kasus rubella
TRANSCRIPT
STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK FK TRISAKTI
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
Nama Mahasiswa : Erika Pratami Pembimbing : Prof.dr.H. Muzief M, Sp.A
NIM : 030.07.083 Tanda Tangan :
I.IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An.E Jenis kelamin : Laki-laki
No. Rekam Medik : 08xxxx Umur : 13 tahun
Suku bangsa : Jawa Agama : Islam
Tempat / tanggal lahir : Jakarta/3 Juni 1999
Alamat : Jalan Durian Jaya no.61 RT 08/RW 05 Mampang Kuningan
Barat
Orang Tua / Wali
Ayah : Ibu :
Nama : Tn. S Nama : Ny.Y
Agama: Islam Agama: Islam
Alamat: Jln. Durian Jaya no.61 Alamat: Jln. Durian Jaya no.61
RT08/RW 05 Mampang RT08/RW 05 Mampang
Kuningan Barat Kuningan Barat
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : Rp. + 4.00.000/bulan Penghasilan : Rp. 0 /hari
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung.
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan Ny. Y (ibu kandung pasien)
Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 613
Tanggal / waktu : 11 Juli 2012, pukul 06.30 WIB
1
a. Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan
Mual, muntah, batuk, tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, lemas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dibawa ke IGD RS Budi Asih dengan
keluhan utama demam sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus tanpa
menggigil ataupun berkeringat, suhu tidak pernah diukur hanya teraba hangat dengan
perabaan tangan dan pasien tidak dikompres selama demam. Keluhan disertai dengan
badan lemas, mual dan muntah tiap kali makan sebanyak 3 x/hari cair berisi air dan
makanan yang dimakan sebelumnya, batuk kering, nyeri tenggorokan yang dirasakan
terus menerus baik saat pasien makan maupun minum, nyeri kepala. Selama sakit, pasien
tidak nafsu makan, pasien hanya makan 4-5 sendok tiap kali makan. 4 hari SMRS, pasien
dibawa berobat ke klinik mendapat dua macam obat tablet yang diminum 3 x sehari,
namun keluhan tidak membaik. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Keluhan pilek, kejang,
mimisan, keluar cairan dari telinga, nyeri saat BAK, riwayat berpergian ke luar kota
disangkal oleh pasien.
d. Riwayat Penyakit dahulu
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteria - Jantung -
Cacingan - Diare - Ginjal -
Demam
Berdarah- Kejang - Darah -
Demam
Thypoid- Kecelakaan - Radang paru -
Otitis - Morbili - Tuberkulosis -
Parotitis - Operasi - Lainnya -
Kesan : Pasien tidak pernah sakit sebelumnya
2
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kedua orangtua pasien tidak sedang menderita keluhan yang sama seperti pasien.
f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
KEHAMILAN Morbiditas kehamilanSaat hamil ibu os sehat dan
tidak pernah sakit
Perawatan antenatalsering periksa ke bidan 2
bulan 1x, suntik TT (+) 2x
KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah sakit
Penolong persalinan Dokter
Cara persalinan Spontan
Masa gestasi Cukup bulan (38 minggu)
Keadaan bayi
Berat lahir : 3500 gram
Panjang lahir : ibu os lupa
Lingkar kepala : tidak tahu
Langsung menangis (+)
Kulit kemerahan (+)
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesan : Riwayat selama masa kehamilan baik, lahir spontan
g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Pertumbuhan gigi I : Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap : Umur 3 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 9 bulan (Normal: 9-12 bulan)
3
Berjalan : Umur 10 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Baca tulis : Umur 5 tahun
Perkembangan pubertas
Ranbut Pubis :
Payudara : -
Menarche : -
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Kesan : Riwayat tumbuh kembang pasien baik.
