riset-kualitas layanan file · web viewnamun tetap ada persamaan yaitu meraih ... tetapi satu hal...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KUALITAS LAYANAN INTERNAL, KEPUASAN KERJA KARYAWAN, KUALITAS LAYANAN EKSTERNAL
DAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWAStudi Kasus :
Karyawan non-edukatif dan Mahasiswa pada Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta
2006.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Organisasi Perguruan Tinggi (PT) memang bukan murni organisasi bisnis. Namun
tetap ada persamaan yaitu meraih reward atau keberhasilan. Namun keberhasilan suatu
organisasi tidak diperoleh dengan sendirinya. Keberhasilan dapat dicapai bila organisasi
tersebut menerapkan prinsip-prinsip manajerial modern, seperti halnya dalam bidang
pemasaran. Aktivitas pemasaran (baik untuk produk manufaktur maupun jasa) sangat
penting bagi kelangsungan hidup organisasi. Inti pemasaran dalam manajemen modern
adalah upaya memuaskan pelanggan dan juga stakeholders, melalui kegiatan
menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai unggul.
Suatu organisasi yang customer-centric harus terus-menerus berusaha melayani
setiap pelanggan dengan empati dan selalu memberdayakan pelanggan, dan bukannya
menjadikan pelanggan sekedar sebagai sasaran. Dengan paradigma seperti ini
keberlanjutan organisasi dapat terjamin.
Sebenarnya sebuah organisasi harus menghadapi dua macam customer sekaligus,
yakni secara internal adalah para karyawan dan secara eksternal adalah konsumen atau
pelanggan. Jadi kalau organisasi ingin memberi layanan yang unggul terhadap customer,
maka peningkatan kualitas layanan harus dilakukan pula secara internal (internal service
quality) dan secara eksternal (external service quality). Peningkatan kualitas layanan
secara internal akan berdampak pada kepuasan kerja (job satisfaction) para karyawan,
selanjutnya kepuasan kerja ini akan mempengaruhi kualitas layanan eksternal kepada
pelanggan, dan akhirnya para pelanggan akan memperoleh kepuasan atas layanan
organisasi tersebut.
1
Perguruan Tinggi sebagai sebuah organisasi juga harus menghadapi dua customer,
yakni para karyawan dan dosen (internal) dan pelanggan atau para mahasiswa dan juga
stakeholders atau industri pengguna lulusan (eksternal). Dalam penelitian ini layanan
internal hanya dibatasi pada para karyawan saja. Sedangkan dosen memang menentukan
kualitas layanan eksternal kepada mahasiswa, namun pengukuran kualitas layanan para
dosen memerlukan alat ukur tersendiri yang lebih spesifik sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Oleh karena itu perlu ada penelitian lain, khusus bagi dosen. Segala upaya
dalam proses pembelajaran di PT selama ini memang lebih banyak ditujukan untuk
meningkatkan kualitas lulusannya (outcomes) agar dapat memuaskan stakeholders.
Hampir semua sumberdaya dan biaya dikonsentrasikan untuk meningkatkan kualitas
lulusan ini.
Namun pihak manajemen PT sering melupakan aset karyawan yang dimilikinya
dan pelanggannya sendiri yang harus dilayani setiap hari, yakni para mahasiswa yang
belajar di PT tersebut. Kegiatan para mahasiswa di kampus sebagian besar waktu
memang tercurah untuk studi, tetapi satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah para
mahasiswa sebagai pelanggan harus berurusan dengan persoalan administrasi PT dan
memperoleh layanan dari para karyawan non-edukatif. Bila salah satu saja dari dua
customer ini diabaikan akan berakibat buruk bagi masa depan organisasi PT.
Bisa terjadi seorang mahasiswa minimal seminggu sekali harus mengurus segala
hal yang terkait dengan administrasi. Bila kualitas layanan yang diberikan oleh karyawan
kepada para mahasiswa tidak memadai, maka bukan hanya sekedar komplain yang
muncul tetapi juga merupakan bad promotion bagi sebuah PT. Sebaliknya, bila kualitas
layanan sangat baik merupakan keunggulan yang bisa ditawarkan PT kepada pelanggan.
Selain itu, kualitas layanan sebenarnya juga merupakan bagian dari penjaminan mutu
sebuah PT, bukan hanya sekedar kualitas proses mengajar dan belajar.
Para karyawan sebagai ujung tombak yang harus memberikan layanan sebaik-
baiknya kepada para mahasiswa dituntut untuk bekerja secara profesional. Mereka harus
fokus pada kepuasan pelanggan atau mahasiswa dan selalu berusaha untuk meningkatkan
kualitas layanannya. Namun kualitas layanan yang diberikan para karyawan kepada para
mahasiswa (external servqual) bukan variabel yang berdiri sendiri. Artinya, ada faktor-
faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain dapat berupa pengalaman
2
kerja, teknologi dan ketrampilan yang bersifat teknis, namun yang paling mendasar
adalah faktor kepuasan kerja.
Bagaimana pun juga kualitas layanan internal pada akhirnya akan menentukan
kualitas layanan eksternal. Seperti penelitian Garvin (1988) yang memusatkan perhatian
pada kualitas eksternal. Penelitian yang dilakukan memang pada industri manufaktur,
tetapi sering pula diterapkan pada sektor jasa. Intinya, bahwa peran kualitas internal
penting bagi kualitas layanan eksternal. Seperti halnya Zeithaml (1990), Garvin juga
menyatakan bahwa kualitas eksternal merupakan implikasi penting dari kualitas internal.
Tetapi kepuasan kerja karyawan juga dipengaruhi oleh kualitas layanan internal
yang disediakan oleh organisasi. Misalnya kondisi fisik dan psikologis yang diciptakan
oleh organisasi sangat memadai, maka diduga kepuasan kerja karyawan akan tinggi. Jadi
ada semacam kaitan antara tingkat kualitas layanan internal, kepuasan kerja karyawan,
kualitas layanan eksternal, dan tingkat kepuasan mahasiswa. Hal tersebut akan diteliti
melalui pengajuan proposal ini.
Secara lebih jelas rancangan penelitian dapat digambarkan dalam diagram desain
penelitian berikut.
DiagramDesain Penelitian
Kualitas Layanan Internal ( Internal service quality) Persepsi Karyawan
korelasi 1(Hallowel, 1996; korelasi 3 Schelsinger, 1991) (Zeithaml, 1990; Garvin, 1988)
korelasi 2 (Spinelli, 2000) Tingkat Kepuasan Kerja Kualitas Layanan Eksternal (Job satisfaction) (External service quality) Karyawan Persepsi mahasiswa
Matching
Rating Students satisfaction
3
Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara tingkat kualitas layanan internal dan
kepuasan kerja karyawan?
2. Apakah ada hubungan antara kepuasan kerja karyawan dan kualitas
layanan eksternal yang diterima oleh mahasiswa?
3. Apakah ada hubungan antara kualitas layanan internal karyawan dan
kualitas layanan eksternal karyawan kepada mahasiswa?
4. Apakah ada kecocokan (match) antara persepsi kualitas layanan
eksternal dan tingkat kepuasan mahasiswa?
Batasan :
Layanan administrasi kepada para mahasiswa oleh karyawan non-edukatif pada
tingkat Prodi dan/atau Fakultas di kampus Mrican, dan mahasiswa pada Fakultas
Ekonomi USD Yogyakarta.
Tujuan dan Manfaat Penelitian:
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas layanan internal para
karyawan terhadap kepuasan kerja, kualitas layanan eksternal dan kepuasan mahasiswa.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah Prodi/Fakultas/Universitas terbantu dalam
upaya pengembangan kualitas layanan terhadap para karyawannya dan selanjutnya
mampu memberi layanan terbaik kepada para mahasiswa sebagai pelanggan, dan
sekaligus menawarkan keunggulan organisasi PT kepada stakeholders. Cara ini sering
diyakini sebagai promosi positif yang berdampak jangka panjang.
