ru kolisistitis interna 2003

Upload: eddy-pasangka

Post on 03-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    1/33

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat diperkirakan 20

    juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan autopsy di Amerika,

    batu kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 % pria.

    Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena

    belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan

    ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat

    operasi untuk tujuan yang lain.

    Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG, maka

    banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara dini sehingga dapat

    dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Semakin canggihnya peralatan dan semakin

    kurang invasifnya tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan moralitas.

    Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu

    menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis

    penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan

    atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).

    2.1 Defenisi

    Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini

    mungkin terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus

    choledochus (choledocholithiasis).

    Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana

    terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki

    ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada

    individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor

    resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.

    Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones,biliary calculus. Istilah kolelitiasis

    dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    2/33

    merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang

    terbentuk di dalam kandung empedu.

    Gambar 1: Batu dalam kandung empedu.

    -

    2.2 Anatomi

    Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang

    terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 10 cm. Kapasitasnya

    sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc.

    Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan

    biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar yang dimana fundus berhubungan

    dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus

    bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri.

    Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk

    bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus.

    Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus

    dan collum dengan permukaan visceral hati.

    http://bp0.blogger.com/_slaDH4_nRyc/R77Q6NroZhI/AAAAAAAAAIY/iKoXzKXoOAo/s1600-h/Kolelitiasis.JPG
  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    3/33

    Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri hepatica

    kanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah arteri

    yang sangat kecil dan vena vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.

    Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat

    collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici

    hepaticum sepanjang perjalanan arteri hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.

    Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.

    Gambar 2: Anatomi vesica fellea dan organ sekitarnya.

    2.3 Fisiologi Saluran Empedu

    Vesica fellea berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml.

    Vesica fellea mempunya kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk membantu proses

    ini, mukosanya mempunyai lipatan-lipatan permanen yang satu sama lain saling

    berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel- sel thorak yang

    membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.

    Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian

    disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris.

    Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian

    keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai

    doudenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi

    sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    4/33

    Gambar 3: Posisi anatomis dari vesica fellea dan organ sekitarnya.

    Pengosongan Kandung Empedu

    Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial kandung

    empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak kedalam

    duodenum. Lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa

    duodenum, hormon kemudian masuk kedalam darah, menyebabkan kandung

    empedu berkontraksi. Pada saat yang sama, otot polos yang terletak pada ujung

    distal duktus coledokus dan ampula relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya

    empedu yang kental ke dalam duodenum. Garam garam empedu dalam cairan

    empedu penting untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu

    pencernaan dan absorbsi lemak. Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan

    oleh dua hal yaitu:

    a) Hormonal: Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum

    akan merangsang mukosa sehingga hormon Cholecystokinin akan terlepas.

    Hormon ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung empedu.b) Neurogen:

    Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresi

    cairan lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan menyebabkan

    kontraksi dari kandung empedu.

    http://lh5.ggpht.com/_I0UHlGxoP6A/SUx-F-5tkBI/AAAAAAAAAT0/50gncbqqRrA/clip_image002%5B8%5D%5B2%5D.jpg
  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    5/33

    Rangsangan langsung dari makanan yang masuk sampai ke duodenum dan

    mengenai Sphincter Oddi. Sehingga pada keadaan dimana kandung

    empedu lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar walaupun sedikit.

    Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan neurologis maupun hormonal

    memegang peran penting dalam perkembangan inti batu.

    Komposisi Cairan Empedu

    Komponen Dari Hati Dari Kandung Empedu

    Air 97,5 gm % 95 gm %

    Garam Empedu 1,1 gm % 6 gm %

    Bilirubin 0,04 gm % 0,3 gm %

    Kolesterol 0,1 gm % 0,3 0,9 gm %

    Asam Lemak 0,12 gm % 0,3 1,2 gm %

    Lecithin 0,04 gm % 0,3 gm %

    Elektrolit - -

    a. Garam Empedu

    Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua macam

    yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.

    Fungsi garam empedu adalah:

    o Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat

    dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah

    menjadi partikel-partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.

    o

    Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitaminyang larut dalam lemak.

    Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman

    usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90 %)

    garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus

    sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat.

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    6/33

    Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga

    bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena radang atau

    reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu.

    b. Bilirubin

    Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan globin.

    Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi bilverdin

    yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat

    erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain (konjugasi)

    yaitu 80% oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah

    berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk sangat

    banyak.

