kerawanan pangan - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-pangan... · web...

59
MODEL PENGEMBANGAN LPMD LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT DESA Diabstraksikan dan dirangkum oleh: Prof Dr Ir Soemarno MS Bahan kajian dalam MK. Dinamika Pengembangan Wilayah PSDAL-PDIP PPS FPUB 2010 I. PENDAHULUAN Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk secara fisik maupun ekonomi, diperlukan pengelolaan cadangan pangan di seluruh komponen masyarakat. Salah satu caranya ialah dengan menumbuh-kembangkan sekaligus memelihara tradisi masyarakat secara perorangan maupun kelompok untuk menyisihkan sebagian hasil panen sebagai cadangan pangan dengan membangun lumbung pangan. Memantapkan ketahanan pangan masyarakat merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling dasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa. Pada kenyataannya cadangan pangan bagi masyarakat di suatu daerah dikuasai oleh pemerintah, pedagang / suasta dan rumah tangga yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda- beda. Cadangan pangan yang dikuasai oleh pemerintah berfungsi a.l. untuk : (1). melakukan operasi pasar murni (OPM) dalam rangka stabilisasi harga; (2). memenuhi kebutuhan pangan akibat bencana alam atau kerusuhan sosial; (3). memenuhi jatah beras golongan berpendapatan tetap dalam hal ini PNS, TNI/Polri; dan (4). memenuhi penyaluran pangan secara khusus seperti program Raskin. Cadangan pangan yang dikuasai suasta/pedagang, umumnyai berfungsi untuk : (1). mengantisipasi terjadinya lonjakan permintaan; dan (2). mengantisipasi terjadinya keterlambatan pasokan pangan. Sementara itu, cadangan pangan yang dikuasai oleh rumah tangga, baik individu maupun secara kolektif, berfungsi untuk : (1). mengantisipasi terjadinya kekurangan bahan pangan pada musim paceklik; dan (2). mengantisipasi ancaman gagal panen akibat bencana alam seperti serangan hama dan penyakit, anomali iklim dan banjir. 1

Upload: vanbao

Post on 25-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

MODEL PENGEMBANGAN LPMD

LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT DESA

Diabstraksikan dan dirangkum oleh:Prof Dr Ir Soemarno MS

Bahan kajian dalam MK. Dinamika Pengembangan WilayahPSDAL-PDIP PPS FPUB 2010

I. PENDAHULUANUntuk menjamin pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk secara fisik maupun

ekonomi, diperlukan pengelolaan cadangan pangan di seluruh komponen masyarakat. Salah satu caranya ialah dengan menumbuh-kembangkan sekaligus memelihara tradisi masyarakat secara perorangan maupun kelompok untuk menyisihkan sebagian hasil panen sebagai cadangan pangan dengan membangun lumbung pangan.

Memantapkan ketahanan pangan masyarakat merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling dasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa. Pada kenyataannya cadangan pangan bagi masyarakat di suatu daerah dikuasai oleh pemerintah, pedagang / suasta dan rumah tangga yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Cadangan pangan yang dikuasai oleh pemerintah berfungsi a.l. untuk : (1). melakukan operasi pasar murni (OPM) dalam rangka stabilisasi harga; (2). memenuhi kebutuhan pangan akibat bencana alam atau kerusuhan sosial; (3). memenuhi jatah beras golongan berpendapatan tetap dalam hal ini PNS, TNI/Polri; dan (4). memenuhi penyaluran pangan secara khusus seperti program Raskin.

Cadangan pangan yang dikuasai suasta/pedagang, umumnyai berfungsi untuk : (1). mengantisipasi terjadinya lonjakan permintaan; dan (2). mengantisipasi terjadinya keterlambatan pasokan pangan. Sementara itu, cadangan pangan yang dikuasai oleh rumah tangga, baik individu maupun secara kolektif, berfungsi untuk : (1). mengantisipasi terjadinya kekurangan bahan pangan pada musim paceklik; dan (2). mengantisipasi ancaman gagal panen akibat bencana alam seperti serangan hama dan penyakit, anomali iklim dan banjir.

Dalam era otonomi daerah, masyarakat perlu dilibatkan agar dapat menumbuhkembangkan dan sekaligus memelihara tradisi, baik secara individu maupun secara kelompok, untuk mencadangkan pangannya. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan jalan sosialisasi yang bersifat memberikan suatu pemahaman agar terbentuk suatu persepsi tertentu, misalnya, pemahaman bahwa mengandalkan sepenuhnya pemenuhan pangan pokok lewat pasar bebas adalah riskan, karena masalah pangan bisa muncul kapan saja. Dapat pula dengan upaya melakukan program aksi pemberdayaan yang bersifat sebagai stimulan seperti program revitalisasi lumbung pangan masyarakat.

Di samping itu secara kelembagaan, dalam rangka pengembangan cadangan pangan pemerintah diusulkan pembagian peran dimana pemerintah pusat tetap mengelola cadangan pangan beras, sedangkan pemerintah daerah mengelola cadangan pangan non beras sesuai dengan makanan pokok masyarakat setempat. Selain itu perlu mempertahankan sistem sentralistik dalam pengelolaan cadangan pangan beras oleh pemerintah pusat. Disamping itu, ada baiknya pula diperjelas pembagian peran, dimana

1

Page 2: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

pemerintah pusat mengelola stok operasi, stok penyangga dan pipe line stock, sedangkan pemerintah daerah mengelola reserve stock yang diperuntukkan untuk keperluan darurat seperti bencana alam, dan konflik sosial yang tidak bersifat nasional. Dalam hal tertentu diperlukan adanya pendekatan terdesentralisasi (bukan terpusat) dalam mekanisme penyaluran stok beras untuk keadaan darurat. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi melalui pengurangan koordinasi, pemotongan jalur birokrasi, pendistribusian tugas dan wewenang, dan sekaligus pendistribusian beban biaya dan riosiko di antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Kerawanan pangan dan kemiskinan hingga kini masih menjadi masalah utama di Indonesia. Kerawanan pangan mempunyai korelasi positif dan erat kaitannya dengan kemiskinan. Meskipun jumlah penduduk miskin telah menurun dibanding sebelum krisis ekonomi tahun 1998, berdasarkan data BPS Tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 37,17 juta (16,58%), Sedangkan jumlah penduduk miskin diakibatkan oleh kerentanan rawan pangan tahun 2007 sebesar 31,81 juta jiwa (14,19%).

Berdasarkan data tersebut maka fokus pembangunan pada saat ini masih diarahkan pada penanganan masalah kerawanan pangan dan kemiskinan yang berada di pedesaan/perkotaan dengan jalan meningkatkan ketahanan pangan. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan keluarga, upaya yang dilakukan antara lain melalui penguatan cadangan pangan masyarakat dalam bentuk kelembagaan lumbung pangan. Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan yang ada di masyarakat yang telah lama berperan dalam pengadaan pangan terutama dalam musim paceklik. Peranan lumbung di masa lalu lebih bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik. Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan alternative dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi modern. Namun kelembagaan alternative tersebut ternyata mengalami kegagalan dan menyebabkan petani selalu berada dalam posisi lemah. Berdasarkan hasil penelitian PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa daerah terbukti memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga alternatif yang diintervensi dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif dalam melayani kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani kebutuhan finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung.

Dalam rangka mendukung ketahanan pangan komunitas anggota lumbung, kelembagaan lumbung pangan harus mampu berperan ganda tidak hanya dalam menjalankan fungsi social tetapi juga fungsi ekonomi bagi anggotanya. Badan Ketahanan Pangan – Deptan pada Tahun 2009 melaksanakan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan sebagai bagian integral dari Program Aksi Desa Mandiri Pangan dan diharapkan mampu mempercepat peningkatan ketahanan pangan masyarakat di pedesaan/perkotaan.

1.2. TujuanMeningkatkan peran kelembagaan lumbung pangan selain berperan sebagai fungsi

sosial dalam penyediaan cadangan pangan masyarakat diharapkan juga berperan sebagai fungsi ekonomi bagi kesejahteraan anggota dan masyarakat di sekitar desa sasaran.

1.3. SasaranSasaran kelompok berada di Desa Mandiri Pangan yang mendapat bantuan

pemerintah. Penerima manfaat adalah rumah tangga miskin .

2

Page 3: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

1.4. Indikator Keberhasilan/Output1. Tersedianya fisik lumbung pangan.2. Berkembangnya organisasi, administrasi dan jaringan usaha lumbung pangan.3. Tersedianya cadangan pangan di masyarakat4. Berkembangnya usaha produktif.

Belajar dari Kearifan Petani Kecil(Sumber: Hermas E Prabowo Kompas, Rabu, 14 Oktober 2009)

Bangunan lumbung pangan warga di Pedukuhan Mojo, Desa Wates, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, begitu sederhana. Berdinding anyaman bambu, beratap genteng, dan berlantai tanah. Dari lumbung pangan itulah warga menggantungkan harapan. Warga tidak perlu cemas kekurangan pangan bila suatu ketika mereka tertimpa musibah.

Sumber: cetak.kompas.com/read/xml/2009/1...ni.KecilLumbung pangan akan memberikan pinjaman pangan tanpa ada kewajiban untuk mengembalikan. Ini sifatnya bantuan dan besarannya tergantung tingkat kerusakan dan kesepakatan warga. Begitu pula bila musim kemarau datang lebih lama, warga tak perlu panik kekurangan makanan. Lumbung pangan mereka siap kapan saja membantu warga yang dilanda paceklik.Warga yang kekurangan benih untuk musim tanam berikutnya, misalnya karena benih cadangan ikut terjual untuk kebutuhan anak sekolah, juga tidak usah gelisah. Mereka bisa meminjam benih dari lumbung pangan itu.Lumbung ini tidak hanya menyimpan gabah kering giling, umbi-umbian, atau kacangkacangan, tetapi juga keperluan petani lainnya seperti benih.

3

Page 4: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

1.5. Pengertian1. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah, mutunya, aman, merata dan terjangkau. (UU No.7/1996).

2. Rawan Pangan adalah kondisi suatu daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian besar masyarakatnya.

3. Cadangan Pangan Masyarakat adalah cadangan pangan yang dikelola masyarakat atau rumahtangga termasuk petani, koperasi, pedagang dan industri rumahtangga.

4. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan didorong untuk semakin mandiri dalam mengembangkan perikehidupan mereka.Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan yang dimilikinya sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi perikehidupan mereka sendiri.

5. Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan.

6. Lumbung Pangan Masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa/kota yang bertujuan untuk pengembangan penyediaan cadangan pangan dengan system tunda jual, penyimpanan, pendistribusian, pengolahan dan perdagangan bahan pangan yang dikelola secara berkelompok.

7. Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. (Pedum Bansos Untuk Pertanian Tahun 2009).

Antisipasi Kemarau Panjang, Pemkab Membangun Lumbung Pangan

Kemarau panjang yang terus terjadi hingga memasuki bulan November membuat petani di berbagai daerah merasa ketar-ketir. Keterlambatan musim penghujan dikhawatirkan berdampak beruntun terhadap mundurnya musim tanam dan masa panen. Jika hujan turun sekitar bulan Desember, maka musim panen baru akan terjadi sekitar bulan Maret. Akibatnya ketersediaan pangan pada dua bulan di awal tahun akan menipis. Titik paling kritis terjadi pada bulan Januari dan Februari.Mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan, Pemkab berencana membangun lumbung pangan. Sebagai langkah konkrit dimulai dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk penghematan bahan pangan, terutama bahan-bahan seperti gaplek dan ubi kayu yang menjadi bahan baku nasi tiwul.

4

Page 5: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Masyarakat diharapkan mengurangi kecenderungan menjual bahan pangan ke luar daerah demi cadangan menghadapi masa-masa paceklik. Para petani juga diimbau memanen ubi kayu secara bertahap, sesuai kebutuhan pangan keluarga secara harian.Saat ini cadangan pangan yang dimiliki masyarakat dirasa masih mencukupi. Hal ini belum termasuk cadangan beras yang ada di gudang Bulog. Untuk jangka panjang, di wilayah kabupaten perlu adanya semacam lembaga penyangga ketersediaan pangan untuk menjaga kemungkinan terjadi Paceklik pangan. Caranya adalah Pemkab membeli hasil panen bahan pangan dari masyarakat untuk disimpan dalam jangka waktu lama. Jika terjadi rawan pangan, stok tersebut bisa dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan.