4
LANDASAN TEORI
Teori kepuasan pelanggan banyak didominasi oleh literatur tentang layanan (Zemke:
1989, Heskett: 1990, Zeithaml: 1990, Berry: 1991, seperti dikutip Hallowel, et.all, 1996).
Literatur ini menjelaskan mengenai upaya pencapaian kepuasan pelanggan, apa yang
harus diidentifikasi organisasi, persoalan pengukuran, dan mengelola unsur-unsur internal
organisasi dalam menghasilkan produk terutama jasa.
Definisi kualitas layanan internal adalah kegiatan yang bertujuan agar karyawan
memperoleh kepuasan kerja atas layanan yang mereka terima dari pihak manajemen.
Kualitas layanan merupakan sesuatu yang penting, dan seperti apa pentingnya kualitas itu
tergantung pada rincian tugas organisasi dan para karyawannya. Menurut Hallowel, et.all
(1996), “organizations attempting to deliver service quality to their external customers
must begin by serving the needs of their internal customers”. Artinya, sebelum
organisasi itu memperbaiki kualitas layanan eksternal terhadap para pelanggan, harus
terlebih dahulu melayani kebutuhan organisasi secara internal, yakni para karyawan.
Pendapat ini secara jelas menyiratkan pentingnya kualitas layanan internal.
Pendapat Hallowel tersebut sangat dipengaruhi oleh teori the service profit chain
yang pernah dikembangkan oleh Heskett. Sebelumnya, Heskett (1990) memprediksi
adanya mata rantai keuntungan melalui layanan (the service profit chain). Model Heskett
the service profit chain ini menjelaskan, bahwa ada kaitan antara variabel-variabel
internal service quality employee satisfactioan high value service customer
satisfaction customer loyalty profit and growth. Teori ini menekankan, bahwa
keuntungan dan pertumbuhan suatu organisasi pertama kali ditentukan oleh kualitas
layanan internal terhadap para karyawannya. Kualitas layanan internal menjadi titik
pangkal dalam mata rantai perolehan keuntungan dan pertumbuhan organisasi. Kualitas
layanan internal yang baik akan menentukan kepuasan karyawan, selanjutnya karyawan
akan memberikan layanan nilai yang tinggi (kualitas layanan eksternal) kepada
pelanggan, kemudian pelanggan akan memperoleh kepuasan dan menjadikan pelanggan
loyal, dan akhirnya profit dan pertumbuhan organisasi akan terjamin.
Sementara itu Zeithaml (1990) meneliti kualitas layanan internal dengan
menggunakan model kesenjangan kualitas layanan (the gaps measured by the
SERVQUAL instrument). Kualitas layanan internal dideskripsikan sebagai respon dari
5
para karyawan terhadap layanan yang diberikan oleh pihak manajemen (perusahaan)
dalam industri. Model ini membandingkan antara harapan (ideal) karyawan dan
kenyataan (belief) yang diterima keryawan atas layanan pihak perusahaan. Model
servqual sebenarnya sudah diadopsi untuk berbagai organisasi jasa seperti nampak pada
tabel 1, tetapi pada umumnya penelitian dilakukan dengan metode analisis gap.
Tabel 1Penelitian pada berbagai Jenis Organisasi Jasa
dengan Mengadopsi SERVQUAL
Peneliti Tahun Obyek PenelitianBabakus and Mangold 1989 Hospital (rumah sakit)Carma 1990 A dental school patient clinic,
business school placement center, tire store and acute care hospital
Bojonic 1991 CPA Firm (perusahaan akuntan publik)Cronin dan Taylor 1992 Dry cleaning and Fast FoodSpreng dan SinghCronin dan Taylor
19931992
Banking
Finn danLambTeasDabholkar et al.
199119931996
Departement Store
Sumber : Subhash C. Mehta et .al.,2000.International Journal Of Retail and Distribution Management
Dengan analisis tujuh gap Shahin, Arash (2005) meneliti SERVQUAL yang pernah
dikembangkan oleh Parasuraman, et al (1985;1988), Brooks, et.al (1999), Chaston
(1994), Edvardsson, et.al (1997), Reynoso and Moore (1995), Young and Varble (1997),
dan Sahney, et.al (2004). Menurutnya, servqual merupakan pendekatan yang efektif
untuk dipelajari dan perannya terhadap analisis perbedaan antara harapan dan persepsi
pelanggan.
Sementara itu, Garvin (1988) memusatkan perhatian pada kualitas eksternal.
Penelitian yang dilakukan memang pada industri manufaktur, tetapi sering pula
diterapkan pada sektor jasa. Intinya, bahwa peran kualitas internal penting bagi kualitas
layanan eksternal. Seperti halnya Zeithaml (1990), Garvin juga menyatakan bahwa
kualitas eksternal merupakan implikasi penting dari kualitas internal.
Ada delapan komponen dalam layanan internal yang dikembangkan oleh Hallowel,
et.all (1996), yaitu meliputi tools, policies and procedures, teamwork, management
6
support, goal aligment, effective training, communication, reward and recognition.
Kedelapan komponen tersebut bersumber (key to sources) pada penelitian Zeithaml
(1990), Berry (1991), Hart (1992), Garvin (1988) dan Zemke (1989). Berry (1983)
adalah pakar pemasaran yang pertama kali memperkenalkan istilah dan definisi
relationship marketing secara formal. Relationship marketing is attraching, maintaining
and in multi service organization, enhancing customer relationship......the attraction of
new customer is merely the first step in the marketing process, cementing the
relationship, transforming indifferent customer into loyal oness, serving customer as
client-this is marketing too.
Menurut hipotesis Hallowel, kepuasan kerja karyawan memiliki kaitan lebih kuat
terhadap kualitas layanan internal (kebutuhan non-ekonomi) dari pada terhadap
kebutuhan ekonomi karyawan seperti halnya upah dan manfaat. Hal ini penting karena
pekerjaan akan memberikan kepuasan lebih banyak kepada karyawan melalui
pengembangan kualitas layanan internal, dan selanjutnya karyawan akan memberikan
layanan terbaik bagi pelanggan.
Schelsinger dan Zornitsky (1991) menguji keterkaitan (linkages) antara kepuasan
kerja, kapabilitas layanan, dan kepuasan pelanggan. Hasil analisisnya menunjukkan,
bahwa persepsi karyawan terhadap kualitas layanan berhubungan positif dengan
kepuasan kerja dan kapabilitas layanan. Salah satu hipotesa yang dikemukan dalam
penelitiannya adalah “If employees feel good the service they are delivering to customers
they will feel good about their jobs and their capability to serve the customer.”
Selanjutnya dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara ketiga variabel
tersebut.
Spinelli dan Canavos (2000) mencoba meneliti hubungan antara kepuasan kerja
karyawan dan kepuasan pelanggan (tamu) pada jasa perhotelan. Dalam artikelnya
berjudul “Investigating the relationship between employee satisfaction and guest
satisfaction” (Cornell Hotel and Restauran Administrastion Quartely; Dec 2000; 41, 6;
ABI/INFORM Global p.29), Spinelli dan Canavos mengungkapkan bahwa salah satu
sumber terpenting dari kepuasan pelanggan adalah kepuasan karyawan. Hasil penelitian
mendukung teori bahwa faktor-faktor non-ekonomi (kualitas layanan internal)
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Kesimpulan yang bisa ditarik, bahwa
7
karyawan yang merasa senang (happy) atas pekerjaannya akan mempengaruhi sikap
layanan mereka kepada para tamu hotel.