    2.4 Klasifikasi

    Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di

    golongkankan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:

    a) Batu kolesterol

    Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%

    kolesterol.

    b) Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)

    Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung

    kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.

    c) Batu pigmen hitam

    Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan

    kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.

    2.5 Epidemiologi

    Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang orang

    dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak berbeda jauh dengan

    angka di negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahu 1980-an agaknya berkaitan erat

    dengan cara diagnosis dengan ultrasonografi.

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    7/33

    2.6 Etiologi/Faktor Resiko

    Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun,

    semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan

    untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain:

    a. Jenis Kelamin

    Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan

    dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap

    peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang

    menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis.

    Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan

    kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung

    empedu.

    b. Usia

    Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.

    Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis

    dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.

    c. Berat badan (BMI)

    Orang denganBody Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi

    untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar

    kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu

    serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.

    d. Makanan

    Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi

    gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan

    dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.

    e. Riwayat keluarga

    Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar

    dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.

    f. Aktifitas fisik

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    8/33

    Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya

    kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit

    berkontraksi.

    g. Penyakit usus halus

    Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease,

    diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.

    h. Nutrisi intravena jangka lama

    Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi

    untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal.

    Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung

    empedu.

    2.7 Manifestasi Klinis

    Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut

    bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga gambaran

    klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan sampai berat karena

    adanya komplikasi.

    Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang kadang-kadang disertai kolik

    bilier yang timbul menetap/konstan. Rasa nyeri kadang-kadang dijalarkan sampai di

    daerah subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia, flatulen dan lain-lain. Pada

    pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat teraba pembesaran

    kandung empedu dan tanda Murphy positif. Dapat juga timbul ikterus. Ikterus dijumpai

    pada 20 % kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar

    bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra hepatic.

    Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. Nyeri viseral

    ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient duktus sistikus oleh batu. Dengan

    istilah kolik bilier tersirat pengertian bahwa mukosa kandung empedu tidak

    memperlihatkan inflamasi akut.

    Kolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara

    30 60 menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah epigastrium. Nyeri dapat

    menjalar ke abdomen kanan, ke pundak, punggung, jarang ke abdomen kiri dan dapat

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    9/33

    menyerupai angina pektoris. Kolik bilier harus dibedakan dengan gejala dispepsia yang

    merupakan gejala umum pada banyak pasien dengan atau tanpa kolelitiasis.

    Diagnosis dan pengelolaan yang baik dan tepat dapat mencegah terjadinya

    komplikasi yang berat. Komplikasi dari batu kandung empedu antara lain kolesistitis

    akut, kolesistitis kronis, koledokolitiasis, pankreatitis, kolangitis, sirosis bilier sekunder,

    ileus batu empedu, abses hepatik dan peritonitis karena perforasi kandung empedu.

    Komplikasi tersebut akan mempersulit penanganannya dan dapat berakibat fatal.

    Sebagian besar (90 95 %) kasus kolesititis akut disertai kolelitiasis dan keadaan

    ini timbul akibat obstruksi duktus sistikus yang menyebabkan peradangan organ tersebut.

    Pasien dengan kolesistitis kronik biasanya mempunyai kolelitiasis dan telah

    sering mengalami serangan kolik bilier atau kolesistitis akut. Keadaan ini menyebabkan

    penebalan dan fibrosis kandung empedu dan pada 15 % pasien disertai penyakit lain

    seperti koledo kolitiasis, panleneatitis dan kolongitis.

    Batu kandung empedu dapat migrasi masuk ke duktus koledokus melalui duktus

    sistikus (koledokolitiasis sekunder) atau batu empedu dapat juga terbentuk di dalam

    saluran empedu (koledokolitiasis primer). Perjalanan penyakit koledokolitiasis sangat

    bervariasi dan sulit diramalkan yaitu mulai dari tanpa gejala sampai dengan timbulnya

    ikterus obstruktif yang nyata.

    Batu saluran empedu (BSE) kecil dapat masuk ke duodenum spontan tanpa

    menimbulkan gejala atau menyebabkan obstruksi temporer di ampula vateri sehingga

    timbul pankreatitis akut dan lalu masuk ke duodenum (gallstone pancreatitis). BSE yang

    tidak keluar spontan akan tetap berada dalam saluran empedu dan dapat membesar.

    Gambaran klinis koledokolitiasis didominasi penyulitnya seperti ikterus obstruktif,

    kolangitis dan pankreatitis.