Sumber: 219.83.122.194/web/index.php%3Fo...id%3D109

5

Page 6: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

II. KERANGKA KONSEP LPMD

Mewujudkan Kedaulatan dengan Lumbung Pangan Dengan bantuan modal dari Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSKBB)

Solo, dan VECO Indonesia, Kelompok Tani Sari Rejeki di Boyolali, Jawa Tengah bisa membeli padi dari anggotanya dengan harga lebih tinggi. Dengan harga jual lebih tinggi, maka petani akan menjual padinya ke kelompok daripada ke tengkulak. Maka petani untung, demikian pula dengan kelompoknya. Mereka bisa memiliki cadangan pangan di lumbung.

Kelompok Tani Sari Rejeki, yang juga berfungsi sebagai lumbung pemasaran beras organik, merupakan salah satu dari lima kelompok lain yaitu Sari Mulyo (65 anggota), Sari Rejeki (33), Sumber Ekonomi (42), Sari Tani (85), Ngudi Cukup (48), dan Sido Makmur (60). Semua kelompok tani mempunyai lumbung cadangan pangan. Khusus untuk Sido Makmur seluruh anggotanya perempuan.

Adapun varietas yang disimpan adalah beras merah sleggreng, varietas lokal yang banyak diproduksi petani setempat. Jenis ini laku di pasar dan tidak jadi menu utama konsumsi beras petani. Setahun lalu, petani setempat mendirikan lumbung pangan untuk menjamin kedaulatan pangan petani setempat. Petani juga mendapat pendampingan dari LSKBB untuk proses produksi seperti pembuatan pupuk dan penangkaran benih serta peningkatan kapasitas seperti pengorganisasian, administrasi kelompok, penanganan pasca panen seperti pengeringan, penyimpanan dan lumbung serta kewirausahan. Bersama kelompok desa petani di sini juga membentuk Asosiasi Petani Organik Boyolali) dan Kelompok Jaringan Lumbung Boyolali. Semuanya untuk mewujudkan kedaulatan pangan bagi petani.

Untuk mewujudkan kedaulatan pangan tersebut, VECO Indonesia juga melakukannya melalui advokasi kebijakan. Aliansi Petani Indonesia (API) dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) merupakan dua mitra VECO Indonesia yang fokus pada advokasi. API fokus pada pengorganisasian petani sedangkan KRKP pada kedaulatan pangan. Meski demikian, keduanya saling bersinergi dalam beberapa isu nasional seperti Platform Beras, yang difasilitasi oleh VECO Field Antena Jakarta, membahas isu-isu mata rantai beras, HPP dan studi lapangan ke Pasar Induk Beras di Cipinang, Jatinegara, Jakarta Timur.

Untuk mendukung program advokasi, dua lembaga tersebut harus lebih mampu berhubungan dengan media maupun melakukan lobi pada pengambil kebijakan. Beberapa kegiatan advokasi yang dilakukan dua lembaga mitra tersebut antara lain mendiskusikan isu-isu kebijakan pertanian dan kondisi pangan di Indonesia, membahas reforma agraria termasuk di dalamnya tanah, benih dan sumberdaya alam lainnya.

Pada isu kedaulatan pangan, misalnya, VECO Indonesia mendorong adanya Desa Mandiri Pangan Menuju Desa Sejahtera (DMPDS). Strategi ini merupakan kolaborasi antara pemerintah dan LSM untuk mewujudkan kedaulatan pangan.

Meningkatkan Posisi Melalui Asosiasi Alat paling efektif untuk membalikkan posisi petani, dari yang semula mengalami

ketergantungan menjadi pihak yang mengendalikan, adalah organisasi petani. Ada ribuan petani dan kelompopk tani yang dapat dihimpun untuk bergabung dalam Asosiasi Petani.

6

Page 7: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Melalui asosiasi, petani bisa mendapatkan harga hasil panennya yang lebih tinggi, penimbangan lebih adil, hingga peningkatan taraf hidup bagi generasi selanjutnya. Asosiasi petani seperti ini merupakan puncak dari kekuatan di bawahnya. Ada banyak petani yang tergabung dalam sejumlah kelompok tani. Beberapa kelompok tani bergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Seiring dengan membaiknya harga suatu komoditi (misalnya kacang tanah), petani menjadikan kacang tanah sebagai komoditi andalan. Harga kacang tanah dari yang sebelumnya hanya Rp 3000 per kilogram menjadi sampai Rp 10.000 per kilogram. Peningkatan harga kacang tanah ini seiring sejalan dengan naiknya posisi petani. Sebelum ada asosiasi, posisi petani selalu ditekan oleh tengkulak. Selain dengan sistem ijon, di mana petani terlebih dulu berhutang uang maupun barang pada tengkulak sebelum panen, petani juga tak bisa melakukan tawar menawar untuk menentukan harga pembelian. Dengan adanya asosiasi, petani mempunyai kekuatan untuk melakukan tawar menawar dengan pembeli kacang tanah. Harga yang ditawarkan petani diperoleh dari hasil survei pengurus asosiasi. Sesama petani kemudian sepakat mengajukan satu harga ke pembeli. Pengusaha tak bisa mencari harga lain yang lebih murah karena besarnya wilayah yang tergabung dalam asosiasi.

Pembentukan Asosiasi Asosiasi (Gapoktan) sendiri merupakan puncak dari kuatnya organisasi petani. Mulai dari bawah adalah petani secara individu. Beberapa petani, antara 8 hingga 20 orang, bergabung dalam kelompok tani. Di satu desa bisa terdapat beberapa kelompok tani yang kemudian bergabung dalam Gapoktan. Di satu desa terdapat satu atau lebih kelompok tani. Mereka ini kemudian membentuk asosiasi yang mewadahi sebagian besar petani di kawasan ini. Masing-masing tingkat organisasi ini punya fokus isu tersendiri. Kelompok tani misalnya fokus pada aspek produksi. Kerja sama sesama petani adalah untuk mendukung produksi pertanian.

Sumber: akln.setjen.depdagri.go.id/new/c...g-pangan

7

Page 8: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Kegiatannya antara lain persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan. Adapun lopotani lebih fokus pada perencanaan dan kebijakan atau aspek politis. Misalnya dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Des). Lopotani juga berfungsi untuk merencanakan musim tanam. Sedangkan asosiasi lebih bergerak di aspek pemasaran. Hal ini memang tujuan utama berdirinya asosiasi. Visi asosiasi adalah untuk menciptakan organisasi petani yang mandiri dan berkelanjutan untuk mendukung pemasaran bersama komoditi pertanian secara adil.Berdirinya asosiasi berawal dari banyaknya masalah yang dihadapi petani dalam pemasaran hasil pertanian. Masalah tersebut, antara lain harga komoditi yang tidak menentu, posisi tawar individual petani yang lemah, akses petani terhadap lembaga keuangan masih terbatas, alat timbangan yang dimainkan oleh pembeli, serta kurangnya akses petani terhadap informasi pasar.

Sumber: akln.setjen.depdagri.go.id/new/c...g-pangan

Dengan beragam masalahnya petani sering menjadi korban. Proses pembentukan asosiasi (Gapoktan) mulai digagas oleh petani setempat melalui pertemuan dan permufakatan masyarakat. Prosesnya dimulai dengan upaya membangun kesadaran diri tentang lemahnya posisi individual petani. Tahap selanjutnya petani melakukan pertemuan di wilayah kerjanya, sesuai dengan tradisi yang berlaku. Sadar tentang kuatnya posisi tawar yang bisa diperoleh melalui asosiasi, para ketua kelompok tani segera mendirikan Asosiasi /Gapoktan.

Seringkali pihak ke tiga, seperti VECO Indonesia dan mitranya YMTM TTU, dapat memfasilitasi terbentuknya asosiasi petani melalui berbagai program seperti peningkatan kapasitas petani maupun pemberian modal usaha. Peningkatan kapasitas tersebut dilakukan melalui pelatihan untuk petani atau dengan melakukan survei pasar. Pembentukan asosiasi berdampak positif pada taraf hidup petani setempat. Hal ini akibat meningkatnya harga hasil tanaman, seperti kedelai, kacang tanah ; misdalnya harga kacangtanah dari semula Rp 3000 hingga bisa mencapai Rp 10.000 per kg. Di sisi lain, jumlah produksi tanaman juga dapat meningkat. Dari yang semula 20-30 karung per hektar per petani, bisa mencapai 100 karung per hektar. Peningkatan produksi ini

8

Page 9: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

karena adanya kerja sama antar petani dan penguasaan teknologi budidaya yang semakin baik.

Pelajaran dari Kebersamaan Meningkatnya harga hasil panen dan posisi tawar dan taraf hidup petani merupakan pengalaman menarik tentang peran organisasi petani. Hal ini sekaligus memberikan pelajaran tentang proses advokasi yang dilakukan oleh lembaga sosial masyarakat.

Sumber : triwisaksana.blogspot.com/2009_0...ive.html

Pertama, dari yang semula jadi korban, petani bisa beralih mengendalikan. Petani kini menjadi pengendali pemasaran hasil tanaman. Pemasaran hasil di kawasan sekitar semula dikendalikan tengkulak, namun saat ini dikendalikan oleh petani. Petani dapat ikut mengendalikan penentuan harga, penimbangan, hingga informasi pasar.

Ke dua, kelompok petani bisa menjadi kekuatan. Sebelum ada kelompok, petani bekerja sendiri-sendiri dengan modal sumber daya maupun ekonomi terbatas. Namun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu dalam usahanya. Petani dapat membuktikan bahwa kekuatan bisa menjadi modal.

9

Page 10: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Sumber: www.jombangkab.go.id/e-gov/layan...o%3D2569Kegiatan pengendalian hama tikus sudah menjadi pekerjaan rutin bagi Kelompok Tani Desa

Jombatan, Kec. Kesamben. Hal ini terbukti pengendalian dengan cara Gropyokan dan Pengemposan sangat efektif mengurangi populasi hama tikus dan biayanya murah.

Pengendalian dengan cara ini hanya dibutuhkan kekompakan saja di kelompoktani dan antar kelompoktani dalam upaya mengamankan produksi Tanaman pangan dan tanaman

perkebunan ( Tebu ) dari serangan hama tikus.

Ke tiga, kelompok tani menciptakan solidaritas antar-petani bahkan antar-desa. Masalah satu petani anggota asosiasi merupakan masalah bagi seluruh petani di kawasan tersebut. Dengan demikian, pengusaha tidak bisa mempermainkan satu pun petani karena akan dianggap mempermaikan petani lainnya.

Kelompok Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) sesuai dengan potensi wilayahnya. Sumber: semende.wordpress.com/2009/08/09...rtanian/

Ke empat, adanya perubahan cara pandang petani terhadap pengusaha. Sebelum ada asosiasi, petani menganggap pengusaha adalah musuh dalam pemasaran karena petani merasa hanya menjadi korban. Kini, petani menggap pengusaha ada bagian penting dalam pemasaran dan karena itu mereka menjadi mitra dalam rantai usaha tani.

10

Page 11: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

PETANI Desa Kutakarya, Kecamatan Kutawaluya, menjual gabah hasil panen dengan harga jauh dibawah harga panen sebelumnya yakni Rp

2700/kg dari Rp 3000/kg harga sebelum turun. Hal itu, menyusul turunnya harga beras saat ini.

Sumber: radarkarawangnews.blogspot.com/2...ive.html

Ke lima, petani dapat mengubah sistem ijon yang selama ini terlanjur dianggap sebagai sistem terbaik dalam pemasaran hasil pertanian. Dulunya sistem ijon terjadi akibat petani harus berhutan pada tengkulak atau pengusaha. Namun kini petani menjual pada asosiasi yang membeli dengan harga tinggi sehingga tidak perlu berhutang lagi.

