revisi mkt f1

36
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MK. MANAJEMEN KESUBURAN TANAH Oleh Kelompok F1: Ass : mbak Firda UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2012

Upload: dwi-dong-wook

Post on 09-Aug-2015

63 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: REVISI MKT F1

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MK. MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

Oleh

Kelompok F1:

Ass : mbak Firda

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

MALANG

2012

Page 2: REVISI MKT F1

Nama Anggota kelompok F2 :

Sheilla Farida 0910483073

Amirrakhim Putrantyo 105040200111129

Tsulatsi Nabila 105040200111204

Rizky Fortunella 105040200111207

Maria Ulma H.F 105040200111212

Elok Fikri Hanim 105040200111217

Ni Made Dwi Hastuti 105040201111001

Dehangga Surya Legika 105040201111001

Rahadyan Rizki Indrawan 105040201111003

Muhammaad Rizki Abdina 105040201111004

Miko Putro Hutomo 105040201111005

Deki kunanjar 105040201111006

Naala Fathan 105040201111007

Alorisa Tirta A. 105040201111008

Ulil Azmi 105040201111009

Lutfi Qurrotun ‘A. 105040201111012

Adil Balada N. 105040201111014

Rachma Dewi 105040201111015

Nurul Qhomariyah 105040201111016

Hanis Alifatiz Z. 105040201111017

Page 3: REVISI MKT F1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Tanaman jagung untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal

memerlukan cukup hara utamanya N, P, dan K. Jagung membutuhkan pupuk

nitrogen terbanyak setelah padi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa

pemberian pupuk nitrogen, tanaman jagung tidak akan mendapatkan hasil sesuai

yang diharapkan. Untuk mempertahankan kesuburan tanah yang cukup dan

berimbang, diperlukan pemberian pupuk.

Penggunaan pupuk organik akhir –akhir ini mulai dikembangkan dengan

tujuan untuk mendaur ulang hasil sampingan pertanian ( kompos dari UPT ). Selain

harga pupuk anorganik semakin mahal juga ada pertimbangan sebagai konservasi

lingkungan. Beberapa hasil penelitian mengemukakan bahwa pupuk kandang selain

berfungsi sebagai sumber hara, juga dapat untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan

biologi tanah (Malherbe 1994; Sanchez, 1976). Hasil penelitian Lund dan Doss

(1980) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik yang tinggi dapat

meningkatkan pH tanah, kandungan Na, K, dan P serta kapasitas nilai tukar kation.

Kemiringan merupakan faktor yang sangat perlu di perhatikan sejak penyiapan

lahan pertanian khususnya pada lahan yang ditanami tanaman jagung, karena lahan

yang mempunyai kemiringan curam dapat dikatakan lebih mudah terganggu atau

rusak. Kemiringan lereng sangat mempengaruhi tingkat erosi, karena semakin tinggi

kemiringan lereng maka tingkat erosi sangat besar. Curamnya lereng akan

memperbesar energi angkut air. Selain itu dengan makin miringnya lereng, maka

jumlah butir-butir tanah yang dipercik ke bawah oleh tumbukan air semakin banyak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasapoetra (1988) bahwa semakin panjang lereng

dan kemiringan lereng maka kerusakan dan penghancuran atau berlangsungnya erosi

akan lebih besar. Dimana semakin panjang lereng pada tanah akan semakin besar pula

kecepatan aliran air di permukaannya sehingga pengikisan terhadap bagian-bagian

tanah makin besar.

Oleh karena itu, dalam laporan ini akan membahas tentang pengaruh

pemberian pupuk organic dan anorganik terhadap pertumbuhan tanaman jagung serta

pengaruh arah guludan pada lahan yang berlereng terhadap kesuburan tanah.

Page 4: REVISI MKT F1

1. 2. Tujuan

Untuk mengetahui faktor pemberian pupuk N, P, K terhadap pertumbuhan

tanaman jagung

Untuk mengetahui faktor pemberian pupuk organik (hasil dari UPT) terhadap

pertumbuhan tanaman jagung

Untuk mengetahui faktor kemiringan/kelerengan lahan pada kesuburan tanah

1. 3. Manfaat

Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pemberian pupuk organic dan

anorganik terhadap pertumbuhan tanaman jagung

Mahasiswa dapat mengetahi pengaruh kemiringan dan arah guludan terhadap

kesuburan tanah

Page 5: REVISI MKT F1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung

A. Klasifikasi Tanaman Jagung

Kerajaan : Plantae

Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

B. Morfologi Tanaman Jagung.

1. Akar.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun

sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa

muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga

tegaknya tanaman.

2. Batang jagung .

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak

seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga

tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang

muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung

lignin.

3. Daun.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai

daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada

yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang

khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk

kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada

selsel daun.

4. Bunga.

Jagung memiliki bunga jantandan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu

tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku

Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae

Page 6: REVISI MKT F1

(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan

bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina

tersusun dalam tongkol.

5. Tongkol.

Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu

tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah

bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan

lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan

jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya

(protandri). (Anonymousa, 2012)

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase

pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam

awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari,

tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji

yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan

persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan

berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik,

kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %,

sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl

dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

2.3 Pupuk dan Sifat-sifatnya

Pupuk mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun belakangan ini jumlah

pupuk cenderung makin beragam dengan aneka merek, kita tidak akan terkecoh.

Apapun namanya dan Negara manapun pembuatnya, dari segi unsur yang

dikandungnya tetap saja hanya ada dua golongan pupuk yaitu pupuk makro dan pupuk

mikro.

Sebagai patokan dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya.

Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk

meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman

kacang-kacangan serta pemberian pembenah tanah (soil conditioner) untuk

memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian urea dalam tanah yang

miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut

Page 7: REVISI MKT F1

dinamakan pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan

urea disebut pupuk.

Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung

satu atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan di

atas hanya urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang mengandung hara

tanaman yaitu nitrogen. Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman umumnya

mengandung bahan lain, yaitu:

1. Zat pembawa atau karier (carrier). Double superfosfat (DS): zat pembawanya

adalah CaSO4 dan hara tanamannya fosfor (P).

2. Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran bahan lain

dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (zwavelzuure amoniak) sering

mengandung kotoran sekitar 3% berupa khlor, asam bebas (H2SO4) dan

sebagainya.

3. Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud agar

pupuk mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya berkurang, nilai

higroskopisnya menjadi lebih rendah dan mungkin agar lebih menarik. Bahan

yang digunakan untuk selaput berupa aspal, lilin, malam, wax dan sebagainya.

Pupuk yang bermantel harganya lebih mahal dibandingkan tanpa mantel.

4. Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi sering

diberi filler agar ratio fertilizer nya dapat tepat sesuai dengan yang diinginkan,

juga dengan maksud agar mudah disebar lebih merata.

A. Pupuk Tunggal

Pupuk tunggal adalah pupuk yang tersusun atas senyawa-senyawa anorganik

dengan kandungan unsur hara utamanya (hara makro) satu macam, misalnya N, P, atau K.

B. Pupuk Kompos

Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan,

seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan.

Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebgai pupuk kompos. Tetapi

sekarang sudah banyak spesifikasi mengenai kompos. Biasanya orang lebih suka

menggunakan limbah atau sampah domestik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan

bahan yang dapat diperbaharui yang tidak tercmpur logam dan plastik. Hal ini juga

diharapkan dapat menanggulangi adanya timbunan sampah yang menggunung serta

megurangi polusi dan pencemaran di perkotaan (Foth, 1995).

Page 8: REVISI MKT F1

2.4 Kandungan Unsur Hara pada Pupuk dan Manfaatnya Bagi Tanaman

1. Pupuk Urea [(CO (NH2)2]

Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan

CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang

minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan

Urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau

terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea

harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada

pertumbuhan awal tanaman.

2. Pupuk SP 36 (Superphospat 36)

SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang

ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 % yang

lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium

sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat

mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan

produksi tanaman rendah.

3. Pupuk NPK (Nitrogen Phospate Kalium)

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama

lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15 % dalam bentuk NH3,

fosfor 15 % dalam bentuk P2O5, dan kalium 15 % dalam bentuk K2O. Sifat Nitrogen

(pembawa nitrogen ) terutama dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman

tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman.(Hardjowigeno, 1987).

4. Pupuk KCl (Kalium Klorida)

Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K) yang

kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk

menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk

kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen

yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai

enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit

K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti

kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya

mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek

Page 9: REVISI MKT F1

negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan

pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman

terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah

(tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang

pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun

cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang

menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesa terganggu.

5. Pupuk Kompos

Kandungan pupuk kompos adalah bahan organik yang mencapai 18 % bahkan

ada yang mencapai 59 %. Unsur lain yang dikandung oleh kompos adalah nitrogen,

fosfor, kalsium, kalium dan magnesium. Manfaat bokhasi pada lahan pertanian yaitu :

mampu menggantikan dan mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (anorganik)

sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan, bebas dari biji tanaman liar (gulma),

tidak berbau dan mudah digunakan dan memperbaiki derajat keasaman tanah, selain

itu sangat berguna untuk menyuburkan tanaman (Anonymousb, 2012).

2.5 Gejala Tanaman Kekurangan Unsur Hara

Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan

pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau

penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda yang

sebelumnya tampak layu dan mengering. Keadaan yang demikian akan merugikan

petani dan tentu saja sangat tidak diharapkan oleh petani.

A. Gejala Kekurangan Unsur Hara Makro

1. Kekurangan Unsur Nitrogen ( N )

Gejala sehubungan dengan kekurangan unsur hara ini dapat terlihat dimulai

dari daunnya, warnanya yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah menjadi

kuning . Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi

kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa pertumbuhan yang

terhambat ini akan berpengaruh pada pertumbuhan, yang dalam hal ini perkembangan

buah tidak sempurna, umumnya kecil-kecil dan cepat matang. Kandungan unsur N

yang rendah dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan

menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil.

2. Kekurangan unsur fosfor ( P )

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa fungsi fosfat dalam tanaman adalah:

dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat dan memperkuat

Page 10: REVISI MKT F1

pertumbuhan tanaman dewasa pada umumnya, meningkatkan produk biji-bijian dan

memperkuat tubuh tanaman padi-padian sehingga tidak mudah rebah. Karena itu

defisiensi unsur hara ini akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem

perakaran, daun, batang seperti misalnya pada tanaman serealia (padi-padian, rumput-

rumputan, jewawut, gandum, jagung) daunnya berwarna hijau tua/ keabu-abuan,

mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya

mati. Tangkai daun kelihatan lancip. Pertumbuhan buah jelek, merugikan hasil biji.

3. Kekurangan Unsur Kalium ( K )

Defisiensi Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini

jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda, jadi agak berlainan dengan gejala-

gejala karena difisiensi N dan P. Gejala yang terdapat pada daun terjadi secara

setempat-setempat. Padapermulaannya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang

mengkilap dan selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampakmenguning, warna

seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun, pada akhirnya daun tampak

bercak-bercak kotor, berwarna coklat, sering pula bagian yang bercak ini jatuh

sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati. Pada tanaman kentang gejala

yang dapat dilihat pada daun yang mana terjadi pengkerutan dan peng-gulungan,

warna daun hijau tua berubah menjadi kuning bertitik-titik coklat. Gejala yang

terdapat pada batang yaitu batangnya lemah dan pendek-pendek sehinga tanaman

tampak kerdil. Gejala yang tampak pada buah misalnya buah kelapa dan jeruk banyak

yang berjatuhan sebelum masak, sedang masaknya buahpun berlangsung sangat

lambat. Bagi tanaman yang berumbi menderita defisiensi K hasil umbinya sangat

kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah.

4. Kekurangan Unsur Kalsium (Ca)

Defisiensi unsur Ca meyebabkan terhambatnya pertumbuhan sistem perakara,

selain akar kurang sekali fungsinyapun demikian terhambat, gejala-gejalanya yang

timbul tampak pada daun, dimana daun-daun muda selain berkeriput mengalami per-

ubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis ( berubah menjadi kuning) dan

warna ini menjalar diantara ujung tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada

beberapa tempat mati. Kuncup-kuncup yang telah tumbuh mati. Defisiensi unsur Ca

menyebabkan pula pertumbuhan tanaman demi-kian lemah dan menderita. Hal ini

dikarenakan pengaruh terkumpulnya zat-zat lain yang banyak pada sebagian dari

jaringan-jaringannya. Keadaan yang tidak seimbang inilah yang menyebabkan lemah

Page 11: REVISI MKT F1

dan menderitanya tanaman tersebut atau dapat dikatakan karena distribusi zat-zat

yang penting bagi pertumbuhan bagian yang lain terhambat ( tidak lancar).

5. Kekurangan Unsur Magnesium ( Mg )

Unsur Mg merupakan bagian pembentuk klorofil, oleh karena itu kekurangan

Mg yang tersedia bagi tanaman akan menimbulkan gejala – gejala yang tampak pada

bagian daun, terutama pada daun tua. Klorosis tampak pada diantara tulang-tulang

daun, sedangkan tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian diantara

tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak

kecoklatan. Daun-daun ini mudah terbakar oleh terik matahari karena tidak

mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat

tua/kehitaman dan mengkerut. Defisiensi Mg menimbulkan pengaruh pula pada

pertumbuhan biji, bagi tanaman yang banyak menghasilakn biji hendaknya

diperhatikan pemupukannya dengan Mg SO4, MgCO3 dan Mg(OH)2.