Penelitian Slintje (Jurnal Manajemen Perhotelan, Mar 2006 / Vol 2 / No 1) ada
pengaruh yang signifikan antara kualitas layanan internal dengan kepuasaan karyawan.
Penelitian ini menginvestigasi hubungan antara latar belakang karyawan dan pengaruh
kualitas layanan internal terhadap kepuasan karyawan di sebuah hotel bintang 4,
Surabaya. Sementara itu, Juliandi, A (2004) meneliti beberapa faktor kepuasan kerja yang
mempengaruhi komitmen organisasi, dengan sampel para dosen FE Universitas
Muhamadiyah Sumut. Model instrumen yang digunakan adalah Job Description Index
(JDI) dan Organization Commitment Questionaire (OCQ), hasilnya ada pengaruh positif
dan signifikan.
Menurut Raymond, Noe (1994: 291) sumber ketidakpuasan kerja meliputi physical
and technological environment (lingkungan fisik dan teknologi peralatan), social
environment (lingkungan atau pergaulan sosial), behavior setting & person (psychology),
organizational task (tugas-tugas organisasi). Berdasarkan variabel-variabel sumber
ketidakpuasan karyawan tersebut dapat diringkas, bahwa faktor non-ekonomi (kualitas
layanan) mendominasi penyebab ketidakpuasan kerja.
Adapun pengukuran kepuasan kerja karyawan dilakukan dengan model MSQ ( the
Minnesota Satisfaction Questionaire). MSQ memiliki beberapa versi dan pada intinya
menyediakan lebih banyak informasi khusus tentang aspek kepuasan kerja secara
individual daripada mengukur kepuasan kerja secara umum. MSQ digunakan untuk
keperluan mengeksplorasi kebutuhan klien, kepentingan studi, dan informasi umum
untuk memberi penguatan dalam kerja.
Sementara itu teori-teori yang membahas kualitas layanan ekternal telah dilakukan
oleh Zeithaml, Parasuraman, Berry (1990) dalam Delivering Quality Service, New york :
The Free Press (Lihat juga Subhash et al.,2000, International Journal Of Retail and
Distribution Management). Dimensi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
aspek tangibles (meliputi fasilitas fisik perlengkapan, karyawan dan sarana komunikasi) ,
reliability (yaitu kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat
dan memuaskan), responsiveness (yaitu keinginan para staf untuk membantu pelanggan
dan memberikan layanan dengan tanggap), assurance (mencakup pengetahuan,
8
kompetensi, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf) , dan empathy
(meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik , perhatian secara
personal, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan). Selanjutnya dari
masing-masing dimensi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut kedalam beberapa atribut.
Kepuasan konsumen adalah hasil dari persepsi konsumen terhadap nilai yang
diterima dalam transaksi atau hubungan, di mana kualitas jasa yang diterima relatif
bernilai sama dengan harga dan biaya yang harus dikeluarkan (Hallowel, 1996) seperti
dikutip dalam Smith dan Barclay (1997). Sedangkan menurut Zeithaml (2000) kepuasan
konsumen adalah respon atas pemenuhan apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen.
Kepuasan konsumen sangat dipengaruhi oleh persepsi konsumen akan kualitas jasa.
HIPOTESIS
Berdasarkan uraian kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis
dalam rancangan penelitian ini adalah :
1. Ada korelasi antara kualitas layanan internal dan kepuasan kerja karyawan.
2. Ada korelasi antara kepuasan kerja karyawan dan kualitas layanan eksternal.
3. Ada korelasi antara kualitas layanan internal dan kualitas layanan eksternal.
METODE PENELITIAN
Definisi Variabel penelitian :
9
1. Kualitas Layanan Internal (internal service quality) adalah aktivitas layanan dan
semua sumberdaya yang dilakukan oleh pihak pimpinan Perguruan Tinggi (PT)
dengan tujuan agar karyawan memperoleh kepuasan kerja. Pengukuran kualitas
layanan internal menggunakan delapan komponen, meliputi tools (fasilitas,
peralatan dan perlengkapan), policies and procedures (berbagai kebijakan dan
peraturan), teamwork (kerjasama dalam tim), management support (dukungan
pimpinan), goal aligment (arah dan tujuan), effective training (pelatihan),
communication (komunikasi vertikal dan horizontal), reward and recognition
(penghargaan dan pengakuan).
2. Tingkat Kepuasan Kerja karyawan (job satisfaction) adalah sesuatu yang
dirasakan menyenangkan (happy) oleh karyawan secara individual atas kegiatan
atau kondisi yang terkait dengan bidang pekerjaannya. Alat ukur kepuasan kerja
yang digunakan dalam penelitian ini adalah adopsi dari MSQ.
3. Kualitas Layanan Eksternal adalah kondisi dan kegiatan untuk memuaskan
pelanggan. Dimensi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah aspek
tangibles (meliputi fasilitas fisik perlengkapan, karyawan dan sarana komunikasi),
reliability (yaitu kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat dan memuaskan), responsiveness (yaitu keinginan para staf untuk
membantu pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap), assurance
(mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki para staf) , dan empathy (meliputi kemudahan dalam menjalin relasi,
komunikasi yang baik , perhatian secara personal, dan pemahaman atas kebutuhan
individual para pelanggan).
4. Tingkat Kepuasan mahasiswa adalah kondisi yang diterima mahasiswa sebagai
pelanggan atas layanan yang diberikan oleh para karyawan. Mahasisawa diminta
untuk membuat rating (urutan dari 1 sampai dengan 5) dari kondisi yang sangat
memuaskan sampai ke sangat tidak memuaskan atas layanan yang diterimanya.
Pengukuran Variabel (Kuesioner) :
1. Component of Internal Service Quality (adopsi dari Halowell, Schelsinger &
Zornitsky, 1996 : Human Resources Planning, 19, 2; ABI/ INFORM Global,
10
p.20) untuk mengukur persepsi karyawan mengenai kualitas layanan internal
(lihat tabel 2).
Tabel 2Component of Internal Service Quality
(Employee’s perceptions of internal service quality)No Component Definisi1 Tools Peralatan (termasuk sistem informasi) telah disediakan oleh organisasi
untuk kepentingan melayani mahasiswa.2 Policies and
ProceduresKebijakan, peraturan dan prosedur kerja mendukung layanan terhadap mahasiswa
3 Teamwork Kerjasama terjalin baik, antarkaryawan maupun antarbagian.4 Management
SupportAtasan mendukung kemampuan karyawan dalam memberi layanan terhadap mahasiswa.
5 Goal Aligment Sasaran kerja yang dicapai segaris/searah dengan misi prodi atau fakultas.
6 Effective Training
Pelatihan kerja yang efektif dan berguna dilakukan secara rutin.
7 Communication Komunikasi secara vertikal dan horisontal, keduanya terjalin dengan baik8 Rewards and
RecognitionHasil kerja karyawan dihargai dan/atau diakui.
Adopsi dari: Halowell, Schelsinger & Zornitsky, 1996 : Human Resources Planning, 19, 2; ABI/ INFORM Global, p.20
2. Atribut Job Satisfaction (adopsi dari the Minnesota Satisfaction Questionaire
atau MSQ Version 1977), untuk mengukur kepuasan kerja karyawan (lihat tabel
3).