h. Riwayat Makanan :
Umur
(bulan
)
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2 + - - -
2 – 4 + - - -
4 – 6 + - - -
6 – 8 + - - -
8 – 10 PASI + + -
10 – 12 PASI + + +
Umur > 1 Tahun
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi/Pengganti 3x/hari, satu piring besar
Sayur 2x/hari, satu piring kecil
4
Daging 4x/minggu, 1 potong/kali makan
Telur 2x/minggu, 1butir
Ikan 3x/minggu, 1 potong/ kali makan
Tahu 5x/minggu., 1 potong/ kali makan
Tempe 3x/minggu., 1 potong / kali makan
Susu (merk/takaran) Frisian Flag, 1 gelas/hari
Lain-lain Jajanan kaki lima
Kesimpulan: Tidak ada kesulitan makan, riwayat makanan baik
i. Riwayat Imunisasi :
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 1 bulan - - - - -
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan - - -
Campak 9 bulan - - - - -
Hepatitis B 1 bulan 2 bulan 8 bulan - - -
MMR - - - - - -
TIPA - - - - - -
Kesan: Berdasarkan keterangan ibu pasien, riwayat imunisasi wajib pasien lengkap.
Tidak pernah dilakukan imunisasi ulangan maupun imunisasi tambahan
lainnya.
5
j. Riwayat Keluarga (corak reproduksi)
1. Corak Reproduksi
No
Tanggal
Lahir
(umur)
Jenis
KelaminHidup
Lahir
MatiAbortus
Mati
(Sebab)
Keterangan
Kesehatan
1 02091990 Laki-laki (√) - - - Sehat
2 03061998 Laki-laki (√) - - - Pasien
2. Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu
Nama Tn. S Ny. Y
Perkawinan ke- Satu Satu
Umur saat menikah 26 Tahun 24 tahun
Pendidikan terakhir SMK SMK
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -
Kesan: Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ibu pasien tidak pernah mengalami
keguguran atau lahir mati. Kedua orang tua dan saudara pasien sehat.
3. Riwayat Keluarga Orang Tua Pasien
Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal,
penyakit hati, batuk lama maupun keganasan dalam keluarga.
4. Riwayat Anggota Keluarga Lain yang Serumah
Kedua orang tua pasien dan saudara pasien berada dalam keadaan sehat.
6
k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi
Perumahan : Rumah sendiri
Keadaan rumah : Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Rumah terdiri dari 3
kamar tidur, ruang tamu, dapur serta kamar mandi. Terdapat
ventilasi berukuran 1 x 1 m dan jendela yang dibuka setiap
hari pada tiap ruangan. Sumber air untuk keperluan MCK
diperoleh dari PAM. Sumber air minum diperoleh dari aqua
galon.
Daerah lingkungan : Rumah terletak di daerah cukup padat penduduk.
Kesimpulan keadaan lingkungan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien baik
III.PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 11 Juli 2012 pukul 07.00 WIB
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Kulit : Sawo matang, anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban
cukup, tidak ada efloresensi yang bermakna.
Data Antropometri
Berat Badan : 43 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Lingkar Kepala : 52 cm (antara -2 SD dan +2 SD)
Status Gizi
BB/U : (43/47) x 100 % = 91,48 % à Gizi baik
TB/U : (155/156) x 100 % = 99,35 % à TB normal kesan : gizi baik
BB/TB: (43/45) x 100 % = 95,55% à Gizi baik
7
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit, kuat, reguler, isi cukup, ekual kanan kiri
Suhu : 38,3 °C
Pernapasan : 24x/menit
Kepala dan Leher
Kepala : Normosefali,
Rambut : warna hitam, tebal, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata
Visus : Tidak dinilai Bercak bitot : -/-
Ptosis : -/- Sklera ikterik : -/-
Lagofthalmus : -/- Konjungtiva anemis : -/-