6. Kekurangan Unsur Belerang ( S )

Defisiensi unsur S gejalanya klorosis terutama pada daun-daun muda,

perubahan warna tidak berlangsung setempat-tempat, melainkan pada bagian daun

selengkapnya, warna hijau makin pudar berubah menjadi hijau yang sangat muda,

kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata

tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya. Perubahan warna ini dapat pula

menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau,

seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat

di Kenya yang terkenal dengan sebutan ” Tea Yellows” atau ” Yellow Disease”

B. Gejala Kekurangan Unsur Hara Mikro

1. Kekurangan Unsur Besi ( Fe )

Defisiensi zat besi sesungguh-nya jarang sekali terjadi. Terjadinya gejala-

gejala pada bagian tanaman terutama daun yang kemudian dinyatakan sebagai

kekurangan tersedia-nya zat Fe ( besi ) adalah karena tidak seimbang tersedianya zat

Fe dengan zat kapur pada tanah yang berkelebihan kapur dan yang bersifat alkalis.

Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah – daerah yang tanahnya banyak

mengandung kapur. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara

setempat-tempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan-kuningan, sedang

tulang-tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati.

Selanjutnya pada tulang-tulang daun terjadi klorosis yang tadinya berwarna hijau

berubah menjadi warna kuning dan ada pula yang menjadi putih. Gejala selanjutnya

Page 12: REVISI MKT F1

yang paling hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda yang banyak yang

menjadi kering dan berjatuhan. Tanaman kopi yang ditanam didaerah-daerah yang

tanahnya banyak mengandung kapur, sering tampak gejala-gejala demikian.

2. Kekurangan Unsur Mangan (Mn)

Gejala-gejala dari defisiensi Mn pada tanaman adalah hampir sama dengan

gejala defisiensi Fe pada tanaman. Pada daun-daun muda diantara tulang -tulang daun

secara setempat-setempat terjadi klorosis, dari warna hijau menjadi warna kuning

yang selanjutnya menjadi putih. Akan tetapi tulang-tualng daunnya tetap berwarna

hijau, ada yang sampai ke bagian sisi-sisi dari tulang. Jaringan-jaringan pada bagian

daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering ada

kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak

menggerigi. Defisiensi ter-sedianya Mn akibatnya pada pembentukan biji-bijian

kurang baik.

3. Kekurangan Unsur Borium ( B )

Walaupun unsur Borium sedikit saja diperlukan tanaman bagi

pertumbuhannya tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup

serius. Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda terjadi klorosis,

secara setempat-setempat pada permukaan daun bagian bawah, yang selanjutnya

menjalar ke bagian tepi-tepinya. Jaringan-jaringan daun mati. Daun-daun baru yang

masih kecil-kecil tidak dapat berkembang, sehingga per-tumbuhan selanjutnya kerdil.

Kuncup-kuncup yangmatiberwarnahitam/coklat.

4. Kekurangan Unsur Tembaga ( Cu )

Defisiensi unsur tembaga akan menimbulkan gejala-gejala pada bagian daun,

terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back),

sedang ranting-rantingnya berubah warna menjadi coklat dan ahkirnya mati.

5. Kekurangan Unsur Seng/Zinkum ( Zn)

Tidak tersediannya unsur Zn bagi pertumbuhan tanaman meyebabkan tanaman

tersebut mengalami beberapa penyimpangan dalam pertumbuhannya. Penyimpangan

ini menimbulkan gejala-gejala yang dapat kita lihat pada bagian daun-daun yang tua:

Bentuk lebih kecil dan sempit dari pada bentuk umumnya.

Klorosis terjadi diantara tulang-tulang daun.

Page 13: REVISI MKT F1

Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada

di bagian bawah menuju ke puncak.

6. Kekurangan Unsur Molibdenum (Mo)

Molibdenum atau sering pula disebut Molibdin tersedianya dalam tanah dalam

bentuk MoS2 dan sangat dipengaruhi oleh pH, biasanya pada pH rendah tersedianya bagi

tanaman akan kurang. Defisiensi unsur ini menyebab-kan beberapa gejala pada tanaman,

antara lain per-tumbuhannya tidak normal, terutama pada sayur-sayuran. Secara umum

daun-daunnya mengalami perubahan warna, kadang-kadang mengalami pengkerutan

terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk ( die back ) bisa pula terjadi

pada tanaman yang mengalami kekurangan unsur hara ini.

7. Kekurangan Unsur Si, Cl Dan Na

Unsur Si atau Silisium hanya diperlukan oleh tanaman Serelia misalnya padi-

padian, akan tetapi kekurangan unsur ini belum diketahui dengan jelas akibatnya bagi

tanaman. Defisiensi unsur Cl atau Klorida dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun

yang kurang abnormal ( terutama pada tanaman sayur-sayuran), daun tampak kurang

sehat dan berwarna tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan

kapas menunjukkan gejala seperti itu.

Defisiensi unsur Na atau Natrium bagi pertumbuhan tanaman yang baru diketahui

pengaruhnya yaitu meng-akibatkan resistensi tanaman akan merosot terutama pada

musim kering. Tanpa Na tanaman dalam pertumbuhan-nya tidak dapat meningkatkan

kandungan air ( banyak air yang dapat dipegang per unit berat kering ) pada jaringan

daun. Gejala-gejal lainnya belum diketahui secara jelas (Anonymousc, 2012).

Page 14: REVISI MKT F1

BAB III

METODOLOGI

3. 1. Alat dan Bahan

Alat

menanam jagung ( lapang )

o Tugal : membuat lubang tanam

o Timbangan : menimbang pupuk anorganik ( Urea : 12,4gr/tan ,

SP36 : 5,7gr/Tan , KCL : 5,7gr/Tan )