Tabel 3Atribut Job Satisfaction
Adopsi MSQ (the Minnesota Satisfaction Questionaire), Long Form-Version 1977No Item Keterangan
1 Ability utilization Manfaat/kegunaan atas kemampuan yang dimiliki2 Achievement Pencapaian prestasi3 Activity Kegiatan yang dikerjakan sehari-hari4 Advancement Kemajuan dalam keahlian dan ketrampilan kerja5 Authority Wewenang yang dimiliki6 Company Policies Kebijakan organisasi secara umum7 Compensation Tingkat kesejahteraan yang diterima8 Co-workers Kerjasama dengan rekan kerja9 Creativity Kreativitas yang berkembang10 Independence Tingkat kemandirian dalam bekerja11 Security Tingkat keamanan kerja12 Social Service Dukungan sosial dari rekan dan atasan 13 Social Status Posisi status sosial dalam pekerjaan14 Moral Values Kesamaan dalam nilai-nilai moral 15 Recognition Pengakuan atas kerja16 Responsibility Tanggungjawab yang dimiliki17 Supervision -Human Relations Pengawasan atasan terhadap relasi antar karyawan18 Supervisian –Technical Pengawasan atasan mengenai hal-hal teknis
11
19 Variety Kegiatan selingan seperti seni & OR20 Working Conditions Kondisi lingkungan kerja
Sumber: http.www.psych.umn.edu/psylabs/vpr/msqinf.htm
3. Dimensi dan Atribut External Service Quality atau SERVQUAL (adopsi dari
Parasuraman, Zeithaml, Berry :1988) untuk mengukur kualitas layanan yang
diterima mahasiswa sekaligus sebagai alat ukur kepuasan mahasiswa (lihat tabel
4)
Tabel 4Dimensi dan Atribut External Servqual
No DIMENSI NoQuest
ATRIBUT
1 Tangibles 1 Penampilan rapi2 Reliability 2 Layanan cepat dan segera
3 Sikap simpatik 4 Menepati janji5 Sistem pencatatan yang akurat 6 Layanan secara keseluruhan memuaskan
3 Responsiveness 7 Karyawan siap dan bersedia membantu 8 Karyawan tidak terlalu sibuk 9 Tanggap terhadap permintaan mahasiswa
4 Assurance 10 Pengalaman luas 11 Memiliki kompetensi12 Bersikap sopan 13 Dapat dipercaya
5 Empathy 14 Mudah menjalin relasi15 Mudah diajak komunikasi16 Memberi perhatian personal17 Memahami kebutuhan spesifik
Sumber : Adopsi dari Parasuraman, Zeithaml, Berry (1988).
Sampel penelitian dan Teknis sampling :
1. Kelompok karyawan non-edukatif yang bekerja melayani urusan administrasi
sehari-hari terhadap para mahasiswa pada tingkat prodi / fakultas tertentu.
2. Kelompok mahasiswa pada prodi / fakultas yang bersangkutan.
3. Khusus untuk masalah 1, responden yang dijadikan sampel penelitian adalah
semua karyawan yang pekerjaan sehari-harinya melayani urusan administrasi
kemahasiswaan di tingkat prodi/fakultas yang ada di Universitas Sanata Dharma
kampus Mrican. Seluruh karyawan tersebut dijadikan responden.
4. Khusus untuk masalah 2 dan 3, responden mahasiswa akan dibuat kluster dan
dijadikan sampel berpasangan dengan responden karyawan. Setiap satu responden
12
karyawan (Fakultas Ekonomi) akan dipasangkan dengan kluster mahasiswa FE
yang berjumlah 10 responden. Responden karyawan yang dijadikan sampel
adalah karyawan yang hanya bekerja di Fakultas Ekonomi. Sedangkan
pengambilan sampel untuk responden mahasiswa melalui metode purposive
sampling, yaitu mahasiswa Prodi Manajemen (45%) dan Prodi Akuntansi (55%),
pada angkatan 2003 (60%) dan angkatan 2004 (40%). Pertimbangannya,
mahasiswa semester V dan VII sudah cukup mengenal dan sering melakukan
relasi dengan para karyawan.
5. Khusus masalah 4, analisis matching dilakukan antara kualitas layanan eksternal
dan kepuasan mahasiswa pada Fakultas Ekonomi.
Analisis :1. Deskriptif untuk mengkaji variabel-variabel kualitas layanan internal, kepuasan
kerja karyawan, kualitas layanan eksternal, dan kepuasan mahasiswa.
2. Statistik : Korelasi rank-Spearman. Penggunaan analisis korelasi rank Spearman
didasarkan atas pertimbangan bahwa data bukan bersifat rasional, melainkan
ordinal. Nilai responden yang diperoleh dalam data ordinal ini kemudian dirank,
karena data ordinal (bukan rasional) maka penelitian ini adalah non-parametrik.
3. Matching, model ini tidak menggunakan analisis statistik inferensial, tetapi
berupa kajian deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Deskriptif
13
Analisis deskriptif dalam penelitian ini akan dilakukan per variabel yang diteliti.
Analisis dimulai dari variabel kualitas layanan internal, berikutnya kepuasan kerja
karyawan, kemudian kualitas layanan eksternal, dan akhirnya matching antara kualitas
layanan eksternal dan kepuasan mahasiswa responden.
Deskripsi kualitas layanan internal.
Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu, mata rantai pertumbuhan organisasi
sebenarnya diawali oleh faktor kualitas layanan internal (internal service quality).
Penelitian ini mengukur layanan internal dengan delapan atribut (Halowell, et al, 1996)
yang terdiri dari: (1) peralatan (termasuk sistem informasi) yang disediakan oleh
organisasi/lembaga untuk kepentingan melayani mahasiswa, (2) kebijakan, peraturan dan
prosedur kerja yang mendukung layanan terhadap mahasiswa, (3) kerjasama yang terjalin
baik, antarkaryawan maupun antarbagian, (4) pihak atasan yang mendukung kemampuan
karyawan dalam memberi layanan terhadap mahasiswa, (5) sasaran kerja yang dicapai
segaris/searah dengan misi prodi atau fakultas, (6) pelatihan kerja yang efektif dan
berguna yang dilakukan secara rutin, (7) komunikasi secara vertikal dan horisontal yang
terjalin dengan baik, dan (8) hasil kerja karyawan dihargai dan/atau diakui.
Sebenarnya sebuah organisasi harus menghadapi dua macam customer sekaligus,
yakni secara internal adalah para karyawan dan secara eksternal adalah konsumen atau
pelanggan. Jadi kalau organisasi ingin memberi layanan yang unggul terhadap customer,
maka peningkatan kualitas layanan harus dilakukan pula secara internal (internal service
quality) dan secara eksternal (external service quality). Peningkatan kualitas layanan
secara internal akan berdampak pada kepuasan kerja (job satisfaction) para karyawan,
selanjutnya kepuasan kerja ini akan mempengaruhi kualitas layanan eksternal kepada
pelanggan, dan akhirnya para pelanggan akan memperoleh kepuasan atas layanan
organisasi tersebut.
Hasil penelitian mengenai layanan internal ini dapat disimak pada tabel 5. Dari
delapan komponen kualitas layanan internal diperoleh hasil, bahwa peralatan mendapat
skor paling tinggi sebesar 95 atau 14,3 persen. Hasil ini wajar mengingat suatu institusi
sebesar USD memang harus mampu menyediakan peralatan dan teknologi informasi
untuk membantu kelancaran tugas karyawan dalam melayani customer. Skor berikutnya
14
adalah komponen dukungan atasan terhadap kemampuan karyawan sebesar 87 atau 13,1
persen. Urutan selanjutnya dengan skor yang sama masing-masing sebesar 12,6 persen
untuk komponen kebijakan, kerjasama, dan komunikasi. Ada satu komponen yang dinilai
karyawan paling rendah, yaitu pelatihan kerja yang efektif dan berguna (10,8%). Atau
dengan kata lain, pelatihan kerja belum dilakukan secara intensif. Namun secara
keseluruhan dapat dikatakan tidak ada komponen yang sangat menonjol dari layanan
internal ini menurut persepsi karyawan. Artinya, skor untuk setiap komponen kualitas
layanan internal relatif sama, tidak ada yang menonjol dan istimewa.