Petani dapat menjual padinya pada saat belum panen (tanaman masih hijau) untuk memenuhi ekebutuhan mendesak

Sumber: anisavitri.wordpress.com/2009/12/17/

Urgensi Lumbung Pangan (Khudori, Republika. Sabtu, 29 Juli 2006)

Memasuki musim kemarau, biasanya bulan Juni atau Juli, sejumlah daerah sentra

produksi pertanian di Jawa mengalami kekeringan. Petani yang menanam padi pada musim

11

Page 12: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

tanam gadu (musim ke dua) mulai ketar-ketir. Hal ini disebabkan karena tanaman padi memerlukan air yang banyak (diperlukan 1.900 liter hingga 5.000 liter air untuk produksi satu kilogram padi). Pasokan air yang kurang selama fase vegetatif akan membuat pertumbuhan padi terganggu yang pada gilirannya akan memperburuk hasil panen. Untuk menghindari risiko itu, petani bisa serta-merta diminta mengganti tanaman padi dengan tanaman palawija yang tidak memerlukan banyak air. Jenis tanaman itu mudah rusak, harganya fluktuatif, dan relatif tak ada jaminan. Berbeda dengan padi. Pada gilirannya, kekeringan akan menurunkan hasil panen, bahkan membuat panen puso, dan akan mengancam target produksi padi nasional tahun 2006 yang dicanangkan pemerintah: 54,75 juta ton.

Kekeringan, 5000 Ha Gagal Panen

LANGSA- Sedikitnya 5000 hektar lahan sawah milik warga di Kecamatan Langsa Timur mengalami kekeringan. Akibatnya panen padi warga untuk tahun ini di kecamatan tersebut mengalamai gagal panen.

KEKERINGAN- Para petani di Desa Alur Merbau sedang memperlihatkan hasil panen mereka yang gagal akibat sawahnya kekeringan, Senin (30/3).

Foto: Bahtiar Husin/Metro AcehSumber: www.jpnn.com/index.php%3Fmib%3Db...%

Adapun 5000 areal sawah tersebut berada di Desa Alue Merbau, Desa Bukit Metuah, Desa Senebok Antara, Desa Alur Pinang dan Desa Matang Cengai. Menurut petani Desa Alue Merbau, kekeringan itu terjadi akibat cuaca panas beberapa pekan terakhir ini. Selain itu juga kerena tidak berfungsinya saluran irigasi yang berada di desa tersebut, Sudah tiga bulan lahan pertanian tidak diairi, karena tanggul saluran irigasi yang berada di lokasi yang biasanya mengaliri air ke lahan sawah telah jebol.Ancaman Keringnya sawah diawali saat terjadinya “jebolnya” tanggul saluran irigasi yang selama ini mengairi sawah. Sejak saat itu air tidak lagi dapat

12

Page 13: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

mengalir ke sawah, sehingga lahan tanaman padi mengalami kekeringan dan hasil panen menurun drastis.Biasanya dengan luas lahan yang ada, dapat dihasilkan padi hingga 2,8 ton, namun panen kali ini hasilnya hanya 1 ton saja karena padi banyak yang mati dan hampa. Akibat gagal panen itu sebagian petani mulai patah semangat dan enggan untuk menanam padi lagi di lahan tersebut. Areal persawahan mulai ditinggalkan, karena modal yang dikeluarkan dengan hasil tidak berimbang (usahataninya merugi).

Dari sudut pandang perspektif pertanian, kekeringan jauh lebih berbahaya daripada banjir, terutama karena periode waktunya. Banjir sampai batas tertentu, masih dapat dikendalikan dan kejadiannya berlangsung dalam waktu pendek, apalagi jika drainase baik. Di pihak lain, kekeringan membuat kebutuhan air tanaman dan makhluk hidup lain menjadi sangat terbatas, itu pun periodenya sangat panjang. Kekeringan bisa mengancam daerah mana saja, sehingga berdampak lebih luas dan lama. Oleh karena itu, mengurangi dampak tekanan dari kekeringan jadi penting. Secara historis, Indonesia telah berulangkali mengalami peristiwa kekeringan yang serius. Sayangnya, berbagai peristiwa tersebut kurang terdokumentasikan dengan baik. Salah satu kasus kekeringan yang mengesankan terjadi pada awal 1970-an yang menimpa daerah-daerah gudang beras penting di Indonesia, seperti Kabupaten Karawang, Jabar. Akibatnya insiden kelaparan meluas di tengah masyarakat, terutama menimpa mereka yang vulnerable dan berpendapatan rendah.

Puluhan Hektar Sawah KekeringanPuluhan kektar lahan sawah di Kampung Kaceot, Desa Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat, mengalami keterlambatan suplai air. Akibatnya, selain kekeringan juga penggarapan lahan menggunakan alat traktor sulit dilakukan. Padahal, sistem penggunaan traktor memiliki batas waktu tertentu. Para petani menderita kerugian waktu dan terancam lambat panen. Seharusnya mereka sudah mulai tanam benih / bibit padi satu bulan yang lalu. Namun, kini belum dapat dilakukan karena tanah sawah belum diolah. Berdasarkan pemantauan, kondisi air di saluran irigasi induk dan sekunder mengalir cukup lancar. Keterlambatan suplai air ke lahan sawah diakibatkan oleh adanya kerusakan tanggul saluran irigasi. Sehingga air di saluran irigasi sekunder terbuang dan akibatnya jumlah pasokan air ke saluran tersier yang menuju ke lahan sawah tidak mencukupi.

13

Page 14: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

BUTUH AIR: Petani di Kampung Kaceot, Desa Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat, terpaksa memacul lahan kering karena keterlambatan

suplai air. Sumber: radarkarawang.blogspot.com/2009_...ive.html

Akibat kerusakan tanggul tersebut, air irigasi tidak dapat memasuki saluran tersier sesuai dengan kebutuhan untuk mengairi puluhan hektar sawah. Oleh karena itu, selain lambat tanam dipastikan musim penenan berikutnya dikhawatirkan juga terhambat. Padahal, hasil panen yang akan datang merupakan andalan pencaharian setelah hasil panenan kemarin habis untuk modal usahatani.Secara terpisah, penyedia jasa traktor menyesalkan keterlambatan suplai air untuk puluhan hektare sawah di daerah kerjanya. Sehingga pengolahan tanah belum dapat dilakukan sesuai dengan jadwal sewa kerja traktor yang seharusnya sudah selesai dilakukan. Hal seperti ini sangat berpengaruh besar petani dan usahataninya.

Berbagai dampak merugikan akibat kekeringan itu menyadarkan kita bila negara ini belum memiliki sistem ketahanan pangan (food security) yang bisa diandalkan. Kelaparan terjadi selain karena kemiskinan juga karena masyarakat tidak memiliki sistem penyangga ketersediaan pangan untuk menghadapi berbagai situasi sulit. Bulog, lumbung pangan modern sebagai ujung tombak ketahanan pangan, sering tidak berdaya meskipun sudah banyak sumberdaya, dana, waktu, dan fasilitas dicurahkan untuk membentuk cadangan pangan nasional.

Pada situasi dimana kebijakan publik tidak dapat diandalkan, maka masyarakat harus melibatkan diri secara aktif dalam pembentukan cadangan pangan. Dengan segala keterbatasan yang ada, masyarakat harus mampu membangun tatanan kelembagaan cadangan pangan untuk mengamankan diri sendiri, keluarga, dan komunitasnya dari kekurangan pangan kronis. Dalam konteks demikian, gagasan untuk menghidupkan kembali lumbung desa sebagai institusi ketahanan pangan tradisional yang telah dikelola masyarakat desa secara turun-temurun menjadi amat relevan.

Skema pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat

14

Page 15: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Dalam upaya penyediaan pangan secara berkelanjutan, masyarakat desa biasanya menyimpan padi dalam lumbung. Bangunan lumbung dibuat secara khusus, yang dapat menggambarkan bahwa masyarakatnya sangat erat berkaitan dengan budaya bercocok tanam. Di berbagai daerah di Indonesia, bentuk, jenis dan fungsi lumbung beragam sesuai dengan tradisi dan kearifal local masyarakatnya. Lumbung dapat dibuat terpisah dengan rumah dan biasanya ada upacara atas keberadaannya untuk menghormati dan bersyukur kepada dewa (Dewi Sri) sebagai penjaga dan pemelihara padi.

Program pembangunan sistem dan kelembagaan Lumbung Desa Modern merupakan upaya pemberdayaan petani untuk mengatasi gejolak harga gabah, dengan mengembangkan manajemen stok disertai distribusi secara optimal yang mempunyai tujuan antara lain :

(1) Mengintegrasikan subsistem produksi dan pasar, sehingga menjamin adanya kepastian harga produk tanaman pangan yang dapat memperbaiki pendapatan petani,

(2) Memasyarakatkan dan memperkuat sistem lumbung pangan untuk meningkatkan nilai tambah produk tanaman pangan dan ketahanan pangan,

(3) Mengembangkan kerjasama kemitraan dengan pihak lain untuk mengembangkan agribisnis tanaman pangan.

Lumbung pangan dikenal sebagai cadangan pangan di pedesaan dan sebagai penolong selama masa paceklik. Hal ini sangat penting untuk daerah pertanian tadah hujan, lahan pertanian pangan hanya dapat berproduksi optimal pada musim

15

Page 16: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

hujan saja. Selain itu, langkanya dan mahalnya harga pupuk dan saprodi lainnya, memaksa para petani harus berhutang untuk dapat melaksanakan usahtaninya. Dengan keberadaan lumbung, diharapkan dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dalam skala kecil.

Keputusan Mendagri dan otonomi daerah No : 6 tahun 2001 tentang pengembangan lumbung pangan masyarakat / kelurahan menyatakan bahwa LPMD merupakan lembaga milik rakyat desa/kelurahan yang bergerak di bidang pendistribusian, pengolahan dan perdagangan bahan pangan yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat. Hal yang perlu dikaji adalah “Apakah LPMD harus memiliki lumbung secara fisik sebagai tempat menyimpan cadangan pangan atau hanya sebagai kelembagaan desa?”

Tradisi sebagian masyarakat di Indonesia adalah mensakralkan sesuatu dalam kegiatan hidupnya, termasuk “lumbung pangan”. Dengan kemajuan teknologi dan informasi saat ini, telah banyak pergeseran/penghilangan perlakuan terhadap lumbung itu sendiri (pandangan mengenainya, struktur bangunan, metode pemeliharaan, dll). Struktur bangunan penyimpanan yang tradisional tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Bagaimana struktur bangunan lumbung sehingga dapat diketahui apa saja kelebihan dan kekurangannya sebagai sarana penyimpanan, hingga dapat disimpulkan apakah layak atau tidak.

Urgensi lumbungFenomena lumbung desa telah lama dikenal sebagai institusi cadangan pangan di

pedesaan dan sebagai penolong petani di masa paceklik. Dengan fungsi konvensionalnya, lumbung desa telah membantu meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dalam skala kecil. Sayangnya, sepanjang periode orde baru, akibat kebijakan pangan (beras) murah, terjangkau semua orang dan tersedia setiap saat, institusi yang sebetulnya hidup dan dipelihara turun-temurun itu lenyap ditelan waktu.

Masyarakat merasa tidak perlu lagi menyisihkan dan menyimpan sebagian panenya di lumbung desa. Cuma, gagasan untuk menghidupkan kembali institusi lumbung desa saat ini bukan pekerjaan mudah. Identifikasi kondisi lumbung pangan masyarakat desa (LPMD) di Jabar (Kabupaten Tasikmalaya, Cirebon dan Cianjur) dan Jateng (Banyumas, Purworejo dan Boyolali) oleh Departemen Pertanian (2001) menunjukkan jika LPMD belum bisa diandalkan sebagai lembaga yang mampu menyerap marketable plus di saat panen raya. Apalagi diharapkan sebagai stabilitas cadangan pangan masyarakat dan membantu mengamankan harga gabah dari kejatuhan. Di Jabar, marketable plus gabah mencapai 4.074 ribu ton, sementara kapasitas LPMD cuma 13.771 ton (0,59 persen). Sedangkan di Jateng, kapasitas seluruh LPMD hanya menyerap 0,92 persen marketable plus.

Modal awal LPMD hanya dihimpun sekali dalam bentuk natura (gabah). Berikutnya tidak pernah ada aktivitas penyimpanan (setor), yang ada adalah jasa peminjaman dalam bentuk natura dan dikembalikan dalam bentuk natura. Penggunaan jasa pinjaman selain untuk akumulasi modal, susut, dan jasa pengurus serta anggota, juga dipakai untuk kegiatan sosial seperti mengatasi musibah. Dengan kata lain, dalam pengelolaannya LPMD masih menggunakan sistem natura, dan bukan uang. Ciri lain yang melekat, hampir semua LPMD masih berorientasi sosial.