o Penggaris : Mengukur tinggi tanaman jagung

o Alat tulis : Mencatat data

Penetapan pH

o pH Meter : Menentukan pH larutan tanah

o Fial film : Tempat larutan tanah

o Ayakan 2mm : mengayak sample tanah

Penetapan C-Organik

o Labu enlenmeyer : mencampurkan bahan-bahan kimia

o Ayakan 0,5mm : mengayak sampel tanah

o Buret : titrasi

o Beker glass : tempat awal larutan

o Alat pengocok listrik : mengocok larutan tanah

Penetapan BI dan BJ

o Ring : mengambil sample tanah

o Oven : mengeringkan sampel tanah

o Timbangam : menimbang sample tanah

o Wadah : tempat mengoven sample tanah

Pengukuran N-total

o Labu Kjeldahl : sebagai tempat atau wadah sampel tanah

o Alat destruksi : untuk tempat pembakaran (destruksi) bahan

o Erlenmeyer : untuk menampung hasil destalasi

o Buret : sebagai alat titrasi

o Pengaduk : untuk menstiter bahan (sampel N total) sehingga

didapatkan Vc

Page 15: REVISI MKT F1

Analisis P

o Timbangan analitik : untuk menimbang sampel tanah

o Kertas whatman : untuk menyaring larutan sampel

o Tabung reaksi : untuk mencampur larutan

o Shacker : untuk mencampur / menghomogenkan larutan

o Pipet : untuk mengambil larutan

o Vitraton : untuk mengetahui kandungan P

Analisis K

o Timbangan analitik : untuk menimbang sampel tanah

o Kertas whatman : untuk menyaring larutan sampel

o Tabung reaksi : untuk mencampur larutan

o Shacker : untuk mencampur / menghomogenkan larutan

o Pipet : untuk mengambil larutan

o Flame photometer : untuk mengetahui kandungan P

Bahan

Menanam jagung

o Jagung : bahan tanam dan objek pengamatan

o Urea : pemupukan

o SP36 : pemupukan

o KCL : pemupukan

o Pupuk organic : pemupukan

Penetapan C-Organik

o Sample tanah (0,5gr) : objek pengamatan

o Larutan K2Cr2O7 1N : mengikat rantai karbon

o H2SO4 : mebuat tanah dapat bereaksi sepenuhnya

o Aquades : mengehentikan reaksi

o H3PO4 : melepas rantai karbon

o Indikator difenilamina : indicator perubahan warna

o Larutan FESO4 : titrasi

Page 16: REVISI MKT F1

Penetapan BI

o Sample tanah : objek pengamatan

Pengukran PH tanah

o Sample tanah 10gr : objek pengamatan

o Aquades 20ml : melarutkan tanah

Pengukuran N-total

o Campuran selen : untuk membantu pembakaran (destruksi)

o H2SO4 Pekat : membantu pembakaran dalam memisahkan

H2SO4

o H2O murni : sebagai pelarut atau pengencer

o NaOH 40% : sebagai larutan titrasi

Analisis P

o Sampel tanah : Sebagai bahan pengujian

o Olsen ( NaHCO3 ) : untuk mempercepat reaksi

o Askorbit : sebagai pereaksi reagen P

o aquades : Untuk menghentikan reaksi

Analisis K

o Sampel tanah : Sebagai bahan pengujian

o 20 ml NH4OAC 1 N : untuk mempercepat reaksi

o aquades : Untuk pengenceran

3. 2. Cara Kerja

Cara kerja di lapang

Menimbang pupuk anorganik (Urea = 12,4gr/tan, SP36= 5,7gr/tan, KCL=

5,7gr/tan) dan anorganik (2Kg/gulud)

Jagung ditanam di plot 2, 3, 4, dan 5 (setiap polt 4 lubang tanam dan menanam 2

biji perlubang)

Pupuk urea dan SP36 diberikan pada plot 2 dan 4, pupuk organic diberikan pada

plot 3 dan 5

Penyulaman

Page 17: REVISI MKT F1

Pemupukan Kompos dan KCL (3MST )

Pemupukan KCL (5,7gr/tan) dan pengamatan ( tinggi dan jumlah daun), disertai

perawatan

Pemupukan kompos dan KCL, disertai Perawatan dan pengamatan ( tinggi dan

jumlah daun)

Perawatan dan pengamatan ( tinggi dan jumlah daun)

Pencabutan tanaman sample dan pengambilan sample tanah

Cara kerja di laboratorium

o C-Organik

0.5 g contoh tanah halus yang melalui ayakan 0.5 mm

dimasukkan dalam labu erlenmeyer 500 ml.

+10 ml tepat larutan K2Cr2O7 1 N

Untuk mengikat rantai karbon

+20 ml H2SO4

(digoyang-goyangkan untuk membuat tanah dapat bereaksi sepenuhnya)

Biarkan selama 30 menit.

+ air sebanyak 200 ml

Untuk menghentikan reaksi

Ditambah 10 ml H3PO4 85% + 30 tetes indikator difenilamina

dititrasi dengan larutan fero (FeSO4) melalui buret

Page 18: REVISI MKT F1

Sampai berubah warnanya menjadi hijau terang

Catat ml sampel

Masukkan perhitungan

o Berat Isi

Timbang contoh tanah dengan silindernya (berat total)

Timbang wadah kosong (k)

Timbang wadah dan sampel tanah (Tb+k)

Oven pada suhu 1050C selama 24 jam

Timbang wadah dan sampel tanh yang sudah dioven(To+k)

Tentukan kadar lengas contoh tanah yang dianalisa

Hitung BI

o Penetapan PH sample tanial film

Timbang sample taanah 10gr dan masukkan ke fial film

Tambahkan aquades sebanyak 10ml

Kocok larutan tanah selama 1 jam

Ukur Ph menggunakan Ph meter

Pencatatan hasil

Page 19: REVISI MKT F1

o N – total

Timbang 0,5 gr contoh tanah ukuran 0,5 mm, masukkan dalam labu kjeldahl

Tambah 1 gr campuran selen dan 5 ml H2SO4 pekat

Didestruksi pada temperature 300o

Setelah didinginkan

Di encerkan kira – kira dengan 50 ml H2O murni

Hasil destruksi di encerkan menjadi kurang lebih 100 ml

Tambahkan 20 ml NaOH 40%

Disulingkan

Sulingan di tampung dengan asam borat 20 ml sampai warna hijau dan

volumenya 50 ml

Titrasi dengan H2SO4 0,01 N sampai warna merah

Hasil

o Analisis K

Timbang sampel tanah sebanyak 1 gram

Masukkan sampel pada fial film

Tambah dengan Amonium asetat (NH4OAC) 1 N sebanyak 20 ml

Page 20: REVISI MKT F1

Homogenkan selama 1 jam

Saring dengan kertas Whatman

Ukur dengan Flame Photometer

Catat hasilnya

o Analisis P

Timbang sampel tanah lolos ayakan 0,5 mm sebanyak 2 gram

Tambahkan 20 ml olsen ( NaHCO3 )

Kocok selama 2 jam

Saring dengan menggunakan kertas whatman

Contoh sampel di pipet 5 ml

Masukkan ke tabung reaksi

Tambahkan aquades 20 ml

Buat larutan reagen P dengan cara tambahkan askorbit 3,643 gram

Tambahkan reagen P sebanyak 8 ml pada contoh sampel labu ukur

Di encerkan dengan aquades sampai 50 ml

Masukkan kedalam vitraton

Page 21: REVISI MKT F1

Tambahkan aquades secukupnya

Masukkan sampel tersebut

Muncul angka hasilnya

3. 3. Analisis Perlakuan

Dalam praktikum ini penanaman jagung dilakukan di lahan yang berlereng.