Exophthalmus : -/- Konjungtiva hiperemis: -/-
Strabismus : -/- Kornea jernih : +/+
Nistagmus : -/- Lensa jernih : +/+
Refleks cahaya : Langsung +/+ Pupil : Bulat, isokor
Tidak langsung +/+ Mata cekung : -/-
Hidung
Bentuk : Simetris Konka eutrofi : +/+
Napas cuping hidung : - Sekret : -/-
Deviasi septum : - Mukosa hiperemis : -/-
Telinga
Bentuk : Normotia Tuli : -
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : +/+, minimal Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/-
Mulut
8
Bibir : simetris saat diam, mukosa kering, pucat (-), keilosis (-), sianosis (-)
Trismus : -
Halitosis : tidak khas
Langit-langit : sulit dinilai
Mukosa : merah muda, bercak koplik (-), Forschheimer spot (-)
Sianosis : -
Gigi geligi : karies (-)
Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-), tremor (-)
Lain-lain : hipersalivasi (-)
Uvula : Letak di tengah
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis, kripta -/-, detritus -/-
Tenggorokan : Faring hiperemis
Leher : Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar limfe : teraba membesar (retroaurikuler) nyeri tekan (+)
Thorax
Paru
Inspeksi Bentuk dada normal, simetris saat statis dan dinamis,tipe
abdomino-thorakal, retraksi (-)
Palpasi Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris sama kuat
Perkusi Sonor di semua lapang paru
Auskultasi Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tampak pada sela iga 5 1 cm medial garis
midklavikularis kiri
Palpasi Ictus cordis teraba pada sela iga 5 1 cm medial garis
midklavikularis kiri, thrill (-)
Perkusi Jantung dalam batas normal
Auskultasi SISII reguler, murmur (-), gallop (-)
9
Abdomen
Inspeksi Datar, efloresensi (-), hernia umbilikalis (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan sulit dinilai, defense muskular (-),
hepar/lien tidak teraba membesar, turgor kulit baik
Perkusi Timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi BU (+) 3x/menit
Genitalia : Jenis kelamin Laki-laki, sudah dikhitan, OUE (+), tanda-tanda radang (-),ulkus (-)
sekret (-), fimosis (-), parafimosis (-)
Ekstremitas: Akral hangat, spastisitas (-), sianosis (-), parese (-), paralisis (-), efloresensi (-)
Rumple Leed : -
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil pemeriksaan pada tanggal 10 Juli 2012:
JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 14,7 g/dL 11,8-15 g/dL
Hematokrit 44 % 40 – 52 %
Leukosit 5,3 rb /uL 4,5-13 rb/ul
Trombosit 193 rb/uL 156 -406 /uL
Imunoserologi Thypoid Fever
S typhi O 1/80 Negatif
S typhi AO Negatif Negatif
S typhi BO Negatif Negatif
S typhi CO Negatif Negatif
10
S typhi H Negatif Negatif
S typhi AH Negatif Negatif
S typhi BH Negatif Negatif
S typhi CH Negatif Negatif
V. RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dibawa ke IGD RS Budi Asih dengan keluhan
keluhan utama demam sejak 4 hari SMRS yang dirasakan terus menerus teraba hangat
dengan perabaan tangan tanpa menggigil maupun berkeringat. Keluhan disertai dengan
badan lemas, mual dan muntah tiap kali makan, batuk kering dan nyeri tenggorokan yang
Selama sakit, pasien hanya makan 4-5 sendok tiap kali makan. 4 hari SMRS, pasien
dibawa berobat ke klinik namun keluhan tidak membaik.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik compos mentis, tampak sakit
ringan, suhu 38,3 oC, mukosa bibir kering, faring hiperemis, KGB retroaurikuler teraba
membesar dengan nyeri tekan. Hasil pemeriksaan didapatkan peningkatan titer serologi
