ring kasan

18
Seminar Hasil aiueo KONTRIBUSI VEGETASI RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP KEBUTUHAN OKSIGEN DI KECAMATAN TAMALANREA KOTA MAKASSAR St. Atikah 1 , Nurfaida 2 , Hari Iswoyo. 1 ) NIM: G11109267; Mahasiswa Program Studi Agronomi, 2 ) Staf Pengajar pada Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Kampus UNHAS Tamalanrea, Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10, Kode pos 90245, Makassar, Sul-Sel. ABSTRAK Kawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat dan seringkali tidak mengindahkan keberadaan Ruang Terbuka Hijau. Vegetasi yang tersedia di kawasan perkotaan, baik jumlah maupun keanekaragamannya semakin menurun. Keadaan ini menjadi sangat memperihatinkan, mengingat di satu pihak kebutuhan akan oksigen semakin meningkat tetapi di lain pihak, vegetasi sebagai penyedia oksigen semakin berkurang. Kondisi ini menyebabkan hubungan yang kurang harmonis antara manusia dengan lingkungan yang berakibat pada lingkungan perkotaan yang hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui tingkat kebutuhan dan ketersediaan vegetasi RTH di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar berdasarkan kebutuhan oksigen serta perbandingan kebutuhan dan ketersediaan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen tahun 2011 dan tahun 2015 di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, berlangsung mulai bulan April hingga Juli 2015. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan tahap pelaksanaan dilakukan pengumpulan data baik bersumber dari data primer maupun data sekunder. kemudian dilakukan analisis yang mengacu pada data yang tersedia. Analisis yang dilakukan meliputi estimasi ketersediaan dan kebutuhan RTH Kecamatan Tamalanrea terhadap produksi oksigen serta estimasi peran vegetasi terhadap kebutuhan oksigen berdasarkan jumlah penduduk, hewan ternak, dan kendaraan bermotor. Tahap terakhir sebagai hasil dari proses penelitian ini direkomendasikan beberapa hal yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH terhadap kebutuhan oksigen di Kecamatan Tamalanrea di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan luas RTH Kecamatan Tamalanrea semakin menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2011, luas RTH sebesar 597.176,10 m 2 dan pada tahun 2015 yaitu sebesar 579.624 m 2 . Kontribusi oksigen yang dihasilkan berdasarkan luas RTH dan Jumlah vegetasi yang tersedia di Kecamatan Tamalanrea baik pada tahun 2011 dan 2015 belum dapat memenuhi kebutuhan oksigen di Kecamatan Tamalanrea. Kebutuhan luasan RTH tahun 2011 berdasarkan kebutuhan oksigen sebesar 5.162.955,411 m 2 dan pada tahun 2015 sebesar 5.679.190,736 m 2 . UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 1

Upload: shity-aiueo

Post on 09-Jul-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

KONTRIBUSI VEGETASI RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP KEBUTUHAN OKSIGEN DI KECAMATAN TAMALANREA

KOTA MAKASSARSt. Atikah1, Nurfaida2, Hari Iswoyo.

1) NIM: G11109267; Mahasiswa Program Studi Agronomi, 2) Staf Pengajar pada Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

Kampus UNHAS Tamalanrea, Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10, Kode pos 90245, Makassar, Sul-Sel.

ABSTRAKKawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat dan seringkali tidak mengindahkan keberadaan Ruang Terbuka Hijau. Vegetasi yang tersedia di kawasan perkotaan, baik jumlah maupun keanekaragamannya semakin menurun. Keadaan ini menjadi sangat memperihatinkan, mengingat di satu pihak kebutuhan akan oksigen semakin meningkat tetapi di lain pihak, vegetasi sebagai penyedia oksigen semakin berkurang. Kondisi ini menyebabkan hubungan yang kurang harmonis antara manusia dengan lingkungan yang berakibat pada lingkungan perkotaan yang hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui tingkat kebutuhan dan ketersediaan vegetasi RTH di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar berdasarkan kebutuhan oksigen serta perbandingan kebutuhan dan ketersediaan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen tahun 2011 dan tahun 2015 di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, berlangsung mulai bulan April hingga Juli 2015. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan tahap pelaksanaan dilakukan pengumpulan data baik bersumber dari data primer maupun data sekunder. kemudian dilakukan analisis yang mengacu pada data yang tersedia. Analisis yang dilakukan meliputi estimasi ketersediaan dan kebutuhan RTH Kecamatan Tamalanrea terhadap produksi oksigen serta estimasi peran vegetasi terhadap kebutuhan oksigen berdasarkan jumlah penduduk, hewan ternak, dan kendaraan bermotor. Tahap terakhir sebagai hasil dari proses penelitian ini direkomendasikan beberapa hal yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH terhadap kebutuhan oksigen di Kecamatan Tamalanrea di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan luas RTH Kecamatan Tamalanrea semakin menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2011, luas RTH sebesar 597.176,10 m2 dan pada tahun 2015 yaitu sebesar 579.624 m2. Kontribusi oksigen yang dihasilkan berdasarkan luas RTH dan Jumlah vegetasi yang tersedia di Kecamatan Tamalanrea baik pada tahun 2011 dan 2015 belum dapat memenuhi kebutuhan oksigen di Kecamatan Tamalanrea. Kebutuhan luasan RTH tahun 2011 berdasarkan kebutuhan oksigen sebesar 5.162.955,411 m2 dan pada tahun 2015 sebesar 5.679.190,736 m2.