16

Page 17: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Seiring makin menurunnya peran Bulog dalam pembentukkan cadangan pangan nasional, maka langkah merevitalisasi LPMD menjadi institusi penyangga cadangan pangan menjadi amat strategis. Revitalisasi LPMD menjadi lembaga perekonomian desa harus dilakukan secara bertahap. Mula-mula LPMD yang sudah ada dan bersifat sosial dapat ditingkatkan menjadi LPMD sederhana yang kokoh. Selanjutnya, LPMD itu harus difasilitasi menjadi lumbung pangan yang modern seperti yang ada di negara-negara maju.

Cikal-bakal lumbung pangan demikian sudah ada di Sumatera Selatan. Dengan prinsip saling percaya. Pengusaha penggilingan padi memberikan fasilitas gudang gratis kepada petani. Lewat cara ini, pengusaha bisa menjaga pasokan beras sesuai kebutuhan pasar, sehingga harga gabah/beras terkendali. Ujung-ujungnya, bukan saja pengusaha yang untung, petani juga tidak merugi akibat kejatuhan harga di saat panen raya. Dengan bukti kepemilikan gabah di gudang, petani juga bisa mendapatkan kredit dari pengusaha dan pihak lain. Di Lampung jauh lebih maju. Dengan mengantongi sertifikat kepemilikan kopi di gudang dari surveyor, petani kopi di sana dengan mudah bisa mendapatkan fasilitas kredit off-shore berbunga ringan dari institusi perbankan.

Untuk mengembangkan lumbung pangan modern, yang penting bukan cuma institusi fisik, tapi juga soal manajemennya. Intinya, pengelolaan lumbung pangan modern menyangkut tiga hal penting, yaitu pengelolaan risiko, bursa komoditas, dan prinsip saling kepercayaan. Lumbung pangan itu bukan hanya untuk mengelola komoditas yang punya daya simpan panjang seperti beras dan kopi atau biji-bijian, tapi juga komoditas yang mudah dan cepat busuk seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

Dengan penerapan warehouse receipt system dan pergudangan yang canggih, petani dapat lebih terjamin pendapatannya. Petani tidak khawatir harga jual komoditasnya anjlok karena rusak. Dengan lumbung pangan yang modern diharapkan cadangan pangan masyarakat menjadi lebih terjamin.

Sawah Kering, Puso Terbayang(INILAH.COM, Bandar Lampung)

Lampung merupakan salah satu lumbung pangan nasional. Tetapi seringkali daerah ini terancam oleh bahaya kekeringan. Meluasnya kekeringan akibat kemarau dapat menyebabkan 1.754 hektare sawah terancam puso atau gagal panen.Fenomena kekeringan di Lampung dapat mengakibatkan menurunnya produksi padi, hasil panen petani dapat berkurang sekitar 3.000 ton. Jika tidak segera dapat diatasi, kondisi kekeringan jelas merisaukan. Bukan hanya bagi petani dan penduduk setempat, tetapi juga dalam skala nasional.

Data di Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Lampung menunjukkan, hingga 15 Juli 2008 bencana kekeringan tertinggi terjadi di Kabupaten Lampung Tengah. Di kabupaten ini, 1.213 hektare sawah puso. Di Lampung Selatan, 423 hektare juga dilanda kekeringan. Kekeringan terendah terjadi di Lampung Utara. Areal persawahan yang kering tercatat hanya 1 hektare. Dari 1.754 hektare sawah yang kekeringan, 1.093 hektare di antaranya masuk kategori ringan, 459 hektare kategori sedang, dan 202 hektare kategori parah.

17

Page 18: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Sebenarnya lahan yang ditimpa kekeringan hanya 0,5% dari total lahan pertanian di di wilayah Lampung. Tetapi hal seperti ini harus segera diatasi. Sawah yang kekeringan dengan kategori ringan akan kehilangan produksi padi 20%, kategori sedang 50%, dan kategori parah 75%. Dalam kondisi normal, setiap hektare sawah mampu menghasilkan padi 4,5-6 ton.Untuk membantu mengatasi masalah kekeringan ini, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan membantu petani dengan memberikan benih padi. Saat kemarau seperti ini, tidak efektif membantu petani dengan pengadaan sumur bor untuk mengairi sawahnya. Sebab, air sumur bor pun kering di saat musim kemarau. Oleh karena itu bantuan bagi petani berupa benih padi untuk musim tanam berikutnya.

Sumber: www.inilah.com/berita_print.php%...%3D40695

Jika bencana kekeringan terus meluas, pasti bakal ikut memicu lonjakan harga pangan nasional. Harga beras sebagai bahan pangan pokok orang Indonesia bisa merambat naik. Problem lain di luar kekeringan adalah lahan pertanian tanaman pangan dari hari ke hari semakin berkurang sebagai akibat darui berbagaui bentuk konversi lahan pertanian. Sebagian petani akan mengubah pola pengelolaan lahannya mengarah kepada tanaman non-pangan, misalnya aneka tanaman perkebunan yang lebih tahan kekeringan.

2.1. Ruang Lingkup LPMDPemberdayaan lumbung pangan dapat dilakukan di lokasi Desa Mandiri Pangan.

Seluruh tahapan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan dilaksanakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Dengan kegiatan tersebut masyarakat diharapkan mampu memberdayakan kelembagaan lumbung pangan melalui penguatan cadangan pangan dan pengembangan usaha ekonomi kelompok menuju terwujudnya kemandirian kelembagaan lumbung pangan dengan indikator sebagai berikut:

1) Menguatnya permodalan usaha kelompok

18

Page 19: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

2) Meningkatnya posisi tawar (bargaining position) anggota dalam penjualan hasil usaha tani.

3) Berkembangnya keterampilan teknis anggota kelompok.4) Terjalinnya hubungan kemitraan dan jaringan usaha kelompok5) Berkembangnya usaha kelompok menuju skala yang mampu memberikan

peningkatan pendapatan yang layak bagi anggotanya.6) Meningkatnya cadangan pangan minimal sebesar 3 bulan kebutuhan konsumsi

masyarakat.

Antisipasi Rawan Pangan, Masyarakat Giatkan Lumbung Padi

Bagian dari antisipasi kenaikan harga dan kelangkaan beras serta rawan pangan, Propinsi Jawa Barat akan kembali menumbuhkan kebiasaan masyarakat yang saat ini sudah ditinggalkan, yaitu lumbung padi atau beras. Menurut Gubernur Jawa Barat, selain melaksanakan program raskin, untuk menjaga ketahanan pangan mulai tahun ini akan laksanakan lumbung padi atau beras di berbagai tempat di Jabar. Hal ini sangat berguna disaat-saat terjadi krisis pangan.

Antisipasi Rawan Pangan, Masyarakat Harus Giatkan Lumbung PadiSumber: www.beritabandoeng.com/kategori/...-budaya/

Pada saat ini sebagian masyarat masih belum sadar betul akan pentingnya lumbung padi atau beras, baik di tingkat keluarga, RT, RW maupun tingkat kecamatan. Tingkat RT lazimnya disebut “Jimpitan atau perelek”, beras tersebut dikumpulkan di pengurus RT. Di desa biasanya saat panen sebagian padi dijual dan sebagian lagi di simpan di lumbung padi di masing-masing rumah-tangga. Dengan cara seperti itu, padi yang disimpan di lumbung belum habis, panen berikutnya sudah datang sehingga mereka tidak dirisaukan oleh perubahan harga beras. Gubernur bersama Badan Ketahanan Pangan, dana ketahanan pangan dan Dewan Ketahanan Pangan akan bekerja untuk menghidupkan kembali kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sudah ditinggalkan, diantaranya lumbung padi. Pemerintah daerah sudah menganggarkan dana stimulus dalam APBD Jabar, untuk membuat lumbung-lumbung beras itu. Setiap kelompok masyarakat akan mendapat dana hibah sebesar Rp10 juta.

19

Page 20: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

2.2. Pendekatan Kegiatan LPMDKeseluruhan kegiatan pemberdayaan dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi

masyarakat dan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam rangka meningkatkan pembangunan pedesaan.Pemberdayaan masyarakat dalam mengelola lumbung pangan adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya dalam mewujudkan kemandirian kelembagaan lumbung pangan.

2.3. Strategi Kegiatan LPMDSeluruh proses dapat dilakukan dalam kurun waktu tiga – lima tahun, meliputi tiga

tahapan yaitu: tahap penumbuhan, pengembangan, serta perwujudan kemandirian kelembagaan lumbung pangan.

A. Penumbuhan KelompokTahap penumbuhan kelompok meliputi :

1) Identifikasi desa dan kelompok2) Sosialisasi3) Seleksi4) Penetapan5) Penyusunan RUK6) Penyaluran Dana Bansos7) Pemanfaatan Dana Bansos (pembangunan fisik lumbung).

B. Pengembangan Kelompok1) Penguatan kelembagaan2) Pengembangan usaha kelompok3) Penguatan cadangan pangan4) Penguatan modal usaha5) Pelatihan dan pendampingan

C. Kemandirian1) Pemantapan kelembagaan2) Pengembangan jaringan usaha dan kemitraan3) Pemantapan cadangan pangan4) Pelatihan dan pendampingan

20

Page 21: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Gambar 1. Kerangka Konsep Pemberdayaan LPMD.

PENGORGANISASIAN LPMD

1. Tingkat PusatKegiatan pemberdayaan lumbung pangan perlu dilakukan dengan pengorganisasian

baik di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten di bawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan. Fungsi dan peran Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian adalah:

a. Menyusun Pedoman Teknis Pemberdayaan Lumbung Panganb. Melakukan koordinasi, sosialisasi, verifikasi, advokasi, terhadap

penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan lumbung panganc. Melakukan Monitoring dan Evaluasid. Pembinaan

2. Tingkat PropinsiPada tingkat propinsi, Dewan Ketahanan Pangan di tingkat propinsi bertindak

sebagai koordinator pelaksana kegiatan. Dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan melibatkan Pokja Desa Mandiri Pangan yang sudah ada. Badan/Dinas/Instansi yang menangani Ketahanan Pangan di Propinsi mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Menyusun petunjuk pelaksanaan pemberdayaan lumbung pangan.b. Melakukan koordinasi, identifikasi dan seleksi calon penerima dan calon lokasi,

sosialisasi, verifikasi, dan pembinaan terhadap penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan.

21

Page 22: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

c. Menetapkan kelompok sasaran dengan SK Kepala Badan/Instansi yang menangani ketahanan pangan propinsi dan melaporkannya ke pusat.

d. Melakukan Monitoring dan Evaluasi secara berkala.e. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan ke pusat.

3. Tingkat KabupatenDewan Ketahanan Pangan kabupaten sebagai koordinator pelaksana di kabupaten.

Dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan LPMD melibatkan Desa Mandiri Pangan yang sudah ada.

a. Bersama propinsi melakukan identifikasi, sosialisasi, dan seleksi calon penerima dan calon lokasi, verifikasi, dan pembinaan terhadap penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan.

b. Bersama propinsi melakukan Monitoring dan Evaluasi.c. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan lumbung

pangan ke propinsi secara berkala.d. Melakukan pendampingan dengan memanfaatkan tenaga pendamping yang

sudah ada di Desa Mandiri Pangan.

4. Tingkat Kelompok Lumbung Pangana. Menyusun RUK.b. Membangun fisik lumbung.c. Melakukan pengadaan bahan pangan untuk cadangan.d. Mengembangkan usaha ekonomi kelompok.e. Meningkatkan kapasitas kemampuan manajemen dan ekonomi.f. Melaporkan perkembangan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan ke

kabupaten secara berkala.

Tabel 1. Pelaksana Kegiatan Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat

Kegiatan Pusat Propinsi Kabupaten KelompokKoordinasi √ √ –Identifikasi √ √ √ –Advokasi √ √ – –Sosialisasi √ √ √ –Verifikasi √ √ √ –Pembinaan √ √ √ –Pendampingan - - √ -Monitoring dan Evaluasi √ √ √ –Pertemuan Evaluasi Kegiatan √ √ – –Pelaporan √ √ √ √Pelatihan Petugas Lapangan – √ – –Pembangunan Fisik Lumbung – – – √Pengadaan Bahan Pangan untuk Cadangan Pangan

– – – √

Pengembangan Usaha Kelompok – – – √

22

Page 23: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

KEGIATAN TAHAP PENUMBUHANKegiatan Pengembangan Lumbung Pangan didukung oleh dana APBN berupa dana

dekonsentrasi di propinsi dan penggunaannya sesuai dengan mekanisme DIPA. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun pertama melibatkan Pokja Desa Mandiri Pangan yang sudah ada di provinsi dan kabupaten/kota, pendamping/penyuluh:

1. Seleksi Kabupaten SasaranKabupaten sasaran berada di Desa Mandiri Pangan tahun 2006 – 2008. Alokasi

penerima kelompok sasaran untuk setiap kabupaten ditetapkan oleh propinsi sesuai kuota lumbung penerima dana bansos 2009 di masing – masing propinsi.