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    10/33

    Gambar 4: Manifestasi klinis yang umum terjadi

    2.8 Patofisiologi

    2.8.1 Patogenesis Bentukan Batu Empedu

    Avni Sali tahun 1984 membagi batu empedu berdasarkan komponen yang

    terbesar yang terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pembagian dari Tetsuo

    Maki tahun 1995 sebagai berikut:

    a) Batu kolesterol dimana paling sedikit 50 % adalah kolesterol. Ini bisa berupa

    sebagai: Batu Kolesterol Murni

    Batu Kombinasi

    Batu Campuran (Mixed Stone)

    b) Batu bilirubin dimana garam bilirubin kadarnya paling banyak, kadar

    kolesterolnya paling banyak 25 %. Bisa berupa sebagai:

    Batu Ca bilirubinat atau batu pigmen calcium

    Batu pigmen murni

    c) Batu empedu lain yang jarang

    Sebagian ahli lain membagi batu empedu menjadi:

    Batu Kolesterol

    Batu Campuran (Mixed Stone)

    http://lh6.ggpht.com/_I0UHlGxoP6A/SUx-WyuCZhI/AAAAAAAAAT8/RPVudx0Q4M8/clip_image002%5B10%5D%5B2%5D.jpghttp://lh6.ggpht.com/_I0UHlGxoP6A/SUx-WyuCZhI/AAAAAAAAAT8/RPVudx0Q4M8/clip_image002%5B10%5D%5B2%5D.jpg
  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    11/33

    Batu Pigmen.

    Batu Kolesterol

    Pembentukan batu Kolesterol melalui tiga fase:

    a. Fase Supersaturasi

    Kolesterol, phospolipid (lecithin) dan garam empedu adalah komponen

    yang tak larut dalam air. Ketiga zat ini dalam perbandingan tertentu

    membentuk micelle yang mudah larut. Di dalam kandung empedu

    ketiganya dikonsentrasikan menjadi lima sampai tujuh kali lipat.

    Pelarutan kolesterol tergantung dari rasio kolesterol terhadap lecithin dan

    garam empedu, dalam keadaan normal antara 1 : 20 sampai 1 : 30. Pada

    keadaan supersaturasi dimana kolesterol akan relatif tinggi rasio ini bisa

    mencapai 1 : 13. Pada rasio seperti ini kolesterol akan mengendap.

    Kadar kolesterol akan relatif tinggi pada keadaan sebagai berikut:

    Peradangan dinding kandung empedu, absorbsi air, garam empedu

    dan lecithin jauh lebih banyak.

    Orang-orang gemuk dimana sekresi kolesterol lebih tinggi sehingga

    terjadi supersaturasi.

    Diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol (western diet).

    Pemakaian obat anti kolesterol sehingga mobilitas kolesterol jaringan

    tinggi.

    Pool asam empedu dan sekresi asam empedu turun misalnya pada

    gangguan ileum terminale akibat peradangan atau reseksi (gangguan

    sirkulasi enterohepatik).

    Pemakaian tablet KB (estrogen) sekresi kolesterol meningkat dan

    kadar chenodeoxycholat rendah, padahal chenodeoxycholat efeknyamelarutkan batu kolesterol dan menurunkan saturasi kolesterol.

    Penelitian lain menyatakan bahwa tablet KB pengaruhnya hanya

    sampai tiga tahun.

    b. Fase Pembentukan inti batu

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    12/33

    Inti batu yang terjadi pada fase II bisa homogen atau heterogen. Inti batu

    heterogen bisa berasal dari garam empedu, calcium bilirubinat atau sel-sel

    yang lepas pada peradangan. Inti batu yang homogen berasal dari kristal

    kolesterol sendiri yang menghadap karena perubahan rasio dengan asam

    empedu.

    c. Fase Pertumbuhan batu menjadi besar

    Untuk menjadi batu, inti batu yang sudah terbentuk harus cukup waktu

    untuk bisa berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal dimana

    kontraksi kandung empedu cukup kuat dan sirkulasi empedu normal, inti

    batu yang sudah terbentuk akan dipompa keluar ke dalam usus halus. Bila

    konstruksi kandung empedu lemah, kristal kolesterol yang terjadi akibat

    supersaturasi akan melekat pada inti batu tersebut.Hal ini mudah terjadi

    pada penderita Diabetes Mellitus, kehamilan, pada pemberian total

    parental nutrisi yang lama, setelah operasi trunkal vagotomi, karena pada

    keadaan tersebut kontraksi kandung empedu kurang baik. Sekresi mucus

    yang berlebihan dari mukosa kandung empedu akan mengikat kristal

    kolesterol dan sukar dipompa keluar.