Tabel 5.Internal Servqual menurut Persepsi Karyawan
(Atribut ini merupakan adopsi dari Halowell, et al, 1996).
No Item
Atribut Pengukuran Skor Proporsi(%)
1 Peralatan (termasuk sistem informasi) telah disediakan oleh organisasi/lembaga untuk kepentingan melayani mahasiswa.
95 14,3
2 Kebijakan, peraturan dan prosedur kerja mendukung layanan terhadap mahasiswa
84 12,6
3 Kerjasama terjalin baik, antarkaryawan maupun antarbagian. 84 12,64 Atasan mendukung kemampuan karyawan dalam memberi
layanan terhadap mahasiswa.87 13,1
5 Sasaran kerja yang dicapai segaris/searah dengan misi prodi atau fakultas.
82 12,5
6 Pelatihan kerja yang efektif dan berguna dilakukan secara rutin. 72 10,87 Komunikasi secara vertikal dan horisontal, keduanya terjalin
dengan baik84 12,6
8 Hasil kerja karyawan dihargai dan/atau diakui. 77 11,5
Total 665 100 % Sumber : Data primer, diolah (N = 21).
Dalam tampilan tabel distribusi frekuensi skor (lihat tabel 6), tingkat kualitas layanan
internal yang dipersepsi oleh karyawan menunjukkan distribusi yang persis sama untuk
masing-masing kategori tinggi, sedang dan rendah, yaitu sebesar 33,3 persen. Pola
distribusi seperti ini memang tidak normal. Artinya, skor layanan internal yang diberikan
responden tidak ada perbedaan di antara kelompok kategori. Hasil ini sepertinya cocok
dengan analisis skor per komponen (lihat kembali tabel 5) yang relatif sama atau tidak
ada yang menonjol dari komponen yang dinilai. Namun bila distribusi kualitas layanan
internal dibagi dalam lima kategori kepuasan (tabel 7 dan gambar 1), menunjukkan pola
15
kurva W (distribusi frekuensi tidak normal) di mana 42,9 persen karyawan merasa sangat
puas dan puas, sedangkan 38,1 persen karyawan merasa kurang puas dan tidak puas.
Tabel 6.Distribusi Internal Servqual Kategori Tinggi-Rendah
Variabel Kategori tinggi-rendah3 level (%)
TOTAL
HIGH34-37
MOD30-33
LOW26-29
Tingkat Kualitas Layanan Internal
7(33,3%)
7(33,3%)
7(33,3%)
N = 21(100%)
Sumber : data primer, diolah.
Tabel 7.Distribusi Internal Servqual Kategori Tingkat Kepuasan
Keterangan Categories of Satisfaction (%) Total
Sangat puas( ≥ 35)
Puas
(33-34)
Cukup puas(31-32)
KurangPuas(29-30)
Tidak puas(≤ 28)
Tingkat Kualitas Layanan internal
628,6%
314,3%
419,0%
29,5%
628,6%
N = 21100%
Sumber : data primer, diolah.Gambar 1.
28.6
14.3
19
9.5
28.6
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5
distribusi kualitas layanan internal
Model Heskett the service profit chain ini menjelaskan, bahwa ada kaitan antara
variabel-variabel internal service quality employee satisfactioan high value service
customer satisfaction customer loyalty profit and growth. Teori ini menekankan,
bahwa keuntungan dan pertumbuhan suatu organisasi pertama kali ditentukan oleh
kualitas layanan internal terhadap para karyawannya. Kualitas layanan internal menjadi
titik pangkal dalam mata rantai perolehan keuntungan dan pertumbuhan organisasi. Jadi
16
kalau kualitas layanan internal menunjukkan suatu pola seperti nampak pada tabel 6,
tabel 7 dan gambar 1, ada kemungkinan hubungan dengan mata rantai berikutnya pun
menjadi lemah atau tidak kuat.
Deskripsi kepuasan kerja karyawan.
Alat ukur kepuasan kerja karyawan (job satisfaction) diadopsi dari the Minnesota
Satisfaction Questionaire atau MSQ, Long Form Version (lihat tabel 3). Berdasarkan
olahan distribusi frekuensi skor kepuasan kerja karyawan, maka sebagian besar karyawan
atau sebesar 47,7 persen memiliki tingkat kepuasan dalam kategori rendah. Sebesar 23,8
persen memiliki tingkat kepuasan tinggi dan sisanya 28,5 persen masuk kategori
menengah (tabel 8). Berdasarkan pembagian lima kategori tingkat kepuasan (tabel 9 dan
gambar 2), persentase karyawan yang menyatakan kurang puas dan tidak puas sebesar
57,2 persen. Hasil ini justru dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi pihak atasan yang
berkompeten, khususnya tentang tingginya proporsi tingkat kepuasan dengan kategori
“rendah” dan kategori “kurang puas dan tidak puas”.
Tabel 8.Distribusi Frekuensi Job satisfaction Kategori Tinggi-RendahVariabel Kategori tinggi-rendah
3 level (%)TOTAL
HIGH79-84
MOD 73-78
LOW67-72
Tingkat Kepuasan Kerja Karyawan
5(23,8%)
6(28,5%)
10(47,7%)
N = 21(100%)
Sumber : data primer, diolah
Tabel 9.Distribusi Frekuensi Job satisfaction Kategori Tingkat Kepuasan
Keterangan Categories of Satisfaction (%) Total
Sangat puas(≥ 82)
Puas
(78-81)
Cukup puas(74-77)
KurangPuas(70-73)
Tidak puas(≤ 69)
Tingkat Kepuasan Kerja karyawan
29,5%
523,8%
29,5%
733,4%
523,8%
N = 21100%
Sumber : data primer, diolah
Gambar 2.
17
9.5
23.8
9.5
33.4
23.8
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5
distribusi kepuasan kerja
Bila ditelusuri lebih lanjut terhadap atribut kepuasan kerja yang meliputi 20 item
dan bila dilihat skor berdasarkan item pernyataan, maka penyumbang rendahnya tingkat
kepuasan adalah faktor keamanan kerja, pengakuan kerja dari pihak atasan, dan supervisi
yang dinilai lemah (tabel 10). Faktor keamanan dinilai rendah ada kemungkinan
kehilangan peralatan sekitar bulan Agustus-September 2006, di sekitar kampus Mrican.
Recognition atau pengakuan kerja dari pihak atasan dinilai rendah, bisa terjadi karena
kesibukan rutin para pejabat struktural, sehingga “lupa” untuk memberi perhatian pada
karyawannya. Bila hal ini yang menjadi dugaan, masih dapat ditoleransi, tetapi bila lebih
pada faktor karakter yang tidak peduli terhadap para karyawan memang patut
disayangkan. Bagaimana pun juga, karyawan adalah partner kerja dan butuh untuk
dihargai. Faktor lain yang dipersepsi lemah oleh karyawan adalah supervisi pihak atasan.
Ada kemungkinan karyawan “dibiarkan” karena dianggap mampu untuk menyelesaikan
semua persoalan, atau teguran dan sapaan sederhana semacam “bagaimana apa ada
persoalan ?” masih kurang dilakukan.
Tabel 10. Deskripsi atribut kepuasan kerja pada kategori High and Low
No item Atribute Categories8 Co-workers High10 Independence High11 Security Low15 Recognition Low17 Supervision -Human Relations Low18 Supervisian –Technical Low
Others Moderate Sumber : Data primer.
18
Di lain pihak, atribut kerjasama di antara rekan kerja dan kemandirian kerja dinilai
tinggi. Opini karyawan seperti ini nampaknya cocok dengan faktor supervisi yang lemah
dari pihak atasan. Artinya, selama ini karyawan lebih banyak bekerja sendiri dengan
bantuan rekan kerja untuk menyelesaikan semua masalah layanan terhadap mahasiswa.