S. typhi O 1/80.
VI. DIAGNOSIS BANDING
Influenza
Demam tifoid
Campak
Rubela
Hepatitis akut
VII. DIAGNOSIS KERJA
Influenza (dengan intake sulit)
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
11
Darah rutin
Tes fungsi hepar (SGOT, SGPT, albumin, globulin, bilirubin)
Feses lengkap
Urin lengkap
Tubex tifoid
Serologi rubella dan campak
IX. TERAPI
Tirah baring
IVFD RL 2 cc/kgBB/jam
Paracetamol 250 mg 4 x 1
X. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanasionam : ad bonam
12
FOLLOW UP
11 April 2012
11 Juli 2012 12 Juli 2012 13 Juli 2012S Demam (+)
Mual (+) Muntah (+) tiap kali makan isi air dan makanan
yang dimakan Batuk kering (+) Nyeri tenggorokan (+) Nyeri kepala (+) Mencret 1 x warna kuning ampas > air, lendir (+),
darah (-) BAK 2 x warna kuning jernih Nafsu makan (-) makan hanya 3 sendok Minum sedikit (500cc/24 jam)
Demam (-) Mual (-) Muntah Batuk kering (+) berkurang Nyeri tenggorokan (-) Nyeri kepala (-) Mencret 1 x warna kuning ampas > air, lendir (+),
darah (-) BAK 1 x warna kuning jernih Nafsu makan (+) Minum sedikit (+) Ruam (+) (makulopapular) yang muncul pertama
kali di belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, leher dan keempat ekstremitas
Gatal (+)
Demam (-) Mual (-) Muntah Batuk kering (-) Nyeri tenggorokan (-) Nyeri kepala (-) Mencret 1 x warna kuning ampas > air, lendir (+),
darah (-) BAK 3 x warna kuning jernih Nafsu makan (+) Ruam (+) (makulopapular) pada keempat
ekstremitas Gatal (-)
O KU : Tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis BB : 41 kg Tanda Vital
TD : 120/70 mmHg Nadi : 100 x/menit Suhu : 38,2 °C
Laju Nafas : 20 x/m Kulit : ruam (-) Kepala : normosefali Wajah : ruam (-) Mata : CA -/-, SI -/- Telinga : sekret -/-, Hidung : sekret -/- Tenggorokan : faring hiperemis Mulut : mukosa lembab, pucat (-), bercak
koplik (-), Forschheimer spot (-) Leher : KGB retroaurikuler teraba
KU : Tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis BB : 41 kg Tanda Vital
TD : 100/70 mmHg Nadi : 92 x/menit Suhu : 36,2 °C Laju Nafas : 20 x/m Kulit : ruam makulopapular (+),
hiperpigmentasi (-)deskuamasi(-) Kepala : normosefali Wajah : ruam(+) hiperpigmentasi (-)
deskuamasi (-) Mata : CA -/-, SI -/- Telinga : sekret -/-, Hidung : sekret -/- Tenggorokan : faring hiperemis Mulut : mukosa lembab, pucat (-), bercak
koplik (-), Forschheimer spot (-)
KU : Tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis BB : 41 kg Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/menit Suhu : 36 °C
Laju Nafas : 24 x/m Kulit : ruam makulopapular (+), hiperpigmentasi(-)deskuamasi (-) Kepala : normosefali Wajah : ruam (-)hiperpigmentasi (-)
deskuamasi (-) Mata : CA -/-, SI -/- Telinga : sekret -/- Hidung : sekret -/- Tenggorokan : faring hiperemis Mulut : mukosa lembab, pucat (-), bercak
koplik (-), Forschheimer spot (-)13
membesar nyeri tekan (+) dan tiroid dalam batas normal
Paru : ruam (-) suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen : supel, datar, BU (+) 3x/menit, organomegali (-) Ekstremitas : akral hangat, edema (-), ruam (-) Genitalia : tanda radang (-)
Leher : ruam makulopapular (+) hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-),KGB retroaurikuler teraba membesar nyeri tekan (+) dan tiroid dalam batas normal
Paru : ruam makulopapular (+) hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-), suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/- Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-),gallop(-) Abdomen : supel datar,ruam makulopapula(-)
hiperpigmentasi (-) deskuamasi(-), BU (+) 3x/menit, organomegali (-) Ekstremitas : akral hangat, edema (-), ruam (+)
makulopapular, hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-)
Genitalia : tanda radang (-)
Leher : ruam makulopapular (-) hiperpigmentasi(-)deskuamasi (- KGB retroaurikuler teraba membesar nyeri tekan
(+) dan tiroid dalam batas normal Paru : ruam makulopapular (-) hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-), suara nafas vesikuler, ronki -/-,
wheezing -/- Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop(-) Abdomen : supel datar,ruam makulopapula(-)
hiperpigmentasi (-) deskuamasi(-), BU (+) 3x/menit, organomegali (-) Ekstremitas : akral hangat, edema (-), ruam (+) hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-) Genitalia : tanda radang (-)
Urin lengkap