    Batu bilirubin/Batu pigmen

    Batu bilirubin dibagi menjadi dua kelompok:

    a. Batu Calcium bilirubinat (batu infeksi).

    b. Batu pigmen murni (batu non infeksi).

    Pembentukan batu bilirubin terdiri dari 2 fase:

    a. Saturasi bilirubin

    Pada keadaan non infeksi, saturasi bilirubin terjadi karena pemecahan

    eritrosit yang berlebihan, misalnya pada malaria dan penyakit Sicklecell.

    Pada keadaan infeksi saturasi bilirubin terjadi karena konversi konjugasi

    bilirubin menjadi unkonjugasi yang sukar larut. Konversi terjadi karena

    adanya enzim b glukuronidase yang dihasilkan oleh Escherichia Coli.

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    13/33

    Pada keadaan normal cairan empedu mengandung glokaro 1,4 lakton

    yang menghambat kerja glukuronidase.

    b. Pembentukan inti batu

    Pembentukan inti batu selain oleh garam-garam calcium dan sel bisa juga

    oleh bakteri, bagian dari parasit dan telur cacing. Tatsuo Maki

    melaporkan bahwa 55 % batu pigmen dengan inti telur atau bagian badan

    dari cacing ascaris lumbricoides. Sedangkan Tung dari Vietnam

    mendapatkan 70 % inti batu adalah dari cacing tambang.

    2.8.2 Patofisiologi Umum

    Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan

    berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment dan batu

    campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50%

    kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung 20-50% kolesterol). Angka 10%

    sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung < 20% kolesterol. Faktor yang

    mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah keadaan statis kandung empedu,

    pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam

    kandung empedu.

    Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di

    dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid

    membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi

    (supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan

    berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang yang

    terbentuk terbak dalam kandung empedu, kemuadian lama-kelamaan kristal tersubut

    bertambah ukuran,beragregasi, melebur dan membetuk batu. Faktor motilitas kandung

    empedu, biliary stasis, dan kandungan empedu merupakan predisposisi pembentukan

    batu empedu empedu.

    2.9 Komplikasi

    Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:

    a. Asimtomatik

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    14/33

    b. Obstruksi duktus sistikus

    c. Kolik bilier

    d. Kolesistitis akut

    Empiema

    Perikolesistitis

    Perforasi

    e. Kolesistitis kronis

    Hidrop kandung empedu

    Empiema kandung empedu

    Fistel kolesistoenterik

    Ileus batu empedu (gallstone ileus)

    Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makanan

    mengakibatkan/ menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada

    dalam kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat

    menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara

    menetap maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi maka mukokel

    dapat menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh

    alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel

    kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus sistikus dapat juga berakibat terjadinya

    kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian dinding

    (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat membentuk suatu fistel kolesistoduodenal

    ataupun dapat terjadi perforasi kandung empedu yang berakibat terjadinya peritonitis

    generalisata.

    Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada saat

    kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus koledokuskemudian menetap asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang

    menyumbat di duktus koledokus juga berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis,

    kolangiolitis, dan pankretitis.

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    15/33

    Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui terbentuknya

    fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat menyumbat pad bagian

    tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.

    2.10 Diagnosis

    2.10.1 Anamnesis

    Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asintomatis. Keluhan

    yang mungkin timbul adalah dispepdia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan

    berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,

    kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang

    mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam

    kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul

    tiba-tiba.

    Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu,

    disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri

    berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri

    menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.

    2.10.2 Pemeriksaan Fisik

    Batu kandung empedu

    Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi,

    seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung

    empedu, empiema kandung empedu, atau pangkretitis. Pada pemeriksaan

    ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis

    kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah

    sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang

    meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik

    nafas.

    Batu saluran empedu

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    16/33

    Baru saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang. Kadang

    teraba hatidan sklera ikterik. Perlu diktahui bahwa bila kadar bilirubin darah

    kurang dari 3 mg/dl, gejal ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran

    empedu bertambah berat, akan timbul ikterus klinis.

    2.10.3 Pemeriksaan Penunjang

    a. Pemeriksaan laboratorium

    Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan

    kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut,

    dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan

    kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh

    batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di

    dalam duktus koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar

    amilase serum biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi serangan

    akut.

    b. Pemeriksaan radiologis

    Foto polos Abdomen

    Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khaskarena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.

    Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar

    kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut

    dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu

    kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang

    menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    17/33

    Gambar 5: Foto rongent pada kolelitiasis

    Ultrasonografi (USG)

    Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi

    untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu

    intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding

    kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan

    oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus

    koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam

    usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung

    empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.

    Gambar 6: Hasil USG pada kolelitiasis

    http://bp3.blogger.com/_slaDH4_nRyc/R77SZ9roZiI/AAAAAAAAAIg/U7fawWEtavA/s1600-h/kole+-+rongent.JPG
  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    18/33

    Kolesistografi

    Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena

    relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen

    sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan

    gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2

    mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan

    tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral

    lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.

    Gambar 7: Hasil kolesistografi pada kolelitiasis

    2.11 PenatalaksanaanJika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang

    hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi

    makanan berlemak. Pilihan penatalaksanaak antara lain:

    a) Kolesistektomi terbuka

    Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis

    simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera

    duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan

    untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk

    kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.

    b) Kolesistektomi laparaskopi

    Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya

    kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    19/33

    mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien

    dengan batu duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini

    dibandingkan prosedur konvensional adalah dapat mengurangi perawatan di

    rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja,

    nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan adalah

    kemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden komplikasi 6r seperti

    cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama

    kolesistektomi laparaskopi.

    c) Disolusi medis

    Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan adalah

    angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat disolusi hanya

    memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis kolesterol. Penelitian

    prospektif acak dari asam xenodeoksikolat telah mengindikasikan bahwa disolusi

    dan hilangnnya batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan,

    kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien.

    d) Disolusi kontak

    Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten (metil-

    ter-butil-eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter yang diletakkan

    per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien

    tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka kekambuhan

    yang tinggi (50% dalam 5 tahun).

    e) Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)

    Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pad

    saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang telah

    benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.

    f) Kolesistotomi

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    20/33

    Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di samping

    tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang bermanfaat, terutama

    untuk pasien yang sakitnya kritis.

    2.12 Terapi

    Ranitidin

    Komposisi: Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50

    mg/ml injeksi.

    Indikasi: Ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap

    simetidina, ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung (Dalam kasus

    kolelitiasis ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah / anti emetik).

    Perhatian: Pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala karsinoma

    lambung, dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil.

    Ketorolac (analgetik /anti nyeri)

    Komposisi: ketorolac tromethamin

    Indikasi: untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut,

    sedang samapi berat.

    Kontraindikasi: penderita dengan riwayat alergi akibat pemerian aseosal

    atau NSAID lainnya, penderita ulkus peptikum aktif, riwayat asma, selama

    kehamilan, dan laktasi, anak

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    21/33

    Indikasi : infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh

    mikroorganisme yang peka terhadap levofloxacin, infeksi saluran kemih

    yang sulit penatalaksanaannya, CAP, brokhitis kronik eksaserbasi akut.

    Kontraindikasi :

    2.13 Penatalaksanaan Diet

    Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh jumlah

    lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol dari metabolisme

    lemak, sehingga klien dianjurkan/dibatasi dengan makanan cair rendah lemak.

    Menghindari kolesterol yang tinggi terutama yang berasal dari lemak hewani. Suplemen

    bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun

    makanan tambahan seperti: buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran

    yang tidak membentuk gas, roti, kopi/teh.

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    22/33

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    Identitas Penderita

    Nama : Erna lawendatu

    Umur : 48 tahun

    Jenis kelamin : perempuan

    Pendidikan : tamat SLTA

    Alamat : paniki 1 lingkungan V

    Agama : K.protestan

    Suku bangsa : minahasa

    Pekerjaan : IRT

    Status : menikah

    MRS : 17/11/2011

    Anamnesis:

    Keluhan utama : nyeri perut kanan atas

    Riwayat Penyakir sekarang : nyeri perut kanan atas dialami penderita sejak 5hari

    sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk, nyeri hilang

    timbul, nyri hilang bila penderita minum obat, nyeri dirasakan menjalar sampai ke

    pinggang belakang mual (+) muntah (+) sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,

    muntah frekuensi 2-3 kali perhari, volume gelas aqua, berisi sisa makanan

    dan cairan. Panas + dialami penderita sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,

    panas terasa hangat pada perabaan panas turun dengan obat penurun panas. Saat

    ini penderita sudah tidak panas. Menggigil (-), batuk (-), sesak (-). BAK biasa BAB

    terakhir 2 hari yang lalu

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    23/33

    Riwayat penyakit dahulu:

    riwayat makan makanan berminyak sejak masih muda

    riwayat hipertensi (+) sejak 5tahun yang lalu tidak minum obat teratur

    riwayat penyakit hati (+) 5 tahun yang lalu, riwayat sakit kuning disangkal.