Seperti yang dikemukakan oleh Raymond, Noe (1994) salah satu sumber ketidakpuasan
kerja adalah behavior setting & person (psychology) daripada faktor organizational task
(tugas-tugas organisasi) maupun faktor ekonomi. Berdasarkan variabel sumber
ketidakpuasan kerja karyawan tersebut nampaknya faktor non-ekonomi, terutama faktor
psikologis lebih mendominasi penyebab ketidakpuasan kerja.
Deskripsi kualitas layanan eksternal.
Kualitas layanan eksternal terhadap customer merupakan mata rantai yang sangat
penting bagi perusahaan/organisasi dalam hal mempertahankan dan mengembangkan
usahanya. Dalam organisasi Perguruan Tinggi, mahasiswa sebagai customer harus
mendapatkan layanan berkualitas, sehingga mereka akan memperoleh kepuasan selama
masa kuliah. Selanjutnya hal ini akan menentukan penilaian masyarakat pengguna atas
keberadaan organisasi tersebut. Berbagai layanan kurang baik kepada customer
merupakan promosi buruk bagi sebuah organisasi. Bila keadaan ini terus berlangsung
dalam jangka panjang, maka keberadaan organisasi tersebut akan terancam ditinggalkan
para pelanggan dan pengguna.
Pengukuran external service quality dalam penelitian ini menggunakan dimensi
dan atribut yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, Berry (1988), meliputi
tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Banyak peneliti yang
menggunakan alat ukur ini dengan berbagai modifikasi disesuaikan dengan bidang organisasi
yang diteliti, terutama pada sejumlah item atributnya. Adapun atribut yang digunakan sebagai alat
ukur dalam penelitian ini meliputi 17 butir (item) yang ditanyakan kepada mahasiswa sebagai
customer (lihat tabel 4), sekaligus mencerminkan bagaimana kepuasan mahasiswa atas layanan
yang diberikan oleh para karyawan.
19
Tabel 11Distribusi Frekuensi Skor External Servqual
(menurut kategori kepuasan)Variabel Categories of Satisfaction 5 level (%) Total
Sangat puas(≥71)
Puas
(63-70)
Cukup puas(56-62)
KurangPuas (49-55)
Tidak puas(≤48)
Kualitas Layanan Eksternal
912,9%
1318,5%
2637,1%
1825,7%
4 5,7%
N = 70100%
Sumber : data primer, diolah.
Gambar 3.
12.918.6
37.1
25.7
5.7
0
5
1015
20
2530
35
40
%
1 2 3 4 5
persen
TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA (external servqual)
Hasil pengukuran kualitas layanan eksternal melalui distribusi frekuensi lima
kategori tingkat kepuasan (tabel 11 dan gambar 3) menunjukkan, bahwa sebagian besar
mahasiswa berpendapat layanan karyawan memuaskan (cukup, puas, sangat puas)
sebesar 68,6 persen dan sisanya kurang atau tidak memuaskan sebesar 31,4 persen.
Kondisi ini mencerminkan di satu sisi layanan yang diberikan oleh karyawan kepada
mahasiswa sudah baik, tetapi ketidakpuasan sebesar lebih dari 30 persen seharusnya
dapat dikurangi di waktu mendatang.
Hasil kurang lebih sama dapat dilihat pada tabel 12 dan gambar 4, melalui tiga
kategori tinggi dan rendah. Lebih dari 50 persen masuk dalam kategori sedang
(moderate) dan 20 persen tergolong tinggi, namun masih ada 25 persen kualitas kepuasan
dalam posisi rendah. Memang tidak ada ukuran yang pasti berapa persen minimal
kategori rendah yang dipersyaratkan, tetapi semakin rendah angkanya, semakin baik pula
tingkat kualitas kepuasan. Yang lebih penting dalam hal ini adalah menelusuri lebih
lanjut item-item yang sekiranya memperoleh point rendah menurut persepsi mahasiswa.
20
Oleh karena itu mengamati bagaimana tanggapan mahasiswa mengenai kualitas kepuasan
dapat dilihat pada ranking kepuasan yang diberikan oleh mahasiswa (tabel 13).
Tabel 12Distribusi Frekuensi Skor External Servqual
(menurut tinggi-rendahnya kualitas kepuasan)
Variabel Kategori tinggi-rendah3 level (%)
TOTAL
HIGH(≥67)
MOD(54-66)
LOW(≤53)
Tingkat Kualitas Layanan Eksternal
1420,0%
3854,3%
1825,7%
70100%
Sumber : data primer, diolah.
Gambar 4.
20
54.3
25.7
0
10
20
30
40
50
60
%
1 2 3
persen
Hasil penelitian berdasarkan ranking kepuasan menurut persepsi mahasiswa
menunjukkan ada beberapa item atribut yang memperoleh respon positif, tetapi ada pula
yang mencerminkan beberapa layanan berkualitas masih rendah (lihat tabel 13). Ada tiga
atribut menonjol yang memperoleh apresiasi berkualitas tinggi menurut persepsi
responden, yakni karyawan berpenampilan rapi (memperoleh total rating 47 suara),
karyawan siap dan bersedia membantu (total rating 40 suara), dan karyawan bersikap
sopan saat melayani mahasiswa (total rating 36 suara). Sedangkan atribut lainnya
memperoleh suara di bawah angka 30, tetapi untuk atribut layanan yang cepat -segera dan
layanan secara keseluruhan memuaskan, masing-masing memperoleh 29 suara.
21
Tabel 13Ranking Kepuasan menurut persepsi mahasiswa FE
Item Uraian R 1 R 2 R 3 R 4 R 5 Total Rating (item)
1 Penampilan rapi 19 10 11 5 2 472 Layanan cepat dan segera 8 6 5 3 7 293 Sikap simpatik 4 2 5 5 3 194 Menepati janji 2 5 5 11 4 275 Sistem pencatatan yang akurat 0 2 1 2 1 66 Layanan secara keseluruhan memuaskan 8 4 4 8 5 297 Karyawan siap dan bersedia membantu 10 14 6 2 8 408 Karyawan kelihatan tdk sibuk 0 0 1 2 3 69 Tanggap terhadap permintaan mahasiswa 4 4 3 6 4 2110 Pengalaman luas 2 2 3 4 5 1611 Memiliki kompetensi 2 2 3 3 4 1412 Bersikap sopan 4 7 7 8 10 3613 Dapat dipercaya 0 1 4 1 4 1014 Mudah menjalin relasi 5 3 5 1 5 1915 Mudah diajak komunikasi 4 7 6 5 3 2516 Memberi perhatian personal 0 0 0 1 0 117 Memahami kebutuhan spesifik 1 0 0 3 1 5
Total (rank) 70 70 70 70 70 350Sumber : data primer
Gambar 5.
PENAMPILAN RAPI
Rank 2 : 21%
Rank 3 : 23%
Rank 4 :11%
Rank 5: 4%
Rank 1: 41%
Atribut “karyawan berpenampilan rapi” ditempatkan oleh responden pada ranking
pertama dengan suara terbanyak (rating) sebesar 41 persen, ranking ketiga 23 persen dan
ranking kedua 21 persen merupakan hal positif dalam menjalin relasi dengan orang lain
(gambar 5). Namun perlu disadari bahwa penampilan fisik bukan sesuatu yang esensial,
22
melainkan sekedar support atau faktor pendukung saja. Apa artinya penampilan fisik
bagus, tetapi kinerja buruk? Apa artinya fasilitas fisik mewah, tetapi layanan karyawan
sangat lamban?