2. Seleksi Lokasi SasaranSeleksi lokasi dilakukan melalui proses identifikasi dan verifikasi terhadap lokasi

sasaran dengan kriteria sebagai berikut :a. Berada di lokasi Desa Mandiri Pangan tahun 2006 – 2008 (terlampir). Dipilih satu

dari dua desa Mandiri Pangan yang memiliki potensi untuk dikembangkan.b. Penyediaan lahan oleh kelompok untuk pembangunan fisik lumbung. Kelompok

harus menyediakan lahan yang kepemilikannya atas nama kelompok. Lahan tersebut harus mudah dijangkau, tidak bersengketa atau dikemudian hari tidak ada gugatan atas pemilikan lahan .

23

Page 24: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Tabel 2. Tugas Pusat, Propinsi dan Kabupaten dalam Seleksi Lokasi dan Kelompok Sasaran

Tugas Pusat Tugas Propinsi Tugas KabupatenBersama propinsi melakukan verifikasi pada propinsi tertentu

1. Menentuan kabupaten sasaran dan alokasi kelompok sasaran2. Menyeleksi calon desa dan calon kelompok sasaran3. Memverifikasi calon kelompok sasaran

Bersama propinsi menyeleksi calon desa dan calon kelompok sasaran

3. Seleksi Kelompok Sasarana. Propinsi menentukan jumlah kelompok sasaran sesuai dengan alokasi yang telah

ditetapkan.b. Kelompok sasaran adalah kelompok yang telah ada atau kelompok baru yang

memiliki potensi untuk pengembangan lumbung pangan yang berasal dari desa tersebut dengan jumlah anggota minimal 20 orang.

c. Kelompok sasaran tersebut belum pernah mendapat penguatan modal, atau fasilitasi lain pada saat yang bersamaan atau pada tahun-tahun sebelumnya.

4.4. Sosialisasi Kegiatana. Sosialisasi kegiatan kepada kelompok sasaran dilakukan oleh propinsi dengan

melibatkan aparat kabupaten.b. Materi: Pedoman Teknis Pemberdayaan Lumbung Pangan c. Waktu. Pusat kepada propinsi dilakukan pada bulan Februari. Propinsi ke

kabupaten, desa dan kelompok sasaran dimulai pada bulan Maret.

24

Page 25: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Tabel 3. Tugas Pusat, Propinsi dan Kabupaten dalam Sosialisasi

Tugas Pusat Tugas Propinsi Tugas Kabupaten1. Menyusun Pedoman Teknis2. Melaksanakan sosialisasi tingkat nasional

1. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan Pemberdayaan Lumbung Pangan2. Melaksanakan sosialisasi di tingkat kabupaten, desa dan kelompok sasaran

Bersama propinsi, melaksanakan sosialisasi di tingkat desa dan kelompok sasaran

4.5. Penetapan Kelompok SasaranKelompok sasaran ditetapkan dengan SK Kepala Badan/Dinas/Instansi yang

menangani ketahanan pangan di provinsi. Kelompok sasaran yang telah ditetapkan membuka rekening tabungan pada Bank terdekat dan memberitahukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Propinsi.

4.6. Penyusunan Rencana Usaha Kelompok (RUK)Penyusunan RUK dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh anggota

kelompok yang difasilitasi oleh aparat provinsi dan kabupaten. Rencana yang disusun ditingkat kelompok adalah perencanaan pembangunan fisik lumbung pangan yang mencakup waktu pelaksanaan, spesifikasi dan pembiayaan. RUK tersebut diverifikasi oleh Badan/Dinas/Instansi yang menangani ketahanan pangan di provinsi dan merupakan syarat pencairan dana.

4.7. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan SosialProses pengajuan dan pencairan dana bantuan social dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. RUK yang telah disusun oleh kelompok dan ditandatangani ketua kelompok serta dua anggota kelompok

b. Kelompok memberitahukan nomor rekening tabungan kepada PPK di propinsic. Ketua kelompok mengusulkan RUK ke PPK setelah diverifikasi oleh aparat

propinsi.d. PPK meneliti RUK tersebut dan mengusulkannya ke Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA)e. KPA mengajukan SPM-LS kepada KPPN dengan melampirkan :

1) SK Kepala Badan/Dinas/Instansi yang menangani ketahanan pangan di provinsi tentang penetapan kelompok.

2) Rekapitulasi RUK dengan mencantumkan:- Nama kelompok- Nama ketua kelompok- Nama anggota kelompok

25

Page 26: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

- No Rekening atas nama ketua kelompok- Nama bank- Jumlah dana dan susunan keanggotaan

3) Kuitansi yang ditandatangani oleh ketua kelompok dan diketahui oleh PPK4) Surat Perintah Kerjasama (SPK) antara PPK dengan kelompok sasaran

tentang pemanfaatan dana.

f. Atas dasar SPP-LS, Pejabat Pengujian dan Perintah Pembayaran (PPPP) menguji dan menerbitkan SPM-LS, selanjutnya KPA menyampaikan SPM-LS ke KPPN setempat.

g. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai ketentuan Departemen Keuangan. (Sumber: Pedum Bansos Untuk Pertanian Tahun 2009)

Dalam penggunaan dana bantuan sosial pemberdayaan lumbung pangan tersebut, kelompok sasaran harus mempunyai kinerja sebagai berikut:

1) Mempunyai kelengkapan organisasi.2) Memiliki manajemen administrasi dan keuangan yang baik (tertib administrasi).3) Transparan dalam pengelolaan keuangan kelompok.4) Memiliki rencana usaha kelompok5) Mempunyai tabungan kelompok

Dana bantuan sosial pemberdayaan lumbung pangan masyarakat merupakan dana bantuan pemerintah yang digunakan sebagai dana untuk pemberdayaan lumbung pangan di masyarakat untuk membiayai pembangunan fisik lumbung pangan serta stimulan permodalan untuk usaha produktif kelompok sasaran.

Dana tersebut disalurkan melalui perbankan yang ditunjuk sebagai penyalur dana penguatan modal kepada kelompok sasaran di desa rawan pangan yang telah ditetapkan.

Dana yang telah diterima oleh kelompok lumbung pangan dapat digunakan untuk pembangunan fisik lumbung pangan. Selain itu dapat juga dimanfaatkan untuk pengadaan bahan pangan pokok sebagai cadangan pangan dan aktivitas pengembangan usaha kelompok untuk mendukung keberlanjutan kelompok.

Pembangunan lumbung tersebut dilakukan di atas lahan kelompok atau lahan yang peruntukannya telah ditetapkan bagi kepentingan kelompok dengan bukti surat pernyataan penyerahan pemanfaatan lahan dari pemilik lahan.

4.8. Pemanfaatan dana BansosDana bansos dimanfaatkan untuk pembangunan fisik lumbung pangan yang

dilakukan secara swakelola oleh masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk pembelian bahan bagunan seperti: pasir, semen, batu bata dan lain – lainnya sedangkan kebutuhan lainnya seperti upah tenaga kerja diupayakan berasal dari partisipasi masyarakat. Pembangunan tersebut dilakukan dengan memperhatikan konstruksi lumbung dengan sirkulasi udara di dalam lumbung terkendali, kapasitas simpan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok. Kapasitas bangunan fisik lumbung pangan diperkirakan berkisar antara 20 – 40 ton setara gabah/beras. Dalam pemanfaatan dana bansos tersebut, pengurus kelompok membukukan seluruh aktivitas penarikan dana dan pembelanjaannya.

26

Page 27: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

4.9. MonitoringPropinsi melakukan monitoring untuk mengetahui kesesuai antara RUK dengan

realisasi pembangunan fisik lumbung pangan. Hasil monitoring tersebut harus dilaporkan kepada pusat.

Gambar 2. Mekanisme Seleksi Kelompok Sasaran, Penyusunan RUK dan Penyaluran Bansos

PENGANGGARANSumber-sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan lumbung pangan dapat

berasal dari APBN, APBD I, APBD II, swadaya masyarakat, dan bantuan lain yang tidak mengikat. Pembiayaan dari APBN untuk kegiatan pemberdayaan lumbung pangan direncanakan selama tiga tahun dengan alokasi sebesar Rp. 100 juta (disesuaikan dengan kondisi keuangan negara).

Sebagai tahap awal/penumbuhan, pada tahun 2009 ini dialokasikan dana bansos sebesar Rp 30 juta untuk masing-masing kelompok (alokasi jumlah kelompok di setiap propinsi terlampir) yang dipergunakan untuk pembangunan fisik lumbung pangan. Pada Tahap Pengembangan dan Kemandirian, sisa alokasi anggaran digunakan untuk membiayai pemenuhan cadangan pangan, dan pengembangan usaha produktif di bidang on farm, dan off farm.

27

Page 28: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORANMonitoring, Evaluasi, dan Pelaporan harus dilakukan secara berjenjang, berkala,

tepat waktu sehingga dapat diambil suatu tindakan korektif sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Upaya penyelesaian dapat segera dilaksanakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan yang akan datang. Monitoring, dan Evaluasi dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan termasuk peran masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan.

6.1. MonitoringMonitoring dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan

termasuk pemanfaatan dana. Monitoring dilakukan sedini mungkin untuk mengetahui berbagai permasalahan yang muncul di lapangan supaya kegiatan berjalan secara efektif. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan.

6.2. EvaluasiEvaluasi kegiatan dilakukan secara berjenjang (propinsi dan pusat) setiap semester

yang bertujuan untuk menilai tingkat keberhasilan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

6.3. PelaporanPelaporan pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap semester dan tepat waktu oleh

propinsi ke pusat. Laporan pelaksanaan kegiatan tersebut mencakup:1. Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan indikator yang ditetapkan2. Permasalahan yang dihadapi dan penyelesaiannya3. Perkembangan kelompok sasaran dalam mengelola usahanya berikut realisasi

fisik dan keuangan.

Laporan tersebut mencakup aspek organisasi, adminstrasi, permodalan dan pemanfaatan dana bantuan sosial lumbung pangan yang diterima oleh kelompok di wilayahnya masing- masing.

28

Page 29: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Konsep Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat(Sumber: Ardi Jayawinata, 2003. Kepala Bidang Pola Pemberdayaan, Pusat Pemberdayaan Ketahanan

Pangan Masyarakat, Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian).

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 sampai saat ini telah berdampak pada menurunnya kualitas ketahanan pangan masyarakat, khususnya pada tingkat rumah tangga. Kondisi ini telah mengingatkan kita kepada peranan lumbung pangan masyarakat sebagai salah satu sarana penopang maupun coping mechanism bagi perwujudan ketahanan pangan masyarakat. Pada saat krisis yang baru lalu tersebut, lumbung pangan masyarakat yang tersebar di seluruh pedesaan telah berperan penting dalam mengatasi sebagian kesulitan yang dialami masyarakat setempat, terutama para anggotanya.

Kelembagaan lumbung pangan masyarakat saat ini, yang masih pada tingkatan sederhana dan berorientasi sosial, mempunyai potensi untuk dikembangkan dan direvitalisasi melalui proses pemberdayaan secara sistematis, utuh, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh unsur terkait. Upaya ini diharapkan akan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perwujudan ketahanan pangan, dan lembaga sosial ekonomi masyarakat ini mampu menjadi lembaga penggerak ekonomi perdesaan.

Paling-tidak ada dua alasan pokok mengapa upaya pemberdayaan kelembagaan lumbung pangan masyarakat perlu dilakukan pada pasca krisis ekonomi:

1. Pertama, kelembagaan alternatif yang pernah diupayakan untuk menggantikan peran lumbung pangan dengan mengintegrasikan seluruh lembaga ekonomi sosial pedesaan dalam satu organisasi modern tidak memberikan hasil yang diharapkan dan menyebabkan petani selalu dihadapkan dalam posisi yang lemah.

2. Ke dua, lumbung pangan terbukti memiliki potensi dan daya adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis kelembagaan masyarakat lainnya. Pengalaman pada saat krisis ekonomi yang baru lalu telah memberikan pelajaran bagi kita bahwa lumbung pangan cukup efektif melayani kebutuhan pangan anggotanya.