    Riwayat Penyakit sosial : merokok tidak ada, minum alkohol tidak ada.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : Sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis

    Tanda Vital :

    - Tensi: 140/90 mmHg

    - Nadi: 78 x/m

    - Respirasi 22 x/m

    - Suhu 36,80 C

    Keadaan Gizi : cukup

    Bentuk badan : mesomorf

    Cara berbaring: telentang, aktif

    Cara berjalan : aktif

    Habitus : piknikus

    Warna Kulit : kuning langsat

    Pertumbuhan rambut : hitam, dan tidak mudah dicabut

    Pembuluh darah : pulsasi (+) normal

    Lapisan lemak: tebal

    Kelenjar getah bening : pembesaran (-)

    Kepala : konjungtiva anemis (-), sclera ikterus (-)

    Leher :

    - Trakea letak tengah

    - JVP : 5+0 cmH2O

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    24/33

    Dada kanan dan kiri : simetris

    Jantung

    - Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    - Palpasi : ictus cordis tidak teraba- Perkusi : ICS V linea midclavicularis sinistra

    ICS IV linea parasternalis dextra

    - Auskultasi : M1>M2 T1>T2 A2>P2

    P2>P1 A2>A1

    Paru

    - Inspeksi : gerakan napas simetris statis maupun dinamis

    - Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan

    - Perkusi : Sonor kiri = kanan

    - Auskultasi : Suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-, wheezing

    -/-

    Abdomen

    - Inspeksi : cembung

    - Palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan

    suprapubik (-), nyeri ketok CVA (-/-), hepar teraba 3 jari bawah arcus

    costa, lien tidak teraba

    - Perkusi : timpani

    - Auskultasi : bunyi usus (+) normal

    Kelamin : perempuan

    Anus dan rectum : sphincter cekat, ampula kosong, mukosa licin,

    feses (+), melena (-)

    Tangan dan kaki : akral hangat, edema (-), tophi (-)

    Status neurologis : Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Laboratorium Waktu Masuk

    Hb : 13,4 g/dl

    Leukosit : 11.400/mm3

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    25/33

    Trombosit : 288.000/mm3

    GDS : 79 mg/dl

    Ureum : tap

    Kreatinin : 0,7

    Na : 141

    K : 3,8

    Cl : 102

    Alkalin Fosfatase : 136

    SGOT : 177

    SGPT : 133

    Gamma GT : 189

    Anti HBC kualitatif : - non raktif

    HbsAg (rapid) : - non reaktif

    Uji carik celup :

    Berat jenis : 1,010

    pH : 7

    Leukosit : +

    Nitrit : -

    Protein : +

    Glukosa : normal

    Keton : +++

    Urobilin : +

    Bilirubin : +

    Eritrosit : -

    DIAGNOSIS

    Kolesistitis ec susp kolelitiasis

    HPT gr I

    Syndrom Dispepsia

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    26/33

    PENGOBATAN

    - IVFD NaCl 0,9 % 20 gtt/menit

    - Levofloksasin 1x500 mg, drips

    - Ranitidin 2x1 amp IV

    - Ketorolc inj 1 amp im (k/p)

    - Diet hati III 2100 kkal/hari

    RENCANA PEMERIKSAAN

    Bilirubin total Direct indirect, SGOT, SGPT, gamma GT, Alfa feto protein, alkalin

    fosfatase, protein total, albumin, DL, Na, K, Cl, ureum, Creatinin, GDS (kotrol).

    USG abdomen ginjal.