Sedangkan atribut berikutnya yang memperoleh rating (jumlah suara) tinggi
adalah “karyawan siap dan bersedia membantu”. Responden menempatkan item ini
terbanyak pada ranking kedua sebesar 35 persen dan berikutnya ranking pertama sebesar
25 persen (gambar 6). Hal ini mencerminkan bahwa komitmen karyawan untuk
membantu mahasiswa sebenarnya sudah baik. Didukung dengan item “layanan cepat dan
segera” dan item “layanan secara keseluruhan memuaskan” dengan total rating masing-
masing sebesar 29 suara, merupakan bukti bahwa persepsi mahasiswa terhadap layanan
karyawan pada umumnya memang baik. Namun itu tidak berarti tidak ada kekurangan
dalam hal layanan kepada mahasiswa. Misalnya saja usulan agar Fakultas Ekonomi
memanfaatkan teknologi informasi agar mahasiswa dapat mengakses sendiri
kebutuhannya (informasi administrasi) merupakan masukan yang baik.
Gambar 6.SIAP & SEDIA MEMBANTU
Ranking, 1, 25%
Ranking, 2, 35%
Ranking, 3, 15%
Ranking, 4, 5%
Ranking, 5, 20%
Atribut terakhir yang memperoleh jumlah suara (rating) tiga besar adalah
“perilaku sopan saat melayani mahasiswa”. Responden menempatkan perilaku sopan ini
terbanyak pada ranking kelima sebesar 29 persen dan keempat sebesar 22 persen (gambar
5). Perilaku sopan ini kelihatan nampak sepele, tetapi bisa mengakibatkan tanggapan
23
sangat negatif bagi customer (mahasiswa) bila karyawan bersikap “judes” dan tidak
menghargai mahasiswa yang harus dilayani.
Ada dua item lagi yang cukup mendapat suara dari responden, yakni “karyawan
tanggap terhadap permintaan mahasiswa” dan “karyawan mudah diajak komunikasi”
(lihat tabel 13). Dua item ini memberi gambaran bahwa potensi karyawan Fakultas
Ekonomi sangat bagus dalam hal melayani para mahasiswa. Dengan modal tanggap dan
mudah diajak komunikasi, maka kesulitan yang dialami oleh mahasiswa semestinya
dapat dibantu oleh para karyawan.
Gambar 7.PERILAKU SOPAN
Ranking, 1, 11%
Ranking, 2, 19%
Ranking, 3, 19%
Ranking, 4, 22%
Ranking, 5, 29%
Beberapa atribut yang kurang direspon oleh mahasiswa adalah masalah sistem
pencatatan, karyawan nampak tidak sibuk, karyawan memberi perhatian personal dan
karyawan memahami kebutuhan spesifik mahasiswa. Sistem pencatatan kurang direspon
dapat diduga karena mahasiswa sebenarnya kurang paham tentang sistem pencatatan itu
sendiri. Keluhan yang sering muncul misalnya ketidakcocokan nilai hasil ujian antara
pengumuman dan data BRS on line. Item atau atribut “karyawan nampak tidak sibuk”
kurang mendapat tanggapan karena bagi mahasiswa yang lebih penting adalah kecepatan
layanan yang diberikan. Kurangnya karyawan memberi perhatian personal dan
memahami kebutuhan spesifik kepada mahasiswa, kemungkinan disebabkan oleh
banyaknya jumlah mahasiswa yang harus dilayani.
Kalau diteliti lebih lanjut, sejauh mana ada kecocokan (matching) persepsi
mahasiswa responden antara layanan eksternal dan ranking kepuasan, maka ditemukan
24
adanya tiga item yang memberikan gambaran adanya matching (tabel 14). Ketiga
variabel tersebut adalah (1) penampilan rapi karyawan, (2) karyawan siap dan bersedia
untuk membantu, dan (3) karyawan bersikap sopan.
Tabel 14.Matching antara kualitas layanan eksternal (kolom 2)
dan ranking kepuasan mahasiswa (kolom 3 & 4)
(1)Item
(2)Total SkorExservqual
seluruh responden
(3)Rank
Kepuasan1 - 5
(4)Item atau Atribut yang paling banyak
memperoleh suara (Rating)
Skor Rank No item Jumlah % total per item1 295 R1 R1. 1 19 41 %2 232 R2. 7 14 35 %3 241 R3. 1 11 23 %4 237 R4. 4 11 40%5 244 R5. 12 10 29 %6 245
Simpulan :Ada matching untuk item :
KARYAWAN RAPI, SIAP & SEDIA MEMBANTU, dan PERILAKU SOPAN.
Catatan :Kolom (2) diperoleh dari total skor seluruh responden.
Kolom (4) diperoleh dari tabulasi ranking untuk setiap item.
7 256 R58 2029 266 R310 24711 25212 275 R213 25614 25215 264 R416 20217 212
Sumber : data primer, diolah.
Berdasarkan total skor layanan eksternal menurut persepsi mahasiswa responden
(lihat tabel 14, kolom 2), item 1 : karyawan berpenampilan rapi memperoleh skor 295
dan menduduki ranking pertama (R1). Berikutnya secara berturut-turut item 12 :
karyawan bersikap sopan memperoleh skor 275 pada posisi urutan kedua (R2), karyawan
tanggap atas permintaan mahasiswa skor 266 (R3), karyawan mudah diajak komunikasi
skor 264 (R4), dan karyawan siap dan bersedia membantu skor 256 (R5).
Di lain pihak, pilihan dan penempatan masing-masing item pada rank kepuasan
oleh mahasiswa responden menunjukkan bahwa ranking pertama (R1) paling banyak
untuk item “penampilan karyawan rapi”, R2 untuk item “ siap dan bersedia membantu”,
R3 untuk item “penampilan karyawan rapi”, R4 untuk item “menepati janji”, dan R5
25
untuk item “ karyawan bersikap sopan”. Jadi dapat disimpulkan, bahwa ada kecocokan
untuk item karyawan rapi, siap dan bersedia membantu, dan karyawan bersikap sopan.
2. Analisis statistik.
Hasil korelasi antara kualitas layanan internal dan kepuasan kerja karyawan ternyata
menunjukkan, bahwa rho = 0,307 (0.088) atau tidak signifikan (angka 0,088 < tabel
signifikansi 10%, dengan tes satu ekor). Hasil korelasi ini berarti tidak sejalan dengan
hasil-hasil penelitian sebelumnya. Misalnya Schelsinger dan Zornitsky (1991) menguji
keterkaitan (linkages) antara kepuasan kerja, kapabilitas layanan, dan kepuasan
pelanggan. Hasil analisisnya menunjukkan, bahwa persepsi karyawan terhadap kualitas
layanan internal berhubungan positif dengan kepuasan kerja dan kapabilitas layanan.
Namun apabila diamati bagaimana kondisi layanan internal menurut persepsi para
karyawan di kampus Mrican (lihat kembali tabel 6) dan kepuasan kerja karyawan (tabel
8) memang menunjukkan kecenderungan korelasi yang tidak signifikan. Layanan internal
yang dipersepsi oleh karyawan dalam berbagai kategori tinggi-sedang-rendah memiliki
proporsi yang persis sama masing-masing sebesar 33,3 persen, atau bila kategori tinggi
dan sedang dijumlah sebesar 66,6 persen, dan kategori rendah 33,3 persen. Sementara itu
tingkat kepuasan kerja karyawan paling besar sekitar 47 persen berkategori rendah. Lebih
jelas lagi ketika dilihat pola distribusi lima klas interval pada tabel 7 (layanan internal)
dan tabel 9 (kepuasan kerja), 42,9 persen karyawan menyatakan layanan internal
tergolong “sangat memuaskan dan memuaskan”, tetapi 57,2 persen karyawan
menyatakan kepuasan kerja justru tergolong “kurang memuaskan dan tidak memuaskan”.
Jadi polanya memang tidak menunjukkan korelasi yang kuat antara kedua variabel.