Revitalisasi Mengingat peran dan potensi kelembagaan lumbung pangan saat ini, pemerintah melakukan berbagai upaya terkait dengan pemberdayaan kelembagaan lumbung pangan masyarakat. Pada tahun 2002, upaya tersebut diimplementasikan melalui Program Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2002 kegiatan ini dilaksanakan di 13 provinsi yang meliputi 57 kabupaten dan melibatkan 121 kelompok lumbung. Sedangkan untuk tahun 2003, upaya pemberdayaan lumbung pangan makin diperluas sasarannya yang mencakup 20 provinsi dan 96 kabupaten serta 330 kelompok lumbung.

Program aksi pemantapan ketahanan pangan ini memperkenalkan Pola Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM), yaitu berupa pemberian pinjaman sejumlah dana untuk penguatan modal kelompok tani yang disalurkan langsung ke rekening kelompok tani dan dikelola secara terorganisasi dengan asas kebersamaan untuk usaha produktif dengan mekanisme pemupukan modal.

29

Page 30: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Pola BPLM ini akan menjadi efektif dalam memperkuat permodalan petani jika lima tahapan kunci yang merupakan simpul-simpul kritis dalam implementasinya dapat dilaksanakan dengan baik. Kelima tahapan tersebut adalah:

1. Seleksi calon petani dan calon lokasi (CP/CL) secara partisipatif, 2. Penyaluran dana dari keproyekan ke rekening kelompok tepat waktunya, 3. Proses pemberdayaan kelembagaan kelompok tani berjalan secara efektif dan

terprogram, 4. Pencairan dana oleh petani berdasarkan perencanaan partisipatif, dan 5. Penggunaan dana oleh kelompok sesuai perencanaan dan menerapkan prinsip-

prinsip usaha berkelanjutan.

Bantuan pinjaman langsung ini sifatnya hanya merupakan pemicu dalam bentuk pinjaman yang wajib dikembalikan. Dengan demikian, kelompok sasaran tidak memperolehnya secara cuma-cuma, namun harus mengembalikan dengan tingkat suku bunga yang disepakati bersama di dalam kelompok sesuai dengan kondisi lokal daerahnya. Pengembalian pinjaman BPLM ini dilakukan secara bertahap.

Jumlah dana yang dipinjamkan dapat mencapai 25 juta rupiah untuk setiap kelompok lumbung. Dana ini bersumber dari anggaran pemerintah yang pemanfaatannya dilakukan dalam format penguatan modal usaha, penumbuhan kegiatan ekonomi, dan peningkatan kewirausahaan. Dalam implementasi di lapangan, kelompok diberikan keleluasaan untuk menentukan prioritas jenis usaha yang akan dilakukan seperti untuk simpan pinjam, pembelian saprodi, atau proses penanganan pascapanen. Selanjutnya kelompok sasaran dibina dan diarahkan agar mampu mengakses pada sumber permodalan dari lembaga keuangan yang ada.

PendampinganUntuk dapat lebih meningkatkan keefektifan proses pemberdayaan, dilakukan

kegiatan pendampingan untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan berbagai kegiatan yang terkait dengan kebutuhan anggota, membangun kemampuan dalam meningkatkan pendapatan, melaksanakan usaha yang berskala bisnis, serta mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang partisipatif.

Pembinaan kepada kelompok tani secara umum dilakukan secara berkesinambungan dan terarah oleh instansi terkait terutama dalam hal perencanaan usaha kelompok, prosedur permohonan bantuan, prosedur pengadministrasian/pembukuan pengelolaan dana, cara-cara menghitung bunga, pembayaran angsuran dan pelunasan pinjaman.

Program ini akan berhasil apabila dari sisi manajemen yaitu dana penguatan modal tersalurkan langsung kepada kelompok tani sesuai kriteria, sehingga terjadi akumulasi modal usaha kelompok (tabungan kelompok). Dari sisi teknis, terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas usaha tani dan pendapatan anggota kelompok tani penerima bantuan. Dan dari sisi perubahan perilaku, yaitu perubahan perilaku anggota kelompok/para petani dari kebiasaan bekerja sendiri-sendiri menjadi bekerja berkelompok atau secara bersama untuk menumbuhkan kelompok tani yang maju dan mandiri.

Dalam jangka pendek diharapkan kelembagaan lumbung pangan masyarakat yang telah diberdayakan tersebut dapat meningkatkan manajemen pengelolaannya sehingga

30

Page 31: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan dalam jangka panjang diharapkan mampu menjadi lembaga penggerak ekonomi masyarakat perdesaan.

MENDORONG PENGELOLAAN LPMDLumbung pangan masyarakat desa harus dapat didorong untuk tumbuh dan

berkembang sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat dalam situasi apapun setiap saat dapat terjamin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kegiatan usahatani yang dilakukan petani dan keluarganya di lahan usahanya dalam satu tahun dapat menghasilkan produksi 2-3 kali panen. Misalnya usahatani padi di lahan sawah irigasi teknis dapat melakukan penanaman padi dua kali dan satu kali palawija, sawah berpengairan setengah teknis atau tadah hujan dapat menanam padi satu kali dan tanaman palawija satu kali dalam setahun. Begitu juga lahan kering atau tegalan dapat ditanami satu kali padi dan satu kali tanaman palawija atau ditanami tanaman palawija dua kali dalam satu tahun.

Secara umum jumlah panen yang dilakukan petani dan keluarganya di lahan usahataninya 2-3 kali dalam setahun dan masa tanam sampai panen umumnya memerlukan waktu 3-4 bulan baik tanaman padi (padi sawah maupun padi lahan kering) dan tanaman palawija misalnya jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, talas, kacang hijau dll.

Pada masa menunggu panen biasanya petani dan keluarganya mengkonsumsi makanan yang berasal dari hasil panen yang lalu atau membeli bahan makanan dari hasil penjualan panen yang lalu ditambah dengan makanan yang berasal dari tanaman sayuran, cabe, tanaman pekarangan yang terbatas jumlahnya. Biasanya para petani di waktu panen menggunakan hasil panennya untuk keperluan yang sangat mendesak misalnya untuk membayar kebutuhan sekolah anaknya, memperbaiki rumah, membayar hutang dan kebutuhan sehari-hari. Sehingga hasil panen yang diperoleh petani berupa padi, jagung, kacang kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, talas dll dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga kebutuhan sehari-hari untuk pangan misalnya beras, jagung dll tidak disiapkan dengan baik dengan memperhitungkan jumlah yang dia butuhkan selama menunggu panen berikutnya.

LPMD: LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT DESA (pengalaman empiris)

Lumbung pangan telah lama dikenal sebagai cadangan pangan di pedesaan dan sebagai penolong pada masa paceklik. Hal tersebut selain disebabkan karena terbatasnya kemampuan masyarakat pedesaan terutama petani berlahan sempit, dan anjloknya harga gabah pada saat panen, serta langkanya dan relatif tingginya harga pupuk dan saprodi lainnya, yang menyebabkan petani harus berhutang.

Dengan fungsi konvensionalnya, LPMD dapat membantu masya-rakat meningkatkan ketahanan pangan dalam skala yang kecil. Selanjutnya dengan menumbuh-kembangkan kemampuannya diharapkan fungsi lumbung dapat meningkat, tidak hanya membantu ketahanan pangan masyarakat dalam skala terbatas, namun dalam jangka panjang dapat ditingkatkan lagi menjadi lembaga ekonomi yang berkembang di pedesaan.

Pada skala yang lebih luas, gabah yang dijual petani secara bersamaan pada musim panen menyebabkan market-able surplus yang cukup besar. Rendahnya daya tawar petani

31

Page 32: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

untuk menunggu saat penjualan yang baik dan berkurangnya kemampuan BULOG dalam menyerap sebagian market-able surplus tersebut telah berdampak pada menurunnya harga gabah di bawah harga dasar selama musim panen raya padi. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi petani, khususnya para petani kecil. Dalam rangka untuk mengatasi masalah ini, muncul pemikiran untuk memanfaatkan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD), yang selama ini sudah ada, untuk mengambil sebagian peran BULOG di tingkat pedesaan. Pertanyaan selanjutnya adalah sejauh mana lumbung-lumbung tersebut siap dan mampu menyerap marketable surplus yang begitu besar pada saat panen raya.

Untuk mengembangkannya menjadi lembaga ekonomi yang mampu memperkuat daya tawar petani, harus dapat dikembangkan suatu model pemberdayaan kelembagaan pengelolaan LPMD dengan pendekatan partisipatif.

Sebagai contoh, telah dilakukan proses identifikasi kondisi LPMD di Jawa Barat (kabupaten Tasikmalaya, Cirebon, dan Cianjur) dan Jawa Tengah (Kabupaten Banyumas, Purworejo dan Boyolali).

Dari proses analisis tersebut telah diperoleh hasil sebagai berikut : 1. LPMD di beberapa daerah memang ada dan sudah dibentuk sejak lama. Modal

awal dalam bentuk natura (gabah) yang hanya satu kali dihimpun yaitu pada saat pertama kali dibentuk. Selanjutnya tidak ada aktivitas penyimpanan (setor), yang ada hanya peminjaman dan pengembalian dalam bentuk natura. Sebagian masyarakat menyatakan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada musim paceklik dan membantu masyarakat yang terkena musibah. Selain untuk konsumsi juga digunakan untuk modal kerja usahatani.

2. Makna LPMD di Jawa Tengah diasumsikan sebagai kelembagaan desa yang mendukung ketahanan pangan masyarakat yang dimiliki oleh semua desa/kelurahan yang jumlahnya 8.530 desa/kelurahan. Sedangkan yang memiliki fisik lumbung sebagai penyimpanan bahan pangan (padi/gabah, jagung, dan sembako) hanya sekitar 25%.

3. Kapasitas rata-rata lumbung untuk menyerap marketable surplus relatif kecil dan sangat bervariasi. Jumlah LPMD di Jawa Barat mencapai 1.902 buah dengan kapasitas simpan rata-rata 7,24 ton. Variasi antar daerah cukup tinggi. Kapasitas simpan lumbung bervariasi antara 5 ton sampai dengan 40 ton dengan perkiraan rata-rata 15 ton.

4. Dengan kapasitas rata-rata yang masih relative kecil ini , tidak memungkinkan kapasitas lumbung dapat menyerap marketable surplus padi selama musim panen raya.

5. Jasa peminjaman yang diterapkan juga bervariasi antara 0 dan 30 persen (natura) per musim. Penggunaan jasa pinjaman, selain untuk akumulasi modal, susut, dan jasa pengurus serta anggota, juga dipergunakan untuk membantu kegiatan sosial seperti mengatasi musibah dan pengembangan infrastruktur pedesaan. Ada LPMD yang tidak memberikan jasa kepada pengurus. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat masih menggunakan sistim natura (belum memanfaatkan uang) dalam mengelola LPMD nya. Disamping itu hampir semua LPMD masih berorientasi sosial.

32

Page 33: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

6. LPMD secara umum belum dapat diharapkan sebagai penyerap marketable surplus pangan, apalagi diharapkan sebagai stabilitas cadangan pangan masyarakat dan membantu mengamankan harga gabah.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan semakin memudarnya fungsi lumbung pangan (tradisional) dan berkurangnya peran BULOG maka perlu kelembagaan lumbung pangan yang mempunyai potensi untuk difungsikan kembali dan ditingkatkan kemampuannya sebagai lembaga yang dapat menyerap marketable surplus. Untuk meningkatkan kapabilitas LPMD menuju lembaga perekonomian desa, perlu dilaksanakan secara bertahap yaitu mulai dengan mengembangkan lembaga lumbung yang sudah berjalan namun bersifat sosial, dapat ditingkatkan menjadi LPMD sederhana yang kokoh, selanjutnya difasilitasi menjadi lumbung pangan maju, dan pada akhirnya diharapkan dapat menjadi lumbung pangan yang modern.

2. Penguatan lembaga LPMD tetap diarahkan pada peningkatan kapasitas ketahanan pangan masyarakat dalam bentuk penguatan modal usaha tani agar petani lebih mampu meningkatkan penerapan teknologi untuk perbaikan produktivitas dan kualitas padi. Untuk itu pola pengelolaan yang konvensional dengan bentuk natura secara bertahap dibina mengarah kepada penggunaan alat tukar uang, dan selanjutnya diarahkan pada pengembangan kegiatan ekonomi yang lebih luas.

3. Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah No : 6 tahun 2001 tentang pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat/ Kelurahan menyatakan bahwa LKMD merupakan lembaga milik rakyat desa/kelurahan yang bergerak di bidang penyimpanan, pendistribusian, pengolahan dan perdagangan bahan pangan yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat. LPMD di Jawa Tengah diartikan sebagai kelembagaan desa yang mendukung ketahanan pangan masyarakat yang dibentuk oleh semua desa/kelurahan. Oleh karena itu perlu disamakan persepsi tentang maksud dari LKMD itu sendiri apakah LKMD yang dimaksud tersebut harus memiliki lumbung secara fisik sebagai tempat menyimpan cadangan pangan atau hanya sebagai kelembagaan desa.

4. Pemberdayaan lumbung pangan dilakukan melalui proses konsultasi dengan masyarakat anggota kelompok LPMD, pengurus kelompok, pamong desa, calon mitra kerja dan mitra usaha untuk menyepakati kegiatan yang sesuai bagi pengembangan LPMD.

Kegiatan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan air untuk kemandirian LPMD :1. Memantapkan Ketersediaan Pangan Berbasis Kemandirian dan kearifan local yang

Berkelanjutana. Peningkatan Kapasitas produksi, melalui :

• Menetapkan komoditas unggulan wilayah sesuai dengan potensi agroekologi dan peluang pasar,

• Memanfaatkan lahan marginal dan lahan tidur untuk produksi pangan yang bernilai ekonomi tinggi,

33

Page 34: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

• Modernisasi pertanian melalui pemanfaatan mekanisasi dan alat pertanian baik pada tingkat pra panen dan pasca panen

• Memperlancar akses petani terhadap sarana produksi khususnya benih/bibit, pupuk dan obat-obatan, serta pengembangan pupuk dan obat-obatan organik.

• Penggunaan teknologi tepat guna melalui penggunaan bibit unggul, sarana produksi dan pengembangan support system perkreditan, pemasaran, serta peningkatan adopsi teknologi dengan perbaikan sistem penyuluhan dan Sekolah Lapang Petani

• Pemberdayaan petani melalui pendekatan partisipatif, dan terintegrasi secara multi disiplin dan lintas sektoral, disertai dengan pengembangan SDM dan kelembagaannya (kelompoktani, gapoktan, koperasi/badan usaha)

• Pengembangan infrastruktur pertanian dan perdesaan (jalan desa, pasar, irigasi, fasilitas air bersih, listrik dan komunikasi)

• Perluasan areal tanam melalui ekstensifikasi dan peningkatan IP disertai peningkatan produktivitas melalui penerapan pengembangan teknologi PTT (pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu) dan BMP Best Management Practices.

b. Pelestarian sumberdaya lahan dan air, melalui :• Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian dengan

mentaati Perda RTRW agar terwujud ketersediaan lahan pertanian pangan berkelanjutan

• Mengembangkan pengelolaan pemanfaatan air melalui pembuatan penampungan dan penyimpanan air (embung, waduk, cekdam), dan efisiensi pemanfaatannya.

• Melaksanakan konservasi dan rehabilitasi sumberdaya lahan dan air pada daerah aliran sungai (DAS)

• Mengembangkan sistem pertanian ramah lingkungan berbasis ekologi, seperti pertanian terpadu, agroforestry dan pertanian organic.

c. Penguatan cadangan pangan daerah, melalui: • Mengembangkan kelembagaan cadangan pangan pemerintah daerah yang

berfungsi untuk: stabilisasi harga tingkat petani, cadangan untuk keperluan darurat minimal 3 (tiga) bulan dan Buffer stock, serta fungsi sosial dan ekonomi lainnya yang bermitra dengan PNS, TNI/POLRI, BULOG dan instansi lainnya.

• Mengembangkan cadangan pangan hidup (pekarangan, lahan desa, lahan terlantar, tanaman bawah tegakan perkebunan),

• Menguatkan kelembagaan lumbung pangan masyarakat dan lembaga cadangan pangan komunitas lainnya.

d. Peningkatan kelancaran distribusi dan stabilisasi harga pangan, melalui:• Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pasca

panen, distribusi pangan, dan jaringan pemasaran serta membuka daerah yang terisolir

34

Page 35: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

• Mengembangkan jejaring informasi harga dan pasar yang dapat diakses sampai ke tingkat petani.

• Mengembangkan sistem tunda jual dengan menyediakan dana talangan dan sistem resi gudang.

e. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan, melalui :• Mensosialisasikan Perpres No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal secara berjenjang sampai tingkat perdesaan dan masyarakat.

• Menyediakan paket-paket teknologi agroindustri pangan non terigu dan tehnik kuliner pada skala perdesaan, disertai pelatihan dalam rangka meningkatkan keterampilan masyarakat untuk penerapannya.

• Meningkatkan peran kelembagaan lokal (PKK, Kadarzi, wanita tani, posyandu, dll) dalam penyuluhan penganekaragaman pangan dan gizi

• Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya diversifikasi pangan dengan melakukan kampanye/promosi pangan beragam dan bergizi seimbang,

• Meningkatkan pengetahuan pada anak sejak dini melalui muatan materi penganekaragaman pangan pada pendidikan formal,

• Mengembangkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) yang tepat berbasis sumber daya lokal,

• Menyusun dan mengimplementasikan Road Map pengembangan penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal.

• Meningkatkan pemantauan keamanan pangan baik makanan segar maupun olahan dengan meningkatkan peran Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) dan Badan POM di daerah.

2. Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan:a. Menurunkan kemiskinan dan kelaparan, melalui :

• meningkatkan koordinasi penanganan kelaparan dan kemiskinan,• memantapkan sistem informasi daerah rawan pangan sampai tingkat desa

dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG),• memprioritaskan pembangunan infrastruktur (jalan, listrik, air bersih) pada

daerah miskin/rawan pangan dengan sistem padat karya,• meningkatkan layanan kesehatan dan pendidikan pada masyarakat miskin,• mengembangkan usaha ekonomi pada masyarakat miskin,• melakukan Intervensi Gizi dan Kesehatan bagi anak BALITA gizi buruk dan

gizi kurang,• mengendalikan jumlah penduduk,• mengembangkan Desa Mandiri Pangan

b. meningkatkan peran swasta dan BUMN/BUMD melalui pengembangan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah rawan pangan melalui pemberdayaan petani, penguatan modal, pengembangan sarana irigasi, penggunaan bibit unggul, dan menjamin pemasaran.

35

Page 36: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

3. Usulan kepada pemerintah melalui Dewan Ketahanan Pangan utuk :a. Meminimumkan pajak penggunaan alat mesin dan sarana produksi pertanianb. Merevitalisasi dan memberdayakan program KB Nasionalc. Mempercepat pelaksanaan Reforma Agraria dan mempercepat terbitnya

perundangan tentang Lahan Pertanian Abadi dan Pengelolaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

d. Mendorong proses pembentukan Bank Pertaniane. Melakukan identifikasi dan rehabilitasi system jaringan irigasi, dan perlindungan

terhadap sumber mata air, serta embung pada daerah rawan air.f. Mengembangkan penelitian spesifik lokasi dan kearifan local untuk mendukung

pengembangan pangan daerah baik aspek usahatani maupun agroindustri pangang. Menindaklanjuti dan Memantau Permendagri No. 30 Tahun 2008 tentang

Cadangan Pangan Pemerintah Desah. Memanfaatkan lahan pekarangan, perkebunan dan kehutanan untuk

pengembangan pangan melalui sistem tumpang sari TANAMAN PANGAN.

Ketahanan pangan rumah tangga dapat dibangun melalui pe-manfaatan lahan pertanian dan lahan pekarangan yang ada di sekitar rumah dengan tanaman pangan, ternak kecil, ikan dan unggas. Dengan semakin sempitnya kepemilikan lahan, perlu dioptimalkan pemanfaatan pelarangan yang disamping sebagai pendapatan keluarga, juga untuk mencukupi kebutuhan gizi anggota keluarga. Ketahanan pangan rumah tangga akan mendukung ketahanan pangan wilayah, mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten sampai tingkat nasional.

Beragam bentuk bantuan pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi kerawanan pangan a.l. :

a. Kegiatan Desa Mandiri Pangan kepada Kelompok masyarakat untuk mendukung kegiatan:

- Pembuatan kandang kambing komunal- Pembuatan kolam ikan- Bantuan bibit ikan- Bantuan bibit kelinci- Bantuan alat pembuatan kompos- Bantuan intensifikasi pekarangan model vertikultur -silvikultur.

b. Kegiatan Diversifikasi Pangan kepada masyarakat yang mengkonsumsi pangan pokok non beras (jagung), yaitu usaha masyarakat yang mengoperasikan unit alat & mesin penepung jagung dan singkong.

c. Kegiatan budidaya sayuran organik pada Kelompok Tani, berupa paranet untuk green house.

d. Kegiatan pengolahan pangan pada kelompok wanita yang mengoperasikan alat & mesin penepung jagung, sealer, kompor gas, peralatan memasak dll.

36

Page 37: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Ketahanan pangan dapat terwujud apabila ketersediaan pangan harus didukung oleh peningkatan pendapatan petani, sehingga petani bergairah memproduksi pangan dan memperoleh keuntungan yang memadai. Harga pangan terutama beras yang relatif rendah, pada akhirnya juga berdampak pada rendahnya pendapatan petani sebagai produsen beras.

SKPG : SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah sistem informasi yang dapat digunakan sebagai alat bagi pemerintah daerah untuk mengetahui situasi pangan dan gizi masyarakat.

Apa tujuan SKPG ?SKPG bertujuan untuk:1. Mengetahui lokasi (kecamatan dan desa) yang mempunyai risiko rawan pangan dan gizi 2. Memantau keadaan pangan dan gizi secara berkesinambungan.3. Merumuskan usulan tindakan jangka pendek dan jangka panjang.

Apa manfaat SKPG ?1. Bagi Kepala Daerah:

Sebagai dasar menetapkan kebijakan penanggulangan masalah pangan dan gizi dalam:1. Menentukan daerah prioritas.2. Merumuskan tindakan pencegahan terhadap ancaman krisis pangan dan gizi. 3. Mengalokasikan sumberdaya secara lebih efektif dan efisien.4. Mengkoordinasikan program lintas sektor.

2. Bagi pengelola program:1. Penetapan lokasi dan sasaran.2. Menyusun kegiatan terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi sektor.3. Proses pemantauan pelaksanaan.4. Pelaksanakan kerjasama lintas sektor.5. Mengevaluasi pelaksanaan program.

3. Bagi masyarakata. Kemungkinan kejadian krisis pangan di masyarakat dapat dicegah. b. Ketahanan pangan ditingkat rumah tangga meningkat.c. Melindungi golongan rawan dari keadaan yang dapat memperburuk status gizi.

Apa keluaran SKPG ?Keluaran SKPG disuatu Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya Peta kecamatan daerah rawan pangan dan gizi.2. Adanya ramalan produksi dan ketersediaan makanan pokok.3. Diketahuinya perkembangan pola konsumsi dan status gizi.4. Adanya rumusan kebijakan bidang pangan dan gizi.

37

Page 38: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Apa indikator SKPG ?1. Produksi Pangan.

a. Luas Tanam (LT).b. Luas Kerusakan (LK).c. Luas Panen (LP)

2. Non Pangan, dikembangkan oleh daerah3. Harga Pangan.

a. Harga Produsen.b. Harga Konsumen.

4. Indikator Konsumsi Pangan.Perubahan jenis, frekuensi, jumlah makanan pokok.

5. Indikator Status Gizi.a. Prevalensi Gizi Kurang balitab. Pertumbuhan Balita (SKDN).c. Kasus Gizi Buruk dari pemantauan KLB gizi oleh TPG.

6. Indikator Keluarga Miskin- Proporsi keluarga miskin

7. Indikator lokal dikembangkan sesuai dengan keadaan daerah

Konsep ketahanan pangan dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator yang relevan dan metode pengukurannya terus berkembang dengan melihat sisi tingkat kerawanan pangan wilayah bersangkutan. Salah satu instrumen yang selama ini digunakan dalam memotret situasi pangan suatu wilayah adalah Food and Nutrition Surveillance System (FNSS) atau di Indonesia dikenal sebagai Sistim Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) mulai diadopsi dan diterapkan di negara-negara berkembang pada tahun 1976. Sementara di Indonesia SKPG dilaksanakan sejak 1979 yg dimulai di Lombok Tengah, NTB dan Boyolali, Jawa Tengah, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Dit. BGM-DepKes ke Propinsi- Propinsi lainnya (Depkes, 2004).

Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya indikator SKPG dikategorikan dalam 3 (tiga) kelompok utama yaitu:

1. indikator untuk pemetaan situasi pangan dan gizi 1 tahun di kecamatan, kabupaten/kota, provinsi maupun nasional dengan menggunakan 3 indikator yang digabungkan secara komposit yaitu:

a) indikator pertanian, dengan memperhatikan bahwa potensi pertanian pangan antar wilayah sangat beragam maka akan didekati dengan beberapa alternatif yang mungkin dan cocok diterapkan pada suatu wilayah pengamatan,

b) indikator kesehatan yaitu Prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) dan c) indikator sosial yaitu persentase keluarga miskin.

2. Indikator untuk peramalan produksi secara periodik (bulanan, triwulan, musiman atau tahunan) khusus untuk kondisi produksi pertanian yaitu: luas tanam, luas kerusakan, luas panen dan produktivitas

38

Page 39: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

3. Indikator untuk pengamatan gejala kerawanan pangan dan gizi yaitu: kejadian-kejadian yang spesifik lokal (indikator lokal) yang dapat dipakai untuk mengamati ada/tidaknya gejala rawan pangan dan gizi.

Berdasarkan pada konsepsi SKPG seperti di atas, ada tiga kunci yang terkait dengan kinerja dalam pelaksanaan SKPG tersebut, yaitu :

1. Data dan informasi tentang situasi pangan dan gizi secara berkesinambungan (berkala) di suatu wilayah,

2. Pengambilan keputusan dan tindakan secara cepat dan tepat untuk penanggulangan masalah pangan dan gizi di wilayah yang bersangkutan dan

3. Bahan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi program pangan dan gizi.

Berkaitan dengan ketiga kunci tersebut, ada beberapa faktor penentu kinerja SKPG di suatu wilayah, antara lain:

1. Lembaga formal dan informal yang terlibat dalam kegiatan, 2. Mekanisme dan “aturan main” dari lembaga yang terlibat dan 3. Wewenang dan tanggung jawab masing-masing pelaku dalam kegiatan SKPG.

39

Page 40: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Indikator Sistim Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

Kelompok Indikator Frekuensi pengumpulan data untuk pemetaan

Frekuensi pengumpulan data untuk peramalan

Aspek Pertanian - Produksi padi (alternatif 1): luas tanamluas panenluas kerusakanprosentase produktivitas- Produksi setara beras(PSB) (alternatif 2)

1 bulan 1 x1 bulan 1 x1 bulan 1 x1 bulan 1 x

1 tahun 1 x

Aspek SosialEkonomi

- Jumlah KK miskin perkecamatan data dariBKKBN

1 tahun 1 x

AspekKesehatan

- Prevalensi KekuranganEnergi Protein (KEP) dariDinas Kesehatan

tahun 1 x

Aspek Lokal(spesifik)

- Meningkatnya kejahatan(pencurian)- Beralihnya pola konsumsipangan dari pangan pokokke pangan alternatif.- Banyaknya lahan pertanianyang diberakan karenaketerbatasan biayaproduksi- Banyaknya pengirimantenaga kerja di daerahlahan marginal.- Meningkatnya prosentasepenjualan tabungan ternak.

1 tahun 1 x

Sumber : Badan Bimas Ketahanan Pangan, Deptan, 2005.

Bagaimana langkah-langkah SKPG di Kabupaten?1. Mengumpulkan dan menyajikan data pangan dan gizi dari sektor terkait.2. Menyiapkan analisis hasil kajian data untuk pemetaan, peramalan dan

pemantauan pangan dan gizi.3. Menyampaikan hasil analisis (informasi pangan dan gizi) pada setiap

kesempatan pertemuan koordinasi.

40

Page 41: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Bagaimana pengor-ganisasian di daerah?Di Kabupaten perlu dibentuk Kelompok Kerja (POKJA) Kewaspadaan Pangan dan Gizi (KPG), melalui Surat Keputusan Bupati, berdasarkan Inmendagri Nomor 23 tahun 1998 tentang pembentukan Tim Pangan dan Gizi di Daerah Pokja KPG terdiri dari unsur-unsur kesehatan, pertanian, Bappeda, BKKBN, Sosial, Dolog, statistik dll yang dianggap perlu pengorganisasian (struktur organisasi, tugas dan mekanisme kerja) Pokja KPG disesuaikan dengan situasi setempat, mengacu pada Petunjuk Teknis SKPG di Kabupaten.

Apa kewenangan daerah dalam pelaksanaan SKPG ?

1. SKPG adalah salah satu system surveilens yang menjadi kewenangan pemerintah dan daerah dalam bidang kesehatan dan pertanian (UU No 22 tahun 1999 dan PP No 25 tahun 2000).

2. SKPG merupakan kegiatan yang wajib tetap dilaksanakan oleh Propinsi dan Kabupaten/Kota sebagai wilayah administrasi kesehatan (SE Menteri Kesehatan 27 Juli 2000 No.1107/Menkes/E/VII/2000).

3. Daerah berwenang menyesuaikan SKPG sesuai keadaan setempat.

41

Page 42: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Matriks Kerangka Kerja Logis Pemberdayaan Lumbung PanganHirarkhi Tujuan Indikator Alat Verifikasi AsumsiTujuan Akhir (Goal)Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan kesejahteraan masyarakat

1. Menurunnya prevalensikelaparan2. Menurunnya prevalensi giziburuk3. Menurunnya KK miskin

- Monografi desa- Data base- Statistik kecamatandan kabupaten- Kajian dampakpelaksanaanprogram

Keberlanjutanprogram

Hasil (Outcome)1. Meningkatnya

akses pangan masyarakat

2. Meningkatnya Pendapatan ang-gota kelompok lumbung pangan

1. Lebih dari 50 % kelompok lumbung pangan yang ditumbuhkan dapat menjadi mandiri

2. Kebutuhan pangan ma-syarakat mampu dipenuhi oleh kelembagaan lumbung pangan

3. Peningkatan pendapatan masyarakat miskin baik dari usaha on farm, off farm maupun non farm

4. Meningkatnya keter-sediaan pangan ma-syarakat

5. Meningkatnya kesehatan dan status gizi masyarakat

- Data base- statistik desa dan kecamatan- Evaluasi program

Adanyadukunganprogram dariinstansi terkait/stakeholder

Keluaran (Output)a.Tahap PenumbuhanTersedianya fisik lumbung pangan

a. Tahap Penumbuhan1). Jumlah lumbung pangan2). Meningkatnya kelompoklumbung yang partisipatif

Laporan kegiatan,Statistik pertanian,data base, statistikdesa,kecamatan

- Besarnyapartisipasimasyarakat- Adanyadukungandana dariinstansiterkait/stakeholder- Pembinaandari aparat,pusat,propinsi,kabupaten

42

Page 43: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

b.TahapPengembangan1. Pengembangan

usaha lumbung pangan

2. Penguatan kelembagaan

3. Penguatan cadangan pangan

4. Penguatan modal usaha

b. Tahap Pengembangan1). Bertambahnya modal usaha

kelompok2). Meningkatnya keterampilan

teknis anggota kelompok.3). Meningkatnya akses

kelompok terhadap permodalan, dan pemasaran.

4). Berkembangnya usaha kelompok menuju skala yang mampu memberikan pendapatan yang layak secara ekonomi.

5). Meningkatnya cadangan pangan minimal sebesar 1 bulan kebutuhan konsumsi masyarakat.

Laporan kegiatan,Statistik pertanian,data base, statistikdesa,kecamatan

- Pembinaandari aparat,pusat,propinsi,kabupaten- Adanyadukungandana dariinstansiterkait/stakeholder- Adanyasinergi denganinstansiterkait/stakeholder

c. Tahap Kemandirian1. Pemantapan ke-

lembagaan2. Pemantapan ja-

ringan usaha dan kemitraan

3. Pemantapan Ca-dangan Pangan

c. Tahap Kemandirian1) Menguatnya permodalan

usaha kelompok2) Meningkatnya posisi tawar

(bargaining position) anggota dalam penjualan hasil usaha tani.

3) Berkembangnya ketram-pilan teknis anggota kelompok.

4) Terjalinnya hubungan ke-mitraan dan jaringan usaha kelompok

5) Berkembangnya usaha kelompok menuju skala yang mampu mem-berikan peningkatan pendapatan yang layak bagi anggotanya.

6) Meningkatnya cadangan pangan minimal sebesar 3 bulan kebutuhan konsumsi masyarakat.

- Adanyadukunganprogram dariinstansiterkait/stakeholder

43

Page 44: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, K dan M. Pangestu. 1995. Agricultural and Rural Development in Indonesia Into the 21st Century. Centre for International Economic Studies. University of Adelaide. Adelaide

Anonim, 2001.Rencana Strategis dan Program Kerja Pemantapan Ketahanan Tahun 2001-2004. Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian Jakarta.

Anonim, 2003. Pedoman Umum Penanggulangan Pencegahan Masalah Pangan. Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian Jakarta.

Anonim, 2003. Peta Kerawanan Pangan Indonesia. Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian Jakarta.

Anonim, 2003.Studi Uji Coba Instrumen Pemantauan Kelaparan. Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian Jakarta.

Ariani, M, H.P. Saliem, S.H. Suhartini, Wahida dan H. Supriadi. 2000. Analisis Kebijaksanaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berpendapatan Rendah. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Burniaux, J.M, J. P. Martin dan F. Delome. Economy-Wide Effects of Agricultural Policy in OECD Countries. Dalam Goldin, I. Dan Knudsen. 1990. Agricultur Trade Liberalization : Implications for Developing Countries. Organization foe Economic Co-operation and Development. World Bank.

Corriston, S. and I.M Sheldon. 1991. Government Intervention in Inperfectly Competitive Agricultural Input Markets. AJAE. Pp.621-632.

Crowder,L. Van. 1998. Learning For The Future: Human Resource Development To Reduce Poverty And Achieve Food Security. Posted March 1998 Communication for Development Extension, Education and Communication Service (SDRE) FAO Research, Extension and Training Division.

FAO, 2003. Proceedings. Measurement and Assessment of Food Devrivation and Undernutrion. International Scientific Symposium. Rome, 26-28 Juni 2002.

Hanafi, S.R. Djatimurti R., 2004. Efektifitas Diversifikasi Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin Perdesaan Dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Pangan. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.

Handewi R. 2004. Identifikasi Wilayah Rawan Pangan di Propinsi D.I.Yogyakartya. I CASERD WORKING PAPER No. 36.

Irawan, P.B. dan H. Romdiati. 2000. Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa Imlplikasinya Untuk Strategi Pembangunan. WKNPG. LIPI. Jakarta.

Kasryno, Faisal, 2000. Menempatkan Pertanian Sebagai Basis Ekonomi Indonesia : Memantapkan Ketahanan Pangan dan Mengurangi Kemiskinan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan Litbang Pertanian. Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII 2000. Jakarta.

Rachman, Handewi P.S., 2003. Sistim Jaringan Deteksi Dini Wilayah Rawan Pangan Dalam Upaya Pemantapan Ketahanan Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Saliem, H.P., E.M. Lokollo, M. Ariyani, T.B. Purwantini dan Y. Marisa. 2001. Analisis Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga dan Regional. Laporan Penelitian Puslitbang Sosek Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

44

Page 45: KERAWANAN PANGAN - marnotanahfpubmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/lumbung-PANGAN... · Web viewNamun adanya kelompok tani, dan asosiasinya membuat petani bisa saling membantu

Sudaryanto,Tahlim., Rusastra I.Wayan., Simatupang, P dan Ariani, Mewa, 2000. Reorientasi Kebijakan Pembangunan Tanaman Pangan Pasca Krisis Ekonomi. Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII 2000. Jakarta.

Soetrisna, N. 1994. Perspektif Ekonomi Pangan Dalam Repelita VI. Pangan, Volume V, No. 18 hal 40-47.

Sumedi dan Supadi. 2004. Kemiskinan di Indonesia : Suatu Fenomena Ekonomi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Wibowo, R. 2000. Pertanian dan Pangan. Bunga Rampai Pemikiran Menuju Ketahanan Pangan. Puslibang Sinar Harapan. Jakarta.

45