Warna KuningKejernihan Agak keruhKeton +4Berat jenis 1020Urobilinogen 1.0Darah +1Glukosa -Bilirubin -pH 6.0Albumin -Nitrit -Esterase leukosit -Sedimen urinLekosit 2-4 /LPBEritrosit 1-2/LPBEpitel -Silinder -Kristal -
Darah Lengkap
Hb 14,2 g/dLHt 40%Leukosit 5,7 ribu/uLTrombosit 170 ribu/uLEritrosit 5,1 juta/uLLED 3 mm/jamHitung jenisBasofilEosinofilBatang Segmen LimfositMonosit
0 %1 %3 %30 %58 %8 %
14
Bakteri -Jamur -
Feses RutinWarna CoklatKonsistensi Lunak Lendir -Darah -Leukosit -Eritrosit -Amoeba coli -Amoeba histolitika
-
Telur cacing -Lemak -Amilum -Serat -Sel ragi -
Kesan : dehidrasiA Influenza DD : Rubella
Campak Scarlet FeverDx : Rubella
Rubella
P Tirah baring IVFD RL 2 cc/kgBB/jam Paracetamol 250 mg 4 x 1 Diet : nasi tim
Tirah baring IVFD RL 2 cc/kgBB/jam Diet : nasi tim
Tirah baring IVFD RL 2 cc/kgBB/jam Diet : nasi tim Pasien pulang Edukasi
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
RUBELLA
(German Measles, Three-days Measles)
II.1. DEFINISI
Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak
dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran
kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang
berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-kali terdapat
infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat rubela pada
kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gregg di Australia pada tahun 1941. Rubela
pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan menimbulkan
kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubela kongenital merupakan penyakit
yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas.
Hingga saat ini penyakit rubela masih merupakan masalah dan terus diusahakan
eliminasinya.1,2
Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada
janin. Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90%
bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan;
risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan
lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.1,3
Infeksi janin pada usia lebih muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim,
abortus spontan dan kecacatan congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi
bisa satu atau kombinasi dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia,
glaucoma congenital, mikrosefali, meningoensefalitis, keterbelakangan mental, patent ductus
arteriosus, defek septum atrium atau ventrikel jantung, purpura, hepatosplenomegali, icterus
dan penyakit tulang radiolusen. Penyakit CRS yang sedang dan berat biasanya sudah dapat
diketahui ketika bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan yang mengganggu organ jantung
atau tuli sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa bulan bahkan hingga beberapa tahun
setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus dengan ketergantungan insulin diketahui sebagai
16
manifestasi lambat dari CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian janin bisa terjadi
pada ibu yang menderita rubella tanpa gejala.3
II.2. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemik terjadi dengan interval 5-7
tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak serta
dewasa muda. Pada manusia virus ditularkan secara oral droplet dan melalui plasenta pada
infeksi kongenital. Sebelum ada vaksinasi, angka kejadian paling tinggi terdapat pada anak
usia 5-14 tahun. Dewasa ini kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa muda.1,2,3
Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubela pada ibu hamil selama
minggu pertama kehamilan. Risiko kelainan pada fetus tertinggi (50-60%) terjadi pada bulan
pertama dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat kehamilan ibu. Survei di Inggris
(1970-1974) menunjukkan insidens infeksi fetus sebesar 53% dengan rubela klinis dan hanya
19% yang subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubela kongenital mengalami defek.1,3
II.3. FAKTOR RISIKO
Kondisi tubuh yang tidak baik2
Belum pernah imunisasi MMR2
II.4. ETIOLOGI
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus
dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini sama dengan
anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik berbeda. Pada
waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin.1,2,3
Virus rubela tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan manusia
merupakan satu-satunya pejamu golongan vertebrata.3
Cara Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi.
Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan
17
tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi.
Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam jumlah
besar, sehingga menjadi sumber infeksi.1,3
Penyebab rubella atau campak Jerman adalah virus rubella. Meski virus penyebabnya
berbeda, namun rubella dan campak (rubeola) mempunyai beberapa persamaan. Rubella dan
campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada kulit pada penderitanya.1,2
Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu menular dibandingkan
campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari penderitanya ke orang lain
terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara yang terkontaminasi. Virus ini
cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik
merah pada kulit si penderita, sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut
menghilang.1,2,3
Namun bila seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru
timbul kira-kira 14 – 21 hari kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses
penyembuhannya sementara rubella hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering disebut
campak 3 hari.2,3
II.5. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Selanjutnya
virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui
patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di
nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang lebih
lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubela telah diisolasi dari kelenjar getah
bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.1,2
Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi.
Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan
berlangsung hingga menghilangnya erupsi.1,2,3
18
II.6. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi
Masa inkubasi berkisar 14 – 21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi
minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.1,2
Masa prodromal
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai gejala dan
tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung
1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada
konjungtiva, rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi
timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada
beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat
lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu
enantema, tanda Forschheimer, yaitu makula atau petekiia pada palatum molle. Pembesaran
kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar
suboksipital, postaurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.1,2
Masa eksantema
Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan cepat
meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang
berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk
morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan
hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubela terjadi tanpa eksantema. Meskipun
sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi posteksantematik.1,2
Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela. Biasanya
pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakit rubela
yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekerja seperti biasa
pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata,
rasa gatal selama 7-10 hari.1,2,3
II.7. DIAGNOSIS
Diagnosis seringkali sukar untuk ditegakkan karena tidak ada tanda dan gejala khas
untuk rubella. Seperti dengan penyakit eksantema lain, diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesa yang cermat. Rubella merupakan penyakit epidemik sehingga bila diselidiki
19
dengan cermat , dapat ditemukan kasus kontak atau kasus lain di dalam lingkungan penderita.
Seifat demam dapat membantu menegakkan siagnosis, oleh karena demam pada rubella
jarang sekali di atas 38,5 °C. 1,2
Perubahan hematologi hanya sedikit membantu penegakan diagnosis. Peningkatan sel
plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terjadi leucopenia pada awal
penyakit yang kemudian diikuti dengan limfositosis relatif.1,2
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologiyaitu adanya peningkatan
titer antibody 4 kali pada HAIR (Haemaglutination Inhibition Test) atau ditemukannya
antibodi IgM spesifik untuk rubella. Titer antibodi mulai meningkat 24-48 jam setelah erupsi
timbul dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. Selain pada infeksi primer, antibody IgM
spesifik rubella dapat pula ditemukan pada reinfeksi. Pada kehamilan, 1-2 minggu setelah
timbulnya rash dapat dilakukan pemeriksaaan serologi IgM-immunoassay (dengan sampel
dari tenggorok atau urin)sebanyak 2 kali dengan selang 1-2 minggu. Bila didapatkan
kenaikan titer sebanyak 4 kali, pertimbangkan untuk dilakukan terminasi kehamilan.1
Pada neonatus, diagnosa rubella intrauterin ditegakkan bila ditemukan 2 dari 3 tanda
klinis utama (ketulian, katarak, dan atau retinopati rubella, lesi jantung congenital) serta
adanya bukti virologik dan atau serologic segera setelah lahir, atau mempunyai bukti infeksi
rubella maternal selama kehamilan1,2
II.8. DIAGNOSA BANDING
Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai rubella,
yaitu:
a. Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa, dan
pityriasis rosea1
b. Penyakit bakteri : Scarlet fever1
c. Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan
diuretik thiazid1
Bercak erupsi rubella yang berkonfluens sulit dibedakan dari morbili, kecuali bila
ditemukan bercak koplik yang patognomonik untuk morbili. Erupsi rubella cepat menghilang
sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama.1
20
Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna gelap di atasnya,
perlu dibedakan dengan Scarlet fever. Tidak seperti pada Scarlet fever, pada rubella daerah
perioral juga terkena.1
Erupsi pada infeksi mononucleosis dapat menyerupai rubella derajat berat, namun
penyakit itu dimulai dengan difteroid atau Plaut-Vincent-like tonsillitis, demam lebih tinggi,
pembesaran kelenjar getah bening umum dan pembesaran hati dan limpa.1 Erupsi obat
menyerupai rubella dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening disebabkan terutama
oleh senyawa hidantoin.1
II.9. PENATALAKSANAAN
Dilakukan pengobatan simptomatik.2,3, dianjurkan untuk:
Istirahat di ranjang dan banyak minum air1,3
Parasetamol untuk hilangkan nyeri dan demam, tetapi jangan menggunakan aspirin.