Kata kunci : Urbanisasi, Inventarisasi Vegetasi, Ruang Terbuka Hijau dan Kontribusi Oksigen

PENDAHULUANKawasan perkotaan di Indonesia

dewasa ini mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu tersebut memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, sehingga penataan ruang kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan hunian, fasilitas umum dan social serta ruang-ruang terbuka publik di perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka

Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemic maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya.

Wilayah perkotaan memerlukan RTH untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan aktivitas sekaligus mengendalikan kenyamanan iklim mikro dan keserasian estetika kota. Namun saat ini, RTH di wilayah kota seringkali terdesak oleh pesatnya pertumbuhan bangunan, mengakibatkan penyediaan RTH dan vegetasi yang ada di pekarangan dan halaman bangunan kantor, sekolah atau di halaman bangunan lainnya

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 1

Page 2: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

serta tumbuhan yang ada di pinggir jalan, baik jumlah maupun keanekaragamannya semakin menurun. Akibatnya fungsi tumbuhan sebagai penghasil oksigen yang sangat diperlukan untuk proses pernapasan manusia semakin berkurang karena proses fotosintesis dari vegetasi semakin berkurang. Selain itu, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor menyebabkan polusi udara semakin meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan pencapaian peran RTH tidak sesuai harapan dengan peraturan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah.

Mengingat di satu pihak kebutuhan akan oksigen semakin meningkat tetapi di lain pihak penyedia oksigen semakin berkurang. Perbedaan akan kebutuhan oksigen tersebut menyebabkan hubungan yang kurang harmonis antara manusia dengan lingkungan yang berakibat pada lingkungan perkotaan yang hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi yang akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup. RTH kota diharapkan dapat menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai kebutuhan dan ketersediaan RTH di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar saat ini berdasarkan kebutuhan oksigen agar terjadi keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan oksigen. Keseimbangan tersebut diperlukan agar terjadi peningkatan kualitas lingkungan hidup di perkotaan.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian berlangsung mulai bulan April hingga Juli 2015.

Pada tahap pelaksanaan penelitian dilakukan pengumpulan data baik yang bersumber dari data primer maupun sekunder seperti studi literatur dan survei lapang sebagai sumber informasi pada lokasi studi.

Sebagai bahan untuk melakukan analisis lebih lanjut terhadap data yang tersedia, kemudian dilakukan analisis yang mengacu pada hasil penelitian yang didukung oleh kajian pustaka. Analisis yang dilakukan meliputi estimasi ketersediaan dan kebutuhan

RTH Kecamatan Tamalanrea terhadap produksi oksigen serta kebutuhan oksigen berdasarkan jumlah penduduk, hewan ternak, dan kendaraan bermotor.

Dalam menghitung kebutuhan luas RTH berdasarkan pendekatan kebutuhan akan oksigen digunakan pedoman Gerakis, dimana dalam pedoman tersebut menjelaskan bahwa RTH kota yang harus disediakan mengacu pada jumlah penduduk, hewan ternak serta jumlah kendaraan bermotor.

Estimasi ketersediaan RTH terhadap produksi oksigen yaitu dengan menghitung luas RTH yang berkontribusi terhadap oksigen, maka dibuat perhitungan sebagai berikut:

Kontribusi O2 RTH= n (m2) x 50,625(g/m2/hariKeterangan :n = Luas RTH pada tahun ke t (m2)50,625 = Jumlah Oksigen yang dihasilkan RTH setiap

1 m2 (g/m2/hari)

Estimasi produksi oksigen (O2) bisa dilakukan dengan menghitung jumlah populasi vegetasi yang paling besar konstribusinya terhadap oksigen (O2) yaitu pohon. Dengan demikian menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Produksi O2 Pohon= ∑ Pohon x 20.544 (g/hari)Keterangan :

∑ Pohon = Jumlah Pohon yang berada pada lokasi studi

20.544 = Oksigen yang dihasilkan tiap pohon dalam sehari (g/hari)

Adapun asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam menghitung kebutuhan dan produksi oksigen adalah sebagai berikut:

1. Setiap 1 m2 ruang terbuka hijau mampu menghasilkan 50,625 gram O2/m2/hari Gerakis (1974) yang dimodifikasi dalam Wisesa (1988).