Menurut hipotesis Hallowel, kepuasan kerja karyawan memiliki kaitan lebih kuat
terhadap kualitas layanan internal (kebutuhan non-ekonomi) dari pada terhadap
kebutuhan ekonomi karyawan seperti halnya upah dan manfaat. Hal ini penting karena
pekerjaan akan memberikan kepuasan lebih banyak kepada karyawan melalui
pengembangan kualitas layanan internal, dan selanjutnya karyawan akan memberikan
layanan terbaik bagi pelanggan. Jadi layanan internal akan menentukan mata rantai
variabel berikutnya. Seperti halnya model Heskett the service profit chain, ternyata
26
kualitas layanan internal menjadi titik pangkal dalam mata rantai bagi variabel
berikutnya. Layanan internal yang tidak menonjol mengakibatkan hubungan atau korelasi
dengan kepuasan kerja menjadi tidak signifikan.
Jadi hipotesis pertama yang menyatakan bahwa ada korelasi antara kualitas layanan
internal dan kepuasan kerja karyawan dalam penelitian ini tidak signifikan melalui uji
statistik.
Selanjutnya hasil korelasi antara kepuasan kerja dan kualitas layanan eksternal juga
menunjukkan korelasi yang tidak signifikan (angka 0,051 < tabel signifikansi 10%,
dengan tes satu ekor), meskipun angka korelasi rho cukup tinggi = 0,667 (0,051).
Sedangkan korelasi antara kualitas layanan internal dan eksternal, rho = - 0,396 (0,189)
hubungannya negatif dan juga tidak signifikan. Hasil-hasil ini kembali menegaskan,
bahwa sebenarnya mata rantai pertama menentukan mata rantai berikutnya dalam konteks
keterkaitan antarvariabel. Hasil ini malah mendukung pandangan konseptual, bahwa
faktor-faktor non-ekonomi (kualitas layanan internal) menentukan kepuasan kerja
karyawan dan sumber-sumber ketidakpuasan kerja adalah faktor psikologis.
Seperti halnya penelitian Spinelli dan Canavos (2000) tentang hubungan antara
kepuasan kerja karyawan dan kepuasan pelanggan (tamu) pada jasa perhotelan. Salah
satu sumber terpenting dari kepuasan pelanggan adalah kepuasan karyawan. Kesimpulan
yang bisa ditarik, bahwa karyawan yang merasa senang (happy) atas pekerjaannya akan
mempengaruhi sikap layanan mereka kepada para tamu hotel. Kualitas layanan internal
yang baik akan menentukan kepuasan karyawan, selanjutnya karyawan akan memberikan
layanan nilai yang tinggi (kualitas layanan eksternal) kepada pelanggan, kemudian
pelanggan akan memperoleh kepuasan dan menjadikan pelanggan loyal, dan akhirnya
profit dan pertumbuhan organisasi akan terjamin.
Jadi hipotesis kedua dan ketiga dalam penelitian ini, yaitu korelasi antara kepuasan
kerja, kualitas layanan internal dan kualitas layanan eksternal juga tidak signifikan.
Faktor penentu mengapa hal ini terjadi, diduga kuat karena faktor layanan internal yang
dipersepsi oleh karyawan sebagai titik pangkal mata rantai berikutnya.
27
KESIMPULAN
Persepsi terhadap kualitas layanan internal tidak menonjol, proporsi kategori
tinggi-moderat-rendah sama besarnya dan melalui kategori tingkat kepuasan 5 klas
interval, menunjukkan pola yang tidak jelas (berbentuk kurva W), dengan distribusi tidak
normal. Persepsi terhadap kepuasan kerja paling besar pada kategori rendah. Tingkat
kepuasan rendah banyak disumbang oleh faktor keamanan, pengakuan kerja dari pihak
atasan, dan supervisi pihak atasan. Lebih dari 50 persen karyawan menyatakan kurang
puas dan tidak puas dalam bekerja. Persepsi kualitas layanan eksternal menurut persepsi
mahasiswa nampak menonjol pada atribut kerapian karyawan, siap membantu, dan sikap
sopan. Ketiga atribut tersebut ada matching.
Korelasi antara variabel-variabel kualitas layanan internal, kepuasan kerja dan
kualitas layanan eksternal tidak signifikan pada taraf 10%, dengan tes satu ekor. Ternyata
kualitas layanan internal menjadi titik pangkal dalam mata rantai bagi variabel
berikutnya. Layanan internal yang tidak jelas polanya dan distribusi yang tidak normal
mengakibatkan hubungan atau korelasi dengan kepuasan kerja menjadi tidak signifikan.
Begitu pula korelasi antara kepuasan kerja dan kualitas layanan eksternal tidak signifikan.
SARAN
Perlunya perhatian lebih serius bagi para karyawan yang pekerjaan sehari-harinya
harus banyak melayani mahasiswa. Di satu sisi para mahasiswa meminta perhatian lebih
personal dari para karyawan, tetapi pada sisi lain karyawan merasa belum mendapat
pengakuan dari pihak atasan.
Sumber ketidakpuasan kerja karyawan bukan bersumber pada faktor ekonomi,
melainkan faktor psikologis, seperti sapaan atau pujian pada waktu yang tepat. Oleh
karena itu, pihak atasan para karyawan tersebut perlu meningkatkan supervisi, baik yang
bersifat personal maupun teknis. Karyawan jangan terlalu “dibiarkan”. Faktor keamanan
kampus Mrican perlu ditingkatkan. Pelatihan kerja atau lokakarya yang efektif dan
berguna bagi karyawan perlu diselenggarakan secara rutin.
Ada baiknya dilakukan penelitian khusus dengan sampel responden para dosen,
karena selama kuliah mahasiswa harus banyak melakukan komunikasi atau kontak
28
dengan para dosen. Namun alat ukur yang dipergunakan, baik internal service quality,
job satisfaction, maupun external service quality harus dibuat secara spesifik, mengingat
jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para dosen berbeda dengan para karyawan non-
edukatif, dalam hal pelayanan terhadap para mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Halowell, Schelsinger & Zornitsky, 1996. “Internal Service Quality, Customer and Job Satisfaction”, Human Resources Planning, 19, 2; ABI/ INFORM Global, p.20
Juliandi, Azuar. 2004. “Beberapa Faktor kepuasan Kerja yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi”, USU Repository, Program pasca Sarjana.
MSQ, the Minnesota Satisfaction Questionaire (Vocational Psychology Research has been part of the Work Adjustment Project in the Department of Psychology at the University of Minnesota since 1970), http.www.psych.umn.edu/psylabs/vpr/msqinf.htm
Raymond, Noe, 1994. Human Resources Management : Gaining A Competitive Advantage. New york : Irwin.
Shahin, Arash. 2005. “SERVQUAL and Model of Service Quality Gaps : A Framework for Determining and Prioritizing critical Factors in Delivering Quality Services”, Department of Management, University of Isfahan, Iran.
Spinelli and Canavos, 2000. Investigating the relationship between employee satisfaction and guest satisfaction , Cornell Hotel and Restauran Administrastion Quarterly; Dec 2000; 41, 6; ABI/INFORM Global p.29
Slintje, 2006. Analisa Hubungan Latar Belakang Karyawan dan Pengaruh Kualitas Layanan Internal terhadap Kepuasan Karyawan di Hotel X, Surabaya , Jurnal Manajemen Perhotelan, Mar 2006 / Vol 2 / No 1.
Subhash C. Mehta et al. 2000. International Journal Of Retail and Distribution Management.
Zeithaml, Parasuraman, Berry ,1990. “Delivering Quality Service”, New York : The Free Press (Lihat juga Subhash et al.,2000, International Journal Of Retail and Distribution Management).
29