Penelitian terakhir menunjukkan hubungan antara aspirin dengan infeksi virus dan
sindrom reye.1,2,3
II.10. PENCEGAHAN
Vaksin rubella biasanya diberikan kombinasi (measles, mumps, rubella / MMR).
Semua anak-anak (dengan sedikit pengecualian) harus diberikan vaksin 2 kali:2,3
12-15 bulan
4-6 tahun (masuk sekolah) atau 11-12 tahun
Orang dengan umur 12 bulan sampai 18 tahun yang belum mendapatkan vaksin,
diberikan 2 dosis MMR (suntikan dipisahkan minimal 4 minggu). Dewasa berumur 19 tahun
atau lebih diberi 1 atau 2 dosis.2,3
Wanita yang tidak yakin telah divaksinasi harus dites. Hal ini sangat penting bila
pekerjaan meraka berisiko tinggi terinfeksi rubella, seperti pekerja kesehatan, guru, dan
pengurus anak-anak.2
21
Imunisasi dapat diberikan kepada wanita yang reproduktif. Mereka harus vaksinasi 3
bulan sebelum hamil. Vaksinasi yang diberikan memberikan perlindungan seumur hidup
terhadap infeksi rubella.1,3
II.11. KOMPLIKASI
Komplikasi relatif tidak lazim dan jarang pada anak. Pada remaja dan dewasa dapat
terjadi arthritis dan artralgia dari sendi kecil tangan, kaki, lutut, dan bahu yang berupa
pembengkakakn dan nyeri. Khususnya artralgia pada tangan timbul setelah erupsi pada
penderita dewasa, merupakan gejala klinis yang sangat menyakinkan untuk rubella. Arthritis
biasa menghilang dalam 1 bulan. Ensefalitis dapat terjadi tapi sangat jarang sekitar 1/5000
kasus. Satu minggu setelah erupsi timbul dapat terjadi purpura (purpura trombositopenik),
dapat pula terjadi epistaksis, perdarahan gusi dan saluran cerna, hematuria, ekimosis pada
palatum dan periorbita. Penyulit tersebut jarang berakibat fatal dan pasien sembuh dalam 2
minggu.1
Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria
dewasa kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga
wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa
menyebabkan keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi
infeksi telinga (otitis media).1
II.12. PROGNOSIS
Prognosis Baik (jarang penyulit) sementara untuk rubella congenital tergantung dari
beratnya infeksi.3
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SSP, Garna H, et.all. Rubella. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis
edisi keduacetakan kedua. Jakarta:Bada Penerbit IDAI.2008; hal.122-27.
2. Garna, Herry dan Heda Melinda D. Nataprawira . 2005 . Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed. 3, Hal 239-240. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
Unpad RSHS
3. McCance, Kathryn L. dan Sue E. Huether . 2006 . Pathophysiology The Biologic Basis
for Disease in Adults and Children fifth edition page 1615. Philadelphia, USA :
ELSEVIER Mosby, Inc.
23
24