2. Perhitungan luas RTH pada penelitian ini hanya pada RTH publik.

3. Luas RTH publik yang berada di lokasi studi sesuai dengan data yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar Tahun 2011 dan 2015.

4. Vegetasi pohon berfotosintesis menghasilkan oksigen optimal 260 pon/tahun = 118.000 g/tahun = 323,28 g/hari (Young, 2013).

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 2

Page 3: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

5. Jumlah pohon yang dihitung hanya yang berada pada RTH publik dalam wilayah studi (Kecamatan Tamalanrea).

6. Vegetasi yang dihitung hanya paling besar konstribusinya terhadap oksigen (O2) yaitu pohon.

7. Jumlah penduduk, hewan ternak, dan kendaraan bermotor yang berada di wilayah studi adalah berdasarkan data primer perhitungan di lokasi studi.

8. Perkiraan jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2011, dapat dihitung berdasarkan perkiraan jumlah kendaraan tahun 2015 berdasarkan jenisnya sebanyak 29.404 unit kemudian dikurangi dengan persentase jumlah peningkatan kendaraan bermotor di Kota Makassar setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS Kota Makassar pada tahun 2014 diketahui jumlah kendaraan bermotor di Kota Makassar setiap tahunnya bertambah sekitar 12%. Maka dapat diperoleh perkiraan jumlah kendaraan bermotor tahun 2011 adalah sebesar 17.633 unit.

9. Jenis kendaraan bermotor yang dihitung adalah sebagai berikut: Kendaraan Ringan : Kendaraan bermotor

yang termasuk pete-pete, taksi, oplet, pick-up dan mobil pribadi

Kendaraan berat : Kendaraan bermotor yang termasuk Kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda (meliputi bis dan truk besar).

Sepeda motor : Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3).

10. Setiap jumlah kendaraan bermotor berasal dari jumlah kendaraan survei selama 4 jam dalam sehari; 2 jam pada pagi hari dan 2 jam pada sore hari. Dan diasumsikan sebagai jumlah kendaraan/hari.

11. Setiap orang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah yang sama setiap hari yaitu ± 600 l/hari = 864 g/hari.

12. Setiap hewan ternak mengkonsumsi oksigen dalam jumlah yang kurang lebih sama setiap hari yaitu:

Kerbau dan sapi: 1,70 kg/hari = 1.700 g/hari Kuda: 2,86 Kg/hari = 2.860 g/hari Kambing dan domba: 0,31 kg/hari =

310 g/hari Unggas: 0,17 kg/hari = 170 g/hari Babi : 1,24 kg/hari = 1.240 g/hari

13. Kebutuhan oksigen menurut jenis kendaraan bermotor: Kendaraan Sepeda Motor = 0,58 Kg/hari = 580

g/hari Kendaraan beban ringan = 22,88 Kg/Hari =

22.880 g/hari Kendaraan beban berat = 88,64 Kg/Hari =

88.640 g/hari

Asumsi-asumsi tersebut digunakan sebagai acuan untuk menghitung kebutuhan akan oksigen dan memprediksi kontribusi oksigen yang dihasilkan oleh vegetasi RTH dalam kaitannya dengan kebutuhan oksigen pada lokasi studi.

Selain menghitung kebutuhan dan kontribusi oksigen, data dan informasi yang telah diperoleh dapat digunakan dalammemprediksi kebutuhan RTH pada lokasi studi dengan menggunakan rumus Gerakis (1974):

Pt (g/hari) + Kt (g/hari) + Tt (g/hari)Lt = m2

(54 ) (0,9375 ) x 2Keterangan : Lt = Luas RTH Kota pada tahun ke t (m2) Pt = Jumlah kebutuhan oksigen (O2) bagi

penduduk pada tahun ke t (g/hari)Kt = Jumlah kebutuhan oksigen (O2) bagi

kendaraan bermotor pada tahun ke t (g/hari)

Tt = Jumlah kebutuhan oksigen (O2) bagi ternak pada tahun ke t (g/hari)

54 = Tetapan yang menunjukkan bahwa 1 m2 luas lahan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari (g/m2/hari)

0.9375 = Tetapan yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 3

Page 4: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

setara dengan produksi oksigen 0,9375 g

2 = Jumlah musim di Indonesia

Tahap terakhir sebagai hasil dari proses penelitian ini diharapkan dapat melihat perbandingan kebutuhan dan ketersediaan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen tahun 2011 dan tahun 2015 di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.