    FOLLOW UP DOKTER

    Tanggal: 18-11-2011

    S : nyeri perut ke atas, panas malam, muntah

    O : KU : Sakit sedang Kes : cm

    TD : 150/90 N : 78 R : 22 S : 36,3

    Conj : anemis ( - ) Sclera : ikterik ( + )

    Leher : JVD N

    Cor : S1S2 Reguler, murmur ( - ) , Gallop ( - )

    Pulmo : sp. Vesiculer, Rh ( - / - ), Wh ( - / - )

    Abd : Peristaltik ( + ), NT epigastrium ( + )

    Hepar : 4cm bac NT + Murphy sisu +

    Lien : ttb

    NK CVA( -/- )

    Ext : Edema ( -/- )

    A : - Kolesititis ec susp cholelitiasis

    - Susp Hepatitis viral

    - Hpt gr I

    - Sindrom dipepsia

    Tn/ : - IVFD Nacl 0,9% 20ggt/m

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    27/33

    - Inj Levofloxacin 1500mg IV drips ( H4 )

    - Ranifidin 21 amp IV

    - Curcuma 31 apm IV k/p

    - Diet hati III 2100 kkal/hr

    Tanggal: 19-11-2011

    S : nyeri perut ke atas, panas malam, muntah

    O : KU : Sakit sedang Kes : cm

    TD : 160/100 N : 72 R : 24 S : 36,2

    Conj : anemis ( - ) Sclera : ikterik ( - )

    Leher : JVD N

    Cor : S1S2 Reguler, murmur ( - ) , Gallop ( - )

    Pulmo : sp. Vesiculer, Rh ( - / - ), Wh ( - / - )

    Abd : Peristaltik ( + ), NT epigastrium ( + )

    Hepar : 4cm bac NT + Murphy sisu +

    Lien : ttb

    NK CVA( -/- )

    Ext : Edema ( -/- )

    A : - Kolesititis ec susp cholelitiasis

    - Susp Hepatitis viral

    - Hpt gr II

    - Sindrom dipepsia

    Tn/ : - IVFD Nacl 0,9% 30ggt/m

    - Levofloxacin 1500mg IV drips ( H2 )

    - Ranifidin 21 amp IV

    - Metronidazole 3500 mg IV drips ( H1 ) St

    - Inj metilprednisolon 1125mg

    - Curcuma 32

    - Diet hati III 2100 kkal/hr

    Tanggal: 21-11-2011

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    28/33

    S : -

    O : KU : Sakit sedang Kes : cm

    TD : 140/90 N : 72 R : 22 S : 36,6

    Conj : anemis ( - ) Sclera : ikterik ( - )

    Leher : JVD N

    Cor : S1S2 Reguler, murmur ( - ) , Gallop ( - )

    Pulmo : sp. Vesiculer, Rh ( - / - ), Wh ( - / - )

    Abd : Peristaltik ( + ), NT epigastrium ( + )

    Hepar : 4cm bac NT + Murphy sisu +

    Lien : ttb

    NK CVA( -/- )

    Ext : Edema ( -/- )

    A : - Kolesititis ec susp cholelitiasis

    - Susp Hepatitis viral

    - Hpt gr1

    - Sindrom dipepsia

    Tn/ : - IVFD Nacl 0,9% 20ggt/m

    - Levofloxacin 1500mg IV drips ( H4 )

    - Ranifidin 21 amp IV

    - Metronidazole 3500 mg IV drips ( H3 )

    - Metil pred

    - Curcuma 32

    - Hepamax 31

    - Diet hati III 2100 kkal/hr

    Tanggal: 22-11-2011

    S : -

    O : KU : Sakit sedang Kes : cm

    TD : 140/80 N : 64 R : 20 S : 36,5

    Conj : anemis ( - ) Sclera : ikterik ( - )

    Leher : JVD N

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    29/33

    Cor : S1S2 Reguler, murmur ( - ) , Gallop ( - )

    Pulmo : sp. Vesiculer, Rh ( - / - ), Wh ( - / - )

    Abd : Peristaltik ( + ), NT epigastrium ( + )

    Hepar : 4cm bac NT + Murphy sisu +

    Lien : ttb

    NK CVA( -/- )

    Ext : Edema ( -/- )

    A : - Kolesititis ec susp cholelitiasis

    - Susp Hepatitis viral

    - Hpt gr I

    - Sindrom dipepsia

    Tn/ : - IVFD Nacl 0,9% 20ggt/m

    - Levofloxacin 1500mg IV drips ( H5 )

    - Ranifidin 21 amp IV

    - Metronidazole 3500 mg IV drips ( H4 )

    - Curcuma 32

    - Hepamax 31

    - Diet hati III 2100 kkal/hr

    - Besok cek lagi

    Tanggal: 23-11-2011

    S : -

    O : KU : Sakit sedang Kes : cm

    TD : 140/90 N : 60 R : 22 S : 36,2

    Conj : anemis ( - ) Sclera : ikterik ( - )

    Leher : JVD N

    Cor : S1S2 Reguler, murmur ( - ) , Gallop ( - )

    Pulmo : sp. Vesiculer, Rh ( - / - ), Wh ( - / - )