Dimana terdapat 5 perlakuan yang terdiri dari control (plot 1), pemberian pupuk

anorganik dengan guludan searah lereng (plot 2), pemberian pupuk organic dengan

guludan searah lereng, pemberian pupuk anorganik dengan guludan searah kontur

(plot 4), dan pupuk organic dengan guludan searah kontur (plot 5). Dari kelima

perlakuan tersebut hasilnya dibandingkan untuk mengetahui pengaruh pemberian

pupuk organi dan pupuk anorgani dengan arah guludan yang berbeda-beda. Parameter

yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, pH tanah, C-Organik.

Pengamatan tinggi dan jumlah tanaman dilakukan seminggu sekali. Pupuk organic

yang digunakan adalah kompos , sedangkan pupuk kimia terdiri dari urea sebagai

sumber N, SP36 sebagai sumber P dan KCL sebagai sumber K. Pemberian pupuk

urea dan SP36 diberikan pada awal tanam karena pupuk N dan P dibutuhkan saat

masa vegetative. sementara KCL diberikan 3 MST, seharusnya pada saat tanam juga

tetapi pupuknya belum tersedia.

Page 22: REVISI MKT F1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 HASIL

4.1.1 DATA HASIL PENGAMATAN

a. Data Pengamatan Tanaman jagung

No Tanaman

Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III Pengamatan IV

(9 nov 2012) (23 nov 2012) (30 nov 2012) (14 des 2012)

T (cm) D T (cm) D T (cm) D T (cm) D

Plot 2

(anorganik

searah

lereng)

1 - - 6.5 2 12 4 15 6

2 - - 9 3 21 4 26 6

3 10 3 15 5 15 7 20 9

4 11 3 22 5 32 5 38 6

Rata2 5.25 1.5 13.125 3.75 20 5 24.75 6.75

Plot 3

(organic

searah

lereng)

1 13 3 18 5 35 6 40 8

2 - - 7 3 16 4 23 5

3 9 3 14 5 20.5 4 25.5 4

4 12 3 13 4 25 4 30 4

Rata2 8.5 2.25 13 4.25 24.125 4.5 29.625 5.25

Plot 4

(anorganik

searah

kontur)

1 3 - 17 3 22.5 5 27 6

2 12.5 3 17 5 20 5 30 6

3 11.5 3 23 5 24 5 30 6

4 12 3 25 5 37 6 45 7

Rata2 9.75 2.25 20.5 4.5 25.875 5.25 33 6.25

Plot 5

(organic

searah

kontur)

1 13 3 26 5 39 6 46 8

2 9 3 17 5 32 6 43 8

3 19 4 33 7 56 8 70 9

4 16 3 25 5 38 7 30 9

Rata2 14.25 3.25 25.25 5.5 41.25 6.75 47.25 8.5

Page 23: REVISI MKT F1

b. Data berat kering dan berat basah tanaman

c. Serapan hara subsample tanaman

Perlakuan BB BKO KA Serapan hara

(%)

Plot 1 - - - -

Plot 2 60.4 5.2 10.62 55.2

Plot 3 65.5 5.9 10.10 59.6

Plot 4 109.3 10 9.93 99.3

Plot 5 102.5 8.3 11.35 94.2

Perhitungan :

Serapan Hara Tanaman = KA X BK

Plot 2

Serapan hara = 10.62 X 5.2 = 55.2 %

Plot 3

Serapan Hara = 10.10 X 5.9 = 59.6 %

Plot 4

Serapan Hara = 9.93 X 10 = 99.3 %

Plot 5

Serapan Hara = 11.35 X 8.3 = 94.2 %

Perlakuan Berat kering(Gram)

Total Berat basah (Gram)

Total Akar Batang Daun Akar Batang Daun

Plot 1 - - -

Plot 2 1.5 1.5 2.2 5.2 13.2 28.1 19.1 60.4

Plot 3 1.1 1.1 3.7 5.9 14.5 19.0 32.0 65.5

Plot 4 3.0 1.8 5.2 10 33.3 30.0 46.0 109.3

Plot 5 2.0 2.4 3.9 8.3 26.1 42.5 33.9 102.5

Page 24: REVISI MKT F1

d. Analisis pH (setelah tanam)

Pengamatan

Plot 2

Anorganik

Plot 3

Organik

Plot 4

Anorganik

Plot 5

Organik

H2O

Ph 6.62 6.77 6.66 6.86

Suhu (O) 23.6 25.8 26.0 25.8

e. Analisis C-organik (setelah tanam)

Perlakuan ml sampel % C-Organik Kriteria

Plot 2 8.8 1.304 Rendah

Plot 3 7.2 1.952 Rendah

Plot 4 8.5 1.146 Rendah

Plot 5 8 1.540 Rendah

ml blanko = 10,3 ml

Perhitungan :

% C-Organik = 𝒎𝒍 𝒃𝒍𝒂𝒏𝒌𝒐−𝒎𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍𝒙𝟑

𝒎𝒍 𝒃𝒍𝒂𝒏𝒌𝒐 𝒙 𝟎,𝟓𝒙𝑭𝑲𝒂

Fka = 𝟏𝟎𝟎+%𝑲𝑨

𝟏𝟎𝟎

% C-Organik plot 2 anorganik = 10,3 𝑚𝑙−8,8 𝑚𝑙𝑥 3

10,3 𝑚𝑙 𝑥 0,5𝑥

100+49,25373

100

= 1.304 %

% C-Organik plot 3 Organik = 10,3 𝑚𝑙−7,2 𝑚𝑙𝑥 3

10,3 𝑚𝑙 𝑥 0,5𝑥

100+8,108108

100

= 1.952 %

% C-Organik plot 4 anorganik = 10,3 𝑚𝑙−8,5 𝑚𝑙𝑥 3

10,3 𝑚𝑙 𝑥 0,5𝑥

100+9,289617

100

= 1.146 %

% C-Organik plot 5 Organik = 10,3 𝑚𝑙−8,0 𝑚𝑙𝑥 3

10,3 𝑚𝑙 𝑥 0,5𝑥

100+14,94253

100

= 1.540 %

Page 25: REVISI MKT F1

f. Analisis N Total

Perlakuan Vc N - total Vb 1.56

gr contoh 0.5 gr Plot 2 Anorganik 5.38 0.773 %

Plot 3 Organik 17 4.5 %

Plot 4 Anorganik 7.4 1.73 %

Plot 5 Organik 10.54 2.8 %

Perhitungan :