GAMBARAN UMUMAdministrasi dan Geografis

Kecamatan Tamalanrea merupakan salah satu dari 14 Kecamatan yang terletak pada wilayah Kota Makassar berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar, Kecamatan Tamalanrea memiliki luas wilayah sebesar 43.126.800 m2 yang terletak antara 119o29’31” BT dan 5o8’25” LS yang berbatasan dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Selat Makassar Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Biringkanaya Sebelah selatan dan barat berbatasan dengan

Kecamatan Panakkukang

Jumlah Penduduk

Kecamatan Tamalanrea memiliki jumlah penduduk terbesar kedua di wilayah Kota Makassar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar, jumlah penduduk di Kecamatan Tamalanrea terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kecamatan Tamalanrea adalah sebesar 103.192 orang dengan jumlah kepadatan penduduk (per Km2) sebesar 7.620 dan tahun 2015 sebesar 109.471 orang dengan jumlah kepadatan penduduk (per Km2) sebesar 25.569.

Jumlah Hewan TernakJumlah hewan ternak pada Kecamatan

Tamalanrea pada tahun 2011 adalah sebanyak 164 ekor yang terdiri dari 96 ekor kerbau dan sapi, 21 ekor kambing dan domba, dan 47 ekor unggas dan pada tahun 2015 adalah sebanyak 212 ekor yang terdiri dari 140 ekor kerbau dan sapi, 41 ekor kambing, 31 ekor unggas dan 1 ekor babi (Badan Pusat Statistik, 2015).Jumlah Kendaraan Bermotor

Jumlah kendaraan bermotor di Kecamatan Tamalanrea tahun 2011 (Tabel

Lampiran 3) adalah sebanyak 17.633 unit yang terdiri dari 8.043 unit sepeda motor, 8.432 unit kendaraan beban ringan (pete-pete, taksi, oplet, mikrobis, pick-up, dan truk kecil), dan 1.158 unit kendaraan beban berat (bis dan truk besar). Data tersebut diperoleh dari hasil pengurangan jumlah kendaraan tahun 2015 dengan presentase peningkatan jumlah kendaraan sebesar 12% setiap tahunnya (BPS, 2015).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di titik pengambilan sampel pada saat jam pergi dan pulang kerja yakni pada pagi hari pukul 08.00-10.00 WITA dan sore hari pukul 16.00–18.00 WITA (Tabel Lampiran 4) diperoleh jumlah kendaraan bermotor di Kecamatan Tamalanrea tahun 2015 adalah sebanyak 29.404 unit yang terdiri dari 13.411 unit sepeda motor, 14.062 unit kendaraan beban ringan (pete-pete, taksi, oplet, mikrobis, pick-up, dan truk kecil), dan 1.931 unit kendaraan beban berat (bis dan truk besar).

Berdasarkan data Dinas Perhubungan Tahun 2015 (Tabel Lampiran 5) jumlah kendaraan penumpang/angkutan kota jenis pete-pete saat ini mencapai 4.113 unit dengan 17 trayek dan dapat diketahui jumlah angkutan kota (Pete-pete) yang melintasi wilayah Kecamatan Tamalanrea sesuai trayek sebanyak 1.834 unit/hari dari 4 trayek (D, G, S, B1, C1, E1, F1, R1 dan W).

Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Tamalanrea

Secara umum, kondisi RTH yang ada di Kecamatan Tamalanrea cukup bervariasi, sebagian besar merupakan daerah hijau kurang intensif. Dari segi kualitas, strata RTH yang ada bervariasi antara strata satu sampai dengan tiga. Kecamatan Tamalanrea merupakan salah satu Kecamatan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan bandara terpadu, kawasan maritim terpadu, kawasan industri terpadu, kawasan pergudangan terpadu, dan kawasan pendidikan tinggi terpadu.

Luas RTH di Kecamatan Tamalanrea tahun 2011 adalah seluas 597.176,10 m2 yang terdiri atas RTH Lapangan Kota, RTH Taman, Jalur Hijau dan Hutan Kota dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data RTH Kecamatan Tamalanrea tahun 2011

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 4

Page 5: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar, 2015

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Daerah Dearah Kota Makassar, RTH yang tersedia saat ini semakin berkurang dibandingkan pada tahun 2011 dengan luas sebesar 579.600 m2, RTH Kecamatan Tamalanrea tahun 2015 terdiri atas RTH Lapangan Kota, RTH Pemakaman, Jalur Hijau dan Hutan Kota. RTH tersebut tersebar di seluruh kelurahan di Kecamatan Tamalanrea. Data mengenai sebaran RTH tahun 2015 di Kecamatan Tamalanrea dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data RTH Kecamatan Tamalanrea tahun 2015

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar, 2015

Berdasarkan hasil survei di lapangan, area RTH Kecamatan Tamalanrea lainnya yang berkualitas cukup baik antar lain berupa jalur hijau (path) pada median dan sempadan jalan utama di wilayah Kecamatan Tamalanrea, seperti Jalan Perintis Kemerdekaan, dengan vegetasi peneduh pada sempadan jalan dan vegetasi pengarah pada median jalan. Pada jalan tersebut, vegetasi peneduh yang ada membentuk kanopi sehingga membuat suasana yang sejuk dan nyaman bagi pengguna jalan. disamping itu, tingkat polusi udara akan dapat dinetralisir oleh tanaman yang ada.

Vegetasi (pohon)

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 5

Page 6: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

Berdasarkan survei lapang, vegetasi RTH yang dihitung adalah pohon dengan pembagian area perhitungan berdasarkan ruang publik yang ada di wilayah Kecamatan Tamalanrea seperti jalan raya, median jalan, perumahan, instansi, sekolah dan tempat-tempat publik lainnya. Jumlah vegetasi pohon pada area publik di wilayah Kecamatan Tamalanrea dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah vegetasi pohon pada area publik di Kecamatan Tamalanrea

Tabel 6. Lanjutan

Sumber: Hasil Survei, 2015

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 6

Page 7: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa jumlah vegetasi RTH di Kecamatan Tamalanrea adalah sebanyak 27.949 pohon yang tumbuh di sepanjang jalur tepi. Selain itu juga ada yang tumbuh di halaman perkantoran, tempat ibadah, sekolah, dan area publik lainnya di wilayah Kecamatan. Berbagai jenis vegetasi yang tumbuh di Kecamatan Tamalanrea. Terdapat 97 spesies vegetasi pohon di Kecamatan Tamalanrea dapat di lihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Inventarisasi jenis vegetasi pohon di wilayah Kecamatan Tamalanrea

Tabel 7. Lanjutan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 7

Page 8: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

Tabel 7. Lanjutan

Sumber: Hasil Survei, 2015.ANALISISKontribusi Oksigen

Luas RTH Kecamatan Tamalanrea

Kontribusi oksigen (O₂) dapat dihitung berdasarkan luas RTH yang berkontribusi terhadap oksigen, berdasarkan pedoman Gerakis yang menyatakan bahwa setiap 1 m2 RTH mampu menghasilkan oksigen (O2) sebesar 50,625 g/m2/hari. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil perhitungan kontribusi oksigen (O2) di Kecamatan Tamalanrea berdasarkan luas RTH

Tahun Luas RTH (m2) Kontribusi O2

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 8

Page 9: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

(g/hari)2011 597.176,10 30.233.040,06

2015 579.624

29.342.250

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kontribusi oksigen (O2) RTH di Kecamatan Tamalanrea tahun 2011 lebih banyak dibandingkan kontribusi oksigen (O2) RTH tahun 2015 sebesar 30.233.040,06 g/hari.

Vegetasi RTH Kecamatan Tamalanrea

Kontribusi oksigen (O2) juga bisa diketahui dengan menghitung jumlah populasi vegetasi yang paling besar konstribusinya terhadap oksigen (O2), yaitu pohon. Oksigen (O2) dihasilkan oleh tiap pohon yang berfotosintesis menghasilkan oksigen optimal sebesar 260 pon/tahun = 118.000 g/tahun = 323,28 g/hari (Young, 2013). Hasil survei menunjukkan terdapat pohon sebanyak 27.949 di wilayah Kecamatan Tamalanrea yang dapat menghasilkan oksigen (O2) sebesar 9.035.352,72 g/hari.

Kebutuhan Oksigen

Jumlah Penduduk

Kebutuhan oksigen (O2) berdasarkan jumah penduduk diperoleh dari kebutuhan oksigen (O2) yang dibutuhkan per orang. Setiap orang mengkonsumsi oksigen (O2) dalam jumlah yang sama setiap hari, yaitu 864 gram/hari. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil perhitungan kebutuhan oksigen (O2) di Kecamatan Tamalanrea berdasarkan jumlah penduduk

Tahun Jumlah Penduduk (Orang)

Oksigen (g/hari)

2011 103.192 89.157.8882015 109.417 94.536.288

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 9 menunjukkan bahwa kebutuhan oksigen (O2) di Kecamatan Tamalanrea terbesar adalah sebesar 94.536.288 gram/hari pada tahun 2015 dengan jumlah penduduk sebesar 109.417 orang.

Jumlah dan Jenis Hewan Ternak

Perhitungan kebutuhan oksigen (O2) berdasarkan jumlah dan jenis hewan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil perhitungan kebutuhan oksigen (O₂) di Kecamatan Tamalanrea berdasarkan jumlah dan jenis hewan ternak

Jenis Hewan Ternak

Jumlah (ekor)

Kebutuhan O2

(g/hari)2011 2015 2011 2015

Kerbau dan Sapi 96 140 163.200 238.000Kuda - - - -Kambing dan Domba 21 40 6.510 12.400

Unggas 47 31 7.990 5.270Babi - 1 - 1.240Total 164 212 177.700 256.910

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 10 menunjukkan kebutuhan oksigen (O2) berdasarkan jumlah dan jenis hewan ternak tahun 2011 dan tahun 2015 adalah sebesar 177.700 g/hari dan 256.910 g/hari.

Jumlah Kendaraan Bermotor

Selain jumlah penduduk dan hewan ternak, jumlah kendaraan bermotor juga merupakan konsumen oksigen (O2). Kendaraan bermotor pada prinsipnya memerlukan proses pembakaran bahan bakar untuk menjalankan fungsinya. Proses pembakarannya tersebut diperlukan oksigen (O2). Maka, jumlah dan jenis kendaraan bermotor beserta perhitungan kebutuhan oksigen berdasarkan jumlah dan Jenis kendaraan bermotor dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil perhitungan kebutuhan oksigen (O₂) di Kecamatan Tamalanrea berdasarkan jenis kendaraan

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 11 menunjukkan bahwa kebutuhan oksigen berdasarkan jumlah dan jenis kendaraan bermotor tahun 2011 adalah sebesar 300.034.220 g/hari dan tahun 2015 adalah sebesar 500.680.780 g/hari.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 9

Page 10: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

Untuk jumlah kebutuhan oksigen (O₂) Kecamatan Tamalanrea berdasarkan jumlah penduduk, hewan ternak dan kendaraan bermotor di Kecamatan Tamalanrea dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah kebutuhan Oksigen berdasarkan jumlah Penduduk, Hewan Ternak dan Kendaraan Bermotor di Kecamatan Tamalanrea

Sumber: Hasil Analisis, 2015Berdasarkan Tabel 12 maka dapat

diketahui bahwa kebutuhan oksigen di Kecamatan Tamalanrea berdasarkan jumlah penduduk, hewan ternak dan kendaraan bermotor terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan jumlah kendaraan setiap tahunnya.

Kebutuhan Luas RTH Kecamatan Tamalanrea

Dalam mengetahui kebutuhan luas RTH Kecamatan Tamalanrea dapat ditinjau berdasarkan jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk, hewan ternak, dan kendaraan bermotor. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil perhitungan kebutuhan luas RTH Kecamatan Tamalanrea berdasarkan kebutuhan oksigen.

Tahun Kebutuhan O2

(g/hari)Kebutuhan RTH (m2)

2011 522.749.235,4 5.162.955,4112015 575.018.062 5.679.190,736

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 13 menunjukkan bahwa kebutuhan RTH Kecamatan Tamalanrea tahun 2015 lebih besar dibandingkan tahun 2011 dengan kebutuhan luas sebesar 5.679.190,736 m2.

PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 4 dan 5 diketahui bahwa dari tahun ke tahun, luas RTH di Kecamatan Tamalanrea semakin menurun. Pada tahun 2011, luas RTH di Kecamatan Tamalanrea sebesar 597.176,10 m2. Namun pada tahun 2015, luas RTH Kecamatan Tamalanrea semakin berkurang yaitu sebesar 579.624

m2. Sehingga kebutuhan luas RTH Kecamatan Tamalanrea berdasarkan kebutuhan oksigen juga ikut meningkat seiring dengan menurunnya luas RTH setiap tahunnya, dimana pada Tabel 13 menunjukkan kebutuhan RTH Kecamatan Tamalanrea tahun 2015 lebih tinggi sebesar 5.679.190,736 m2 dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 5.162.955,411 m2. Oleh karena itu, diperlukan upaya khusus untuk meningkatkan RTH di Kecamatan Tamalanrea sesuai dengan kebutuhan luasan RTH yang dibutuhkan.

Berkurangnya luas RTH Kecamatan Tamalanrea disebabkan oleh meningkatnya pembangunan fisik kota, pertumbuhan penduduk, jumlah kendaraan bermotor serta berbagai aktivitas kota. Kepadatan pertumbuhan penduduk ini mengakibatkan alih fungsi lahan besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan pembangunan kota. Banyak sekali areal pertanian maupun lahan terbuka yang beralih fungsi dan dibangun gedung-gedung guna memenuhi kebutuhan ruang di perkotaan. Semakin meningkatnya permintaan akan ruang khususnya untuk permukiman dan lahan terbangun berdampak kepada semakin merosotnya kualitas lingkungan. Rencana Tata Ruang yang telah dibuat tidak mampu mencegah alih fungsi lahan di perkotaan sehingga keberadaan RTH semakin terancam dan kota semakin tidak nyaman untuk beraktivitas.

Perangkat hukum yang mengatur penataan ruang hendaknya diimplementasikan dengan baik oleh pengambil keputusan. Pemerintah harus konsisten dalam menjalankan penataan ruang. Penyediaan RTH harus disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang. UU Penataan Ruang yang memuat sanksi dapat digunakan sebagai payung hukum untuk memenuhi kebutuhan RTH di Kecamatan Tamalanrea.

Partisipasi masyarakat sangat penting dalam penyediaan dan pemanfaatan RTH. Upaya ini dilakukan untuk memberikan hak masyarakat dan mencegah terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang. Masyarakat perlu dilibatkan dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Masyarakat dapat berperan dengan meningkatkan kualitas lingkungan di permukiman misalnya dengan menanam tanaman dan membangun sumur serapan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 10

Page 11: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

serta pengelolaan sampah. Lahan pekarangan rumah dimanfaatkan secara optimal dengan berbagai jenis tanaman. Sektor swasta juga dapat berperan dalam menyediakan RTH pada fasilitas umum yang dibangun (mall, plaza, perumahan, dan sebagainya).

Kontribusi oksigen Kecamatan Tamalanrea berdasarkan luas RTH yang tersedia tahun 2015 sebesar 29.342.250 g/hari. Kontribusi oksigen tersebut lebih rendah dibandingkan dengan produksi oksigen pada tahun 2011 sebesar 30.233.040,06 g/hari dengan luasan sebesar 597.176,10 m2 . Berdasarkan data yang dapat dilihat pada Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa rendahnya tingkat produksi oksigen yang dihasilkan diakibatkan oleh berkurangnya luasan RTH Kecamatan Tamalanrea saat ini yaitu sebesar 579.624 m2

yang diakibatkan oleh jumlah penduduk dan kendaraan bermotor yang mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga RTH yang tersedia di Kecamatan beralih fungsi untuk peruntukan ruang pemukiman dan ruang lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat James Siahaan (2010) menyatakan bahwa kecenderungan terjadinya penurunan kuantitas ruang publik, terutama RTH pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar, luasan RTH telah berkurang dari 35% pada awal tahun 1970-an menjadi 10% pada saat ini. Ruang terbuka hijau yang ada sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan dan kawasan permukiman baru. Semakin berkurangnya RTH karena keterbatasan lahan dan ketidakkonsisten dalam menerapkan tata ruang yang disebabkan oleh konversi lahan yaitu beralih fungsinya RTH untuk peruntukan ruang yang lain. Sehingga diperlukan upaya perluasan dan pengembangan wilayah RTH sesuai dengan UU Penataan Ruang No.26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2008 kebutuhan luasan RTH minimum sebesar 30% dari luas wilayah atau sesuai dengan perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen.

REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat direkomendasikan beberapa hal yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH terhadap kebutuhan oksigen di Kecamatan Tamalanrea di Kota Makassar.

Rekomendasi ini ditujukan kepada berbagai pihak, diantaranya adalah Dirjen Penataan Ruang di Kementerian PU, yang menyusun PERMENPU No.5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemafaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Terdapat beberapa rekomendasi untuk pemerintah daerah, yaitu BAPPEDA dan Dinas Pertamanan dan Kebersihan terkait dengan penyediaan dan pengelolaan RTH. Berikut merupakan rincian dari rekomendasi tersebut.

1. Di dalam pedoman penyediaan RTH, perlu dibuat definisi dan klasifikasi yang jelas pada berbagai jenis guna lahan yang termasuk dan tidak termasuk ke dalam RTH.

2. Selain dokumen RTRW, perlu adanya instrumen kebijakan yang khusus mengatur penyediaan RTH pada suatu kota atau wilayah administratif.

Beberapa kota atau kabupaten sudah membuat perda khusus mengenai penyediaan RTH serta sanksi-sanksi apabila terjadi penyalahgunaan lahan yang seharusnya berfungsi sebagai RTH.

3. Perlu adanya inventarisasi RTH publik maupun RTH privat yang terintegrasi antara lembaga-lembaga yang terkait, seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan Dinas Tata Ruang Kota, BAPPEDA serta dinas-dinas lainnya.

4. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terdapat di Kecamatan Tamalanrea perlu penambahan dengan membuat RTH Kecamatan dan beberapa RTH Kelurahan.

5. Perlu penambahan jenis vegetasi pohon yang dapat menghasilkan oksigen lebih banyak dari pada jenis vegetasi semak, padang rumput dan sawah.

6. Perlunya pemerintah Kota Makassar memberikan himbauan kepada masyarakat agar menggunakan kendaraan angkutan massal dalam bepergian seperti BUS Mamminasata, sehingga mengurangi penggunaan kendaraan beban ringan dan dapat mengurangi kebutuhan oksigen pada kendaraan.

7. Memanfaatkan lahan-lahan yang tidak terpakai sebagai RTH untuk memenuhi kebutuhan konsumen oksigen.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 11

Page 12: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Kontribusi Vegetasi RTH terhadap Kebutuhan Oksigen di Kecamatan Tamalanrea diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ketersediaan luas RTH Kecamatan Tamalanrea semakin menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2011, luas RTH di Kecamatan Tamalanrea sebesar 597.176,10 m2 dan pada tahun 2015, luas RTH Kecamatan Tamalanrea semakin berkurang yaitu sebesar 579.624 m2.

2. Kontribusi oksigen yang dihasilkan berdasarkan luas RTH dan Jumlah vegetasi yang tersedia di Kecamatan Tamalanrea baik pada tahun 2011 dan 2015 belum dapat memenuhi kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh konsumen oksigen di Kecamatan Tamalanrea.

3. Kebutuhan luasan RTH tahun 2011 berdasarkan kebutuhan oksigen bagi konsumen oksigen sebesar 5.162.955,411 m2 dan pada tahun 2015 sebesar 5.679.190,736 m2.

SARAN

Dari kesimpulan penelitian yang telah diperoleh tersebut, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota, Kota Makassar khususnya Kecamatan Tamalanrea belum sesui dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Jumlah RTH dan persebaran RTH belum merata. Oleh karena itu perlu adanya mengoptimalkan RTH dengan jenis roof garden untuk permukiman yang padat dengan keterbatasan lahan untuk lahan RTH, dengan menggalakan taman vertikal susun (vertical garden stacking),dan memberikan peraturan bagi masyarakat untuk menggalakan RTH privat 10 % sebagaimana yang telah diterapkan oleh pemerintah dalam Undang-undang No 26 Tahun 2007;

2. Kebijakan pemerintah dalam hal pembangunan sebaiknya didasarkan pada pentingnya keseimbangan dalam pembangunan kota, terutama pada aspek ekologi dan lingkungan alamiah kota.

3. Bentuk RTH jangan terfokus pada jalur hijau tetapi RTH dalam bentuk lain juga diperlukan karena kebutuhan masyarakat terhadap RTH berbeda-beda. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyosialisasikan bentuk-bentuk RTH dengan manfaatnya sehingga masyarakat dapat memilih

bentuk RTH yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga tidak terpaku jalur hijau yang dioptimalkan tetapi bentuk RTH yang lainnya juga dibutuhkan untuk menambah variasi RTH di Kota Makassar khususnya Kecamatan Tamalanrea.

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan tata ruang terutama RTH harus lebih ditingkatkan. Hal ini perlu ditingkatkan dengan melibatkan masyarakat atau komunitas setempat dalam perencanaan RTH yang akan di bangun.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Ayahanda Drs. Muh. Ali M dan Ibunda Rosdiana (Alm) atas kasih sayang, cinta, dan doa, serta dorongan baik moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada Nurfaida, SP, M.Si dan Dr. Hari Iswoyo, SP, MA yang telah membimbing penulis selama penelitian dan penulisan skipsi ini. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kakanda Hari Suhud, SP., Ali Akbar Wahab, SP.,M.Si., Syahrul Kamaluddin, SP.,MP., Andi Achmad Rahmat, SP., Rafyuddin Khalik, Zulfardi Ashar, SP.,M.Si., Hartawan,SE dan Arwin Arifin, SP yang telah memberikan banyak bantuan dan pengorbanan yang tulus kepada penulis selama ini. Para sahabatku tersayang Hasmia, SE., Desy Arsyad, SP., Nursyamsi B, SP., Isriyani Ikawati, SP., dan Nurhardianti, SP terima kasih untuk kebersamaannya "kalian Anugrah Terindahku" dan semua teman-teman Agrotek09 yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, serta keluarga besarku di Himpunan Mahasiswa Agronomi khususnya Clone06, Pangan07, Rejuvinasi08, Klimakterik09, Hybrid010, Aktivator011, dan Viabilitas012 "sebuah kebanggaan menjadi bagian dari kalian" terima kasih atas bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Adillasintani. 2013. Analisis Tingkat Kebutuhan Dan Ketersediaan Rth Pada Kawasan Perkantoran Di Kota Makassar [disertasi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Al Hasani L, 2014. Analisis Tingkat Pengurangan Kebisingan Oleh Tanaman Di Ruas Jl. Ap. Pettarani Di Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 12

Page 13: Ring Kasan

Seminar Hasil aiueo

Baharuddin A, 2011. Kebutuhan RTH Pada Kawasan Pusat Kota Jayapura. Jayapura: Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.

Carmona M, Heath T, Oc T and Tiesdell S, 2003. Public Spaces – Urban Places. The dimension of Urban Design. Elsevier. Oxford.

Fandeli C,2004.AMDAL dalam Pembangunan, Yogyakarta: Liberty.

Vizard, 2010, Trembesi, Si Pengurang Emisi Karbon, Wordpress: Jakarta

Wiesesa, SPC. 1988. Studi Pengembangan Hutan Kota di Wilayah Kotamadya Bogor. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumber daya Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 Halaman 13