    Abd : Peristaltik ( + ), NT epigastrium ( - )

    Hepar : 3cm bac NT + Murphy sisu -

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    30/33

    Lien : ttb

    NK CVA( -/- )

    Ext : Edema ( -/- )

    A : - Kolesititis ec susp cholelitiasis

    - Susp Hepatitis viral

    - Hpt gr I

    - Sindrom dipepsia

    Tn/ : - IVFD Nacl 0,9% 20ggt/m

    - Levofloxacin 1500mg IV drips ( H6 )

    - Ranifidin 21 amp IV

    - Metronidazole 3500 mg IV drips ( H5 )

    - Curcuma 32

    - Hepamax 31

    - Captopil 312,5mg

    - Diet hati III 2100 kkal/hr

    Tanggal: 24-11-2011

    S : -

    O : KU : Sakit sedang Kes : cm

    TD : 130/90 N : 68 R : 20 S : 36,3

    Conj : anemis ( - ) Sclera : ikterik ( - )

    Leher : JVD N

    Cor : S1S2 Reguler, murmur ( - ) , Gallop ( - )

    Pulmo : sp. Vesiculer, Rh ( - / - ), Wh ( - / - )

    Abd : Peristaltik ( + ), NT epigastrium ( - )

    Hepar : 2cm bac NT + Murphy sisu -

    Lien : ttb

    NK CVA( -/- )

    Ext : Edema ( -/- )

    A : - Kolesititis ec susp cholelitiasis

    - susp. Hepatitis viral

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    31/33

    - Hpt

    - Sindrom dipepsia

    Tn/ : - IVFD Nacl 0,9% 20ggt/m

    - Levofloxacin 500mg IV drips ( H7 )

    - Ranifidin 21 amp IV

    - Metronidazole 3500 mg IV drips ( H6 )

    - Curcuma 32

    - Hepamax 31

    - Captopil 312,5mg

    - Diet hati III 2100 kkal/hr

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    32/33

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Diagnosis pada pasien ini adalah kolesititis ec susp cholelitiasis + Hipertensi +

    sindrom dipepsia. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

    daan pemeriksaan penunjang.

    Diagnosis kolesistitis ec susp kholelitiasis ditegakkan karena pada anamnesis

    didapatkan nyeri pada perut kanan atas yang dialami penderita sejak 5 hari sebelum

    masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk nyeri hilang timbul, hilang bila

    pendertita minum obat, nyeri dirasakan sampai ke pinggang bagian belakang kanan.

    Menurut kepustakaan kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu

    keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang

    memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Komplikasi dari batu kandung

    empedu antara lain kolesistitis akut, kolesistitis kronis, koledokolitiasis, pankreatitis,

    kolangitis, sirosis bilier sekunder, ileus batu empedu, abses hepatik dan peritonitis karena

    perforasi kandung empedu. Komplikasi tersebut akan mempersulit penanganannya dan

    dapat berakibat fatal. Sebagian besar (90 95 %) kasus kolesititis akut disertai

    kolelitiasis dan keadaan ini timbul akibat obstruksi duktus sistikus yang menyebabkan

    peradangan organ tersebut.

    Pemeriksaan fisik yang dapat menunjang diagnosis kolesistitis ec susp kolelitiasis

    yaitu dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang kadang-kadang disertai kolik

    bilier yang timbul menetap/konstan.serta adanya pembesaran hepar. Pada penderita ini

    direncanakan akan dilakukan USG abdomen. Menurut teori apabila ditemukan kelainan,

    biasanya berhubungan dengan komplikasi, seperti kolesistitis akut dengan peritonitis

  • 7/28/2019 Ru Kolisistitis Interna 2003

    33/33

    lokal atau umum, hidrop kandung empedu, empiema kandung empedu, atau pangkretitis.

    Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak

    anatomis kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu

    penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung

    jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas.

    Sedangkan pada pemeriksaan penunjang pada pasien ini diperoleh adanya

    peningkatan enzim hati yang cukup tinggi yaitu SGOT 177 u/l, SGPT 133 u/l Gamma GT

    189 u/l alkalin fosfatase 136 u/l. Juga ditemukan adanya peningkatan leukosit 11.400 /ul.

    Pada penderita juga di rencanakan untuk dilakukan pemeriksaan bilirubin total, direct,

    indirect. Menurut teori apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Kadar

    bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus.

    Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat

    sedang setiap setiap kali terjadi serangan akut.