N Total = 𝑽𝒄−𝑽𝒃 𝑵 𝟎.𝟎𝟏𝟒 𝑭𝑲

𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %

N Total pada plot 2 = 5.38−1.56 𝑥 0.0969 𝑥 0.014 𝑥 1.4925

0.5 𝑥 100 %

= 0.773 %

FK = 100+49.25%

100= 1.4925 %

N Total pada plot 3 = 17−1.56 𝑥 0.0969 𝑥 0.014 𝑥 1.081

0.5 𝑥 100 %

= 4.5 %

FK = 100+ 8.108 %

100= 1.081 % %

N Total pada plot 4 = 7.4 −1.56 𝑥 0.0969 𝑥 0.014 𝑥 1.0929

0.5 𝑥 100 %

= 1.73 %

FK = 100+ 9.29 %

100= 1.0929 %

N Total pada plot 5 = 10.54 −1.56 𝑥 0.0969 𝑥 0.014 𝑥 1.1494

0.5 𝑥 100 %

= 2.8 %

FK = 100+ 914.94 %

100= 1.1494 %

g. Analisis P

Perlakuan Hasil Bacaan Kadar P (ppm) Kriteria

Plot 2 0.52 116.14 Tinggi

Plot 3 0.64 104.12 Tinggi

Plot 4 0.16 24.64 Tinggi

Plot 5 0.32 53.78 Tinggi

Page 26: REVISI MKT F1

Perhitungan :

Kadar P = 𝑩𝒂𝒄𝒂𝒂𝒏−𝑨

𝑩𝒙 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒙 𝑭𝒌𝒂

Keterangan :

A = 0.01333

B = 0.65

Pengenceran = 100

Plot 2 Anorganik = 0.52−0.01333

0.65𝑥 100 𝑥

100+49.25373

100

= 116.14 ppm

Plot 3 Organik = 0.64−0.01333

0.65𝑥 100 𝑥

100+8.108108

100

= 104.12 ppm

Plot 4 Anorganik = 0.16−0.01333

0.65𝑥 100 𝑥

100+9.289617

100

= 24.64 ppm

Plot 5 Organik = 0.32−0.01333

0.65𝑥 100 𝑥

100+14.94253

100

= 53.78 ppm

h. Analisis K

Perlakuan Hasil Bacaan Kadar K (ppm) Kriteria

Plot 2 12.6 1.049 Sedang

Plot 3 33.9 2.059 Tinggi

Plot 4 2.7 0.49 Rendah

Plot 5 9.8 0.6225 Sedang

Perhitungan :

Kadar K = 𝑩𝒂𝒄𝒂𝒂𝒏−𝑨

𝑩𝒙 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒙 𝑭𝒌𝒂

Keterangan :

A = 0.01333

B = 0.65

Pengenceran = 20

390 𝑥 11 = 0.564

Page 27: REVISI MKT F1

Plot 2 Anorganik = 12.6−0.01333

0.65𝑥 0.564 𝑥

100+49.25373

100

= 1.049 ppm

Plot 3 Organik = 33.9−0.01333

0.65𝑥 0.564 𝑥

100+8.108108

100

= 2.059 ppm

Plot 4 Anorganik = 2.7−0.01333

0.65𝑥 0.564 𝑥

100+9.289617

100

= 0.49 ppm

Plot 5 Organik = 9.8−0.01333

0.65𝑥 0.564 𝑥

100+14.94253

100

= 0.6225 ppm

4. 2 PEMBAHASAN

Analisis hasil pengamatan per plot (5 perlakuan)

Pada praktkum manajemen kesiburan tanah, jenis tanaman yang

ditanam adalah jagung dan kacang.

Dari hasil pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dapat diketahui

bahwa indikator pertumbuhan tanaman jagung dari yang paling baik hingga

paling rendah adalah pada plot 5, plot 4, plot 3 dan terakhir plot 2. Plot 5

dengan perlakuan pupuk organik searah kontur menunjukan pertumbuhan

yang signifikan hingga minggu terakhir pengamatan yaitu pada 4 MST. Plot 2

dengan pelakuan pupuk anorganik searah lereng menunjukkan hasil yang

paling rendah, hal ini dikarenakan bedengan yang searah lereng dapat

menyebabkan pupuk yang diberikan ke tanaman akan tercuci dan terakumulasi

di tanaman bagian bawah. Hilangnya pupuk akibat leaching ini menyebabkan

tanaman jagung pada plot 2 pertumbuhannya paling jelek dibandingkan

tanaman jagung pada plot 5, plot 4, dan plot 3. Pada plot 3 dengan perlakuan

pemberian pupuk organik searah lereng hasil yang didapatkan lebih baik dari

pada plot 2 dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik searah lereng. Hal

ini dikarenakan pupuk organic yang diberikan dapat mengikat unsure hara

sehingga unsure hara yang ada tidak seluruhnya tercuci. Begitu halnya yang

terjadi pada plot 4 dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik searah

kontur lebih baik dari plot 2 dan plot 3. Hal ini dikarenakan pupuk anorganik

bersifat fast release sehingga unsure hara dapat terpenuhi serta pencucian

unsure hara dapat dikurangan dengan guludan searah kontur. Sedangkan pada

Page 28: REVISI MKT F1

plot 5 dengan perlakuan pemberian pupuk organic searah kontur menunjukan

pertumbuhan yang paling baik dari ketiga plot lainnya. Hal tersebut Hal ini

dapat disebabkan karena kompos yang bersifat slow release, yaitu hara yang

dilepaskan oleh kompos lebih lambat, sehingga hara N tidak banyak hilang

dari tanah akibat penguapan, dan hara P dan K tidak banyak yang terfiksasi.

Dengan demikian, tanaman bisa menyerap hara sesuai yang dibutuhkan

tanaman.

Perbedaan pertumbuhan tanaman jagung yang dilihat dari

pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun memiliki perbedaan pada tiap

plotnya. Hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada tiap plotnya

berbeda. Dibandingkan dengan pengaruh pupuk NPK, ternyata organik

memberikan pengaruh yang lebih baik daripada NPK. Keadaan ini

ditunjukkan oleh lebih baiknya performa organ vegetatif tanaman yang

ditunjukkan oleh jumlah daun, tinggi dan panjang tanaman jagung. Hal ini

mengindikasikan bahwa kondisi media tumbuh tanaman jagung yang diberi

pupuk organik lebih baik daripada yang diberi pupuk NPK (pupuk anorganik).

Burke et al. (1995) menyatakan bahwa aplikasi bahan organik (kompos) selain

meningkatkan kadar hara makro dan mikro, juga bertindak sebagai penyangga

biologi tanah dan menyebabkan struktur tanah lebih remah dan stabil.

Terciptanya kondisi media tumbuh yang secara fisik, kimia dan biologi

lebih baik pada media tanam yang diberi kompos daripada yang dipupuk NPK

diduga menyebabkan pertumbuhan akar tanaman lebih baik dengan distribusi

dan daya jelajah yang lebih luas, sehingga dapat meningkatkan

kemampuannya menyerap hara.

Analisis serapan unsure hara Tanaman

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa berat basah tanaman

tertinggi diperoleh dari plot 4 yaitu senilai 109.3 gram dengan perlakuan

pemberian pupuk anorganik dengan guludan searah kontur. Untuk berat kering

yang paling tinggi juga pada plot 4 yaitu sebesar 10 gram. Dari berat basah

dan berat kering yang diperoleh maka akan diketahui presentase serapan

unsure hara. Presentase serapan hara tanaman diperoleh dari hasil kali antara

berat basah dengan berat kering. Dari data yang ada dapat diketahui bahwa

presentase serapan unsure hara yang paling tinggi juga terdapat pada plot 4

Page 29: REVISI MKT F1

yaitu senilai 99.3 %. Hal ini disebabkan karena serapan N tanaman terhadap

pupuk anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk organik.

Peranan hara N dalam memacu pertumbuhan vegetatif dan sintesa

asam amino, dan kemudian Kalium berfungsi antara lain pada perkembangan

akar, pembentukan karbohidrat (pati), dan mempengaruhi penyerapan unsur

lain. Selanjutnya fosfat berperan penting dalam pembelahan sel,

perkembangan akar, pembentukan bunga dan biji, penyusun RNA dan DNA

dan menyimpan, memindahkan energi (ATP dan ADP) (Leiwakabessy et al.,

2003; Marschner, 1986).

Menurut Nursyamsi et al (2005) serapan hara oleh tanaman

mencerminkan kondisi tanah dan tanaman. Bila kondisi tanah (sifat fisik,

kimia, dan biologi) serta tanaman baik maka akar tanaman akan menyerap

unsur hara melalui aliran masa (mass flow), difusi, dan penyerapan langsung

oleh akar tanaman (root interception) (Jungk, 2002).

Hasil dari praktikum yang kami peroleh tidak sesuai dengan literature

yang kami baca. Seharusnya serapan hara pada pemngaplikasian pupuk

organic lebih tinggi daripada pengaplikasian pupuk anorganik. Hal ini dapat

disebabkan karena kesalahan dalam pelaksanaan praktikum. Pengambilan

sampel juga hanya 1 dan tidak dapat mewakili seluruh populasi tanaman

jagung yang ada.

Dari literatur yang kami peroleh menjelaskan bahwa, pada tanaman

jagung, aplikasi kompos yang diperkaya mikrob aktivator mampu

meningkatkan nilai serapan N, K, Ca, dan Mg. Hasanuddin (2003)

menjelaskan bahwa pemberian bahan organik saja atau yang ditambah dengan

Azotobacter sp. mampu meningkatkan nilai serapan N dan P tanaman jagung.

Nursyamsi et al. (2005) juga melaporkan bahwa penambahan bahan organik

mampu meningkatkan nilai serapan P dan K tanaman jagung. Hal ini berarti

bahwa kompos yang diaplikasikan di lahan akan lebih efektif untuk

meningkatkan serapan hara.

Analisis hasil pengamatan terhadap pH tanah

Dari hasil pengamatan perlakuan pemberian kompos dan pupuk

anorganik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pH tanah setelah

tanam. Namun pH tertinggi diperoleh pada plot 5 dengan perlakuan pemberian

Page 30: REVISI MKT F1

pupuk organic searah kontur serta pada plot 3 dengan perlakuan pemberian

pupuk organik searah lereng.

Ph tanah merupakan indicator pelapukan tanah, kandungan mineral

dalam batuan induk, lama waktu dan intensitas pelapukan. Kompos

mengalami proses pelapukan dan dekomposisi yang lebih lama dibandingkan

dengan pupuk anorganik. Menurut Anwar (2006) pemberian kompos dapat

meningkatkan kandungan bahan organik tanah, dan bahan organic tanah

berkorelasi positif dengan Fe2+

-larut, sedangkan Fe-larut berkorelasi positif

dengan pH tanah. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya pemberian kompos

memicu terjadinya reduksi Fe, dalam reduksi Fe diperlukan sejumlah ion H+

untuk meningkatkan pH.

Pada data pengamatan suhu, suhu tertinggi terdapat pada plot 4 dengan

perlakuan pemberian pupuk anorganik dan teras searah kontur, sedangkan

suhu terendah terdapat pada plot 2 dengan perlakuan pemberian pupuk

anorganik searah lereng. Pada plot 3 dan plot 5 dengan perlakuan pemberian

pupuk organik suhu tanahnya sebesar 25,8o. Pemberian pupuk organik mampu

meningkatkan suhu tanah, meskipun data suhu tertinggi didapatkan pada plot

2 dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik searah lereng.

Menurut literature pemberian kompos (pupuk organik) dapat

meningkatkan suhu, hal ini dikarenakan pada kompos (pupuk organik)

terdapat mikroba-mikroba yang akan menguraikan bahan organik menjadi

CO2, uap air, dan panas sehingga suhu tanah akan meningkat.

Analisis C-organik

Pada pengamatan C-Organik, dari semua plot yang diamati kriteria C-

Organiknya termasuk dalam kategori rendah. Rendahnya C-Organik pada plot

3 dikarenakan bedengan pada plot ini searah lereng sehingga bahan organik

yang diberikan akan hilang karena pencucian. Selain itu rendahnya C-Organik

juga disebabkan karena penambahan bahan organic yang jarang dilakukan.

Pada plot 2 dan plot 4 dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik,

hasil C-Organik yang didapatkan termasuk dalam kategori rendah. Hal ini

dikarenakan pada pupuk anorganik kadar bahan organiknya tidak ada

sehinggga hal ini memicu rendahnya kadar C-Organik. Penambahan bahan

Page 31: REVISI MKT F1

organik berupa kompos merupakan salah satu alternatif agar dapat

meningkatkan kadar bahan organic.

Analisis N-total

Dari hasil analisis di laboratorium ketersediaan N nyata lebih tinggi

pada perlakuan pemberian pupuk organic berupa kompos (plot 3 dan plot 5)

dibandingkan dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik (plot 2 dan plot

4). Hal ini disebabkan karena sumbangan N yang diberikan oleh kompos lebih

tinggi dibandingkan pupuk anorganik. Kompos merupakan pupuk slow release

maka N yang tersedia dan diserap tanaman lebih efisien karena kehilangan N

akibat penguapan maupun denitrifikasi akan lebih rendah dibandingkan

dengan pupuk an organik, sehingga membuat unsur N yang tersedia pada

perlakuan kompos lebih tinggi dan N yang dapat diserap oleh tanaman

menjadi lebih banyak.

