).

c.Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan diuretik tiazid.

Bercak erupsi rubela yang berkonfluensi sulit dibedakan dari morbili, kecuali bila ditemukan bercak koplik yang karakteristik untuk morbili. Erupsi rubela cepat menghilang sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama.

Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna lebih gelap diatasnya, perlu dibedakan dari scarlet fever. Tidak seperti scarlet fever, pada rubela daerah perioral terkena.

Erupsi pada infeksi mononukleosis dapat menyerupai rubela derajat berat, namun penyakit itu dimulai dengan difteroid atau Plaut-Vincent-like tonsilitis, demam lebih tinggi, pembesaran kelenjar getah bening umum serta pembesaran hepar dan limpa.

Pada sifilis stadium dua ditemukan juga eksantema yang menyerupai rubela, disertai pembesaran kelenjar getah bening umum, kadang-kadang perlu pemeriksaan serologik untuk sifilis.

Erupsi obat menyerupai rubela yang dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening disebabkan terutama oleh senyawa hidantoin. Pada kasus yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan hemogram dan serologik.

Diagnosis

Diagnosis rubella tidak selalu mudah karena gejala-gejala kliniknya hampir sama dengan penyakit lain. Kadang tidak jelas atau tidak ada sama sekali. Virus pada rubella sering mencapai dan merujuk embrio dan fetus. virus pada rubella sering mencapai dan merujuk embrio dan fetus. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan isolasi virus atau ditemukannya kenaikan tetes anti rubella dalam serum. Lebih dari 50% kasus infeksi rubella pada ibu hamil bersifat subklinis/tanpa gejala sehingga sering tidak disadari. Karena dapat berdampak negatif bagi janin yang dikandungnya

Diagnosis klinis sering kali sukar dibuat untuk seorang penderita oleh karena tidak ada tanda atau gejala yang patognomik untuk rubela. Seperti dengan penyakit eksantema lainnya, diagnosis dapat dibuat dengan anamnesis yang cermat. Rubela merupakan penyakit yang epidemik sehingga bila diselidiki dengan cermat, dapat ditemukan kasus kontak atau kasus lain di dalam lingkungan penderita.sifat demam dapat membantu dalam menegakkan diagnosis, oleh karena demam pada rubela jarang sekali di atas 38,5C.

Pada infeksi tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi eritema difus pada muka dan badan serta artralgia pada tangan penderita dewasa merupakan petunjuk diagnosis rubela.

Perubahan hematologik hanya sedikit membantu penegakan diagnosis. Peningkatan sel plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terdapat leukopenia pada awal penyakit yang dengan segera segera diikuti limfositosis relatif. Sering terjadi penurunan ringan jumlah trombosit.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologik yaitu adanya peningkatan titer anibodi 4 kali pada hemaglutination inhibition test (HAIR) atau ditemukannya antibodi Ig M yang spesifik untuk rubela. Titer antibodi mulai meningkat 24-48 jam setelah permulaan erupsi dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. selain pada infeksi primer, antibodi Ig M spesifik rubela dapat ditemukan pula pada reinfeksi. Dalam hal ini adanya antibodi Ig M spesifik rubela harus di interpretasi dengan hati-hati. Suatu penelitian telah menunjukkan bahwa telah tejadi reaktivitas spesifik terhadapp rubela dari sera yang dikoleksi, setelah kena infeksi virus lain.

Membedakan rubella dengan campak (q.v.), demam scarlet (lihat infeksi Streptokokus) dan penyakit ruam lainnya (misalnya infeksi eritema dan eksantema subitum) perlu dilakukan karena gejalanya sangat mirip. Ruam makuler dan makulopapuler juga terjadi pada sekitar 1-5% penderita dengan infeksi mononucleosis (terutama jika diberikan ampisilin), juga pada infeksi dengan enterovirus tertentu dan sesudah mendapat obat tertentu.

Diangosa klinis rubella kadang tidak akurat. Konfirmasi laboratorium hanya bisa dipercaya untuk infeksi akut. Infeksi rubella dapat dipastikan dengan adanya peningkatan signifikan titer antibodi fase akut dan konvalesens dengan tes ELISA, HAI, pasif HA atau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella sedang terjadi.

Sera sebaiknya dikumpulkan secepat mungkin (dalam kurun waktu 7-10 hari) sesudah onset penyakit dan pengambilan berikutnya setidaknya 7-14 hari (lebih baik 2-3 minggu) kemudian. Virus bisa diisolasi dari faring 1 minggu sebelum dan hingga 2 minggu sesudah timbul ruam. Virus bisa ditemukan dari contoh darah, urin dan tinja. Namun isolasi virus adalah prosedur panjang yang membutuhkan waktu sekitar 10-14 hari. Diagnosa dari CRS pada bayi baru lahir dipastikan dengan ditemukan adanya antibodi IgM spesifik pada spesimen tunggal, dengan titer antibodi spesifik terhadap rubella diluar waktu yang diperkirakan titer antibodi maternal IgG masih ada, atau melalui isolasi virus yang mungkin berkembang biak pada tenggorokan dan urin paling tidak selama 1 tahun. Virus juga bisa dideteksi dari katarak kongenital hingga bayi berumur 3 tahun

Komplikasi

Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.

Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria dewasa kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa menyebabkan keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi infeksi telinga (otitis media).

Pengobatan

Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simtomatis. Adamantanamin hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang menderita rubela kongenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan dengan hasil yang terbatas.

Pencegahan

Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang diberikan dengan dosis besar (0,25 0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan. Efektivitas globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya tergantung pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasI, kecuali pada wanita hamil nonimun.

Sejak tahun 1979 vaksin virus hidup RA 27/3 (fibroblas paru embrional manusia deretan WI-38) telah digunakan hanya pada imunisasi aktif terhadap rubella di Amerika Serikat. Vaksin RA 27/3 mempunyai banyak manfaat melebihi vaksin rubela lain yang dahulu digunakan karena ia menghasilkan antibodi nasofaring dan berbagai variasi antibodi serum, memberikan proteksi yang lebih baik terhadap reinfeksi, dan sangat lebih menyerupai proteksi yang diberikan oleh infeksi alamiah. Vaksin sensitif terhadap panas dan cahaya; karenanya vaksin harus disimpan dalam lemari es pada suhu 4 dan digunakan sesegera vaksin ini dilarutkan kembali. Vaksin diberikan sebagai satu injeksi subkutan.

Antibodi berkembang pada sekitar 98% dari mereka yang divaksinasi. Walaupun mungkin virus menetap, terutama pada nasofaring, dan pelepasan terjadi dari 18-25 hari sesudah vaksinasi, penularan nampaknya tidak merupakan masalah.

Lama persistensi antibodi rubela pasca vaksinasi dengan RA 27/3 tidak tentu tetapi mungkin seumur hidup. Cara-cara pencegahan adalah paling penting untuk perlindungan janin. Vaksinasi ini terutama penting sehingga wanita mempunyai imunitas terhadap rubela sebelum mencapai usia subur, dengan penularan penyakit alamiah atau dengan imunisasi aktif. Status imun dapat dievaluasi dengan uji serologis yang tepat.

Program vaksinasi rubela di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi semua laki-laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubela (measles-mumps-rubela /MMR). Imunisasi rubela harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan rentan pada setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan bahwa mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil memecahkan siklus epidemi rubela yang basa di Amerika Serikat dan menurunkan insiden sindrom rubella kongenital yang dilaporkanpada hanya 20 kasus pada tahun 1994. Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan persentase wanita usia subur yang rentan terhadap rubella. Semua orang rentan terhadap infeksi virus rubella setelah kekebalan pasif yang didapat melalui plasenta dari ibu hilang. Imunitas aktif didapat melalui infeksi alami atau setelah mendapat imunisasi; kekebalan yang didapat biasanya permanent sesudah infeksi alami dan sesudah imunisasi diperkirakan kekebalan juga akan berlangsung lama, bisa seumur hidup, namun hal ini tergantung juga pada tingkat endemisitas. Di AS, sekitar 10% dari penduduk tetap rentan. Bayi yang lahir dari ibu yang imun biasanya terlindungi selama 6-9 bulan,tergantung dari kadar antibodi ibu yang didapat secara pasif melalui plasenta.

a. Untuk perlindungan terhadap serangan virus rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps Mrasies Rubella). vaksin rubella dapat diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya sudah berkembang yaitu pada usia 12 18 bulan. Bila pada usia tersebut belum diberikan, vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. sedangkan vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan di anjurkan pada usia 10 12 tahun atau 12 18 tahun (sebelum pubertas). Infeksi rubella, pada umumnya merupakan penyakit ringan.

b. vaksin rubella tidak boleh diberikan pada ibu hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindron rubella kongenital. oleh karena itu, sebelum hamil pastikan bahwa anda telah memiliki kekebalan terhadap virus rubella dengan melakukan pemeriksaan anti rubella IgG dan anti rubella Ig M.

1) Jika hasil keduanya nagatif, sebaiknya anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi.

2) Jika anti rubella IgG saja yang positif, atau anti rubella IgM dan anti rubella- IgG positif, dokter akan menyarankan anda untuk menunda kehamilan.

3) Jika anti rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah terinfeksi dan anti bodi yang terdapat dalam tubuh anda dapat melindungi dari serangan virus rubella. Bila Anda hamil , bayi anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital. bila anda sedanghamil dan belum mengetahui apakah tubuh anda telah terlindungi dari infeksi Rubella, maka anda di anjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgG : jika anda telah memiliki kekebalan( Anti- Rubella IgG ), berarti janin adapun terlindungi dari ancaman virus rubella.

Jika belum memiliki kekebalan (Anti Rubella IgG dan Anti Rubella IgG positif),, maka :

- Sebaiknya anda rutin kontrol ke dokter

- Tetap menjaga kesehatan dan tingkatan daya tubuh

- Menghindari orang yang dicurigai terinfeksi rubellamaka deteksi infeksi rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi rubella sngat penting. ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti rubella IgG pada contoh darah dari ibu hamil. Sedangkan untuk memastikan apakah janin terinfeksi / tidak maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan teknik PCR (Polymerose Chain reaction).

- Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban ( cairan amnion) / darah janin. Pengambilan ampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan diatas 22 minggu.

- Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu dipertimbangkan. setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8% dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.

Prognosis

Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubela kongenital bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik.