keke ring an
DESCRIPTION
bencanaTRANSCRIPT
TAHAPAN PENGELOLAAN BENCANA PADA PRA DAN SAAT
TERJADINYA KEKERINGAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Kesehatan Dan Penanggulangan Bencana
yang dibina oleh Agung Witjoro, S.Pd., M.Kesdan Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.
Oleh
Ghufron N K (130351603582)
Rifka Amilia (130351615569)
Yeni Pratiwi (130351603588)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Oktober 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam berkehidupan, manusia memang tidak akan pernah lepas oleh
pengaruh alam. Alam akan mempengaruhi aktivitas manusia sehari-hari baik yang
bersifat negatif maupun posotif. Berifat positf ketika alam membeikan andil atau
keuntungan bagi manusia seperti hasil alam yang melimpah sehingga dapat
membantu kesejahteraannya, kemudian alam juga dapat berubah menjadi
merugikan saat alam mengeluarkan kekuatannya dengan bencana-bencana yang
ditimbulkan dan manusia tidak bisa berbuat apa-apa, manusia hanya mampu
menghindar dan meniminimalisir kerugian yang ditimbulkan.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Posisi
geografis dan geodinamik Indonesia telah menempatkan tanah air kita sebagai
salah satu wilayah yang rawan bencana alam. Bencana dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti kondisi geografis, geologis, iklim, maupun faktorfaktor
lain seperti keragaman sosial, budaya, dan politik. Kekeringan merupakan salah
satu bencana hidrometeorologis yang silih berganti terjadi di Indonesia.
Kekeringan tidak dapat dielakkan dan secara perlahan berlangsung lama hingga
musim hujan tiba. Secara umum, pengertian kekeringan adalah kondisi
ketersediaan air yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan, baik untuk
untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan
terbagi dalam dua kategori, yaitu kategori terkena kekeringan dan kategori
terancam kekeringan.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007). Bencana
merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan
kemampuan yang di picu oleh suatu kejadian. Efek yang ditimbulkan dari
bencana alam maupun non alam bersifat merusak dan merugikan apapun yang ada
1
di sekitarnya. Banyak sekali jenis-jenis bencana alam yang ada di dunia ini, salah
satunya kekeringan. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada
suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-
tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terusmenerus
mengalami curah hujan di bawah ratarata. Musim kemarau yang panjang akan
menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan
(evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat
menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan
sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang
ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu
proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda.
Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat
pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
.Kekeringan yang berkepanjangan mengakibatkan kerusakan dan
kerugian dalam berbagai hal. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk
mengangkat judul makalah “Tahapan Dan Pengeloaan Bencana pada Pra dan
Saat Terjadinya Kekeringan”.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a. Apa pengertian dari kekeringan?
b. Bagaimana proses terjadinya kekeringan?
c. Tahapan dan pengelolaan bencana pada pra dan saat terjadinya kekeringan
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Mendeskripsikan pengertian dari kekeringan
b. Mendeskripsikan proses terjadinya kekeringan
c. Mendeskripsikan tahapan dan pengelolaan bencana pada pasca terjadinya
kekeringan
2
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kekeringan dan Tanda-Tanda Umum Kekeringan
Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Menurut
Shelia B. Red (1995) kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan persediaan
air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal
atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan
muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan antara
permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak
tata kehidupan, dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan
Bencana.
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan
jenisnya yaitu: kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan
pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi.
1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan
pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata-
rata dan lamanya periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus
untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim harian dan bulanan, atau
3
jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan sendiri,
tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.
2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–sumber
air seperti sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan air.
Definisinya mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan
yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem
domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu
dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistem–sistem
penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan
hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini
terjadi ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan
hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman,
bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan
sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa
diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya
faktor–faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang–alang,
tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang rendah.
Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan yang
ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya sehingga sejumlah
besar menusia menjadi tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan biasanya
mempunyai penyebab–penyebab yang kompleks sering kali mencangkup
perang dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan faktor utama
dalam bencana kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari
pengaruh–pengaruh yang rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses
dan jasa-jasa lainnya.
4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan
akan barang–barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan
diatas. Ketika persediaan barang–barang seperti air, jerami atau jasa seperti
energi listrik tergantung pada cuaca, kekeringan bisa menyebabkan
kekurangan. Konsep kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara
4
kekeringan dan aktivitas–aktivitas manusia. Sebagai contoh, praktek–praktek
penggunaan lahan yang jelek semakin memperburuk dampak–dampak dan
kerentanan terhadap kekeringan di masa mendatang.
Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:
1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah
normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan
indikasi pertama adanya bencana kekeringan.
2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air
sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan
indikasi awal adanya kekeringan.
3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang
menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.
2.2 Faktor Penyebab dan Dampak Terjadinya Kekeringan
2.2.1 Faktor Penyebab Terjadinya Kekeringan
1. Lapisan tanah tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak
akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat
mengalami penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan
sering terjadi di daerah pegunungan kars,karena di daerah ini memiliki
lapisan tanah atas yang tipis.
2. Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke
dalam lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air
dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air
dengan jangka waktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air
di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam,sehingga tanaman tidak
mampu menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar yang dimiliki
tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-
5
sumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau,karena air yang
terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun
ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada musim
kemarau, itu jumlahnya terbatas.
3. Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu
yang lama.Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke
dalam, karena tanah tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang
terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yang kasar akan mengalami
penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar
dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.
4. Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan
alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang
terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim. Misalnya: Akibat
perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama
daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya
akan memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air
kurang terpenuhi di musim kemarau.
5. Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis
vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan
intensitas yang lebih banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat
menguras kandungan air dalam tanah.
Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah
pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang
dapat memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur
yang sangat rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di
sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk
6
tumbuh sangat kecil. Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi
untuk menyimpan air tidak ada atau terbatas jumlahnya.
6. Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh
terhadap kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah
akan memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah
dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah
akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.Oleh karena itu
air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah.
Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana
kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi
tidak mampu menyimpan air lebih lama.
2.2.2 Dampak Terjadinya Kekeringan
1. Fisik
a. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b. Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c. Kerusakan spesies tanaman.
d. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya
daya pandang).
f. Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak,
sehingga sulit untuk dijadikan lahan pertanian.
g. Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau
menjadikan suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu
udara sangat dingin. Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat
antara siang dan malam menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih
cepat.
2. Non fisik
a. Ekonomi
1) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan
perikanan.
7
2) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
3) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara
langsung.
4) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
5) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya
energy.
6) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
7) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
8) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait
dengan kekeringan.
9) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya
kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan.
b. Sosial Budaya
1) Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau
debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana,
sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan
dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.
2) Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
3) Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-
kondisi yang terkait dengan kekeringan.
4) Konflik di antara penggunan air.
5) Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
6) Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan
bantuan pemulihan.
7) Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
8) Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
9) Kekacauan social, perselisihan sipil.
10) Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan
mata pencaharian.
8
11) Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan
pemulihan,banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih
keluar negeri.
c. Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan
penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan
bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di Indonesia
yanitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
2.3 Tahapan dan Pengelolaan Bencana pada Pasca Terjadinya Kekeringan
1. Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman
data iklim dari daerah ke pusat pengolahan data.
2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air
dengan memperhatikan historical right dan azas keadilan.
3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
4. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan
pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.
5. Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah
rawan kekeringan
6. Memberikan sistem reward dan punishment bagi masyarakat yang
melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan hutan/
lahan.
Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:
A. Pra bencana
1) Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
2) Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air
baku untuk air bersih.
3) Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan
yang ada di lingkungan tinggal kita.
4) Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
9
5) Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan
plester semen atau ubin keramik.
6) Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
7) Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
8) Panen dan konservasi air. Panen air merupakan cara pengumpulan atau
penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan
tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah.
Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua
tahapan strategi yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka
panjang.
a. Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering):
1) Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.
2) Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.
3) Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang
mempunyai waduk.
4) Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.
5) Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan
dampaknya.
6) Penyiapan cadangan pangan.
7) Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan
dampak.
8) Persiapan tindak darurat.
9) Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
10) Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
11) Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
12) Penyediaan pompa air.
b. Sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:
1) Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan
tangkapan di hulu.
2) Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).
10
3) Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di
wilayah sungai.
4) Penggunaan air secara hemat.
5) Penciptaan alat sanitasi hemat air.
6) Pembangunan prasarana daur ulang air.
7) Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.
B. Saat terjadi Bencana
Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan
dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan
air dapat dilakukan melalui:
1) Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
2) Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
3) Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
4) Penyediaan pompa air.
5) Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Kekeringan
bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu: kekeringan meteorologis,
kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi.
Faktor penyebab terjadinya kekeringan yaitu lapisan tanah tipis, air tanah dalam,
tekstur tanah kasar, Iklim, vegetasi, topografi. Antisipasi penanggulangan
kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi yaitu perencanaan jangka
pendek dan perencanaan jangka panjang.
3.2. Saran
Karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan
sedikit atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya
bencana untuk mengurangi risiko dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat,
dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko bencana..
12
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, dimas.2011.Kekeringan Dan Dampak Yang Ditimbulkan.
http://dmas1ari.blogspot.co.id/2011/09/kekeringan.html.(diakses: tanggal
5 Oktober 2015 pukul 19:00).
Pahlevi, muhammad aidil.2012.Artikel Tentang Kekeringan. http://aidil-
likely.blogspot.co.id/2012/10/artikel-tentang-kekeringan.html.
(diakses:tanggal 4 Oktober 2015 pukul 09:00).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
tentangPenanggulangan Bencana.
13