Unsur N yang dapat diserap oleh tanaman tergantung pada tingkat

pencucian, volatilisasi/ penguapan, dan denitirifikasi yang terjadi di tanah

(Rahmawati, 2005). Pada plot 2 dengan pupuk anorganik guludan searah

lereng menyebabkan tingkat pencucian unsure hara N lebih tinggi, sehingga

ketersediaan N pada plot tersebut paling rendah dibandingkan plot yang lain.

Sementara pada guludan yang searah kontur, unsure hara dapat tertahan di

sekitar tanaman dan lebih mudah diserap oleh tanaman tersebut.

Analisis P

Dari hasil analisis kandungan unsure hara P di dalam tanah setelah

tanam, perlakuan plot dengan guludan searah lereng (plot 2 dan plot 3)

memberikan nilai P yang tinggi. Sifat fosfor dalam tanah ketersediaannya

berkurang akibat terfiksasi dalam kondisi pH masam dan alkalis. Pengaruh

kelerengan tidak begitu berpengaruh terhadap kehilangan fosfor. Namun,

mungkin sedkit terbawa partikel tanah yang tererosi ke bawah. Oleh sebab itu,

plot dengan guludan searah lereng dengan searah kontur ketersediaan P lebih

tinggi pada plot searah lereng. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kandungan P

total sebelum ditanami tanaman jagung.

Selain itu, pupuk P anorganik bersifat slow release. Sehingga

ketersediaannya di dalam tanah lebih tinggi dibandingkan pada pemberian

Page 32: REVISI MKT F1

kompos yang hanya diberikan satu kali. Dan serapan P oleh tanaman lebih

tinggi pada pupuk kompos dibandingkan pada pupuk anorganik. Sehingga hal

ini menyebabkan pada plot anorganik (2 dan 4) ketersediaan P setelah

ditanami jagung lebih tinggi dibandingkan degan plot organic (3 dan 4).

Analisis K

Dari hasil perhitungan analsisi K didapatkan hasil pada plot 2 dengan

perlakuan pupuk anorganik kadar K sebesar 1,049 ppm. Pada plot 3 dengan

perlakuan pupuk organik kadar K sebesar 2,059 ppm. Pada plot 4 kadar K

lebih rendah dibanding plot sebelumnya yaitu sebesar 0,49 ppm. Pada plot

yang terakhir kadar K sebesar 0,6225 ppm. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa kadar K yang paling tinggi pada plot 3 dengan perlakuan pupuk

organik disebabkan didalam pupuk organik terdapat kandungan bahan organik

yang tinggi sehingga bahan organik dapat mengikat K dan terjadi penambahan

unsur K dalam jumlah yang tinggi didalam tanah.

Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi

mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan

organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Kapasitas tukar kation tanah sangat

beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam

tanah berbeda-beda pula (Anonymousf,2013).

Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang

diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan

membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif

Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Ketersediaan Kalium merupakan Kalium

yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung

penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan

dari kaliumnya sendiri.

Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral

yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan

jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya

sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses

kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik.

Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium

dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan

Page 33: REVISI MKT F1

ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk

diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium.

Page 34: REVISI MKT F1

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan per plot yang

meberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman jagung adalah perlakuan

pada plot 5, yaitu pemberian pupuk organic (kompos) dengan guludan searah kontur.

Sementara terhadap pengamatan pH tanah, pupuk kompos mampu meningkatkan pH

karena kompos dapat menambahkan kandungan organic tanah. untuk analisis

laboratorium yang dilakukan yaitu analisis C-Organik, N total dan kadar P maupun K,

tanah yang diberi perlakuan pupuk organik menunjukkan hasil yang lebih tinggi

daripada perlakuan pupuk anorganik.

5.2. Saran

Praktikum kegiatan praktikum kurang terorganisir antara jadwal di lahan dan di lab,

sehingga analisis di lab tidak dapat terpenuhi dan data yang harus dibahas kurang.

Page 35: REVISI MKT F1

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa. 2012. http://mukegile08.wordpress.com/2011/06/06/morfologi-dan-klasifikasi-

tanaman-jagung/. Diakses tanggal 26 Desember 2010

Anonymousb. 2012. http : // www. Pupuk Kompos. Go. Id. Diakses tanggal 26 Desember

2012

Anonymousc. 2012. http://rizalm09.student.ipb.ac.id/2012/04/22/gejala-tanaman-kekurangan-

unsur-hara/. Diakses tanggal 26 Desember 2012

Anonymousd.2012.http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pupuk_organik&action=edit&se

ction=8. Diakses tanggal 26 Desember 2012

Anonymouse . 2012. http://goalterzoko.blogspot.com/2012/09/pendugaan-erosi-dan-

kehilangan-hara.html. Diakses tanggal 26 Desember 2012

Anonymousf . 2012. Sifat Kimia Tanah. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-

kimia-tanah/ Diakses tanggal 3 januari 2013

Anwar, et al. 2006. Pengaruh Kompos Jerami terhadap Kualitas Tanah, Kelarutan Fe2+

dan

SO42-

serta Produksi Padi pada Tanah Sulfat Masam. Jurnal Tanah Dan Iklim

No. 24

Foth, Henry D. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Leiwakabessy, F. M., U.M. Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah.

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Simbolon. I.G., 2008. Pengaruh Kompos Dan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Dan

Serapan N, P, K Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Pada Tanah Alluvial

Karawang. Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Burke, I.C., E.T. Elliot and C.V. Cole, 1995. Influence of Macroclimate, Landscape Position

and Management of Soil Organic Matter in Agroecosystem. Ecol. Applic., 5: 124-131.

Leiwakabessy, F. M., U.M. Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah.

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 36: REVISI MKT F1

Nursyamsi D, Syafuan LO, Purnomi DW. 2005. Peranan Bahan Organik dan Dolomit dalam

Memperbaiki Sifat-Sifat Tanah Podsolik dan Pertumbuhan Jagung (Zea Mays L.).

Jurnal Penelitaian Pertanian 24(2):118-129.

Hasanudin. 2003. Peningkatan Ketersediaan dan Serapan Hara N dan P serta hasil Tanaman

Jagung Melalui Inokulasi Mikoriza, Aztobacter, dan Bahan Organik pada Tanah

Ultisol. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 5(2): 83-89

Rahmawati, N. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Makalah.Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.